KELAS : TK II A
NAMA DOSEN : R YUDI UTOMO, S.Kep, Ns, MM
Puji syukur kelompok panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya, kelompok dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan
dengan pneumonia”. Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas KMB 1.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena kesempurnaan
hanyalah milik-Nya. Dengan selesainya makalah ini kelompok mengharapkan makalah ini bisa
bermanfaat bagi para mahasiswa lainya.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengertian
B. Klasifikasi
C. Faktor Resiko
D. Etiologi
E. Phatofisiologi
F. Penyimpangan KDM
a. PEMERIKSAAN RONTGEN
b. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
c. KOMPLIKASI
d. PROGNOSIS
BAB III TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian keperawatan
2. Diagnosa keperawatan
3. Intervensi keperawatan
4. Implementasi keperawatan
5. Evaluasi keperawatan
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Pneumonia sering terjadi pada anak usia 2 bulan – 5 tahun, pada usia dibawah 2 bulan
pneumonia berat ditandai dengan frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali/menit juga disertai
penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah kedalam.
Pada usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, frekuensi pernafasan sebanyak 50 kali/menit dan
pada usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun frekuensi pernafasan sebanyak 40 kali/menit.
Pneumonia berat ditandai dengan adanya gejala seperti anak tidak bisa minum atau menetek,
selalu memuntahkan semuanya, kejang dan terdapat tarikan dinding dada kedalam dan suara
nafas bunyi krekels (suara nafas tambahan pada paru) saat inspirasi.
Kasus terbanyak terjadi pada anak dibawah 3 tahun dan kematian terbanyak pada bayi yang
berusia kurang dari 2 bulan. Apabila anak diklasifikasikan menderita pneumonia berat di
puskesmas atau balai pengobatan, maka anak perlu segera dirujuk setelah diberi dosis pertama
antibiotik yang sesuai.
Bayi dan anak kecil lebih rentan terhadap penyakit ini karena respon imunitas mererka masih
belum berkembang dengan baik. Pneumonia pada orang tua dan orang yang lemah akibat
penyakit kronik tertentu.
Pasien peminum alcohol, pasca bedah dan penderita penyakit pernapasan kronik atau infeksi
virus juga mudah terserang penyakit ini. Hamper 60% dari pasien-pasien yang kritis di ICU
dapat menderita pneumonia, dan setengah dari pasien-pasien tersebut
B. TUJUAN PENULISAN
~Tujuan Umum
Mahasiswa mendapat gambaran dan pengalaman tentang penetapan proses asuhan keperawatan
secara komprehensif terhadap klien pneumonia
~Tujuan Khusus
A. Pengertian
Pneumonia merupakan proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (Alveoli)
dan dapat dikenali berdasarkan pedoman tanda-tanda klinis serta pemeriksaan penunjang seperti
rontgen dan laboratorium (Wilson,2006).
B. Klasifikasi
Pembagian pneumonia menurut dasar anatomis:
a. Pneumonia Infektif
1. Pneumonia Lobaris
2. Pneumonia lobularis(bronkopneumonia)
3. Pneumonia khusus
b. Pneumonia Non-Infektif
1. Aspirasi Pneumonia
2. Lipid Pneumonia
3. Eosinofilik Pneumonia
( Wijaya et al;2014)
Pembahasan
D. Etiologi
Infeksi mikroorganisme
Bakteri: Streptococus Pnemoniae, Staphylococus, Hemophillus Influenzae
Virus: Influenza, CMV.
Jamur: Candida, Aspergillus
Protozoa: Pneumocystis, Toxoplasma (At a Glance Ilmu Bedah Ed.3 Hal. 163)
E. Patofisiologi
Menurut Chirstman (1995) dalam Asih & Effendy (2004), Dari berbagai macam penyebab
pneumonia, seperti virus, bakteri, jamur, dan riketsia, pneumonitis hypersensitive dapat
menyebabkan penyakit primer. Pneumonia juga dapat terjadi akibat aspirasi, yang paling jelas
adalah pada klien
yang diintubasi, kolonisasi trachea dan terjadi mikroaspirasi sekresi saluran pernafasan atas
yang terinfeksi, namun tidak semua kolonisasi akan mengakibatkan pneumonia.
Menurut Asih & Effendy (2004), mikroorganisme dapat mencapai paru melalui beberapa
jalur, yaitu:
1) Ketika individu terinfeksi batuk, bersin atau berbicara, mikroorganisme dilepaskan kedalam udara
dan terhirup oleh orang lain.
2) Mikroorganisme dapat juga terinspirasi dengan aerosol (gas nebulasi) dari peralatan terapi
pernafasan yang terkontaminasi.
3) Pada individu yang sakit atau hygiene giginya buruk, flora normal orofaring dapat menjadi
patogenik
4) Staphylococcus dan bakteri gram-negatif dapat menyebar melalui sirkulasi dari infeksi sistemik,
sepsis, atau jarum obat IV yang terkontaminasi.
Pada individu yang sehat, pathogen yang mencapai paru dikeluarkan atau bertahan dalam
pipi melalui mekanisme perubahan diri seperti reflex batuk, kliens mukosiliaris, dan fagositosis
oleh makrofag alveolar. Pada individu yang rentan, pathogen yang masuk ke dalam tubuh
memperbanyak diri, melepaskan toksin yang bersifat merusak dan menstimulasi respon inflamasi
dan respon imun, yang keduanya mempunyai efek samping yang merusak.
Reaksi antigen-antibodi dan endotoksin yang dilepaskan oleh beberapa mikroorganisme
merusak membrane mukosa bronchial dan membrane alveolokapiler. Inflamasi dan edema
menyebabkan sel-sel acini dan bronkiales terminalisterisi oleh debris infeksius dan eksudat, yang
menyebabkan abnormalitas ventilasi-perfusi. Jika pneumonia disebabkan oleh staphilococcuc
atau bakteri gram-negatif dapat terjadi juga nekrosis parenkim paru.
Pada pneumonia pneumokokus, organism S. pneumonia meransang respons inflamasi, dan
eksudat inflamsi menyebabkan edema alveolar, yang selanjutnya mengarah pada perubahan-
perubahan lain . sedangkan pada pneumonia viral disebabkan oleh virus biasanya bersifat ringan
dan self-limited tetapi dapat membuat tahap untuk infeksin sekunder bakteri dengan memberikan
suatu lingkungan ideal untuk pertumbuhan bakteri dan dengan merusak sel-sel epitel bersilia,
yang normalnya mencegah masuknya pathogen ke jalan nafas bagian bawah.
. F. Penyimpangan KDM
A. . PEMERIKSAAN RONTGEN
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan kelainan sebelum hal ini dapat ditemukan secara
pemeriksaan fisik. Pada bronchopneumonia bercak – bercak infiltrat didapatkan pada satu atau
beberapa lobus. Pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsosolidasi pada satu atau beberapa
lobus. Pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus. Foto
rongent dapat juga menunjukkan adanya komplikasi pada satu atau beberapa lobus. Foto rongent
dapat juga menunjukkan adanya komplikasi seperti pleuritis, abses paru, perikarditis dll.
C. KOMPLIKASI
Menurut Suyono (2003) komplikasi pneumonia antara lain Efusi pleura dan emfisema.
Terjadi pada sekitar 45% kasus, terutama pada infeksi bakterial akut berupa efusi para
pneumonik gram negatif sebesar 60%, staplilococus aureus 50%, S. Pneumoniae 40-60%, kuman
anaerob 35%. Sedang pada mycoplasma pneumoniae sebesar 20%. Cairannya transudat dan
sterill, Komplikasi sistemik, dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa
menungitis. Dapa juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia, anemia pada infeksi kronik,
peningkatan ureum dan enzim hati, Hipoksemia akibat gangguan difusi, Pneumonia kronis yang
dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6 minggu akibat kuman anaerob s. Aureus
dan kuman gram (-), Bronkietaksis. Biasanya terjadi karena pneumonia pada masa anakanak
tetapi dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau
hipogamaglobulinemia, tuberkolosis, atau pneumonia nekrotikans.
D. PROGNOSIS
Pada umumnya prognosis adalah baik, tergantung dari faktor penderita, bakteri penyebab
dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat. Perawatan yang baik dan intensif sangat
mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat. Angka kematian penderita
pneumonia komuniti kurang dari 5% pada penderita rawat jalan , sedangkan penderita yang
dirawat di rumah sakit menjadi 20%. Menurut Infectious Disease Society Of America ( IDSA )
angka kematian pneumonia komuniti pada rawat jalan berdasarkan kelas yaitu kelas I 0,1% dan
kelas II 0,6% dan pada rawat inap kelas III sebesar 2,8%, kelas IV 8,2% dan kelas V 29,2%. Hal
ini menunjukkan bahwa meningkatnya risiko kematian penderita pneumonia komuniti dengan
peningkatan risiko kelas. Di RS Persahabatan pneumonia rawat inap angka kematian tahun 1998
adalah 13,8%, tahun 1999 adalah 21%, sedangkan di RSUD Dr. Soetomo angka kematian 20
-35%.
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG LAZIM MUNCUL
Diagnosa Keperawatan Menurut Nanda (2013) antara lain:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas: spasme jalan nafas,
sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya jalan nafas buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat
di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas.
NOC : ventilasi, kepatenan jalan nafas
Kriteria Hasil : klien tidak merasa tercekik, irama, frekwency dalam batas normal,
tidak ada bunyi abnormal.
NIC :
1) Pastikan kebutuhan oral suctioning
2) Auskultasi nafas sebelum dan sesudah suctioning
3) Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
4) Lakukakn fisioterapi dada jika perlu
5) Monitor status O2 pasien
2. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan apnea: ansietas, posisi tubuh, deformitas
dinding dada, gangguan koknitif, keletihan hiperventilasi, sindrom hipovnetilasi, obesitas,
keletihan otot spinal
NOC : ventilasi, kepatenan jalan nafas, status TTV
Kriteria Hasil : mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah,
tidak ada pursed lips, klien tidak merasa tercekik, irama,
frekwency dalam batas normal, tidak ada bunyi abnormal.
NIC :
1) Posisikan semi fowler
2) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
3) Pasang mayo jika perlu
4) Berikan bronkodilator
5) Auskultasi suara nafas
6) Monitor pola nafas
3. Defisit volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, takipneu, demam,
kehilangan volume cairan secara aktif, kegagalan mekanisme pengaturan NOC : fluid balance,
Hidration, Status Nutrisi; intake nutrisi dan cairan Kriteria Hasil : mempertahankan urine output
sesuai dengan usia, dan BB, BJ
urine normal, HT normal, TTV normal, Tidak ada tanda dehidrasi
(turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus
berlebihan)
NIC :
1) Pertahankan intake dan output yang akurat
2) Monitor status hidrasi
3) Monitor Vital sign
4) Monitor masukan makanan/ cairan dan hitung intake kalori
5) Berikan cairan IV pada suhu ruangan
6) Kolaborasikan pemberian cairan IV
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan isolasi respiratory: tirah baring atau imobilisasi,
kelemahan menyeluruh, ketidak seimbangan suplai O2 dengan kebutuhan.
NIC : ADL, pemulihan tenaga
Kriteria Hasil : mampu melakukan aktivitas secara mandiri, berpartisipasi dalam
aktivitas fisik tanpa disretai peningkatan TTV
NIC :
1) Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medik dalam menyiapkan
program terapi yang tepat
2) Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
3) Kaji adanya faktor penyebab kelelahan
4) Monitor respons kardiovaskuler terhadap aktivitas
5) Monitor lama istirhatanya pasien
6) Monitor nutrisi dan sumber tenaga adekuat
5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan keadaan penyakit keterbatasan kognitif, salah
interpretasi informasi, kurang paparan
NOC : proses penyakit, proses penyembuhan
Kriteria Hasil : klien dan keluarga mengatakan pemahaman tentang penyakit,
prognosis dan program pengobatan
NIC :
1) Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang
prose penyakit yang spesifik
2) Jelaskan patofisiologi tentang penyakit
3) Gambarkan tanda dan gejala yang muncul pada penyakit
4) Gambarkan proses penyakit
5) Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1. Biodata / Data Biografi
Identitas Klien:
Nama : An. E No Register : 08.110.900
Umur : 1 tahun
Suku/bangsa : Jawa
Status Perkawinan : -
Agama : Islam
Pendidikan : -
Pekerjaan : -
Alamat : jl.Cimanuk
Tanggal masuk RS : 25 Mei 2012
Tanggal Pengkajian : 26 Mei 2012
Catatan kedatangan : Kursi roda ( ), Ambulan ( ), Brankar ( √ )
1 Kamis, 27 09.00
1. Mengkaji frekuensi/ kedalaman pernapasan dan
Mei 2012 WIB gerakan dada.
Dengan Hasil : RR = 25x/i,
2. Mengukur TTV
Dengan hasil :
TD : 120/80mmhg
N : 80 x/i
RR : 26x /i
3. Mengauskultasi area paru, mencatat area
penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas
adventisius, mis, krekels, mengi stridor.
Dengan hasil : bunyi nafas bronkial, krekels,
mengi, dan srtidor tidak ada.
4. Membantu pasien latihan napas dan mengajarkan
melakukan batuk efektif, Dengan Hasil : Klien
melaksanakan latihan nafas sesuai yang
dianjurkan dan dapat melakukan batuk efektif
dan mengeluarkan dahak.
5. Melakukan Penghisapan sekret sesuai indikasi.
Dengan Hasil : sekret bisa keluar
6. Memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari
(Kecuali kontra indikasi) dan menaawarkan air
hangat
Dengan Hasil : intake cairan 2000 ml dan pasien
mau minum air hangat.
7. Memberikan obat sesuai indikasi: mukolitik,
ekspektoran, bronkodolator, analgesik.
8. Mengawasi sinar X dada, GDA,
Dengan Hasil: Rontgen menunjukkan infiltrasi
meyebar, dan GDA tidak normal.
2 Kamis, 27 09.00
1. Mententukan karakteristik nyeri, misalnya :
P : Intervensi dilanjutkan :
Kaji frekuensi kedalaman nafas
Pantau terus TTV
Auskultasi area paru
Ingatkan kembali pasien untuk latihan nafas
dan batuk efektif
Lanjutkan pemberian obat sesuai indikasi
Lanjutkan pemberian oksigen sesuai indikasi
Awasi GDA
2 Rabu, 26 13.30 S:
Mei 2012 Wib Klien mengatakan nyeri berkurang
Klien mengatakan badannya masih lemah
O:
Klien tampak agak nyaman
Gelisah berkurang
Dispneu berkurang
TTV:
TD : 125/80 mmHg
o N : 100 x/i
RR : 27x /i
Mukosa bibir masih kering dan pucat
Dispnea (+)
Perfusi paru redup
Premetus menurun pada kedua paru
Akral hangat sianosis
Kapilari refile kembali dalam 2-3 detik
Klien masih pucat dan sianosis
O:
Klien dapat mengeluarkan dahaknya
Krekels dan stredor (-)
Dispnea tidak ada
TTV:
TD : 120/80 mmHg
N : 80x/i
RR : 25x /i
P : Intervensi dilanjutkan :
Pantau terus TTV
Auskultasi area paru
Ingatkan kembali pasien untuk latihan nafas
dan batuk efektif
Lanjutkan pemberian obat sesuai indikasi
Awasi GDA
2 Kamis, 27 13.30 S:
Mei 2012 Wib Klien mengatakan tidak nyeri lagi
Klien mengatakan badannya sudah merasa
segar
O :
Klien merasa nyaman
TTV:
TD : 120/80 mmHg
N : 80 x/i
RR : 25x /i
Mukosa bibir masih kering dan pucat
Dispnea (-)
Perfusi paru redup
Akral hangat
Kapilari refile kembali dalam 2-3 detik
Klien masih pucat dan sianosis
P : Intervensi dilanjutkan :
Pantau terus TTV
Ingatkan kembali pasien untuk latihan nafas
dan batuk efektif
Lanjutkan pemberian obat sesuai indikasi
3 Kamis, 27 13.30 S:
Mei 2012 Wib Klien mengatakan saat batuk sputum keluar.
Klien mengatakan masih blum nafsu makan
dan hanya mampu menghabiskan ½ porsi setiap
kali makan (pagi, siang dan malam)
O:
Klien tampak mengeluarkan sputum saat batuk
dan sudah berkurang
Klien tampak mengabiskan makanan dalam ½
porsi setiap kali makan
Kulit klien masih tampak kering
Hb : 10 gr / dl
Protein total : 5,86 gr / dl
Albumin 3,00 gr / dl
BB : 61 kg
TTV:
TD : 120/80 mmhgs
N : 80 x/i
RR : 25x /i
Akral hangat
A : Masalah teratasi sebagian :
Mengidentifikasi
pengeluaran sputum, observasi distensi
abdomen, dan status gizi
P : Intervensi Keperawatan dilanjutkan
Indentifikasi mual
Menjadwalkan pengobatan
Memberikan makanan dengan porsi kecil tapi
sering
Evaluasi terus status nutrisi
1 Jumat, 28 13.30 S:
Mei 2012 Wib Klien mengatakan sudah tidak batuk
Klien mengatakan sudah tidak sesak
O:
Klien mengatakan tidak ada sputum
Krekels dan stredor (-)
TTV:
TD : 120/80 mmHg
N : 80x/i
RR : 24x /i
P : Intervensi dihentikan
2 Jumat, 28 13.30 S:
Mei 2012 Wib Klien mengatakan tidak nyeri lagi
Klien mengatakan badannya sudah segar
O :
Klien merasa nyaman
TTV:
TD : 120/80 mmHg
o N : 80 x/i
RR : 24x /i
Mukosa bibir normal dan tidak pucat lagi
Dispnea (-)
Perfusi paru Normal
Akral hangat
Kapilari refile kembali dalam 2 detik
A : Masalah teratasi.
P : Intervensi dihentikan.
3 Jumat, 28 13.30 S:
Mei 2012 Wib Klien mengatakan tidak batuk lagi
Klien mengatakan sudah nafsu makan dan
mampu menghabiskan 1 porsi penuh setiap kali
makan (pagi, siang dan malam)
O:
Klien tidak tampak batuk lagi dan tidak ada
sputum
Klien tampak mengabiskan makanan dalam 1
porsi penuh setiap kali makan
Kulit klien sudah normal
Hb : 14 gr / dl
Protein total : 7,5 gr / dl
Albumin 3,4gr / dl
BB : 62 kg
TTV:
TD : 120/80 mmhg
N : 80 x/i
RR : 24x /i
Akral hangat
A : Masalah teratasi.
DAFTAR PUSTAKA
http://montanitalyano.blogspot.com/2013/12/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan.html
http://retnopuspasari.blogspot.com/2014/04/asuhan-keperawatan-pada-pasien-pneumonia.html
http://chandwicaksono.blogspot.com/2013/09/askep-pneumonia.html
http://sehati11022012.blogspot.com/2013/11/makalah-askep-pneumonia-lengkap.html
http://eprints.ums.ac.id/25860/18/NASKAH_PUBLIKASI.pdf