Anda di halaman 1dari 70

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Keluarga

1. Pengertian

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas

kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal

disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan

(Setiawati, 2008).

Menurut Helvie 1981, Keluarga Adalah sekelompok manusia

yang tinggal dalam satu rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten

dan hubungan yang erat (Setiadi.2008).

Menurut Friedman 1998 yang di kutip dari (Suprajitno.2004),

Keluarga Adalah Kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama

dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai

peran masing-masing yang bagian dari keluarga.

2. Tipe Keluarga

Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuan dan

orang yang mengelompokkan. Secara tradisional keluarga

dikelompokkan menjadi 2 menurut Suprajitno (2004) yaitu :

a. Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri

ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi

atau keduanya.
9

b. Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga ini bertambah

Anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah

(Kakek-nenek, paman- Bibi).

3. Struktur Keluarga

Menurut Setiadi (2008) Struktur Keluarga menggambarkan

bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga dimasyarakat.

Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam diantaranya adalah :

a. Patrineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun

melalui jalur garis ayah.

b. Matrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun

melalui jalur garis ibu.

c. Matrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah istri.

d. Patrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah suami.
10

e. Keluarga Kawin

Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan

keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian

keluarga karena adanyan hubungan dengan suami atau istri.

4. Tahap Perkembangan Keluarga

Menurut Sudiharto (2007), perawat keluarga perlu mengetahui tentang

tahapan dan tugas perkembangan keluarga untuk memberikan pedoman

dalam menganalisis pertumbuhan dan kebutuhan promosi kesehatan

keluarga serta untuk memberikan dukungan pada keluarga untuk

kemajuan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Tahap perkembangan

keluarga tersebut sebagai berikut:

a. Keluarga pemula atau pasangan baru (Berganning Family)

Tugas perkembangan keluarga pemula antara lain membina

hubungan yang harmonis dan kepuasan bersama dengan

membangun perkawinan yang saling memuaskan, membina

hubungan dengan orang lain dengan menghubungkan jaringan

persaudaraan secara harmonis, merencanakan kehamilan dan

mempersiapkan diri menjadi orang tua.

b. Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur 30

bulan/child bearing)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap II yaitu

membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit, mempertahankan

hubungan perkawinan yang memuaskan, memperluas persahabatan

dengan keluarga besar dengan menambahkan peran orang tua


11

kakek dan nenek dan mensosialisasikan dengan lingkungan

keluarga besar masing-masing pasangan.

c. Keluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua berumur 2-6

tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap III yaitu

memenuhi kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak,

mengintegritaskan anak yang baru sementara tetap memenuhi

kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan hubungan yang

sehat dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan

norma kehidupan, mulai mengenalkan kultur keluarga,

menanamkan keyakinan beragama dan memenuhi kebutuhan

bermain anak.

d. Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 tahun).

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ke IV yaitu

mensosialisasikan anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah

dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya,

mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan,

memenuhi kebutuhan kesehatan fisik sebagai anggota keluarga,

membiasakan belajar teratur dan memperhatikan anak saat

menyelesaikan tugas sekolah.

e. Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20 tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ke V yaitu

menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja

menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali hubungan


12

perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan

anak-anak, memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam

batasan tanggung jawab, mempertahankan komunikasi dua arah.

f. Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak

pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ke VI memperluas

siklus keluarga dengan memasukkan anggota kelurga baru yang

didapat melalui perkawinan anak-anak, melanjutkan untuk

memperbaharui hubungan perkawinan, membantu orang tua lanjut

usia dan sakit-sakitan dari suami maupun istri, membantu anak

mandiri, mempertahankan komunikasi, memperluas hubungan

keluarga dengan menantu, menata kembali peran dan fungsi

keluarga setelah ditinggalkan anak.

g. Keluarga orang tua usia pertengahan (Middle Age Family)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ke VII yaitu

menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan,

mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti para

orang tua dan lansia, memperkokoh hubungan perkawinan,

menjaga keintiman, merencanakan kegiatan yang akan datang,

memperhatikan kesehatan masing-masing pasangan dan tetap

menjaga komunikasi dengan anak-anak.

h. Keluarga dalam masa pensiun dan lansia

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ke VIII yaitu

mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan,


13

menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun,

mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri

terhadap kehilangan pasangan, mempertahankan ikatan keluarga

antar generasi, meneruskan untuk memahami ekstensi mereka,

saling memberi perhatian yang menyenangkan antar pasangan,

merencanakan kegiatan untuk mengisi waktu tua seperti

berolahraga, berkebun dan mengasuh cucu.

5. Fungsi Keluarga

Menurut Setiadi (2008) ada beberapa fungsi yang dijalankan

keluarga sebagai berikut :

a. Fungsi Afektif

Menurut Friedman (1998) yang dikutip dari Setiadi (2008),

fungsi Afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk

mengajarkan segalanya untuk mempersiapkan anggota keluarga

berhubungan dengan orang lain.

b. Fungsi Biologis

Adalah Untuk meneruskan keturunan, Memelihara dan

membesarkan anak, Memenuhi kebutuhan gizi keluarga,

Memelihara dan merawat anggota keluarga.

c. Fungsi Psikologis

Memberikan kasih sayang dan rasa aman, Memberikan

perhatian diantara anggota keluarga, Membina pendewasaan

kepribadian anggota keluarga, Memberikan identitas keluarga.


14

d. Fungsi Sosialisasi

Fungsi yang mengembangkan proses interaksi dalam

keluarga. Sosialisasi dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan

tempat individu untuk belajar.

e. Fungsi Ekonomi

Adalah Mencari sumber-sumber penghasilan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga, Pengaturan pengunaan penghasilan

keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, Menabung Untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang

misalnya pendidikan anak-anak jaminan hari tua dan sebagainya.

f. Fungsi Pendidikan

Adalah Menyekolahkan anak untuk memberikan

pengetahuan, keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai

dengan bakat dan minat yang dimilikinya, Mempersiapkan Anak

untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi

peranannya sebagai orang dewasa, Mendidik anak sesuai dengan

tingkat-tingkat perkembangannya.

g. Keluarga Sebagai Sistem

Pengertian sistem yang paling umum adalah kumpulan

beberapa bagian fungsional yang saling berhubungan dan

tergantung satu dengan yang lain dalam waktu tertentu untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.


15

6. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan keluarga mempunyai

tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan menurut

Suprajitno (2004) meliputi anatara lain:

a. Mengenal Masalah Kesehatan Keluarga.

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh

diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti

dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan

dana keluarga habis. Perubahan sekecil apapun yang dialami

anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orang

tua/keluarga. Apabila menyadari adanya perubahan keluarga, perlu

dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan beberapa

besar perubahannya.

b. Memutuskan Tindakan Kesehatan Yang Tepat Bagi Keluarga

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk

mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga,

dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai

kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan yang tepat

agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi.

c. Merawat Keluarga Yang Mengalami Gangguan Kesehatan

Sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat

dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah

diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian, anggota keluarga

yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan


16

lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak

terjadi.

d. Memodifikasi Lingkungan Keluarga Untuk Menjamin Kesehatan

Keluarga.

1) Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki disekitar

lingkungan rumah.

2) Pengetahuan tentang pentingnya sanitasi lingkungan dan

manfaatnya.

3) Kebersamaan dalam meningkatkan dan memelihara

lingkungan rumah yang menunjang kesehatan.

e. Memanfaatkan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Di Sekitranya Bagi

Keluarga.

Menurut (Effendy, 2008), pada keluarga tertentu bila ada

anggota keluarga yang sakit jarang dibawa ke puskesmas tapi ke

mantri atau dukun. Untuk mengetahui kemampuan keluarga dalam

memanfaatkan sarana kesehatan perlu dikaji tentang :

1) Pengetahuan keluarga tentang fasilitas kesehatan yang dapat

dijangkau keluarga

2) Keuntungan dari adanya fasilitas kesehatan

3) Kepercayaan keluarga terhadap fasilitas kesehatan yang ada

4) Apakah fasilitas kesehatan dapat terjangkau oleh keluarga.


17

7. Peran Perawatan Keluarga

Dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga, peran perawat

keluarga perlu memerhatikan prinsip-prinsip berikut (Sudiharto,

2007) :

a. Sebagai pendidik

Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan

kepada keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga dalam

merawat anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan.

b. Sebagai koordinator pelaksana pelayanan keperawatan

Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan

yang komprehensif. Pelayanana keperawatan yang

bersinambungan diberikan untuk menghindari kesenjangan antara

keluarga dan unit pelayanan kesehatan (puskesmas dan rumah

sakiat )

c. Sebagai pelaksana pelayanan perawatan

Pelayana keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui

kontak pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang memiliki

masalah kesehatan. Dengan demikian anggota keluarga yang sakit

dapat menjadi entry point bagi perawat untuk memberikan asuhan

keperawatan keluarga secara komprehensif.

d. Sebagai supervisor pelayanan keperawatan

Perawat melakukan supervise ataupun pembinaan terhadap

keluarga melalui kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap


18

keluarga beresiko tinggi maupun yang tidak. Kunjungan rumah

tersebut dapat direncanakan terlebih dahulu atau secara mendadak.

e. Sebagai pembela (advokat)

Perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi hak-

hak keluarga sebagai klien. Perawat diharapkan mampu

mengetahui harapan serta modifikasi sistem pada perawat yang

diberikan untuk memenuhi hak dan kebutuhan keluarga.

f. Sebagai fasilitator

Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga,dan

masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan dan

keperawatan yang mereka hadapi sehari-hari serta dapat

membantu memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah.

g. Sebagai peneliti

Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahami

maslah-maslah kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga.

Masalah kesehatan yang muncul didalam keluarga biasanya terjadi

menurut siklus atau budaya yang dipraktikan keluarga. Misalnya,

diare pada balita terjadi karena budaya menjaga kebersihan

makana dan minuman kurang diperhatikan. Peran sebagi peneliti

difokuskan kepada kemampuan keluarga untuk mengidentifikasi

penyebab, menanggulangi dan melakukan promosi kepada

anggota keluarganya.
19

8. Keluarga Sebagai Sistem

Pengertian sistem yang paling umum adalah kumpulan beberapa

bagian fungsional yang saling berhubungan dan tergantung satu

dengan yang lain dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan.

B. Konsep Dasar Hipertensi

1. Pengertian

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi

gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak,

penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot

jantung. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran

menjelaskan hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan

pada mekanisme pengatur tekanan darah. Hipertensi dikategorikan

ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95-104 mmHg, hipertensi

sedang jika tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini

berdasarkan peningkatan tekanan diastolic karena di anggap lebih serius

dari peningkatan sistolik (Darmojo, 2009).

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik 140 mmHg sampai

lebih dari 140 mmHg atau aliran tekanan darah diastolik 90 mmHg

sampai lebih dari 90 mmHg pada individu. Mekanisme hipertensi tidak

dapat dijelaskan dengan satu penyebab spesifik, melainkan sebagai

akibat interaksi dinamis antara genetik, lingkungan dan faktor lainnya.

Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala sementara tekanan

darah yang terus-menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat


20

menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Oleh karena itu, hipertensi

perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara

berkala. Pendeteksian dini perlu dilakukan karena kerusakan organ

terutama jantung, ginjal dan otak berkaitan dengan derajat keparahan

hipertensi salah satunya penyakit jantung koroner yang sering terjadi

pada hipertensi dan memungkinkan menyebabkan tingginya angka

kematian penyakit jantung ( Gray, 2010).

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas maka dapat disimpulkan

hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan

tekanan darah diastolik ≥90 mmHg.

2. Anatomi Fisiolog Kardiovaskular Dan Peredaran Darah

Gambar 2.1 Anatomi Jantung (Kamilla Rufaida, 2014)


21

a. Anatomi Jantung dan Pembuluh Darah

Jantung merupakan organ utama sistem kardiovaskular. berotot

dan beronga, bentuk menyerupai piramid atau jantung pisang yang

merupakan pusat sirkulasi darah ke seluruh tubuh, terletak dalam

rongga thraks pada bagian mediastinum. Ujung jantung mengarah ke

bawah, ke depan bagian kiri. Basis jantung mengarah ke atas, batang

nadi paru, pembuluh balik atas dan bawah dan pembukuh balik paru

(Syarifudin, 2011).

Jantung terdiri atas tiga lapisan, yaitu epikardium, miokardium,

dan endokardium.

Epikardium merupakan lapisan terluar , memiliki struktur yang

sama dengan perikardium viseral.

Miokardium, merupakan lapisan tegah yang terdiri atas otot

yang berperan dalam menentukan kontraksi.

Endokardium, merupakan lapisan terdalam terdiri atas jaringan

endotel yang melapisi bagian dalam jantung dan menutupi katup

jantung.

1) Katup Jantung

Katup jantung berfungsi untuk mempertahankan aliran

darah searah melalui bilik jantung. Ada dua jenis katup, yaitu

katup atrioventrikuler dan katup semilunar.

a) Katup atrioventrikuler, memisahkan antara atrium dan

ventrikel. Katup ini memungkinkan darah mengalir dari

masing-masing atrium ke ventrikel saat diastole ventrikel dan


22

mencegah aliran balik ke atrium saat sistole ventrikel. Katup

atrioventrikuler ada dua, yaitu katup trikuspidalis dan katup

bikuspidalis. Katup trikuspidalis memiliki dua buah daun

katup yang terletak antara atrium kanan dan ventrikel kanan.

Katup bikuspidalis atau katup mitral memiliki dua buah daun

katup dan terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri.

b) Katup semilunar, memisahkan antara arteri pulmonalis dan

aorta dari ventrikel. Katup semilunar yang membatasi

ventrikel kanan dan arteri pulmonalis disebut katup semilunar

pulmonal. Katup yang membatasi ventrikel kiri dan aorta

disebut katup semilunaraorta. Adanya katup ini

memungkinkan darah mengalir dari masing-masing ventrikel

ke arteripulmonalis atau aorta selama sistoleventrikel dan

mencegah aliran balik ke ventrikel sewaktu diastoleventrikel.

Katup tersebut membuka dan menutup secara pasif,

menanggapi perubahan tekanan dan volume dalam bilik

jantung dan pembuluh darah. Septumatrial adalah bagian

yang memisahkan antara atrium kiri dan kanan sedangkan

septumventrikel adalah bagian yang memisahkan ventrikel

kiri dan kanan. Dalam keadaan normal tidak terjadi

percampuran darah antara kedua atrium, kecuali pada masa

janin, dan tidak terjadi percampuran darah antara kedua

ventrikel pada jantung sehat. Semua ruang dikelilingi oleh

jaringan ikat.
23

2) Ruangan Jantung

Jantung memiliki 4 ruang, yaitu atrium kanan, atrium kiri,

ventrikel kiri dan ventrikel kanan. Atrium terletak diatas ventrikel

dan saling berdampingan. Atrium dan ventrikel dipisahkan oleh

katup satu arah .Antara rongga kanan dan kiri dipisahkan oleh

septum.

a) Atrium Kanan

(1) Memiliki dinding yang tipis

(2) Atrium kanan berpungsi sebagai penampungan darah yang

rendah oksigen dari seluruh tubuh. Darah tersebut

mengalir melalui vena kava superior, vena kava inferior,

serta sinus koronarius yang berasal dari jantung sendiri.

Dari atrium kanan kemudian darah dipompa ke ventrikel

kanan.

(3) Antara vena kava dan atrium jantung dipisahkan oleh

lipatan katup atau pipa otot yang rudimeter. Oleh sebab

itu, bila terjadi peningkatan tekanan atrium kanan akibat

bendungan darah dibagian kanan jantung akan dibalikkan

kembali kedalam vena sirkulasi sistemik.80% aliran balik

vena kedalam atrium kanan mengalir secara pasif kedalam

ventrikel kanan melalui katup trikuspidalis.20% mengisi

ventrikel dengan kontraksi atrium. Pengisian ventrikel

secara aktif ini dinamakan atrialkick. Hilangnya atrialkick


24

pada disritmia dapat mengurangi pengisian ventrikel

sehingga mengurangi curah ventrikel.

b) Ventrikel Kanan

(1) Berbentuk bulan sabit yang unik.

(2) Berguna dalam menghasilkan kontraksi bertekanan

rendah yang cukup untuk mengalirkan darah kedalam

arteri pulmonalis.

(3) Tebal dinding ventrikel kanan hanya 1/3 dari tebal

dinding ventrikel kiri karena beban kerja ventrikel kanan

lebih ringan daripada ventrikel kiri.

(4) Saat ventrikel kanan berkontraksi, katup trikuspidalis

menutup, dan darah dipompa ke paru melalui

arteripulmonalis. Pada pertemuan arteri besar dan

ventrikel kanan, terdapat katup semilunarispulmonalis.

Ketiga daunnya didorong dan membuka saat ventrikel

kanan berkontraksi dan memompa darah ke

arteripulmonalis. Ketika ventrikel kanan relaksasi, darah

kembali mengisi daun katup dan menutup katup

semilunarispulmonalis untuk mencegah aliran balik

darah ke ventrikel kanan.

(5) Sirkulasi pulmonal merupakan sistem aliran darah

bertekanan rendah, dengan resistensi jauh lebih kecil

terhadap aliran darah dari ventrikel kanan, dibandingkan


25

tekanan tinggi sirkulasi sistemik terhadap aliran darah

dari ventrikel kiri.

c) Atrium Kiri

(1) Atrium kiri menerima darah yang sudah teroksigenasi

dari paru melalui keempat vena pulmonalis. Darah ini

kemudian mengalir ke ventrikel kiri melalui katup

mitralis. Katup mitralis mencegah aliran balik darah

ventrikelkiri ke atrium kiri saat atrium kiri berkontraksi.

(2) Antara vena pulmonalis dan atrium kiri tak ada katup

sejati, karena itu perubahan tekanan dari atrium kiri

mudah sekali membalik retrograd kedalam pembuluh

paru. Peningkatan tekanan atrium kiri yang akut akan

menyebabkan bendungan paru.

(3) Atrium kiri berdinding tipis dan bertekanan rendah.

d) Ventrikel Kiri

(1) Memiliki dinding yang lebih tebal daripada dinding

ventrikel kanan, sehingga ventrikel kiri berkontraksi

lebih kuat.

(2) Ventrikel kiri memompa darah ke seluruh tubuh melalui

aorta, arteri terbesar tubuh. Pada pertemuan aorta dan

ventrikel kiri terdapat katup semilunarisaorta. Katup ini

membuka karena kontraksi ventrikel kiri, yang juga

menutup katup mitralis. Katup semilunarisaorta

menutup saat ventrikel kiri relaksasi, untuk mencegah


26

aliran balik darah aorta ke ventrikel kiri. Ketika katup

atrioventrikularis menutup, katup ini mencegah aliran

balik darah ke atrium kiri.

(3) Ventrikel kiri yang harus harus menghasilkan tekanan

yang cukup tinggi untuk mengatasi tahanan sirkulasi

sistemik dan mempertahankan aliran darah ke jaringan

perifer.

(4) Ventrikel kiri mempunyai otot tebal dan bentuknya

menyerupai lingkaran, mempermudah pembentukan

tekanan yang tinggi selama ventrikel berkontraksi.

Bahkan sekat pembatas kedua ventrikel (septum

interventrikularis) juga membantu memperkuat tahanan

yang ditimbulkan oleh seluruh ventrikel pada kontraksi.

(5) Pada kontraksi, tekanan ventrikel kiri meningkat sekitar

5x lebih tinggi daripada tekanan ventrikel kanan, bila

ada hubungan abnormal antara kedua ventrikel maka

darah akan mengalir dari kiri ke kanan melalui robekan

tersebut akibatnya jumlah aliran darah dari ventrikel kiri

melalui katup aorta kedalam aorta kan berkurang.

3) Pembuluh Darah

Pembuluh darah merupakan jalan bagi darah yang mengalir

dari jantung menuju ke jaringan tubuh, atau sebaliknya.


27

a) Arteri

Dinding aorta dan arteri besar mengandung banyak

jaringan elastis dan sebagian otot polos.Ventrikel kiri

memopa darah masuk ke dalam aorta dengan tekanan tinggi.

Dorongan darah secara mendadak ini meregangkan dinding

arteri yang elastis tersebut, selama ventrikel beristirahat

maka kembalinya dinding yang elastis tersebut pada keadaan

semula, akan memompa darah kedepan, keseluruh sistem

sirkulasi. Di daerah perifer, cabang sistem arteri membagi

darah kedalam pembuluh yang lebih kecil.

Jaringan arterial terisi sekitar 15% dari volume total

darah.Oleh sebab itu, sistem arteri dianggap sebagai sirkuit

yang memiliki volume yang rendah tetapi tekanan

tinggi.Karena sifat isi dan tekanan ini maka cabang arterial

disebut sirkuit resistensi.

b) Arteriola

Dinding arteriola terutama terdiri atas otot polos dengan

sedikit serabut elastis. Dinding berotot ini sangat peka dan

dapat berdilatasi atau berkontraksi untuk mengatur aliran

darah ke jaringan kapiler. Sebagai akibat dari kemampuan

otot pembuluh darah untuk mengubah diameter dengan cukup

bermakna, maka arteriola menjadi tempat resistensi utama

aliran darah dari seluruh percabangan arteri. Akibatnya

tekanan pada kapiler akan turun mendadak dan aliran


28

berubah dari berdenyut menjadi aliran yang tenang sehingga

memudahkan pertukaran nutrien pada tingkat kapiler. Pada

persambungan antara arteriola dan kapiler terdapat sfingter

prekapiler.

c) Kapiler

Dinding pembuluh darah kapiler sangat tipis terdiri atas satu

lapis sel endotel. Melalui membran yang tipis dan

semipermeabel, nutrisi dan metaolit berdifusi dari daerah

dengan konsentrasi tinggi menuju kedaerah dengan

konsentrasi rendah. Dengan demikian, O2 dan nutrisi akan

meninggalkan pembuluh darah dan masuk keruang

interstisial dan sel. CO2 dan metabolit berdifusi kearah yang

berlawanan.

d) Venula

Venula berfungsi sebagai saluran pengumpul dengan

dinding otot yang relatif lemah namun peka. Pada pertemuan

antara kapiler dan venula terdapat sfingter postkapiler.

e) Vena

Vena merupakan saluran berdinding relatif tipis dan

berfungsi menyalurkan darah dari jaringan kapiler melalui

sistem vena, masuk ke atrium kanan. Pembuluh vena dapat

menampung darah dalam jumlah yang cukup banyak dengan

tekanan yang relatif rendah. Karena sifat aliran vena yang

bertekanan rendah-bervolume tinggi, maka sistem vena


29

disebut sistem kapitas.Sekitar 65% dari volume darah

terdapat dalam sistem vena, tetapi kapasitas jaringan vena

dapat diubah. Venokonstriksi dapat menurunkan kapasitas

jaringan vena, memaksa darah bergerak maju menuju jantung

sehingga memperbesar aliran balik vena.

Aliran darah dari kapiler ke jantung dipengaruhi oleh dua

faktor, yaitu tekanan vena oleh otot rangka dan perubahan

tekanan rongga dada dan perut selama pernafasan.Sistem

vena berahir pada vena kava superior dan `vena kava inferior.

b. Fisiologi

Sistem peredaran darah atau sistem kardiovaskuler adalah suatu

sistem organ yang berfungsi memindahkan zat ke dan dari sel. Sistem

ini juga menolong stabilitas suhu dan pH tubuh (bagian dari

homeostasis).

Ada dua jenis sistem peredaran darah, yaitu sistem peredaran

darah terbuka, dan sistem peredaran darah tertutup. Sistem peredaran

darah, yang merupakan juga bagian dari kinerja jantung dan jaringan

pembuluh darah (sistem kardiovaskuler) dibentuk. Sistem ini

menjamin kelangsungan hidup organisme, di dukung oleh metablisme

setiap sel dalam tubuh dan mempertahankan sifat kimia dan fisiologi

cairan tubuh .

Pembuluh darah pada peredaran darah kecil, terdiri atas :

1) Arteri pulmonaris, merupakan pembuluh darah yang keluar dari

ventrikel dekstra menuju ke paru-paru. Mempunyai 2 cabang yaitu


30

dekstra dan sinistra untuk paru-paru kanan dan kiri yang banyak

mengandung karbon dioksida di dalam daranya.

2) Vena pulmonaris, merupakan vena pendek yang membawa darah

dari paru-paru masuk ke jantung bagian antrium sinistra.

Didalamnya berisi darah yang banyak mengandung oksigen.

Pembuluh darah pada peredaran darah besar, yaitu : aorta,

merupakan pembuluh darah arteri yang besar yang keluar dari jantung

bagian ventrikel sinistra melalui aorta asendens lalu membelok ke

belakang melalui radiks pulmonalis sinistra, turun sepanjang kolumna

vertebralis menebus diafragma lalu menurun ke bagian perut.

Jalannya arteri terbagi atas 3 (tiga) bagian:

1) Aorta asendens, aorta yang naik ke atas dengan panjangnya

kurang lebih 5 cm, cabangnya arteri koronaria masuk ke jantung

2) Arkus aorta, yaitu bagian aorta yang melengkung arah kekiri , di

depan trakea sedikit ke bawah sampai vena torakalis IV, cabang-

cabangnya: arteri brakia sefalika atau arteri anomonia, arteri

subklavia sinistra dan arteri karotis komunis sinistra.

3) Aorta desendens, bagian aorta yang menurun dari vertebra

torakalis IV sampai vertebra lumbalis IV. Letaknya :

a) Aorta torakalis

Dimulai dari vertebra torakalis IV sampai menebus

diafragma. Percabangannya sampai pada dinding toraks dan

alat-alat viseral yang berada di dalam rongga toraks.


31

b) Aorta abdominalis.

Pada vertebra torakalis XII terbagi 2: arteri iliaka

komunis dekstra dan arteri iliaka komunis sinistra.

Jantung dapat bergerak mengembang dan menguncup,

yang disebabkan karena adanya syaraf otonom. Rangsangan

ini diterima oleh jantung pada simpul syaraf yang terdapat

pada atrium dekstra dekat vena kava yang disebut nodus sino

atrial.

Selama gerakan jantung, dapat terdengar dua macam

suara yang disebabkan oleh katub yang menutup. Bunyi

pertama disebabkan menutupnya katub aorta dan arteri

pulmonal setelah kontriksi dari ventrikel. Bunyi yang pertama

panjang dan yang kedua pendek dan tajam. Dalam keadaan

normal, jantung tidak membuat bunyi lebih keras tetapi bila

arus darah cepat atau kaku ada kelainan pada katub maka

terdapat bunyi bising.

Dalam kerjanya jantung menurut syaifuddin (2011)

mempunyai 3 periode :

1) Periode Konstriksi ( periode systole ) yaitu suatu keadaan

dimana jantung bagian ventrikel dalam keadaan

menguncup. Katub Bikus dan trikuspidalis dalam

keadaan tertutup Valvula semilunaris aorta dan valvula

semilunaris arteri pulmonalis terbuka sehingga darah dari

ventrikel dekstra mengalir dari arteri pulmonalis masuk


32

ke paru-paru kiri dan kanan, sedangkan darah dari dari

venterikel sinistra mengalir ke aorta kemudian

diedarakan ke seluruh tubuh .

2) Periode dilatasi ( periode diastole ) yaitu suatu keadaan

dimana jantung mengembang, katub bikus dan

trikuspidalis terbuka, sehingga darah dari atrium sinistra

masuk ke ventrikel sinistra dan darah dari atrium dekstra

masuk ke ventrikel dekstra.

3) Periode Istirahat, yaitu waktu antara periode konstriksi

dan dilatasi dimana jantung berhenti kira – kira 1/ 10

detik.

3. Etiologi

Dikutip dari Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, adapun klasifikasi

hipertensi terbagi menjadi :

a. Berdasarkan penyebab

1) Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial

Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahuin

walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup

seperti kurang bergerak dan pola makan. Terjadi pada sekitar

90% penderita hipertensi.

2) Hipertensi sekunder/ hipertensi non esensial

Hipertensi yang diketahui penyebabnya, sekitar 5-10%

penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada


33

sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormon atau

pemakaian obat tertentu.

b. Hipertensi pada kehamilan

Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang umumnya terdapat

pada saat kehamilan yaitu :

1) Preeklampsia atau disebut juga hipertensi yang diakibatkan

kehamilan/keracunan kehamilan. Preeklampsi adalah penyakit

yang timbul dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan

proteunuria yang timbul karena kehamilan.

2) Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang sudah ada sejak

sebelum ibu mengandung janin.

3) Preeklampsia pada hipertensi kronik, yang merupakan

gabungan preeklampsia dengan hipertensi kronik.

4) Hipertensi gastasional atau hipertensi yang sesaat.

Penyebab hipertensi dalam kehamilan sebenarnya belum

jelas. Ada yang mengatakan bahwa hal tersebut diakibatkan oleh

kelainannpembuluh darah, ada yang mengatakan karena faktor diet,

tetapi ada juga yang mengatakan disebabkan faktor krturunan, dan

lain sebagainya.

4. Klasifikasi

Menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap

normal adalah 140/90 mmHg, dan tekanan darah sama atau diatas

160/90 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan tersebut tidak

membedakan usai, jenis kelamin, sedangkan batasan hipetensi dengan


34

mempehatikan perbedaan usia dan jenis kelamin, diajukan oleh kaplan

sebagai berikut :

a. Pria, usia < 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan darah

pada waktu berbaring diatas atau sama dengan 130/90.

b. Pria, usia > 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan

darahnya diatas 145/95 mmHg

c. Pada wanita tekanan darah diatas atau sama dengan 160/95 mmHg

dinyatakan hipertensi

Batasan lain berdasarkan peninggian tekanan sistolik.

Peninggian tekanan sistolik tanpa diikuti oleh peninggian tekanan

diastolik disebut hipertensi sistolik atau disebut hipertensi sistolik

terisolasi (isolated systolic hypertension). Kriteria hipertensi sistolik

terisolasi adalah bila peninggian tekanan sitolik > dari 2 kali tekanan

diastolik dikurangi 15 mmHg tanpa diikuti oleh peninggian tekanan

diastolik, atau tekanan sistolik lebih dari 2 kali tekanan diastolik, bila

tekanan diastolik tidak melebihi 90 mmHg (Sidabutar, et al 1991).

The Joint National Committe On Detection, Evaluation, And

Treatment of High Blood Presure, 1984, membagi tekanan sistolik

sebagai berikut.

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Sistolik (dikutip oleh Soeparman, 1991).

Tekanan Darah (mmHg) Kateogori

<140 Tekanan darah normal

140-159 Hipertensi terisolasi borderline


35

>160 Hipertensi sistolik terisolasi


Hipertensi sistolik terisolasi umumnya dijumpai pada usia lanju

dan bila dijumpai pada masa abdolesen atau dewasa muda, hal imi lebih

banyak dihubungkan dengan sirkulasi hiperkinetik, dan diramalkan

bahwa tekanan diastolik juga akan meningkat.

Berdasarkan tingginya tekanan diastolik, dahulu hipertensi

diklasifikasikan dalam 3 golongan, sebagai berikut :

a. Hipertensi ringan bila tekanan diastolik 90-110 mmHg

b. Hipertensi sedang bila tekanan diastolik 110-130 mmHg

c. Hiperensi berat bila tekanan diastolik diatas 130 mmHg

The Joint National Commite on Detection, Evaluation, dan

Treatment of High Blood Presure, 1984, membagi hipertensi

berdasarkan tekanan diastolik sebagai berikut.

Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi berdasarkan Tekanan Diastolik (dikutip


oleh Soeparman, 1991).

Tekanan Darah Diastolik


Kategori
(mmHg)
< 85 Tekanan darah normal
85-89 Tekanan darah normal tinggi
90-104` Hipertensi ringan
105=114 Hipertensi sedang
>115 Hipertensi berat

Batasan lain yang memperlihatkan tekanan sistolik dan diastolik

pada penderita yang sama dapat dilihat pada tabel berikut.


36

Tabel 2.3 Klasifikasi Hipertensi berdasar Tekanan Sistolik dan


Diastolik (dikutip oleh Soeparman, 1991).

Tekanan Tekanan Sistolik (mmHg)


Diastolik
<140 140-159 >160
Hipertensi sist.
Hipertensi sist.
<85 TD Normal terisolasi
Terisolasi
borderline

85-89 TD Normal tinggi

90-104 Hipertensi ringan

105-114 Hipertensi sedang

>115 Hipertensi berat

Batasan diatas diperuntukkan pada individu dewasa diatas umur

18 tahun. Dikatakan hipertensi apabila pada dua kali kunjungan yang

berbeda waktu, didapatkan tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih, atau

apabila tekanan sistolik pada beberapa kali pengukuran didapatkan nilai

yang menetap diatas 140 mmHg. Pengukuran yang pertama kali belum

dapat memastika adanya hipertensi, akan tetapi dapat merupakan

petunjuk untuk dilakukan observasi lebih lanjut (Sidabutar, et al 1991).

5. Pathofisiologi dan Clinical Pathway

a. Pathofisiologi

Menurut Brunner & Suddart dikutip dari Aspiani (2014).

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak dipusat vasomotor pada medula diotak. dari pusat

vasomotor ini bermula jaras saraf sympatis, yang berlanjut kebawah

ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke


37

ganglia sympati di toraks dan abdomen. rangsangan pusat vasomotor

dihantarkan dalam bentuk impuls yang begerak kebawah melalui

system saraf sympatis ke ganglia simpatis. pada titik ini, neuron pre

ganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut

saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan

dilepaskannya norefinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh

darah. berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat

mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang

vasokonstiktor. Klien dengan hipertensi sangat sensitif terhadap

norefinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal

tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis

merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi,

kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktifitas

vasokonstriksi. medula adrena mensekresi efinefrin, yang

menyebabkan vasokonstriksi.
38

b. Clinical Pathway

Faktor predisposisi : usia, jenis kelamin, merokok, stress,


kurang olahraga, genetic, alcohol, konsentrasi garam, obesitas Informasi yang minim Difisit pengetahuan

Kerusakan vaskuler pembuluh darah HIPERTENSI Perubahan situasi

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah Informasi minim Defisit Pengetahuan Ansietas

Vasokonstriksi Retensi pembuluh darah otak Nyeri Kepala

Suplai O2 ke otak Resiko Ketidak Efektifan


Gangguan sirkulasi Otak Perfusi Jaringan Otak

Ginjal Retina Pembuluh darah

Vaskokonstriksi pembuluh darah ginjal Spasme ateriol Sistemik Koroner

Blood flow darah Resiko Cidera Vasokonstriksi Iskemia miokard


Respon RAA Afterload
Penurunan Curah Jantung Nyeri Akut
Merangsang aldosteron
Kelebihan Volume Cairan Fatigue
Retensi Na
Edema Intoleransi aktivitas

Gambar 2.2 Clinical Pathway Hipertensi Nanda Nic-Noc (Nurarif, 2015)


39

6. Tanda dan Gejala

Seperti perdarahan, eksuddat, penyempitan pembuluh darah,

dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus).

Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau

serangan iskemik transien (transient ischemic attack, tia) yang

bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia)

atau gangguan tajam pengelihatan (Smeltzer, 2002) dalam Aspiani

(2014)

Menurut Brruner & Suddart (2002) dalam Aspiani (2014),

Gejala umum yang di timbulkan akibat Hipertensi tidak sama pada

setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa gejala. secara umum

gejala yang di kelukan oleh penderita hipertensi seperti berikut:

1. Sakit kepala

2. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk

3. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh

4. Berdebar atau detak jantung terasa cepat

5. Telinga berdering

6. Mual muntah

7. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Sodoyo et al, 2006 data penunjang untuk pasien

hipertensi antara lain :

a. Urinalisis untuk darah dan protein, elektrolit dan kreatinin darah

dapat menunjukkan penyakit ginjal baik sebagai penyebab atau

disebabkan oleh hipertensi.


40

b. Glukosa darah untuk menyingkirkan diabetes atau intoleransi

glukosa.

c. Kolesterol, HDL dan kolesterol total serum Membantu

memperkirakan risiko kardiovaskuler di masa depan.

d. EKG untuk menetapkan adanya hipertrofi ventrikel kiri.

e. Hemoglobin/hematokrit Bukan diagnostik tetapi mengkaji

hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (Viskositas) dan

dapat mengindikasikan faktor-faktor risiko seperti

hiperkoagulabilitas, anemia.

f. BUN/kreatinin memberikan informasi tentang perfusi/fungsi

ginjal.

g. Glukosa hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus

hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin

(meningkatkan hipertensi).

h. Kalium serum hipokalemia dapat mengindikasikan adanya

aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi

diuretic.

i. Kalsium serum Peningkatan kadar kalsium serum dapat

meningkatkan hipertensi.

j. Kolesterol dan trigliserida serum Peningkatan kadar dapat

mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak atero

matosa (efek kardiovaskuler).

k. Pemeriksaan tiroid Hipertiroidisme dapat menimbulkan

vasokonstriksi dan hipertensi.


41

l. Kadar aldosteron urin/serum Untuk mengkaji aldosteronisme

primer (penyebab).

m. Urinalisa darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal

dan/atau adanya diabetes.

n. Asam urat hiperurisemia telah menjadi komplikasi sebagai faktor

risiko terjadinya hipertensi.

o. Foto dada dapat menunjukkan abstraksi kalsifikasi pada area

katup, deposit pada dan atau takik aorta, pembesaran jantung.

p. CT Scan Mengkaji tumor serebral, ensefalopati, atau

feokromositama.

8. Penatalaksanaan

Tujuan deteksi dan penatalaksaan hipertensi adalah

menurunkan resiko penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta

morbiditas yang berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan

mempertahankan tekanan sistolik di bawah 140 mmHg dan tekanan

diastolik di bawah 90 mmHg dan mengontrol faktor resiko. Hal ini

dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja, atau dengan obat

anti hipertensi (Mansjoer, 2009).

a. Pengaturan Diet

Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup

sehat dan atau dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal

jantung dan dapat memperbaiki keadaan hipertrofi ventrikel kiri.

Beberapa diet yang dianjurkan:


42

1) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan

tekanan darah pada klayan hipertensi. Dengan pengurangan

konsumsi garam dapat mengurangi stimulasi sistem renin-

angiotensin sehingga sangat berpotensi sebagai anti

hipertensi. Jumlah asupan natrium yang dianjurkan 50-100

mmol atau setara sampai 5-6 gram garam perhari.

2) Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi

mekanismenya belum jelas, pemberian kalium secara

intravena dapat menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya

dimediasi oleh oksidanitrat pada dinding vascular.

3) Diet kaya buah dan sayur

4) Diet rendah kolestrol sebagai pencegah terjadinya jantung

coroner.

b. Penurunan Berat Badan

Mengatasi obesitas, pada sebagian orang, dengan cara

menurunkan berat badan mengurangi tekanan darah,

kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantung dan

volume secukup. Pada beberapa studi menunjukkan bahwa

obesitas berhubungan dengan kejadian hipertensi dan hipertrofi

ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan adalah hal yang sangat

efektif untuk menurunkan tekanan darah. Penurunan berat badan

(1kg/minggu) sangat dianjurkan. Penurunan berat badan dengan

menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian khusus karena

umumnya obat penurun berat badan yang terjual bebas


43

mengandung simpatomimetik, sehngga dapt meningkatkan

tekanan darah, memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan

terjadinya eksaserbasi aritmia.

c. Olahraga

Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda

bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki

keadaan jantung. Olahraga isotonic dapat juga meningkatkan

fungsi endotel, vasodilatasiperifier, dan mngurangi katekolamin

plasma. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali

dalam satu minggu sangat dianjurkan untuk menurunkan tekanan

darah. Olahraga meningkatkan kadar High Destity Lipoprotein

(HDL), yang dapat mengurangi terbentuknya arterosklerosis

akibat hipertensi.

d. Memperbaiki Gaya Hidup yang Kurang Sehat

Berhenti merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol,

penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena

asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ

dan dapat meningkatkan kerja jantung.

Penatalaksanaan medis yang diterapkan pada penderita

hipertensi adalah sebagai berikut (Mansjoer, 2011) :

1) Terapi oksigen

2) Pemantauan hemodinamik

3) Pemantauan jantung
44

4) Obat-obatan:

a) Diuretik: Chlorthalidon, hidromox, Lasix, Aldactone,

Dyrnium Diuretic bekerja melalui berbagai mekanisme

untuk mengurangi curah jantung dengan mendorong

ginjal meningkatkan ekskresi garam dan airnya. Sebagai

diuretik (tiazid) juga dapat menurunkan total peripheral

resistance.

b) Penyekat saluran kalsium menurunkan kontraksi otot

polos jantung atau arteri dengan mengintervensi influks

kalsium yang dibutuhkan untuk kontraksi. Sebagaian

penyekat saluran kalsium bersifat lebih sfesifik untuk

saluran lambat kalsium otot jantung; sebagian yang lain

lebih spesifik untuk saluran kalsium otot polos vaskular.

Dengan demikian, berbagai penyekat kalsium memiliki

kemampuan yang berbeda-beda dalam menurunkan

kecepatan denyut jantung, volume secukup, dan total

peripheral resistance.

c) Penghambat enzim mengubah angiotensin II atau

inhibitor berfungsi untuk menurunkan angiotensin II

dengan menghambat enzim yang diperlukan untuk

mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II. Kondisi

ini menurunkan darah secara langsung dengan

menurunkan total peripheral resistance, dan secara tidak

langsung menurunkan sekresi aldosterone, yang ahirnya


45

meningkatakan pengeluaran natrium pada urine keudian

menurunkan volume plasma dan curah jantung. Inhibitor

juga menurunkan tekanan darah dengan efek bradikinin

yang memanjang, yang normalnya memecah enzim.

Inhibitor dikontraindikasi untuk kehamilan.

d) Antagonis (penyekat) respetor beta (β-blocker), terutama

penyekat selektif, bekerja pada reseptor beta di jantung

untuk menurunkan kecepatan denyut dan curah jantung.

e) Antagonis reseptor alfa (α-blocker) menghambat

reseptor alfa di otot polos vascular yang secara normal

berespons terhadap rangsangan saraf simpatis dengan

vasokonstriksi. Hal ini akan menurunkan total peripheral

resistance.

f) Vasodilator arterior langsung dapat digunakan untuk

menurunkan total peripheral resistance. Misalnya,

natrium, nitroprusida, nikardipin, hidralazin,

nitrogliserin, dll.

g) Hipertensi gestasional dan preeklamsia-eklamsia

membaik setelah bayi lahir.

9. Komplikasi

Menurut Mansjoer (2009) komplikasi pada hipertensi adalah

a. Stroke dapat terjadi akibat hemoragiakibat tekanan darah tinggi di

otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak

yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi


46

kronis apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami

hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran darah ke area otak yang

diperdarahi berkurang. Arteri otak yag mengalami arterosklerosis

dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan

terbentuknya aneurisma.

b. Infark miokard dapat terjadi apabila arteri coroner yang

arterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke

miokardium atau apabila terbentuk thrombus yang menghambat

aliran darah melewati pembuluh darah. Pada hipertensi kronis dan

hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium mungkin

tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang

menyebabkan infark. Demikian juga, hipertrofi ventrikel dapat

menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik melintasi

ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksi jantung, dan

peningkatan risiko pembentukan bekuan.

c. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat

tekanan tinggi pada kapilerglomerulus ginjal. Dengan rusaknya

glomerulus, aliran darah ke unit fungsional ginjal, yaitu nefron

akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan

kematian. Dengan rusaknya membrane glomerulus, protein akan

keluar melalui urine sehingga tekanan osmotic koloid plasma

berkurang dan menyebabkan edema, yang sering dijumpai pada

hipertensi kronis.
47

d. Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada

hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat cepat dan

berbahaya). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini

menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan

ke ruang interstisial di sleuruh susunan saraf pusat. Neuron-

neuron disekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian.

e. Kejang dapat terjadi pada wanita preeklamasi. Bayi yang lahir

mungkin memiliki berat lahir kecil masa kehamilan akibat perfusi

plasenta yang tidak adekuat, kemudian dapat mengalami hipoksia

dan asidosis jika ibu mengalami kejang selama atau sebelum

proses persalinan

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Salah Satu

Anggota Keluarga Menderita Hipertensi

Proses keperawatan merupakan suatu metode pemecahan masalah

dalam perawatan. Dengan kemajuan tekhnologi dan perkembangan ilmu

pengetahuan yang semakin meningkat maka tuntutan masyarakat akan

kebutuhan pelayanan kesehatan yang diberikan bukan semata-mata

bersifat rutin yang hanya berdasarkan atas kebiasaan-kebiasaan dan

berorientasi pada tugas-tugas saja tetapi memberikan suatu pelayanan

perawatan berdasarkan masalah keperawatan yang dihadapinya. Dengan

adanya proses perawatan ini memberikan arah bagi tenaga perawatan

sehingga kekeliruan atau kesalahan dalam pelaksanaan tugas-tugas

keperawatan dapat dihindari serta mutu pelayanan perawatan dapat

ditingkatkan. Proses keperawatan adalah suatu pendekatan atau cara yang


48

teratur, terarah dan sistematis dalam mengidentifikasikan masalah-masalah

pasien, membuat rencana perawatan, melaksanakan rencana dan menilai

daya guna dalam memecahkan masalah yang telah diindetifikasi

sebelumnya. Secara terperinci proses perawatan terdiri dari 5 langkah

yaitu pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi, dimana masing–masing langkah saling

berkaitan dan berkesinambungan satu dengan yang lain (Nursalam, 2008).

Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan

dalam praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sebagai anggota

keluarga, pada tatanan komunitas dengan menggunakan proses

keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan, berlandaskan pada

etika dan etiket keperawatan, dalam lingkup wewenang serta tanggung

jawab keperawatan (Padila, 2012).

1. Pengkajian

Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan

data dan menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan

kebutuhan keperawatan seorang klien (Nursalam, 2008).

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dimana

seorang perawat mulai mengumpulkan informasi tentang keluarga

yang dibinanya. Tahapan ini merupakan proses yang sistematis dalam

pengumpulan data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan

mengidentifikasi status kesehatan keluarga (Padila, 2012).

Sedangkan informasi tentang potensi keluarga menurut

Hidayat (2007) dapat diperoleh dari pengambilan keputusan dalam


49

keluarga, biasanya adalah kepala keluarga, atau kadang-kadang

orangtua. Pengumpulan data dapat dilakukan melalui cara :

a. Wawancara

Wawancara berkaitan dengan hal-hal yang perlu diketahui,

baik aspek fisik, mental, sosial budaya, ekonomi, kebiasaan,

lingkungan, dan sebagainya.

b. Observasi

Pengamatan terhadap hal-hal yang tidak perlu ditanyakan,

karena sudah dianggap cukup melalui pengamatan saja,

diantaranya yang berkaitan dengan lingkungan fisik, misalnya

ventilasi, penerangan, keberhasilan dan sebagainya.

c. Studi Dokumentasi

Studi berkaitan dengan perkembangan kasus anak dan

dewasa, diantaranya melalui kartu menuju sehat, kartu keluarga

dan catatan-catatan kesehatan lain.

d. Pemeriksaan Fisik

Dilakukan terhadap anggota keluarga yang mempunyai

masalah kesehatan dan keperawatan, berkaitan dengan keadaan

fisik misalnya kehamilan dan tanda-tanda penyakit.

Langkah-langkah proses keperawatan meliputi:

a. Data Umum

1) Identitas

Yang perlu dikaji nama di kartu keluarga (KK) dan anggota

keluarga yang sakit, umur, alamat dan nomer telpon jika ada,
50

pekerjaan dan pendidikan kepala keluarga, komposisi

keluarga yang terdiri atas nama atau inisial, jenis kelamin,

tanggal lahir atau umur, hubungan dengan kepala keluarga,

status imunisasi dari masing-masing anggota keluarga, dan

genogram (genogram keluarga dalam tiga generasi).

Tabel 2.4 Komposisi Keluarga

No Nama L/P Hub. Dg KK Umur Pendidikan Pekerjaan Status Kesehatan


1
2
3
4
5

Genogram:

Gambar 2.3 Contoh Genogram

2) Tipe keluarga

Menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah

yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut

3) Suku bangsa atau latar belakang budaya (etnik)

Mengkaji asal suku bangsa keluarga , serta mengidentifikasi

budaya suku bangsa terkait dengan kesehatan

4) Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan


51

a) Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta

kepercyaan yang dapat memengaruhi kesehatan seperti :

(1) Apakah ada anggota keluarga yang berbeda dalam

keyakinan beragamanya.

(2) Bagaimana keterlibatan keluarga dalam kegiatan

agama atau organisasi keagamaan.

(3) Agama yang dianut oleh keluarga.

(4) Kepercayaan-keprcayaan dan nilai-nilai keagamaan

yang dianut dalam kehidupan keluarga, terutama

dalam hal kesehatan.

5) Status sosial ekonomi keluarga

a) Anggota keluarga yang mencari nafkah

b) Penghasilan dari seluruh anggota keluarga dalam bulan

c) Upaya lain dalam memenuhi kebutuhan keluarga

d) Harta benda yang dimiliki (perabot, transportasi,dll)

e) Jumlah pengeluaran tiap bulan

6) Aktivitas rekreasi keluarga

Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi

keluarga tidak hanya dilihat kapan keluarga pergi bersama-

sama untuk mengunjungi tempat rekreasi, namun dengan

menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakan

aktifitas, rekreasi, selain itu perlu dikaji pula penggunaan

waktu luang atau senggang keluarga.


52

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1) Tahap perkembangan saat ini (ditentukan dengan anak tertua)

2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi

3) Riwayat kesehatan keluarga inti

Bagian riwayat keluarga inti ini, tidak hanya dikaji tentatang

riwayat kesehatan masing-masing anggota kelurga,

melainkan lebih luas lagi. Apakah ada anggota keluarga yang

memiliki riwayat penyakit yang beresiko menurun,

bagaimana pencegahan penyakait dengan imunisasi, fasilitas

kesehatan apa saja yang pernah di akses, riwayat penyakiat

yang pernah diderita, serta riwayat perkembangan dan

kejadian-kejadian atau pengalaman penting yang

berhubungan dengan kesehatan.

4) Riayat kesehatan keluarga sebelumnya

Riwayat kelurga besar dari pihak suami dan istri juga

dibutuhkan. Hal ini dikarenakan ada penyakit yang bersifat

genetic atau berpotensi menurun kepada anak cucu. Jika hal

ini dapat dideteksi lebih awal, dapat dilakukan berbagai

pencegahan atau antisipasi.

c. Pengkajian Lingkungan

Lingkungan di mana kita berada sangat memengaruhi keluarga

dalam hal kesehatan. Menciptakan lingkungan positif akan

memberika dampak baik bagi setiap anggota keluarga. Dalam hal


53

ini, beberapadatalin lingkungan yang diperlukan untuk Kajlan

proses keperawatan keluarga adalah:

1) Karakteristik rumah.

Sebuah rumah bisa memengaruhi kesehatan penghuni. Oleh

sebab itu, perawat membutuhkan data karekteristik rumah yang

dihuni sebuah keluarga dengan melihat luas bangunan rumah

( 2,5 m x 2,5 m = untuk 1 orang penghuni) apakah penghuni

sesuai atau penghuni tidak sesuai dengan tipe rumah, jumlah

ruangan dan fungsinya, sirkulasi udara dan sinar matahari yang

masuk, pendingian udara (AC) atau kipas angin, pencahayaan,

banyaknya jendela, tata letak perabotan, penempatan septic

tank beserta kapasitas dan jenisnya, jarak sumber air dengan

septic tank, konsumsi makanan olahan dan air minum

keluarga, dan lain sebagainya. Selain karakteristik yang dapat

dilihat tersebut, lingkungan rumah juga termasuk di dalamnya

adalah bagaimana karakteristik anggota keluarganya. Dengan

demikian data ini akan dipakai sebagai pijakan utama untuk

melihat lingkungan keluarga yang lebih luas, kaitannya sebagai

bagian dari kehidupan masyarakat.

2) Penyediaan sumber air

Perawat keluarga membutuhkan data penyediaan sumber air,

jenis sumber air ( PDAM/ledeng, mata air, sumur gali/kompa,

air hujan/penampung air hujan (PAH), sungai/kali, kondisi

sarana air bersih memenuhi syarat/tidak memenuhi syarat,


54

jarak sarana air bersih dengan sumber pencemaran (peresapan

jamban atau septic tank) dan pemanfaatan sumber air bersih di

keluarga.

3) Sarana tempat mandi

Perawat membutuhkan data kondisi tempat mandi dan air

mandi kelurga memenuhi syarat/tidak dan apa bila

menggunakan bak mandi kondisinya apakah bersih, kotor dan

ada jentik/tidak ada jentik karena dapat mempengaruhi

kesehatan pemiliknya.

4) Pembuangan sampah

Lokasi pembungan sampah keluarga dapat mempengaruhi

kesehatan dan lingkungan, oleh sebab itu perawat

membutuhkan data kebisaan tempat keluarga membuangan

sampah seperti di kebun, sawah, lading, lubang sampah, bak

sampah, sungi/kali dan pantai.

5) SPAL (sarana pembuanga air limbah)

Sarana pembuangan air limbah mempengaruhi kesehatan dan

lingkungan, oleh sebab itu perawat membutuhkan data kondisi

sarana pembuangan air limbah apakah memenuhi syarat atau

tidak.

6) Kandang

Kondisi kandang yang di miliki bisa mempengaruhi kesehatan

penghuninya oleh sebab itu perawat membutuhkan data,

karakteristik kandang, jarak kandang dengan rumah,


55

kebersihan kandang dan jenis hewan peliharaan seperti

(kerbau, sapai, kambing, kuda,unggas).

d. Data kebiasaan sehari-hari anggota keluarga (terutama yang

bermasalah)

Kebiasaan sehari-hari anggota keluarga terutama yang bermasalah

seperti cara pengolahan air minum (dimasak dan dinginkan,

dimasak dan dicampur air mentah, tidak dimasak, dan air siap saji

atau air mineral), kebiasaan merokok, kebiasaan minum-minuman

keras, kebiasaan keluarga mencuci tangan sebelum dan sesudah

makan. kebiasan tempat buang air besar masing-masing anggota

keluarga seperti ( jamban, kebun/sawah/lading, pekarangan

rumah, sungai/kali, pantai, sembarang tempat)

1) Karakteristik tetangga dan RT-RW

Setelah dari dalam rumah, data yang harus dicari selanjutnya

adalah lingkungan di sekitar rumah. perawat perlu mencari

tahu lingkungan fisik, keblasaan, kesepakatan atau aturan

penduduk Setempat, dan budaya yang memengaruhi

kesehatan.

2) Mobilitas geografis keluarga

Salah satu dari perkembangan keluarga adalah mobilitas

geografis. Apakah klien beserta keluarganya sering berpindah

tempat tinggal? paling minimal berpindah dari rumah orang

tua menuju rumah sendiri. Atau jika merantau, dimana saja

iya pernah kontrak rumah atau sebagai pegawai sering


56

ditugaskan di berbagai kota mana saja seorang perawat

sangat membutuhkan data ini.

3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyrakat

Selain interaksi dengan tetangga dan lingkup RT-RW, tentu

Seap inividu atau keluarga memiiki pergaulannya sendiri,

baik dikomunitas hobi, kantor, sekolah, maupun hanya temen

main-main interkasi juga bisa di gunakan untuk melacak

jejak dari mana penyakit yang di dapatkan oleh klien. Apakah

ia mendapatkan penyakit dari pergaulannya di luar atau

bukan, hal ini sangat mungkin terjadi.

4) Sistem pendukung keluarga

Setiap keluarga tentu menyedikan barebagai fasilitas berupa

perabot bagi anggota kelurganya. Fasilitas-fasilitas inilah

yang perlu dikaji sistem pendukung keluarga. Akan tetapi,

dalam proses keperawatan kesehatan kelurga, tidak hanya

data itu saja yang dibutuhkan, melainkan juga berapa anggota

keluarga yang sehat sehingga bisa membantu yang sakit.

Selain fasilitas, data sistem pendukung ini membutuhkan

fasilitas psikologis atau dukungan dari anggota kelurga dan

fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat setempat.

e. Struktur Keluarga

1) Pola / cara komunikasi keluarga

Perawat diharuskan untuk melakukan observsi terhadap

seluruh anggota keluarga dalam berhubungan satu sama lain.


57

Komunikasi yang berjalan baik mudah diketahuai dari

anggota keluarga yang menjadi pendengar yang baik, pola

komunikasi yang tepat, penyampaian pesan yanga jelas

keterlibatan perasaan dalam berintraksi.

2) Struktur kekuatan keluarga

Kekuatan kelurga di ukur dari peran dominan anggota

keluarga. Oleh sebab itu, seorang perawat membutuhkan data

tentang siapa yang dominan dalam mengambil keputusan

untuk keluarga, mengelola anggaran, tempat tinggal, tempata

kerja, mendidik anak dan lain sebagainya.

3) Struktur peran (peran anggota keluarga)

Setiap anggota keluarga memeiliki perannya masing-masing.

Tidak ada satupun anggota keluarga yang terlepas dari

perannya, baik dari orang tua maupun anak-anak.

4) Nilai dan norma keluarga

Nilai norma yang dianut keluarga dan kelompok, apakah

sesuai dengan norma atau nilai yang dianut, seberapa penting

nilai atau norma yang dianut.

f. Fungsi Keluarga

1) Fungsi afektif

Bagaimana pola kebutuhan keluarga dan responnya,

bagaimana sensitivitas antar anggota keluarga, bagaimana

keluarga menanamkan perasaan kebersamaan dengan anggota

kelurga, apakah pasangan suami-istri mampu menggambarkan


58

kebutuhan persoalan lain dan anggota yang lain dan

bagaimana hubungan interaksi keluarga dengan lingkungan.

2) Fungsi sosialisai

Bagaimana kerukunan hidup dalam berkeluarga, interaksi dan

hubungan dalam keluarga, anggota keluarga yang dominan

dalam pengambilan keputusan, kegiatan keluarga diwaktu

senggang, partisipasi dalam kegiatan sosial, kemampuan

keluarga mengenal masalah kesehatan, kemampuan keluarga

mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat,

kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit,

kemampuan keluarga memelihara lingkungan yang sehat, dan

kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan di

masyarakat.

3) Fungsi reproduksi

Berapa jumlah anak dalam keluarga, bagaimana keluarga

merencanakan jumlah anak dan metode apa yang digunakan

keluarga dalam pengendalian jumlah anak.

4) Fungsi ekonomi

Upaya keluarga dalam pemenuhan sandang pangan dan

pemanfaatan sumber di masyarakat.

g. Stres Dan Koping Keluarga

Patokan dari stresor dari koping keluarga ini adalah 6 bulan.

Stresor yang dialami keluarga tetapi bisa ditangani dalam jangka

waktu kurang dari 6 bulan dinamakan stresor jangka pendek.


59

Akan tetapi jika sebaleknya, stresor tersebut membutuhkan waktu

yang lebih lama dari 6 bulan untuk penyelesaiannya, maka

disebut sebagai steresor jangka panjang. Dalam tahap ini, perawat

harus mengetahui bagaiman keluarga menghadapi dan merespon

steresor, dan strategi apa yang digunakan untuk menghadapi dan

menyelesaikannya.

h. Keadaan Gizi Keluarga

Bagaimana cara keluarga memenuhi asupan nutrisi makan pada

keluarga dan keluarga yang sakit.

i. Pemeriksaan Fisik

Dilakukan terhadap anggota keluarga yang mempunyai

masalah kesehatan dan keperawatan, berkaitan dengan keadaan

fisik, misalnya kehamilan, kelainan organ tubuh dan tanda-tanda

penyakit.

Pada klien dengan hipertensi yang perlu diperhatikan pada

pemeriksaan fisiknya yaitu :

1) Keadaan Umum :

Meliputi keadaan umum, kesadaran dan kesiapan diri.

2) Kesadaran :

Kesadaran dapat dinilai dengan GCS

3) Tanda tanda Vital :

Biasanyan pada penderita hipertensi terjadi :

(1) Tekanan darah meningkat melebihi 140/90 mmHg

(2) Nadi meningkat


60

(3) Respirasi bisa normal bisa meningkat

(4) Suhu bisa normal bisa meningkat

4) System Raespirasi

Pemeriksaan fisik pada sistem pernapasan sangat mendukung

untuk mengetahui masalah pada klien dengan gangguan sistem

kardiovaskuler. Pemeriksaan ini meliputi :

(1) Inspeksi bnetuk dada

Untuk melihat seberapa berat gangguan sistem

kardiovaskuler. Bentuk dada yang biasa ditemukan adalah:

Bentuk dada thoraks phfisis (panjang dan gepeng)

(1) Bentuk dada thoraks en bateau (thoraks dada burung)

(2) Bentuk dada thoraks emsisematous (dada berbentuk

seperti tong)

(3) Bentuk dada thoraks pektus ekskavatus (dada cekung

ke dalam)

(4) Gerakan pernapasan : kaji kesimetrisan gerakan

pernapasan klien

(2) Palpasi rongga dada

Tujuannya :

(1) Melihat adanya kelainan pada dinding thoraks

(2) Menyatakan adanya tanda penyakit paru dengan

pemeriksaan sebagai berikut :

(3) Gerakan dinding thoraks saat inspirasi dan ekspirasi


61

(4) Getaran suara : getaran yang terasa oleh tangan

pemeriksa yang diletakkan pada dada klien saat klien

mengucapkan kata –kata.

(3) Perkusi

Teknik yang dilakukan adalah pemeriksa

meletakkan falang terakhir dan sebagaian falang kedua jari

tengah pada tempat yang hendak diperkusi. Ketukan ujung

jari tengah tangan kanan pada jari kiri tersebut dan

lakukan gerakan bersumbu pada pergelangan tangan.

Posisi klien duduk atau berdiri.

(4) Auskultasi Suara napas normal

(1)Trakeobronkhial, suara normal yang terdengar pada

trakhea seperti meniup pipa besi, suara napas lebih

keras dan pendek saat inspirasi.

(2)Bronkovesikuler, suara normal di daerah bronkhi, yaitu

di sternum atas (torakal 3 – 4)

(3)Vesikuler, suara normal di jaringan paru, suara napas

saat inspirasi dan ekspirasi sama.

5) Sistem Cardiovascular

a) Inspeksi

(1) Inspeksi adanya parut pasca pembedahan jantung.

Posisi parut dapat memberikan petunujuk mengenai

lesi katup yang telah dioperasi


62

(2) Denyut apeks : posisinya yang normal adalah pada

interkostal kiri ke – 5 berjarak 1 cm medial dari garis

midklavikula.

b) Palpasi

Tujuannya adalah mendeteksi kelainan yang tampak saat

inspeksi. Teknik yang dilakukan adalah sebagai berikut :

(1) Palpasi dilakukan dengan menggunakan telapak

tangan, kemudian dilanjutkan dengan tekanan yang

sedikit keras.

(2) Pemeriksa berdiri di kanan klien, minta klien duduk

kemudian berbaring telentang. Pemeriksa meletakkan

tangan di prekordium, samping sternum dan lakukan

palpasi denyut apeks.

(3) Berikan tekanan yang lebih keras pada telapak tangan.

Kemudian tangan ditekan lebih keras untuk menilai

kekuatan denyut apeks.

(4) Lanjutkan dengan melakukan palpasi denyut apeks

menggunakan ujung jari telunjuk dan tengah. Palpasi

daerah prekordial di samping sternum.

(5) Kaji denyut nadi arteri, tarikan dan getaran denyutan.

c) Perkusi

Pemeriksaan perkusi pada jantung biasanya jarang

dilakukan jika pemeriksaan foto rontgen toraks telah

dilakukan. Tetapi pemeriksaan perkusi ini tetap


63

bermanfaat untuk menentukan adanya kardiomegali, efusi

perikardium, dan aneurisma aorta. Foto rontgen toraks

akan menunjukkan daerah redup sebagai petunjuk bahwa

jantung melebar. Daerah redup jantung akan mengecil

pada emfisema.

d) Auskultasi

(1) Katup Pulmonal

Terdengar lebih jelas pada interkosta ke – 2 dan ke –

3 kiri sternum

(2) Katup aorta

Terdengar lebih jelas pada sternum, lebih rendah dan

lebih medial daripada katup pulmonal

(3) Katup mitral

Terdengar lebih jelas pada sternum, dekat batas atas

sendi antara interkosta ke – 4 dan sternum

(4) Katup trikuspidalis

(5) Terdengar lebih jelas pada sternum, sesuai garis

penghubung proyeksi katup mitral dengan sendi

antara sternum dengan interkosta ke – 5 kanan.

(6) Auskultasi jantung


64

6) Sistem persarafan

a) Pemeriksaan kepala dan leher

Pemeriksaan kepala sebagai bagian pengkajian

kardiovaskuler difokuskan untuk mengkaji bibir dan

cuping telinga untuk mengetahui adanya sianosis perifer.

b) Pemeriksaan raut muka

(1) Bentuk muka : bulat, lonjong dan sebagainya

(2) Ekspresi wajah tampak sesak, gelisah,

kesakitan

(3) Tes saraf dengan menyeringai, mengerutkan

dahi untuk memeriksa fungsi saraf VII

c) Pemeriksaan bibir

(1) Biru (sianosis) pada penyakit jantung bawaan

dan lainnya

(2) Pucat (anemia)

d) Pemeriksaan mata

(1) Konjungtiva

Pucat (anemia), ptekie (perdarahan di bawah kulit

atau selaput lendir) pada endokarditis bacterial

(2) Sklera

Kuning (ikterus) pada gagal jantung kanan, penyakit

hati dan lainnya.


65

(3) Kornea

Arkus senilis (garis melingkar putih atau abu – abu di

tepi kornea) berhubungan dengan peningkatan

kolesterol atau penyakit jantung koroner.

(4) Funduskopi

Yaitu pemeriksaan fundus mata menggunakan

opthalmoskop untuk menilai kondisi pembuluh darah

retina khususnya pada klien hipertensi.

(5) Pemeriksaan neurosensory

Ditujukan terhadap adanya keluhan pusing, berdenyut

selama tidur, bangun, duduk atau istirahat dan nyeri

dada yang timbulnya mendadak. Pengkajian meliputi

wajah meringis, perubahan postur tubuh, menangis,

merintih, meregang, menggeliat, menarik diri dan

kehilangan kontak mata.

7) Sistem Perkemihan

Output urine merupakan indiktor fungsi jantung yang

penting. Penurunan haluaran urine merupakan temuan

signifikan yang harus dikaji lebih lanjut untuk menentukan

apakah penurunan tersebut merupakan penurunan produksi

urine (yang terjadi bila perfusi ginjal menurun) atau karena

ketidakmampuan klien untuk buang air kecil. Daerah

suprapubik harus diperiksa terhadap adanya massa oval dan


66

diperkusi terhadap adanya pekak yang menunjukkan

kandungkemih yang penuh (distensi kandung kemih).

8) Sistem Pencernaan

Pengkajian harus meliputi perubahan nutrisi sebelum

atau pada masuk rumah sakit dan yang terpenting adalah

perubahan pola makan setelah sakit. Kaji penurunan turgor

kulit, kulit kering atau berkeringat, muntah dan perubahan

berat badan.

9) Sistem Muskuloskeletal

Pengkajian yang mungkin dilakukan adalah sebagai

berikut :

a) Keluhan lemah, cepat lelah, pusing, dada rasa berdenyut

dan berdebar

b) Keluhan sulit tidur (karena adanya ortopnea, dispnea

nokturnal paroksimal, nokturia dan keringat pada malam

hari)

c) Istirahat tidur : kaji kebiasaan tidur siang dan malam,

berapa jam klien tisur dalam 24 jam dan apakah klien

mengalami sulit tidur dan bagaimana perubahannya

setelah klien mengalami gangguan pada sistem

kardiovaskuler. Perlu diketahui, klien dengan IMA

sering terbangun dan susah tidur karena nyeri dada dan

sesak napas.
67

d) Aktivitas : kaji aktivitas klien di rumah atau di rumah

sakit. Apakah ada kesenjangan yang berarti misalnya

pembatasan aktivitas. Aktivitas klien biasanya berubah

karena klien merasa sesak napas saat beraktivitas.

j. Harapan Keluarga

Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga

terhadap petugas dan fasilitas kesehatan yang ada.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan

status kesehatan atau masalah aktual atau potensial. Perawat memakai

proses keperawatan dalam mengidentifikasi dan mensintesis data klinis

dan menentukan intervensi keperawatan untuk mengurangi,

menghilangkan atau mencegah masalah kesehatan klien yang ada pada

tanggung jawabnya (Nursalam, 2008).

Respon aktual atau potensial pasien didapatkan data dasar

pengkajian dan catatan medis pasien, yang semuanya

dikumpulkan selama pengkajian. Diagnosa keperawatan

memberikan dasar pemilihan intervensi untuk mencapai hasil yang

diharapkan (Wartonah. 2006).

Dilihat dari status kesehatan klien, menurut Tarwoto &

Wartonah (2006), diagnosa dapat dibedakan menjadi aktual :

a. Aktual : diagnosa keperawatan yang menggambarkan penilaian

klinik yang harus di validasi perawat karena adanya batasan

karakteristik mayor.
68

b. Resiko : diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi

klinis individu lebih rentan mengalami masalah.

c. Potensial : diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi

klien kearah yang lebih positif (kekuatan klien).

d. Kemungkinan : diagnosa keperawatan yang menggambarkan

kondisi klinis individu yang memerlukan data tambahan sebagai

faktor pendukung yang lebih akurat.

e. Syndrome : diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa

keperawatan aktual dan resiko tinggi yang diperkirakan

muncul/timbul karena suatu kejadian atau situasi tertentu.

Langakah-langkah dalam diagnosa keperawatan meliputi:

a. Analisa Data

Analiasa data adalah kemampuan dalam mengembangkan

kemampuan berfikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu

pengetahuan (Somantri,2009).

Tabel 2.5Analisa Data

DATA KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH/ DIAGNOSA


Data Subjekti :
- Klien mengatakan pusing
1. Mengenal masalah kesehatan
dan leher terasa tegang
keluarga.
- Klien mengatakan tidak
2. Memutuskan tindakan
selera makan
kesehatan yang tepat bagi
- Klien mengatajkan susah keluarga
tidur 3. Merawat keluarga yang
- Klien mengatakan kedua mengalami gangguan
kakinya susah digerakkan kesehatan
Data Objekti : 4. Memodifikasi lingkungan
- Klien tampak meringis keluarga untuk menjamin
kesakitan, kondisi badan kesehatan keluarga.
lemah 5. Memanfaatkan fasilitas
TD : 170/100 mmHg pelayanan kesehatan di
Nadi : 90 x/menit sekitranya bagi keluarga.
RR :
Suhu :37
- Klayan tampak lemah,
69

makanan yang disajikan


habis 1/3 porsi
- Klayan tampak pucat, mata
cekung, tidur malam kurang
lebih dua jam klayan susah
tidur siang.
- Aktivitas klayan di bantu
oleh keluarga dan perawat

b. Penerapan Proiritas

Dalam berbagai kasus, sekala proiritas selalau dibutuhkan

untuk meminimalisir resiko, memkasimalkan perawatan dan

pengobatan, serta untuk pengambilan keputusan yang tepat.

Sekala proiritas ini diproleh dari berbagai data yang telah

didapatkan di depan, untuk kemudian diolah dan pada akhirnya

skala proiritas ini akan membantu dalam pemetaan penangana

pada pasien, baik untuk perawat maupun keluarga.

1) Kriteria sifat masalah

Menetukan sifat masalah ini berangakat dari tiga poin pokok,

yaitu tidak/kurang sehat, ancaman kesehatan, dan keadaan

sejahtera.

a) Tidak atau kurang sehat merupakan kondisi dimana

anggota keluarga terserang suatu penyakit. Hal ini

mengacu pada kondisi sebelum terkena penyakit dan

perkembangan atau pertumbuhan yang tidak sesuai dengan

kondisi sementaranya.

b) Anacama kesehatan merupakan kondisi yang

memungkinkan anggota keluarga terserang penyakit atau

ancaman kondisi potensi yang ideal tentang kesehatan.


70

Ancaman ini bisa berlaku dari penyakit yang ringan

hingga yang paling berat. Sumber dari penyakit ini

biasanya dari konsumsi, pola hidup, dan gaya hidup

sehari-hari.

c) Keadaan sejahtera suatu keluarga bisa menjadi penentu

suatu masalah. Kondisi akan mengacu pada tersedianya

fasilitas kesehatan, kondumsi, pola hidup dan gaya hidup

yang diterapkan oleh keluarga.

2) Kriteria kemungkinan masalah dapat diubah

Kriteria ini mengacu pada tingkat penangana kasus pada

pasien. Tingkat penanganan terdiri dari tiga bagian, yaitu

mudah, sebagian, dan tidak ada kemungkinan untuk diubah.

Sebaiknya, yang mudah terlebih dahulu ditangani sebelum

melakukan penanganan yang lain.

3) Kriteria potensi pencegahan masalah

Potensi ini juga mengacu pada tingkatan yaitu tinggi, cukup,

dan rendah. Berbedanya tingkatan ditentukan oleh berbagai

faktor, kemungkinan yang paling dekata adalah tingkat

pendidikan atau perolehan informasi tentang kesehatan,

kondisi kesejahteraan keluarga, perhatian kelurga, fasilitas

rumah, dan lain sebagainya.

4) Kriteria masalah yang menonjol

Masalah yang menonjol biasanya mudah terlihat ketika

menangani pasien. Namun hal ini tetap memerlukan


71

pemeriksaan terlebih dahulu agar tindakan yang dilakukan

tepat. Proiritas yang harus ditangani berdasarkan: masalah

yang benar-benar harus segera ditangani, ada masalah tetapi

tidak harus segera ditangani, ada masalah tetapi tidak

dirasakan.

Bailon dan Maglaya (1978) telah merumuskan skala proiritas

sebagai berikut:

Tabel 2.6 Skala Prioritas Keperawatan Keluarga

No Kriteria Bobot Nilai Pembenaran


1 Sifat Masalah : 1
Skala : Tidak/kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2
Keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah 2
Skala :Mudah 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
3 potensi masalah untuk di cegah 1
skala : Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
4 Menonjolnya masalah 1
Skala :Masalah berat harus segera di 2
tangani
Ada masalah tapi tidak perlu di 1
tangani
Masalah tidak dirasakan 0
Total Nilai

Menurut Padila (2012), rumus untuk menghitung skala prioritas :

skor
x bobot
Angka Tertinggi

Skoring :

1) Tentukan skor untuk setiap kriteria

2) Skor dibagi dengan angka dan dikalikan dengan bobot


72

3) Jumlah skor untuk semua criteria

4) Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot

Dengan adanya proiritas, kita akan mengetahui tingkat

kedaruratan pasien yang membutuhkan penanganan cepat atau

lambat, masing-masing kriteria memberikan sumbangan masukan

atas penangana.

c. Rumusan Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dapat timbul pada klien dengan

diagnosa medis Hipertensi adalah:

1) Nyeri akut berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga

merawat anggota keluarga yang sakit

2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak mampuan

keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

3) Resiko ketidakefektifan perpusi jaringan otak berhubungan

dengan ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga

yang sakit.

4) Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidak mampuan

keluarga mengenl masalah.

3. Perncanaan Keperawatan

Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk

mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang

diidentifikasi pada diagnosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah

menentukan diagnosa keperawatan dan menyimpulkan rencana

dokumentasi (Nursalam, 2008).


73

Langkah-langkah dalam perencanaan tindakan keperawatan menurut

Nursalam (2008), adalah sebagai berikut :

a. Menentukan prioritas masalah

Untuk menentukan prioritas diagnosa keperawatan perlu melihat

atau menunjuk pada hierarki kebutuhan dasar manusia Maslow,

berdasarkan masalah yang nyata atau potensial dan berdasarkan

keinginan klien. Dimana masalah perlu diprioritaskan, karena tidak

mungkin mengatasi semua masalah pada saat bersama.

b. Menentukan kriteria hasil

Kriteria hasil digunakan untuk menukar hasil yang dicapai setelah

menjalani perawatan dengan membandingkan hasil yang dicapai

dengan kriteria hasil yang ditetapkan maka dapat mengevaluasi

tindakan keperawatan yang telah dilakukan terhadap klien.

Pedoman yang digunakan menulis kriteria hasil berdasarkan

“SMART”

S : Spesifik (tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti

ganda)

M : Measurable (tujuan keperawatan harus dapat diukur,

khususnya tentang prilaku klien dapat dilihat, didengar,

diraba, dirasakan dan dibau)

A : Achievable (tujuan harus dapat dicapai)

R : Reasonable (tujuan harus dapat dipertanggung jawabkan

secara ilmiah)

T : Time (tujuan keperawatan)


74

c. Merumuskan intervensi dan aktivitas keperawatan

Rencana tindakan adalah desain spesifik intervensi untuk

membantu klien dalam mencapai kriteria hasil. Rencana tindakan

dilaksanakan berdasarkan komponen penyebab dari diagnosa

keperawatan. Oleh karena itu rencana mendefinisikan suatu

aktifitas yang diperlukan untuk membatasi faktor-faktor pendukung

terhadap suatu permasalahan.

Tabel : 2.7 Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Salah Satu Anggota

Keluarga Menderita Hipertensi (Nurarif, 2015)

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


(Nursing Outcome (Nursing Intervension
Classification) Classification)
(1) (2) (3) (4)
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Manejemen nyeri
dengan ketidak mampuan kunjungan rumah sebanyak
keluarga merawat anggota …. kali kunjungan rumah 1. Kaji nyeri secara
keluarga yang sakit diharapkan nyeri teratasi. komprehensif
Kriteria hasil : 2. Observasi tanda-tanda vital
- Klien mampu 3. Ajarkan/demonstrasikan
mengontrol nyeri (tahu teknik manajemen nyeri
penyebab nyeri, mampu (teknik relaksasi)
menggunakan teknik 4. Ajarkan/demonstrasikan
nonfarmakologi untuk teknik manajemen nyeri
mengurangi nyeri, (distraksi)
mencari bantuan) 5. Anjurkan/demonstrasikan
- Melaporkan bahwa pada klien dan keluarga
nyeri berkurang dengan kompres hangat pada kepala
manajemen nyeri. bagian belakang.
- Menyatakan rasa 6. Anjurkan klien untuk
nyaman setelah nyeri meningkatkan istrahat.
berkurang. 7. Beri lingkungan yang nyaman
untuk mengurangi nyeri.
8. Beri informasi pada klien dan
keluarga tentang nyeri dan
perawatan yang diberikan.

2. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Manajemen Energi (Energy


berhubungan dengan kunjungan rumah sebanyak Management)
ketidak mampuan …. kali kunjungan rumah 1) Tentukan keterbatasan klien
keluarga merawat diharapkan keluarga terhadap aktivitas
anggota keluarga yang mengetahui proses penyakit. 2) Tentukan penyebab lain
sakit Kriteria hasil : kelelahan
- Klien dapat menentukan 3) Monitor respon
aktivitas yang sesuai cardiorespiratory terhadap
dengan peningkatan aktivitas (misalnya :
75

(1) (2) (3) (4)

nadi, TD dan frekwensi takhikardi, disritmia, dyspneu,


nafas ; mempertahankan diaporesis, pucat, tekanan
irama dalam batas hemodinamik dan frekwensi
normal pernafasan)
- Mempertahankan warna 4) Dorong untuk melalukan
dan kehangatan kulit periode istirahat dan aktivitas
dengan activitas 5) Ajarkan klien dan keluarga
- Melaporkan peningkatan tehnik untuk memenuhi
aktivitas harian kebutuhan sehari-hari yang
dapat meminimalkan
penggunaan oksigen
6) Instruksikan klien atau
keluarga untuk mengenal
tanda dan gejala kelelahan
yang memerlukan
pengurangan aktivitas
7) Bantu klien atau keluarga
untuk menentukan tujuan
aktivitas yang realistis
8) Bantu klien untuk
mengidentifikasi akvititas
yang lebih disukai
9) Dorong klien untuk memilih
aktivitas yang sesuai dengan
daya tahan tubuh
10) Evaluasi program
peningkatan tingkat aktivitas

3. Resiko ketidakefektifan Setelah dilakukan Periperal Sensation


perpusi jaringan otak kunjungan rumah sebanyak Managmenen
berhubungan dengan …. kali kunjungan rumah (manajemen sensasi perifer)
ketidak mampuan diharapkan keluarga 1) Monitor adanya kemerahan
keluarga merawat mengetahui proses penyakit. tertentu yang hanya peka
anggota keluarga yang Kriteria hasil : terhadap
sakit. 1) Tekanan systole dan panas/dingin/tumpul.
diastole dalam rentan 2) Monitor adanya persentase
yang diharapkan. 3) Imstruksikan keluarga untuk
2) Tidak ada ortostatik mengobservasi kulit jika ada
hipertensi isi atau laserasi
3) Tidak ada tanda-tanda 4) Gunakan sarung tangan untuk
peningkatan tekanan proteksi
intrakranial (tidak lebih 5) Batasi gerakan pada kepala,
dari 15 mmHg) leher, dan punggung
6) Monitor kemampuan bab
7) Kolaborasi pemberian
analgetik
8) Diskusikan mengenai
penyebab perubahan sensasi.

4. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan Teaching : disease proses


berhubungan dengan kunjungan rumah sebanyak 1. Kaji pengetahuan klien dan
ketidak mampuan …. kali kunjungan rumah keluarga tentang hipertensi
keluarga mengenl diharapkan keluarga 2. jelaskan pengertian hipertensi
masalah. mengetahui proses penyakit. 3. minta keluarga untuk
Kriteria hasil : mengulangi pengertian
- Klien dan keluarga
76

.(1) (2) (3) (4)

menyatakan pemahaman Hipertensi


tentang penyakit 4. Diskusikan dengan keluarga
kondisi, dan program tentang keputusan untuk
pengobatan. merawat anggota kelaurga
- Klien dan keluarga sakit
mampu melaksanakan 5. Diskusikan dengan keluarga
prosedur yang cara merawat anggota
dijelaskan secara benar. keluarga yang sakit.
- Klien dan keluarga 6. Jelaskan makanan yang harus
mampu menjelaskan dikonsumsi dan dihindari
kembali apa yang penderita hipertensi.
dijelaskan perawat. 7. Didkusikan penyebeb dan
- Klien dan keluarga komplikasi hipertensi
mengetahui komplikasi 8. minta keluarga menyebutkan
hipertensi penyebab hipertensi,
mengidentifikasi apakah
penyebeb hipertensi yang
diderita oleh keluarga.
9. Mengkaji penetahuan
keluarga tentang gejala
hipertensi
10. Meminta keluarga
menjelaskan kembali tanda
dan gejala hipertensi..

4. Tindakan Keperawatan

Tindakan keperawatan adalah tindakan yang diberikan oleh

perawat kepada pasien sesuai dengan rencana tindakan, meliputi

tindakan keperawatan mandiri dan tindakan kolaboratif.Implementasi

atau pelaksanaan merupakan realisasi dari rencana tindakan yang

telah disesuakan dengan diagnosa keperawatan yang telah di

rumuskan.

Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk

mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah

rencana tindakan disusun dan ditujukan untuk membantu klien

mencapai tujuan yang diharapkan, yang mencakup peningkatan

kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan


77

memfasilitasi koping. Ada tiga tahap dalam tindakan keperawatan,

yaitu : persiapan, perencanaan dan dokumentasi (Nursalam, 2008).

5. Evaluasi Keperawatan

Tahap evaluasi merupakan tahapan akhir pada proses

keperawatan. Evaluasi adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati

dengan kriteria yang dibuat pada tahap intervensi (Dongoes, Marillyn,

2001).

Tahap evaluasi keperawatan terdiri dari beberapa komponen,

yaitu kriteria hasil, keefektifan tahap-tahap proses keperawatan dan

perbaikan rencana asuhan keperawatan. Kerangka pembuatan kriteria

hasil dibuat dalam bentuk SOAP (Subyektif, Obyektif, Assessment,

Planning).

Adapun penjelasan lebih lanjut antara lain sebagai berikut:

S (Subyektif) : keluhan-keluhan klien (apa saja yang dikatakan

klien, keluarga klien dan orang terdekat klien)

O (Obyektif) : segala sesuatu yang dapat dilihat, dibau, diukur dan

diraba oleh perawat

A (Analisis) : suatu kesimpulan yang dirumuskan oleh perawat

tentang kondisi klien

P (Planing) : rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi

masalah klien selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai