Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN

INSTABILITY (GANGGUAN KEAMANAN RESIKO


JATUH)

OLEH KELOMPOK 2
1. HOFIZAH ASTUTIK
2. HUSNUL
KHOTIMAH
3. ISNA RUQIANA
4. ISNIAWATI
5. L. DODY
APRIATAMA
6. L. HADI
SUPRATMAN
KONSEP LANSIA
Definisi lanjut usia
Lanjut usia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan
seseorang untuk memperatahankan keseimbangan
terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan
dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta
peningkatan kepekaan secara individual, karena faktor
tertentu Lansia tidak dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya baik secara jasmani, rohani maupun sosial.
Seseorang dikatakan Lansia ialah apabila berusia 60
tahun atau lebih, Lansia merupakan kelompok umur
pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari
fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan Lansia
ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process
atau proses penuaan (Nugroho, 2008).
BATASAN LANJUT USIA
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
menggolongkan Lansia menjadi empat, yaitu
usia pertengahan (middle age) adalah 45-59
tahun, lanjut usia (elderly) adalah 60-74
tahun. lanjut usia tua (old) adalah 75-90, usia
sangat tua (very old) adalah diatas 90 tahun.
Sedangkan menurut Undang-Undang No.13
Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Sosial
Lanjut Usia, seseorang disebut Lansia bila
telah memasuki atau mencapai usia 60 tahun
lebih (Nugroho, 2008)
TIPE LANJUT USIA
MENURUT NUGROHO (2008) LANJUT USIA DAPAT PULA DIKELOMPOKAN DALAM
BEBERAPA TIPE YANG BERGANTUNG PADA KARAKTER, PENGALAMAN HIDUP,
LINGKUNGAN, KONDISI FISIK, MENTAL, SOSIAL, DAN EKONOMINYA. TIPE INI
ANTARA LAIN:

1. Tipe Optimis
2. Tipe Konstruktif
3. Tipe Ketergantungan
4. Tipe Defensif
5. Tipe Militan dan serius
6. Tipe Pemarah
7. Tipe Bermusuhan
8. Tipe Putus asa
PROSES PENUAAN DAN PERUBAHAN
YANG TERJADI PADA LANSIA
 Proses penuaan merupakan proses alamiah setelah tiga tahap
kehidupan, yaitu masa anak, masa dewasa, dan masa tua
yang tidak dapat dihindari oleh setiap individu. Pertambahan
usia akan menimbulkan perubahan-perubahan pada struktur
dan fisiologis dari berbagai sel/jaringan/organ dan sistem
yang ada pada tubuh manusia. Proses ini menjadi
kemunduran fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai
dengan kulit mengendur, rambut memutih, penurunan
pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, dan
kelaianan berbagai fungsi organ vital. Sedangkan kemunduran
psikis terjadi peningkatan sensitivitas emosional, penurunan
gairah, bertambahnya minat terhadap diri, berkurangnya
minat terhadap penampilan, meningkatkan minat terhadap
material, dan minat kegiatan rekreasi tidak berubah (hanya
orientasi dan subyek saja yang berbeda) (Mubarak, 2009).
MASALAH YANG TERJADI PADA LANSIA

Menurut Mubarak (2009), terdapat


beberapa permasalahan yang sering dialami
oleh seseorang yang telah memasuki masa
lanjut usia, antara lain:
1. Perubahan Perilaku
2. Perubahan Psikososial
3. Pembatasan Aktivitas Fisik
4. Kesehatan Mental
KONSEP JATUH
Jatuh merupakan masalah keperawatan utama pada lansia, yang menyebabkan
cedera, hambatan mobilitas dan kematian (Sattin, 2004).
Selain cedera fisik yang berkaitan dengan jatuh, individu dapat mengalami
dampak psikologis, seperti takut terjatuh kembali, kehilangan kepercayaan diri,
peningkatan kebergantungan dan isolasi sosial (Downton dan Andrews, 2006).
Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang
melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di
lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau
luka (Ruben, 2005).
ETIOLOGI
a. Osteoporosis menyebabkan tulang menjadi rapuh dan dapat mencetuskan fraktur.
b. Perubahan refleks baroreseptor
Cenderung membuat lansia mengalami hipotensi postural, menyebabkan
pandangan berkunang-kunang, kehilangan keseimbangan, dan jatuh.
c. Perubahan lapang pandang, penurunan adaptasi terhadap keadaan gelap dan
penurunan penglihatan perifer, ketajaman persepsi kedalaman, dan persepsi warna
dapat menyebabkan salah interpretasi terhadap lingkungan, dan dapat
mengakibatkan lansia terpeleset dan jatuh.
d. Gaya berjalan dan keseimbangan
berubah akibat penurunan fungsi sistem saraf, otot, rangka, sensori, sirkulasi dan
pernapasan. Semua perubahan ini mengubahpusat gravitasi, mengganggu
keseimbangan tubuh dan menyebabkan limbung, yang pada akhirnya
mengakibatkan jatuh. Perubahan keseimbangan dan properosepsi membua lansia
sangat rentan terhadap perubahan permukaan lantai (contoh lantai licin dan
mengkilat). Akhirnya, usia yang sangat tua atau penyakit parah dapat mengganggu
fungsi refleks perlindungan dan membuat individu yang bersangkutan berisiko
terhadap jatuh (Lord, 2005).
KOMPLIKASI
Jatuh pada lansia menimbulkan komplikasi – komplikasi seperti : ( Kane, 2005; Van –
der – Cammen, 2000 )
a. Perlukaan ( injury )
1) Rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit berupa robek atau
tertariknya jaringan otot, robeknya arteri / vena.
2) Patah tulang ( fraktur ) : Pelvis, Femur ( terutama kollum ), humerus, lengan
bawah, tungkai bawah, kista.
3) Hematom subdural
b. Perawatan rumah sakit
1) Komplikasi akibat tidak dapat bergerak ( imobilisasi ).
2) Risiko penyakit – penyakit iatrogenik.

c. Disabilitas
a. Penurunan mobilitas yang berhubungan dengan perlukaan fisik.
b. Penurunan mobilitas akibat jatuh, kehilangan kepercayaan diri, dan
pembatasan gerak.
PENCEGAHAN RESIKO JATUH
1. Mengindentifikasi faktor risiko, penilaian keseimbangan,
gaya berjalan, diberikan latihan fleksibilitas gerakan,
latihan keseimbangan fisik, koordinasi keseimbangan
serta mengatasi faktor lingkungan.
2. Memperbaiki kondisi lingkungan yang dianggap tidak
aman, misalnya dengan memindahkan benda berbahaya,
peralatan rumah dibuat yang aman (stabil, ketinggian
disesuaikan, dibuat pegangan pada meja dan tangga)
serta lantai yang tidak licin dan penerangan yang cukup.
3. Menanggapi adanya keluhan pusing, lemas atau penyakit
yang baru. Apabila keadaan lansia lemah atau lemas
tunda kegiatan jalan sampai kondisi memungkinkan dan
usahakan pelan-pelan jika akan merubah posisi
(Darmojo, 2009).
PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan penderita jatuh dengan mengatasi atau meneliminasi
faktor risiko, penyebab jatuh dan menangani komplikasinya.
2. Penatalaksanaan bersifat individual
3. Untuk penderita dengan kelemahan otot ekstremitas bawah dan
penurunan fungsional terapi difokuskan untuk meningkatkan kekuatan
dan ketahanan otot sehingga memperbaiki nfungsionalnya
4. Terapi untuk penderita dengan penurunan gait dan keseimbangan
difokuskan untuk mengatasi / mengeliminasi penyebabnya/faktor yang
mendasarinya. Penderita dimasukkan dalam program gait training,
latihan strengthening dan pemberian alat bantu jalan
5. Penderita dengan dissines sindrom, terapi ditujukan pada penyakit
kardiovaskuler yang mendasari, menghentikan obat – obat yang
menyebabkan hipotensi postural seperti beta bloker, diuretik, anti
depresan, dll
6. Terapi yang tidak boleh dilupakan adalah memperbaiki lingkungan rumah
/ tempat kegiatan lansia seperti di pencegahan jatuh (Reuben,2005).
PENDEKATAN DIAGNOSTIK
Setiap penderita lansia jatuh, harus dilakukan assesmen seperti dibawah ini
a. Riwayat Penyakit ( Jatuh )
Anamnesis dilakukan baik terhadap penderita ataupun saksi mata jatuh atau
keluarganya ( Kane,2005).
Anamnesis ini meliputi :
1. Seputar jatuh : mencari penyebab jatuh misalnya terpeleset, tersandung,
berjalan, perubahan posisi badan, waktu mau berdiri dari jongkok, sedang
makan, sedang buang air kecil atau besar, sedang batuk atau bersin, sedang
menoleh tiba – tiba atau aktivitas lain.
2. Gejala yang menyertai : nyeri dada, berdebar – debar, nyeri kepala tiba-tiba,
vertigo, pingsan, lemas, konfusio, inkontinens, sesak nafas.
3. Kondisi komorbid yang relevan : pernah stroke, Parkinsonism, osteoporosis,
sering kejang, penyakit jantung, rematik, depresi, defisit sensorik.
4. Review obat – obatan yang diminum : antihipertensi, diuretik, autonomik
bloker, antidepresan, hipnotik, anxiolitik, analgetik, psikotropik.
5. Review keadaan lingkungan : tempat jatuh, rumah maupun tempat – tempat
kegiatanny.
b. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda vital : nadi, tensi, respirasi, suhu badan ( panas / hipotermi )
2. Kepala dan leher : penurunan visus, penurunan pendengaran, nistagmus,
gerakan yang menginduksi ketidakseimbangan, bising
3. Jantung : aritmia, kelainan katup
4. Neurologi : perubahan status mental, defisit fokal, neuropati perifer,
kelemahan otot, instabilitas, kekakuan, tremor.
5. Muskuloskeletal : perubahan sendi, pembatasan gerak sendi problem kaki (
podiatrik ), deformitas.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktivitas/Istirahat:
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, m emburuk dengan stres pada
sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris.Limitasi
fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan,
keletihan.
Tanda :Malaise, keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/kelaianan
pada sendi.
b. Kardiovaskular:
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat intermitten, sianosis,
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
c. Integritas Ego:
Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan, keputusan dan ketidakberdayaan
(situasi ketidakmampuan), ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi
( misalnya ketergantungan pada orang lain).
d. Makanan/Cairan:
Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan
adekuat: mual, anoreksia, kesulitan untuk mengunyah.
Tanda : Penurunan berat badan, kekeringan pada membran mukosa.
e. Hygiene:
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi,
ketergantungan.
f. Neurosensori:
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.
Tanda : Pembengkakan sendi simetris.
g. Nyeri/Kenyamanan:
Gejala : Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan
lunak pada sendi).
h. Keamanan:
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki. Kesulitan
dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan
menetap Kekeringan pada mata dan membran mukosa.
i. Interaksi Sosial:
DIAGNOSE KEPERAWATAN

a. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan keterbataan rentang gerak.


b. Gangguan nyaman nyeri yang berhubungan dengan trauma jaringan akibat jatuh
c. Resiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan fraktur,
pemasangan traksi pen, imobilitas fisik.
INTERVENSI
a. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan keterbatasan rentang gerak
Tujuan atau kriteria hasil yang diharapkan:
- Klien mampertahankan kekuatan dan ketahanan sistem muskulo skeletal dan
fleksibilitas sendi-sendi dibuktikan oleh tidak adanya kontraktur.
Intervensi Keperawatan Rasional
Observasi tanda dan gejala penurunan Memberikan informasi sebagai dasar
mobilitas sendi, dan kehilangan dan pengawasan keefektifan intervensi.
ketahanan
Observasi status respirasi dan fungsi Memberikan informasi tentang status
jantung klien. respirasi dan fungsi jantung klien.
Observasi lingkungan terhadap bahaya- Mencegah risiko cedera pada lansia
bahaya keamanan yang potensial. Ubah
lingkungan untuk menurunkan bahaya-
bahaya keamanan.
Ajarkan tentang tujuan dan pentingnya Meningkatkan harga diri:
latiha meningkatkan rasa kontrol dan
kemandirian klien
Ajarkan penggunaan alat-alat bantu Membantu perawatan diri dan
yang tepat kemandirian pasien.
WASSALLAM…

Anda mungkin juga menyukai