Oleh :
Surya ningsih
Netri nofnita
Yenita agusti
PEMBIMBING :
Ns. Yaslina, M. Kep, Sp. Kep. Kom
BUKITTINGGI 2022/2023
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defiinisi lansia
Menurut badan kesehatan dunia (World Health Orgazation) lansia adalah
seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Lansia adalah tahap akhir
perkembangan pada daur kehidupan manusia dan ditandai oleh gagalnya seseorang
untuk mempertahankan kesetimbangan kesehatan dan kondisi stress fisiologinya, lansia
juga berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup (Maryam, 2010).
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Menjadi tua adalah proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga
tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Proses menua merupakan proses
sepanjang hidup, tidak hanya dimulai pada satu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan dimana pada proses menua fungsi tubuh akan mengalami
penurunan dikarenakan berkurangnya atau rusaknya sel-sel yang ada di dalam tubuh.
Proses penuaan ini akan terjadi apabila seseorang telah melewati tahap dewasa akhir.
Seiring dengan proses menua maka tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan
termasuk mengalami penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif umumnya akan
menyerang fisik lansia, termasuk menyerang system musculoskeletal pada lansia, yang
akan mengakibatkan cairan tulang menurun sehingga rapuh, bungkuk, persendian
membesar dan menjadi kaku, kram, tremor, tendon mengkerut dan mengalami sclerosis
(Rhosma, 2014).
Masalah yang sering dijumpai pada lansia dikarenakan menurunnya fungsi tubuh
dan terganggunya psikologis pada lansia. Masalah yang sering terjadi pada lansia
diantaranya mudah jatuh, mudah lelah, dan sesak nafas saat beraktivitas fisik serta nyeri
pada persendian yang dapat mengakibatkan lansia menjadi susah bergerak. Rheumatoid
arthritis merupakan salah satu radang sendi yang dialami oleh lansia (Z. N. Helmi,
2014).
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala osteoarthritis sebagai berikut :
1. Nyeri
Nyeri yang terjadi pada sendi lutut dapat bertambah buruk oleh
gerakan, weight bearing dan jalan (Abdurrahman et al., 2019).
Dan menurut The International Association For The Study
of pain (IASP).
2. Kaku Sendi
Gejala yang sering dijumpai pada osteoarthritis, terjadinya
kesulitan atau kekakuan pada saat akan memulai gerakan pada
kapsul, ligamentum, otot dan permukaan sendi (Abdurrahman et
al., 2019).
3. Keterbatasan Lingkup Gerak Sendi
Diakibatkan oleh timbulnya osteofit dan penebalan kapsuler,
muscle spasme serta nyeri yang membuat pasien tidak mau
melakukan gerakan secara maksimal sampai batas normal,
sehingga dalam waktu tertentu mengakibatkan keterbatasan
lingkup gerak sendi pada lutut. Keterbatasan gerak biasanya
bersiat pola kapsuler yaitu gerakan fleksi lebih terbatas dari pada
gerakan ekstensi (Abdurrahman et al., 2019).
4. Krepitasi
Hal ini disebabkan oleh permukaan sendi yang kasar karena
degredasi dan rawan sendi (Abdurrahman et al., 2019).
5. Kelemahan Otot
Kelemahan otot tidak bagian dari osteoarthritis, tetapi peranan
sebagai salah satu faktor resiko osteoarthritis perlu dicermati
kekuatan isometrik dari otot merupakan faktor yang berperan pada
osteoarthtritis. Otrofi otot dapat ditimbulkan bersama efusi
sendi, sedangkan gangguan gait
merupakan manifestasi awal dari osteoarthritis yang menyerang
sendi penopang berat badan. (Fernanda, 2018).
6. Deformitas
Deformitas yang dapat terjadi pada osteoarthritis yang paling
berat akan menyebabkan distruksi kartilago, tulang dan jaringan
lunak skitar sendi. Terjadi deformitas varus bila terjadi kerusakan
pada kopartemen medial dan kendornya ligamentum (Fernanda,
2018).
7. Instabil Sendi Lutut
Disebabkan oleh berkurangnya kekuatan otot disekitar sendi lutut
yang mencapai 1/3 dari kekuatan otot normal dan juga oleh
kendornya ligamentum sekitar sendi (Abdurrahman et al., 2019).
2 Artritis Reumatoid
Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamsi
progresif, sistematik, dan kronis (Pusdinakes, 1995). Artritis
reumatoid merupakan peradangan yang kronis dan sitematik pada
sendi sinovial.Inflamsi awal mengenai sendi-sendi sinovial
disertai edema, kongestif vaskular, eksudat fibrin, dan infiltrasi
selular. Peradangan kronis sinovial menjadi menebal, terutama
pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada sendi terjadi
granulasi membentuk panus. Jaringan granulasi menguat karena
radang menimbulkan gangguan nutrisi kartilago artikulasi,
sehingga terajdi nekrotik.
Reumatik adalah penyakit autoimun yang ditandai dengan
terdapatnya sinovitis erosif simetrik terutama mengenai jaringan
persendian, seringkali melibatkan organ tubuh lainnya. Reumatik
lebih banyak terjadi pada wanita (3 : 1 dengan kasus pria) pada
usia 25 – 35 tahun. Faktor resiko reumatik terjadi pada orang-
orang yang berusia diatas 60 tahun. Gejala reumatik antara lain
nyeri dan bengkak pada sendi yang berlangsung terus menerus,
kaku pada pagi hari berlangsung selama lebih dari 30 menit,
persendian mengalami bengkak dan hangat jika diraba (Lutfi
Chabib, 2016).
Penyebab Artritis Reumatoid
Penyebab penyakit ini belum diketahui secara pasti, namum faktor
predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi) dan faktor
metabolik dan infeksi virus. Manifestasi klinis artritis reumatoid:
1. Setempat
a. Sakit pada persendian disertai kaku dan gerakan terbatas.
b. Lambat-laut membengkak, panas, merah dan lemah.
c. Perubahan bentuk tangan, jari tangan seperti leher angsa,
deviasi ulna.
d. Semua sendi dapat terserang (panggul, lutut, pergelangan
tangan, siku, bahu, rahang).
2. Sistemik
a. Mudah capek, lemah, dan lesu
b. Demam
c. Takikardia
d. Berat badan turun
e. Anemia
Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium, yaitu
stadium sinovitis, stadium destruksi, dan stadium deformitas.
3 Gout Arthritis
Gout Arthritis merupakan salah satu penyakit inflamasi sendi
yang paling sering ditemukan yang ditandai dengan penumpukan
Kristal Monosodium Urat di dalam ataupun di sekitar persendian.
Monosodium Urat ini berasal dari metabolisme Purin. Hal penting
yang mempengaruhi penumpukan Kristal Urat adalah Hiperurisemia
dan supersaturasi jaringan tubuh terhadap Asam Urat. Apabila kadar
Asam Urat di dalam darah terus meningkat dan melebihi batas ambang
saturasi jaringan tubuh, penyakit Gout Arthritis ini akan memiliki
manifestasi berupa penumpukan Kristal Monosodium Urat secara
Mikroskopis maupun Makroskopis berupa Tofi (Zahara, 2013).
Gout Arthritis adalah penyakit sendi yang diakibatkan oleh
tingginya kadar Asam Urat dalam darah. Kadar Asam Urat yang tinggi
dalam darah melebihi batas normal yang menyebabkan penumpukan
Asam Urat di dalam persendian dan organ lainnya (Susanto,
2013).Jadi, dari definisi di atas maka Gout Arthritis merupakan
penyakit inflamasi sendi yang diakibatkan oleh tingginya kadar Asam
Urat dalam darah, yang ditandai dengan penumpukan Kristal
Monosodium Urat di dalam ataupun di sekitar persendian berupa Tofi.
4. Sroke
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi
gangguandi peredaran darah diotak yang menyebabkan terjadinya
kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan Seseorang menderita
kelumpuhan total/sebagian, penurunan fungsi gerak atau bisa
menimbulkan kematian (Syam, 2012). Stroke adalah disfungsi neurologis
akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul secara
mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah pada otak yang.
Ada dua jenis stroke yang utama adalah iskemik(non Hemoragik) dan
hemoragik. Stroke iskemik (non Hemoragik) disebabkan oleh adanya
penyumbatan akibat gumpalan aliran darah baik itu sumbatan karena
trombosis (pengumpulan darah yang menyebabkan sumbatan di
pembuluh darah) atau embolik (pecahnya gumpalan darah /benda asing
yang ada didalam pembuluh darah.
Etiologi
Menurut (Wayunah & Saefulloh, 2017) penyebab stroke dibedakan
menjadi 2 yaitu:
1. Trombosis serebri
Terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan
edema dan kongesti disekitarnya. Trombosis serebri ini
disebabkan karena adanya:
a. Aterosklerostis: mengerasnya/berkurangnya kelenturan dan
elastisitas dinding pembuluh darah.
b. Hiperkoagulasi: darah yang bertambah kental yang akan
menyebabkan viskositas hematokrit meningkat sehingga dapat
melambatkan aliran darah serebral.
c. Arteritis: radang pada arteri.
2. Emboli
Dapat terjadi karena adanya penyumbatan pada pembuluhan darah otak
oleh bekuan darah, lemak, dan udara. Biasanya emboli berasal dari
thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebri.
Keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan emboli:
a. Penyakit jantung, reumatik..
b. Infark miokardium.
c. Endokarditis, yang menyebabkan gangguan pada endokardium.
(Goeteng & Purbalingga, 2021)
Manifestasi Klinis
1. Hipertensi.
2. Gangguan motorik (kelemahan otot, gangguan mobilitas fisik).
3. Gangguan sensorik.
4. Gangguan visual.
5. Gangguan keseimbangan.
6. Nyeri kepala (migrain, vertigo).
7. Muntah.
8. Disartria (kesulitan berbicara).(Pajri et al., 2018)
Komplikasi gangguan mobilitas fisik
Menurut Garrison (dalam Bakara D.M dan Warsito S, 2016)
gangguan mobilitas fisik dapat menimbulkan komplikasi, yaitu
abnormalitas tonus, orthostatic hypotension, deep vein thrombosis, serta
kontraktur.
Penatalaksaan
6
dengan rspon individu, sebagaimana yang telah ditentukan dalam
standar praktik keperawatan (Sudoyo et al., 2010). Hal yang perlu
dikaji, yaitu:
a. Informasi biografi
Informasi biografi meliputi tanggal lahir, alamat, jenis kelamin,
usia, status pekerjaan, status perkawinan, dan agama. Usia pasien
dapat menunjukkan tahap perkembangan baik pasien secara fisik
maupun psikologis. Jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji
untuk mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap
terjadinya masalah atau penyakit, dan tingkat pendidikan dapat
berpengaruh terhadap pengetahuan klien masalah atau
penyakitnya
b. Keluhan utama
Pengkajian anamnesis keluhan utama didapat dengan
menanyakan tentang gangguan terpenting yang dirasakan
pasien.Setiap keluhan utama harus dinyatakan sedetail-detailnya
kepada pasien dan semuanya dituliskan pada riwayat penyakit
sekarang.Pada umumnya, beberapa hal yang harus diungkapkan
pada setiap gejala adalah lama timbulnya, lokasi
perjalanannya.Pasien diminta untuk menjelaskan keluhan-
keluhannya dari segala awal sampai sekarang.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Perawat menanyakan tentang penyakit-penyakit yang pernah
dialami
sebelumnya. Hal-hal yang perlu dikaji meliputi:
1) Pengobatan yang lalu
Ada beberapa obat yang diminum oleh pasien pada masa lalu
yang masih relevan, seperti pemakaian obat kortikosteroid.Catat
adanya efek samping yang terjadi dimasa lalu.
2) Riwayat keluarga
7
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh
keluarga.Hal ini ditanyakan karena banyak penyakit menurun
dalam keluarga.
Setiap pengkajian riwayat harus dapat diadaptasi sesuai
kebutuhan seorang pasien. Setiap pola merupakan suatu rangkaian
perilaku yang membantu perawat mengumpulkan,
mengorganisasikan, dan memilah-milah data (Aspiani, 2014).
Menurut (Sunaryo et al., 2015), pengkajian yang berfokus
pada lansia meliputi:
a. Perubahan fisiologis
Perubahan fisiologis pada lansia meliputi
1) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dengan pendekatan per system dimulai
dari kepala ke ujung kaki atau head to toe dapat lebih mudah
dilakukan pada kondisi klinik.Pada pemeriksaan fisik
diperlukan empat modalitas dasar yang digunakan yaitu
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.Setelah
pemeriksaan fisik terdapat pemeriksaan tambahan mengenai
pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengkaji
tingkat kesehatan umum seseorang dan pengukuran tanda-
tanda vital (tekanan darah, suhu, respirasi, nadi).
2) Pengkajian status fungsional
Pengkajian status fungsional merupakan suatu pengukuran
kemampuan seseorang untuk melalukan aktivitas sehari-hari
secara mandiri.Indeks Katz adalah alat yang secara luas
digunakan untuk menentukan hasil tindakan dan prognosis
pada lansia.Format ini menggambarkan tingkat fungsional
klien dan mengukur efek tindakan yang diharapkan untuk
memperbaiki fungsi. Indeks katz ini merentang kekuatan
pelaksanaan dalam 6 fungsi: mandi, berpakaian, toileting,
berpindah, kontinen, dan makan.
b. Perubahan Kognitif
8
Kebanyakan trauma psikologis dan emosi pada masa lansia
muncul akibat kesalahan konsep karena lansia mengalami
kerusakan kognitif. Pengkajian status kognitif meliputi:
1) SPMSQ (short portable mental status questionnaire)
Digunakan untuk mendeteksi adanya kerusakan dan tingkat
kerusakan intelektual, terdiri dari 10 hal yang menilai
orientasi, memori dalam hubungan dengan kemampuan
perawatan diri, memori jauh dan kemampuan matematis
2) MMSE (mini mental state exam)
Menguji aspek kognitif dari fungsi mental, orientasi,
registrasi, perhatian dan kalkulasi, mengingat kembali dan
bahasa.Nilai kemungkinan paling tinggi adalah 30, dengan
nilai 21 atau kurang biasanya indikasi adanya kerusakan
kognitif yang memerlukan penanganan lebih lanjut.
3) Inventaris Depresi Bec
Berisi 13 hal yang menggambarkan berbagai gejala dan sikap
yang berhubungan dengan depresi. Setiap hal direntang
dengan menggunakan skala
4 poin untuk menandakan intensitas gejala.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis
mengenai respons pasien terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung actual maupun
potensial. Tujuan diagnosis keperawatan adalah untuk
mengidentifikasi respons pasien individu, keluarga, komunitas,
terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, 2016)
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien rheumatoid
arthritis yaitu gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
penurunan kekuatan otot ditandai dengan mengeluh susah
menggerakkan ekstremitas, rentang gerak menurun (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2016).
9
Adapun diagnosa yang mungkin muncul pada pasien rheumatoid
arthritis ,yaitu :
a. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
b. Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi musculoskeletal
kronis.
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi
tubuh.
d. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi.
e. Risiko cedera berhubungan dengan kurang perubahan fungsi
psikomotor (Tim
Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah setiap tindakan berdasarkan
penilaian klinis dan pengetahuan, yang perawat lakukan untuk
meningkatkan hasil pada pasien.Intervensi rheumatoid arthritis
secara umum adalah kaji keadaan umum pasien meliputi nyeri,
aktivitas fisik/pergerakan, persepsi terhadap penyakit serta
pengetahuan mengenai penyakit, observasi tanda-tanda vital dan
ekspresi non verbal pasien.
Tujuan keperawatan yang digunakan pada diagnosa
keperawatan gangguan mobilitas fisik berdasarkan SIKI (Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia) dan intervensi keperawatan
mengacu pada SLKI (Satuan Luaran Keperawatan Indonesia),
berikut adalah tujuandanintervensikeperawatanrheumatoid arthritis
dengan gangguan mobilitas fisik:
Tabel 2
Tujuan dan Intervensi Keperawatan pada Lansia Rheumatoid
arthritis dengan Gangguan Mobilitas Fisik Berdasarkan SLKI
dan SIKI
10
(SLKI) (SIKI)
1 2 3
Gangguan mobilitas fisikSetelah dilakukan intervensi Dukungan Mobilisasi
berhubungan dengan nyeri keperawatan selama 5 x Observasi
kunjungan, maka Mobilitas
1. Identifikasi adanya nyeri
Fisik meningkat,dengan
atau keluhan
fisik
lainnya
1 2 3
kriteria hasil : 2. Identifikasi toleransi
ekstremitas pergerakan
7. Anjurkan melakukan
8.
mobilisasi dini
8. Informasikan kepada
keluarga untuk memberi
dukungan kepada klien.
9. Berikan terapi
komplementer
11
• Pemberian boreh
jahe pada sendi yang
sakit.
• Kompres hangat
pada sendi yang
kaku.
Sumber: (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016), Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa
Medis dan SLKI SIKI.
4. Implementasi Keperawataan
5. Evaluasi Keperawatan
12
Evaluasi keperawatan terhadap pasien rheumatoid
arthritis dengan masalah gangguan mobilitas fisik diantaranya:
1. Pergerakan ekstremitas meningkat
3. Nyeri menurun
13