Anda di halaman 1dari 50

ASUHAN KEPERAWATAN

KELUARGA Tn. W DENGAN HIPERTENSI

DI DESA TAMBAKSARI KECAMATAN WANAREJA

Disusun oleh :

VETHRA AULIYA MARSALLY

P1337420920087

PROFESI NERS
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

2020
BAB I
PENDAHULUAN

Hipertensi merupakan kondisi peningkatan tekanan darah seseorang di atas


normal yang dapat mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan
angka kematian (mortalitas) (Sumartini, Zulkifli, & Adhitya, 2019). Hingga saat
ini hipertensi masih menjadi masalah kesehatan yang cukup besar untuk tetap
diatasi. WHO (World Health Organization) menyebutkan bahwa hipertensi
menyerang 22% penduduk dunia, dan mencapai 36% angka kejadian di Asia
Tenggara. Hipertensi juga menjadi penyebab kematian dengan angka 23,7% dari
total 1,7 juta kematian di Indonesia tahun 2016 (Anitasari, 2019). Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) yang dilakukan Kementerian Kesehatan tahun 2018
menghasilkan peningkatan kejadian hipertensi dibandingkan hasil pada tahun
2013. Prevalensi Jurnal Pengamas Kesehatan Sasambo, Volume 1 No 2 Mei
Tahun 2020| 76 kejadian hipertensi berdasarkan hasil riskesdas 2018 adalah
34,1%. Angka tersebut lebih tingga disbandingkan tahun 2013 yang menyentuh
angka prevalensi 25,8%. Hasil tersebut merupakan kejadian hipertensi
berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pada masyarakat Indonesia berusia
18 tahun ke atas (Kementerian Kesehatan RI, 2018).

Hipertensi dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit kardiovaskular


sehingga penderita hipertensi memerlukan terapi farmakologis yaitu dengan obat-
obat antihipertensi (Russel, 2011). Pengobatan secara farmakologis tidak hanya
memiliki efek yang menguntungkan, namun juga efek yang merugikan, salah
satunya efek rebound hypertension yaitu terjadi peningkatan tekanan darah
mendadak apabila konsumsi obat dihentikan (Kabo, 2008).

Banyaknya komplikasi serius yang di akibatkan oleh hipertensi membuat


penderita merasa perlu untuk mencari alternatif menyelesaikan masalah baik
secara farmakologi maupun nonfarmakologi. Terapi farmakologi yaitu dengan
obat-obatan dan terapi nonfarmakologi yang dapat dilakukan pada penderita
hipertesnsi yaitu: teknik-teknik mengurangi stress, penurunan berat badan,
pembatasan alkohol, natrium, dan tembakau, olahraga atau meningkatkan latihan
yang berefek lipoprotein berdensitas tinggi, dan intervensi yang harus wajib
dilakukan pada setiap terapi hipertensi merupakan rileksasi (Muttaqin, 2009).
BAB II

A. Konsep Keperawatan Keluarga


1. Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan satu atau lebih individu yang tinggal dalam atap

yang sama, sehingga mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan

dalam interelasi sosial, peran dan tugas. Keluarga juga dapat diartikan

dengan kumpulan beberapa individu dengan ikatan perkawinan,

kelahiran, ataupun adopsi dengan tujuan untuk mewariskan budaya,

mencapai perkembangan fisik, meningkatkan koping mental emosional

serta sosial dari tiap anggota keluarga Mereka berinteraksi satu sama lain

dengan mempunyai peran masing – masing dan menciptakan serta

berupaya mempertahankan suatu budaya (Susanti, 2018).

Karakteristik keluarga dari kesimpulan pengertian keluarga yaitu adalah

sebagai berikut :

a. Hubungan yang diikat oleh adanya perkawinan atau adopsi dengan

jumlah anggota dua atau lebih.

b. Anggota keluarga biasa hidup bersama dan walaupun terpisah

biasanya tetap memberi perhatian terhadap satu sama lain.

c. Anggota keluarga saling berinteraksi dengan masing-masing yang

memiliki peranan status sosialnya.

d. Mempunyai tujuan ;

1) Merpertahankan suatu budaya


2) Berupaya meningkatkan kesejahteraan fisik, psikologis serta

sosial setiap anggota keluarga.

2. Tipe Keluarga

a. Keluarga inti (nuclear family), yaitu keluarga yang hanya

beranggotakan ibu, ayah, dan anak yang diperoleh dari kelahiran

ataupun adopsi.

b. Keluarga besar (ekstended family), yaitu keluarga yang beranggotakan

keluarga inti ditambah dengan beberapa saudaranya, misalnya bibi,

paman, kakek, nenek, keponakan, sepupu dan yang lainnya.

c. Keluarga bentukan kembali (dyadic family), merupakan keluarga yang

terbentuk dari pasangan yang telah berpisah dari pasangannya seperti

bercerai ataupun dengan kematian.

d. Orang tua tunggal (single parent family), yaitu keluarga

beranggotakan salah satu dari orang tua baik pihak perempuan

maupun laki-laki karena ditinggalkan oleh pasangannya dengan

perceraian maupun kematian.

e. Ibu dengan anak tanpa adanya ikatan perkawinan (anak tiri) (the

unmarried teenage mother).

f. The single adult living alone yaitu merupakan orang dewasa yang

hidup sendiri tanpa meikah.

g. Keluarga habitas atau dengan kata lain keluarga dengan anak tanpa

pernikahan sebelumnya (the nonmarital heterosexual cohabiting

family)
h. Keluarga berkomposisi (composite) yaitu keluarga poligami yang

hidup secara bersama-sama dalam satu rumah.

3. Fungsi Keluarga

Terdapat 8 fungsi keluarga dan berikut penjelasannya antara lain

(Wirdhana 2013) dalam (Truitje, Umboh, & Kandou, 2015) :

a. Fungsi Keagamaan

Fungsi keluarga sebagai tempat peratama kali dimana anak dikenalkan

pada nilai keagamaan sehingga dapat menumbuhkan,

mengembangkan serta menerapkan nilai-nilai religius keagamaan

dalam dirinya serta dapat menjadi insan yang agamis, berakhlak baik

serta dapat menumbuhkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan

Yang Maha Esa.

b. Fungsi Sosial Budaya

Fungsi keluarga memberikan kesempatan kepada setiap anggota

keluarganya dalam menciptakan dan mengembangkan budaya tanpa

menyimpang dari budaya yang telah ada sebelumnya.

c. Fungsi Afektif

Fungsi keluarga untuk mencurahkan kasih sayang serta memberikan

landasan yang kokoh terhadap hubungan suami dengan istri maupun

orang tua dengan anak sehingga dapat terciptanya kondisi yang

nyaman dalam kehidupan sehari-hari dengan penuh kasih sayang.

d. Fungsi Perlindungan
Fungsi keluarga sebagai tempat memberikan perasaan aman dan

nyaman untuk berlindung sehingga keluarga bisa dijadikan tempat

untuk diandalkan dalam berlindung.

e. Fungsi Reproduksi

Fungsi keluarga sebagai tempat untuk merencanakan dalam

memperoleh keturunan sebagai bagian dari upaya melestarikan apa

yang telah ada dalam keluarganya dengan harapan menajdi sumber

kesejahteraan manusia di masa yang akan datang.

f. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan

Fungsi keluarga dalam memberikan didikan kepada anggota

keluarganya sehingga dapat menjadi bekal dalam kehidupannya di

masanya yang akan datang.

g. Fungsi Ekonomi

Fungsi keluarga sebagai unsur pendukung dalam mempertahankan

keberlangsungan kehidupan keluarga.

h. Fungsi Pembinaan Lingkungan

Fungsi keluarga dalam memberi arahan kepada anggota keluarganya

untuk dapat menyesuaikan diri agar selaras ddan seimbang dengan

aturan dan lingkungan yang sudah barang pasti akan selau berubah

secara dinamis.

B. Tugas Perkembangan Keluarga


Tugas perkembangan keluarga menurut Friedman (1998) yaitu :
a. Tahap I : Keluarga pemula
1) Membangun perkawinan yang saling memuaskan.
2) Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.
3) Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orangtua).
b. Tahap II : Keluarga yang sedang mangasuh anak
1) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap
(mengintegrasikan bayi baru kedalam keluarga).
2) Rekonsilisiasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan
kebutuhan anggota keluarga.
3) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
4) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan
peran-peran orangtua dan kakek-nenek.
c. Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain,
privasi, keamanan.
2) Mensosialisasikan anak.
3) Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan
anak-anak yang lain.
4) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan
perkawinan dan hubungan orangtua dan anak) dan diluar keluarga (keluarga
besar dan komunitas).
d. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah
1) Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan
2) Mempertahankan hubungan perkawinan bahagia
3) Memenuhi kebutuhan dan biaya hidup yang semakin meningkat
4) Meningkatkan komunikasi terbuka
e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja
1) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan semakin mandiri
2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan
3) Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak-anak
f. Tahap VI : Keluarga dengan melepaskan anak usia dewasa muda.
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Membantu orang tua suami/isteri yang sedang sakit dan memasuki masa
tua 4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
g. Tahap VII : Orangtua usia pertengahan.
1) Mempertahankan kesehatan
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan
anak-anak
3) Meningkatkan keakraban pasangan
h. Tahap VIII : Keluarga dengan masa pensiun dan lansia.
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
2) Adaptasi dengan perubahan, kehilangan pasangan, teman, dll
3) Mempertahankan keakraban suami-isteri dan saling merawat
4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
5) Melakukan “ Life Review”
BAB III

KONSEP PENYAKIT HIPERTENSI

A. DEFINISI

Hipertensi adalah apabila tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan
tekanan diastolIk > 90 mmHg, atau apabila pasien memakai obat anti
hipertensi (Slamet Suyono, 2001 dan Arif Mansjoer, 2001).
Hipertensi menurut WHO adalah hipertensi jika tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg atau tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.
Menurut N.G. Yasmin A (1993) hipertensi adalah peningkatan dari
tekanan sistolik standar dihubungkan dengan usia, tekanan darah normal
adalah refleksi dari kardiak out put atau denyut jantung dan resistensi
puerperal.
Menurut Alison Hull (1996), hipertensi adalah desakan darah yang
berlebihan dan hampir konstan pada arteri. Tekanan dihasilkan oleh
kekuatan jantung ketika memompa darah, hipertensi, berkaitan dengan
kenaikan tekanan diastolik, dan tekanan sistolik atau kedua-duanya secara
terus menerus.
B. ETIOLOGI
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada :

a. Elastisitas dinding aorta menurun


b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya,


data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering
menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :

a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi

b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:

1. Umur (jika umur bertambah maka TD meningkat)


2. Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan)
3. Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :

1. Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)


2. Kegemukan atau makan berlebihan
3. Stress
4. Merokok
5. Minum alkohol
6. Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)

Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah Ginjal,


Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor, Vascular,
Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli kolestrol,
Vaskulitis, Kelainan endokrin, DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme, Saraf,
Stroke, Ensepalitis, SGB, Obat – obatan Kontrasepsi oral dan
Kortikosteroid.
C. Manifestasi Klasifikasi
Adapun gejala klinis yang dialami oleh para penderita hipertensi
biasanya berupa: sakit kepala, pusing, mudah marah (emosi meningkat)
susah tidur, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang,
telinga berdengung, sesak nafas, gelisah, mual muntah, epistaksis,
kesadaran menurun.
D. Klasifikasi
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas: (Darmojo, 1999)
Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg. Hipertensi
sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan
tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.

Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi


2 golongan besar yaitu:

a. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak


diketahui penyebabnya
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain

Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal tensi < 140 < 90

Hipertensi borderline 140-160 90-95

Hipertensi sedang dan > 180 > 105


berat
> 140 < 90
Hipertensi terisolasi
E. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,
yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang


pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan
rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.

Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan


structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab
pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan
tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Smeltzer, 2001).

Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya


“hipertensi palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak
dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
F. Pathway
G. Pencegahan
Hal yang perlu diperhatikan penderita hipertensi sebagai tindakan
pencegahan antara lain: diet rendah lemak,  diet rendah garam, hindari
makan daging kambing, durian, minuman beralkohol, melakukan olahraga
secara teratur dan terkontrol, jauhi merokok, berhenti minum kopi,
turunkan berat badan ke arah yang ideal, hindari stress,  hindari penyerta
seperti DM dan kolesterol tinggi
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Hemoglobin / hematocrit Untuk mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan
factor-factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
2. BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal
3. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
4. Kolesterol dan trigliserid serum: Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak
ateromatosa (efek kardiovaskuler)
5. Pemeriksaan tiroid: Hipertiroidisme dapat menimbulkan
vasokonstriksi dan hipertensi
6. Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko
hipertensi
7. Foto thorax: Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub,
perbesaran jantung
8. EKG: Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan,
gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda
dini penyakit jantung hipertensi.

I. Penatalaksanaan

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan


mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip
pengelolaan penyakit hipertensi meliputi:

1. Terapi tanpa Obat


Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan
dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi
tanpa obat ini meliputi:
a. Diet: diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
1. Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
3. Penurunan berat badan
4. Penurunan asupan etanol
5. Menghentikan merokok
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan
untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat
prinsip yaitu :
Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,
bersepeda, berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik
antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi
maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara
20 – 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya
3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu

c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi:

1. Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan
pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara
sadar oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback
terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri
kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti
kecemasan dan ketegangan.
2. Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih
penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh
menjadi rileks
3. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya
sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah
komplikasi lebih lanjut.
2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah
saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi
agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya
perlu dilakukan seumur hidup penderita.

Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli


Hipertensi (Joint National Committee On Detection, Evaluation And
Treatment Of High Blood Pressure, Usa, 1988) menyimpulkan bahwa
obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE
dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan
keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.

Pengobatannya meliputi:

1. Step 1
Obat pilihan pertama: diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE
inhibitor.
2. Step 2
Alternatif yang bisa diberikan: Dosis obat pertama dinaikkan,
Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama, Ditambah obat ke-2 jenis
lain, dapat berupa diuretika, beta blocker, Ca antagonis, Alpa
blocker, clonidin, reserphin, vasodilator.
3. Step 3
Alternatif yang bisa ditempuh: Obat ke-2 diganti, Ditambah obat ke-3
jenis lain
4. Step 4
Alternatif pemberian obatnya: Ditambah obat ke-3 dan ke-4, Re-
evaluasi dan konsultasi, Follow Up untuk mempertahankan terapi.

J. Diagnosa Keperawatan
1.
K. Intervensi Keperawatan
BAB IV
KONSEP ASKEP KELUARGA PADA HIPERTENSI

Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam


praktek keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota keluarga pada
tatanan komunitas dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada
standar keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan
(WHO, 2014).

Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian yang diberikan


melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan untuk
menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan, yaitu sebagai berikut (Heniwati, 2008) :

1. Pengkajian Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan


keperawatan, agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan
keadaan keluarga. Sumber informasi dari tahapan pengkaajian dapat
menggunakan metode wawancara keluarga, observasi fasilitas rumah,
pemeriksaan fisik pada anggota keluarga dan data sekunder. Hal-hal yang perlu
dikaji dalam keluarga adalah :

a. Data Umum Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :

1) Nama kepala keluarga

2) Alamat dan telepon

3) Pekerjaan kepala keluarga 16

4) Pendidikan kepala keluarga

5) Komposisi keluarga dan genogram

6) Tipe keluarga

7) Suku bangsa
8) Agama

9) Status sosial ekonomi keluarga

10) Aktifitas rekreasi keluarga

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga inti.

2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan mengenai tugas


perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa
tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.

3) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat kesehatan


pada keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat
kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan
penyakit, sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta
pengalamanpengalaman terhadap pelayanan kesehatan.

4) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai riwayat


kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri. 17

c. Pengkajian Lingkungan

1) Karakteristik rumah

2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW

3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

4) Sistem pendukung keluarga

d. Struktur keluarga

1) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara


berkomunikasi antar anggota keluarga.
2) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.

3) Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing anggota


keluarga baik secara formal maupun informal.

4) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan norma
yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengaan kesehatan.

5) Fungsi keluarga :

a) Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota keluarga,


perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga
terhadap anggota keluarga lain, bagaimana kehangatan tercipta pada
anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling
menghargai. 18

b) Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana berinteraksi atau


hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin,
norma, budaya dan perilaku.

c) Fungsi perawatan kesehatan, yaitu meenjelaskan sejauh mana keluarga


menyediakan makanan, pakaian, perlu dukungan serta merawat anggota
keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenal sehat
sakit. Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan perawatan kesehatan
dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas
kesehatan keluarga, yaitu mampu mengenal masalah kesehatan,
mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan
kesehatan pada anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan
yang dapat meningkatan kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat.

d) Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana
kemampuan keluarga dalam mengenal, mengambil keputusan dalam
tindakan, merawat anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan
yang mendukung kesehatan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada. 19

6) Stres dan koping keluarga

a) Stressor jaangka pendek dan panjang

(1) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 5 bulan.

(2) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.

b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor

c) Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi


permasalahan.

d) Strategi adaptasi fungsional yang divunakan bila menghadapi


permasalah

e) Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua


anggotaa keluarga. Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak
berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik. Harapan keluarga yang
dilakukan pada akhir pengkajian, menanyakan harapan keluarga terhadap
petugas kesehatan yang ada. 20 2. Diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul Berdasarkan pengkajian asuhan keperawatan keluarga di atas
maka diagnosa keperawatan keluarga yang mungkin muncul adalah :

a. Manajemen keluarga tidak efektif, yaitu pola penanganan masalah


kesehatan dalam keluarga tidak memuaskan untuk memulihkan
kondisi kesehatan anggota keluarga.

b. Manajemen kesehatan tidak efektif, yaitu pola pengaturan dan


pengintegrasian penanganan masalah kesehatan ke dalam kebiasaan
hidup sehari-hari tidak memuaskan untuk mencapai status kesehatan
yang diharapkan.
c. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif, yaitu ketidakmampuan
mengidentifikasi, mengelola dan atau menemukan bantuan untuk
mempertahankan kesehatan.

d. Kesiapan peningkatan koping keluarga yaitu pola adaptasi anggota


keluarga dalam mengatasi situasi yang dialami klien secara efektif dan
menunjukkan keinginan serta kesiapan untuk meningkatkan kesehatan
keluarga dan klien.

e. Penurunan koping keluarga yaitu ketidakefektifan dukungan, rasa


nyaman, bantuan dan motivasi orang terdekat (anggota keluarga atau
orang berarti) yang dibutuhkan klien untuk mengelola atau mengatasi
masalah kesehatan. 21

f. Ketidakberdayaan, persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan


mempengaruhi hati secara signifikan, persepsi kurang kontrol pada
situasi saat ini atau yang akan datang.

g. Ketidakmampuan koping keluarga, yaitu perilaku orang terdekat


(anggota keluarga) yang membatasi kemampuan dirinya dan klien
untuk beradaptasi dengan masalah kesehatan yang dihadapi klien.
Yang menjadi etiologi atau penyebab dari masalah keperawatan yang
muncul adalah hasil dari pengkajian tentang tugas kesehatan keluarga
yang meliputi 5 unsur sebagai berikut :

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang terjadi


pada anggota keluarga

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk


mengatasi penyakit hipertensi

c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan


hipertensi

d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi


lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi
e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
guna perawatan dan pengobatan hipertensi

3. Membuat Perencanaan Menurut Suprajitno perencanaan keperawatan


mencakup tujuan umum dan khusus yang didasarkan pada masalah yang
dilengkapi dengan kriteria dan standar yang mengacu pada penyebab.
Selanjutnya 22 merumuskan tindakan keperawatan yang berorientasi pada
kriteria dan standar. Perencanaan yang dapat dilakukan pada asuhan
keperawatan keluarga dengan hipertensi ini adalah sebagai berikut :

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang terjadi pada


keluarga. Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengenal
dan mengerti tentang penyakit hipertensi. Tujuan : Keluarga mengenal
masalah penyakit hipertensi setelah tiga kali kunjungan rumah. Kriteria :
Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit hipertensi.
Standar : Keluarga dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan
gejala penyakit hipertensi serta pencegahan dan pengobatan penyakit
hipertensi secara lisan. Intervensi :

1) Jelaskan arti penyakit hipertensi

2) Diskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit hipertensi

3) Tanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk


mengatasi penyakit hipertensi. Sasaran : Setelah tindakan keperawatan
keluarga dapat mengetahui akibat lebih lanjut dari penyakit hipertensi. 23
Tujuan : Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota
keluarga dengan hipertensi setelah tiga kali kunjungan rumah. Kriteria :
Keluarga dapat menjelaskan secara lisan dan dapat mengambil tindakan
yang tepat dalam merawat anggota keluarga yang sakit. Standar : Keluarga
dapat menjelaskan dengan benar bagaimana akibat hipertensi dan dapat
mengambil keputusan yang tepat. Intervensi:
1) Diskusikan tentang akibat penyakit hipertensi

2) Tanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota


keluarga yang menderita hipertensi.

c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi


Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat anggota
keluarga yang menderita penyakit hipertensi. Tujuan : Keluarga dapat
melakukan perawatan yang tepat terhadap anggota keluarga yang menderita
hipertensisetelah tiga kali kunjungan rumah. Kriteria : Keluarga dapat
menjelaskan secara lisan cara pencegahan dan perawatan penyakit hipertensi
Standar : Keluarga dapat melakukan perawatan anggota keluarga yang
menderita penyakit hipertensi secara tepat. Intervensi: 24

1) Jelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit hipertensi.

2) Jelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan olah
raga khususnya untuk anggota keluarga yang menderita hipertensi.

d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan


yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi berhubungan. Sasaran :
Setelah tindakan keperawatan keluarga mengerti tentang pengaruh
lingkungan terhadap penyakit hipertensi. Tujuan : Keluarga dapat
memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang penyembuhan dan
pencegahan setelah tiga kali kunjungan rumah. Kriteria : Keluarga dapat
menjelaskan secara lisan tentang pengaruh lingkungan terhadap proses
penyakit hipertensi Standar : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang
dapat mempengaruhi penyakit hipertensi. Intervensi :

1) Ajarkan cara memodifikasi lingkungan untuk mencegah dan mengatasi


penyakit hipertensimisalnya :

a) Jaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan misalnya


benda yang tajam.

b) Gunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung tangan. 25


c) Gunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk mengurangi
terjadinya iritasi.

2) Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.

Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan


guna perawatan dan pengobatan hipertensi. Sasaran : Setelah tindakan
keperawatan keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
sesuai kebutuhan. Tujuan : Keluarga dapat menggunakan tempat
pelayanan kesehatan yang tepat untuk mengatasi penyakit
hipertensisetelah dua kali kunjungan rumah. Kriteria : Keluarga dapat
menjelaskan secara lisan ke mana mereka harus meminta pertolongan
untuk perawatan dan pengobatan penyakit hipertensi. Standar :
Keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan secara tepat.
Intervensi : Jelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta
pertolongan untuk perawatan dan pengobatan hipertensi.
BAB V

ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian dilakukan pada :

Hari/tanggal : Sabtu, 24 Oktober 2020

Tempat : Wanareja, Cilacsp

Waktu : 15.00 WIB

I. DATA UMUM

1. Nama Kepala Keluarga (inisial) : Tn. W

2. Umur : 51 tahun

3. Pendidikan : Sarjana

4. Pekerjaan : PNS (Guru)

5. Agama : Islam

6. Alamat lengkap : Wanareja

7. Komposisi keluarga :
HUB
N NAM UMU AGAM PENDD PEKERJA KE
JENKEL DG
O A R A K AN T
KK
1. Tn. V Laki-laki 51 Sua Islam Sarjana PNS
tahun mi (Guru)
2. Ny.T Perempu 47 Istri Islam Sarjana PNS
an tahun (Guru)
3. An. V Perempu 22 Ana Islam SMA
an tahun k
4. An. Laki-laki 13 Ana Islam SD
M tahun k

Genogram Keluarga Tn. W

8. Tipe Keluarga : Nuclear Family

9. Budaya :
Suku : Jawa
Bahasa yang digunakan : Sunda
Pantangan : -
Kebiasaan yang ada hubungan dengan masalah kesehatan : -
10. Agama : Islam
Kegiatan di Rumah : Bertani dan Menonton TV
Kegiatan di Masyarakat : Mengikuti kegiatan masyarakat
11. Status Sosial Ekonomi keluarga :
Pekerjaan anggota keluarga :
- Tn. W : PNS (Guru)
- Ny.T : PNS (guru)
- Anak : Belum bekerja
- Menantu : Belum Bekerja
Penghasilan :
- Tn. W : Rp 4.500.000
- Ny. T : Rp. 3.500.000
Pemenuhan kebutuhan sehari-hari :
Tabungan/asuransi : Ya
12. Kebutuhan rekreasi keluarga :
Yang dilakukan dalam keluarga : Menonton TV
Yang dilakukan di luar rumah : Berkebun

II. RIWAYAT DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN KELUARGA

1. Tahap perkembangan Keluarga saat ini : masih memiliki tanggungan 2 anak


2. Tugas tahapan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi : tidak ada
3. Riwayat keluarga inti : hipertensi
4. Riwayat keluarga sebelumnya : ada keturunan hipertensi
Riwayat hubungan keluarga : ada keluarga yang memiliki penyakit hipertensi
Konflik antar keluarga : tidak ada konflik antar keluarga

III. LINGKUNGAN

1. Karakteristik rumah :
- Luas : 250 m2
- Jumlah ruangan : 10 ruangan
- Jumlah jendela : 20 jendela
- Pemanfaatan ruangan : sesuai
- Peletakan perabotan rumah tangga : sesuai dengan letak
- Sumber air minum : mata air
Status rumah : milik sendiri
Denah rumah :

Keadaan rumah : bersih, terang, terawat, luas, layak untuk ditinggali


Kebiasaan perawatan rumah : bersih-bersih
Sistem pembuangan sampah : tempat sampah
Sistem pembuangan air kotor : selokan
Kepemilikan/penggunaan jamban : milik sendiri
Kondisi air yang digunakan : jernih
Pendapat keluarga tentang masalah kesehatan dan lingkungan : kesehatan itu
penting
2. Karakteristik tetangga dan komunitas :
Adat dan kebiasaan komunitas sekitar : gotong royong
Pola pergaulan : pergaulan sangat baik
3. Mobilitas geografis keluarga :
Sarana transportasi yang digunakan keluarga : sepeda dan sepeda motor.
4. Interaksi dengan masyarakat : interaksi sangat baik dengan masyarakat sekitar
Peran keluarga di masyarakat : interaksi dengan masyarakat sangat baik.

IV. STRUKTUR KELUARGA

1. Pola komunikasi keluarga : komunikasi terjalin dengan baik


2. Struktur kekuatan keluarga : pengambil keputusan tertinggi di tangan Tn. W
3. Struktur peran : sesuai dengan peran masing-masing anggota keluarga
4. Nilai dan norma budaya : berjalan baik

V. FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi afektif : antar anggota keluarga saling mendukung satu sama lain.
2. Fungsi sosialisasi : komunikasi di dalam keluarga terjalin dengan baik.
3. Fungsi perawatan kesehatan : anggota keluarga sudah menjalankan perawatan
kesehatan dengan baik
4. Fungsi reproduksi : jumlah anak 2 anak
5. Fungsi ekonomi : keluarga sudah memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan
papan.
VI. STRES DAN KOPING KELUARGA

1. Stressor jangka panjang dan pendek : stressor yang dialami keluarga


yaitu stressor jangka pendek yang memerlukan penyelesaian dalam
waktu < 6 bulan.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor/masalah : anggota
keluarga mampu merespon dengan baik setiap masalah yang ada
3. Strategi dan koping yang digunakan : musyawarah

VII. HARAPAN KELUARGA

Harapan keluarga terhadap perawat : mampu membantu permasalahan


dalam kesehatan

Masalah kesehatan : hiperstensi.

VIII. DATA TAMBAHAN

1. Nutrisi : klien makan 3x sehari dengan porsi cukup dan klien


minum 6-8 gelas per hari.
2. Eliminasi : klien BAK 6-7x sehari dan BAB 1x sehari dengan
konsistensi lembek.
3. Istirahat Tidur : klien tidur 6-7 jam per hari.
4. Aktivitas sehari-hari : aktivitas klien memberikan pembelajaran
kepada siswa-siswi via daring
5. Merokok : (-)

IX. PEMERIKSAAN FISIK

ANGGOTA KELUARGA
PEMERIKSAN
Bp. M Ibu.W An. V An. M
KEPALA Simetris , Simetris , Simetris, Simetris,
tidak lesi, tidak ada tidak ada tidak ada
rambut lesi, rambut lesi, rambut lesi, rambut
berwarna berwarna berwarna berwarna
putih hitam hitam hitam
TTV TD : 110/70 TD : 150/90 TD : 120/80 TD : 110/70
mmhg mmhg mmhg mmhg

N : N : N : 82 N :
78x/menit 80x/menit x/menit 78x/menit

S : 36,4 C S : 36,2 C S : 36,3 C S : 36,6 C

RR : 20 RR : 18 RR : 18 RR : 20
x/menit x/menit x/menit x/menit
BB/TB 73kg/172cm 48kg/150cm 62kg/155cm 45kg/155cm
MATA pupil isokor, pupil isokor, pupil isokor, pupil isokor,
sklera sklera sklera sklera
ikterik ikterik ikterik ikterik
HIDUNG Bersih, Bersih, Bersih, Bersih,
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
polip polip polip polip
MULUT Bersih, Bersih, Bersih, Bersih,
mukosa mukosa mukosa mukosa
bibir bibir bibir bibir
lembab lembab lembab lembab
LEHER Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar kelenjar kelenjar kelenjar
tyroid tyroid tyroid tyroid
DADA Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,
pergerakan pergerakan pergerakan pergerakan
dada sama dada sama dada sama dada sama
ABDOMEN Bising usus Bising usus Bising usus Bising usus
18x/menit 16x/menit 16x/menit 18x/menit
TANGAN Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
odem odem odem odem
KAKI Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
odem, odem odem odem
terdapat
bekas luka
jahitan kaki
kanan

A. ANALISA DATA
No. Data Masalah Etiologi
1 DS : Kesiapan Anggota Keluarga
Ny. T dan keluarga Peningkatan menetapkan tujuan untuk
mengatakan sudah Koping Keluarga gaya hidup sehat
mengetahui tentang
penyakit hipertensi.
Tetapi klien belum
sepenuhnya dapat
menerapkan prinsip
penyakit pada pasien
hipertensi.
DO :
Keluarga antusias untuk
meningkatkan kesiapan
manajemen tentang
hipertensi
2 DS : Manajemen Kompleksitas program
Keluarga sudah Kesehatan perawatan/Pengobatan
mengetahui tentang Keluarga Tidak
pentingnya berobat pada efektif
pasien hipertensi, tetapi
pasien enggan untuk
meminum obat dengan
alasan berbahan kimia.
DO :
Klien tampak hanya
istirahat saat pusing dan
lemas
TD : 150/100 mmHg
BB : 75 kg

B. SCORING
1. Diagnosa : Kesiapan Peningkatan Koping Keluarga berhubungan dengan
Anggota Keluarga menetapkan tujuan untuk gaya hidup sehat
(D.0090)

NO KRITERIA SCORE PEMBENARAN


1 Sifat masalah Keluarga mengetahui
Skala : 1 tentang hipertensi tetapi
 Tidak/kurang masih susah mengontrol
sehat pantangan diet hipertensi
3
x 1=1
 Ancaman 3
kesehatan
 Keadaan
sejahtera
2 Kemungkinan 1 1 Keluarga mengatakan
x 2=
2 2
masalah dapat siap untuk merubah pola
diubah hidup lebih sehat
Skala : 2
 Mudah
 Sebagian
 Tidak dapat
3 Potensial masalah Masalah kesiapan
untuk dicegah peningkatan koping
Skala : 1 keluarga ini cukup
2 2
x 1=
 Tinggi 3 3 potensial untuk dicegah
 Cukup karena masih dapat
 Rendah diperbaiki dengan
pemberian pendidikan
kesehatan
4 Menonjolnya Pada keluarga Tn. W
masalah terdapat masalah yang
Skala : 1 masih bisa ditangani,
 Masalah berat, keluarga melihat
harus segera defisiensi pengetahuan ini
ditangani 1 1 masih bisa ditangani
x 1=
2 2
 Ada masalah, nantinya.
tetapi tidak perlu
segera ditangani
 Masalah tidak
dirasakan
4
TOTAL 2
6

2. Diagnosa : Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak efektif


berhubungan dengan Kompleksitas program perawatan/pengobatan (D.
01115)

NO KRITERIA SCORE PEMBENARAN


1 Sifat masalah Manajemen Kesehatan
Skala : 1 Keluarga Tidak efektif
 Tidak/kurang karena pasien terkadang
sehat enggan meminum obat
3
x 1=1
 Ancaman 3 hipertensi
kesehatan
 Keadaan
sejahtera
2 Kemungkinan Manajemen Kesehatan
masalah dapat Keluarga ini dapat diubah
diubah 1 1 dengan memberikan
x 2=
Skala : 2 2 2 pengertian kepada pasien
 Mudah
 Sebagian
 Tidak dapat
3 Potensial masalah Masalah ini berpotensi
untuk dicegah tinggi untuk dicegah
Skala : 1 1 1 karena jangka waktu
x 1=
3 3
 Tinggi klien menderita hipertensi
 Cukup dan keluarga tidak
 Rendah mampu merawatnya
sudah cukup lama
4 Menonjolnya 2 Masalah pada keluarga
x 1=1
2
masalah Ny. T merupakan
Skala : 1 masalah yang harus
 Masalah berat, segera ditangani, karena
harus segera jika tidak dapat
ditangani menyebabkan salah
 Ada masalah, perawatan pada penderita
tetapi tidak perlu hipertensi.
segera ditangani
 Masalah tidak
dirasakan
5
TOTAL 2
6

C. DIAGNOSA
1. Kesiapan Peningkatan Koping Keluarga berhubungan denganAnggota
Keluarga menetapkan tujuan untuk gaya hidup sehat
2. Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak efektif berhubungan dengan
Kompleksitas program perawatan/pengobatan

D. RENCANA TINDAKAN
Tgl/ Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
Jam
02-11- Diagnosa : Kesiapan TUK 1: TUK 1:
Koordinasi
2020 Peningkatan Koping Kemampuan
menjelaskan masalah diskusi
Jam : Keluarga berhubungan keluarga
kesehatan yang
15.30 dengan Anggota dialami cukup
TUK 2:
WIB Keluarga menetapkan meningkat Dukungan
keluarga
tujuan untuk gaya
TUK 2: merencanakan
hidup sehat Aktivitas keluarga perawatan
mengatasi masalah Edukasi
(D.0090) penyakit
kesehatan tepat cukup
meningkat
TUK 3:
TUK 3: Identifikasi
Tindakan untuk risiko
mengurangi faktor Promosi
risiko cukup pedoman
antisipasi
meningkat
keluarga

TUK 4: TUK 4:
Verbalisasi kesulitan Dukungan
menjalankan keluarga
perawatan yang merencanakan
ditetapkan cukup perawatan
menurun
TUK:
Pelaporan
TUK 5:
Gejala penyakit status anggota

anggota keluarga keluarga

sedang
Manajemen Kesehatan TUK 1: TUK 1:
Keluarga Tidak efektif Verbalisasi kemauan Dukungan
memenuhi program tanggung
berhubungan dengan
perawatan atau jawab pada
Kompleksitas program pengobatan cukup diri sendiri
perawatan/pengobatan meningkat

(D. 01115)
TUK 2: TUK 2:
Verbalisasi mengikuti Dukungan
anjuran cukup kepatuhan
meningkat program
pengobatan
02-11-
TUK 3:
2020 Verbalisasi mengikuti TUK 3:
Jam : program Promosi
perawatan/pengobata kepatuhan
15.30
n cukup membaik pengobatan
WIB
TUK 4:
Perilaku menjalankan TUK 4:
anjuran cukup Edukasi
membaik kesehatan

TUK 5:
Kemampuan TUK 5:
menjelaskan Edukasi
penyakit
pengetahuan tentang
Edukasi efek
suatu topik
samping obat
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Tgl/ Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
02-11- 1 dan 2 TUK 1: S:
2020 Kemampuan menjelaskan  Keluarga mengatakan
masalah kesehatan yang
Jam : sudah paham dengan
dialami cukup meningkat
17.00 penyakit hipertensi
WIB TUK 2: namun masih kurang
Aktivitas keluarga mengatasi
mengerti dengan
masalah kesehatan tepat
cukup meningkat komplikasi dari
penyakit hipertensi
TUK 3:
tersebut
Tindakan untuk mengurangi
faktor risiko cukup meningkat  Keluarga mengatakan
senang dan sangat
TUK 4: berterimakasih karena
Verbalisasi kesulitan
menjalankan perawatan yang telah diberikan
ditetapkan cukup menurun penjelasan tentang
hipertensi
TUK 5:
 Menurut Ny.T dan
Gejala penyakit anggota
keluarga sedang keluarga, hipertensi
TUK 1: adalah penyakit yang
Verbalisasi kemauan
tekanan darahnya
memenuhi program
perawatan atau pengobatan lebih dari 140/90
cukup meningkat mmHg
 Penyebab hipertensi
TUK 2:
Verbalisasi mengikuti anjuran yaitu fakor pola
cukup meningkat makan seperti
gorengan, makanan
TUK 3:
Verbalisasi mengikuti asin, sayur berserat,
program gaya hidup seperti
perawatan/pengobatan cukup kurang olahraga,
membaik
stress, keturunan dan
TUK 4: kegemukan.
Perilaku menjalankan anjuran  Tanda dan gejala
cukup membaik hipertensi antara lain
pusing, tekanan darah
TUK 5:
lebih dari 140/90
Kemampuan menjelaskan
mmHg, nyeri
pengetahuan tentang suatu
tengkuk, pandangan
topik
mata kabur, sulit
tidur, mudah lelah.

O:
Keluarga tampak
memperhatikan
pendidikan kesehatan
tentang hipertensi yang
diberikan, keluarga juga
aktif bertanya
A:
Klien dan keluarga sudah
tau dan paham sebagian
P:
Motivsi keluarga dan
klien untuk memahami
kembali materi hipertensi
yang sudah dijelaskan
dan selalu mengingat
tentang hipertensi.
03-11- 1 dan 2 TUK 1: S:
2020 Kemampuan menjelaskan  Keluarga mengatakan
masalah kesehatan yang
Jam : sudah paham dengan
dialami cukup meningkat
16.00 penyakit hipertensi
WIB TUK 2:  Keluarga mengatakan
Aktivitas keluarga mengatasi
senang dan sangat
masalah kesehatan tepat
cukup meningkat berterimakasih karena
telah diberikan
TUK 3: penjelasan tentang
Tindakan untuk mengurangi
hipertensi
faktor risiko cukup meningkat
 Ny. T dan keluarga
TUK 4: mengatakan bahwa
Verbalisasi kesulitan
komplikasi dari
menjalankan perawatan yang
ditetapkan cukup menurun hipertensi seperti
penyakit jantung,
TUK 5:
stroke, penyakit
Gejala penyakit anggota
keluarga sedang ginjal, gangguan
TUK 1: penglihatan, dan
Verbalisasi kemauan kematian.
memenuhi program
perawatan atau pengobatan O:
cukup meningkat
Keluarga tampak

TUK 2: memperhatikan
Verbalisasi mengikuti anjuran pendidikan kesehatan
cukup meningkat
tentang hipertensi yang

TUK 3: diberikan, keluarga juga


Verbalisasi mengikuti aktif bertanya.
program A:
perawatan/pengobatan cukup
Klien dan keluarga sudah
membaik
tahu dan paham
TUK 4: P:
Perilaku menjalankan anjuran
Motivasi keluarga dan
cukup membaik
klien untuk memahami
TUK 5: kembali materi hipertensi
Kemampuan menjelaskan
yang sudah dijelaskan
pengetahuan tentang suatu
dan selalu mengingat
topik
tentang hipertensi
04-11- 1 dan 2 TUK 1: S:
2020 Kemampuan menjelaskan  Ny. T dan keluarga
Jam : masalah kesehatan yang menyebutkan cara
16.20 dialami cukup meningkat mencegah hipertensi
WIB dengan menjaga berat
TUK 2:
Aktivitas keluarga mengatasi badan, makan
masalah kesehatan tepat makanan bergizi,
cukup meningkat
olahraga teratur,
TUK 3: mengurangi stress,
Tindakan untuk mengurangi dan cek kesehatan
faktor risiko cukup meningkat
rutin

TUK 4:  Ny. T dan keluarga


Verbalisasi kesulitan mengatakan
menjalankan perawatan yang pengobatan alternatif
ditetapkan cukup menurun
hipertensi
TUK 5: menggunakan jus
Gejala penyakit anggota melon, mentimun,
keluarga sedang
belimbing, dan
TUK 1:
Verbalisasi kemauan minum rebusan daun
memenuhi program salam, daun seledri
perawatan atau pengobatan
dan daun alpokat
cukup meningkat
 Ny. T dan keluarga
TUK 2: mengatakan makanan
Verbalisasi mengikuti anjuran
yang dianjurkan
cukup meningkat
seperti buah melon,
TUK 3: mentimun, belimbing.
Verbalisasi mengikuti Sedangkan makanan
program
perawatan/pengobatan cukup yang harus dihindari
membaik yaitu makanan asin,
gorengan, makanan
TUK 4:
besantan, daging
Perilaku menjalankan anjuran
cukup membaik kambing
 Ny. T mengatakan
TUK 5: akan membuat
1. Kemampuan menjelaskan rebusan daun alpukat
pengetahuan tentang suatu
O:
topik
Klien dan keluarga
terlihat antusias
memperhatikan
penjelasan tentang
hipertensi
A:
Ny. T dan keluarga sudah
tau tentang cara
pencegahan hipertensi,
cara pengobatan
hipertensi secara
alternatif, cara perawatan
hipertensi, makanan yang
harus dihindari oleh
pasien hipertensi
P:
Motivasi klien untuk
melaksanakan upaya
pencegahan hipertensi
dan olahraga secara
teratur, serta minum obat
secara teratur

EVALUASI

Tgl/
SOAP Paraf
Jam
02-11- S:
 Klien dan keluarga mengatakan sudah
mengurangi makanan gorengan dan mengurangi
jumlah garam pada masakannya
 Klien mengatakan sudah berolahraga secara
teratur dengan lari-lari kecil atau jalan-jalan
selama 5-10 menit
2020
O:
Jam :
TD klien : 150/100 mmHg, Nadi : 88x/ menit
17.00
RR : 20x/ menit, Suhu : 36,7°C
WIB
A:
Masalah belum teratasi
P:
Motivasi keluarga mempertahankan pola diit
hipertensi, cek kesehatan, rutin minum rebusan daun
alpukat
03-11- S:
2020  Klien mengatakan sudah mempraktekkan
Jam : membuat rebusan daun alpukat kurang lebih 400
17.30 ml dan minum dua kali sehari, pagi dan sore.
WIB  Klien dan keluarga mengatakan sudah
mengurangi makanan gorengan dan mengurangi
jumlah garam pada masakannya
 Klien mengatakan sudah berolahraga secara
teratur dengan lari-lari kecil atau jalan-jalan
selama 5-10 menit

O:
TD klien : 140/100 mmHg, Nadi : 88x/ menit
RR : 20x/ menit, Suhu : 36,7°C
A:
Masalah belum teratasi
P:
Motivasi keluarga mempertahankan pola diit
hipertensi, cek kesehatan, minum rebusan daun
alpukat
S:
 Klien mengatakan sudah mempraktekkan
membuat rebusan daun alpukat kurang lebih 400
ml dan minum dua kali sehari, pagi dan sore.
 Klien dan keluarga mengatakan sudah
mengurangi makanan gorengan dan mengurangi
jumlah garam pada masakannya

04-11-  Klien mengatakan sudah berolahraga secara

2020 teratur dengan lari-lari kecil atau jalan-jalan

Jam : selama 5-10 menit

17.30 O:
WIB TD klien : 140/90 mmHg, Nadi : 88x/ menit
RR : 20x/ menit, Suhu : 36,7°C
A:
Masalah teratasi.
P:
Motivasi keluarga mempertahankan pola diit
hipertensi, cek kesehatan, rutin minum rebusan daun
alpukat.
BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan
Setelah dilakukan terapi dengan rebusan daun alpukat pada klien, dan
klien rutin minum pagi dan sore hari sesuai yang dianjurkan, teknan darah
pasien cengderung menurun baik sistolik maupun diastolik. Itu menandakan
ada pengaruh yang efektif dengan terapi non farmakologis untuk mengobati
psien hipertensi menggunakan rebusan daun apukat.
2. Saran
Terapi ini bisa dilakukan pada pasien-pasien hipertensi lain sebagai bentuk
upaya terapi komplementer non farmakologis pasien dengan Hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA

Sumartini Zulkifli. 2019. Pengaruh Senam Hipertensi Lansia Terhadap Tekanan


Darah Lansia Dengan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Cakranegara
Kelurahan Turida Tahun 2019.
Agustina, Sheila 2011. Majalah Kesehatan Keluarga Kita. Jakarta. : PT Temprin
Anonim. 2015. Penderita Hipertensi Terus Meningkat. Diakses
melaluihttp://m.kompas.com Pada tanggal 25 Oktober 2015 jam 14.55
Arikunto. 2002.Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta . 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar. 2003. Sikap Manusia:Teori dan Pengukurannya. Edisi Kedua.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dorothy,M. Russel. 2011. Bebas Dari 6 Penyakit Paling Mema
Kemenkes, 2013. Hipertensi.Jakarta: Kemenkes RI.
Mannan, hasrin, 2012. Faktor Risiko Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Bangkala Kabupaten Jenepoto Tahun 2012,
http://adln.fkm.unhas.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=adlnf km-adln-
mannan100-1468, diakses tanggal 20 oktober 2015.
Fitriana, Renny. 2013. Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Pada Remaja diWilayah
Kerja Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo Kota Pekanbaru.
http://library.unand.ac.id/33002/1/renny.pdf, diakses pada tanggal 23 oktober
2015.
 Friedman, M. Marilyn.( 1998). Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktik.
Jakarta : EGC. 13.

Anda mungkin juga menyukai