Anda di halaman 1dari 10

A.

Definisi
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah kondisi ketika bantalan atau cakram
diantara vertebrata (tulang belakang) keluar dari posisi semula dan menjepit
saraf yang berada dibelakangnya. Kondisi ini juga disebut dengan istilah “saraf
terjepit”. www.alodokter.com/hernia-nukleus-pulposus
Hernia Nucleus Pulposus adalah turunnya kandungan annulus fibrosus dari
diskus intervertebralis lumbal pada spinal canal atau rupture annulus fibrosus
dengan tekanan dari nucleus pulposus yang menyebabkan kompresi pada elemen
saraf. (Lotke dkk, 2008).
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah menonjolnya nucleus dari diskus ke
dalam annulus (cincin fibrosa disekitar diskus) dengan akibat kompresi saraf
(Smeltzer, 2011)
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penyakit yang disebabkan oleh
trauma atau perubahan degenerative yang menyerang massa nucleus pada daerah
vertebra L4-L5, L5-S1, atau C5-C6 yang menimbulkan nyeri punggung bawah
yang berat, kronik dan berulang atau kambuh. (Doengoes, 2010)
Diskus intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah
bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini
digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus
disebut nucleus pulposus. HNP merupakan rupturnya nucleus pulposus.
(Brunner & Suddarth, 2011).
Jadi HNP adalah penyakit yang disebabkan oleh proses degenertif atau
trauma yang ditandai dengan menonjolnya nucleus pulposus dari diskus ke
dalam annulus yang menimbulkan kompresi saraf sehingga terjadi nyeri
punggung dan ekstremitas bawah yang berat, kronik dan berulang.
B. Anatomi

Diskus intervertebralis menghubungkan korpus vertebra satu sama lain


dari servikal sampai lumbal/sacral. Diskus ini berfungsi sebagai penyangga
beban dan peredam kejut (shock absorber).
Diskus intervertebralis terdiri dari dua bagian utama yaitu:
1. Anulus fibrosus, terbagi menjadi 3 lapis:

Lapisan terluar terdiri dari lamella fibro kolagen yang berjalan menyilang
konsentris mengelilingi nucleus pulposus sehingga bentuknya seakan-akan
menyerupai gulungan per (coiled spring)

Lapisan dalam terdiri dari jaringan fibro kartilagenus


Daerah transisi.
Mulai daerah lumbal 1 ligamentum longitudinal posterior makin mengecil
sehingga pada ruang intervertebra L5-S1 tinggal separuh dari lebar semula
sehingga mengakibatkan mudah terjadinya kelainan didaerah ini.

2. Nucleus Pulposus
Nukleus Pulposus adalah suatu gel yang viskus terdiri dari
proteoglycan (hyaluronic long chain) mengandung kadar air yang tinggi
(80%) dan mempunyai sifat sangat higroskopis. Nucleus pulposus
berfungsi sebagai bantalan dan berperan menahan tekanan/beban.
Kemampuan menahan air dari nucleus pulposus berkurang secara
progresif dengan bertambahnya usia. Mulai usia 20 tahun terjadi
perubahan degenerasi yang ditandai dengan penurunan vaskularisasi
kedalam diskus disertai berkurangnya kadar air dalam nucleus sehingga
diskus mengkerut dan menjadi kurang elastic.
Sebagian besar HNP terjadi pada L4-L5 dan L5-S1 karena:
Daerah lumbal, khususnya daerah L5-S1 mempunyai tugas yang
berat, yaitu menyangga berat badan. Diperkirakan 75% berat badan
disangga oleh sendi L5-S1. Mobilitas daerah lumbal terutama untuk
gerak fleksi dan ekstensi sangat tinggi. Diperkirakan hampir 57%
aktivitas fleksi dan ekstensi tubuh dilakukan pada sendi L5-S1. Daerah
lumbal terutama L5-S1 merupakan daerah rawan karena ligamentum
longitudinal posterior hanya separuh menutupi permukaan posterior
diskus. Arah herniasi yang paling sering adalah postero lateral.

C. Etiologi
Penyebab dari Hernia Nucleus Pulposus ( HNP ) biasanya dengan
meningkatnya usia terjadi perubahan degenerative yang mengakitbatkan kurang
lentur dan tipisnya nucleus pulposus. Annulus fibrosus mengalami perubahan
karena digunakan terus menerus. Akibatnya, annulus fibrosus biasanya di daerah
lumbal dapat menyembul atau pecah.
Hernia nucleus pulposus kebanyakan juga disebabkan oleh karena adanya
suatu trauma derajat sedang yang berulang mengenai discus intervertebralis
sehingga menimbulkan sobeknya annulus fibrosus. Pada kebanyakan pasien
gejala trauma bersifat singkat, dan gejala ini disebabkan oleh cidera pada diskus
yang tidak terlihat selama bebrapa bulan atau bahkan dalam beberapa tahun.
Kemudian pada generasi diskus kapsulnya mendorong ke arah medulla spinalis,
atau mungkin rupture dan memungkinkan nucleus pulposus terdorong terhadap
sakus doral atau terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal.
Selain factor umur dan cedera, adapun beberapa hal yang dapat
meningkatkan risiko seseorang terkena hernia nucleus pulposus, seperti :
a. Genetika. Kondisi yang diturunkan dari salah satu anggota keluarga yang
memiliki riwayat HNP.
b. Obesitas. Penekanan pada tulang punggung dikarenakan berat tubuh
berlebih.
c. Merokok. Asap rokok dapat menurunkan kadar oksigen pada cakram dan
meningkatkan risiko pengikisan pada tulang punggung.
d. Mengangkat beban berat. Seseorang yang sering mengangkat atau
mendorong beban berat secara berulang dengan postur tubuh yang salah,
berpotensi mengalami HNP.
D. Patologi/ Pathway
Pada umumnya HNP pada lumbal sering terjadi pada L4-L5 dan L5-S1.
Kompresi saraf pada level ini melibatkan root nerve L4, L5 dan S1. Hal ini akan
menyebabkan nyeri pada pantat dan menjalar ke tungkai. Kebas dan nyeri yang
menjalar yang tajam merupakan hal yang sering dirasakan penderita HNP.
Weaknes pada grup otot tertentu namun jarangterjadi pada banyak grup otot.
E. Pengkajian Fokus
Pengkajian Pola Gordon
1. Pola Persepsi Sehat
 Apa yang pasien ketahui tentang penyakitnya?
2. Pola Nutrisi – Metabolik
 Adakah perubahan pola makan pasien sebelum dan sesudah sakit?
 Adakah perasaan mual? Apakah terjadi muntah saat sakit?
 Bagaimanakah turgor kulit dan mukosa bibir pasien?
3. Pola Aktivitas - Latihan
 Apakah aktivitas pasien terganggu saat setelah sakit?

Aktivitas yang seperti apakah yang terganggu ketika pasien sakit?

 Apakah pasien cemas karena tidak bisa melakukan aktivitas


tertentu?
 Apakah pasien bisa melakukan toileting dan personal hygiene
secara mandiri setelah sakit?
4. Pola Eliminasi
 Apakah penyakit pasien berakibat pada perubahan pola eliminasi
pasien?
 Adakah makanan yang dihindari pasien sehingga menyebabkan
pola eliminasi terganggu?
5. Pola Istirahat Tidur
 Apakah pola tidurnya terganggu setelah pasien sakit?
 Apakah lingkungan hospitalisasi mempengaruhi kualitas tidur
pasien?
6. Pola Persepsi – Kognitif
 Bagaimanakah persepsi nyeri yang dirasakan pasien? (dengan
pengkajian PQRST)
7. Pola Konsep Diri – Persepsi Diri
 Bagaimanakah pasien menilai dirinya sendiri?
 Apakah pasien tetap percaya diri dengan penyakitnya?
 Adakah perasaan tidak nyaman terhadap citra dirinya setelah
pasien sakit?
8. Pola Hubungan dan Peran
 Bagaimanakah pola hubungan dan peran pasien sehari-hari di
masyarakat?
 Adakah hal yang menjadi terganggu terhadap peran di
madsyarakatnya setelah ia sakit?
9. Pola Reproduksi – Seksual
 Bagaimanakah kondisi keluarga pasien? Apakah memberikan
support penuh pada pasien disaat pasien sakit?
 Seberapa berartikah keluarga bagi pasien?
 Kapan pertamakali pasien mengalami menstruasi?
 Apakah pola haid pasien lancer?
10. Pola Toleransi terhadap Stress – Koping
 Bagaimana pasien menyikapi penyakitnya? Apakah sedih?
Menyesal? Menyalahkan Tuhan? Ataukah Tabah dan Iklas?
11. Pola Nilai dan Kepercayaan
 Apakah hubungan pasien dengan Tuhannya semakin dekat setlah
pasien sakit?
Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Punggung
Inspeksi :
o Adakah lesi, kebiruan, bekas luka?
Palpasi :
o Adakah nyeri tekan pada punggung?
b. Pemeriksaan ROM Ekstermitas
o Adakah lesi, kebiruan dan bekas luka di ekstermitas?
o Adakah nyeri tekan pada ekstermitas?
o Bagaimana kemampuan ROM pada ekstermitas atas dan
bawah?
c. Keadaan Umum Pasien
F. Diagnose Keperawatan
1. Nyeri Akut
Definisi : Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan actual atau potensial atau yang
digambarkan sebagai kerusakan (Internatinonal Association for the Study
of Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intesitas ringan hingga
berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi.
Batasan Karakteristik :
 Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri
 Ekspresi wajah nyeri
 Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
 Sikap melindungi area nyeri
 Perubahan selera makan

2. Ansietas
Definisi : Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai
respons otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui
oleh individu) perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap
bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan
individ akan adanya bahya dan memampukan individu untuk bertindak
menghadapi ancaman.
Batasan Karakteristik :
 Gelisah
 Mengekspresikan Kekhawatiran
 Distress
 Wajah tegang
 Gangguan pernapasan
 Gangguan perhatian
3. Hambatan Mobilitas Fisik
Definisi : keterbatasan dalam gerakan fisik atau satu atau lebih
ekstremitas secara mandiri dan terarah.
Batasan Karakteristik :
 Keterbatasan rentang gerak
 Ketidaknyamanan
 Kesulitan membolak-balikan posisi
 Penurunan kemampuan melakukan keterampilan motorik

G. Focus Intervensi
1. Nyeri Akut
Manajemen Nyeri :
 Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,
onset/durasi kualitas, skala dan faktor pencetus.
 Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
 Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi dengan napas dalam
apabila nyeri kembali muncul

2. Ansietas
 Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
 Dorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara yang
tepat intruksikan klien untuk menggunakan teknik relaksasi

3. Gangguan Mobilitas Fisik


Perawatan Tirah Baring :
 Jelaskan alasan diperlukan tirah baring
 Ajarkan latihan di tempat tidur dengan cara yang tepat
 Posisikan sesuai body alignment yang tepat
Daftar Pustaka
 Doengoes, ME. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
 Smeltzer, Suzane C. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC
 NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-
2017. Jakarta : EGC
 www.alodokter.com/hernia-nukleus-pulposus
 Brunner & Suddarth. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai