Anda di halaman 1dari 35

TUGAS : METODE PENELITIAN

DOSEN : Ns. FAIZAL RIZAL, S.Kep,. M.Kes,. M.Kep

JUDUL

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI REMAJA UNTUK

MENCEGAH KEHAMILAN DINI

DI SUSUN OLEH

NAMA : DORKAS M. BEAY

NIM : 120411807

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN (STIK) FAMIKA MAKASSAR

2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kehamilan di usia dini merupakan masalah yang tidak asing lagi di

dunia pendidikan akhir-akhir ini. Tidak sedikit siswi SMA dan SMP bahkan SD

yang belum lulus dan belum menikah namun sudah hamil. Hal ini sungguh

sangat disayangkan, usia yang tergolong masih sangat muda di mana

seharusnya masih belajar di sekolah serta bermain bersama teman-temannya

malah harus dipusingkan dengan masalah yang begitu berat. Masa remaja

yang merupakan masa perkembangan dan seharusnya mereka gunakan

untuk menuntut ilmu dan mempelajari banyak hal malah mereka hancurkan

sendiri dengan melakukan hal-hal yang merugikan masa depan mereka

sendiri (Susana A, 2014).

secara global menyatakan bahwa sekitar 16 juta anak perempuan di

dunia berusia antara 15 sampai 19 tahun dan sekitar 1 juta anak perempuan

di bawah usia 15 tahun melahirkan setiap tahun. Komplikasi selama

kehamilan dan persalinan adalah penyebab kematian kedua bagi gadis

berusia 15-19 tahun di seluruh dunia. Setiap tahun, sekitar 3 juta anak

perempuan berusia 15 sampai 19 tahun menjalani aborsi yang tidak aman.

Bayi yang lahir dari ibu yang masih remaja memiliki risiko kematian yang jauh

lebih tinggi daripada yang lahir dari wanita berusia 20 sampai 24 tahun.

Survei Demografi Kesehatan Indonesia SDKI (2012) menemukan bahwa


angka kehamilan remaja usia 15-19 tahun mencapai 48 dari 1.000 kehamilan.

(WHO,2014)

Masa remaja merupakan periode perkembangan fisik, psikologis

maupun intelektual sehingga pada masa ini remaja memiliki rasa

keingintahuan yang sangat tinggi. Besarnya keingintahuan menyebabkan

remaja selalu berusaha mencari tahu lebih banyak informasi dengan berbagai

cara dan sangat memungkinkan remaja untuk melakukan perilaku

menyimpang dan kebiasaan yang tidak sehat seperti merokok, minum-

minuman keras, penyalahgunaan obat, nonton video porno dan perilaku seks

bebas. Kebiasaan tersebut sangat mengancam kesehatan reproduksinya

seperti adanya penyakit menular seksual (PMS) serta terjadinya kehamilan

usia dini (Kemenkes RI, 2013).

Penyebab kehamilan diusia dini menurut Marmi (2015) kurangnya

informasi tentang kesehatan, rendahnya interaksi ditengah-tengah keluarga,

kerabat dan masyarakat, keluarga yang tertutup terhadap informasi seksual

dan seksualitas, menimbulkan masalah seksual dan seksualitas dan

kurangnya perhatian orang tua terhadap remaja serta status ekonomi

keluarga yang rendah.

Dukungan keluarga merupakan aspek yang penting untuk memberikan

informasi yang berhubungan dengan tingkat komunikasi anak dan orang tua.

Komunikasi yang dibutuhkan anak pada usia remaja dengan orang tuanya

adalah seputar masalah sekolah, pertamanan, penampilan, hobi, dan cita-cita

masa depan. Komunikasi anak dengan orang tua yang tidak optimal

menyebabkan anak mencari relasi diluar sistem keluarga yaitu dengan teman

atau pacar (Nurhajati & Wardyaningrum, 2012).


Menurut Saam & Wahyuni, (2013). Hubungan remaja dengan teman

atau pacar yang tidak mendapat pengawasan orang tua membuat remaja

bergaul diluar batas sehingga menimbulkan beberapa konsekuensi seperti

kehamilan dan berujung pada pernikahan dini. Dukungan keluarga terutama

orang tua sebagai orang terdekat yang memberikan dukungan sosial yang

efektif di masa anak usia remaja terutama dengan teman sebayanya.

Dukungan keluarga yang tinggi seperti selalu memberi perhatian,

membimbing anak, kasih sayang, selalu memberikan bantuan merupakan hal

yang sangat penting dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan anak

pada usia remaja. Adanya dukungan yaitu dari keluarga dapat mempengaruhi

motivasi. Motivasi adalah dorongan yang mempengaruhi seseorang untuk

mencapai tujuan atau keinginan tertentu. Berdasarkan uraian diatas salah

satu faktor pembentukan motivasi adalah dipengaruhi oleh dukungan orang-

orang terdekat termasuk salah satunya adalah keluarga.

Pencegahan kehamilan diusia dini, keluarga dapat berperan aktif

dalam pencegahan terjadinya kehamilan usia dini pada remaja selain

penanganan oleh pemerintah. Selain itu dengan memberikan informasi

kepada remaja untuk memberdayakan mereka dalam membangun nilai dan

ketrampilan yang memampukan mereka membuat keputusan yang

bertanggung jawab untuk menjadi orang dewasa yang sehat secara seksual.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Kiki

Andriana (2017) Tentang gambaran dukungan keluarga ibu hamil terhadap

kehamilan usia muda di Puskesmas Putri Ayu di Kota Jambi Tahun 2017.

Hasil penelitian dari 82 responden di ketahui 37 responden (45,1%)


mempunyai dukungan keluarga positif dan 45 responden (54,9%)

mempunyai dukungan keluarga yang negatif.

Dari data diatas dukungan keluarga untuk mencegah kehamilan usia

dini sangat menurun sehingga peneliti ingin melakukan penelitian dengan

judul “Hubungan dukungan keluarga dengan motivasi remaja untuk

mencegah kehamilan dini di kelurahan Bonto-Bontoa”.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah adakah hubungan dukungan

keluarga dengan motivasi remaja untuk mencegah kehamilan dini di

Kelurahan Bonto-Bontoa ?.

C. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan motivasi remaja untuk

mencegah kehamilan dini di kelurahaan Bonto-Bontoa

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi dukungan keluarga dengan motivasi remaja di

Kelurahan Bonto-Bontoa

b. Mengidentifikasi motivasi remaja dengan pencegahan kehamilan dini di

Kelurahan Bonto-Bontoa

c. Menganalisis hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi

remaja untuk mencegah kehamilan dini di Kelurahan Bonto-Bontoa

d. Mengetahui kekuatan hubungan antara dukungan keluarga dengan

motivasi remaja untuk mencegah kehamilan dini di Kelurahan Bonto-

Bontoa
D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menjadi pengalaman atau bahan masukan bagi

penelitian selanjutnya tentang “Hhubungan dukungan pengetahuan dengan

motivasi remaja untuk mencegah kehamilan dini di Kelurahan Bonto-

Bontoa

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi peneliti

Manfaat bagi peneliti adalah menambah wawasan, pengalaman dan

keterampilan mengenai penelitian mengetahui tentang hubungan

dukungan keluarga dengan motivasi remaja untuk mencegah kehamilan

dini

b. Bagi Instusi

Sebagai bahan masukan dan media pembelajaran untuk

mengembangkan pengetahuan dan wawasan peneliti selanjutnya

c. Bagi tenaga keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan bagi perawat

untuk memberikan layanan kesehatan pada masyarakat khususnya

informasi mengenai kesehatan reproduksi kepada remaja

d. Manfaat bagi Masyarakat

Manfaat bagi masyarakat terutama keluarga yang memiliki anak usia

remaja agar lebih memikirkan dampak yang ditimbulkan akibat

kehamilan dini
BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Tinjuan Umum Tentang Dukungan Keluarga

1. Defenisi Dukungan keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari kepala

keluarga dan beberapa orang yang tinggal satu atap dan memiliki rasa

ketergantungan satu sama lain. Sedangkan menurut Friedman, keluarga

merupakan sekelompok orang yang dihubungkan oleh perkawinan,

kelahiran, dan adopsi yang memiliki keterikatan aturan dan emosional, serta

memiliki peran masing-masing sebagai bagian dari keluarga (Wiratri, 2018).

Dukungan keluarga menurut Friedman (2013) adalah sikap, tindakan

penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan

informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan

emosional.

2. Bentuk dan Fungsi Dukungan Keluarga

Friedman (2013) membangi bentuk dan fungsi dukungan keluarga

menjadi empat dimensi yaitu :

a. Dukungan Emosional

Dukungan emosional adalah keluarga sebagai tempat yang aman dan

damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan

terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi

dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan,

perhatian, mendengarkan dan didengarkan. Dukungan emosional


melibatkan ekspresi empati, perhatian, pemberian semangat, kehangatan

pribadi, cinta, atau bantuan emosional (Friedman, 2013).

b. Dukungan Instrumental

Dukungan instrumental adalah keluarga merupakan sumber pertolongan

praktis dan konkrit, diantaranya adalah dalam hal kebutuhan keuangan,

makan, minum, dan istirahat (Friedman, 2013).

c. Dukungan Informasional

Dukungan informasional adalah keluarga berfungsi sebagai pemberi

informasi, dimana keluarga menjelaskan tentang pemberian saran,

sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah.

Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk

dan pemberian informasi (Friedman, 2013).

d. Dukungan penilaian atau penghargaan

Dukungan penghargaan atau penilaian adalah keluarga bertindak

membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan

validator identitas anggota keluarga diantaranya memberikan support,

penghargaan, dan perhatian (Friedman, 2013).

Sedangkan menurut Indriyani (2013) membagi dukungan keluarga

menjadi 3 jenis, yaitu :

a. Dukungan Fisiologis

Dukungan fisiologis merupakan dukungan yang dilakukan dalam bentuk

pertolongan-pertolongan dalam aktivitas seharihari yang mendasar,

seperti dalam hal mandi menyiapkan makanan dan memperhatikan gizi,

toileting, menyediakan tempat tertentu atau ruang khusus, merawat


seseorang bila sakit, membantu kegiatan fisik sesuai kemampuan, seperti

senam, menciptakan lingkungan yang aman, dan lain-lain.

b. Dukungan Psikologis

Dukungan psikologis yakni ditunjukkan dengan memberikan perhatian

dan kasih sayang pada anggota keluarga, memberikan rasa aman,

membantu menyadari, dan memahami tentang identitas. Selain itu

meminta pendapat atau melakukan diskusi, meluangkan waktu bercakap-

cakap untuk menjaga komunikasi yang baik dengan intonasi atau nada

bicara jelas, dan sebagainya.

c. Dukungan Sosial

Dukungan sosial diberikan dengan cara menyarankan individu untuk

mengikuti kegiatan spiritual seperti pengajian, perkumpulan arisan,

memberikan kesempatan untuk memilih fasilitas kesehatan sesuai dengan

keinginan sendiri, tetap menjaga interaksi dengan orang lain, dan

memperhatikan norma-norma yang berlaku.

3. Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga menurut

Friedman (2013) yaitu :

ada bukti kuat dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa keluarga

besar dan keluarga kecil secara kualitatif menggambarkan pengalaman-

pengalaman perkembangan. Anak-anak yang berasal dari keluarga kecil

menerima lebih banyak perhatian daripada anak-anak yang berasal dari

keluarga yang lebih besar. Selain itu dukungan keluarga yang diberikan oleh

orang tua (khususnya ibu) juga dipengaruhi oleh usia. Ibu yang masih muda
cenderung untuk lebih tidak bisa merasakan atau mengenali kebutuhan

anaknya dan juga lebih egosentris dibandingkan ibu-ibu yang lebih tua.

Friedman juga menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi

dukungan keluarga adalah kelas sosial ekonomi meliputi tingkat pendapatan

atau pekerjaan dan tingkat pendidikan. Dalam keluarga kelas menengah,

suatu hubungan yang lebih demokratis dan adil mungkin ada, sementara

dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoritas dan otokrasi.

Selain itu orang tua dan kelas sosial menengah mempunyai tingkat

dukungan, afeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi daripada orang tua

dengan kelas sosial bawah. Faktor lainnya adalah adalah tingkat pendidikan,

semakin tinggi tingkat pendidikan kemungkinan semakin tinggi dukungan

yang diberikan pada keluarga yang sakit.

4. Sumber Dukungan keluarga

Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan sosial yang

dipandang oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses / diadakan

untuk keluarga (dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota

keluarga bahwa orang yang selalu bersifat mendukung selalu siap

memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial

keluarga dapat berupa dukungan sosial internal, seperti dukungan dari

suami/istri atau dukungan dari sudara kandung atau dukungan sosial

keluarga internal, menurut (Friedman dalam komariyah, 2014)

Tipe–tipe keluarga menurut Arita murwani (2014), yaitu :

a. Tipe Tradisional

1) The Nuclear Family

keluarga yang terdiri dari suami-istri dan anak


2) The Dyad Family

Keluarga yang terdiri dari suami-istri (tanpa anak)

3) Keluarga Usila

Keluarga yang terdiri dari suami-istri yang sudah tua dengan anak

yang sudah memisahkan diri

4) The Childless familly

Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk

mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan karena

mengejar karir atau pendidikan yang terjadi pada wanita

5) The extenden Family

Keluarga yang terdiri dari tiga generasi

6) The-Single Parent Family

Keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak, hal ini terjadi

melalui proses perceraian atau kematian

7) Commuter Family

Keluarga dengan kedua orang tua bekerja dikota yang berbeda, tapi

salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang

bekerja diluar kota bisa nerkumpul dengan keluarga saat khir pekan

8) Multigenrational family

Keluarga dengan beberapa generasi atau kelomok umur yang tinggal

bersama dalam satu rumah

9) Kin-network Family

Keluarga yang terdiri dari beberapa keluarga inti yang tinggal dalam

satu rumah atau saling berdekatan dan menggunakan barang-barang

dan pelayan yang sama seperti dapur, kamar mandi, TV telepon dll.
10) Blended Family

Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali

dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya

11) The Single Adult living Alone atau Single Adult Family

Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena

pilihannya atau perpisahan (separasi) seperti percaraian atau

ditinggal mati

b. Tipe Non Tradisional

1) The Unmarriedteenege mather

The unmarriedteenege mather, adalah keluarga yang terdiri dari

orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.

2) The Stepparent Family

The stepparent family adalah kelaurga dengan orang tua tiri.

3) Commune Family

Commune family adalah beberapa pasangan kelaurga (dengan

anaknya) yang tidak ada hubungan sudara hidup bersama dalam satu

rumah, sumber dengan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama :

sosialisai anak dengan melalui aktivitas kelompok atau membesarkan

anak bersama.

4) The Non Marital Hetrosexsual Cohibitang Family

Keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa

melalui pernikahan.

5) Gay and Lesbian Family


Gay and lesbian family adalah seseorang yang mempunyai

persamaan seks hidup bersama sebagaiman suami-isrti 9 marital

patners.

6) Choibiting Couple

Choibiting couple adalah orang dewasa yang hidup bersama diluar

ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.

7) Group-Marriage Familly

Group-marriage family adalah beberapa orang dewasa menggunakan

alat-alat rumah tangga bersama yang saling merasa sudah menikah,

berbagi sesuatu termasuk sexsual dan membesarkan anaknya.

8) Group Network Family

Group network family, adalah kelaurga inti yang dibatasi set aturan

atau nilai-nilai hidup bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan

saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama,

pelayanan, dan tangguang jawab membesarkan anaknya.

9) Foster Family

Foster family, adalah keluarga yang menerima anak yang tidak ada

hubungan keluarga atau sudara didalam waktu sementara, pada saat

orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk

menyatukan kembali keluarga yang aslinya.

10)Homeless Family

Homeless family, adalah keluarga yang terbentuk dan tidak

mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis personal yang

dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atu problem kesehatan

mental.
11)Gang

Gang, adalah sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-

orang mudayang mencari ikatan emosional dan keluarga yang

mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan

criminal dalam kehidupannya.

B. Tinjuan Umum tentang Motivasi Remaja

1. Motivasi

a. Defensi motivasi

Motivasi merupakan sesuatu yang mendorong seseorang untuk

bertingkah laku dalam mencapai tujuan (Saam & Wahyuni, 2013).

Menurut Notoatmodjo (2012), motivasi merupakan dorongan dari dalam

diri seseorang menyebabkan orang tersebut melakukan kegiatan-kegiatan

tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Berdasarkan pendapat yang

dikemukakan dari beberapa tokoh, dapat disimpulkan bahwa motivasi

merupakan suatu faktor yang terdapat dalam jiwa individu yang

mendorong,menyebabkan, mengarahkan suatu sikap dan tingkah laku

seseorang didalam mencapai tujuan yang mereka inginkan.

a. Proses Motivasi

Sunaryo (2013), menjelaskan bahwa proses terjadinya motivasi yaitu

timbul diawali dengan adanya dorongan yang menggerakkan manusia

unuk berperilaku. Motivasi terjadi karena adanya dorongan untuk

memenuhi kebutuhan. Kebutuhan dipandang sebagai sesuatu yang

kurang pada diri individu yang menuntut untuk segera terpenuhi.


Kekurangan tersebut akan menjadi sebagai dorongan yang membuat

individu berperilaku untuk memenuhi kebutuhannya.

b. Jenis-jenis Motivasi

Saam dan Wahyuni (2013), mengemukakan bahwa motivasi terbagi

menjadi 2 jenis sebagai berikut :

1) Motivasi Intrinsik

Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu itu sendiri atau atas

kemauan diri sendiri tanpa paksaan maupun dorongan dari orang

lain .Motivasi intrinsik terdiri dari kebutuhan, harapan, dan minat

Adapun uraiannya sebagai berikut:

a) Kebutuhan

Motivasi bisa timbul karena adanya kebutuhan. Kebutuan disini

merupakan hal yang ingin dicapai individu, sehinga individu

tersebut akan termotivasi sehingga seseorang bersikap dan

berperilaku agar tujuan yang mereka inginkan tersebut tercapai.

b) Harapan

Motivasi muncul karena individu mengharapkan sesuatu atau

adanya harapan yang ingin diraih individu itu sendiri.

c) Minat

Timbulnya motivasi salah satunya disebabkan adanya faktor dari

dalam individu sendiri salah satunya minat.

2). Motivasi Ekstrinsik

Jenis motivasi yang timbul disebabkan oleh adanya pengaruh

dari luar diri individu. Motivasi ekstrinsik bisa dikarenakan adanya


pengaruh dari keluarga (orang tua), lingkungan dan imbalan (Taufik

dalam Saragih, 2011). Adapun penjelasannya sebagai berikut :

a) Keluarga (orang tua)

Motivasi timbul diakibatkan oleh pengaruh dari luar salah satunya

dari keluarga yaitu orang tua.

b) Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan

timbulnya motivasi.

c) Imbalan

Adanya motivasi salah satunya disebabkan adanya imbalan yang

membuat seseorang untuk termotivasi melakukan sesuatu dalam

mencapai tujuan.

c. Tujuan Motivasi

Secara umum tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan

seseorang agar timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu

sehingga dapat memperoleh hasil dan mencapai tujuan. Setiap tindakan

motivasi seseorang mempunyai tujuan yang akan dicapai. Makin jelas

tujuan yang diharapkan atau akan dicapai, maka semakin jelas pula

bagaimana tindakan memotivasi itu dilakukan. Tindakan memotivasi akan

lebih dapat berhasil apabila tujuannya jelas dan didasari oleh yang

dimotivasi. Oleh karena itu, setiap orang yang akan memberikan motivasi

pada seseorang harus mengenal dan memahami benar-benar latar

belakang kehidupan, kebutuhan serta kepribadian orang yang akan

dimotivasi (Widiani 2014: 10).

d. Fungsi Motivasi
Motivasi mempunyai tiga fungsi menurut (Widiani 2014:10) yaitu :

1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor

yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor

penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak

dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan

kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan yang

sudah direncanakan sebelumnya.

3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa

yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan

menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan

tersebut. Pilihan perbuatan yang sudah ditentukan atau dikerjakan

akan memberikan kepercayaan diri yang tinggi karena sudah

melakukan proses penyeleksian.

e. Teori Motivasi

Teori motivasi dapat dibagi menjadi dua yaitu teori isi atau teori

kebutuhan dan teori proses (Sulaeman, 2011). Teori isi atau teori

kebutuhan terdiri dari teori tingkat kebutuhan Maslow, teori ERG Adler-fer,

teori dua faktor Herzberg, dan teori prestasi McClelland, kemudian teori

proses terdiri dari teori harapan dari Vroom, teori pembentukan prilaku

dari Skinner, dan teori keadilan dari Adams. Adapun penjelasan dari

beberapa teori motivasi sebagai berikut :

1) Teori Hierarki Kebutuhan dari Abraham Maslow


Abraham Maslow membuat hipotesis bahwa dalam diri manusia

tersapat hierarki dari lima kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut

terdiri dari :

a) Kebutuhan fisiologi yang meliputi rasa lapar, haus, berlindung,

seksual, dan kebutuhan fisik lainnya.

b) Kebutuhan rasa aman yang meliputi rasa ingin dilindungi dari

bahaya fisik dan emosional.

c) Kebutuhan sosial meliputi kasih sayang, kepemilikan, penerimaan,

dan persahabatan

d) Kebutuhan penghargaan meliputi faktor penghargaan internal

seperti hormat diri, otonomi, pencapaian dan faktor penghargaan

eksternal seperti status, pengakuan, perhatian

e) Kebutuhan aktualisasi diri meliputi pertumbuhan, pencapaian

potensi seseorang, dan pemenuhan diri sendiri.

2) Teori ERG Alder-Fer

Teori ini dikemukakan oleh Alfeder yang mengungkapkan

bahwa kebutuhan dapat disederhanakan menjadi tiga jenis yaitu :

a) Eksistensi merupakan kebutuhan untuk mempertahankan

keberadaan seseorang dalam hidupnya. Kebutuhan ini merupakan

penyederhanaan dari kebutuhan fisiologis dan rasa aman dalam

teori Maslow.

b) Keterikatan merupakan kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang

lain dengan adanya hubungan sosial. Kebutuhan ini mirip dengan

kebutuhan sosial dan harga diri dari teori Maslow.


c) Pertumbuhan yang merupakan pengembangan diri dengan

aktualisasi diri.

3) Teori Dua faktor dari Frederick Herzberg

Frederick Herzberg mengemukakan ada dua kebutuhan yang

memuaskan manusia yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan

kepuasan kerja dan kebutuhan yang berkaitan dengan ketidakpuasan

kerja.

4) Teori Prestasi dari McClelland

Teori ini menjelaskan tiga kebutuhan utama yang memotivasi individu

yaitu kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk berkuasa, dan

kebutuhan untuk afiliasi.

a) Kebutuhan untuk berprestasi

Kebutuhan untuk berprestasi merupakan keinginan yang timbul dari

dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu lebih baik dari

sebelumnya. Motif berprestasi tinggi memiliki ciri-ciri seperti

bertanggung jawab, fokus pada karier dan masa depan, dan berani

mengambil resiko.

b) Kebutuhan untuk berkuasa

Kebutuhan untuk terlihat lebih kuat dan lebih berpengaruh terhadap

orang lain. Motif berkuasa tinggi memiliki ciri-ciri sangat aktif, sangat

peka, dan suka memerintah.

c) Kebutuhan afilitasi
Kebutuhan keinginan seseorang agar disukai orang lain dengan ciri-

ciri sering berkomunikasi dengan orang lain, suka bermusyawarah,

dan lebih suka bersama orang lain.

5) Teori harapan vroom

Seseorang akan termotivasi bila adanya harapan akan hasil tertentu,

harapan tersebut mempunyai nilai yang positif bagi yang bersangkutan

6) Teori pembentukan perilaku

Teori ini menyatakan bahwa perilaku yang diikuti dengan konsekuensi

yang diharapkan cenderung diulang, sedangkan perilaku yang diikuti

konsekuensi hukuman cenderung tidak diulang (Sulaeman, 2011).

7) Teori keadilan

Teori ini menekankan bahwa setiap orang mengharapkan hasil yang

diterima sesuai dengan yang telah diberikan atau dilakukan.

2. Remaja

a. Defenisi Remaja

Menurut World Health Organization WHO (2014) remaja atau dalam

istilah asing yaitu adolescence yang berarti tumbuh kearah kematangan.

Remaja adalah seseorang yang memiliki rentang usia 10-19 tahun.

Remaja adalah masa dimana tanda-tanda seksual sekunder seseorang

sudah berkembang dan mencapai kematangan seksual. Remaja juga

mengalami kematangan secara fisik, psikologis, maupun sosial.

b. Tahap Perkembangan Remaja

Pertumbuhan dan perkembangan pada masa remaja sangat cepat,

baik fisik maupun psikogis. Perkembangan remaja laki-laki biasanya

berlangsung pada usia 11 sampai 16 tahun, sedangkan pada remaja


permpuan berlangsung pada usia 10 sampai 15 tahun. Perkembangan

pada anak perempuan lebih cepat dibandingkan anak laki-laki karena

dipengaruhi oleh hormon seksual. Perkembangan berpikir pada remaja

juga tidak terlepas dari kehidupan emosionalnya yang labil (Proverawati

dalam Ngafif, 2013).

Menurut Sarwono (2011) ada tiga tahap perkembangan remaja,

yaitu :

1) Remaja awal

Remaja awal sering dikenal dalam istilah asing yaitu early

adolescence memiliki rentang usia antara 11-13 tahun. Pada tahap ini

mereka masih heran dan belum mengerti akan perubahan-perubahan

yang terjadi pada tubuhnhya dan dorongan-dorongan yang menyertai

perubahan tersebut. Mereka juga mengembangkan pikiran-pikiran

baru, mudah tertarik pada lawan jenis, dan juga mudah terangsang

secara erotis.

2) Remaja madya

Remaja yang dikenal dalam istilah asing yaitu middle

adolescence memiliki rentang usia antara 14-16 tahun. Tahap remaja

madya atau pertengahan sangat mebutuhkan temannya. Masa ini

remaja lebih cenderung memiliki sifat yang mencintai dirinya sendiri

(narcistic).

3) Remaja akhir

Remaja akhir atau istilah asing yaitu late adolescence

merupakan remaja yang berusia antara 17-20 tahun. Masa ini

merupakan masa menuju dewasa dengan sifat egois yaitu


mementingkan diri sendiri dan mencari pengalaman baru. Remaja akhir

juga sudah terbentuk identitas seksualnya. Mereka biasanya sudah

berpikir secara matang dan intelek dalam mengambil keputusan.

c. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan

Remaja

Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan

Remaja Yusuf (2012), mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan remaja yaitu hereditas dan lingkungan.

Adapun uraiannya sebagai berikut :

1) Hereditas (keturunan atau bawahan)

Hereditas merupakan faktor utama yang mempengaruhi

perkembangan individu. Hereditas diwariskan oleh orang tua kepada

anak, baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa

konsepsi. Seberapa jauh perkembangan individu juga dipengaruhi oleh

lingkungannya.

2) Lingkungan

Lingkungan merupakan faktor penting selain hereditas yang

menentukan perkembangan. Lingkungan meliputi fisik, psikis, sosial,

dan religius. Lingkungan yang mempengaruhi perkembangan antara

lain lingkungan keluarga, sekolah, kelompok sebaya, dan masyarakat.

Faktor keluarga yang mempengaruhi perkembangan remaja yaitu

keberfungsian keluarga dan pola hubungan orang tua dengan anak

seperti sikap atau perlakuan orang tua terhadap anak.

C. Tinjauan Umum Tentang Kehamilan Dini

1. Defenisi kehamilan Dini


Kehamilan Dini adalah kehamilan yang dialami oleh wanita yang

berusia dibawah 20 tahun. (Rochjati, 2011).

2. Penyebab Kehamilan Remaja

Menurut Kusriman E (2014). Terdapat beberapa faktor yang

menyebabkan naiknya angka kehamilan remaja. Faktor-faktor yang

menyebabkan banyak remaja putri yang mengalami hamil di luar nikah

adalah sebagai berikut :

a. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.

b. Faktor dari dalam diri remaja sendiri yang kurang memahami

swadarmanya sebagai pelajar.

c. Faktor luar, yaitu pergaulan bebas tanpa kendali orangtua menyebabkan

remaja merasa bebas untuk melakukan apa saja yang diinginkan.

d. Perkembangan teknologi media komunikasi yang semakin canggih yang

memperbesar kemungkinan remaja mengakses apa saja yang termasuk

hal-hal negatif.

3. Resiko Hamil diusia Dini

Dalam SDKI (2012) menyebutkan bahwa resiko hamil di usia dini yaitu :

a. Meningkatnya angka abortus

Angka kejadian abortus atau pengguguran kandungan secara sengaja

meningkat pada kehamilan usia dini. Hal ini tidak saja “melukai” hak hidup

janin yang dikandung namun juga bisa sebabkan kesakitan bahkan

kematian ibunya.

b. Kurangnya perawatan kehamilan

Kehamilan usia dini/masa remaja tentunya berisiko kurangnya perhatian

dan perawatan selama kehamilan karena kurangnya pengetahuan


tentang kehamilan. Terlebih, jika kehamilan mereka tidak mendapatkan

dukungan dari keluarga dan orang-orang di sekitarnya. Hal ini bisa

sebabkan kurangnya nutrisi yang akhirnya berakibat pada defisiensi zat

gizi seperti kurang zat besi (anemia), kalsium, zink dll

c. Tekanan darah tinggi

Wanita yang hamil pada masa remaja atau usia yang sangat muda, lebih

berisiko mempunyai tekanan darah tinggi dibanding wanita yang hamil

pada usia di atas 20-an. Risiko yang lebih berat mungkin akan terjadi,

yakni preeklampsia dan eklampsia.

d. Kelahiran prematur

Bayi yang lahir sebelum usia 38 minggu disebut prematur. Pada beberapa

kasus, kondisi tubuh ibu maupun janin menyebabkan janin dilahirkan

kurang bulan. Kehamilan pada usia yang terlalu muda meningkatkan

risiko terjadinya komplikasi pada ibu dan bayi. Kelahiran prematur

mempunyai risiko gangguan pernafasan, penglihatan, kognitif, infeksi dan

banyak masalah lainnya. Selain itu rongga dan tulang panggul yang

belum sempurna bisa sebabkan masalah dalam persalinan.

e. Bayi kekurangan berat badan

Risiko bayi lahir dengan berat badan yang kurang bisa disebabkan oleh

kelahiran prematur. Hal ini disebabkan karena kekurangan waktu untuk

tumbuh optimal dalam rahim. Untuk beberapa kasus, bayi membutuhkan

perawatan khusus di unit perawatan neonatal (NICU) di rumah sakit

setelah kelahiran.

f. Depresi
Depresi bisa terjadi saat dan pasca melahirkan lebih sering terjadi pada

wanita yang terlalu muda untuk usia hamil. Terlebih lagi jika wanita itu

tidak menginginkan kehamilannya.

g. Merasa sendiri dan terisolasi

Remaja yang hamil karena seks bebas mungkin akan merasa sangat

stres, depresi dan terisolasi. Mereka akan bingung untuk mengatakannya

kepada orang tua dan orang-orang di sekitarnya. Dengan rasa depresi

yang begitu menyiksa, hal ini sangat berisiko pada tumbuh kembang janin

yang ada di dalam kandungan.

h. Penyakit menular seksual (PMS)

PMS bisa menjadi risiko bagi wanita dengan pergaulan bebas. Bagi

wanita yang hamil muda dikarenakan oleh seks bebas, mungkin

mempunyai risiko lebih besar. PMS bisa mengakibatkan risiko juga

terhadap kesehatan rahim dan janin.


BAB III

KERANGKA KERJA PENELITIAN

A. KERANGKA KONSEPTUAL

Dukungan keluarga merupakan sikap menerima setiap tindakan yang

dilakukan keluarga serta siap memberikan pertolongan ketika anggota

keluarga membutuhkan. Motivasi remaja merupakan semangat dan dorongan

dari dalam diri untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Semakin baik dukungan keluarga maka akan meningkatkan motivasi remaja

untuk melakukan hal-hal yang positif. Dukungan keluarga adalah sebuah

sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya yang

diwujudkan berupa dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan

instrumental, serta dukungan informative.

Berdasarkan dasar pemikiran tersebut maka di buat skema pola variabel

sebagai berikut :

Dukungan Motivasi
Keluarga Remaja

Keterangan :

= Variabel Independen

= Variabel Dependen

= penghubung antar Variabel


B. Variabel penelitian

1. Variabel independen : Dukungan Keluarga

2. Variabel Dependen : motivasi Remaja

C. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Dukungan Keluarga dalam penelitian ini merupakan sikap menerima setiap

tindakan yang dilakukan oleh anggota keluarga.

Kriteria Objektif

Baik : jika responden menjawab dengan total skor < 15

Kurang : jika responden menjawab dengan total skor > 15

2. Motivasi remaja

Motivasi remaja dalam penelitian ini adalah sebuah dorongan untuk

bertidak mencapai suatu tujuan

Kriteria objektif

Baik : jika responden menjawab dengan total skor <15

Kurang : jika responden menjawab dengan total skor >15

D. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Alternatif (Ha)

Ada hubungan dukungan keluarga dengan motivasi remaja di Kelurahan

Bonto-Bontoa

2. Hipotesis Nol (Ho)

Tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan motivasi remaja untuk

mencegah keamilan dini diKelurahan Bonto-Bontoa


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang di gunakan adalah desain penelitian analitik

dengan pendekatan Crossectional study yaitu untuk mengetahui hubungan

dukungan keluarga dengan motivasi remaja untuk mencegah kehamilan dini

di Kelurahan Bonto-Bontoa

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Sugiyono (2018) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah

generalisasi objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu semua remaja yang

berusia 16- 20 tahun di Kelurahan Bonto-Bontoa

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi penelitian yang digunakan untuk

memperkirakan hasil dari suatu penelitian Sugiyono (2018). Sampel yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu remaja yang berusia 16-20 tahun di

RT.04 / RW.01 kelurahan Bonto-Bontoa. Dengan penggambilan sampel

menggunakan tehknik “porpusive sampling” pengambilan sampel dengan

pertimbangan tertentu dengan persyaratan sebagai berikut :

Kriteria Insklusi :

a. Remaja berusia 16-20 tahun

b. Bersedia menjadi responden

c. Remaja yang tinggal di kelurahan Bonto-Bontoa


Kriteria Eksklusi

a. Remaja yang belum berusia 16-20 tahun

b. Tidak bersedia menjadi responden

c. Remaja yang bukan kelurahan Bonto-Bontoa

C. Pengumpulan Data dan Analisa Data

1. Instrument penelitian

Variabel independen “ Dukungan Keluarga” menggunakan instrument

kuesioner dengan 10 point pertanyaan dengan menggunakan skala likert

yaitu : Sangat Baik 4, Baik 3, Kurang Baik 2, Tidak Baik 1.

variabel dependen “Motivasi Remaja” menggunakan instrument

kuesioner dengan 10 point pertanyaan dengan menggunakan skala likert

yaitu : Sangat Baik 4, Baik 3, Kurang Baik 2, Tidak Baik 1.

2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian yang akan dilakukan penelitian yaitu Kelurahan Bonto-

Bontoa dan waktu penelitian November 2021

3. Prosedur Pengambilan Data

a. Data Primer

Merupakan data yang di peroleh langsung dari responden menggunakan

kuesioner

b. Data Sekunder

Merupakan data tambahan yang di peroleh peneliti dari berbagai sumber

untuk menyimpulkan penelitiannya.

D. Cara Analisa Data


1. Analisa Univariat

Analisis univariat adalah analisa yang dilakukan terhadap tiap variabel dari

hasil penelitian, analisis ini menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap

variabel

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel independent dan

variabel dependent dalam bentuk tabulasi silang antara kedua kedua variebel

tersebut. Menggunakan uji satistik Chi-quare dengan tingkat kemaknaan 5%

(0−E)²
X ²=∑
E

Keterangan :

X²= Chi-square

O= Nilai observasi

E = Nilai yang di harapkan

Ʃ = Jumlah data

Penelitian :

a. Apabila X² hitung > dari X² tabel, H₀ di tolak atau Hₐ di terima. Artinya ada

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

b. Apabila x² hitung ≤ x² table, maka H₀ di terima atau di Hₐ tolak, artinya

tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen.

E. Etika Penelitian

Menurut Notoadmojo (2014), dalam melakukan penelitian, peneliti perlu

mendapat rekomendasi dari institusinya dengan mengajukan permohonan izin


kepada institusi atau lembanga tempat penelitian, setelah mendapat

persetujuan, barulah melakukan menelitian dengan melakukan penelitian

dengan menekankan masalah etika yang meliputi :

1. Informant consebt (lembar persetujuan)

Lembar persutujuan ini di berikan oleh responden yang akan di teliti oleh

yang memenuhi kriteria insklusi di sertai judul penelitian. Bila subyek, maka

peneliti tidak akn memaksakan kehendak dan tetap menghormati hak-hak

subyek.

2. Anonymity (tampa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama

responden, tetapi lembar tersebut di berikan kode.

3. Konfodentiality ( kerahasiaan)

Kerahasiaan responden di jamin oleh peneliti dan hanya kelompok data

yang tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil peneliti.

F. Jadwal Kegiatan

No Keterangan Bulan

Nov Des Jan Feb Maret April

1 Ujian proposal

2 Izin Etik dan Administrasi

3 Pengambilan Data

4 Analisa Data

5 Ujian Hasil
1. VARIABEL KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT

Alternative Jawaban

Sangat baik (SB) = (4)

Baik (B) = (3)

Cukup Baik (CB) = (2)

Tidak baik (TB) = (1)

NO PERTANYAAN Jawaban
TB CB B SB
1. Keluarga memahami permasalahan
yang sedang dialami
2. selalu mendapat kasih sayang dari
keluarga
3. Ketika mencurahkan isi hatinya keluarga
selalu mendengarkan
4. Keluarga selalu memberikan pujian
ketika menyelesaikan pekerjaan atau
mendapatkan prestasi
5. Keluarga memberikan support untuk
mengembangkan hobinya
6. Keluarga selalu memberikan nasehat
pada saat melakukan kesalahan
7. Apakah kebutuhan individu sehari-hari
terpenuhi
8. Adanya perhatian dan dukungan dari
keluarga
9. Ketika mengalami masalah keluarga
membantu menyelesaikannya
10. Keluarga mengahrgai setiap keputusan
yang dibuat
2. VARIABEL MOTIVASI REMAJA

Alternative Jawaban

Sangat baik (SB) = (4)

Baik (B) = (3)

Cukup Baik (CB) = (2)

Tidak baik (TB) = (1)

NO PERTANYAAN TB CB B SB
1. Dapat melakukan hal yang positif bagi
diri sendiri
2. Dorongan dari dalam diri untuk bersikap
dan berperilaku denagan baik
3. Adanya harapan dan cita-cita yang ingin
diwujudkan
4. Lingkungan yang positif dapat
memberikan dampak yang positif
5. Berusaha untuk melakukan yang terbaik
agar mendapatkan kesan yang positif
6. Respon positif dari keluarga dapat
memberikan semangat untuk mencapai
tujuan
7. Mendapatkan dukungan mampu
meningkatkan harapan dan semangat
dalam diri
8. Menghindari pergaulan bebas
merupakan bentuk untuk mencegah
terjadinya masalah
9. Minat dan motivasi dapat menentukan
keberhasilan
10. Untuk mencapai suatu tujuan harus
memiliki semangat yang tinggi
DAFTAR PUSTAKA

Anita, Murwani. (2014). Keperawatan keluarga dan aplikasinya. Yokyakarta :

fitryamaya

Friedman. (2013). Buku ajar keperawatan keluarga riset teori dan praktek.

Jakarta : EGC

Kiki, Adriana. (2017). Pengetahuan ibu hamil dan dukungan keluarga pada

kejadian kehamilan usia muda remaja. Jambi : vol 11 no 1

Marmi. (2015). Kesehatan reproduksi penerbit nuha medika. Yogyakarta : XI-

408

Nurhajat, w. (2012). Komunikasi keluarga dalam pengambilan keputusan

perkawinan di usia remaja jurrel All-Azar. Indonesia seri pranata : vol 1, no 4.

Rochjati, P. (2011). Skrining antenatal pada ibu hamil edisi. Surabaya : pusat

penerbitan dan percetakan UNAIR.

Saam, w. (2013). Psikologi keperawatan. Jakarta : raja grafindo

Susana, A. (2014). Epidemologi kontemprorer terhadap remaja At : http : //

susana agung blokspot.com.

Who. (2014). https : // forbetter health wordpress. Com / kehamilan-remaja

Anda mungkin juga menyukai