Anda di halaman 1dari 26

PERSPEKTIF, KONSEP, LINGKUP PRAKTIK DAN PERAN PERAWAT ANAK

Dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah konsep keperawatan anak lanjut

Dosen Pengampu : Dr. Fitri Haryanti, S.Kp.,M.Kes.

Disusun oleh :

Destria Fithrotul Aziizah : 22/501110/PKU/20499

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT DAN


KEPERAWATAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA


2023
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Definisi Keperawatan bayi, anak dan dewasa menurut American Nurses


Association (2010) adalah keperawatan yang bertujuan sebagai perlindungan,
promosi dan optimalisasi kesehatan dan kemampuan, pencegahan penyakit dan
cedera, mengurangi penderitaan yang diakibatkan oleh diagnosis dan respon
terhadap tindakan dan advokasi dalam perawatan individu, keluarga dan populasi
(Hockenberry et al., 2019). Berdasarkan kutipan dari ANA & SPN (2003),
perbedaan perawat anak dan non anak telah menjadi pertanyaan yang cukup lama.
Sejalan dengan hal tersebut, Lewandowski dan Tessler (2003) mengidentifikasi
komponen perawatan yang berpusat pada keluarga. Hal ini merupakan konsep
yang menjadi ciri khas pada keperawatan anak pada waktu itu (McDowell et al.,
2023). Peran keterlibatan keluarga yang positif mempengaruhi kualitas perawatan
anak (Phiri et al., 2019).
Menurut Noyes (2011) perawat adalah orang yang paling mengerti tentang
kebutuhan pasien dan keluarganya pada saat hospitalisasi (Phiri et al., 2019).
Hubungan antar perawat dan orang tua klien merupakan faktor penting pada
perawatan dan penyembuhan klien. Hubungan yang kooperatif antara pasien dan
keluarganya menunjang perawatan yang optimal pada anak yang menjalani
hospitalisasi (Yoo & Cho, 2020).
Kolaborasi dengan orang tua anak yang menjalani hospitalisasi merupakan
salah satu cara yang efektif untuk memastikan kualitas asuhan keperawatan yang
telah diberikan. Hubungan antara perawat dan orang tua anak yang menjalani
hospitalisasi merupakan salah satu faktor yang penting untuk mengelola stress pada
anak dan keluarganya yang disebabkan oleh tindakan-tindakan selama menjalani
hospitalisasi. Membangun hubungan yang positif antara perawat anak dan orang
tua selama hospitalisasi berkaitan erat dengan adanya perawatan yang berpusat
pada keluarga (FCC) untuk anak yang menjalani hospitalisasi (Yoo & Cho, 2020).
II. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perspektif keperawatan anak pada saat ini?
2. Bagaimana konsep keperawatan anak?
3. Bagaimana ruang lingkup dan peran perawat dalam keperawatan anak?

III. Tujuan
1. Bagi perawat
Untuk memahami peran dalam lingkup keperawatan anak dalam mengoptimalkan
asuhan keperawatan sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasien dan keluarganya.
2. Bagi institusi
Untuk memberikan masukan dan gambaran tentang perspektif, konsep dan ruang
lingkup keperawatan anak sehingga dapat memfasilitasi atau meningkatkan sarana
dan prasarana yang dapat menunjang kebutuhan pasien dan keluarganya.
3. Bagi penulis
Untuk menambah dan mengembangkan wawasan tentang konsep dan peran
perawat anak sehingga dapat memahami perannya dalam memenuhi kebutuhan
pasien dan keluarganya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. Perspektif Keperawatan Anak

A. Status Kesehatan Anak

Status kesehatan anak harus dilihat dari sudut pandang secara global. Hal-hal yang
perlu dipertimbangkan antara lain pandemi penyakit menular atau emigrasi populasi
secara global antar benua karena kesehatan semua anak di dunia saling berhubungan.
Kesenjangan antara status kesehatan global dan nasional sebagian besar ditentukan
oleh faktor biososial yang mempengaruhi kesehatan (Burns et al., 2017)
Tujuan utama dari keperawatan anak adalah untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan untuk anak dan keluarganya (Hockenberry et al., 2017).
Peningkatan status kesehatan anak di Amerika dilakukan dengan menunjang upaya-
upaya kesehatan anak di beberapa area, meliputi peningkatan capaian imunisasi untuk
semua anak, penurunan angka kelahiran pada remaja dan peningkatan capaian status
kesehatan (Hockenberry et al., 2019).
Jutaan anak dan keluarganya tidak memiliki asuransi kesehatan sehingga hal ini
bisa menjadikan hambatan dalam memperoleh akses dan pelayanan kesehatan. Selain
itu, disparitas dalam perawatan kesehatan anak dapat disebabkan oleh hal-hal yang
berkaitan dengan ras, etnis, status sosial ekonomi dan status geografis. Pola kesehatan
anak dibentuk oleh kemajuan medis dan tren dalam masyarakat (Hockenberry et al.,
2019).

B. Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan pada anak bertujuan untuk mrngurangi perbedaan informasi


tentang status kesehatan dalam suatu kelompok dan untuk meyakinkan bahwa semua
anggota kelompok mempunyai kesempatan yang sama dalam menerima informasi
serta sarana untuk semua anak dalam rangka mencapai potensial kesehatan mereka
secara optimal. Contoh tema utama untuk promosi kesehatan anak yang sesuai dengan
semua kelompok umur meliputi promosi tentang perkembangan, nutrisi dan kesehatan
mulut (Hockenberry et al., 2019).
a. Perkembangan
Promosi kesehatan mengintegrasikan pengamatan perubahan fisik,
psikologis dan emosional yang terjadi sejak lahir sampai fase akhir remaja.
Proses perkembangan itu merupakan hal yang unik pada setiap tahapannya,
dan penting untuk dilakukan pengkajian dan skrining secara berkelanjutan
sehingga dapat dilakukan intervensi sejak awal ketika ditemukan masalah
dalam setiap tahap perkembangannya. Tahapan perkembangan yang paling
dramatis adalah tahapan perkembangan fisik, motoric, kognitif, emosional
dan sosial yang terjadi pada bayi. Interaksi antara orang tua dan bayi
merupakan fokus utama promosi untuk capaian perkembangan yang
optimal dan merupakan komponen yang menjadi kunci pada saat
melakukan pengkajian pada bayi. Pada fase awal usia anak, penting
dilakukan identifikasi perkembangan sejak awal sehingga dapat dilakukan
intervensi lebih dini ketika ditemukan masalah. Strategi panduan tindakan
antisipasi memastikan orang tua lebih peduli terhadap kebutuhan anak
secara spesifik pada setiap tahap tumbuh kembangnya. Pengawasan secara
berkesinambungan pada usia pertengahan usia anak dapat memperkuat
atribut kognitif dan emosional, kemampuan berkomunikasi, harga diri dan
kemandirian. Pada fase remaja hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap
tumbuh kembangnya meliputi fisik, sosial dan kematangan emosional
(Hockenberry et al., 2019).
b. Nutrisi
Nutrisi merupakan salah satu komponen penting dalam kesehatan
tumbuh kembang. ASI merupakan nutrisi yang dipilih untuk semua bayi.
Pemberian ASI pada bayi dapat memberikan mikronutrien, kebutuhan
imunitas, dan beberapa enzim yang dapat meningkatkan proses digesti dan
absorpsi nutrisi tersebut. Meningkatnya kesadaran dalam pemberian ASI
pada saat ini merupakan dampak positif promosi pada orang tua tentang
menyusui dan manfaatnya serta peningkatan dukungan sosial (Hockenberry
et al., 2019)
Anak-anak membangun kebiasaan makan selama 3 tahun pertama usia
anak, dan perawat merupakan instrumen dalam pemberian edukasi orang
tua tentang pentingnya nutrisi. Kebiasaan makan dan pemilihan makanan
yang paling disukai dipengaruhi oleh keluarga dan budaya. Selama masa
remaja, pengaruh orang tua yang berkaitan dengan makanan mulai
berkurang dan pilihan terhadap makanan lebih dipengaruhi oleh teman
sebaya dan interaksi sosial remaja. Terkadang pilihan ini dapat merugikan
remaja dengan penyakit kronis seperti diabetes, obesitas, penyakit paru
kronis, hipertensi, mempunyai faktor risiko penyakit kardiovaskuler dan
penyakit ginjal (Hockenberry et al., 2019).
Keluarga yang mempunyai masalah pendapatan menengah ke bawah,
tidak mempunyai rumah dan nomaden pada umumnya tidak mampu
menunjang anak-anak mereka dengan makanan yang cukup, makanan yang
bernutrisi seperti buah dan sayuran segar dan asupan protein yang cukup.
Akibat dari kekurangan nutrisi adalah keterlambatan tahapan tumbuh
kembang, depresi dan masalah perilaku (Hockenberry et al., 2019)
c. Kesehatan Mulut
Kesehatan mulut merupakan salah satu komponen penting dalam
promosi kesehatan pada bayi, anak dan remaja. Pencegahan karies dan
mengembangkan kebiasaan kebersihan mulut dapat dilakukan pada awal
masa anak-anak (Hockenberry et al., 2019).
Karies pada masa awal anak-anak dapat dicegah dan perawat
merupakan peran penting dalam pemberian edukasi pada anak dan orang
tua tentang praktik kebersihan mulut, mulai dengan erupsi gigi pertama,
minum air dengan kandungan fluoride, termasuk minuman botol, dan
membiasakan untuk perawatan gigi preventif. Praktik kebersihan mulut
yang diterapkan sejak awal dapat mencegah penyakit kerusakan periodontal
dan gigi (Hockenberry et al., 2019).

C. Masalah Kesehatan Anak

Perubahan dalam masyarakat modern, termasuk adanya kemajuan


pengetahuan medis dan teknologi, pertumbuhan informasi yang sangat cepat,
masalah kesenjangan jaminan kesehatan, masa ekonomi yang sulit dan berbagai
perubahan yang berdampak buruk pada keluarga menyebabkan masalah
kesehatan yang berarti yang mempengaruhi kesehatan anak. Masalah-masalah
yang dapat dialami oleh anak-anak yang berkaitan dengan perkembangannya,
antara lain kemiskinan, kekerasan, agresi, ketidakpatuhan, kegagalan sekolah dan
penyesuaian terhadap perpisahan orang tua yang mengalami perpisahan dan
perceraian. Di samping itu, isu kesehatan mental juga dapat menjadi tantangan
pada anak dan remaja. Pada saat ini perhatian pada anak dan remaja berfokus
pada kelompok anak yang mengalami risiko tinggi, seperti anak yang lahir
premature atau lahir dengan berat badan lahir sangat rendah atau lahir dengan
berat badan rendah, anak yang mengunjungi pusat pelayananan anak, anak yang
lahir pada keluarga yang miskin atau tidak punya rumah, anak yang berada dalam
keluarga imigran, anak dengan penyakit kronis dan anak dengan penyakit
kejiwaan dan kecacatan. Di samping itu, anak-anak tersebut dan keluarganya
menghadapi banyak hambatan untuk perawatan kesehatan, gigi dan psikiatris
yang memadai. Berikut ini perspektif beberapa masalah kesehatan yang dihadapi
anak-anak dan tantangan utama perawat anak (Hockenberry et al., 2019) :
a. Obesitas dan diabetes tipe 2
Definisi obesitas pada anak dan remaja adalah kondisi di mana indek
masa tubuh pada atau lebih besar dari 95 persentil untuk remaja dengan usia
dan jenis kelamin yang sama. Kegemukan didefiniskan sebagai kondisi di
mana jika BMI pada atau di atas 85 percentil dan di bawah 95 persentil pada
anak-anak dan remaja dengan usia dan jenis kelamin yang sama.
Kurangnya aktivitas fisik terkait dengan sumber daya yang terbatas,
lingkungan yang tidak aman, fasilitas bermain dan olahraga yang tidak
nyaman, ditambah dengan untuk melihat dan televisi serta permainan dalam
bentuk video dapat diakses dengan mudah, meningkatkan insiden obesitas
pada keluarga dengan berpenghasilan rendah dan anak-anak minoritas.
Kegemukan pada remaja dapat meningkatkan risiko untuk perubahan
kardiometabolik, gangguan metabolisme glukosa, dislipidemia dan obesitas
pada perut.
b. Cedera pada anak
Pada tahap perkembangannya, anak mengembangkan rasa keingin
tahuan mereka untuk mengetahui sesuatu pada lingkungan atau meniru
perilaku orang lain. Hal ini penting dilakukan orang dewasa, tetapi ini dapat
membawa anak-anak dalam kondisi bahaya. Pada tahap perkembangan anak
perlu ditentukan tipe cedera yang mungkin terjadi pada setiap tahapannya
sehingga dapat membantu dalam tindakan pencegahannya.
c. Kekerasan
Penyebab kekerasan terhadap anak dan kekerasan yang dilakukan anak
tersebut belum sepenuhnya diketahui. Pencegahan dapat dilakukan dengan
memahami lebih baik faktor sosial dan psikologis yang dapat menyebabkan
tindakan pembunuhan atau bunuh diri. Pencegahan membutuhkan deteksi
sejak dini dan intervensi terapi yang segera yang dilakukan oleh tenaga
profesional. Perawat anak dapat mengkaji anak dan remaja dengan faktor
risiko yang berkaitan dengan kekerasan tersebut.
d. Masalah kesehatan mental
Banyak remaja dengan gangguan kecemasan dan gangguan kontrol
impuls seperti ADHD semakin parah pada fase ini. Perawat seharusnya lebih
menyadari munculnya gejala penyakit mental dan potensi bunuh diri dan lebih
peduli pada sumber daya yang potensial untuk pelayanan kesehatan mental
yang terintegrasi dengan kualitas tinggi.
e. Kematian bayi
Berat badan lahir merupakan penentu pertama kematian bayi pada
negara berkembang secara teknologi. Akses dan pemanfaatan fasilitas
perawatan prenatal yang berkualitas tinggi dapat menjadi salah satu strategi
untuk menurunkan kelahiran premature dan kematian bayi.
Penyebab kematian bayi terbanyak terjadi pada fase perinatal. Banyak
kelainan kongenital berkaitan dengan berat badan lahir rendah dan penurunan
angka kejadian berat badan lahir rendah akan mencegah terjadinya kelainan
kongenital.
f. Kematian anak
Cedera yang tidak disengaja menjadi penyebab utama dari umur
termuda sampai remaja.
g. Morbiditas anak
Penyakit akut adalah sebuah penyakit dengan gejala yang cukup parah
yang dapat membatasi aktifitas dan membutuhkan perhatian medis. Tipe
penyakit pada anak bervariasi sesuai dengan umurnya. Jenis penyakit tidak
terdistribusi secara acak pada anak. Oleh karena itu kesehatan anak berfokus
pada sekelompok anak yang berisiko tinggi terhadap penyakit seperti anak
tuna wisma, anak yang hidup di daerah kemiskinan, anak dengan berat badan
lahir rendah , anak dengan penyakit kronis, anak yang diadopsi dari luar
negeri dan anak yang berada dalam penitipan.
II. Konsep Keperawatan Anak

Keperawatan bayi, anak dan remaja menurut ANA (2010) mendefinisikan


keperawatan sebagai perlindungan, promosi dan optimalisasi kesehatan dan
kemampuan, pencegahan penyakit dan cedera, mengurangi penderitaan akibat
diagnosis dan tindakan serta advokasi dalam perawatan individu, keluarga dan
populasi (Hockenberry et al., 2019).

Berikut ini adalah beberapa konsep tentang “Pediatric Nursing Excellence”


menurut Society of Pediatric Nurses yang secara resmi dipresebtasikan pada SPN
conference pada tahun 2022 di Anaheim, California (McDowell et al., 2023)
Konsep Definisi
Perawatan yang Pendekatan berbasis kekuatan untuk menunjang perawatan
sesuai dengan kesehatan yang komprehensif yang dimulai dengan penilaian
perkembangan cermat terhadap tingkat fisik, psikososial dan kognitif yang
spesifik pada anak-anak, kemudian memahami variasi
perkembangan sesuai dengan usia dan tahapan
perkembangan sehingga penyampaian tentang perawatan dan
metode edukasi untuk mempromosikan kesehatan dapat
dilakukan secara optimal
Keterlibatan
Kolaborasi Bekerja dengan kolega interprofesi, keluarga, anak dan
pengasuh untuk mencapai tujuan yang diinginkan anak dan
keluarga
Profesionalisme Menunjukkan nilai-nilai utama secara konsisten yang
meliputi penerapan
Pengembangan Keterlibatan profesional yang berkelanjutan dan
profesional pembelajaran seumur hidup untuk mengembangkan
kepercayaan diri, kesadaran diri dan kompetensi perawat
anak melalui edukasi, parktik dan refleksi
Nilai
Advokasi Bertindak atau berbicara atas nama anak dan keluarga serta
memberikan dukungan pada anak dan keluarga
Etik Mampu untuk mengarahkan dilema etik yang terjadi,
bertindak sebagai pemimpin dalam kolaborasi etik
interprofessional, memastikan bahwa perawatan yang
diberikan pada anak dan keluarganya sesuai dengan
kebutuhan dan nilai dan dalam lingkup kode etik praktik
Kualitas hidup Promosi dan optimalisasi kesejahteraan anak diberikan sesuai
dengan kriteria sejahtera menurut anak dan keluarganya
Prinsip
Keadilan / Tindakan yang memasukkan semua keunikan sesuai dengan
keragaman/ Inklusi ras, etnis, orientasi seksual, identitas gender, bangsa, agama,
keyakinan dan semua karakteristik lain, secara aktif
mempromosikan perawatan secara individu dan
memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mempromosikan
persamaan hak dalam perawatan kesehatan pada anak dan
keluarganya
Perawatan Holistik Pemberian asuhan pada anak dan keluarganya berdasarkan
pemahaman bersama tentang perkembangan, fisik,
psikologis, sosiokultural, emosional dan dimensi spiritual
untuk mencapai kesejahteraan yang optimal
Perawatan yang Hubungan kerjasama antara anak, keluarga dan tim tenaga
berpusat pada kesehatan untuk menunjang pelayanan kesehatan sesuai
keluarga dan pasien dengan keinginan, nilai dan kebutuhan anak dan keluarganya
untuk mencapai tujuan yang disepakati.
Penyampaian perawatan
Koordinasi perawatan Perawatan yang terorganisir dalam pelaksanaannya untuk
mencapai hasil yang terbaik pada anak dan keluarganya
Perencanaan Proses di mana anak, keluarga dan petugas kesehatan
perawatan bersama-sama mendiskusikan, menyetujui dan mengkaji
tindakan perencanaan sesuai dengan tujuan yang disepakati
yang paling relevan dan berfokus pada pasien dan
keluarganya
Promosi kesehatan Penggunaan strategi yang beragam dan kompleks dalam
intervensi dan edukasi pada anak dan keluarganya untuk
upaya mempromosikan, mempertahankan, menyembuhkan
dan mencegah sakit dan cedera di sepanjang kehidupan.
Peningkatan yang berkelanjutan
Praktik berbasis bukti Penggabungan antara penelitian yang terbaik, keahlian klinis
dan nilai yang ada dalam keluarga dalam membuat keputusan
tentang perawatan anak dan keluarganya
Capaian Hasil yang dianggap bernilai oleh anak dan keluarganya
ketika mereka mencari perawatan
Standar yang Sejauh mana tenaga intervensi tenaga kesehatan pada anak
berkualitas dan keluarganya mempengaruhi hasil yang diinginkan dan
konsisten dengan pengetahuan keperawatan terkini.

Ada beberapa filosopi perawatan dalam keperawatan anak (Hockenberry et


al., 2019), antara lain:
a. Family Centered Care
Filosofi family centered care mengakui keluarga sebagai bagian yang konstan
dalam kehidupan anak. Family centered care merupakan sebuah pendekatan untuk
merencanakan, menyampaikan dan mengevaluasi pelayanan kesehatan yang
terbangun dalam hubungan mutualisme antara penyedia layanan kesehatan, pasien
dan keluarganya. Perawat mendukung keluarga dalam memaksimalkan perannya
dalam mengambil keputusan dengan membangun kekuatan dan kemampuan keluarga
dalam merawat anak baik di dalam maupun di luar rumah sakit. Dalam hal ini perawat
harus mengetahui semua kebutuhan anggota keluarga dalam upaya merawat anak
(Hockenberry et al., 2019).
Dua konsep dasar dalan family centered care ini adalah mengaktifkan dan
memberdayakan. Tenaga profesional mengaktifkan peran keluarga dengan memberi
kesempatan semua anggota keluarga untuk menunjukkan kemampuannya dalam
merawat anak serta mengetahui hal-hal yang menjadi kebutuhan dalam upaya
tersebut. Sedangkan pemberdayaan keluarga merupakan hubungan profesional dengan
keluarga sehingga keluarga dapat mengontrol atau mempertahankan kehidupan
keluarga mereka dan memahami bahwa perubahan keluarga yang psoitif merupakan
hasil dari perubahan perilaku keluarga ke arah yang positif (Hockenberry et al., 2019).
b. Atraumatic care
Atraumatic care adalah salah satu pendekatan terapeutik dengan memodifikasi
intervensi sehingga meminimalkan tekanan psikologis dan fisik yang dialami anak
dan keluarganya. Hal-hal yang ternasuk dalam perawatan terapeutik adalah
pencegahan, diagnosis, tindakan atau perawatan paliatif pada kondisi akut atau kronis
(Hockenberry et al., 2019).
Intervensi yang dilakukan pada atraumatic care cenderung mengarah ke
pendekatan psikologis. Tekanan psikologis menyebabkan ketakutan, kekhawatiran,
sedih, marah, kecewa malu atau merasa bersalah. Atraumatic care berfokus pada di
mana, siapa, mengapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan sebagai upaya
untuk mencegah atau meminimalkan tekanan psikologis (Hockenberry et al., 2019).
Tujuan utama dari atraumatic care adalah pertama, tidak membahayakan. Tiga
prinsip untuk menunjang hal ini adalah : (1) mencegah atau meminimalkan pemisahan
anak dari keluarganya, (2) mendukung rasa kontrol, (3) mencegah atau meminimalisir
cedera dan nyeri (Hockenberry et al., 2019).
III. Ruang Lingkup Praktik dan Peran Perawat Anak

Perawat anak bertanggung jawab untuk mempromosikan kesehatan dan


kesejahteraan pada anak dan keluarganya. Anak dan keluarganya mempunyai latar
belakang yang unik, sehingga perawat harus bisa berperan sesuai dengan karakteristik
tersebut dalam hubungan antara pasien dan keluarga dalam upaya untuk kesejahteraan
anak dan keluarga (Hockenberry et al., 2019).
Berikut ini ruang lingkup dan peran perawat anak (Hockenberry et al., 2019),
antara lain :
a. Hubungan terapeutik
Perawat anak harus dapat membangun hubungan yang berarti dengan anak dan
keluarganya dengan tetap membedakan antara perasaan dan kebutuhan mereka.
Pada hubungan terapeutik, ada batasan yang jelas hubungan antara perawat
dengan anak dan keluarganya. Batasan ini bersifat positif dan profesional dan
mengajak keluarga untuk memiliki kontrol terhadap kesehatan anaknya. Pada
hubungan non terapeutik, tidak ada batasan yang jelas, perawat cenderung
menangani kebutuhan individu daripada kebutuhan keluarga. Kedua jenis
hubungan tersebut membantu perawat mengetahui masalah sejak awal dalam
interaksinya dengan anak dan keluarga.
b. Advokasi dan kepedulian terhadap keluarga
Perawat harus bekerja sama dengan keluarga, mengidentifikasi tujuan dan
kebutuhan, merencanakan intervensi terbaik sesuai dengan masalah yang telah
ditemukan. Sebagai advokat, perawat berperan membantu anak dan keluarga
dalam membuat pilihan dan bertindak sesuai dengan keinginan anak. Keterlibatan
dalam advokasi memastikan bahwa keluarga peduli terhadap pelayanan kesehatan
yang telah tersedia, memahami tentang tindakan dan prosedur yang akan
dilakukan , terlibat dalam perawatan anak dan mendukung perawatan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan.
c. Pencegahan penyakit dan promosi kesehatan
Pendekatan terbaik untuk tindakan pencegahan adalah dengan memberikan
edukasi dan panduan dalam mengantisipasi bahaya. Pada promosi kesehatan
terdapat panduan dalam mengantisipasi bahaya pada setiap tahap perkembangan
anak. Perawat dapat membantu keluarga untuk mengenali tentang bahaya yang
mungkin muncul di setiap tahap perkembangannya dan cara menghindarinya
sehingga dapat meminimalkan cidera.
d. Edukasi kesehatan
Edukasi kesehatan merupakan salah satu kegiatan perawat yang membutuhkan
persiapan dan latihan tentang kemampuan menjadi model peran karena hal ini
berhubungan dengan proses penerimaan informasi pada anak dan keluarganya.
Sebagai educator yang efektif, perawat memberikan sarana edukasi yang tepat
dengan menunjang kesempatan anak dan keluarga memberikan umpan balik
dengan sebaik mungkin dan mengevaluasi pembelajaran yang telah dilakukan.
e. Dukungan dan konseling
Perawat dapat memberikan dukungan dengan mendengarkan, menyentuh dan
hadir secara fisik. Sentuhan dan kehadiran secara fisik dapat membantu anak
dalam memfasilitasi komunikasi non verbal. Konseling melibatkan pertukaran ide
dan pendapat yang dapat menjadi dasar dalam pemecahan masalah bersama.
Konseling yang diberikan secara optimal, tidak hanya membantu anak dan
keluarga dalam menyelesaikan krisis tetapi juga membantu keluarga mencapai
tingkat fungsi dan harga diri yang lebih tinggi dan menciptakan hubungan yang
lebih dekat.
f. Koordinasi dan kolaborasi
Perawat sebagai anggota tim kesehatan berkolaborasi dan mengkoordinasikan
asuhan keperawatan dengan anggota profesional lainnya. Konsep perawatan yang
holistik dapat diwujudkan melalui kolaborasi interdisipliner dengan mengenali
kontribusi dan keterbatasan masing-masing individu sehingga dapat memberikan
pelayanan yang berkualitas untuk anak dan keluarga.
g. Pembuatan keputusan etik
Dilema etik dapat muncul ketika alternatif perawatan harus mempertimbangkan
moral dalam pengambilan keputusan. Dalam hal ini, perawat harus
mempertimbangkan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, standar praktik
profesi, hukum, aturan kelembagaan, keluarga, nilai-nilai agama dan perawat itu
sendiri. Perawat dapat menggunakan kode etik profesi sebagai pedoman dalam
pengambilan keputusan.
BAB III
LITERATUR REVIEW DAN STUDI KASUS

Dalam bab ini, kita akan membahas tentang salah satu konsep yang ada dalam konsep
keperawatan yang sudah dibahas di bab sebelumnya. Konsep yang akan digunakan untuk
literatur review dan studi kasus dalam bab ini adalah family centered care.

I. Literatur Review

a. Metode
Strategi yang digunakan dalam pencarian jurnal tentang family centered care adalah
dengan menggunakan PICO. Kata kunci yang digunakan dalam pencarian jurnal
adalah “pediatric AND family centered care AND parents involvement”. Database
yang digunakan adalah pubmed dan science direct. Setelah dilakukan penjaringan,
terpilih 5 jurnal yang terdiri dari 1 jurnal yang bersumber dari science direct dan 4
jurnal berasal dari pubmed. Pembahasan dari jurnal tersebut akan digunakan dasar
literatur dalam studi kasus.
b. Hasil
Penulis, Tahun Desain Tujuan Penelitian Sampel Hasil Keterbatasan
dan Negara Penelitian
Marie Åberg Kualitatif Menjelaskan N =10 orang tua Interaksi antara keluarga Orang tua tidak nyaman
Petersson et al deskriptif pengalaman interaksi dengan bayi yang dan staf mempunyai peran untuk mengungkapkan
(2022) interpersonal untuk menjalani penting dalam proses yang dirasakan, adanya
Swedia menjadi orang tua dan perawatan di ruang menjadi orang tua dan pluralisme dalam
keluarga selama bayi NICU keluarga. Proses ini akan keragaman bahasa
menjalani perawatan di memberikan manfaat
NICU dalam pendekatan secara
sistem, berfokus pada
keluarga sebagai unit,
individu yang unik dan
orang tua dengan
pengalaman dan
kebutuhan yang unik
Sabine M, et all Kualitatif Mengeksplorasi faktor- 7 perawat neonatal, Pola pikir profesional (1) sampel yang beragam
(2020) deskriptif faktor yang dapat satu asisten kesehatan dalam ; (2) bias seleksi ; (3)
Swedia, Norwegia mendukung dan perawat, 5 ahli memandang orang tua Bias ingatan karena
dan Belanda menghambat neonatologi, dan 3 sebagai pemberi perawatan proses pemilihan sampel
implementasi FCC manajer yang utama mempengaruhi waktu antara penerapan
bagaimana FCC FCC dan wawancara
dipraktekkan dan
bagaimana keterlibatan
orang tua dalam perawatan
bayinya
Gomez et al (2020) Integrative Mengetahui 13 kriteria yang FCC dapat mendorong tidak semua artikel
Spanyol review pengetahuan terbaru memnuhi kriteria integrasi antara peralatan melaporkan semua hasil
tentang model FCC dan inklusi dan eksklusi kesehatan yang ada di data penelitian atau
aplikasinya dalam ruang perawatan dan mungkin data yang
perawatan bayi keluarga dan disampaikan adalah
premature di unit yang memungkinkan bayi bisa hanya data yang relevan
spesifik keluar RS lebih awal dengan pertanyaan
karena melibatkan orang penelitian
tua sebagai pemberi
perawatan utama
Carie Hill et al Integrative Mengetahui pengalaman 49 artikel yang orang tua menemukan hal Tidak semua artikel
(2019) review tenaga kesehatan dalam terdiri dari 32 positive dan negative pada melaporkan semua
USA implementasi FCC di penelitian kualitatif implementasi FCC pada datanya. Pembahasan
PICU dan bagaimana / metode campuran saat anak mereka dirawat tentang keterlibatan ayah
pengalaman orang tua dan 17 penelitian di PICU. Perawat dan sebagai sampel kurang
dengan anak yang kuantitatif tenaga kesehatan lain terwakili dari artikel-
menjalani hospitalisasi harus memahami konsep artikel yang terpilih.
di PICU FCC dan tindakan-
tindakan yang dapat
mempengaruhi orang tua
baik secara positif maupun
negatif
c. Pembahasan
Family Centered Care (FCC) merupakan sebuah pendekatan untuk
merencanakan, menyampaikan dan mengevaluasi pelayanan kesehatan yang
terbangun dalam hubungan mutualisme antara penyedia layanan kesehatan, pasien dan
keluarganya (Hockenberry et al., 2019). Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi
implementasi di Rumah sakit, khususnya di ruang NICU (Oude Maatman et al.,
2020), antara lain:
1. Perubahan perilaku staf
a. Pola pikir
Dalam implementasinya, FCC membutuhkan pola pikir tenaga kesehatan
bahwa orang tua merupakan pengasuh utama bayi dan harus melibatkan orang
tua dalam perawatannya
b. Menciptakan pola pikir
Untuk menciptakan pola pikir tentang FCC ini, ada beberapa hal yang dapat
dilakukan antara lain :
• Memberikan pengetahuan kepada para profesional tentang FCC dan
membagi beberapa bukti ilmiah tentang hal ini
• Mengadakan diskusi tentang refleksi penerapan FCC ini. Di forum ini
semua profesional bisa mengungkapkan kekhawatiran tentang
implementasi FCC ini sehingga mereka dapat memahami konsep FCC
dengan baik
• Melibatkan staf dalam proses implementasi FCC ini, mulai dari awal
penyusunan konsep FCC dan implementasinya
• Memiliki panduan dari rumah sakit lain yang sudah berhasil menerapkan
FCC ini
c. Motivasi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi profesional dalam implementasi FCC ini
antara lain :
• Seberapa besar manfaat FCC ini bagi bayi dan orang tau. Ketika orang tua
mengungkapkan pengalaman positif tentang implementasi FCC, maka
tenaga profesional akan termotivasi untuk mengimplementasikan FCC
dengan optimal
• Publisitas dan perhatian setelah berhasil mengimplementasikan FCC
dengan optimal
2. Kebutuhan keluarga
a. Pelibatan dalam perawatan
Keterlibatan orang tua dalam perawatan bayi. Diskusi antara profesional
tenaga kesehatan dan orang tua berisi tentang apa yang diharapkan orang tua
setelah bayinya lahir, apa yang dapat dilakukan orang tua untuk mendukung
bayinya dan pentingnya keterlibatan orang tua dalam perawatan
b. Berada dalam lingkup pengobatan medis
Untuk melibatkan keluarga dalam lingkup diskusi, bergantung pada alasan
yang melandasi kebijakan dalam keterlibatan orang tua. Kadang-kadang ada
orang tua yang tidak mau dilibatkan dalam diskusi di antara para profesional
tenaga kesehatan tentang perawatan anaknya. Hal ini disebabkan keluarga
merasa semakin terbebani dengan adanya informasi tentang diagnose dan
komplikasinya.
3. Lingkungan
a. Fasilitas di bangsal
Bangsal harus memberikan lingkungan yang ramah untuk orang tua dan
lingkungannya tidak boleh seperti rumah sakit
b. Legislasi
Adanya beberapa kebijakan yang mendukung tentang implementasi FCC
4. Komunikasi
Tenaga profesional dapat berkomunikasi dengan orang tua tentang perawatan
bayinya dan dukungan profesional tenaga kesehatan untuk memfasilitasi
kebutuhan keluarga dalam upaya keterlibatan terhadap perawatan bayi. Tetapi
komunikasi ini bisa terhambat dengan adanya kondisi fase krisis yang dialami
orang tua karena kondisi bayi.
Dalam implementasi FCC ini, ada beberapa hal pengalaman yang dirasakan oleh
orang tua yang anaknya menjalani hospitalisasi di unit ruang perawatan intensif baik NICU
maupun PICU. Pengalaman ini bisa berupa perasaan positif maupun negatif yang dapat
mempengaruhi orang tua dalam menjalani perannya (Petersson et al., 2022). Hambatan peran
tersebut bisa mempengaruhi interaksi dalam keluarga dan interaksi orang tua dengan staf
(Petersson et al., 2022). Pengalaman yang keluarga alami dapat meliputi bagaimana keluarga
terlibat dalam perawatan pasien (Carrie et al., 2019), komunikasi dengan para staf (Petersson
et al., 2022) dan kondisi lingkungan yang mendukung dalam implementasi FCC ini (Carrie et
al., 2019). Sebagian orang tua mempersepsikan rasa hormat dengan melihat kondisi
lingkungan PICU (Carrie et al., 2019).
Hal-hal yang dapat dilakukan sebagai bentuk upaya dalam pengembangan FCC ini
antara lain (Gómez-Cantarino et al., 2020) :
1. adanya sesi diskusi dengan profesional tenaga kesehatan lain yang terlibat dalam
perawatan pasien
2. jam kunjung bisa dilakukan 24 jam dan mendorong agar salah satu orang tua
menginap di area NICU
3. pembelajaran pada orang tua dimulai dari hal yang sederhana sampai hal yang
kompleks terkait dengan perawatan bayi
4. pengajuan proposal humanisasi NICU dan modifikasi yang diperlukan ke pihak
manajemen RS.

II. Studi Kasus

Untuk melihat kondisi implementasi FCC di lapangan, kami mengadakan studi


kasus tentang hal tersebut. Studi kasus dilakukan di unit ruang perawatan anak di RSUD
Dolopo Kabupaten Madiun. Studi kasus ini dilakukan dengan metode wawancara dan
observasi.
a. Wawancara
Wawancara dilakukan pada 4 perawat, 3 perawat pelaksana dan 1 kepala
ruang. Wawancara dilakukan dengan semi terstruktur. Pertanyaan yang diberikan
berisi tentang bagaimana pemahaman para perawat tentang konsep FCC dan
implementasi di unit ruang perawatan anak.
Hasil wawancara yang didapatkan antara lain para perawat hanya memahami
sebagian kecil tentang konsep FCC. Mereka mengetahui jika FCC merupakan
perawatan yang berpusat pada keluarga. Dalam pemahaman mereka arti berpusat
pada keluarga itu adalah pelibatan keluarga ketika mereka meminta persetujuan
dalam tindakan.
Perawat mengatakan jika mereka mungkin sudah mengimplementasikan
konsep FCC ini, tapi tidak tau seberapa jauh mereka sudah
mengimplementasikannya. Hal ini terkait pengetahuan mereka tentang konsep FCC
yang terbatas. Mereka mengatakan bahwa mereka belum banyak terpapar tentang
hal ini atau bahkan baru mendengar hal ini ketika kami melakukan wawancara.
Menurut mereka, hal ini disebabkan mereka belum pernah mendapatkan paparan hal
ini sebelumnya dan belum ada konsep yang jelas tentang implementasi FCC ini di
tempat mereka bekerja.
Dalam hal pelaksanaan diskusi dengan tenaga kesehatan lain terkait dengan
perawatan pasien, mereka sudah melaksanakannya. Diskusi yang paling sering
dilakukan adalah perawat dan dokter. Diskusi dengan profesional tenaga kesehatan
lain hanya dilakukan pada kasus-kasus tertentu. Tetapi diskusi ini jarang dilakukan
di forum di mana mereka duduk bersama dengan melibatkan semua tenaga
kesehatan yang terlibat. Diskusi dilakukan secara terpisah pisah.
Berkaitan dengan pelibatan orang tua dalam perawatan, menurut perawat
mereka sudah melibatkan keluarga dalam perawatan. Salah satu contoh adalah
ketika pasien memberontak ketika akan dilakukan tindakan infus, perawat akan
membutuhkan peran keluarga terdekat. Tetapi mereka belum melibatkan keluarga
dalam proses pengambilan keputusan perawatan. Sebagai contoh ketika perawat dan
dokter mengadakan diskusi tentang perawatan pasien, mereka tidak melibatkan
keluarga dalam prosesnya. Perawat hanya menyampaikan alternatif dari hasil diskusi
yang telah dilakukan dan memberikan keluarga wewenang untuk memutuskan
alternatif yang telah diberikan.
Para perawat menyadari jika mereka belum mengimplementasikan FCC ini
dengan optimal. Sebagian besar perawat mengatakan jika salah satu hambatan yang
menyebabkan hal ini adalah sarana dan prasarana yang kurang mendukung. Mereka
mengatakan jika ruangan kurang luas, sehingga kadang keluarga merasa kurang
mendapatkan privasi ketika mereka ingin mengungkapkan apa yang dirasakan. Salah
satu perawat juga mengatakan jika mereka belum pernah terpapar tentang konsep
FCC dan belum ada SOP tentang hal ini dari institusi secara jelas, sehingga hal itu
dapat menghambat mereka dalam implementasinya. Mereka mengimplementasikan
hal ini hanya sesuai pemahaman masing-masing individu tentang konsep ini.
Harapan mereka agar FCC dapat berjalan optimal antara lain dukungan
institusi terkait sarana dan prasarana yang dapat mendukung hal ini seperti ruangan
perawatan yang lebih luas dan dengan setting ruangan yang lebih ramah anak dan
adanya area bermain anak yang dapat membuat anak nyaman. Perawat juga
mengharapkan keluarga lebih kooperatif terhadap tenaga kesehatan. Mereka juga
mengharapkan ada sesi diskusi khusus tentang konsep ini dan adanya kebijakan
rumah sakit sehingga mereka dapat mengimplementasikannya dengan optimal.

b. Observasi
Hasil observasi yang ditemukan dalam studi kasus ini antara lain :
• Lingkungan perawatan
Ruang perawatan kurang luas. Dalam satu ruangan terdiri dari 4 tempat tidur
dan hanya ada tempat tidur untuk pasien. Sehingga hal ini mengganggu privasi
dalam pengkajian perawat tentang pasien dan keluarganya. Setting ruangan
juga belum disesuaikan dengan karakter anak. Sehingga anak kadang-kadang
tidak nyaman. Di lingkungan perawatan anak juga tidak ada area khusus untuk
tempat bermain anak. Sehingga anak kurang terfasilitasi terhadap kebutuhan
bermainnya. Hal ini menyebabkan orang tua menggunakan gadget untuk
distraksi kecemasan hospitalisasi anak. Dalam area lingkungan perawatan
anak juga tidak ada ruang diskusi khusus. Diskusi biasanya dilakukan di runag
perawatan atau di ruang perawat. Hal ini juga bisa menjadi hambatan dalam
pengkajian kebutuhan anak dan keluarganya.
• Kolaborasi antar tenaga kesehatan
Dalam diskusi perawatan pasien, tenaga profesional yang paling sering terlibat
adalah dokter dan perawat. Diskusi dengan tenaga kesehatan lain dilakukan
hanya pada kasus tertentu dan secara terpisah-pisah. Diskusi ini dilakukan
ketika sebelum atau sesudah dokter melakukan visite ke pasien dan
keluarganya. Topik diskusi lebih berfokus pada pasien.
• Perawat
Menurut persepsi perawat, mereka telah melakukan FCC dengan melibatkan
keluarga ketika mereka meminta persetujuan tindakan perawatan. Perawat
belum melakukan pengkajian kebutuhan pasien dan keluarganya dengan baik.
Mereka melakukan tindakan sesuai dengan prioritas kebutuhan menurut
perawat tanpa melibatkan keluarga dalam menyusun prioritas kebutuhan
sesuai kesepakatan bersama. Hal ini mungkin bisa disebabkan karena
kurangnya pemahaman perawat tentang konsep FCC dan perawat terjebak
dalam rutinitas sehari-hari. Sehingga perawat merasa tidak punya waktu untuk
mendiskusikan kebutuhan anak dan keluarganya lebih lanjut.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Keperawatan anak tidak hanya berfokus pada anak, tetapi juga pada
keluarganya terutama orang tua. Terdapat perspektif, konsep, ruang lingkup praktik
dan peran perawat anak yang membedakan dengan bidang keperawatan yang lain.
Salah satu konsep yang ada dalam keperawatan anak adalah family centered
care. Family Centered Care (FCC) merupakan sebuah pendekatan untuk
merencanakan, menyampaikan dan mengevaluasi pelayanan kesehatan yang
terbangun dalam hubungan mutualisme antara penyedia layanan kesehatan, pasien dan
keluarganya. Dengan adanya FCC ini diharapkan tenaga kesehatan yang terlibat
dalam perawatan pasien lebih memperhatikan kebutuhan anak dan keluarganya
sehingga tujuan dari perawatan anak dapat tercapai seoptimal mungkin.

B. Saran

1. Untuk institusi
Dalam implementasi FCC, institusi lebih mendukung sarana dan prasarana yang
mendukung dalam praktiknya sehingga FCC dapat dilakukan dengan optimal.
2. Perawat
Diharapkan perawat lebih mengembangkan kompetensi dan kemampuannya.
Sehingga lebih bisa mengkaji dan memenuhi kebutuhan anak dan keluarganya
sesuai dengan prioritas kebutuhan yang telah disepakati bersama.
3. Profesional tenaga kesehatan lain
Untuk implementasi FCC yang optimal, diharapkan tenaga kesehatan lain juga
dapat memahami konsep FCC dengan baik. Sehingga kolaborasi antar tenaga
kesehatan dapat berjalan dengan baik sebagai upaya untuk pemenuhan kebutuhan
anak dan keluarganya.
DAFTAR PUSTAKA

Burns, C. E., Dunn, A. M., Brady, M. A., Star, N. B., Blosser, C. G., & Garzon, D. L. (2017).
Pediatric Primary Care (6th editio). Elsevier Mosby.
Carrie, AK, K., & Hill, S. J. (2019). Family-Centered Care from the Perspective of Parents of
Children Cared for in a PICU: An Integrative Review. Physiology & Behavior, 176(1),
139–148.
Gómez-Cantarino, S., García-Valdivieso, I., Moncunill-Martínez, E., Yáñez-Araque, B., &
Gurrutxaga, M. I. U. (2020). Developing a family-centered care model in the neonatal
intensive care unit (Nicu): A new vision to manage healthcare. International Journal of
Environmental Research and Public Health, 17(19), 1–22.
https://doi.org/10.3390/ijerph17197197
Hockenberry, M. J., Wilson, D., & Rodgers, C. C. (2017). Essential of Pediatric Nursing
(Tenth Edit). Elsevier Inc.
Hockenberry, M. J., Wilson, D., & Rodgers, C. C. (2019). Wong’s Nursing Care of Infants
and Children (11th editi). Elsevier Mosby.
McDowell, B. M., Cooper, R., Bowling, A. M., Cowen, K. J., Eskew, K., Kingsley, R. A.,
Ridling, D., & Williams, L. (2023). The SPN Pediatric Nursing Excellence Model:
Differentiating pediatrics. Journal of Pediatric Nursing, 68, 10–17.
https://doi.org/10.1016/j.pedn.2022.09.022
Oude Maatman, S. M., Bohlin, K., Lilliesköld, S., Garberg, H. T., Uitewaal-Poslawky, I.,
Kars, M. C., & van den Hoogen, A. (2020). Factors Influencing Implementation of
Family-Centered Care in a Neonatal Intensive Care Unit. Frontiers in Pediatrics,
8(May). https://doi.org/10.3389/fped.2020.00222
Petersson, M. Å., Benzein, E., Massoudi, P., Wåhlin, I., & Persson, C. (2022). Parents’
experiences of the significance of interpersonal interactions for becoming parents and a
family during neonatal intensive care. Journal of Pediatric Nursing, xxxx.
https://doi.org/10.1016/j.pedn.2022.11.021
Phiri, P., Kafulafula, U., & Chorwe-Sungani. (2019). Exploring Paediatric Nurses’
Experiences on Application of Four Core Concepts of Family Centred Nursing Care in
Malawi: Findings from a Resource Limited Paediatric Setting. International Journal of
Caring Sciences, 12(1), 231–239. https://search.proquest.com/scholarly-
journals/exploring-paediatric-nurses-experiences-on/docview/2236689154/se-
2?accountid=25704
Yoo, S. Y., & Cho, H. (2020). Exploring the influences of nurses’ partnership with parents,
attitude to families’ importance in nursing care, and professional self-efficacy on quality
of pediatric nursing care: A path model. International Journal of Environmental
Research and Public Health, 17(15), 1–13. https://doi.org/10.3390/ijerph17155452

Anda mungkin juga menyukai