PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem kesehatan memiliki tujuan untuk mempromosikan, memulihkan dan
menjaga kesehatan populasi. Mereka terdiri dari seperangkat layanan yang
berkomunikasi satu sama lain, yang bertujuan untuk perlindungan sosial. Analisis
historis sistem kesehatan telah menunjukkan bahwa, hingga paruh pertama abad
ke-20, mereka fokus tentang penyakit menular dan pada paruh kedua abad itu,
pada kondisi akut (Nakata, et al., 2020).
Di sisi lain, itu adalah fakta bahwa telah terjadi kemajuan dalam pendekatan
terhadap kondisi kesehatan dalam beberapa dekade terakhir, dengan penurunan
tingkat kematian di seluruh dunia dan peningkatan harapan hidup. Namun, di
banyak negara, epidemiologi transisi tetap terdaftar dalam besarnya penyakit
kronis dan efeknya yang tidak diinginkan terhadap individu, keluarga dan sistem
kesehatan (Nakata, et al., 2020). Pelayanan kesehatan yang berperan didalamnya
diantaranya adalah keperawatan.
Anak merupakan dambaan setiap keluarga, selain itu setiap keluarga juga
mengharapkan anaknya kelak bertumbuh kembang opimal (sehat fisik,
mental/kognitif dan social), dapat dibanggakan, serta berguna bagi nusa dan
bangsa dewasa ( soetjiningsih, 2013). Anak merupakan individu yang unik dan
bagian dari makhluk sosial yang membutuhkan perhatian khusus untuk
mengoptimalkan tumbuh kembangnya. Tumbuh kembang anak ditandai dengan
pertumbuhan (growth) dan perkembangan (development). Perkembangan anak
meliputi perkembangan motorik halus, motorik kasar, bahasa dan personal-sosial
(Sembiring,2017).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengidentifikasi jenis pelayanan keperawatan anak dalam
tatanan primer, sekunder, tersier.
2. Tujuan Khusus
a. Memahami filosofi keperawatan anak.
b. Memahami prinsip-prinsip keperawatan anak
c. Memahami pelayanan dan jenis pelayanan keperawatan anak dalam
tatanan primer.
d. Memahami pelayanan dan jenis pelayanan keperawatan anak dalam
tatanan sekunder
e. Memahami pelayanan dan jenis pelayanan keperawatan anak dalam
tatanan tersier.
C. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu
mengetahui, menganalisis dan menetapkan pelayanan keperawatan anak pada
kegiatan yang bersifat preventif, promotif, kuratif dan rehabilitative.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
a. Hubungan anak dan orangtua adalah unik, berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya. Setiap anak mempunyai karakteristik yang berbeda
dan berespon terhadapp sakit dan perawatan dirumah sakit secara bebeda
pula. Demikian pula orangtua mempunyai latarbelakang individu yang
berbeda dalam berespon terhadap kondisi anak dan perawatan dirumah
sakit.
b. Orang tua dapat memberikan asuhan yang efektif selama hospitalisasi
anaknya. Telah terbukti dalam beberapa penelitian bahwa anak akan
merasa aman apabila berada disamping orangtuanya, terlebih lagi pada
saat menghadapi situasi menakutkan seperti dilakukan prosedur invasif.
Dengan demikian, tujuan asuhan akan tercapai dengan baik apabila ada
kerjasama yang baik antara perawat dan orang tua.
c. Kerjasama dalam model asuhan adalah fleksible dan menggunakan konsep
dasar asuhan keperawatan anak. Saat tertentu perawat dapat melakukan
asuhan keluarga dan keluarga dapat melakukan asuhan keperawatan. Pada
kondisi tertentu ketika orang tua harus meninggalkan anak sesaat
(misalnya, membeli obat, ke kamar kecil), perawat harus siap
menggantikannya (misalnya, bayi menangis, perwat perlu menggendong,
meninabobokan). Sebaliknya, orangtua harus belajar melakukan tindakan
keperawatan, seperti memberikan kompres, mengukur suhu, atau
mengobservasi gejala panas anak, melalui proses pendidikan kesehatan
yang diberikan perawat.
d. Keberhasilan dan pendekatan ini bergantung pada kesepakatan tim
kesehatan untuk mendukung kerjasama yang aktif dari orangtua.
Kesepakatan untuk menggunakan pendekatan famili centred tidak cukup
hannya dari perawat, tetapi juga seluruh petugas kesehatan yang ada.
2. Atraumatic care
Atraumatic care yang dimaksud di sini adalah perawatan yang tidak
menimbulkan adanya trauma pada anak dan keluarga. Perawat tersebut
difokuskan dalam pencegahan terhadap trauma yang merupakan bagian dalam
keperawatan anak (Hockenberry, et al., 2017).
Perawatan kesehatan yang sangat penting untuk dapat diakses dengan biaya
yang terjangkau, dengan metode yang praktis, ilmiah dan dapat diterima secara
sosial. Setiap orang harus memiliki akses ke sana dan terlibat di dalamnya,
seperti halnya sektor masyarakat lainnya. Ini harus mencakup partisipasi
masyarakat dan pendidikan tentang masalah kesehatan yang lazim, promosi
kesehatan dan pencegahan penyakit, penyediaan makanan dan gizi yang
memadai, air bersih, sanitasi dasar, perawatan kesehatan ibu dan anak,
perencanaan keluarga, pencegahan dan pengendalian penyakit endemik,
imunisasi terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin, pengobatan yang
sesuai dengan penyakit dan cedera umum, dan pemberian obat-obatan esensial
(White, 2015).
Dalam artikel Primary Health Care (PHC) and Public Health (PH):
Foundations of Universal Health, 'model sosial-ekologis' (Model SE) sebagai
cara menghargai bagaimana orang berhubungan melalui keluarga dan hubungan
komunitas ke masyarakat secara keseluruhan. Analisis sejauh mana hubungan
diselaraskan dan diperkuat berpotensi untuk memahami hasil kesehatan yang
mungkin timbul baik positif maupun negatif. Dapat dipahami bahwa Model SE
ilustratif (gbr. 1) menggambarkan saling mempengaruhi antara individu,
hubungan, komunitas, sosial, dan pengaruh global (White, 2015).
Pengaruh Global: Ini mencakup spektrum mulai dari Konvensi PBB hingga
pengaruh pemasaran perusahaan yang seringkali tidak terkendali (berpotensi
dapat dikendalikan), yang mungkin memiliki implikasi kesehatan.
b. Imunisasi.
Imunisasi adalah upaya pencegahan penyakit infeksi dengan
menyuntikkan vaksin kepada anak sebelum anak terinfeksi. Anak
yang diberi imunisasi akan terlindung dari infeksi penyakit-penyakit
yang dapat menyebabkan infeksi sebelum mikroorganisme tersebut
memiliki kesempatanuntuk menyerang tubuh kita. Dengan imunisasi
tubuh kita akan terlindungi dari infeksi begitu pula orang lain.
Karena tidak tertular dari kita Tujuan dari imunisasi adalah untuk
menguranggi angka penderitaan suatupenyakit yang sangat
membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkankematian pada
penderitanya.
BAB III
PEMBAHASAN
PERAN PERAWAT PADA BALITA DI PELAYANAN
KESEHATAN PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER
Peran perawat pada balita di layanan kesehatan pada tatanan primer sangat
dibutuhkan, terutama untuk melakukan asuhan keperawatan. melakukan skrining
pertumbuhan dan perkembangan pada balita, memberikan edukasi pada
orangtua/caregiver terkait dengan promosi, pencegahan dan masalah kesehatan
anak. Pertumbuhan dan perkembangan balita mempengaruhi kehidupan sehari-
harinya serta keluarga. Meskipun beberapa balita mungkin tumbuh lebih cepat
atau mencapai tonggak perkembangan lebih cepat dari yang lain, pertumbuhan
dan perkembangan tetap teratur dan berurutan. Kunjungan kesehatan selama
masa balita tetap fokus pada pertumbuhan dan perkembangan. Perawat harus
memiliki pemahaman yang baik tentang perubahan yang terjadi selama masa
balita agar dapat memberikan bimbingan dan dukungan antisipatif yang tepat
kepada keluarga (Kyle & Carman, 2013).
a. Nutrisi
Pertumbuhan melambat pada masa balita, penurunan kebutuhan energi
untuk 102 kkal/kg/hari (sekitar 1000-1300 kkal/hari), 1,23 g protein/kg/
hari, cairan sampai 115 mL/kg/hari; rata-rata pertumbuhan sekitar 4,4
pon (2 kg) dan 4,5 inci (11 cm)/tahun.
1) Porsi harus 1-2 sendok makan setiap makanan untuk setiap tahun
kehidupan, atau sekitar –⅓ porsi dewasa.
2) Susu (utuh sampai usia 2 tahun) harus dibatasi <24 ons/hari (16 ons
sudah cukup) karena kekurangan zat besi dan gangguan asupan dari
nutrisi lainnya. Kebutuhan kalsium 700 mg/hari dan vitamin D 600
IU/hari.
3) Kebutuhan nutrisi spesifik: Lemak 30% dari diet (< 10% dari total
kalori harian asupan harus berasal dari lemak jenuh); protein 5–20%,
karbohidrat hingga 45–65% (sangat sedikit dari karbohidrat tinggi
gula). Skrining faktor risiko anemia: Susu sapi dalam jumlah
banyak/hari, diet kekurangan makanan kaya zat besi lainnya.
(Kebutuhan nutrisiuntuk asupan zat besi adalah 7 mg/hari.)
4) Eating habits:
a) Mereka mampu mengenali diri mereka sebagai orang lain
terpisah dari keluarga dan membutuhkan kemandirian untuk
mengeksplorasi dengan menguji batas, termasuk batas pemberian
makan. Mereka mengenali kebaruan dan perbedaan makanan dan
juga mendambakan kenyamanan.
b) Mempromosikan kebiasaan baik: Sekaranglah saatnya untuk
membantu anak Anda berkembang. kebiasaan makan yang sehat
dan membuat pilihan yang baik. Saat dia menjadi lebih mandiri,
Jadilah teladan yang baik. Makan bersama keluarga, tanpa TV,
secara teratur waktu yang dijadwalkan. Berikan camilan bergizi
2-3 kali/hari di antara waktu makan, bukan sebagai Penghargaan;
batasi gula.
c) Izinkan balita untuk memilih dan eksperimen; Jangan memaksa.
Tawarkan makanan baru beberapa kali untuk memberikan
kesempatan kepada anak untuk belajar menerima dan
menyukainya. Biarkan balita makan sendiri dengan tangan atau
peralatan. Gunakan cangkir, bukan botol.
5) Safe eating:
a) Duduk saat makan; hindari makan di dalam mobil.
b) Hindari berteriak, berkelahi, menggelitik saat makan
6) Cegah Obesitas :
Angka obesitas pada anak usia 2-5 tahun sebenarnya sudah
turun dari 13,9% pada tahun 2004 menjadi 9,4% pada tahun 2014,
meskipun tingkat obesitas secara keseluruhan di anak-anak dan
remaja berada pada titik tertinggi sepanjang masa. Kembangkan
kebiasaan makan yang sehat sejak usia dini, seperti tidak makan
berlebihan, membatasi makanan manis, mendorong camilan sehat,
membatasi jumlah dan menumbuhkan kecenderungan alami balita
untuk makan hanya saat lapar. Jangan biarkan anak mengisi cairan
dan makanan ringan sepanjang hari atau makan di mobil, saat
bermain, atau saat menonton TV (Richardson, 2020).
c. Tidur
Rata-rata total 12 jam/hari. Tidur siang satu sampai dua kali/hari;
mungkin mengalami kesulitan menggabungkan tidur siang dan setelah
siang hari.
2) Perkembangan
a) Fisik
Memanfaatkan keterampilan gerak yang baru
dikembangkan dan ingin mengendalikan lingkungan. Balita
mendorong dan membawa benda-benda besar; menempatkan
diri mereka sendiri ke dalam ruang seperti kotak, lemari, dan di
bawah meja; senang berulang-ulang melempar dan mengambil;
mencoret-coret. Handedness didirikan.
b) Berbicara
Pada usia 18 bulan, mengerti banyak bahasa yang
diucapkan tetapi perintah relatif sedikit kata (memiliki
kemampuan reseptif yang baik). Lompatan terbesar dalam
bahasa adalah pada paruh kedua tahun kedua. "Big talkers"
cenderung anak sulung.
c) Emosional/sosial
Balita berjuang untuk kemandirian, otonomi, dan
mencari kekaguman dan penguatan positif dari keterampilan
yang baru ditemukan. Mereka masih mengalami kebutuhan
ketergantungan (separation anxiety) selama ini pencarian.
Pengembangan citra tubuh dimulai. Negativisme adalah bagian
dari individualisasi. Mungkin menyadari gender.
d) Kognitif (intelektual)
Balita mulai bekerja pada kausalitas dengan
peningkatan kemampuan fisik dan perkembangan memori.
Mulai melihat objek secara simbolis. Imajinasi dimulai.
Catatan: Tanda-tanda awal gangguan spektrum autisme (ASD),
termasuk atipikal perkembangan sosialisasi dan komunikasi,
kini terdeteksi oleh penyedia pediatrik pada anak-anak semuda
balita.
e. Sosial Development
Pertumbuhan, perkembangan, dan sosialisasi anak ditunjukkan
dalam kegiatan bermain. Balita berkembang dari permainan
sensorimotor masa bayi untuk bermain paralel, menggabungkan
imitasi, keterampilan motorik halus dan kasar, dan baru bahasa.
Mainaan yang cocok untuk balita adalah: Ayunan set, kotak pasir,
dapur bermain, alat bermain, mainan musik dan "berbicara" (terutama
yang interaktif), mainan berkuda (terutama tanpa pedal), mainan
dorong, bola, wadah, telepon, cermin, boneka dan wayang, krayon
besar, dan buku (Richardson, 2020).
Salah satu penyakit yang sering diderita balita di rumas sakit adalah
pneumonia, peran perawat yaitu memberikan asuhan keperawatan dengan
pneumonia terutama bersifat suportif dan simtomatik tetapi memerlukan
penilaian pernapasan menyeluruh dan pemberian oksigen tambahan (sesuai
kebutuhan), cairan dan antibiotik. Tingkat pernapasan anak, ritme dan
kedalaman, oksigenasi, disposisi umum dan tingkat aktivitas harus sering dinilai.
Untuk mencegah dehidrasi, cairan mungkin diperlukan intravena selama fase
akut (Hockenberry, et al., 2017). Perawat memerlukan kolaborasi dengan tim
lain seperti dokter, tim gizi dan lainnya agar dapat melakukan asuhan
keperawatan dengan baik.
Keluarga dapat memilih untuk tetap tinggal di rumah sakit untuk menerima
perawatan jika penyakit atau kondisi anak tersebut tidak stabil dan perawatan di
rumah bukanlah pilihan atau keluarga tidak nyaman dengan memberikan
perawatan di rumah. Jika sebuah keluarga memilih untuk tetap tinggal di rumah
sakit untuk perawatan terminal, pengaturannya harus dibuat sebagai: seperti
rumah mungkin. Keluarga dianjurkan untuk membawa barang-barang familiar
dari kamar anak di rumah. Selain itu, harus ada rencana perawatan yang
konsisten dan terkoordinasi untuk kenyamanan pasien anak dan keluarga. Orang
tua juga harus ditawarkan pilihan untuk merawat anak mereka di rumah selama
fase akhir dari penyakit dengan bantuan organisasi rumah sakit. Hospice adalah
layanan kesehatan masyarakat organisasi yang mengkhususkan diri dalam
perawatan pasien sekarat dengan menggabungkan filosofi rumah sakit dengan
prinsip perawatan paliatif (Hockenberry, et al., 2017).
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
B. Saran