Anda di halaman 1dari 10

PRAKTIK PENGASUHAN ANAK ( PARENTING )

Kelompok : 4

M. Zamzami. Af ( 2130101131 )

M. Halim Husein ( 2120101207 )

Dosen Pembimbing : Jeri Ariansyah, S.H, M.H

Mata Kuliah : Psikologi Keluarga

Program Studi Hukum Keluarga Islam

Fakultas Syariah Dan Hukum

Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

2023/2024
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Orang tua adalah seseorang yang telah melahirkan kita, membesarkan,
merawat, dan menafkahi. Orang tua sangat berperan penting dalam kehidupan
seorang anak. Tugas orang tua yaitu mendidik, mengasuh, dan membimbing anak-
anaknya sampai dia dewasa. Orang tua juga memiliki tugas untuk
memperkenalkan anak-anaknya mengenai hal-hal yang ada di dunia. Orang tua
juga merupakan orang yang paling penting dan dianggap bertanggung jawab
dalam keluarganya termasuk tugas tugas dalam kehidupan sehari-hari. Tugas
orang tua melengkapi dan mempersiapkan anak untuk mencapai kedewasaan
dengan memberikan bimbingan dan pengarahan agar dapat membantu dalam
menjalani hidupnya dalam bimbingan tersebut tentunya anak akan lebih mudah
beradaptasi di lingkungannya kelak.

Anak adalah seseorang yang dilahirkan dari pernikahan antara laki-laki


dan perempuan. Anak juga merupakan suatu generasi baru yang akan meneruskan
cita-cita perjuangan bangsa. Anak juga merupakan aset bangsa dan negara dimasa
depan. Masa kanak-kanak merupakan masa yang di anggap tidak ada akhirnya,
sehingga kebanyakan dari orang tua tidak sabar menunggu anaknya menjadi
dewasa.

Berdasarkan pandangan agama, anak merupakan mahluk yang dhaif dan


mulia, dimana keberadaanya dikehendaki oleh Allah SWT melalui proses
penciptaan. Maka dari itu anak mempunyai kehidupan yang mulia berdasarkan
pandangan islam. Anak harus diperlakukan secara manusiawi dan sesuai dengan
syariat islam. Anak merupakan amanah dari Allah SWT kepada kedua orang
tuanya, dengan begitu kehadiran anak patutlah kita syukuri dan dijaga dengan
baik.

Berdasarkan aspek ekonomi, anak dikelompokkan dalam golongan yang


tidak produktif. Apabila anak memiliki kemapuan yang persuasif maka hal itu
disebabkan karena anak mengalami transformasi finansial yang disebabkan
terjadinya interaksi dalam keluarga yang berdasarkan nilai kemanusia. Ada
beberapa fakta yang muncul dalam masyarakat yaitu anak sering di tuntut untuk
melakukan kegiatan ekonomi yang dapat menghasilkan nilai-nilai ekonomi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu parenting ?
2. Bagaimana gaya pengasuhan dan intraksi antara orang tua dan anak ?
3. Bagaimana perilaku dan peraktek pengasuhan ?
4. Apa pentingnya simpat empati dan simpati dalam keluarga ?
5. Bagaimana upaya mewujudkan sipat empati dan simpati dalam anggota
keluarga ?
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Parenting

Parenting merupakan suatu interaksi antara orangtua dengan anak yang


mencakup kebutuhan fisik (makanan, tempat tinggal, pakaian, kesehatan dan lain-
lain), kebutuhan psikologis (rasa aman, keselamatan, perlindungan, kasih sayang,
cinta, dan lain-lain), pembentukan karakter anak dan juga mengenai sosialisasi
norma-norma yang berlaku di masyarakat agar anak dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungannya menurut Djamarah (dalam Rahmi & Yenita, 2017: 40).
Orangtua memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan anak, karena orangtua
membawa pengaruh besar bagi perkembangan anak-anaknya dalam proses
menuju dewasa. Tetapi, di beberapa negara berkembang seperti Indonesia, masih
banyak orangtua yang menjalankan pengasuhan pada anak yang kurang efektif.
Hal tersebut diduga disebabkan karena adanya beberapa faktor seperti kesalahan
pola asuh, paparan media, ekonomi rendah, pengetahuan yang minim, pengalaman
yang kurang, serta usia pernikahan orangtua yang terlalu muda (Rahmi & Yenita,
2017: 40). Perlakuan salah terhadap anak bisa terjadi pada semua lingkungan.
Pada masyarakat menengah ke bawah biasanya terjadi karena faktor ekonomi,
sedangkan pada masyarakat menengah ke atas karena ambisi yang dimiliki
orangtua terhadap anak yang terlalu berlebih. Orangtua diibaratkan sebagai
cermin bagi anak, karena apa yang dilakukan oleh orangtua maka anak tersebut
akan menirunya. Hal tersebut terjadi karena anak tersebut belajar suatu perilaku
tertentu dari lingkungannya (Rachmawati & Hastuti, 2017: 228). Praktik
pengasuhan dapat dibagi menjadi dua, yang pertama adalah praktik pengasuhan
konstruktif dan praktik pengasuhan destruktif menurut Simons et al, (dalam
Rachmawati & Hastuti, 2017: 228). Praktik pengasuhan kontruktif akan
menghasilkan perkembangan anak yang positif, sedangkan praktik pengasuhan
destruktif akan menghasilkan perkembangan anak yang negatif. Misalnya, ketika
anak melakukan kesalahan, orangtua yang menjalankan pengasuhan kontruktif
akan memberikan penjelasan atas kesalahan anak dan membimbingnya agar tahu
hal yang benar dan sesuai harapan sedangkan orangtua dengan pengasuhan
destruktif cenderung langsung memberikan hukuman kepada anak, misalnya
dengan kekerasan fisik yang dapat menyebabkan berkembangnya sifat agresif
anak (Rahmawati & Hastuti, 2017). Dalam menentukan pola asuh yang akan
diterapkan, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi orangtua, misalnya
kondisi ekonomi, latar belakang keluarga, riwayat pengasuhan orangtua, dan tidak
adanya dukungan dari lingkungan keluarga maupun sosial untuk menjadi orang
tua

Parenting self-efficacy adalah suatu keyakinan yang dimiliki orangtua


terkait dengan kemampuan dalam melakukan pengasuhan terhadap anak 3
(Coleman & Karraker, 1997). Parenting self-efficacy terkait dengan pola asuh
yang efektif dan tingkat perkembangan anak yang lebih baik (Dowling dalam
Rachmawati & Hastuti, 2017: 228). Ketika seseorang memiliki selfefficacy yang
tinggi, seseorang akan lebih terlibat dalam suatu perilaku tertentu individu akan
lebih yakin bahwa ia mampu mengatasi dan menjalankan perilaku tersebut dengan
sukses (Pajares, Miller, & Johnson, 1999: 50-61). Hal ini juga terjadi dalam
konteks pengasuhan anak. Selfefficacy dapat membantu seseorang dalam
menghadapi permasalahan yang dialami, terutama pada ibu saat harus mengatasi
masalah-masalah perilaku anak yang mengganggu dan tidak sesuai dengan
harapan.

2. Gaya Pengasuhan Dan Interaksi Antara Orang Tua Dan Anak

a) Gaya Pengasuhan

Menjadi orangtua yang baik bagi anak bukanlah hal yang mudah.
Keluarga dalam hal ini adalah orang tua berperan penting dalam setiap aspek
perkembangan anak. Permasalahan yang muncul bagi sebagian orang tua salah
satunya dalam mengasuh anak. Pengasuhan anak yang tepat dapat meningkatkan
perkembangan anak, seperti perkembangan sosial anak. Oleh karena itu, orang
tua harus bijaksana memilih gaya pengasuhan yang akan diterapkan dalam
keluarga (Niez & Alico, 2015). Variabel utama dalam interaksi dan penyesuaian
sosial pada anak ada pada kualitas hubungan antara orangtua dan anak. Hampir
seluruh lapisan masyarakat percaya bahwa keluarga memainkan peran penting
dalam proses sosialisasi dan akulturasi manusia (Kilonzo, 2017). Gaya
pengasuhan merupakan sikap orang tua kepada anak guna menciptakan suasana
emosional dalam lingkup interaksi orang tua dengan anak (Baumrind, 1991).
Interaksi antara anak dan orang tua dalam mengasuh, mendidik, maupun
membimbing anak akan membentuk anak yang bisa menyesuaikan diri terhadap
lingkungan sosial di masyarakat (Brooks, 2013: 6). Gaya pengasuhan mengacu
pada serangkaian sikap dan perilaku orang tua yang paling sering digunakan
orang tua, secara konsisten di seluruh konteks untuk mengelola perilaku anak-
anak, dan ditentukan oleh pola kontrol, daya tanggap, 30 kehangatan, dan
hukuman (Power, 2013). Gaya pengasuhan memiliki pengaruh yang mendasar
pada perkembangan anak dan interaksi antara orang tua dan anak selama fase
usia dini. Selain itu, memberikan dasar untuk mengembangkan kepercayaan
yang merupakan elemen penting bagi anak-anak untuk menjelajahi
lingkungannya dengan aman. Pengasuhan positif anak-anak menghasilkan
pengalaman belajar yang positif sehingga anak merasa aman (September, Rich,
& Roman, 2015). Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulakan bahwa gaya
pengasuhan merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak sebagai
bentuk upaya mendidik dan membimbing anak dengan tujuan menyiapkan dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di
masyarakat. Gaya pengasuhan berupa hubungan positif antara orangtua dan anak
menciptakan rasa nyaman dan aman bagi anak. Sedangkan hubungan negatif
antara anak dan orangtua seperti kontrol yang berlebihan mengakibatkan anak
kurang percaya pada lingkungannya.

Baumrind (dalam Yusuf, 2012: 51) membagi gaya pengasuhan orangtua


menjadi tiga jenis, yaitu : authoritarian, authoritative, dan permissive.

a) Gaya Pengasuhan Authoritarian


Gaya pengasuhan authoritarian adalah gaya pengasuhan yang diterapkan
oleh orangtua dalam berinteraksi dengan anak, dimana orangtua dirasakan oleh
anak lebih cenderung menuntut anak untuk mengikuti perintah orangtua tanpa
memberikan kesempatan anak untuk menyatakan pendapat atau keinginannya.

b) Gaya Pengasuhan Authoritatif

Gaya pengasuhan authoritatif adalah gaya pengasuhan yang diterapkan


oleh orangtua dalam berinteraksi dengan anak, dimana orangtua dirasakan oleh
anak lebih kooperatif dan mendorong anak untuk menyatakan pendapat serta
keinginan mereka dan mengutamakan diskusi untuk menjelaskan suatu hal.

c) Gaya Pengasuhan Permissif

Gaya pengasuhan permissif adalah gaya pengasuhan yang diterapkan


orangtua dalam berinteraksi dengan anak, dimana orangtua dirasakan oleh anak
lebih memberikan kebebasan pada mereka dan memenuhi segala keinginan
mereka.

b) Interaksi Orang Tua dan Anak

Interaksi akan selalu berkait denga istilah komunikasi atau hubungan.


Dalam proses komunikasi, dikenal adanya unsur komunikan dan komunikator.
Hubungan antara komunikator dengan komunikan biasanya karena
menginteraksikan sesuatu, yang dikenal dengan istilah pesan (message).
Kemudian untuk menyampaikan atau mengontakkan pesan itu diperlukan adanya
media atau saluran (channel). Lebih jelas interaksi adalah hal yang selalu
melakukan aksi, hubungan mempengaruhi antar hubungan. Jadi unsurunsur yang
terlihat dalam komunikasi itu adalah: komunikator, komunikan, pesan dan saluran
atau media. Begitu juga hubungan antara manusia yang lain, empat unsur untuk
terjadinya proses komunikasi itu akan selalu ada. Dengan demikian dapat
dijelaskan bahwa dalam proses belajar mengajar dibutuhkan suatu interaksi
edukatif yang baik yaitu, suatu hubungan timbal balik antara guru dan peserta
didik dalam suatu sistem pengajaran, dan untuk menciptakan interaksi tersebut
dibutuhkan unsur-unsur pendukung yaitu media cara pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai