Anda di halaman 1dari 10

STRATEGI PENGEMBANGAN SOSIAL

DAN PENYESUAIAN SOSIAL ANAK USIA DINI

Disusun guna memenuhi Tugas Mata Kuliah


Pengembangan Sosial dan Emosional Anak Usia Dini

Dosen Pengampu Mata Kuliah: Prof. Dr. Edi Purwanta M.Pd

Oleh:
Hesti Wulandari
NIM 18717251002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019
STRATEGI PENGEMBANGAN SOSIAL
DAN PENYESUAIAN SOSIAL ANAK USIA DINI

A. Pendahuluan
Perkembangan sosial dan penyesuaian sosial merupakan aspek yang tidak dapat
dipisahkan dalam proses perkembangan anak. Hal ini karena untuk dapat melakukan
penyesuaian sosial dengan baik maka perkembangan sosial anak juga perlu dikembangkan
dengan baik. Perkembangan sosial merupakan proses perubahan kemampuan untuk
berperilaku sesuai dengan tuntutan sosial yang ada di lingkungan. Agar dapat
mengembangkan perilaku sosial dengan baik dibutuhkan tiga proses, yaitu belajar
berperilaku yang dapat diterima secara sosial, memainkan peran sosial yang dapat diterima,
dan mengembangkan sikap sosial (Hurlock, 1997:250). Sementara itu, penyesuaian sosial
adalah kemampuan anak untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya, dan
terhadap kelompok pada khususnya. Sebagian besar anak menyesuaikan diri lebih
disebabkan oleh kebutuhan. Hal ini karena mereka menghendaki popularitas dan kasih
sayang dari teman-teman sebayanya (Hurlock, 1997:287).
Perkembangan sosial dan penyesuaian sosial merupakan salah satu aspek
perkembangan yang harus dikembangkan sejak usia dini. Secara lebih rinci Hurlock
(1997:286) menjelaskan bahwa perkembangan sosial dan penyesuaian sosial penting untuk
dikembangkan sejak usia dini karena dua alasan. Pertama, pola perilaku dan sikap sosial
yang dibentuk pada masa usia dini cenderung menetap. Anak yang memiliki perkembangan
sosial yang baik di masa usia dini mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk dapat
bersosialisasi dengan baik ketika telah tumbuh dewasa. Kedua, kemampuan sosial dan
penyesuaian sosial yang dilakukan anak-anak meninggalkan ciri pada konsep diri mereka.
Hal ini karena perkembangan kemampuan sosial dan penyesuaian sosial masa usia dini akan
berhubungan dengan perkembangan kemampuan sosial dan penyesuaian sosial di masa
dewasa. Ketika anak berhasil melakukan penyesuaian sosial dengan baik di masa kanak-
kanak, maka ketika telah dewasa anak akan cenderung lebih mudah juga dalam melakukan
penyesuaian sosial. Sebaliknya, anak yang tidak berhasil melakukan penyesuaian sosial
yang baik pada masa kanak-kanak, ketika dewasa cenderung akan berkembang menjadi
individu yang introvert, egosentris, tidak sosial, atau bahkan anti sosial, dan kebahagiannya
di masa dewasa akan terganggu (Smith & Elliott, 2011:15).

1
B. Strategi Pengembangan Sosial dan Penyesuaian Sosial Anak Usia Dini

1. Strategi Pengembangan Sosial dan Penyesuaian Sosial Anak Usia Dini oleh
Pihak Keluarga

Untuk dapat mengembangkan perkembangan sosial dan penyesuaian sosial anak


dengan baik, dibutuhkan strategi yang baik oleh pihak keluarga. Hal ini karena keluarga
memiliki peran penting dalam mengembangkan perkembangan sosial dan penyesuaian
sosial anak, karena keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi anak.
Pada masa usia dini, keluarga merupakan agen utama perkembangan sosial anak, dan
anak memperoleh pengalaman sosial pertamanya dari keluarga. Hal ini kemudian
membuat peran keluarga sangat penting dalam perkembangan sosial dan penyesuaian
sosial anak. Anak-anak dengan keluarga yang memberikan pengasuhan yang baik dan
dukungan sosial yang baik mengalami perkembangan sosial dan penyesuaian sosial
yang lebih baik. Selama masa usia dini, dukungan sosial dari anggota keluarga dapat
menjadi salah satu faktor penting yang dapat mempromosikan pengembangan
kemampuan sosial yang positif pada anak-anak usia dini (Serrano-Villar, Huang, &
Calzada, 2017).
Keluarga memang memiliki peran penting sebagai penentu keberhasilan
perkembangan sosial dan penyesuaian sosial anak, namun dalam keluarga orang tua
memiliki peran paling penting untuk keberhasilan perkembangan sosial dan
penyesuaian sosial. Hal ini karena pada masa usia dini anak, anak mempelajari segala
sesuatu melalui proses imitasi dan orang tua merupakan role model utama bagi proses
imitasi anak. Banyak perilaku sosial anak adalah hasil dari proses imitasi yang muncul
tanpa pelatihan atau pengajaran dari orang tua, melainkan hasil dari proses imitasi yang
dilakukan anak dari perilaku sosial orang tuanya (Eisenberg & Mussen, 1989). Selain
menjadi role model, gaya pengasuhan yang diterapkan orang tua juga berperan penting
dalam keberhasilan perkembangan sosial dan penyesuaian sosial anak. Rutinitas gaya
pengasuhan otoritatif positif yang diterapkan oleh orang tua kepada anak terbukti dapat
mengoptimalkan perkembangan sosial anak. Selain itu, anak dengan gaya pengasuhan
yang positif juga cenderung lebih sedikit mengalami masalah perilaku sosial (Ren, Bi
Ying, & Song, 2019).

2
Oleh karena itu, pihak keluarga khususnya orang tua harus menerapkan strategi
yang tepat untuk mengembangkan perkembangan sosial dan penyesuaian sosial anak.
Berikut ini merupakan beberapa strategi yang dapat diterapkan oleh pihak keluarga
untuk mengembangkan perkembangan sosial dan penyesuaian sosial anak usia dini:
a. Menerapkan pola asuh yang baik
Pola asuh yang diterapkan orang tua sangat berpengaruh terhadap pengembangan
sosial dan penyesuaian sosial anak. Hal ini karena anak-anak yang diasuh dengan
pengasuhan otoriter, misalnya, sering mengembangkan sikap benci terhadap semua
figur yang berwenang. Anak-anak dengan pola asuh yang serba membolehkan,
misalnya akan membuat anak menjadi orang yang tidak mau memperhatikan orang
lain, merasa bahwa dia dapat mengatur dirinya sendiri (Hurlock, 1998:288).
Sementara itu, anak-anak dengan pengasuhan otoritatif terbukti memiliki
perkembangan sosial dan penyesuaian sosial yang lebih baik, dan cenderung lebih
sedikit mengalami masalah perilaku sosial. Hal ini karena dalam gaya pengasuhan
otoritatif orang tua mendorong anak untuk mengembangkan perkembangan sosial
dan penyesuaian sosial secara mandiri, namun tetap masih memberikan bimbingan
kepada anak (Ren, Bi Ying, & Song, 2019).
b. Membangun hubungan yang hangat dan akrab dengan anak
Salah satu strategi yang dapat dilakukan keluarga untuk mengembangkan
perkembangan sosial dan penyesuaian sosial anak yaitu dengan membangun sebuah
hubungan yang hangat dan akrab dengan anak dan anggota keluarga lainnya
(Brooks, 2011:278). Hal ini karena keluarga khususnya orang tua merupakan salah
satu prediktor keberhasilan perkembangan dan penyesuaian sosial anak. Hubungan
yang hangat yang dibangun oleh orang tua terbukti dapat membantu anak
mengembangkan penyesuaian sosial yang baik. Selain itu, anak-anak yang memiliki
hubungan yang hangat dan akrab dengan orang tua dan keluarga juga menunjukkan
sedikit masalah perilaku sosial (Cheung, Boise, Cummings, & Davies, 2018).
c. Memberikan contoh perilaku sosial yang baik kepada anak
Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan sosial
dan penyesuaian sosial anak adalah dengan memberikan contoh perilaku sosial yang
baik kepada anak. Hal ini karena pada masa usia dini anak-anak mempelajari segala
sesuatu melalui proses imitasi dan orang tua merupakan role model utama bagi
proses imitasi anak (Brooks, 2011:278). Anak-anak dengan orang tua yang memiliki

3
perilaku sosial yang kurang baik atau menyimpang, cenderung akan meniru perilaku
sosial yang kurang baik dan menyimpang dari orang tuanya, sehingga dapat
membuat anak mengalami hambatan serius dalam perkembangan sosial dan
penyesuaian sosialnya, baik saat ini maupun ketika anak tumbuh dewasa (Hurlock,
1998:288). Sementara itu, pemberian contoh perilaku sosial yang baik dari orang
tua terbukti dapat menjadi salah satu strategi untuk mengembangkan kemampuan
sosial dan penyesuain sosial ank. Hal ini karena orang tua orang tua yang memiliki
perilaku sosial yang baik akan cenderung memberikan contoh perilaku sosial yang
baik kepada orang lain, yang akhirnya ditiru oleh anak dan menjadi karakter
kepribadian anak, sehingga ketika dewasa anak cenderung tumbuh dan berkembang
menjadi pribadi yang memiliki perilaku sosial yang baik juga (Johnson, 2016).
d. Memberikan kesempatan kepada anak untuk bersosialisasi
Memberikan kesempatan yang penuh untuk anak bersosialisasi merupakan hal yang
penting. Hal ini karena anak-anak tidak akan dapat belajar bersosialisasi dengan
orang lain apabila sebagian besar waktunya tidak digunakan untuk bersosialisasi
dengan orang lain. Semakin tumbuh dan berkembangnya anak, mereka semakin
membutuhkan pemberian kesempatan untuk bersosialisasi tidak hanya dengan
anak-anak yang sebaya dengannya, tetapi juga dengan orang dewasa dengan tingkat
usia dan lingkungan yang berbeda (Hurlock, 1998:251).
e. Mengajari anak cara berbicara yang baik dan sopan
Cara berbicara yang baik dan sopan perlu diajarkan kepada anak sejak usia dini, hal
ini karena berbicara adalah bagian yang penting dari pengembangan sosial dan
penyesuaian sosial anak. Untuk dapat melakukan sosialisasi dengan orang lain,
maka anak harus mampu berbicara dengan kata-kata yang baik dan sopan yang
dapat dimengerti orang lain. Anak-anak yang tidak tahu cara berbicara yang baik
dan sopan, lebih cenderung akan menyela pembicaraan atau mengabaikan perkataan
orang lain, sehingga akan mempengaruhi perkembangan sosial dan penyesuaian
sosialnya (Hurlock, 1998:251).
f. Memberikan motivasi dan bimbingan kepada anak
Pemberian motivasi dan bimbingan diperlukan dalam pengembangan sosial dan
penyesuaian sosial anak. Hal ini karena anak akan lebih bersemangat untuk
mengembangkan kemampuan sosialnya apabila mendapat motivasi dan bimbingan
untuk melakukannya. Dengan motivasi dan bimbingan yang tepat anak akan dapat

4
mengembangkan perilaku sosial dan melakukan penyesuaian sosial yang baik
(Hurlock1998:288). Salah satu cara yang dapat dilakukan orang tua untuk
memberikan motivasi yaitu dengan cara menunjukkan kepada anak cerita anak-anak
yang didalamnya menceritakan perilaku sosial yang baik, yang dapat dilakukan
melaui kegiatan membacakan buku, bercerita, atau menonton video. Dengan
menunjukkan kepada anak cerita-cerita yang berisi kisah perilaku sosial yang baik,
maka anak akan tertarik berperilaku sosial yang baik seperti dalam cerita, dan
kemudian orang tua dapat memotivasi dan membimbing anak agar anak dapat
mengembangkan perilaku sosialnya dengan baik (Brooks, 2011:278).
g. Membangun kemitraan dengan pihak sekolah
Ketika anak sudah memasuki pendidikan prasekolah, maka orang tua harus
membangun kemitraan yang baik dengan pihak sekolah. Hal ini karena pihak
sekolah khususnya pendidik yang menggantikan peran orang tua untuk merawat dan
mendidik anak-anak mereka ketika di sekolah. Oleh karena itu, pihak keluarga harus
membangun kemitraan dan mengembangkan visi bersama dengan pihak sekolah
untuk melaksanakan strategi-strategi pengembangan sosial dan penyesuaian sosial
anak, sehingga terjadi kesinambungan strategi-strategi pengembangan sosial dan
penyesuaian sosial anak, baik yang dilakukan di sekolah maupun yang dilakukan di
rumah (Santrock, 2014:455). Kemitraan yang baik antara orang tua dan pihak
sekolah terbukti menjadi sebagai salah satu prediktor keberhasilan pengembangan
sosial dan penyesuaian sosial anak ketika di sekolah (Kang, Horn, & Palmer, 2017).

2. Strategi Pengembangan Sosial dan Penyesuaian Sosial Anak Usia Dini oleh
Pihak Sekolah
Selain pihak keluarga, pihak sekolah juga berperan penting dalam keberhasilan
pengembangan sosial dan penyesuaian sosial anak usia dini. Hal ini karena ketika anak
mulai memasuki dunia prasekolah, selain di rumah sebagian besar waktu anak di
habiskan di sekolah. Hal ini kemudian membuat peran sekolah juga menjadi penting
dalam keberhasilan pengembangan sosial dan penyesuaian sosial anak. Anak-anak yang
bersekolah di sekolah yang memiliki program pengembangan sosial yang baik terbukti
memiliki kemampuan sosial yang lebih baik (Taylor & Oberle, 2017). Namun,
keberhasilan pengembangan sosial dan penyesuaian sosial anak oleh pihak sekolah
tidak terlepas dari peran guru. Hal ini karena di dalam sekolah, guru merupakan pihak

5
utama yang langsung berhubungan dengan anak dalam proses pembelajaran. Guru juga
merupakan seseorang yang paling dekat dengan hidup anak setelah keluarga, dan
merupakan sosok pribadi yang bisa menjadi panutan dan teladan, sehingga setiap
perkataan, perbuatan, dan tingkah laku guru akan menjadi perhatian anak. Oleh karena
itu, tugas guru bukan hanya mengajar tetapi yang lebih penting adalah bagaimana
memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak, salah satunya perkembangan
sosial dan penyesuaian sosial anak (Maryatun, 2016).
Mengingat pentingnya peran pihak sekolah dalam keberhasilan pengembangan
sosial dan penyesuaian sosial anak usia dini, maka pihak sekolah khususnya guru harus
menerapkan strategi-strategi yang tepat untuk mengembangkan perkembangan sosial
dan penyesuaian sosial anak. Berikut ini beberapa strategi yang dapat diterapkan oleh
guru dalam mengembangkan perkembangan sosial dan penyesuaian sosial anak usia
dini selama disekolah, yaitu:
a. Menyediakan kegiatan-kegiatan yang dapat menstimulasi anak
Untuk dapat mengembangkan perkembangan sosial dan penyesuaian sosial anak,
maka guru harus menyediakan kegiatan-kegiatan yang dapat menstimulasi
perkembangan sosial dan penyesuaian sosial, baik dalam kegiatan pembelajaran
maupun aktivitas diluar kegiatan pembelajaran. Didalam kegiatan pembelajaran
guru dapat memberikan kegiatan yang mengharuskan anak untuk berinteraksi dan
bekerjasama dengan anak lain, sehingga dapat menstimulasi perkembangan sosial
dan penyesuaian sosial anak (Morrison, 2016:638).
b. Menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan mendukung
Pihak sekolah khususnya guru harus menciptakan lingkungan sekolah yang aman
dan mendukung perkembangan dan penyesuaian sosial anak. Hal ini karena ketika
di sekolah anak menghabiskan waktu di lingkungan sekolahnya, mulai dari
berangkat sampai dengan pulang sekolah (Morrison, 2016, p. 638). Pengaturan
lingkungan sekolah ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan non fisik.
Lingkungan fisik menekankan pada pengaturan ruang kelas sedangkan lingkungan
non fisik lebih ditekankan pada pengaturan hubungan dan komunikasi yang baik
dan terbuka antara guru dengan anak (DeMeulenaere, 2015). Dengan adanya
hubungan yang baik antara guru dan anak terbukti dapat mendukung perilaku sosial
dan penyesuaian sosial yang baik pada anak selama di sekolah. Selain itu, hubungan

6
yang baik antara guru dan anak-anak juga terbukti memiliki intervensi bagi anak-
anak dengan perilaku yang bermasalah di sekolah (Pavelka, 2016).
c. Memberikan contoh perilaku sosial yang baik kepada anak
Guru juga merupakan sosok pribadi yang bisa menjadi panutan atau role model bagi
anak setelah orang tua. Oleh karena itu setiap perkataan, perbuatan, dan tingkah laku
guru akan menjadi perhatian bagi anak didiknya, sehingga guru harus memberikan
contoh perilaku sosial yang baik agar perilaku sosial anak juga baik. Hal ini karena
segala perkataan, perbuatan, dan tingkah laku guru akan di contoh oleh anak
didiknya (Maryatun, 2016).
d. Memberikan umpan balik terhadap perilaku sosial yang dilakukan anak
Pendidik sebaiknya memberikan umpan balik terhadap perilaku sosial yang baik
yang sudah dilakukan oleh anak. Dengan pemberian umpan balik terhadap perilaku
sosial yang baik dari anak akan membuat anak semakin termotivasi untuk berprilaku
sosial yang baik. Umpan balik yang dapat diberikan guru atas perilaku sosial anak
yaitu dapat berupa pujian yang menyenangkan (misalnya “bagus sekali” atau “kamu
hebat”), dengan senyuman, pelukan, atau dengan memberikan sesuatu (misalnya
stiker, atau tanda bintang) (Morrison, 2016:638).
e. Membangun kemitraan dengan orang tua
Salah satu hal yang perlu diperhatikan pihak sekolah dalam rangka pengembangan
sosial dan penyesuaian sosial anak terkait kemitraan dengan orang tua. Hal ini
karena pada masa usia dini waktu anak lebih banyak berada di lingkungan keluarga
sehingga bagaimana pengasuhan yang diberikan oleh orang tua sejak anak
dilahirkan sangat menentukan perkembangan sosial anak. Oleh karena itu, pihak
sekolah harus membangun kemitraan dan mengembangkan visi bersama dengan
orang tua dalam strategi-strategi pengembangan sosial dan penyesuaian sosial anak,
sehingga terjadi kesinambungan strategi pengembangan sosial dan penyesuaian
sosial anak baik di sekolah maupun ketika di rumah (Santrock, 2014:455).
Kemitraan yang baik antara orang tua dan pihak sekolah terbukti sebagai salah satu
prediktor keberhasilan pengembangan sosial dan penyesuaian sosial anak ketika di
sekolah (Kang, Horn, & Palmer, 2017).

7
KESIMPULAN
Perkembangan sosial dan penyesuaian sosial merupakan salah satu aspek
perkembangan yang harus dikembangkan sejak usia dini. Hal ini karena pola perilaku dan
sikap sosial yang dibentuk pada masa usia dini cenderung menetap. Anak yang memiliki
perkembangan sosial yang baik di masa usia dini mempunyai kemungkinan yang lebih
besar untuk dapat bersosialisasi dengan baik ketika telah tumbuh dewasa. Selain itu
kemampuan sosial dan penyesuaian sosial yang dilakukan anak-anak meninggalkan ciri
pada konsep diri mereka. Ketika anak berhasil melakukan penyesuaian sosial dengan baik
di masa kanak-kanak, maka ketika telah dewasa anak akan cenderung lebih mudah juga
dalam melakukan penyesuaian sosial. Sebaliknya, anak yang tidak berhasil melakukan
penyesuaian sosial yang baik pada masa kanak-kanak, ketika dewasa cenderung akan
berkembang menjadi individu yang introvert, egosentris, tidak sosial, atau bahkan anti
sosial, dan kebahagiannya di masa dewasa akan terganggu.
Untuk dapat mengembangkan perkembangan sosial dan penyesuaian sosial yang
baik pada anak, maka dibutuhkan strategi pengembangan yang tepat oleh pihak keluarga
dan juga pihak sekolah. Strategi yang dapat diterapkan oleh pihak keluarga antara lain yaitu:
menerapkan pola asuh yang baik, membangun hubungan yang hangat dan akrab dengan
anak, memberikan contoh perilaku sosial yang baik kepada anak, memberikan kesempatan
kepada anak untuk bersosialisasi mengajari anak cara berbicara yang baik dan sopan,
memberikan motivasi dan bimbingan kepada anak, dan membangun kemitraan dengan
pihak sekolah. Sementara itu, strategi yang dapat diterapkan oleh pihak sekolah antara lain
yaitu: menyediakan kegiatan-kegiatan yang dapat menstimulasi anak, menciptakan
lingkungan sekolah yang aman dan mendukung, memberikan contoh perilaku sosial yang
baik kepada anak, memberikan umpan balik terhadap perilaku sosial yang dilakukan anak,
dan membangun kemitraan dengan orang tua.

8
DAFTAR PUSTAKA

Brooks, J. (2011). The Process of Parenting. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Cheung, R. Y., Boise, C., Cummings, M., & Davies, P. T. (2018). Mothers’ and Fathers’
Roles in Child Adjustment: Parenting Practices and Mothers’ Emotion Socialization
as Predictors. Journal of Child and Family Studies , 1-11.

DeMeulenaere, M. (2015). Promoting Social and Emotional Learning in Preschool.


Dimensions of Early Childhood, 43(1), 8-10.

Eisenberg, N., & Mussen, P. H. (1989). The roots of prosocial behavior in children. United
Kingdom : Cambridge University Press .
Hurlock, E. B. (1998). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Johnson, S. K. (2016). Adolescents’ Character Role Models: Exploring Who Young People
Look Up to as Examples of How to Be a Good Person. Research in Human
Development, 126-141.

Kang, J., Horn, E. M., & Palmer, S. (2017). Influences of Family Involvement
in Kindergarten Transition Activities on Children’s Early School Adjustment. Early
Childhood Educ Journal, 45,789–800.

Maryatun, I. B. (2016). Peran Pendidik Paud Dalam Membangun Karakter Anak. Jurnal
Pendidikan Anak, 5(1), 747-752.
Morrison, G. S. (2016). Pendidikan Anak Usia Dini Saat Ini. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Pavelka, A. (2016). The Impact of Teacher-Child Relationships on Social Adjustment and


Behaviour in Schools . Journal of Initial Teacher Inquiry , 2,1-4 .

Ren, L., Bi Ying, & Song, Z. (2019). Child routines mediate the relationship between
parenting and socialemotional development in Chinese children. Children and Youth
Services Review, 98,1-9.

Santrock, J. W. (2014). Child Development, Fourteenth Edition. New York: McGraw-Hill


Education.

Serrano-Villar, M., Huang, K.-Y., & Calzada, E. J. (2017). Social Support, Parenting, and
Social Emotional Development. Child Psychiatry Hum Development, 48,597-609.

Smith, L. L., & Elliott, C. H. (2011). Child Psychology & Development For Dummies.
Indiana: Wiley Publishing.

Taylor, R. D., & Oberle, E. (2017). Promoting Positive Youth Development Through
School-Based Social and Emotional Learning Interventions: A Meta-Analysis of
Follow-Up Effects. Child Development, 88(4), 1156-1171.

Anda mungkin juga menyukai