Anda di halaman 1dari 14

Pola Komunikasi Keluarga Dalam Pengambilan Keputusan

Pernikahan Usia Dini (Studi Kasus Di Desa Patuguran


Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan)

Muhammad Ainun Najib


Institut Agama Islam Negeri Jember
Najiebmuhammad.919@gmail.com

Abstrak
Riset ini dengan judul: “Pola Komunikasi Keluarga Dalam Pengambilan Keputusan Pernikahan
Usia Dini( Studi kasus Di Desa Patuguran Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan)” hendak
berupaya mengkaji bagaimana metode berbicara dalam keluarga terkait dengan pengambilan
keputusan pernikahan usia dini, sebab memandang realitas yang sudah ada saat ini banyak
yang melaksanakan pernikahan usia dini dari sini penulis memandang apakah pola
komunikasi keluarga dalam pengambilan keputusan tersebut sanggup membentuk keluarga
yang sakinah. Ada pula Tujuan riset ini merupakan buat mengenali tahapan pengambilan
keputusan pernikahan usia dini di dalam keluarga, untuk mengetahui faktor-faktor
pernikahan dini serta buat mengenali Pola komunikasi keluarga dalam pengambilan
keputusan pernikahan usia dini di Desa Patuguran, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan.
Tata cara yang digunakan dalam riset ini merupakan Metode kualitatif dengan perlengkapan
pengumpulan informasi lewat wawancara mendalam( in- dept interview) terhadap beberapa
elemen warga serta lewat observasi lapangan. Banyaknya permasalahan perkawinan dini di
Desa patuguran kecamatan rejoso kabupaten pasuruan ialah perihal yang melanggar Undang-
Undang pernikahan no 1 tahun 1974.
Berartinya kedudukan orang tua dalam berbicara dengan anaknya secara kreatif serta aktif
yang membuat anak merasa aman di dalam keluarga dan mengawasi pergaulannya. Serta para
anak muda harusnya berpikir secara matang baik dari segi raga, mental, emosi, tanggung
jawab buat mengambil suatu keputusan yang tidak cuma berakibat pada jangka pendek
hendaknya namun memikirkan jangka panjang yang hendak mereka tempuh.

Keyword: Pola Komunikasi Keluarga, Tahapan Pengambilan Keputusan, Pernikahan Dini

PENDAHULUAN
Di dalam kehidupan keseharian kita tidak hendak sempat terlepas dari aktivitas
komunikasi apalagi nyaris segala waktu yang kita habiskan merupakan buat berbicara
dengan orang lain. Secara siuman ataupun tanpa kita sadari, kita bisa menghitung dari
waktu ke waktu, senantiasa ikut serta dalam komunikasi yang bertabiat rutinitas,
sebagian jam waktu yang kita pakai dalam berdialog, menyaksikan tv, belajar serta
lain- lain. Seberapa jauh komunikasi berfungsi berarti dalam kehidupan manusia serta
waktu yang diluangkan dalam proses komunikasi sangat besar. Mencuat persoalan
berapa banyak waktu yang digunakan dalam proses komunikasi di dalam keseharian.

1
Komunikasi ialah ikatan kontak antar serta antara manusia, baik orang ataupun
kelompok. Dalam kehidupan tiap hari disadari ataupun tidak komunikasi merupakan
bagian dari kehidupan manusia. Tiap orang hidup dalam warga, semenjak bangun
tidur hingga tidur lagi manusia tetap ikut serta dalam komunikasi. Komunikasi bisa
berlangsung tiap dikala, dimana saja, kapan saja, oleh siapa saja serta dengan siapa
saja. Sejak lahir manusia telah mengadakan ikatan dengan kelompok warga
sekelilingnya. Kelompok awal yang dirasakan orang yang baru lahir yakni keluarga.
Dalam keluarga yang sebetulnya, komunikasi ialah suatu yang wajib dibina, sehingga
anggota keluarga merasakan jalinan yang dalam dan silih memerlukan.
Tiap keluarga mempunyai permasalahan yang berbeda- beda dengan yang lain.
Permasalahan yang mencuat bermacam- macam, misalnya keluarga yang memiliki
anak anak muda. Keluarga yang memiliki anak anak muda kerap kali memunculkan
stress paling utama pada kedua orang tuanya. Keluarga yang mempunyai anak anak
muda mengalami suasana yang tidak gampang baik untuk anak muda ataupun kedua
orang tuannya.
Perbandingan dalam metode pandang serta mau kebebasan, anak muda mau
dikira berusia, namun masih diperlakukan semacam anak kecil serta tergantung pada
orang tua. Konflik yang terjalin pada keluarga yang mimiliki anak anak muda
menimbulkan orang tua jadi lebih emosional terhadap anak remajanya. Perihal ini
yang bisa merendahkan mutu komunikasi, ataupun bisa pula menimbulkan anak anak
muda kurang terbuka terhadap orang tua mereka.
Ikatan yang tidak harmonis serta mutu yang tidak baik dalam keluarga
membuat anak muda mencari metode ataupun pelarian dengan melaksanakan aksi
yang negatif. Misalnya memakai narkoba serta pergaulan bebas ( free sex) yang
berakibat kehamilan di luar nikah. Perkawinan saat sebelum umur 18 tahun pada
biasanya terjalin pada perempuan Indonesia di pedesaan serta pembelajaran wanita
yang lebih besar terpaut erat dengan pernikahan umur anak muda yang lebih lelet.
Kehamilan di luar nikah menimbulkan para orang tua terpaksa mengambil keputusan
buat menikahkan anaknya pada umur yang belum matang ataupun pada usia remaja 1.
Islam memandang kalau perkawinan ialah suatu yang luhur serta sakral,
bermakna ibadah kepada Allah, menjajaki Sunnah Rasulullah serta dilaksanakan atas
dasar keikhlasan, tanggungjawab, serta menjajaki ketentuan- ketentuan hukum yang
wajib diindahkan, Islam disyariatkan cuma buat membagikan kemaslahatan kepada
segala manusia serta menghindarkannya dari kemafsadatan. Salah satu pentunjuk
Allah Swt dalam syariat Islam merupakan diperintahkannya menikah serta
diharamkannya berzina Perintah nikah ialah salah satu implementasi maqashid
syariah yang 5 ialah hifzhul nasl( melindungi generasi). dengan demikian, untuk yang
hendak melakukan perkawinan, demi melindungi keabsahannya, sebaiknya
menguasai pentujuk agama serta negeri supaya hingga pada hakikat.
Hukum asal pernikahan yaitu jawaz/mubah (dibolehkan). Jumhur ulama’
berpendapat bahwa nikah hukumnya sunah. Sementara az-Zahiri menyatakan wajib.
Menurut Ulama Malikiyah, bagi sebagian orang sunnah, sebagian lainnya mubah.

1
Abdul Latif, Pola Komunikasi Keluarga Dalam Pengambilan Keputusan Perkawinan Usia Remaja (Studi di Desa
Lempuh Kecamatan Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues), Skripsi, 2019, hlm.1

2
Perubahan hukum ini mengikuti berbagai latarbelakang penyebab terjadinya
perkawinan.2
Dalam bukunya Ny. Soemijati, S.H., disebut bahwa: tujuan perkawinan dalam Islam
adalah untuk memenuhi tuntutan hajat tabiat kemanusiaan, berhubungan antara laki-
laki dan perempuan dalam rangka mewujudkan suatu keluarga yang bahagia dengan
dasar cinta dan kasih sayang, untuk memperoleh keturunan yang sah dalam
masyarakat dengan mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah diatur oleh syariah. 3
Pernikahan adalah sesuatu yang terlihat sederhana, namun sebenarnya begitu
komplek jika sudah dijalani karena pernikahan tidak hanya menyatukan dua manusia
saja melainkan juga menyatukan dua keluarga, dua sifat, karakter, dan kebiasaan yang
berbeda. Memilih untuk menikah diusia dari pada melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi itu boleh-boleh saja, dalam pernikahan diusia dini yang menjadi
permasalahn bukan berupa umur yang terlalu muda atau pendidikan yang rendah
melainkan kesiapan seseorang tersebut untuk menikah, baik siap mental, fisik dan
finansial.
Desa Patuguran merupakan salah satu kampung dari 16 kampung di Kecamatan rejoso
yang masih banyak melakukan pernikahan di usia dini, setiap pernikahan yang
berlangsung rata-rata masih remaja dan hampir setiap tahunnya ada peningkatan.
Berangkat dari permasalahan diatas, penulis tertarik untuk mengangkat kasus
pernikahan dini yang terjadi di daerah tersebut untuk diangkat menjadi sebuah judul
penelitian dan disusun dalam bentuk jurnal dengan judul “Pola komunikasi keluarga
dalam pengambilan keputusan pernikahan usia dini di Desa Patuguran Kecamatan
Rejoso Kabupaten Pasuruan”

Berdasarkan konteks masalah yang diuraikan, maka dapat dirumuskan fokus


permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana tahapan pengambilan keputusan orang tua tehadap pernikahan usia
dini dalam keluarga?

2. Bagaimana faktor-faktor pernikahan usia dini di Desa Patuguran, Kecamatan


Rejoso, Kabupaten Pasuruan?

3. Bagaimana pola komunikasi keluarga dalam pengambilan keputusan


pernikahan usia dini di Desa Patuguran Kecamatan Rejoso Kabupaten
Pasuruan?

2
Mayadina Rohmi Musfiroh, Pernikahan Dini dan Upaya Perlindungan Anak di Indonesia, jurnal hukum dan
syari’ah (Vol. 8, No. 2, 2016), hlm. 68.
3
Mohammad Syafiuddin, Dampak Pernikahan Dini Terhadap Pembentukan Keluarga Sakinah, hlm. 2-3.

3
METODE PENGABDIAN
Lokasi kegiatan ini berada di Desa Patuguran Kecamatan Rejoso Kabupaten
Pasuruan. Dimana desa Patuguran ini diidentifikasi sebagai desa yang memiliki
jumlah pernikahan dini paling banyak. Sasarannya yaitu remaja Desa Patuguran
Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan. Penulis dalam penelitiannya menggunakan
metode kualitatif (penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati) dengan alat
pengumpulan data melalui wawancara mendalam (in-dept interview) dan observasi
lapangan. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah orang yang melakukan
pernikahan di usia dini, buku dan bahan materi yang terkait dengan pernikahan dini
dan pengaruhnya terhadap keluarga sakinah.
Pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan teknik wawancara. Dalam
penelitian ini yang dianalisis adalah data yang terkumpul dalam transkip wawancara
dengan para pelaku pernikahan dini di Desa Segoropuro Kecamatan Rejoso Kabupaten
Pasuruan. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis non statistic.
Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data yang terkumpul dari hasil
wawancara terhadap pelaku pernikahan dini.
PEMBAHASAN
1) Pola Komunikasi Keluarga

Pola komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi dalam keluarga


dimana sumber adalah orangtua kepada anaknya ataupun anak kepada
orangtua yang mempunyai pola-pola tertentu.4
Keluarga Adalah suatu istitusi yang terbentuk kerena ikatan perkawinan antara
sepasang suami-istri untuk hidup bersama, seiring dan setujuan dalam
membina rumah tangga untuk mencapai keluarga sakinah dalam lindungan
dan rhido Allah SWT, yang didalamnya ada ayah dan ibu, juga ada anak yang
menjadi tanggung jawab orang tua. Namun, dalam penelitian ini, peneliti
hanya memfokuskan keluarga yang mempunyai anak perempuan sudah
menikah di usia 17-18 tahun.
Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common). Istilah
komunikasi atau communication berasal dari Bahasa latin, yaitu
communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya
communis, yang bermakna umum atau bersama-sama. Para ahli
mendefinisikan komunikasi menurut sudut pandang mereka masing-masing.
Komunikasi menurut Sarah Trenholm dan Arthur Jensen (1996:4)
mendefinisikan komunikasi demikian : “A process by which a source transmits a
message to a receiver through some channel.” (komunikasi adalah suatu proses
dimana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beragam
saluran.)5
4
A. Sari, A. V. S. Hubeis, S. Mangkuprawira, dan A. Saleh, Pengaruh Pola Komunikasi Keluarga dalam Fungsi
Sosialisasi Keluarga terhadap Perkembangan Anak, jurnal komunikasi pembangunan, (2010, Vol. 08, No. 2),
hlm.37
5
WIRYANTO. Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT.Grasindo, 2004), hal. 6.

4
Komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung secara timbal balik dan
silih berganti, bisa dari orang tua ke anak atau dari anak ke orang tua, atau dari
anak ke anak. Keluarga secara umum adalah kumpulan dua orang atau lebih
yang saling hidup bersama dengan ketertarikan aturan emosional dan memiliki
peran masingmasing yang merupakan bagian dari keluarga. Awal terjadinya
komunikasi karena ada suatu pesan yang ingin disampaikan. Siapa yang
berkepentingan untuk menyampaikan suatu pesan berpeluang untuk memulai
komunikasi, yang tidak berkepentingan untuk menyampaikan suatu pesan
cenderung menunda komunikasi. Persoalan muncul ketika orang tua tidak
mampu menciptakan suasana kehidupan keluarga yang kondusif misalnya,
sering terjadi konflik antara orang tua dan anak. Implikasinya adalah
renggangnya hubungan antara orang tua dan anak. Kesenjangan demi
kesenjangan selalu terjadi. Komunikasi yang baik akhirnya sukar diciptakan.
Inilah awal kehancuran hubungan antara orang tua dan anak dalam keluarga.
Pola komunikasi yang dibagun akan berpengaruh pola asuh orang tua.
Dengan pola komunikasi yang baik diharapkan akan tercipta pola asuh yang
baik pula. Anak sebagai bagian dari anggota keluarga biasanya memiliki pola
pikir yang dipengaruhi oleh lingkungan terdekatnya terutama keluarga. Selain
teman sekolah, teman bermain atau orang dewasa yang terdapat dilingkungan
anak, keluargalah yang mendominasi kehidupan anak.
Pola komunikasi keluarga yang dapat dipahami sebagai pola hubungan
keluarga dalam pengiriman dan penerimaan pesan yang dimaksud dapat
dipahami. Pola komunikasi keluarga merupakan salah satu faktor yang penting,
karena keluarga merupakan lembaga sosial pertama yang dikenal anak selama
proses sosialisasinya.

Pola komunikasi antara anggota keluarga (terutama dalam kontek


ssuamidan istri atau ayah dan ibu) terkait juga dengan fungsi peran yang secara
spesifik dijalankan oleh masing-masing individu. Fungsi peran yang biasanya
dikaitkan oleh peran suami dan istri terbagi menjadi beberapa bagian yaitu :
 menyediakan kebutuhan sandang, pangan papan
 mengelola rumah, anggaran rumah tangga, menegakkanaturan
 mengasuh,memberikan dukungan dan membimbing
 mengembangkan kemampuan dan bakat
 memenuhi kebutuhan seksual pasangan dan menjadi
panutan bagi anak (Galvin danBroomel,1986:101).

Dengan demikian, pola komunikasi dalam keluarga juga ditentukan oleh tugas
masing-masing individu dalammenjalankan perannya. Di Indonesia umumnya
istri memiliki kewenangan untuk mengelola keperluan domestik di keluarga
sedangkan suami berperan dalam menyediakan kebutuhan dan mengelola hal-
hal yang bersifat eksternal. Namun demikian, hal ini juga tergantung dari tipe
keluarga yang dianut.

Pola komunikasi disetiapkeluarga biasanya berbeda-beda tergantung


pola mana yang paling sesuai untuk setiap keluarga. Menurut Devito (1986) ada

5
empat pola komunikasi keluarga yang umum pada keluarga inti, yang terdiri
dari pola persamaan (Equality Pattern), pola seimbang-terpisah (Balance Split
Pattern), pola tak seimbang-terpisah (Unbalanced Split Pattern), pola monopoli
(Monopoly Pattern).6

 Pola Komunikasi Persamaan (Equality Pattern)


adalah setiap pasangan atau anggota keluarga memiliki peran
yang sama dalam pengungkapan pendapat, mendengarkan atau
meminta sesuatu. Pembagian peran tidak selalu sama dan satu
sama lain dapat saling berganti peran. Meskipun dalam
prakteknya yang disebut seimbang tidak selalu dapat dipraktekan
dan porsinya tidak selalu sama antara waktu kewaktu namun pola
ini masih dikatakan seimbang.

 Pola Komunikasi Seimbang Terpisah (Balance Split Pattern)


adalah pola komunikasi yang memberikan peran seimbang pada
setiap individu namun setiap individu memiliki porsi pada
otoritasnya masing-masing.

 Pola komunikasi tak seimbang terpisah (Unbalanced Split


Pattern)
adalah bentuk pola komunikasi dimana seorang pasangan atau
anggota keluarga Nampak lebih dominan. Individu tersebut
menguasai lebih dariseparuh keputusan dalam keluarga.

 Pola Komunikasi Monopoli (Monopoly Pattern)


Satu orang dipandang sebagai kekuasaan. otoritas berada pada
satu orang. Cara menyampaikan pesan cenderung bernada
perintah atau mengajarkan daripada berkomunikasi, jarang
bertanya kepada anggota keluarga yang lain, dan selalu paling
berhak menentukan keputusan akhir (DeVitto, 2001 : 359-360).

Komunikasi dalam keluarga biasanya berbentuk komunikasi interpersonal


(face to face communication) yang pada intinya merupakan komunikasi
langsung dimana masing-masing peserta komunikasi dapat beralih fungsi, baik
sebagai komunikator maupun komunikan. Selain itu yang lebih penting lagi
adalah bahwa reaksi yang diberikan masing-masing peserta komunikasi dapat
diperoleh langsung. Karena itulah keluarga dapat dikategorikan sebagai satuan
sosial terkecil dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial.

2) Pengambilan

Pengambilan berarti proses, cara atau perbuatan mengambil;


pemungutan; pengutipan dan sebagainya: yang berwenang akan
memperhatikan pengambilan barang-barang dari kawasan itu. Pengambilan

6
DamayantiWardyaningrum, Pola Komunikasi Keluarga dalam Menentukan Konsumsi Nutrisi bagi Anggota
Keluarga, Jurnal Ilmu Komunikasi, (Volume 8, Nomor 3, 2010), hlm.292.

6
yang peneliti maksud adalah pengambilan suatu keputusan di dalam keluarga
perkawinan usia remaja.

Pengambilan keputusan merupakan proses untuk membuat suatu pilihan yang


bersifat intensional dan reflektif dalam merespon kebutuhan. Proses ini
dipengaruhi masa lalu, masa sekarang dan perkiraan masa yang akan datang.
Pengambilan keputusan merupakan proses memilih dan berkomitmen atas apa
yang telah dipilih. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengambilan
keputusan adalah suatu proses memilih alternatif serta mengidentifikasi
kebutuhan untuk mencapai tujuan berdasarkan keinginan, pengetahuan dan
pengalaman.

3) Keputusan

Keputusan adalah prihal yang berkaitan dengan putusan; segala putusan yang
telah ditetapkan (sesudah dipertimbangkan dan dipikirkan). 7 Keputusan yang
dimaksud adalah keputusan perkawinan diusia remaja.

4) Pernikahan

Perkawinan pada umumnya dilakukan oleh orang dewasa dengan tidak


memandang pada profesi, agama, suku bangsa, miskin atau kaya, tinggal didesa
atau di kota. Namun tidak sedikit manusia yang sudah mempunyai
kemampuan baik fisik maupun mental akan mencari pasangannya sesuai
dengan apa yang diinginkannya.

Pernikahan adalah upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau


dilaksanakan oleh dua orang dengan maksud meresmikan ikatan perkawinan
secara hukum agama, hukum Negara, dan hukum adat. Upacara pernikahan
memiliki banyak ragam dan variasi antar bangsa, agama, budaya, maupun kelas
social. Penggunaan adat atau aturan tertentu kadang-kadang berkaitan dengan
aturan atau hukum agama tertentu pula.

Nikah (kawin) menurut arti aslinya ialah hubungan seksual tetapi menurut
majazi (methaporic) atau arti hukum ialah akad (perjanjian) yang menjadikan
halal hubungan seksual sebagai sepasang suami istri atau seorang pria dan
seorang wanita. (Ramulyo, 1996, p. 1) Secara umum pengertian pernikah dini
adalah pernikahan yang dilangsungkan saat remaja, belum atau baru saja
berakhir.

Pernikahan menurut Dariyo (2008) adalah ikatan kudus antara pasangan


dari seorang laki-laki dan seorang perempuan yang telah menginjak atau
dianggap telah memiliki umur yang cukup dewasa. Pernikahan dianggap
sebagai ikatan kudus (holy relationship) karena hubungan pasangan antara laki-
laki dan perempuan telah diakui secara sah dalam Negara ataupun dalam
Agama. Pernikahan dini atau pernikahan di usia muda adalah pernikahan yang
dilakukan oleh sepasang laki-laki dan perempuan remaja. Menurut Undang0-
undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 pasal 7 bahwa perkawinan diizinkan
7
Ernawati, Kamus Besar Indonesia..., hal. 289.

7
bila laki-laki berumur 19 tahun dan wanita berumur 16 tahun, tetapi
pemerintah mempunyai kebijakan tentang perilaku reproduksi manusia yang
ditegaskan dalam UU Nomor 10 Tahun 1992 yang menyebutkan bahwa
pemerintah menetapkan kebijakan upaya penyelenggaraan Keluarga
Berencana.

5) Remaja

Masa Remaja adalah fase tertentu dalam kehidupan. Perubahan-perubahan


yang terjadi pada seseorang karena baliq, dalam beberapa hal sangat mungkin
mengubah jalan hidupnya dan sampai akhir usia ia berada dalam kondiai yang
tak diinginkannya. masa remaja dalam kondisi normal sekalipun, menyebabkan
guncangan-guncangan yang cukup besar pada kepribadian para remaja. Dan
mungkin guncangan-guncangan ini membuat kesal orang-orang dewasa yang
berhubungan langsung dengan remaja.8

Masa remaja merupakan masa yang sangat penting dalam perkembangan


seseorang. Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia
yang batasan usia maupun peranannya seringkali tidak jelas (Mansur, 2009).
Remaja merupakan kelompok usia tertentu yang definisinya berbeda di tiap
Negara. WHO mendefinisikan masa remaja sebagai periode antara umur 10-18
tahun, Sedangkan PBB mendefinisikan orang muda (youth) sebagai periode 15-
24 tahun, Sedangkan pada saat ini digunakan definisi yang luas pada remaja
yaitu kelompok umur 10-24 tahun (Nirwana, 2011).

Secara psikologi, masa remaja adalah usia di mana individu berinteraksi dengan
masyarakat dewasa, Pandangan ini diungkapkan oleh Piaget dengan
mengatakan masa remaja adalah usia di mana anak tidak lagi merasa dibawah
tingkat orang-orang yang lebih tua melainan berada dalam tingkatan yang
sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat
(dewasa) mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan
masa puber. Termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok.

Adapun Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya
perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun,
adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia dan sering
disebut masa pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dari masa anak
ke masa dewasa (Widyastuti, Rahmawati dan Purnamaningrum, 2009).

Remaja dalam penelitian ini ialah remaja perempuan yang sudah menikah di
usia 17-18 tahun sedangakan yang laki-laki diatas itu.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku remaja adalah, sebagai


berikut :

a. Faktor Pribadi

8
Farzaneh Samadi, Panduan Islami dalam memahami remaja putri masa kini (Jakarta: Pustaka Zahra, 2004), hal. 20

8
Setiap anak berkepribadian khusus. Keadaan khusus pada anak, bisa
menjadi sumber munculnya berbagai perilaku menyimpang. Keadaan
khusus ini adalah keadaan konstitusi, potensi, bakat atau sifat dasar
pada anak yang kemudian melalui proses perkembangan, kematangan
atau perangsangan dari lingkungan menjadi aktual, muncul atau
berfungsi.

b. Faktor Keluarga
Keluarga adalah unit sosial paling kecil dalam masyarakat yang perannya
besar sekali terhadap perkembangan sosial, terlebih pada awal-awal
perkembangannya yang menjadi alasan bagi perkembangan kepribadian
selanjutnya.

c. Faktor Lingkungan Sosial


Lingkungan sosial dengan berbagai ciri khususnya memegang peranan
besar terhadap munculnya dan gambaran kepribadian seorang remaja.
Apalagi kalau tidak didukung oleh kemantapan dari kepribadian dasar
yang terbentuk dalam keluarga.

Dalam pembahasan ini, akan dijelaskan hasil penulisan yang diperoleh dari
pengumpulan data wawancara melalui informan selama mengadakan penelitian di
Desa Patuguran Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan, sebagai berikut ini :
1. Tahapan pengambilan keputusan masing-masing informan di Desa
Patuguran Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan.

Salah satu fungsi berpikir ialah menetapkan keputusan. Proses ini


dipengaruhi masa lalu, masa sekarang dan pikiran masa yang akan
datang. Pengambilan keputusan merupakan tahapan memilih dan
berkomitmen atas apa yang telah dipilih. Setiap keputusan yang di ambil
akan disusul oleh keputusankeputusan lainnya yang berkaitan. Tahapan
pengambilan keputusan memberikan peranan penting dalam
pembaharuan. Hal ini dapat dimaklumi mengingat untuk mengambil
suatu keputusan dihadapkan pada dua pilihan yaitu untuk mengambil
keputusan atau tidak mengambil perubahan jika ada beberapa pilihan.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara yang telah


dilakukan dengan informan yang melakukan pernikahan dini di Desa
Patuguran Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan adalah bahwa
kebanyakan mereka menikah di usia dini ialah karena atas dasar
kemauan diri sendiri(suka sama suka), bukan karena paksaan meskipun
ada sebagian dari mereka yang dijodohkan oleh orang tuanya dan ada
pula yang terpaksa menikah di usia dini karena menuruti kemauan
orang tua yang telah menjodohkannya. Menurut pengakuan mereka
yang menikah muda karena kemauan sendiri, mereka yang ingin segera
menikah agar tidak terjerumus kepada hal-hal yang tidak diinginkan,
seperti berzina dan lain sebagainya, hal ini juga yang di khawatirkan
orang tua apalagi ada diantara anaknya ada yang melakukan pacaran.

9
Pernikahan usia dini di Desa Patuguran Kecamatan Rejoso
Kabupaten Pasuruan bukanlah bagian dari adat di desa tersebut, di desa
tersebut sudah tidak ada lagi adat yang membatasi atau mengharuskan
mereka untuk menikah di usia-usia tertentu.

Pengambil keputusan yang akan menentukan pilihan. Keputusan


mengenai perilaku yang dinilai baik dalam situasi yang dihadapi
senantiasa melibatkan pertimbangan - pertimbangan untung atau rugi.

Begitupun ada yang memberikan penjelasan bahwasannya sudah


dijodohkan dari jauh-jauh hari, karena ingin tali persaudaraan sanak
family tidak putus yaitu dengan cara menikahkan anaknya dengan
teman dekatnya orang tua sang anak. Meski hal ini kesannya sang anak
seperti dikekang dan hidup dizaman siti nur baya

Meskipun dilihat dari segi ekonomi para pelaku pernikahan dini, pada
awal sebelum melakukan pernikahan masih ada yang bergantung pada
orang tua tapi setelah menikah mereka sudah bisa mandiri dan tidak lagi
bergantung kepada orang tua untuk memenuhi kebutuhan ekonomi
keluarga barunya.

Pasangan yang menikah di usia dini mereka tak ingin lagi


bergantung kepada orang tua, mereka termotivasi untuk bekerja, hidup
mandiri untuk menafkahi keluarga sehingga perekonomian mereka bisa
terpenuhi dengan usaha mereka sendiri tanpa bergantung lagi.

2. Faktor-faktor pernikahan usia dini di Desa Patuguran, Kecamatan


Rejoso, Kabupaten Pasuruan?

Adapun faktor utama yang mempengaruhi para masyarakat Desa


Patuguran Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan menikah itu Adalah
orang tua yang sudah menjodohkan, selain faktor usia, jikalau memang
sudah menemukan pasangan yang dianggap cocok dan sudah siap, maka
menikah adalah hal biasa dan lumrah.

adapun mereka para remaja menikah di usia dini dengan minimnya


pendidikan yang mereka tempuh tetapi tidak menjadikan kendala bagi
mereka untuk mengahargai arti dari sebuah pernikahan yang telah
mereka lakukan. Bahkan bagi mereka tidak ada kata menyesal dalam
melakukan pernikahan di usia dini yang dimana saat-saat usia itu
banyak remaja yang menghabiskan waktunya untuk bermain dengan
teman-temannya menikmati masa mudanya. Tetapi bagi mereka yang
menikah pada usia dini itu mereka senang dengan punya kehidupan
yang baru tersebut, meskipun pada awalnya semua kehidupan itu asing
bagi mereka.

Dari beberapa informan yang telah penulis wawancarai maka mereka


menjawab alasan atau faktor yang menjadikan mereka menikah di usia
dini antara lain yaitu karena keinginan sendiri, karena cinta(suka sama

10
suka), dan karna orang tuanya yang sudah menjodohkan mereka dari
jauh-jauh hari atau ada perjanjian kepada kedua belah pihak.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan penulis, maka


penulis menyimpulkan bahwa yang menjadi faktor pernikahan dini di
masyarakat Desa Patuguran Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan
adalah karena di jodohkan, alasannyaTidak lama-lama pacaran karena
khawatir berbuat maksiat hal ini yang orang tua khawatirkan, Keinginan
dari setiap pasangan, dan Dorongan atau keinginan dari orang tua meski
ada jarak usia yang lumayan jauh antara sang suami dan istri itu bukan
menjadi masalah bagi mereka.

3. Pola komunikasi keluarga dalam pengambilan keputusan


pernikahan usia dini di Desa Patuguran Kecamatan Rejoso
Kabupaten Pasuruan

Adapun pola komunikasi yang dibangun oleh kedua belah pihak dalam
hal pengambilan keputusan pernikahan usia dini ialah adanya hubungan
yang baik diantara keluarga keduanya sehingga pola komunikasi yang
dijalani berjalan sewajarnya dan tanpa ada kesulitan apapun kebayakan
yang penulis alami saat proses pengamatan ialah Pola Komunikasi Tidak
Seimbang Terpisah (Unbalanced Split Pattern) yang banyak dijumpai,
meskipun dalam pola komunikasi sendiri ada empat pola komunikasi
sseperti pola persamaan (Equality Pattern), pola seimbang-terpisah (Balance
Split Pattern), pola tak seimbang-terpisah (Unbalanced Split Pattern), pola
monopoli (Monopoly Pattern).

A. DATA WAWANCARA INFORMAN PERNIKAHAN USIA DINI DI DESA PATUGURAN


KECAMATAN REJOSO KABUPATEN PASURUAN PADA TAHUN 2018-2020

No Tahun Nama suami Nama istri Umur suami Umur istri Alamat
menikah

1. 2018 Mukhammad Lailatul 35 tahun 18 tahun Dusun Kampung baru,


Faizin mukarromah Rt/Rw : 06/02, Desa
Patuguran.

2. 2018 Ali usman Syafinah 32 tahun 17 tahun IKUT SUAMI/PINDAH


KELUAR KOTA

2. 2019 Hosen Khalimatus sa’diyah 21 tahun 17 tahun Dusun Kampung baru,


Rt/Rw : 06/02, Desa
Patuguran.

3. 2019 Supriyadi Vivi nur handayani 22 tahun 18 tahun Dusun Rekesan,


Rt/Rw : 06/02, Desa
Patuguran.

11
4. 2019 Ahmad Safi’udin Juharotul laili 26 tahun 18 tahun Dusun Panjen, Rt/Rw :
03/01, Desa Patuguran.

5.. 2019 M. Suep Sulis rakhmawati 24 tahun 18 tahun Dusun Kampung baru,
Rt/Rw : 06/02, Desa
Patuguran.

6. 2020 Abdul qodir Khusniati 28 tahun 18 tahun IKUT SUAMI/PINDAH


KELUAR KOTA

7. 2020 Sohibul anwar Lailatul farida 19 tahun 18 tahun IKUT SUAMI/PINDAH


KELUAR KOTA

8. 2020 Moh. Sudi Siti muawanah 21 tahun 18 tahun IKUT SUAMI/PINDAH


KELUAR KOTA

9. 2020 Syamsul Arifin Wahyu Ningsih 21 tahun 17 tahun IKUT SUAMI/PINDAH


KELUAR KOTA

Sumber : Buku Catatan Pernikahan KUA Rejoso Tahun 2018-2020.

Dengan adanya tabel diatas ini dapat diketahui banyaknya pernikahan usia dini yang
dibawah usia minimal 19 tahun di Desa Segoropuro Kecamatan Rejoso Kabupaten
Pasuruan dimana usia ini ditetapkan oleh negara untuk saat ini, dan jika dilihat
banyak yang melakukan pernikahan usia dini yaitu pihak perempuan disamping juga
pihak perempuan yang banyak dirugikan perihal pernikahan usia dini ini.
Dan untuk informan yang menikah usia dini pada tahun 2020 sudah pindah
lokasi ataupun ikut ke daerah suami di luar kota yang tidak bisa di wawancarai, juga
data diatas penulis dapat dari Buku Catatan Pernikahan KUA Rejoso Tahun 2018-2019.

B. Diskusi Dengan Informan

mukarromah)

C. Saran
Teruntuk bagi para remaja Desa Patuguran Kecamatan Rejoso Kabupaten
Pasuruan, Sebelum mengambil keputusan lebih baik berfikir secara matang untuk
mengambil sebuah keputusan yang tidak hanya berdampak dalam jangka pendek
namun juga untuk dampak jangka panjang dalam hal ini ialah pernikahan. Dan
untuk orang tuav selain mengawasi pergaulan sang anak, orang tua tidak hanya
memberikan kebutuhan material melainkan spiritual juga disamping
12
berkomunikasi dengan remaja agar secara kreatif dan aktif agar sang anak merasan
nyaman dalam keluarga.
Semoga penelitaian ini dapat memberikan nuansa baru bagi yang hendak
melakukan penelitian serupa lebih mendalam serta dapat memperbaiki penelitian
ini lebih sempurna lagi mengenai pola komunikasi keluarga dalam pengambilan
keputusan perkawinan usia remaja.

KESIMPULAN

Peran orang tua sangat penting dalam pengambilan keputusan pada seorang
remaja dipengaruhi oleh sifat remaja yang sensitif terhadap penghargaan agar dapat
diakui oleh lingkungan sosialnya, ingin merasa beda dari yang lain atau memiliki
karakter yang unik sehingga menjadi sorotan tersendiri bagi orang yang melihatnya.
Anak juga memiliki hal dalam mimilih pasangan oleh karnanya, orang tua tidak
perlu memaksakan kehendak karna takut berakibat fatal bagi psikis sang anak,
walaupun niat ini baik menurut orang tua agar sang anak tidak terjerumus kejalan
kemaksiatan akan tetapi zaman sekarang bukan zaman siti nurbaya dimana anak
dinikahkan secara terpaksa hanya karna menuruti kemauan sang orang tua. Remaja
juga lemah dalam memprediksi resiko jangka panjang dikarenakan oleh ketidak
matangan kognitif yang dimiliki oleh mereka.
Berdasarkan dari hasil wawancara melaui kelima informan terkait yang penulis
dapatkan dari studi kasus di Desa Patuguran Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan
menyatakan bahwa masyarakat yang melakukan pernikahan usia dini itu dipengaruhi
oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu faktor orang tua yang paling dominan,
dijodohkan serta pengaruh lingkungan setempat seperti faktor ekonomi, pendidikan
dan pekerjaan.
Dari ke lima informan telah didapat sebuah kesamaan pola komunikasi dalam
pengambilan keputusan pernikahan usia dini di Desa Patuguran Kecamatan Rejoso
Kabupaten Pasuruan yaitu Pola Komunikasi Tidak Seimbang Terpisah (Unbalanced
Split Pattern). Dalam pola ini satu orang lebih mendominasi, satu orang dianggap
sebagai ahli lebih dari setengah wilayah komunikasi timbal balik. Ayah ataupun ibu
merupakan orang yang mendominasi dan memegang kontrol dalam keluarga.

Referensi
A. Sari, A. V. S. Hubeis, S. Mangkuprawira, dan A. Saleh, 2010, Pengaruh Pola
Komunikasi Keluarga dalam Fungsi Sosialisasi Keluarga terhadap Perkembangan Anak,
t.tp, jurnal komunikasi pembangunan, (Vol. 08, No. 2)
Buku Catatan Pernikahan KUA Rejoso Tahun 2018-2019.
Ernawati, t.th, Kamus Besar Indonesia, t.tp, t.p

13
Latif Abdul, 2019, Pola Komunikasi Keluarga Dalam Pengambilan Keputusan
Perkawinan Usia Remaja (Studi di Desa Lempuh Kecamatan Blangkejeren Kabupaten
Gayo Lues), Skripsi, t.tp, t.p
Mayadina Rohmi Musfiroh, 2016, Pernikahan Dini dan Upaya Perlindungan Anak di
Indonesia, t.tp, jurnal hukum dan syari’ah (Vol. 8, No. 2).
Samadi Farzaneh, 2004, Panduan Islami dalam memahami remaja putri masa kini
(Jakarta: Pustaka Zahra),
Syafiuddin Mohammad, t.th, Dampak Pernikahan Dini Terhadap Pembentukan
Keluarga Sakinah, t.tp, t.p
Wardyaningrum Damayanti, 2010, Pola Komunikasi Keluarga dalam Menentukan
Konsumsi Nutrisi bagi Anggota Keluarga, t.tp, Jurnal Ilmu Komunikasi (Volume 8,
Nomor 3).
WIRYANTO, 2004, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT.Grasindo).

14

Anda mungkin juga menyukai