Anda di halaman 1dari 2

 melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan

karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu
maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri[289]
ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)[290].
Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya[291], maka nasehatilah mereka
dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian
jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk
menyusahkannya[292]. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”
Nusyuz yang terjadi kepada pihak isteri setelah diusahakan dan dinasehati dan
berpisah tidur serta memukul tapi tidak berhasil berakibat gugurnya kewajiban
nafkah atas suami untuk isterinya. Dalam hal beristeri lebih dari satu maka terhadap
isteri yang bernusyuz tidak wajib nafkah.tidak wajib memberi gilirannya tetapi masih
wajib memberikan tempat tinggal.
2. nusyuz yang terjadi pada pihak laki-laki
nusyuz yang terjadi pada pihak suami apabila suami tadak mau menunaikan
kewajibannya terhadap istri.apabila terjadi demikian hendaklah diberikan nasehat-
nasehat secukupnya, agar kembali menuanaikan kewajiban kewajibanya. Apabila
kekhawatiran nusyuz itu karna istri, misalnya suami tidak lagi senang terhadap istri
yang tua, sakit yang tidak kunjung sembauh, karna muka ynag semakin berkerut, dll.
Maka Al-qur’an menerangkan dalam Q.S An-Nisa: 128 yang artinya: ”Dan jika
seorang wanita khawatir akan nusyuz[357] atau sikap tidak acuh dari suaminya,
maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-
benarnya[358], dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu
menurut tabiatnya kikir[359]. Dan jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik
dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), maka sesungguhnya Allah
adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Isi perdamaian yang dimaksud diatas diterangkan dalam hadits riwayat bukhori dan
aisyah, yaitu” ada istri yang tidak lagi memenuhi hasrat suaminya, hingga suami
nampak ingin menceraikan istrinya.kemudian ingin kawin lagi dengan wanita lain,
melihat demikian, istri mengatkan kepada suaminya” tahanlah aku dan janagna kau
ceraikan” ” kawinlah denagna perempuan lain, kubebaskan engkau dari memberi
nafkah dan mengiliri aku”. Dalam hadist tersebut tampak lah perdamaian yang jelas,
yaitu istri melepaskan hak nya untuk memberi nafkah dan giliran dari suaminya, asal
tidak cerai.
3. terjadi nya syiqaq
apabila antara suami istri terdapat pertentangan pendapat dan pertengkaran yang
memuncak hingga kedua belah pihak tidak dapat mengatasinya dan tidak mungkin
mendamaikannya sendiri maka dapat diutus seorang hakim dari pihak suami dan
hakim istri. Kasus rumah tangga yang memuncak seperti ini disebut shiqoq. Dalam
firman Alloh Q.S An-Nisa:35 yang artinya:” Dan jika kamu khawatirkan ada
persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam[293] dari keluarga
laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu
bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-
isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Tugas kedua hakim ini adalah meyelidiki dan mencari hakikat dari permasalahan
yang menimbulakan krisis itu, mencari sebab musabab yang menimbulkan
persengketaan kemudian sedapat mungkin mendamaikan kedua belah pihak, apabila
kedua belah pihah tidak dapat didamaikan. Maka keda hakam boleh mengambil
inisiatif untuk mneceraikannya dan atas prakarsa kedua hakim ini, mereka
mengajukan permasalahanya kepada hakim dan hakim memutuskan dan
menetapkan perceraian tersebut.
4. salah satu pihak melakukan perbuatan zina( fahisyah)
yang menimbulkan salaing tuduh menuduh antara keduanya. Cara menyelesaiakan
dengan cara membuktikan tuduhan yang didakwakan dengancara li’an. Li’an
sesungguhnya telah memaski gerbang putusnya perkawinan dan bahkan untuk
selama-lamanya. Karna akibat li’an adalah terjadinya talak ba’in qubro.
Tawaran penyelesaikan yang diberikan Al-Qur’an adalah antisipasi agar nusyuz, dan
shiqoq yang terjadi tidak sampai mengakibatkan terjadiya perceraian. Bagaimanapun
juga perceraiaan merupakan sesuatu yang dibenci oleh ajaran agama. Kendati
demikian apabila berbagai cara yang ditempuh tidak mendapatkan hasil, maka
perceraian merupakan jalan yang terbaik bagi keduanya belah pihak untuk
melanjutkan kehidupannya masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai