Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TEORI KONSEP DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN FILOSOFI KONSEP
DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
KONSEP DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Dosen : Dr. Dadan Suryana, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 2 :

Agung Iman Cahyadi 23022172


Ira Puspita 23022179
Sri Noer Indah Kesumawati 23022190
Nurul Annisa 23022182

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah rahmat dan
hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas.Tugas ini disusun dalam rangka tugas
Mata Kuliah Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Penyusunan tugas ini tidak terlepas dari curahan perhatian, bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak yang telah ikut berpartisipasi dalam merampungkan kesempurnaan penyelesaian
tugas ini. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah berperan. Atas segala bantuan dan partisipasinya, semoga Allah SWT
berkenan membalasnya dengan balasan kebaikan yang berlipat-lipat. Amiin.
Penulis juga menyadari dengan sepenuhya bahwa penyusunan tugas ini masih jauh dari
sempurna baik dari segi substansi maupun sistematikanya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
konstruktif sungguh sangat penyusun nantikan demi evaluasi di masa mendatang.

Sawahlunto, Oktober 2023

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

COVER ………… ................................................................................................................ i

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................. ........... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................... 4
C. Tujuan ....................................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Filosofi Konsep Dasar pendidikan Anak Usia Dini................................................... 6


1. Filosofi Pendidikan Anak Usia Dini..................................................................... 6
2. Sejarah Filosofi Pendidikan Anak Usia Dini........................................................ 7

B. Pandangan Para Filsuf............................................................................................... 10


1. Martin Luther (1436 – 1546)....................................................................... 10
2. John Amos Commenius (1592 – 1670 ) ....................................................... 10
3. Jhon Locke ( 1632 – 1704 ) ...........................................................................10
4. Jean Jaques Rousseau (1712 – 1778 )............................................................ 10
5. Johan Heinrick Pestalozzi (1746 – 1827 ) ..................................................... 11
6. Robert Owen (1771 – 1858) .......................................................................... 11
7. Friederich Wilhelm August Frobel (1782 – 1852)......................................... 11
8. John Dewey dan Teori Pendidikan Progresif................................................. 11
9. Ki Hajar Dewantara (1889 – 1959 ) ............................................................... 12

BAB III KESIMPULAN....................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsep dasar pendidikan anak usia dini sering dikaitkan dengan filsafat
pendidikan anak usia dini. Filsafat pendidikan anak bertujuan untuk membantu
merumuskan peran proses penyelenggaraan pendidikan untuk anak di dalam masyarakat,
menafsirkan peran pendidikan dan mengarahkan peran tersebut untuk merealisasikan
tujuan dalam mengabdi kepada masyarakat baik untuk masa sekarang maupun masa yang
akan datang. Bergerak dari suatu pemahaman bahwa sejak dini seorang anak telah dibekali
dengan berbagai potensi yang perlu dikembangakan, hal ini bertujuan agar kelak seorang
anak dapat menjalankan fungsi dan peranan nya sebagai manusia secara efektif dan
produktif.
Dengan mengetahui sejarah filosofi pendidikan anak usia dini dari masa sebelum
masehi hingga masa modern, kita dapat melihat proses orang-orang terdahulu memandang
anak sebagai manusia yang memiliki kebutuhan khusus, perhatian khusus yang
diperlakukan secara khusus dari manusia dewasa. Proses perkembangan ilmu
pengetahuan tentang pendidikan anak yang mulanya merupakan tanggung jawab orang
tua sebagai lingkungan terdekat anak, hingga masuknya ke masa revolusi industri dimana
masalah-masalah baru terjadi saat orang tua tidak dapat lagi hadir sepenuhnya untuk
mendidik anak-anak nya sehingga anak terlantar dan tidak begitu terperhatikan.
Dengan adanya berbagai masalah-masalah beserta halangan yang terjadi maka
lahirlah pemikiran-pemikiran dari para filsuf tentang pendidikan anak usia dini, buah
pemikiran ini yang saat kita kenal dengan istilah Filsafat Pendidikan yang menjadi dasar
dari konsep dasar pendidikan anak karena filsafat lah yang menjadi dasar dari sebuah
konsep karena konsep tanpa adanya filsafat yang melatar belakanginya adalah sesuatu
yang mustahil dan mudah terbantahkan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa peranan filsafat pendidikan pada Konsep Dasar Pendidikan Anak ?
2. Apa pertanyaan mendasar tentang anak ?
3. Apa filsafat pendidikan akan menjawab pertanyaan tentang Konsep Dasar Pendidikan
Anak?
4. Mengapa perlu mengetahui sejarah filsafat pendidikan anak ?

4
5. Bagaimana pendapat para filsuf pendidikan dalam pendidikan anak ?

C. Tujuan penulisan
Mengetahui pandangan menurut para filsuf pendidikan yaitu Martin Luther, Jhon
Amos Commenius, Jhon Locke, Jean Jaques Rousseau, Johan Heinrick Pestalozzi, Robert
Owen, Friederich Wilhelm August Frobel, Jhon Dewey, dan Ki Hajar Dewantara serta
pengaruh implikasinya terhadap kompetensi social Anak Usia Dini.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Filosofi Konsep Dasar pendidikan Anak Usia Dini


1. Filosofi Pendidikan Anak Usia Dini
Usia dini merupakan masa terjadi kematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang
siap merespon stimulasi (rangsangan) yang diberikan oleh lingkungan, masa ini
merupakan dasar pertama dalam mengembangkan potensi fisik(motorik), intelektual,
emosional, sosial, bahasa, seni dan moral spiritual.
Bergerak dari suatu pemahaman bahwa sejak dini seorang anak telah dibekali
dengan berbagai potensi yang perlu dikembangakan, hal ini bertujuan agar kelak
seorang anak dapat menjalankan fungsi dan peranan nya sebagai manusia secara
efektif dan produktif.
Pendapat (Sujiono, 2013) mengemukakan bahwa anak usia dini adalah sosok
individu yang sedang menjalani sesuatu proses perkembangan dengan pesat dan
fundamental bagi kehidupan selanjutnya.
Secara umum untuk mengenali anak dapat dirangkum dengan menjawab
beberapa pertanyaan tentang hakikat anak , siapakah anak itu ? apakah seorang anak
dibekali dengan kemampuan ketika dilahirkan? Apakah anak bisa belajar sendiri atau
perlu dibelajarkan? Apa saja dimensi perkembangan yang dimiliki oleh seorang anak?
Apakah anak memiliki karakteristik dan kebutuhan khusus? Apa lingkungan
memberikan pengaruh yang besar kepada anak untuk tumbuh dan berkembang?
Apakah anak dibekali dengan potensi kecerdasan tunggal ataukah kecerdasan yang
majemuk? Apakah anak saat lahir dibekali dengan potensi atau membawa potensi
yang kurang baik? Apakah anak bisa disamakan dengan orang dewasa?
Konsep dasar pendidikan anak usia dini sering dikaitkan dengan filsafat
pendidikan anak usia dini. Filsafat pendidikan anak bertujuan untuk membantu
merumuskan peran proses penyelenggaraan pendidikan untuk anak di dalam
masyarakat, menafsirkan peran pendidikan dan mengarahkan peran tersebut untuk
merealisasikan tujuan dalam mengabdi kepada masyarakat baik untuk masa sekarang
maupun masa yang akan datang.
Pendidikan anak usia dini harus mempunyai landasan filosofis yang jelas, sebab
suatu konsep tanpa adanya filsafat yang melatarbelakanginya adalah sesuatu yang

6
mustahil dan mudah terbantahkan. Bisa dikatakan bahwa filsafat merupakan dasar dari
sebuah konsep. Kajian filosofis tentang anak bersumber kepada filsafat pendidikan
Filsafat pendidikan melakukan kajian secara mendalam, luas serta mendasar
tentang peranan pendidikan dalam pengembangan anak dan memberikan arah yang
benar tentang apa peranan pendidikan terhadap perkembangan anak dan memberikan
arah yang benar tentang penyelenggaraan pendidikan anak, filsafat pendidikan anak
dibutuhkan untuk mengungkap dan mengkaji realitas yang sedang terjadi dalam
proses pendidikan anak.
Al-Syaibany dalam Muhmidayeli (2011:35) Filsafat pendidikan adalah
pelaksanaan pandangan filsafat dan kaidah-kaidah filsafat dalam bidang pendidikan,
berdasarkan pengertian filsafat pendidikan ini maka filsafat pendidikan anak pada
hakikatnya adalah penerapan pandangan-pandangan filsafat dalam pendidikan anak,
merupakan pengaplikasian analisis-analisis atau kajian filsafat dalam
penyelenggaraan pendidikan anak baik yang terkait dengan kurikulum, aspek
pendidikan, pendekatan, model pembelajaran, proses evaluasi dalam pendidikan anak
usia dini.
Dengan mengetahui filsafat dalam konsep pendidikan anak usia dini anak
menjawab pertanyaan mengenai bagaimana melayani anak-anak agar berkembang
degan baik? Kegiatan apa saja yang cocok dengan kemampuan anak? Kemampuan
dan kebutuhan apa saja yang harus dipenuhi anak dan dikembangkan dalam kehidupan
bermasyarakat ? nilai dan moralitas apa saja yang diperhatikan masyarakat dan
hendaknya akan diwariskan kepada anak? Bagaimana pola dan hubungan anak dengan
orang dewasa?

2. Sejarah Filosofi Pendidikan Anak Usia Dini


Menurut Suyadi dan Ulfah (2013:63- 68), ada enam (6) periodisasi
perkembangan filsafat PAUD yakni :
a. Sebelum Masehi sampai abad ke-4, anak usia dini disebut “Infanticidel”
Pada masa ini belum ada bukti yang menunujukan tentanf adanya konsep
tentang pendidikan anak prasekolah atau pendidikan anak usia dini, pada masa ini
juga belum ada konsep pertanggung jawaban orang tua terhadap anak, oleh karena
itu sepanjang sejarah ini orang tua belum meletakkan nilai-nilai kehidupan pada
anak.

7
b. Abad ke-4 sampai abad ke-13, anak usia dini disebut “Abandoning”
Pada masa ini orang tua sudah menunjukan perhatian yang agak serius
kepada anak dan memilik kesadaran terhadap adanya hak-hak anak untuk hidup,
cara pengasuhan dan pemeliharaan yang layak belum dipraktekan secara meluas
dan memadai,
c. Abad ke-14 sampai abad ke-17, anak usia dini disebut “Ambivalent”
Masa ini disebut juga dengan masa renaissance. Dikatakan demikian karena
muncul beragam ide-ide segar dan revolusioner termasuk konsep pendidikan anak
(The concept of childhood). Orang tua mempunyai hubungan terdekat dengan
anak-anak mereka, orang tua mulai mengekspresikan kasih sayang mereka kepada
anak, menghargai anak-anak yang senang dan gembira, melibatkan anak dalam
berbagai aktifitas sehari-hari. Seorang filsuf Inggris bernama John Locke
mengemukakan suatu pemikiran yang revolusioner. Menurut Jhon Locke , orang
tua harus mempunyai sikap sayang terhadap anak. Orang tua tidak boleh
mengekang dengan ketat anak-anak sampai tahun kedua. Selain itu, orang tua
harus memberi pakaian yang longgar dan kebebasan bermain serta jangan
memberi hukuman fisik kepada anak-anak. Sejalan dengan pemikiran John Locke
ini muncul pemikiran keagamaan yang berbasis pada gereja yang menyerukan
bahwa orang tua perlu menyayangi dan memberi perhatian yang serius kepada
anak. Ide revolusioner John Locke dan pemuka agama telah mengubah pandangan
masyarakat bahwa kehidupan pada masa anak adalah sesuatu yang penting dan
khusus.
d. Abad ke -18, anak usia dini disebut “Instrusive”
Pada abad ke-18 terjadi perubahan paradigma berpikir terhadap anak yakni
masa anak usia dini sangat penting sebagai masa persiapan untuk kehidupan di
masa depan. Akan tetapi pada abad ini, dogma gereja tentang dosa warisan sangat
berkembang termasuk pemahaman tentang anak. Anak yang lahir telah membawa
dosa dari orang tuanya (Aswardi Sudjud, 1997). Konsep tentang anak seperti ini
mendapat tanggapan yang berlawanan dari J.J Rousseau (1712-1778). Rousseau
dengan keberanian rasionalitas yang tajam menentang dogma gereja dengan
melontarkan pemikiran bahwa anak dilahirkan tanpa dosa. Rousseau dalam
bukunya Emile menegaskan bahwa kondisi lingkungan mempunyai kontribusi
tertentu terhadap perilaku anak untuk menjadi baik atau tidak baik. Konsep ini
dipandang valid untuk memahami pendidikan anak pada masa sekarang seperti

8
pentingnya bermain, peran pengalaman langsung dengan lingkungan, belajar
diskusi, kebebasan anak untuk mengeksplorasi, dukungan orang tua, perlakuan
manusiawi, dan lain sebagainya.
e. Abad ke-19 sampai pertengahan abad ke-20, anak usia dini disebut “Socializing”
Perubahan paradigma konsep tentang anak yang didengungkan oleh
Rousseau bahwa anak lahir tidak berdosa ternyata membawa angin segar bagi
dunia pendidikan anak. Rousseau menyatakan bahwa lima tahun pertama
kehidupan anak merupakan masa unik yang telah membuka jalan untuk
pendekatan baru dalam pendidikan anak. Gagasan tentang program pendidikan
anak prasekolah usia dini telah menimbulkan perubahan besar dalam masyarakat.
Perubahan ini semakin dipercepat dengan adanya revolusi industri yang turut
mendorong perpindahan penduduk dari desa ke kota secara besar-besaran.
Kenyataan ini justru membuat anak-anak semakin terlantar di jalanan karena tidak
ada yang mengurus mereka. Anak-anak yang “terlantar” karena orang tuanya ke
kota besar untuk bekerja ternyata menyita perhatian masyarakat. Perhatian
masyarakat akhirnya tercurah pada anak yang ditinggal di jalanan atau anak yang
tinggal di lingkungan pabrik yang tidak sehat. Hasil antisipasi masyarakat ini turut
melahirkan konsep tentang “Nursey School” atau semacam kelompok bermain,
atau Kindergarten atau Taman Kanak-kanak. Hal ini pula yang mendorong sekolah
pemerintah menyesuaikan sistemnya untuk dapat membantu anak dan pelayanan
sosialisasi anak. Periode ini menjadi babak baru munculnya pendidikan anak usia
dini secara institusional (Aswardi Sudjud, 1997).
f. Abad ke-20, anak usia dini disebut “Helping”
Lahirnya “Nursey School” atau semacam kelompok bermain atau
Kindergarten hanya berfungsi sebatas bantuan (helping). De Mause dalam
Aswardi Sudjud (1997) menegaskan bahwa lahirnya lembaga ini sebagai langkah
permulaan. Lembaga ini mengharuskan adanya kerja sama antara orang tua
dengan pendidik. Oleh karena itu, setiap lembaga bantuan anak harus mendapat
dukungan secara efektif dan komitmen orang tua sebagai syarat utama. Dengan
itu, orang tua lebih mengerti tentang kebutuhan tumbuhkembang anak. Orang tua
akan lebih mengerti dan memahami kebutuhan-kebutuhan anak yang
diekspresikan melalui permohonan yang benar. Orang tua memahami
perkembangan anak usia dini serta mengerti munculnya perilaku tertentu yang
ditunjukkan anak. Ketika orang tua mempunyai pemahaman dan pengertian

9
seperti itu, maka orang tua akan memberi bantuan atau layanan yang sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan anak. Dalam konteks inilah, maka orang tua
memberi bantuan tertentu kepada anak, sehingga orang tua mengetahui apa yang
menjadi kebutuhan seorang anak

B. Pandangan Para Filsuf

Pandangan orang tentang anak berbeda beda sesuai dengan pengetahuan,


pengalaman dan proses budaya yang berlaku dalam suatu masyarakat. Para ahli yang
berasal dari berbagai budaya dan suku bangsa serta latar belakang disiplin ilmu yang
berbeda mempunyai perspektif yang berbeda tentang anak usia dini dan pendidikan yang
sesuai.

1. Martin Luther (1436 – 1546)


Keluarga merupakan institusi paling penting bagi pendidikan anak, Luther
mendorong orang tua untuk membimbing anak dalam pendidikan agama sejak di
rumah

2. John Amos Commenius (1592 – 1670 )


Pendidikan harus dimulai sejak dari dini, para siswa seharusnya tidak terlalu
terbebani dengan pelajaran yang tidak cocok dengan usia, dan keadaan pada saat itu
(Morrison, 2008)

3. Jhon Locke ( 1632 – 1704 )


Jhon locke terkenal dengan teori tabula rasa atau “kertas putih”, berpandangan
bahwa lingkungan dan pengalaman berasal dari otak. Perkembangan datang dari
penerimaan stimulasi yang dilakukan orang tua dan pengasuh dan melalui pengalaman
lingkungan. Implikasi dari pandangan inilah yang diterapkan dalam pendidikan
modern. Gagasan pengaruh lingkungan terhadap pendidikan anak sebagai pondasi
dari tahapan perkembangan pembelajaran dalam kehidupan anak.

4. Jean Jaques Rousseau (1712 – 1778 )


Mendidik anak orang tua perlu memberi kebebasan kepada anak agar mereka
tumbuh dan berkembang secara alami, ia berharap dengan sifat ilmiah dapat

10
menghasilkan dan memacu berkembangnya kualitas seperti kebahagiaan, spontanitas
dan rasa ingin tahu. Pendidikan akan didapatkan dari alam, manusia dan dari benda
yang disebut sebagai konsop unfolding dimana bawaan diri anak menuju apa yang
akan terjadi adalah hasil kematangan (maturation) yang dikaitkan dengan jadwal
perkembangan yang sifatnya bawaan

5. Johan Heinrick Pestalozzi (1746 – 1827 )


Membimbing anak dengan perlahan dan dengan usaha anak sendiri dengan sense
impression menuju ide-ide abstrak. Pestalozzi yakin bahwa segala bentuk pendidikan
adalah berdasarkan pengaruh dari pancaindera dan melalui pengalamanya potensi
yang dimiliki anak dapat dikembangkan sehingga anak akan mampu atau bertanggung
jawab untuk dirinya sendiri

6. Robert Owen (1771 – 1858)


Lingkungan anak memberikan kontribusi terhadap perubahan perilaku, perilaku
manusia dan keadaan lingkungan yang memaksa anak untuk tumbuh dan berkembang.

7. Friederich Wilhelm August Frobel (1782 – 1852)


Frobel adalah orang pertama yang memiliki ide untuk membelajarkan anak di luar
rumah, konsep belajar menurut frobel lebih efektif melalui bermain dan menitik
beratkan pada pembelajaran keterampilan motorik kasar atau motorik halus,Frobel
berpendapat bahwa pendidikan anak dianggap baik apabila pengalaman belajar anak
hendaknya dirancang melalui kegiatan yang berpusat pada anak dengan menyiapkan
lingkungan yang mendorong proses belajar melalui kegiatan eksplorasi dan
menemukan

8. John Dewey dan Teori Pendidikan Progresif


Jhon Dewey mendalami dunia pendidikan dan menjadi salah satu dari ahli yang
selalu memberikan gerakan-gerakan pembaharuan dalam dunia pendidikan, adapun
beberapa pendapat Dewey yang berpengaruh pada pendidikan anak:
a. Pendidikan harus berpusat kepada anak
b. Pendidikan harus aktif dan interaktif, hal ini berarti pendidikan harus berlangsung
dua arah adanya komunikasi antara pendidik dan anak

11
c. Pendidikan harus melibatkan lingkungan sosial anak atau komunitas dimana anak
berada, artinya pendidikan anak akan berlangsung baik bila ada kerja sama yang
baik dengan lingkungan sekitar dan orang tua terutama, selain itu kegiatan
pembelajaran yang dilakukan hendaknya mencerminkan kegiatan anak sehari-hari
sehingga mudah dimengerti dan dilaksanakan

9. Ki Hajar Dewantara (1889 – 1959 )


Ki Hajar Dewantara lebih melihat manusia pada sisi kehidupan psikologisnya,
manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa, dan karya. Menjadi manusia seutuhnya
menuntut pengembangan semua daya secara seimbang. Selain itu juga memandang
manusia dari sisi sosio-antropologis tentang ke khas-an manusia yang membedakan
nya dari makhluk lain adalah bahwa manusia itu berbudaya dimana budaya manusia
itu sendiri berbeda-beda. Pendapat Ki Hajar Dewantara terhadap pendidikan anak
adalah pendidikan budi pekerti yaitu dengan cara menanamkan nilai-nilai harkat dan
martabat kemanusiaan, nilai moral watak dan bertujuan untuk membentuk manusia
yang berkepribadian

12
BAB III
KESIMPULAN

Dengan mengetahui sejarah filosofi pendidikan anak usia dini dari masa sebelum
masehi hingga masa modern, kita dapat melihat proses orang-orang terdahulu memandang
anak sebagai manusia yang memiliki kebutuhan khusus, perhatian khusus yang diperlakukan
secara khusus dari manusia dewasa. Proses perkembangan ilmu pengetahuan tentang
pendidikan anak yang mulanya merupakan tanggung jawab orang tua sebagai lingkungan
terdekat anak, hingga masuknya ke masa revolusi industri dimana masalah-masalah baru
terjadi saat orang tua tidak dapat lagi hadir sepenuhnya untuk mendidik anak-anak nya
sehingga anak terlantar dan tidak begitu terperhatikan.

Dengan adanya berbagai masalah-masalah beserta halangan yang terjadi maka lahirlah
pemikiran-pemikiran dari para filsuf tentang pendidikan anak usia dini, buah pemikiran ini
yang saat kita kenal dengan istilah Filsafat Pendidikan yang menjadi dasar dari konsep dasar
pendidikan anak karena filsafat lah yang menjadi dasar dari sebuah konsep karena konsep
tanpa adanya filsafat yang melatar belakanginya adalah sesuatu yang mustahil dan mudah
terbantahkan.

Mengetahui filsafat dalam konsep pendidikan anak usia dini anak menjawab
pertanyaan mengenai bagaimana melayani anak-anak agar berkembang degan baik?
Kegiatan apa saja yang cocok dengan kemampuan anak? Kemampuan dan kebutuhan apa
saja yang harus dipenuhi anak dan dikembangkan dalam kehidupan bermasyarakat ? nilai
dan moralitas apa saja yang diperhatikan masyarakat dan hendaknya akan diwariskan kepada
anak? Bagaimana pola dan hubungan anak dengan orang dewasa?

13
DAFTAR PUSTAKA

Suryana, D. (2021). Pendidikan anak usia dini teori dan praktik pembelajaran.
Prenada Media.

Rahmat, S. T. (2018). Filsafat pendidikan anak usia dini. Jurnal Lonto Leok
Pendidikan Anak Usia Dini, 1(1), 1-13.

Suryana, D. (2021). Pendidikan anak usia dini teori dan praktik pembelajaran.
Jakarta: Kencana.

Suryana, D., Rizka. N. (2019). Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis
Akreditasi Lembaga. Jakarta: Prenada Media Gorup

Muhmidayeli. 2011. Filsafat Pendidikan, Bandung: Refika Aditama

Suyadi & Ulfah Maulidya. 2013. Konsep Dasar PAUD. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya

Haenilah, Y. Een. 2015. Kurikulum dan Pembelajaran PAUD.


Yogyakarta:Media Akademi

Semiawan C. Conny. 2009. Penerapan Pembelajaran Pada Anak. Jakarta


:PT.Indeks

Suryana, D., & Nurhayani, N. (2021). Efektivitas Teknik Presentasi dalam


Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi : Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 6(3), 1393–1407. https://doi.org/10.31004/obsesi.v6i3.1761

Suryana, D., Desi Karmila, Nenny Mahyuddin. (2023). Pengembangan Game


Interaktif dalam Meningkatkan Kecerdasan Matematika Anak di Taman Kanak-Kanak.
Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 7 (3).

Hasibuan, R., & Suryana, D. (2022). Pengaruh metode eksperimen sains


terhadap perkembangan kognitif anak usia 5-6 tahun. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan
Anak Usia Dini, 6(3), 1169-1179.

Anda mungkin juga menyukai