Dosen Pembimbing :
Novi Dyah Ayu Putri M.Pd
Disusun Oleh :
Nikmatuz zumaroh
Lutfia Ulul Afifah
Brenda Novelia R
Dosen Pengampu ;
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak usia dini adalah masa yang sangat penting dalam
perkembangan seseorang. Ini adalah periode di mana fondasi utama untuk
pertumbuhan fisik, emosional, sosial, dan intelektual diletakkan. Salah
satu aspek penting yang perlu diperhatikan selama periode ini adalah
pengembangan bakat dan kreativitas anak. Kemampuan anak untuk
mengekspresikan diri dan mengeksplorasi dunia sekitarnya memiliki
dampak yang signifikan pada perkembangan mereka di masa depan.
Kreativitas merupakan salah satu aspek perkembangan dalam diri
anak yang perlu untuk diperhatikan sejak dini. Kreativitas sendiri
merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dimana ia
mampu menciptakan suatu karya atau mengungkapkan suatu gagasan yang
belum pernah ada sebelumnya, dan kalaupun telah ada, maka aka nada
perbedaan baik dari proses maupun hasilnya yang menjadi keunikan
tersendiri. Kretaivitas sendiri merupakan suatu hal yang sangat penting
bagi kehidupan seseorang dimana menurut teori hierarki kebutuhan dari
Abraham Maslow, setiap individu perlu untuk mengaktualisasikan diri
mereka salah satunya melalui pengembangan kreativitas.
Kreativitas jika tidak dikembangkan dengan baik dari usia dini
dapat memberikan dampak buruk bagi kehidupannya di masa mendatang.
Seorang anak yang tidak dapat mengembangkan kreativitasnya akan
kehilangan kepercayaan dalam dirinya di masa mendatangnya karena ia
merasa bahwa dalam dirinya tidak ada sesuatu yang dapat diunggulkan.
Selain hilangnya kepercayaan diri, seseorang yang tidak dapat
mengembangkan kreativitas yang ada dalam dirinya hanya dapat mencuri
ide dari orang lain yang tentu akan merugikan baik bagi dirinya maupun
orang lain, bahkan bisa berakhir hingga ke jeruji besi.
Matinya kreativitas dalam diri seseorang dipengaruhi oleh banyak
faktor baik dari diri sendiri maupun dari lingkungan ata orang-orang
disekitarnya. Orang tua yang terlalu memaksakan kehendaknya pada si
anak juga dapat mematikan daya kreativitas yang ada dalam diri anak
tersebut. Sebaliknya, orang tua yang mendukung bakat anaknya justru
akan meningkatkan daya kreativitas anak sehingga bakat atau kreativitas
yang dimilikinya dapat berkembang dengan baik.
Perlunya kreativitas untuk dikembangkan sejak usia dini adalah
dikarenakan pada usia ini anak-anak memiliki kemampuan untuk mrespon
segala sesuatu dari luar dengan cepat. Hal-hal baru tersebut akan dengan
mudah mereka tanamkan dalam dirinya. Oleh karena itu, dalam
memberikan pengarahan maupun bimbingan pada anak yang berada dalam
kategori anak usia dini harus dengan cara yang tepat.
1
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 23 Tahun
2002 mengenai perlindungan anak, anak merupakan seseorang yang
usianya belum genap 18 tahun termasuk yang masih berada dalam
kandungan. Sedangkan menurut World Health Organization (WHO),
batasan usia bagi anak adalah ketika masih berada dalam kandungan
hingga usia 19 tahun. (Pusat Data Kementrian Kesehatan RI, 2014).
Sedangkan pengertian anak prasekolah menurut Biecher dan Snowman
adalah anak-anak dalam rentang usia 3-6 tahun. Di Indonesia sendiri yang
dimaksud dengan anak prasekolah adalah anak-anak yang mengikuti
program taman kanakkanak. Usia pra sekolah yang dimaksukan disini
adalah usia dimana anak belum memasuki suatu lembaga pendidikan
formal seperti sekolah dasar (Suryadi, 2006). Berdasarkan UU no.23
Tahun 2002 Pasal 9 Ayat 1 tentang perlindungan anak, telah dinyatakan
bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran untuk
mengembangkan kepribadiannya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan
minat dan bakat yang dimilikinya (Uyu Wahyudin dan Mubiar Agustin,
2011).
Anak usia pra-sekolah tergolong pada anak usia dini. Menurut
NAEYC (National Association for The Education of Young Children)
anak usia dini adalah anak-anak dengan rentang usia 0-8 tahun. Dan
menurut Undang-Undang Indonesia Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak-
anak dengan rentang usia 0-6 tahun. Jadi anak pra-sekolah berarti ia dalam
tahapan anak usia dini (Siti Aisyah dkk, 2014).
Anak pada usia sedemikian ini mengalami perkembangan yang
pesat dalam dirinya. Pada masa ini, pengalaman-pengalaman yang
didapatkan dalam kehidupannya akan mempengaruhi pada kehidupannya
di masa mendatang nantinya. Usia prasekolah merupakan usia rawan
dimana anak mulai mencari tahu hal-hal baru, berimajinasi, melakukan
eksplorasi pada halhal baru, mempercayai dirinya sendiri, menciptakan
suatu hal baru, dan bermain sendiri. Menurut Erickson, masa ini disebut
sebagai masa inisiatif vs perasaan bersalah (Intiative vs Guilt). Masa ini
biasanya terjadi pada anak usia 3-6 tahun. Pada masa ini, anak selalu ingin
melakukan apa yang dilakukan oleh orang dewasa. Mulai dari berpura-
pura menjadi seperti mereka dan meniru apa yang orang dewasa perbuat
khususnya orang tua atau anggota keluarga yang lain. Jika anak mendapat
larangan untuk berbuat demikian, maka akan menimbulkan perasaan
bersalah dan anak menjadi tidak berkembang (Uyu Wahyudin dan Mubiar
Agustin, Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini :Panduan Untuk
Guru,Tutor, Fasilitator dan Pengelola PAUD,).
Kreativitas masih menjadi hal yang sering diabaikan. Menurut
Elisabeth Hurlock, beberapa alasan pengabain kreativitas disebabkan oleh
5 hal, antara lain:
2
a. kreativitas merupakan sesuatu yang diturunkan, sehingga tidak ada
usaha untuk menjadikan seseorang menjadi kreatif karena kreativitas
merupakan sebuah keturunan.
b. kreativitas hanya dimiliki oleh sebagian orang, sehingga para peneliti
hanya memusatkan perhatiannya pada hal-hal yang lainnya.
c. keyakinan bahwa ketekunan dalam bekerja serta prestasi tinggi lebih
diakui daripada mereka yang kreatif. Itu sebabnya tidak ada dorongan
untuk anak-anak untuk mengembangkan kreativitas yang mereka
miliki.
d. adanya keyakinan bahwa seseorang yang kreatif tidak sesuai dengan
gender yang dimilikinya. Anak laki-laki yang memiliki kreativitas
diyakini lebih feminim dibandingkan anak laki-laki yang lain. Begitu
juga sebaliknya, anak perempuan yang memiliki kreativitas diyakini
lebih maskulin dibandingkan anak perempuan yang lain.
e. menurut para ahli, kreativitas tidak mudah untuk dipelajari bahkan
sulit untuk melakukan pengukuran (Hurlock, 1978).
B. Rumusan Masalah
a. Pengertian bakat
b. Pengertian Kreativitas
c. Mengembangkan kreativitas anak
d. Faktor yang menghambat bakat dan kreativitas anak
C. Tujuan Penulisan
a. Memahami pengertian bakat
b. Memahami pengertian Kretivitas
c. Mempelajari cara mengembangkan kreativitas anak
d. Mengetahui faktor yang dapat menghambat bakat dan kreativitas anak
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bakat
Bakat adalah kemampuan alami atau potensi yang dimiliki
seseorang untuk menunjukkan keunggulan dalam suatu bidang atau
aktivitas tertentu. Bakat ini dapat muncul dalam berbagai bentuk, seperti
kemampuan seni, olahraga, musik, atau dalam konteks berbagai bidang
lainnya. Pengembangan bakat sering kali memerlukan latihan,
pengalaman, dan pendidikan yang tepat.
Sumber pengertian bakat biasanya dapat ditemukan dalam berbagai
sumber, seperti buku, kamus, ensiklopedia, atau situs web terpercaya.
Namun, saya akan memberikan contoh definisi bakat berdasarkan
pengetahuan saya hingga tahun 2021:
Menurut "Kamus Besar Bahasa Indonesia" edisi keempat yang
diterbitkan oleh Balai Pustaka, bakat diartikan sebagai: "Bakat adalah
kemampuan atau kecenderungan yang dimiliki seseorang secara alami
untuk berprestasi atau menunjukkan keunggulan dalam suatu bidang
tertentu, seperti seni, olahraga, atau bidang lainnya."
Pengertian bakat tersebut menggambarkan sifat alami kemampuan
seseorang untuk unggul dalam sesuatu dan cenderung tidak hanya
berdasarkan pelatihan atau pendidikan semata, melainkan juga faktor-
faktor bawaan individu.
B. Pengertian Kreativitas
Pengertian kreativitas menurut para ahli: McInerney and
McInerney (1998), menyebutkan “Kreativitas adalah anak yang berupaya
menghasilkan berbagai kreasi ditandai dengan sifat-sifat determinan,
independen, individualistik, antusias dan menghasilkan sesuatu”.
Sedangkan menurut Syamsu dan A. Juntika (2005), mengemukakan bahwa
kreativitas diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan suatu produk
baru, atau kemampuan untuk memberikan gagasan baru dan
menerapkannya dalam pemecahan masalah. Kreativitas meliputi ciri-ciri
kognitif (aptitude): kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian
(originality), elaborasi (elaboration) dan pemaknaan kembali (redefinition)
dalam pemikiran. Sementara ciri-ciri nonkognitif (nonaptitude): motivasi,
4
sikap, rasa ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan dan selalu ingin
mencari pengalaman baru (dkk, 2005)
Selanjutnya Utami Munandar (1999), mengemukakan kreativitas
(berpikir divergen) adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru,
berdasarkan data, informasi atau unsur-unsurnya, sehingga mampu
menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, yang
tekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat dikemukakan bahwa
kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan suatu karya baru
yang merupakan hasil dari pemikiran dan gagasan, termasuk kemampuan
membuat alternatif pemecahan masalah berdasarkan data, informasi yang
dikaji secara cerdik (Dirlanudin, p. hal.175).
5
c. Teori tentang proses kreatif
Menurut teori Wallas, dalam Utami (1999) bahwa proses kreatif
meliputi empat tahap:
1) Tahap persiapan yaitu memecahkan masalah dengan belajar berpikir,
mencari jawaban dan bertanya pada orang lain.
2) Tahap inkubasi yaitu mencari dan mengumpulkan
data/informasi yang tidak dilanjutkan, seakan melepaskan diri
sementara dari masalah tersebut.
3) Tahap iluminasi yaitu timbulnya inspirasi/gagasan beserta
psoses psikologisnya.
4) Tahap verifikasi yaitu ide atau kreasi baru harus diuji terhadap
realitas. Di sini pemikiran kreatif (divergen) harus diikuti
pemikiran kritis (konvergen).
Selanjutnya teori belahan otak kanan dan kiri, berpendapat
bahwa orang yang biasa menggunakan tangan kanan berarti
didominasi oleh belahan otak kiri dan orang-orang yang kidal (left-
handed), mereka dikuasai oleh belahan otak kanan. Dihipotesiskan
bahwa belahan otak kanan terutama berkaitan dengan fungsi-fungsi
kreatif.
d. Teori tentang produk kreatif
Cropley, dalam Utami (1999) mengemukakan bahwa
perilaku kreatif memerlukan kombinasi antara ciri-ciri psikologis
yang berinteraksi sebagai berikut: sebagai hasil berfikir converge
manusia memiliki seperangkat unsur-unsur mental. Jika
dihadapkan dengan situasi yang menuntut tindakan, individu
mengerjakan dan mengembangkan unsur-unsur mental sampai
timbul konfigurasi.
Konfigurasi ini dapat berupa gagasan, model, tindakan, cara
menyusun kata, melodi atau bentuk. Konstruksi konfigurasi
tersebut juga memerlukan motivasi, karakteristik pribadi yang
sesuai, unsur-unsur sosial dan keterampilan komunikasi. Proses ini
disertai perasaan dan emosi yang dapat menunjang atau
menghambat.
Berdasarkan pemikiran di atas dapat dikemukakan ciri-ciri
kepribadian anak yang kreatif:
a) Selalu ingin tahu dan minat yang luas;
b) Percaya diri, penuh semangat, cerdik dan tidak penurut;
c) Berani mengambil resiko, tetapi dengan perhitungan matang;
d) Tidak terlalu menghiraukan ejekan dari teman-temannya;
e) Berani berbeda, membuat kejutan menyimpang dari tradisi;
f) Ulet dan tekun membuat mereka tidak cepat putus asa dalam
mencapai tujuannya;
g) Anak kreatif lebih terorganisasi dalam tindakan;
6
h) Memiliki tingkat energi, spontanitas dan petualangan yang luar
biasa;
i) Mempunyai rasa humor yang tinggi;
j) Melihat masalah dari berbagai sudut;
k) Memiliki kemampuan untuk bermain dengan ide, konsep atau
kemungkinan-kemungkinan yang dikhayalkan;
l) Kecenderungan melakukan refleksi;
m)Cepat menunjukkan perhatian pada masalah orang dewasa
(seperti tentang politik, ekonomi yang diamati dalam
masyarakat).
7
Membaca bersama anak adalah cara yang efektif untuk merangsang
imajinasi dan perkembangan literasi mereka
5. Dukung minat dan bakat
Kenali minat dan bakat khusus anak, dan berikan dukungan untuk
mengembangkannya. Ini bisa melibatkan kelas tambahan atau
dukungan dalam hal tertentu yang diminati anak.
8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
a. Bakat diartikan sebagai kemampuan bawaan, sebagai potensi
yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud.
b. Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan suatu karya baru
yang merupakan hasil dari pemikiran dan gagasan, termasuk
kemampuan membuat alternatif pemecahan masalah berdasarkan data,
informasi yang dikaji secara cerdik.
c. Sikap dan perilaku kreatif perlu dipupuk sejak dini, agar anak didik
kelak tidak hanya menjadi konsumen pengetahuan, tetapi mampu
menghasilkan pengetahuan baru, tidak hanya menjadi pencari kerja,
tetapi mampu menciptakan pekerjaan baru.
B. SARAN
1. Fokus pada Pengembangan Bakat: Penting bagi individu untuk
mengenali bakat mereka sebagai potensi yang perlu dikembangkan.
Oleh karena itu, disarankan untuk memulai eksplorasi diri sejak dini,
mencari tahu apa yang mereka kuasai dengan baik, dan kemudian
melatih dan mengasah bakat tersebut agar dapat berkembang menjadi
keahlian yang lebih baik.
2. Dukung Kreativitas: Kreativitas adalah kemampuan penting dalam
menciptakan solusi baru dan karya seni. Untuk mendukung
perkembangan kreativitas, disarankan untuk memberikan kesempatan
kepada anak-anak dan individu untuk berpikir bebas, bermain, dan
mengekspresikan ide-ide mereka. Selain itu, eksposur terhadap
9
berbagai jenis seni dan ilmu pengetahuan juga dapat merangsang
kreativitas.
3. Pendidikan Kreatif: Dalam lingkungan pendidikan, perlu ditekankan
pengembangan sikap dan perilaku kreatif. Guru dan orang tua dapat
berperan dalam membantu anak-anak mengembangkan pemikiran
kritis, kemampuan menciptakan solusi baru, dan keberanian untuk
mengambil risiko dalam berpikir dan bertindak.
DAFTAR PUSTAKA
10