Anda di halaman 1dari 15

TAHAPAN PERKEMBANGAN KARYA ANAK USIA DINI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Metode Pengembangan

Motorik Anak Usia Dini

Dosen Pengampu: Anri Saputra,S.Psi., M.Psi

Disusun Oleh:

Cindy Carolline Samudra

2022.3.003

PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM RAUDATUL AKMAL (STAIRA)

Batang Kuis, Deli Serdang

TA. 2023-2024

1
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Syukur Alhamdulillah Saya panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah
melimpah Rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini guna memenuhi tugas mata kuliah Metode Pengembangan Motorik Anak Usia
Dini dengan judul: "Tahapan Perkembangan Karya Anak"
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki. karena
itu, saya mengharapkan segala bentuk saran serta masukkan yang membangun
agar kedepannya bisa lebih baik lagi.

Batang Kuis,15 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................i


DAFTAR ISI ....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1
A. Latar Belakang ...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................1
D. Manfaat Penulisan ........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................3


A. Tahapan Perkembangan Karya Anak ..........................................................3
B. Tahap Sensorimotor .....................................................................................4
C. Tahap Meronce ..............................................................................................4
D. Tahap Menggunting ......................................................................................6
E. Tahapan Karya Seni Anak ............................................................................6
F. Tahap Bermain Balok .....................................................................................7
G. Tahap Bermain Peran ....................................................................................8

BAB III PENUTUP .......................................................................................11


A. Kesimpulan .................................................................................................11
B. Saran ...........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang
baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa
yang telah ada sebelumnya. Selaras dengan yang dikemukakan oleh Moreno
dalam Slameto yang penting dalam kreativitas itu bukanlah penemuan sesuatu
yang belum pernah diketahui oleh orang sebelumnya, melainkan bahwa produk
kreativitas itu merupakan sesuatu yang baru bagi diri sendiri dan tidak harus
merupakan sesuatu yang baru bagi orang lain atau dunia pada umumnya.
(Hartiti:30)

B. Rumusan Masalah
1. Tahapan Perkembangan Karya Anak
2. Tahapan Sensorimotor
3. Tahap Meronce
4. Tahap Menggunting
5. Tahapan Karya Seni Anak
6. Tahap Bermain Balok
7. Tahap Bermain Peran

C. Tujuan Penulisan
1. Membahas Apa Itu Tahapan Perkembangan Karya Anak
2. Membahas Apa Itu Tahapan Sensorimotor
3. Membahas Apa Itu Tahap Meronce
4. Membahas Apa Itu Tahap Menggunting
5. Membahas Apa Itu Tahapan Karya Seni Anak
6. Membahas Apa Itu Tahap Bermain Balok
7. Membahas Apa Itu Tahap Bermain Peran

1
D. Manfaat Penulisan
1. Untuk Mengetahui Apa Itu Tahapan Perkembangan Karya Anak
2. Untuk Mengetahui Apa Itu Tahapan Sensorimotor
3. Untuk Mengetahui Apa Itu Tahap Meronce
4. Untuk Mengetahui Apa Itu Tahap Menggunting
5. Untuk Mengetahui Apa Itu Tahapan Karya Seni Anak
6. Untuk Mengetahui Apa Itu Tahap Bermain Balok
7. Untuk Mengetahui Apa Itu Tahap Bermain Peran

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tahapan Perkembangan Karya Anak


Kreativitas menggunakan pendekatan 4P yaitu di tinjau dari aspek pribadi,
pendorong,proses dan produk.
1. Pribadi
Kreativitas adalah ungkapan dari keunikan individu dalam interaksi dengan
lingkungannya. Dari ungkapan pribadi yang unik inilah dapat diharapkan
timbulnya ide-ide baru dan produk-produk yang inovatif. Oleh karena itu,
pendidik hendaknya dapat menghargai keunikan pribadi dan bakat-bakat peserta
didiknya dan jangan mengharapkan semua peserta melakukan dan menghasilkan
hal-hal yang sama atau mempunyai minat yang sama.1
2. Pendorong
Untuk perwujudan bakat kreatif anak diperlukan dorongan dan dukungan
dari lingkungan, yang berupa apresiasi, dukungan, pemberian penghargaan,
pujian, insentif dan lain-lainnya. Dan dorongan kuat dalam diri anak itu sendiri
untuk menghasilkan sesuatu.
3. Proses
Untuk mengembangkan kreativitas anak, ia perlu diberi kesempatan untuk
bersibuk diri secara kreatif. Pendidikan hendaknya dapat merangsang anak untuk
melibatkan dirinya dalam berbagai kegiatan kreatif. Dalam hal ini yang penting
adalah memberikan kebebasan kepada anak untuk mengekspresikan dirinya secara
kreatif.2
4. Produk
Kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan produk kreatif yang
bermakna adalah kondisi pribadi dan lingkungan yaitu sejauh mana keduanya
mendorong seseorang untuk melibatkan dirinya dalam proses (kesibukan,
kegiatan) kreatif.3

1
Masganti,dkk Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini, (Medan: Perdana Publishing,2016), h.10
2
Ibid, h. 11
3
Ibid, h. 12
3
B. Tahap Sensorimotor
Tahap paling awal perkembangan kognitif terjadi pada waktu bayi lahir
sampai sekitar berumur 2 tahun. Tahap ini disebut tahap sensorimotor oleh Piaget.
Pada tahap ini, intelegensi anak lebih didasarkan pada tindakan inderawi anak
terhadap lingkungannya, seperti melihat, meraba, menjamah, mendengar,
membau, dan lainlain. Pada tahap ini, anak belum dapat berbicara dengan bahasa.
Anak belum mempunyai bahasa symbol untuk mengungkapkan adanya suatu
benda yang tidak berada didekatnya.4
Hal ini terutama sekali tampak jelas dalam periode ketika “bahasa” masih
absen. Kami menyebutnya periode “sensori-motor” karena bayi belum memiliki
fungsi simbolik, dengan kata lain, ia tidak memiliki representasi yang dapat ia
gunakan untuk memunculkan orang atau objek dalam ketidakhadiran mereka.
Selain ketiadaan atas fungsi simbolik ({bahasa}) ini, perkembangan mental
sepanjang delapan belas bulan pertama sangat penting karena selama masa ini
anak membentuk seluruh sub-struktur kognitif yang akanbertugas sebagai titik
tolak perkembangan perseptif dan intelektualnya kelak, maupun reaksi-reaksi
afektif elementer tertentu yang sebagian akan menentukan afektivitas (emosional)
selanjutnya.5

C. Tahap Meronce
Meronce adalah salah satu kegiatan yang diberikan kepada anak pra sekolah.
Permainan meronce adalah salah satu aktivitas yang bermanfaat untuk
perkembangan otak anak. Dengan bermain meronce anak tidak hanya
memperoleh kesenangan, tetapi juga bermanfaat untuk meningkatkan
perkembangan otaknya. Dengan meronce anak-anak bisa membuat bentuk apapun
dengan simpul tali atau dengan kreatifitasnya masing-masing.6
Montolalu berpendapat kegiatan tersebut yaitu memasukkan manik-manik ke
dalam benang, Meronce mempunyai susunan yang variatif, mulai dari
menggunakan komponen-komponen yang sama bentuknya akan tetapi berbeda
ukuran, sampai dengan komponen yang tidak sama bentuknya tetapi disusun
4
Paul Suparno. Teori Perkembangan Kognitif Piaget, (Yogyakarta:Kanius, 2001), h.26
5
Jean Piaget dan Barebel Inhelder, Psikologi Anak, Terj Miftahul Jannah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2010), h.6
6
Anggraini Adityasari, Main Matematika Yuk, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2013), h. 27
4
berdasarkan bentuk yang sama. selanjutnya Menurut Pamadhi mengatkan bahwa
meronce dapat dilakukan dengan cara menunjukkan bentuk-bentuk terlebih
dahalu, kemudian mengidentifikasikan jarak, ukuran dan warna. Sehingga dapat
ditemukan kesamaan bentuk berbeda ukuran, kesamaan ukuran bentuk dan warna,
kesamaan warna berbeda.7
Langkah-langkah meronce menurut Haerlah syamsuddin adalah:
1. Memilih rangkaian
2. Ajarkan anak meronce dengan cara menyatukan satu per satu potongan
bahan meronce, dengan menggunakan tali melalui lubang kecil yang ada.
3. Setelah bahan dirasa cukup, maka bantu anak mengikatkan talinya.
4. Rangkaian potongan sedotan ini dapat dibuat menjadi kalung atau gelang.
Atau bisa juga dibuat aneka bentuk seperti yang ada pada buku petunjuk
penggunaan meronce.8
Selanjutnya langkah-langkah meronce manik-manik menurut Barmin, dkk,
iaitu:
1. Memilih Rangkaian
2. Meronce, siapkan jarum dan benang yang berukuran 1,5 kali panjang
kalung yang akan dironce. Buatlah simpul 5 cm dari ujung benang. Masukkan
manikmanik satu per satu pada lubang jarum.
3. Manfaat, roncean manik-manik berfungsi untuk kalung, gelang, dan hiasan
yang lainnya.
Adapun manfaat kegiatan meronce menurut Haeriah Syamyuddin yaitu
meronce juga berguna untuk melatih konsentrasi serta ketelatenan anak.
Memasukkan satu persatu ronce ke dalam seutas benang memang memerlukan
konsentrasi dan ketelatenan.9

D. Tahap Menggunting

7
Sunarto, Pengaruh Meronce Manik-Manik Terhadap Kemampuan Kognitif Anak Usia 7-8 Tahun,
Volume 3, Nomor 2, Oktober 2016, h.7
8
Haeriah syamyuddin, Brain Game Untuk Balita,(Jakarta: PT Buku Seru, 2014), h,91
9
Barmin, dkk, Seni Budaya dan Keterampilan, (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2015),h. 91
5
Pengertian menggunting dalam buku metode pengembangan perilaku dan
kemampuan dasar anak usia dini (2008), menggunting adalah melakukan kegiatan
dengan menggunakan gunting.
Pamadhi, dkk (2010) menggunting adalah kegiatan menggunakan peralatan
dengan menggunakan proses dan pengendalian tangan serta koordinasi tangan,
maka kegiatan ini akan dapat memberikan rasa percaya diri pada anak. Tahapan
dasar menggunting adalah jenis kegiatan yang sangat menarik bagi anak, karena
dengan menggunting anak dapat membuat bentuk yang baru dan dilakukan secara
bertahap dari yang mudah ke yang sulit. Indikator dalam kegiatan menggunting
meliputi menggunting kertas mengikuti pola garis tegak, menggunting kertas
mengikuti pola garis miring, mengikuti kertas pola garis lengkung, Depdiknas
(2006).
Fungsi dan manfaat dari kegiatan menggunting, Arifah (2014) adalah sebagai
berikut:
a. Melatih motorik halus
b. Melatih koordinasi tangan, mata dan konsentrasi
c. Meningkatkan kepercayaan diri
d. Lancara menulis
e. Ungkapan ekspresi
f. Mengasah kemampuan kognitif
Tahap perkembangan menggunting yang dilakukan anak usia dini,
Depdiknas (2004) adalah sebagai berikut:
a. Menggunting sekitar pinggiran kertas
b. Membuka dan menggunting terus menerus
c. Menggunting di antara dua garis pada kertas
d. Menggunting pada garis tebal dengan rapi dan terkendali.

E. Tahapan Karya Seni Anak


Perkembangan anak melalui pikiran dan perasaan menentukan sifat dan
pembentukan pada lukisan anak. Dimulai dalam mengenal bentuk dan
mengungkapkan objek dalam gambarnya sampai dapat memahami arti gambar itu

6
sendiri. Hajar Pamadi (2012:185-194) perkembangan dapat dikategorikan melalui
periodisasi gambar pada anak melalui 5 tahapan yaitu:
1. Masa coreng-mencoreng 1-4 tahun
2. Masa Pra-bagan (Preschematic) 4-7 tahun
3. Masa bagan (schematic) 7-9 tahun
4. Masa realisme awal (drawing realism) 9-11 tahun
5. Masa realisme semu (pseudo realisme ) 11-14 tahun
Usia anak dalam penelitian ini termasuk pada tahapan Pra-bagan (Preschematic)
4-7 tahun. Masa Pra-bagan ini anak sudah mulai mengenal diri sendiri baik jenis
kelamin, eksistensi dirinya dalam hubungan keluarga maupun masyarakat. Saat
pemahaman anak tinggi, sifat ke-akuan sering berlebihan, mengakibatkan anak
menjadi raja dalam keluarga, pengalaman dan keterampilan anak mulai
berkembang dari meniru perilaku orang dewasa.10

F. Tahap Bermain Balok


Balok adalah media berbentuk bangun ruang tiga dimensi yang memiliki
enam sisi, dua belas rusuk dan delapan titik sudut. Balok disebut kubus jika
dibentuk oleh enam persegi yang sama dan sebangun. Bermain balok merupakan
contoh jenis bermain bebas (open ended play), yaitu permainan yang memberikan
ruang kepada anak untuk berkreasi secara bebas sesuai dengan imajinasinya, dan
tidak terpaku pada aturan yang kaku dalam membuat bangunan tertentu (Hewes,
2014). Bermain balok merupakan kegiatan yang menantang dimana anak dapat
membangun berbagai bentuk benda, menumpuk balok seperti menara, atau
membongkar pasang balok menjadi bentuk lainnya.11
Tahapan permainan balok didasarkan pada karya Johnson, guru dan penulis
The Art of Blockbuilding (1933). Johnson mengamati dan mempelajari interaksi
anak-anak dengan blok unit selama bertahun-tahun sebelum merancang tujuh
tahap permainan blok yang masih dianggap relevan dengan blok bangunan anak-
anak saat ini (Hirsch, 1996; Wellhaousen, 2001). Sedangkan menurut Guanella
anak bermain balok melalui berbagai tahapan seiring dengan perkembangan dan

10
Masganti,dkk. Pengembangan kreativitas anak usia dini, (Medan: Perdana Publishing,2016), h. 166

11
Ratna Faeruz,dkk, aktifitas bermain balok anak usia dini, (Jakarta: Direktur Paud,2021), h. 6
7
pengalaman yang dimiliki oleh anak. Terdapat 19 tahapan bermain balok
berdasarkan hasil kerja dari Guanella (1934) dan Reifel (1982).12
Bermain balok susun merupakan salah satu alat bermain konstruksi yang
bermanfaat untuk anak. Balok terdiri dari berbagai bentuk. Ada yang segitiga,
persegi, persegi panjang dan lingkaran dengan berbagai warna yang menarik.
Balok dapat dimainkan sendiri oleh anak, maupun berkelompok dengan teman-
temannya. Menurut Tedjasaputra bermain balok sama dengan bermain
membangun yang terlihat pada anak usia 3-6 tahun. Dalam kegiatan bermain ini
anak membentuk sesuatu, menciptakan bangunan tertentu dengan alat permainan
balok kayu. Jadi berdasarkan pendapat di atas permainan balok merupakan suatu
jenis permainan konstruktivis atau bermain membangun. Balok sendiri memiliki
berbagai bentuk dan warna yang berbeda.
Menurut Mulyadi bermain balok adalah jenis kegiatan yang sifatnya
konstruktif, dimana anak mampu membangun sesuatu dengan menggunakan
balok-balok yang disediakan. Hal itu juga senada dengan pendapat Chandra
mengatakan bermain balok adalah kemampuan dalam mengonstruksi struktur
yang digunakan oleh anak untuk mengungkapkan ide-ide kreatif.13
Menurut Chambel permainan balok merupakan permainan yang merupakan
aktifitas otot besar dimana permainan ini dapat mengembangkan perkembangan
koordinasi mata dan tangan melatih ketrampilan motorik halus, melatih anak
dalam pemecahan masalah, permainan yang memberikan anak kebebasan
berimajinas, sehingga hal-hal baru dapat tercipta.14

G. Tahap Bermain Peran


Bermain peran dilakukan oleh anak karena permainan ini melibatkan dunia
khayal atau fantasi mereka, sehingga dengan bermain peran anak akan
mencurahkan kemampuan berpikir fantasinya dengan baik dan menyenangkan.
Bermain peran sangat dekat dengan dunia anak. Tahapan bermain Piaget yang
menjelaskan bahwa anak-anak yang berusia 4 tahun dan usia sekolah
berpartisipasi dalam bermain peran atau yang disebut sebagai tahapan bermain

12
Ibid, h. 15
13
Chandra, Sentra Balok,Pusat Progam Pembangunan anak Indonesia, (Jakarta: 2008), h. 5
14
Chambel,D, Mengembangkan Kreativitas, ( Yogyakarta: Kanisius,1997), hal. 31
8
konstruktif. Bermain peran mendominasi permainan, dan peserta menggunakan
properti, kreatifitas, serta imajinasi. Tahapan permainan ini memerlukan interaksi
sosial (Dietze, 2006: 130).
Dengan bermain peran, anak-anak dapat belajar berbagai hal yang ada di
sekitar lingkungan anak Piaget, Vigotsky, dan Bruner mengindikasikan bahwa
anak-anak akan mengembangkan kemampuan representative ketika bermain
(Dietze, 2006: 118). Seperti yang dijelaskan oleh Hurlock (1978: 329) bahwa
bermain peran merupakan bentuk bermain aktif anak-anak melalui perilaku dan
bahasa yang jelas, berhubungan dengan meteri atau situasi yang seolah-olah hal
tersebut mempunyai atribut yang lain daripada yang sebenarnya. Bermain peran
dapat digunakan sebagai salah satu metode pembelajaran yang mengajarkan
kepada anak untuk sabar menunggu giliran, mendapatkan giliran, dan berbagi
(Bilmes, 2012: 153).15
bermain peran melibatkan dunia khayal anak. Metode ini sangat cocok
diterapkan pada pendidikan anak usia dini karena daya khayal atau imajinasi anak
masih baik untuk dikembangkan. Senada dengan pendapat sebelumnya,
Sugihartono (2007: 83) menjelaskan bahwa metode bermain peran merupakan
metode pembelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan peserta
didik dengan cara memerankan tokoh. Pada saat bermain peran, anak-anak
melakukan permainan peran karena dipengaruhi oleh fantasinya dengan
memerankan suatu kegiatan yang seolah-olah hal tersebut sungguhan (Ahmadi &
Sholeh, 2005: 107). Bermain peran sangat dekat dengan dunia anak prasekolah,
dengan bermain peran anak-anak dapatmemerankan berbagai peran sosial seperti
menjadi polisi, dokter, dan lain miniatur, atau mengimajinasikan seperti
temannya. Bermain peran merupakan bermain yang menggunakan imajinasi atau
daya sebagainya, hal ini sangat penting dilakukan untuk mengekspor peran gender
pada anak (Sroufe, Cooper, & DeHart, 2000: 388).16
Jadi bermain peran adalah bermain simbol, pura-pura, penuh fantasi dan
imajinasi khas dunia anak. Bermain peran juga sangat penting untuk
perkembangan kognitif., sosial dan emosi anakpada usia 3-6 tahun. Dalam hal

15
Saripah,Bentuk pengembangan kemampuan seni anak usia dini, (Sumatera Barat: PT. Mafy Media
Literasi Indonesia,2023), h. 108
16
Ibid, h. 109
9
demikian bermain peran dipandang sebagai sebuah kekuatan yang menjadi dasar
perkembangan daya cipta, tahapan ingatan, kerjasama kelompok, peneyerapan
kosakata, konsep hubungan kekeluargaan dan pengendalian diri. Nilai penting
dalam permainan drama atau bermain peran bagi anak, sejatinya adalah untuk
melatih dan merangsang anak dalam hal berpikir, berbicara, membentuk suatu
hubungan sosial dengan anak yang lain, melihat perspektif yang mungkin berbeda
dari anak yang lain sebagainya.17
Aktivitas dalam bermain peran ini dapat dibagi dalam empat tahapan, yaitu
sebagai berikut:
1. Penjelasan oleh guru mengenai persiapan dan penjelasan aktivitas yang
akan dilakukan.
2. Persiapan anak-anak tentang aktivitas yang akan dilakukan.
3. Pelaksanaan bermain peran.
4. Diskusi setelah selesai bermain peran.
Dalam hal demikian bermain peran adalah hal yang alami atau naluriah bagi
anak-anak. Mereka melakukannya tanpa pernah mendengar atau memahami
istilah tersebut sebelumnya. Mereka bermain peran dengan imajinasi yang mereka
bangun sendiri, secara intuitif sebagai sebuah cara belajar yang alami. Nilai
penting dalam permainan drama atau bermain peran bagi anak, sejatinya adalah
untuk melatih dan merangsang anak dalam hal berpikir, berbicara, membentuk
suatu hubungan sosial dengan anak yang lain, melihat perspektif yang mungkin
berbeda dari anak yang lain dan sebagainya.18

17
Ibid, h. 111
18
Ibid, h. 112
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidik hendaknya dapat menghargai keunikan pribadi dan bakat-bakat
peserta didiknya dan jangan mengharapkan semua peserta melakukan dan
menghasilkan hal-hal yang sama atau mempunyai minat yang sama.
Selain ketiadaan atas fungsi simbolik (bahasa) ini, perkembangan mental
sepanjang delapan belas bulan pertama sangat penting karena selama masa ini
anak membentuk seluruh sub-struktur kognitif yang akan bertugas sebagai titik
tolak perkembangan perspektif dan intelektualnya kelak, maupun reaksi-reaksi
afektif elementer tertentu yang sebagian akan menentukan afektivitas (emosional)
selanjutnya.
B. Saran
Saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Banyak kekurangan disana-sini untuk itu mohon kiranya
para pembaca sekalian mau memberikan masukan kritik atau saran guna
perbaikan dimasa yang akan datang.

11
DAFTAR PUSTAKA
Adityasari,A, Main Matematika Yuk,Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2013
Barmin, dkk, Seni Budaya dan Keterampilan,PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri, 2015
Chambel,D, Mengembangkan Kreativitas, Yogyakarta: Kanisius,1997
Chandra, Balok,S, Pusat Progam Pembangunan anak Indonesia, Jakarta:
2008
Faeruz,Rdkk, aktifitas bermain balok anak usia dini, Jakarta: Direktur
Paud,2021
Masganti,dkk, Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini,Medan: Perdana
Publishing,2016
Piaget,J dan Inhelder,B,Psikologi Anak, Terj Miftahul Jannah ,Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2010
Saripah,Bentuk pengembangan kemampuan seni anak usia dini, Sumatera
Barat: PT. Mafy Media Literasi Indonesia,2023
Suparno,P, Teori Perkembangan Kognitif Piaget, Yogyakarta:Kanius, 200
Sunarto, Pengaruh Meronce Manik-Manik Terhadap Kemampuan Kognitif
Anak Usia 7-8 Tahun, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2016

12

Anda mungkin juga menyukai