Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH TAHAPAN PERKEMBANGAN KARYA ANAK

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Fisik Jasmani dan
Motorik Anak Usia Dini
Dosen Pengampu : M. Arif Syarif., M.Pd

Disusun Oleh :
Amel Mauliya (220651019)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,
karena berkat rahmat-Nya, penulis bisa menyusun dan menyajikan Makalah yang
berisi tentang “Perkembangan Anak Usia Bayi Hingga Dewasa”. Adapun tujuan
penulisan Makalah ini adalah sebagai wujud dari pertanggungjawaban penulis atas
tugas mata kuliah Konsep Dasar PAUD sebagai syarat untuk memenuhi aspek
penilaian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang
telah memberikan informasinya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna menyempurnakan
Makalah ini dan dapat menjadi acuan dalam menyusun Makalah atau tugas-tugas
selanjutnya.
Penulis juga memohon maaf apabila dalam penulisan Makalah ini terdapat
kesalahan pengetikan dan kekeliruan sehingga membingungkan pembaca dalam
memahami Makalah ini.

Cirebon, 10 November 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Tahapan Sensorimotor...............................................................................3
B. Tahapan Meronce.......................................................................................4
C. Tahapan Menggunting...............................................................................5
D. Tahapan Karya Seni Anak..........................................................................6
E. Tahap Bermain Balok................................................................................9
F. Tahapan Menulis......................................................................................10
G. Tahapan Bermain Peran...........................................................................11
BAB III PENUTUP...............................................................................................13
A. Kesimpulan..............................................................................................13
B. Saran........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap individu mengalami perkembangan. Perkembangan terjadi sejak
usia dini hingga dewasa. Perkembangan tidak dapat diukur, tetapi dapat
dirasakan. Perkembangan bersifat maju ke depan (progresif), sistematis, dan
berkesinambungan. Hal-hal yang berkembang pada setiap individu adalah
sama, hanya saja terdapat perbedaan pada kecepatan perkembangan, dan ada
perkembangan yang mendahului perkembangan sebelumnya, walaupun
sejatinya perkembangan antara aspek yang satu dengan aspek yang lain terjadi
secara beriringan. Contoh: individu A pada usia 1tahun sudah bisa
mengucapkan beberapa kata dengan fasih dan jelas, tetapi belum bisa berjalan.
Adapun individu B pada usia 1 tahun sudah bisa berjalan, tetapi belum mampu
mengucapkan kata dengan jelas. Cepat dan lambatnya perkembangan yang
dialami oleh individu pada setiap aspek perkembangannya dipengaruhi oleh
berbagai faktor, seperti: stimulasi, nutrisi, kesehatan, lingkungan, dan berbagai
faktor lainnya.
Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun.
Pada usia tersebut, perkembangan terjadi sangat pesat. Berdasarkan hasil
penelitian, sekitar 40% dari perkembangan manusia terjadi pada usia dini. Oleh
karena itu, usia dini dipandang sangat penting sehingga diistilahkan usia emas
(golden age). Setiap individu mengalami usia dini, hanya saja usia dini tersebut
hanya terjadi satu kali dalam fase kehidupan setiap manusia, sehingga
keberadaan usia dini tidak boleh disia-siakan. Usia dini adalah masa yang
paling tepat untuk menstimulasi perkembangan individu. Agar dapat
memberikan berbagai upaya pengembangan, maka perlu diketahui tentang
perkembangan-perkembangan yang terjadi pada anak usia dini. Pengetahuan
tentang perkembangan anak usia dini akan menjadi modal orang dewasa untuk
menyiapkan berbagai stimulasi, pendekatan, strategi, metode, rencana, media
atau alat permainan edukatif, yang dibutuhkan untuk membantu anak

1
berkembang pada semua aspek perkembangannya sesuai kebutuhan anak pada
setiap tahapan usianya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tahapan sensorimotor?
2. Bagaimana tahapan meronce?
3. Bagaimana tahapan menggunting?
4. Bagaimana tahapan karya seni anak?
5. Bagaimana tahapan bermain balok?
6. Bagaimana tahapan menulis
7. Bagaimana tahapan bermain peran?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tahapan sensorimotor?
2. Untuk mengetahui tahapan meronce?
3. Untuk mengetahui tahapan menggunting?
4. Untuk mengetahui tahapan karya seni anak?
5. Untuk mengetahui tahapan bermain balok?
6. Untuk mengetahui tahapan menulis
7. Untuk mengetahui tahapan bermain peran?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tahapan Sensorimotor
Tahap sensorimotor adalah yang pertama dari empat tahap dalam teori
Piaget mengenai perkembangan kognitif anak. Selama periode ini, bayi
mengembangkan pemahaman tentang dunia melalui koordinasi pengalaman
sensorik (melihat, mendengar) dengan tindakan motorik (menggapai,
menyentuh). Perkembangan utama selama tahap sensorimotor adalah
pemahaman bahwa ada objek dan peristiwa terjadi di dunia secara alami dari
tindakannya sendiri. Misalnya, jika ibu meletakkan mainan di bawah selimut,
anak tahu bahwa main yang biasanya ada (dia lihat) kini tidak terlihat (hilang),
dan anak secara aktif mencarinya. Pada awal tahapan ini, anak berperilaku
seolah mainan itu hilang begitu saja.
Tahapan bermain sensorimotor terbagi menjadi 4 tahapan :
1. Tahap 1
Mengulang gerakan beberapa kali untuk melanjutkan tanggapan panca
indera; reaksi perputaran pertama; anak hanya terlibat dengan badannya;
mainan dan benda lain tidak digunakan.
Contoh:
a. Memercikkan air dengan tangan.
b. Menepuk atau meremas-remas pasir.
c. Bertepuk atau melambaikan tangan.
2. Tahap 2
Mengulang-ulang gerakan dengan benda atau beberapa benda
beberapa waktu untuk menjaga lingkungan yang menarik pandangan,
pendengaran, atau yang terkait dengan perabaan.
Contoh:
a. Memukul-mukul pasir.
b. Menuang air dari wadah dengan tangan.
c. Memercikkan air ke mainan

3
3. Tahap 3
Mengulang-ulang urutan sebab-akibat sederhana, kemudian memilih
cara untuk mencapainya, seperti: mengosongkan, mengisi,
menyembunyikan, menemukan, membangun, dan merobohkan.
Contoh:
a. Mengisi keranjang atau wadah lainnya menggunakan sekop dan/atau
tangan (anak terlihat memiliki tujuan mengisi wadah dan menggunakan
urutan sebab/akibat yang sederhana[misalnya: mengisi sekop dan
menuangkannya ke dalam wadah]untuk mencapai tujuan).
b. Menuangkan air ke dalam teko dengan tujuan mengisi penuh teko
tersebut.
c. Menyembunyikan dan menemukan benda di dalam air atau pasir.
d. Menyusun balok-balok ke atas, kemudian merobohkannya kembali.
4. Tahap 4
Anak mulai mencoba-coba. Tujuan main di pertahankan tetapi
perilaku untuk mencapai tujuan tidak menjadi hal utama. Cara yang
dilakukan oleh anak selama pengulangan berubah-ubah. Mungkin mereka
memiliki perasaan: “Saya sedang mencoba mengerti ini.”
Contoh:
a. Anak mengisi keranjang dengan pasir dengan menggunakan sebuah
sekop, tetapi penggunaan sekop dilakukan dengan berbagai cara selama
proses bermain (coba-coba).
b. Anak mengosongkan teko air dengan cara menuangkan dengan berbagai
cara sambil mengamati air yang dituang.
B. Tahapan Meronce
Arti dari istilah kata meronce sendiri seperti yang sudah dijelaskan di
awal adalah sebuah seni merangkai suatu objek benda dengan membuatnya
menjadi satu kesatuan yang menarik dengan adanya bantuan dari
tali maupun benang. Seni meronce sendiri sudah dikenal sejak lama, di mana
pada zaman prasejarah para perempuannya sudah mulai menggunakan berbagai
perhiasan atau aksesoris berbahan batu dengan menggunakan teknik ronce baik

4
untuk kecantikan maupun sebagai penanda dari status sosialnya. Pengkreasian
meronce sendiri dapat dilakukan untuk membuat berbagai produk, seperti
halnya kalung, gelang, tasbih, dan berbagai hiasan lainnya. Seni ini juga pada
umumnya digunakan untuk kepentingan komersial, karena hasil karyanya
dapat diperjualbelikan untuk mendapatkan keuntungan. Namun, bagi anak-
anak khususnya di usia dini, seni meronce dapat memberikan berbagai
manfaat. Salah satu manfaat utama dari melakukan kegiatan ini adalah untuk
membantu merangsang perkembangan saraf motorik halus yang dimiliki anak.
Hal ini dikarenakan, dengan memasukkan benang atau tali ke dalam lubang
benda secara satu persatu untuk membuat kesatuan, dapat membantu
merangsang saraf motorik halus dari anak, melatih kesabaran yang dimiliki
serta mengasah fokus dan konsentrasi yang dimiliki.
Berikut contoh dari tahapan meronce :
1. Main mengosongkan / mengisi keranjang dengan bola
2. Merangkai gelang berdasarkan warna
3. Merangkai berdasarkan bentuk
4. Merangkai berdasarkan warna dan bentuk
5. Membuat pola sendiri
6. Membaca pola kartu dari bermacam-macam tingkat kesulitan
C. Tahapan Menggunting
Menggunting adalah keterampilan penting yang harus dipelajari anak-
anak prasekolah. Keterampilan menggunting merupakan bagian penting dari
perkembangan motorik halus. Ini adalah keterampilan pra-menulis yang
melibatkan koordinasi mata-tangan, menggenggam objek, dan menggunakan
kedua tangan secara bersamaan. Menggunting adalah aktivitas mental dan fisik
yang menantang anak-anak dan membantu mereka menjadi lebih mandiri.
Memotong dengan gunting membutuhkan koordinasi tangan-mata, koordinasi
bilateral, integrasi visual-motorik, dan juga kemampuan motorik halus.
Beberapa manfaat dari menggunting, termasuk:
1. Penguatan otot tangan
2. Melacak dengan mata mereka

5
3. Berfokus untuk waktu yang lama
4. Meningkatkan ketangkasan jari
5. Membantu mengembangkan koordinasi tangan-matang
Perkembangan Menggunting
a. Pra Menggunting.
Memungut atau Menjepit Banda-benda Kecil
Kegiatan yang memperkuat koordinasi tangan dan genggaman penjepit
harus dimulai sejak bayi dengan:
 Memungut benda-benda kecil dengan tangan atau penjepit.
 Main jari menggunakan jari-jari untuk menulis(ibu jari, telunjuk dan
jari tengah).
 Kegiatan ini harus dilanjutkan selama masa usia dini.
Merobek dan Meremas
Pengalaman awal menggunting lainnya untuk memperkuat koordinasi
tangan dan genggaman penjepit:
Merobek dengan ujung jari
Latihan ini membuat anak siap menggunting. Anak harus dibolehkan
untuk meremas, merobek dan menggunting setiap hari.
b. Perkembangan menggunting
Pada perkembangan menggunting terbagi menjadi 6 tahapan yaitu:
 Menggunting sekitar pinggiran kertas
 Menggunting dengan sepenuh bukaan gunting
 Membuka dan menggunting terus menerus sepanjang kertas
 Menggunting di antara dua garis lurus
 Menggunting bentuk tapi tidak pada garis
1. Menggunting bermacam-macam bentuk
D. Tahapan Karya Seni Anak
Seni rupa adalah salah satu cabang kesenian, di mana Seni itu sendiri
adalah suatu karya atau penciptaan dan perbuatan manusia yang timbul dari
sebuah rasa dalam keinginan mencapai keseimbangan atau keharmonisan, di

6
satu sisi secara korelatif sebuah penciptaan kesenian juga adalah bagian dari
penciptaan yang terjadi di dunia dan mengikuti dinamika perubahan kesenian
yang terus berevolusi ( pertumbuhan dan perkembangan secara berangsur-
angsur dan perlahan lahan) yang tentu saja dimulai dari prinsip dasar tentang
sebuah ekspresi Cipta, Rasa dan Karsa yang mengikuti zaman dan
peradabannya.
Hampir semua komponen kesenian selalu mengalami perkembangan dan
akulturasi. Sebagai bagian dari perubahan, mau tidak mau harus disikapi
dengan beberapa langkah antisipatif secara cermat dan matang, agar tetap
selaras dengan apa yang diinginkan.
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam konteks
kesenirupaan secara umum, karena spektrumnya yang begitu luas dan bersifat
makro. Dengan demikian, kita tidak hanya berkutat pada masalah pengertian
dan pemaknaannya, tetapi lebih jauh dan lebih dalam lagi menyangkut
berbagai komponen yang terkait dan secara dominan memengaruhi eksistensi
kesenirupaan. Eksistensi Kesenirupaan juga adalah sebuah eksistensi budaya,
kebiasaan gaya hidup dan cara berkomunikasi manusia dengan bahasa gambar
yang ditandai dengan gambar atau image yang tercipta karena maksudnya
dalam menyampaikan pesan. Kesenirupaan sebagai bagian dari kesenian.
Kesenian sendiri adalah bagian integral dari seluruh unsur kebudayaan, seluruh
hasil cipta, karsa, dan karya manusia. Ketika terjadi perubahan paradigma
dalam memandang kehidupan ini, seketika itu pula bermunculan respons dari
setiap komponen yang terkait. Kesenian yang akan ditinjau di sini adalah Seni
Rupa sebagai sebuah tinjauan tentang Kajian Seni Rupa Anak, di mana sebuah
hasil karya dalam bentuk rupa yang tercipta adalah hasil sebuah penciptaan
yang menjadi ekspresi bentuk yang diciptakan seorang anak.
Karya rupa anak merupakan hasil pikiran,/ gagasan dan perasaan anak
terhadap lingkungan sekitar sebagai ekspresi atau cerminan terhadap bentuk
maupun dorongan emosi terhadap diri dan lingkungan anak, tentang beberapa
faktor atau aspek di dalam Seni, seperti Aspek agama atau religi, aspek
kehidupan masyarakat dalam lingkup budaya atau sosiokultural, Aspek

7
geografis dan Aspek sejarah atau masa lalu setiap individu sebagai latar
belakang karakter atau ekspresi.
Berikut beberapa contoh Tahapan perkembangan karya seni anak
1. Tahap 1
Menggambar
Coretan awal; coretan acak; coretan-
coretan selalu berhubungan seolah-olah
"krayon" tidak pernah lepas dari kertas.

Melukis
Bercak warna-warni; secara acak, seperti
mencoret atau menyikat mengenal cat dan
kertas.

2. Tahap 2
Menggambar
Coretan terarah; Tanda-tanda tertentu
(seperti garis-garis atau titik-titik)
diulang-ulang; biasanya bentuk lonjong;
Tanda-tanda itu belum berhubungan.
Melukis
Pemisahan warna; olesan tertentu diulang-
ulang secara terarah, olesan-olesan itu
belum berhubungan.

3. Tahap 3
Menggambar
Penambahan pada bentuk-bentuk lonjong;
yang sering ditambahkan garis-garis dan
titik-titik; biasanya garis-garis menyebar
dari bentuk lonjong.

8
Melukis
Bercak-bercak warna bergabung satu
dengan yang lainnya pada pinggiran
bercak-bercak warna-warna itu.

E. Tahap Bermain Balok


Tahap bermain balok anak usia dini dapat dilihat dari beberapa aspek.
Pengertian balok adalah potongan-potongan kayu yang polos (tanpa cat) atau
berwarna sesuai standar cat yang aman untuk anak-anak, sama tebalnya dan
dengan panjang dua kali atau empat kali sama besarnya dengan satu unit balok.
Semua anak akan melalui tahapan dalam bermain menggunakan balok.
1. Membawa balok-balok berkeliling , anak-anak pada mulanya sering kali
mengangkat balok sambil membawanya berkeliling, dengan demikian
mereka belajar tentang balok misalnya berapa berat balok tersebut.
2. Memancang balok atau meletakkakannya di lantai, kadang balok diletakkan
mendatar di lantai tanpa bersinggungan satu sama lain, anak masih belajar
karakter balok tersebut, bagaimana meletakkan yang satu di atas lainnya
untuk membuat menara. Jalan sering kali merupakan tradisi dari tahap
bangunan lurus sampai membuat bangunan berikutnya.
3. Cara baru menyambung balok : memagar, jembatan, pola-pola dekoratif dan
kejelian membanding. Mulanya anak akan senang memagar dengan teknik
baru, membuat pagar adalah suatu pengalaman yang menyenangkan,
kemudian pagar dapat digunakan untuk permainan dramatik. Memagar
mengarahkan anak-anak untuk mengenal bentuk-bentuk geometrik dan
lapangan. Membuat jembatan dengan dua balok ditancapkan dalam posisi
antara satu dan lainnya diberi jarak lalu jarak ini dihubungkan dengan satu
balok lagi di bagian atasnya.
4. Memberi nama bangunan, menggunakan dan mengembangkan bangunan,
begitu mereka memiliki pengalaman, untuk umur 4 sampai 6 tahun, anak-
anak mulai memberi nama bangunan yang mereka buat.

9
F. Tahapan Menulis
Tahapan keterampilan menulis awal pada Anak Usia Dini menurut (Aisy
& Adzani, 2019) mengatakan beberapa tahapan keterampilan menulis Anak
Usia Dini yang dipisah menjadi 5 bagian, ialah: (1) sesi mencoret umur 2,5
tahun sampai 3 tahun, ialah dikala anak memulai tahapan belajar mengenai
bahasa tulisan dan bagaimana mengarahkan tulisan tersebut. (2) sesi
pengulangan secara linier umur 4 tahun, ialah dikala anak berpikir jika sesuatu
kata menunjukkan pada suatu yang besar. (3) sesi menulis secara acak umur 4-
5 tahun, ialah dikala anak bisa mengganti tulisan sebagai kata yang memiliki
pesan. (4) sesi menulis tulisan nama umur 5,5 tahun, bermacam kata yang
memiliki akhiran sama didatangkan dengan kata serta tulisan. (5) Sesi menulis
kalimat pendek umur > 5 tahun, ialah kalimat yang akan ditulis berbentuk
subjek serta predikat. Menurut (Nugrahaningtyas, 2014) keterampilan menulis
AUD merupakan bagian dari pengawalan atas aktivitas jari dan lengan
sehingga akan menghasilkan huruf. Memberikan stimulasi pengembangan
menulis aud harus tepat dan sesuai terutama bagi seorang guru karena tugas
seorang guru yang akan memberikan pembelajaran bagi anak. Menurut
(Mustari, Indihadi & Elan, 2020) menyatakan bahwa dalam STPPA menulis
untuk umur 4-5 tahun adalah mengetahui simbol, dan membentuk coretan yang
menghasilkan makna dalam tulisan. melaksanakan Peran guru di sini lah yang
besar bagi proses atau tahapan perkembangan anak, terutama di masa pandemi
Covid-19 ini yang mewajibkan seluruh proses pembelajaran dilaksanakan
dengan daring atau pembelajaran berbasis video conference, oleh sebab itu
guru wajib melaksanakan bermacam upaya bersama orang tua anak untuk
bekerja sama dalam memberikan pembelajaran yang tepat pada anak. Perihal
ini yang menjadi tugas semua guru TK untuk bagaimana memberikan proses
pembelajaran terkait menulis untuk anak usia dini sehingga perkembangan dan
pengembangan anak akan berkembang, salah satunya adalah upaya yang
dilakukan guru di TK Darussalam 2 yang harus memberikan proses
pembelajaran secara daring untuk mengajarkan kemampuan menulis kepada
anak usia dini. Kemampuan atau keterampilan menulis merupakan keahlian

10
untuk mengekspresikan sesuatu yang terdapat di pikiran melalui tulisan.
Berdasarkan. (Anggalia Asri, 2014) menyebutkan bahwa keahlian menulis
merupakan suatu kegiatan dalam meniru ataupun melukiskan lambang yang
akan menggambarkan sesuatu Bahasa yang dimengerti oleh seorang. Adapun
tujuan dalam mengajarkan keterampilan atau kemampuan menulis pada aud
yaitu memenuhi kriteria atau syarat menulis yakni:
1. Prinsip pemakaian indikasi ataupun simbol.
Pada prinsip ini menjelaskan bahwa dengan memberikan peluang bagi
anak sehingga akan berfungsi dalam membentuk kelenturan motorik.
2. Prinsip pengulangan.
Prinsip pengulangan adalah membagikan latihan kepada anak secara
berulang-ulang.
3. Prinsip keluwesan.
Pendidik atau guru menghadirkan tulisan kepada anak dengan
menggunakan simbol atau tanda yang dekat dengan anak.
4. Prinsip pengungkapan.
Membagikan peluang kepada anak dalam menyampaikan
pengetahuannya terkait tulisan.
5. Prinsip mencontoh.
Prinsip ini pendidik atau guru harus selalu mengulangi bermacam tipe
tulisan ataupun kata beserta kerangka yang sama.
6. Prinsip penguatan.
Guru selalu menyampaikan pemantapan berbentuk apresiasi ataupun
pujian kepada anak
G. Tahapan Bermain Peran
Bermain peran dilakukan oleh anak karena permainan ini melibatkan
dunia
khayal atau fantasi mereka, sehingga dengan bermain peran anak akan
mencurahkan kemampuan berpikir fantasinya dengan baik dan menyenangkan.
Bermain peran sangat dekat dengan dunia anak. Tahapan bermain Piaget yang
menjelaskan bahwa anak-anak yang berusia 4 tahun dan usia sekolah

11
berpartisipasi dalam bermain peran atau yang disebut sebagai tahapan bermain
konstruktif. Bermain peran mendominasi permainan, dan peserta menggunakan
properti, kreativitas, serta imajinasi. Tahapan permainan ini memerlukan
interaksi sosial (Dietze, 2006: 130). Dengan bermain peran, anak-anak dapat
belajar berbagai hal yang ada di sekitar lingkungan anak. Piaget, Vigotsky, dan
Bruner mengindikasikan bahwa anak-anak akan mengembangkan kemampuan
representatif ketika bermain (Dietze, 2006:118).
Seperti yang dijelaskan oleh Hurlock (1978: 329) bahwa bermain peran
merupakan bentuk bermain aktif anak-anak melalui perilaku dan bahasa yang
jelas, berhubungan dengan materi atau situasi yang seolah-olah hal tersebut
mempunyai atribut yang lain daripada yang sebenarnya. Bermain peran dapat
digunakan sebagai salah satu metode pembelajaran yang mengajarkan kepada
anak untuk sabar menunggu giliran, mendapatkan giliran, dan berbagi (Bilmes,
2012: 153).
Terdapat beberapa tahapan bermain yang sesuai untuk kemampuan sosial yang
digunakan untuk bersama-sama dalam perkembangan sosial, antara lain:
1. Perilaku yang Tidak Diduduki: Melihat apa pun yang terjadi, tetapi tidak
melakukan kegiatan apa pun.
2. Perilaku penonton: Menonton orang lain bermain.
3. Bermain mandiri Solitar: Terlibat aktif dengan mainan yang berbeda dari
yang digunakan oleh anak-anak lain.
4. Bermain Paralel: Bermain di sebelah, tetapi tidak dalam interaksi saling
menyihir, sering menggunakan jenis bahan yang sama, misalnya, balok atau
boneka.
5. Bermain Asosiatif: Bermain dengan anak-anak lain, berbagi mainan, dan
berinteraksi, tetapi tanpa organisasi keseluruhan kelompok untuk mencapai
tujuan komunal.
6. Bermain kooperatif: Bermain sebagai bagian dari kelompok yang memiliki
tujuan bersama seperti membangun, membuat adegan belive make seperti
"rumah" dengan peran yang ditugaskan, atau bermain olahraga (Levine &
Munsch, 2014: 412).

12
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anak-anak pada usia dini secara alami memiliki dorongan untuk
mengekspresikan diri mereka melalui karya seni. Melalui aktivitas seperti
melukis, mewarnai, membuat pola, dan bermain dengan bahan-bahan kreatif,
mereka mengembangkan kemampuan ekspresi diri mereka. Kegiatan seni,
seperti menggambar dan memotong, membantu dalam pengembangan
keterampilan motorik halus anak-anak. Ini mencakup penggunaan jari, tangan,
dan pergelangan tangan untuk mengendalikan alat tulis atau bahan seni lainnya.
Aktivitas seni juga merangsang perkembangan kognitif anak-anak, termasuk
pemahaman warna, bentuk, dan pola. Ini membantu membangun dasar untuk
pemahaman konsep-konsep matematis dan ilmiah di masa depan.
B. Saran
Pastikan anak-anak memiliki akses mudah ke berbagai bahan seni seperti
kertas, pensil, cat air, krayon, dan clay. Ini memberi mereka kesempatan untuk
bereksplorasi dengan berbagai media dan meningkatkan kreativitas mereka.
Berikan apresiasi dan pujian atas karya seni anak-anak. Ini tidak hanya
membangun kepercayaan diri mereka, tetapi juga meningkatkan motivasi untuk
terus berpartisipasi dalam kegiatan seni. Ajak anak-anak untuk mencoba
tantangan kreatif, seperti membuat karya seni dengan bahan-bahan tertentu
atau mengeksplorasi tema tertentu. Ini dapat merangsang
pikiran kreatif mereka.

14
DAFTAR PUSTAKA
Isi Tahap Perkembangan Karya Anak. (n.d.). Retrieved November 11, 2023, from
Scribd: https://www.scribd.com/doc/106727498/Isi-Tahap-Perkembangan-
Karya-Anak
Kusumawati, A., & Sunaria. (2017). Peningkatan Kemampuan Menulis
Permulaan Pada Anak Usia 5-6 Tahun Melalui Permainan Plastisin
(Penelitian Tindakan Kelas di Taman Kanak-Kanak Al-Faruqiyah
Cipondoh Tangerang). Yaa Bunayya : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini,
1(1), 7-13.
Lestari, P. M. (2016). Pengaruh Penggunaan Media Balok Terhadap Kreativitas
Anak Usia 5 – 6 tahun TK Kesuma Segalamider Bandar Lampung.
(Skripsi, Universitas Lampung).
Mustari, L., Indihadi, D., & Elan. (2020). Keterampilan Menulis Anak 4-5 Tahun
(Penelitian Single Case Experiment pada Kelompok B TK Al Munawaroh
Banjarsari. Jurnal PAUD Agapedia, 4(1), 39-49.
Nasikhah, Durrotun, I., & Edi. (2019). Efektivitas Bermain Peran Terhadap
Motivasi Belajar dan Kemampuan Berbicara Anak Usia 5-6 Tahun. (Tesis,
Universitas Negeri Yogyakarta).
Prashanti, N. A., & Hafidah, R. (2021). Perkembangan Menulis Anak Usia Dini
Masa Pandemi Covid-19 Di TK Darussalam 02. PAUDIA, 10(1), 197-210.
Setiyani, D. E. (2019). Pengaruh Permainan Balok terhadap Kemampuan
Pengenalan Bangun Datar pada Anak Kelompok B di RA Raden Fatah
Blitar. (Skripsi, Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung).
Siti, B. (2022). Apa Itu Meronce dan Manfaatnya Bagi Anak Usia Dini. Retrieved
November 11, 2023, from Gramedia Blog:
https://www.gramedia.com/best-seller/meronce/
Tahapan Bermain Balok Anak Usia Dini. (2019). Retrieved November 11, 2023,
from Aa Fajar PAUD: https://www.aafajarpaud.com/2019/06/tahapan-
bermain-balok-anak-usia-dini.html?m=1

15

Anda mungkin juga menyukai