Anda di halaman 1dari 5

Nama : Armaya Yulia Fauziah

Nim : 2017.04.608

TINJAUAN PSIKOLOGIS MENGENAI SHALAT

1. Pengertian Shalat
Secara etimologi, shalat mengandung arti berdoa memohon kebaikan dan
pujian. Sedangkan secara hakikat mengandung pengertian berharap hati (jiwa) kepada
Allah dan mendatangkan takut kepada-Nya, serta menumbuhkan rasa keagungan,
kebesaran, dan kesempurnaan sang khalik di dasar jiwa. Adapun menurut
pemahaman ilmu fiqh, shalat merupakan rangkaian perbuatan, dan perkataan yang
dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam menurut syarat dan rukun-rukun
tertentu yang dilaksanakan untuk membuktikan pengabdian dan kerendahan diri
kepada Allah SWT.7
Secara umum, kita mengenal dua macam shalat, yaitu shalat fardhu dan shalat
sunnat. Shalat fardhu adalah shalat yang diwajibkan untuk dikerjakan bagi tiap-tiap
Muslim yang telah baligh yang meliputi shalat Subuh, Dzhuhur, Ashar, Maghrib, dan
Isya. Sementara shalat sunnat adalah shalat-shalat yang dianjurkan atau disunnatkan
untuk dikerjakan, baik yang mengiringi shalat fardhu (rawatib), maupun yang tidak
mengiringi shalat fardhu (tahajjud, witir, tarawih, istisqa‟, istikharah, shalat sunnat
hari raya, shalat dhuha, dll).

2. Manfaat Shalat dari Aspek Fisik dan Psikis


Shalat memiliki berbagai manfaat bagi manusia, baik secara spiritual maupun
secara fisik. Seorang muslim harus bersiap melakukan shalat sebagai simbol untuk
melakukan penyucian diri.8
Dalam QS. Al-Mu‟minun: 1-2

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. Yaitu orang-orang yang


khusyuk dalam shalatnya
Walaupun tujuan utama shalat adalah untuk menyembah Allah, namun ritual
shalat memiliki banyak manfaat tambahan bagi orang yang melakukannya.
a. Wudhu
Wudhu merupakan kegiatan membersihkan diri dari segala kotoran yang
melekat pada tubuh. Wudhu dilakukan dengan mencuci menggunakan air bersih
ke anggota badan tertentu. Mulai dari tangan, mulut, hidung, wajah, lengan,
kepala, telinga, dan kaki. Dengan demikian, kebersihan jiwa dan tubuh seorang
muslim ditekankan dalam QS. Al-Maidah: 6

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak melaksanakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu, dan
basuh kedua kakimu sampai mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah…
Dengan sifat air yang membersihkan, wudhu merupakan prosedur preventif
dalam kesehatan. Air dapat membantu untuk menghilangkan rasa sakit, baik secara
fisik maupun emosi. Seseorang merasa segar ketika membiarkan air membasuh
dirinya dan membiarkan keluar perasaan frustasi, kemarahan, stress yang
dialaminya. Selain itu, mencuci tangan juga merupakan kebiasaan yang selalu ditekankan
dilakukan di tiap Rumah Sakit untuk mencegah menularnya kuman
penyakit. Islam telah mengajarkannya 1400 tahun yang lalu.

b. Gerakan Shalat
Kewajiban melakukan shalat lima kali sehari dapat dipandang sebagai bentuk
praktis dari olahraga. Keseluruhan gerakan dalam shalat bersifat tenang, berulangulang, dan
melibatkan semua otot dan persendian. Panas atau kalori yang
dikeluarkan secara teratur dapat menjaga keseimbangan energi.10
Pelaksanaan shalat lima waktu yang teratur dapat menghilangkan atau
mengurangi berbagai penyakit. Gerakan shalat dapat meringankan sakit punggung
bagian bawah (lower back pain), arthritis, letak rahim yang miring (cervical
misalignments), sakit kepala, dan keluhan lain. Shalat juga memainkan peran
penting untuk melawan serangan jantung, kelumpuhan, penuaan dini, demensia, kehilangan
kontrol sphineter, diabetes mellitus, dan lain-lain. Gerakan shalat
merangsang sirkulasi kolateral yang memainkan peran untuk mengurangi serangan
jantung.
c. Psikologi Al-Fatihah
Nama-nama lain surat Al-Fatihah adalah Asy-Syâfiyah (penyembuh), AlKâfiyah (yang
mencukupi), Al-Wâqiyah (yang melindungi), dan Ar-Ruqyah
(mantera). Dari nama-nama tersebut dapat disimpulkan bahwa surat Al-Fatihah
memiliki potensi terapi (penyembuhan). Menurut Ibnul Qayyim Al-Jauziah, surat
Al-Fatihah mengandung penawar qalbu. Adapun menurut M. Quraish Shihab,
surat Al-Fatihah bisa mencukupi manusia dalam mengatasi segala keresahan, serta
melindunginya dari segala keburukan, dan menjadi mantera dalam menghadapi
segala kesulitan.
Berdasarkan penafsiran surat Al-Fatihah dari berbagai sumber tafsir Al-Quran
yang berkaitan dengan proses mental dan proses perilaku, kandungan surat AlFatihah bisa
mempengaruhi pikiran, perasaan, hingga perilaku individu (muslim).
Misal, “Alhamdulillâhi rabbil „âlamîn”, pikiran yang dihasilkan adalah “Cobaan
dan malapetaka itu tidak lagi berarti dibandingkan dengan besar dan banyaknya
karunia Allah selama ini” atau pikiran “Ada hikmah di balik cobaan ini”,
kemudian menghasilkan perasaan tenang, dengan mengucap “Alhamdulillâh”.
Dalam istilah psikologi, “Terapi Al-Fatihah” disebut dengan Restrukturisasi
Kognitif melalui Al-Fatihah, yang artinya upaya mengubah pikiran dan keyakinan
negatif (disfungsional) individu melalui tadabur (memikirkan dan merenungi)
ayat-ayat Al-Fatihah. Singkatnya, restrukturisasi kognitif melalui Al-Fatihah
dilakukan dengan cara mengganti pikiran dan keyakinan negatif mengenai diri,
orang lain, dan dunia dengan yang lebih positif dari kandungan ayat-ayat AlFatihah.

3. Shalat membawa Ketenangan Jiwa


Dalam Al-Qur‟an disebutkan bahwa orang beriman hendaknya mencari
pertolongan dari sabar dan shalat. QS. Al-Baqarah: 45

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu
sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'.
Banyak sekali penelitian yang telah dilakukan terhadap ritual ibadah dalam
berbagai mazhab, dan terbukti bahwa ibadah dan doa berdampak sangat positif pada
diri manusia. Dengannya, ketenangan semakin terasa, semangat hidup semakin
besar, stres berkurang, pikiran tambah jernih, jiwa semakin bugar, dan sebagainya.
Shalat mampu mengatasi persoalan yang sedang dihadapi seorang hamba, karena:
฀ Saat berdiri untuk mengerjakan ibadah shalat, pikiran dan ingatan seorang
hamba akan teralih dari kesusahan dan tekanan yang sedang dialami, dan
hatinya hanya fokus pada Tuhan. Saat individu tidak hanyut dalam perasaan
sedih sewaktu menghadapi masalah, saat itu pula persoalan tersebut terasa
lebih ringan.
฀ Dalam shalat, terjalin ikatan emosional antara hamba dengan Tuhannya.
Ikatan inilah yang menciptakan kekuatan dalam hatinya sehingga dapat
merasakan ketenangan.
฀ Shalat memiliki serangkaian adab yang dapat mengantarkan jiwa manusia ke
dalam suasana penuh ketenangan.
฀ Memahami dan menghayati setiap dzikir yang diucapkan dalam shalat.
Khususnya ayat yang berbunyi: “Hanya kepada-Mu kami menyembah dan
hanya kepadaa-Mu kami minta pertolongan.” Inilah ayat yang
mengilhamkan tekad dalam diri hamba untuk tidak pernah menyerah, tunduk, dan tidak
menyembah selain Allah SWT. Suatu hari, Abu Darda
bercerita:

Beberapa saat sebelum fajar menyingsing, aku melihat Imam Ali di


tempat ibadahnya tergeletak di atas tanah. Aku mendekatinya dan
menggerakkan tubuhnya, namun aku melihatnya tidak bergerak
sedikitpun. Aku bergegas ke rumahnya dan mengabarkan istri beliau,
Fathimah. Sesampainya di rumah beliau, putri Nabi itu bertanya, „Siapa
kamu?‟ Aku menjawab, „Aku, Abu Darda, pembantumu.‟ Ia bertanya,
„Ada apa gerangan?‟ Aku menjawab, „Aku menemukan Imam Ali
tergeletak meninggal dunia dalam kondisi beribadah!‟ Mendengar itu,
Fathimah hanya menanggapi, „Biarkan saja, ia memang seperti itu saat
beribadah karena saking takutnya kepada Allah SWT.‟
Contoh menarik lainnya adalah dicabutnya sebatang anak panah dari tubuh Imam
Ali yang saat itu sedang shalat tahajjud. Dikarenakan shalatnya sedemikian khuysu‟
dan mendalam, beliau sama sekali tidak merasakan sakit saat anak panah dicabut
dari tubuhnya.

Shalat adalah pencucian hati dari kotoran dosa-dosa. Apabila di dalam shalat itu
seseorang mampu memancarkan hati dan ruhnya untuk beristighfar dan bertobat
kepada Allah SWT., maka shalat itu akan menghasilkan pencucian hati dari segala
kotoran dosa. Namun, apabila yang dipancarkan adalah dorongan kemauan nafsu
syahwat belaka, artinya dengan shalatnya supaya hanya mendapatkan bagian-bagian
kehidupan duniawi, maka manusia akan terhijab dari Tuhannya dan yang disembah
sesungguhnya adalah hawa nafsunya sendiri.

Alexis Carrel mengakui bahwa shalat menciptakan ketenangan dan ketentraman


batin. Keadaan inilah yang dibutuhkan orang yang sedang mengalami tekanan jiwa.
Tak jarang individu memperoleh kesembuhan di tempat di mana dirinya beribadah.

Anda mungkin juga menyukai