Anda di halaman 1dari 13

Khusyu'

Kultum Tech Talk BSI


25 Maret 2021

Badan Sistem Informasi


“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya
yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’
(Al Baqarah 2 :45)

• Berbagai persoalan sering mempengaruhi kita: kegelisahan, kecemasan, putus asa;


hingga kita mengalami stress, sakit atau depresi. Sebenarnya shalat khusyu’ dapat
dikembangkan untuk mengatasinya.
• Metodenya secara psikologis dan fisiologis yaitu mempelajari pikiran & jiwa serta posisi
tubuh, menerapkan dengan konsentrasi dan kemauan mendekatkan diri kepada Ilahi
secara disiplin, maka kita akan melakukan perjalanan ruhani menuju spiritual yang
tinggi.
• Teknik khusyu’ adalah mengeksploitasi harmoni dan keseimbangan dua hal yang
berlawanan: jasmani-ruhani, otak kiri-kanan, energi positif-negatif.
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak)
selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikan shalat untuk
mengingat Aku”
(Thaha 20:14)

Shalat memiliki 5 unsur:


•Meditasi atau doa yang teratur.
•Relaksasi dalam gerakan shalat.
•Hetero/auto sugesti dalam bacaan shalat
•Group therapy dalam shalat jamaah
•Hydro therapy dalam wudhu
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu dan
sesungguhnya yang demikian itu sungguh amat berat, kecuali bagi
orang-orang khusyu’ yaitu orang-orang yang meyakini bahwa
mereka akan menemukan Tuhannya dan bahwa mereka kembali
kepada-Nya. (Al Baqarah 2:45-46)

Dampak shalat khusyu:


•Menimbulkan etos kerja yang profesional dan
bertanggung jawab.
•Memberi efek ketenangan, kepuasan dan rasa
bahagia.
Mengevaluasi Ulang Shalat

Evaluasi diri dengan pertanyaan:


• “Kemana saya harus meminta pertolongan ketika saya gelisah atau ketika saya tidak
mampu mengatasi/ menjawab persoalan yang pelik?
• Apakah jawabannya shalat?

• Kita tidak pernah menyadari untuk memanfaatkan shalat sebagai alat penolong,
sumber hidup, penerang jiwa dan tampat kita bertanya tentang persoalan yang sulit
dipecahkan.
Mengapa Shalat Khusyu' Sulit Didapat?

• Secara fitrah manusia menginginkan ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan dalam


hidupnya. Lantas – sesuatu apa yang hilang?
• Apakah shalat hanya beban/kewajiban? Apakah kita shalat karena takut neraka?

Padahal shalat memiliki manfaat:


• Tuntunan meditasi transendental.
• Efek kesehatan, relaksasi.
• Terapi fisik, pikiran dan jiwa yang sangat sempurna

• Pelaku meditasi: menunjukkan adanya kebahagiaan, perasaan nyaman, ketagihan pada


keadaan hening dan damai.
• Shalat secara sederhana dan konkrit akan membawa kita pada kebahagiaan,
ketenangan, cinta dan rindu.
Mencoba Konsentrasi
“Berapa banyak orang yang shalat namun hanya mendapatkan rasa capek dan
lelah”(HR Abu Dawud).

• Keluhan yang umum saat shalat adalah sulit berkonsentrasi.


• Upaya memperoleh kekhusyu’an dengan konsentrasi selalu berakhir dengan kegagalan, walaupun syariat
telah terpenuhi baik bacaan maupun raka’atnya.
• Pikiran pergi kemana-mana, tahu-tahu shalat sudah selesai.
=> Otak bekerja sendiri-sendiri, sehingga pada saat shalat:
• Otak kiri: menghitung, mengatur raka’at & membaca secara verbal setiap kalimat yang dipola & berulang.
• Otak kanan: memahami dengan emosinya, bagaimana Allah hadir menyambut & memberi respon serta
mampu merasakan rahmat yang mengalir ke hatinya.
• Bila pikiran dan cara berpikir sudah seimbang, tubuh dan jiwa akan mengikuti kehendak pikiran =
awareness. Ini adalah sinergi yang diharapkan dapat menampilkan kualitas shalat kita secara optimal.
•= ingat belajar mengendarai mobil=
Kembali ke Niat
• Niat bukanlah sebuah bacaan/mantra, tetapi suatu perbuatan
yang didalamnya terdapat kesadaran penuh yang mengalir.
• Niat adalah kesadaran untuk mempersatukan kegiatan otak
kiri dan kanan, sehingga menghasilkan rasa sambung (tuning)
dalam shalat maupun ibadah lainnya.
Tuma'ninah
• Kebanyakan orang mengira bahwa jumlah bacaan dalam setiap gerakan
shalat dijadikan ukuran waktu selesainya sikap berdiri, duduk, rukuk
maupun sujud.
• Padahal bacaan itu bukanlah sebuah aba-aba dalam shalat kita, sehingga
tidak bisa tenang.
• Kebanyakan dari kitapun telah lupa bagaimana caranya rileks, karena
kecepatan dan tekanan hidup.
• Setiap bacaan yang diulang merupakan aspek meditasi, autoterapi,
autosugesti, berdoa, mencari inspirasi, menunggu intuisi/petunjuk,
penyembuhan; bahkan untuk menemukan ketenangan yang dalam.
• Shalat  terapi mental & terapi fisik (kendor dan rileks)
Penelitian Terhadap Otak
• Hasil penelitian Alvan Goldstein: Ditemukan adanya zat endorphin dalam otak
manusia yaitu zat yang memberikan efek menenangkan yang disebut
endogegonius morphin.
• Drs Subandi MA, menjelaskan bahwa kelenjar endorfina dan enkafalina
yang dihasilkan oleh kelenjar pituitrin di otak ternyata mempunyai efek
mirip dengan opiat (candu) yang memiliki fungsi menimbulkan
kenikmatan (pleasure principle), sehingga disebut opiat endogen.
• Untuk mengembalikan produksi endorphin di dalam otak bisa dilakukan
dengan meditasi shalat yang benar atau melakukan dzikir yang memang
dapat memberikan dampak ketenangan.
Persiapan Relaksasi & Olah Spiritual
Bentuk aktivitas yang memberi efek relaksasi:
• Merebahkan tubuh
• Berdiri seperti anak balita
• Mendengar suara alam (air, angin, dll)
• Wewangian yang menentramkan (lavender/kayu cendana)
• Mengguyur dengan air
• Menyentuh/meijat daerah-daerah sensitif (kepala, muka tangan, kaki, dsb)
• Konsep regang, lepas dan rileks adalah hal yang penting dalam relaksasi,
yang memungkinkan mengalirkan darah dan mengirimkan energi ke otot-
otot yang regang; baik saat berdiri, rukuk, sujud atau duduk.
Ketenangan pikiran adalah kunci.
Jadikanlah shalat sebagai sarana berkomunikasi yang akrab, santai,
nyaman dan menyenangkan; untuk mencari ketenangan, kedamaian dan
kesehatan.
TERIMA KASIH

Badan Sistem Informasi

Anda mungkin juga menyukai