Di Susun Oleh:
Nim: 21120041
Prodi: PSIK 4A
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa senantiasa kita ucapkan.
Atas rahmat dan karunia-Nya yang berupa iman dan kesehatan akhirnya kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Shawalat serta salam tercurah pada Rasulullah SAW.
Semoga syafaatnya mengalir pada kita kelak.
Makalah dengan judul “Perkembangan Anak Sesuai dengan usia” Penulis mengucapkan
terima kasih kepada pihak yang telah mendukung serta membantu penyelesaian makalah
biologi. Besar harapan penulis agar a makalah ini bisa menjadi rujukan peneliti
selanjutnya. Penulis juga berharap agar isi makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada kesalahan penulisan. Kritik
yang terbuka dan membangun sangat penulis nantikan demi kesempurnaan makalah.
Demikian kata pengantar ini penulis sampaikan. Terima kasih atas semua pihak yang
membantu penyusunan dan membaca makalah ini.
Wassalamualaikum wr.wb
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... 2
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 4
1.1. Latar Belakang.........................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah....................................................................................................5
1.3. Tujuan...................................................................................................................... 5
1.4. Metode Penelitian.................................................................................................... 5
A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dapat dengan sengaja dirancang untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebagai mana tujuan pendidikan nasional
yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor: 27 tahun 1990 tentang Pendidikan Prasekolah dan Keputusan
menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 0486/U/1992 menjelaskan bahwa
pendidikan taman kanak- kanak (TK) bertujuan untuk membantu meletakkan dasar
ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang
diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dan
untuk pertumbuhan serta perkembanganselanjutnya.
Sejak lahir, bayi belajar dan berkembang. Mereka menggunakan indranya untuk aktivitas
seperti menggenggam, mendengarkan, menyentuh, dan mengisap. Inilah yang seharusnya
dilakukan bayi, yang merupakan bagian dari tahap perkembangan sensorimotornya.
Perkembangan sensorimotor bayi dan balita dimulai sejak lahir hingga usia dua tahun.
Orangtua harus mendukung perkembangan ini karena perkembangan
sensorimotor dibutuhkan untuk tahap perkembangan selanjutnya.
Ketahui tahapan perkembangan sensorimotor bayi sehingga Mama dapat membantu bayi
untuk berkembang. Berikut ulasan Popmama.com mengenai tahapan perkembangan
sensorimotor bayi serta tips untuk menstimulasinya.
Awasi mereka
Meskipun penting untuk memaparkan bayi pada berbagai hal di sekitarnya, penting juga
untuk memastikan lingkungan bermain yang aman bagi bayi setiap saat.
Tahap sensorimotor adalah fondasi yang kuat untuk tahun-tahun perkembangan bayi.
Mama dapat mengamati si Kecil dan membantu mereka mengeksplorasi dan
bereksperimen dengan hal-hal di sekitar mereka.
1. Bermain peran bersama anak Bermain peran baik dengan menggunakan media
permainan atau tanpa media permainan.
Contoh bermain peran, misalnya: bermain masak-masakan, anak berperan sebagai koki
dan orang tua sebagai pembeli makanan. Atau, bermain mobil-mobilan, anak berperan
sebagai sopir dan orang tua sebagai polisi. Atau, bermain dokter-dokteran, anak berperan
sebagai dokter dan orang tua sebagai pasien. Manfaat bermain peran adalah dapat
menstimulasi daya imajinasi anak. Daya imajinasi penting bagi anak untuk menjadi
kreatif, baik dalam berpikir maupun bertindak. Manfaat lain yaitu dapat meningkatkan
kemampuan afektifnya, misalnya meningkatkan minat belajar, meningkatkan motivasi
belajar, meningkatkan kemampuan berkomunikasi, berinteraksi dan bersosialisasi.
2. Bermain dengan benda yang disusun Misalnya bermain puzzle, lego, balok kayu,
menyusun gelas plastik, dan lain-lain. Ketika bermain menyusun benda, hendaknya orang
tua memberi contoh dan kemudian membiarkan anak mengeksplor sendiri apa yang
dilihat dan dipahaminya. Jika susunan belum benar atau anak menyusun dengan sesuka
hatinya, orang tua sebaiknya terus memotivasi dan tidak mengatakan bahwa
pekerjaannya salah. Dengan demikian secara afektif, anak akan dilatih untuk berani
mencoba dan percaya diri. Secara kognitif, anak dilatih untuk menganalisa sesuatu dan
mencobanya.
3. Bermain dengan gambar Misalnya bermain dengan kartu bergambar, mewarnai gambar,
menggambar/melukis, bermain dengan buku aktifitas, dan lain-lain. Bermain dengan
gambar secara afektif akan melatih minat dan motivasi anak untuk belajar. Pemahaman
dan pengetahuan dapat dikenalkan dengan bermain menggunakan gambar, misalnya
mengenal warna, mengenal nama benda, mengenal nama-nama dalam keluarga, dan
sebagainya, sesuai tema gambar.
5. Pakai benda yang bisa digerakkan Misalnya bermain dengan mobil-mobilan, gasing,
bola, dan lain-lain. Manfaat bermain dengan benda yang digerakkan adalah dapat melatih
motorik anak. Peran Penting Ayah dalam Mengasuh dan Mendidik Anak Secara kognitif,
orang tua dapat memberikan pengetahuan kepada anak, misalnya yang berhubungan
dengan arah atau lawan kata. Misalnya saat bermain mobil-mobilan, orang tua
mengenalkan kata maju mundur, depan belakang, kanan kiri.
6. Permainan sederhana Misalnya bermain lempar bola, sepak bola, bowling, kelereng,
bulu tangkis, dan lain-lain. Permainan sederhana dapat melatih motorik kasar maupun
motorik halus anak. Dalam permainan ini orang tua dapat melatih keterampilan dan
ketangkasan anak. Dalam permainan sederhana ada peraturan-peraturan sederhana, yang
secara afektif dapat melatih anak untuk berinteraksi, bersosialisasi dan bekerjasama.
Orang tua dapat mengenalkan aturan kalah dan menang dalam permainan, untuk melatih
sportifitas anak. Ada kalanya anak diposisikan sebagi pihak yang menang dan juga
diposisikan sebagai pihak yang kalah. Dengan demikian anak akan termotivasi untuk
berusaha.
8. Improvisasi pakai alat baru Misalnya bermain mobil-mobilan dari kulit jeruk bali,
bermain boneka dari kertas, bermain bola dari gulungan kertas, bermain drum dari kaleng,
bermain uang-uangan dari daun, menyusun jepitan jemuran menjadi pesawat, dan lain-
lain.
1. Panduan Tumbuh Kembang Si Kecil Usia 0-12 Bulan
Harapan Ayah dan Bunda adalah melihat Si Kecil tumbuh dan berkembang dengan
optimal. Meski tiap anak tumbuh dan berkembang dengan kecepatannya masing-masing
namun mengenali tahap pertumbuhan dan perkembangan Si Kecil sangatlah penting.
Bunda bisa memberikan stimulasi yang tepat untuk membantu proses tumbuh
kembangnya. Tidak hanya itu, Bunda juga bisa mengamati apakah ada gangguan yang
mungkin saja timbul.
Untuk masa bayi, dikenal sebagai masa keemasan karena berlangsung secara singkat dan
tidak dapat diulang. Kategori WHO berbeda dengan kategori pemerintah; usia
perkembangan bayi menurut WHO terbagi menjadi dua, yaitu neonatal sejak lahir sampai
usia 28 hari dan bayi dari usai 29 hari sampai 12 bulan.
Usia 1 bulan: Si Kecil bisa memandang objek yang bergerak di sekitarnya. Ia juga
sudah bisa merespons suara, tersenyum, serta mencengkram tangan orang lain.
Usia 2 bulan: Di usia ini, ia sudah bisa kontak mata dengan orang sekitarnya,
bermain dengan jari-jarinya, menahan kepala dan leher saat telungkup
Usia 3 bulan: Saat Bunda menggendongnya, ia sudah bisa menahan kepalanya
sendiri dalam posisi tegak. Suara-suara ocehan juga mulai terdengar dari mulut
mungilnya sembari sesekali diselingi tawa.
Usia 4 bulan: Ia bisa berguling ke satu sisi dan mulai menyemburkan air liur.
Usia 5 bulan: Kemampuan motoriknya berkembang, ia bisa mengambil barang
yang ada di sekitarnya, berceloteh cukup panjang, menangis jika ditinggal Bunda
atau orang terdekatnya, dan suka asyik sendiri memainkan tangan juga kakinya.
Usia 6 bulan: Si Kecil akan mulai merangkak, meniru suara, dan merespons emosi
orang lain
Usia 7 bulan: Di usia ini, Si Kecil umumnya sudah bisa duduk sendiri tanpa
bantuan atau sokongan. Ia juga sudah bisa merespons jika dipanggil.
Usia 8 bulan: Kemampuan merangkaknya lebih mantap, ia kini bisa merangkak
dengan jarak yang lebih jauh dan tumpuannya lebih kokoh. Ia juga sudah bisa
memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya.
Usia 9 bulan: Jangan kaget kalau Si Kecil mulai berdiri sendiri dengan
berpegangan pada benda di dekatnya dan bisa bermain susun barang.
Usia 10 bulan: Sekarang ia bisa melambaikan tangannya dan memanggil “Mama”
atau “Papa”.
Usia 11 bulan: Bermain “Cilukba”, mengoceh kata-kata yang sering ia dengar,
dan mampu berdiri sendiri selama beberapa waktu
Usia 12 bulan: Sekarang ia jadi peniru ulung karena suka meniru aktivitas yang
dilakukan orang lain. Ia juga sudah bisa menunjuk benda yang diinginkan.
Pertumbuhan
Memasuki usia tahun, berat badannya sudah mencapai 3 kali dari berat saat ia lahir.
Tinggi badannya pun sudah bertambah setengah dari panjang ketika ia lahir. Untuk
ukuran otak, anak umur satu tahun memiliki besar 60 persen dari ukuran otak orang
dewasa. Si kecil mengalami pertumbuhan yang cepat selama satu tahun namun di usia
selanjutnya pertumbuhan akan lebih lambat tetapi perkembangannya akan semakin
banyak.
Kemampuan Motorik
Anak berusia satu tahun umumnya sudah bisa berdiri tegak tanpa bantuan orang lain dan
bisa berjalan perlahan. Ia juga sudah bisa bangun sendiri tanpa bantuan ibu.
Kemampuan Bahasa
Biasanya pada usia ini ia sudah bisa merespon pertanyaan yang diberikan ibu meskipun
kosakata yang dimilikinya masih terbatas. Misalnya ia bisa menganggukan kepala atau
menggoyangkan tangan untuk merespon pertanyaan. Ia juga sudah mencoba mengikuti
kata-kata seperti mengucap “Mama” atau “Ibu”.
Kemampuan Kognitif
Pada usia ini ibu mesti berhati-hati karena si kecil sudah pandai meniru gerakan orang di
sekitarnya. Ia juga sudah bisa memindahkan beberapa barang, minum dari gelas, serta
melakukan perintah sederhana yang diminta ibu.
Perkembangan di Umur 2 Tahun
Pertumbuhan
Rata-rata anak usia 2 tahun akan bertambah tinggi 38 sentimeter dari panjangnya ketika
lahir. Di usia ini pertumbuhannya pun lebih lambat tidak seperti ketika ia berumur 1
tahun. Sedangkan untuk berat badannya kira-kira 1,5 kilogram hingga 2,5 kilogram, dan
rentang tingginya bertambah antara 13 sampai 2,5 sentimeter
Kemampuan Motorik
Kini si kecil sudah bisa menaiki tangga dengan perlahan, menendang bola, dan bisa
berlari kecil. Pada sebagian anak bahkan bisa berdiri di atas jari-jari kaki atau berjinjit.
Kemampuan bahasa
Pada usia ini, ia sudah memiliki 50 kosakata dan mengucapkan dengan cukup baik. Ia
pun bisa mengatakan dua kata dalam 1 kalimat sekaligus, mengenal serta mengetahui
nama benda dan bagian tubuh, ia juga sudah mulai bisa mengikuti perkataan orang
dewasa.
Kemampuan Kognitif
Anak usia dua tahun sudah mengetahui perbedaan waktu seperti sekarang atau nanti. Ia
juga bisa melakukan hal sederhana jika diminta seperti menaruh benda, mencuci tangan,
dan lain-lain. Umumnya, anak usia ini juga mulai berfantasi atau bermain dengan
mainannya sendiri.
Pertumbuhan
Anak usia 3 tahun berat badannya naik sekitar 2 kilogram dan bertambah tinggi kurang
lebih 8 sentimeter dibandingkan saat usianya 2 tahun. Anak pada usia ini pun banyak
yang terlihat lebih kurus dan rata bentuk perutnya karena mereka sudah mengalami
pertambahan tinggi. Pada usia ini pun gigi susu sudah lengkap.
Kemampuan Motorik
Anak sudah bisa berlari, memanjat, naik turun tangga sendiri, menendang bola, bersepeda,
dan bermain lompat-lompatan. Mereka juga biasanya sudah bisa berpakaian sendiri,
makan dengan garpu sendok, dan memegang pensil serte membolak balik halaman buku.
Kemampuan Bahasa
Ia semakin cepat belajar kata-kata baru dan sudah mengetahui segala benda di sekitarnya.
Mereka juga mulai sering bertanya dan ingin tahu tentang banyak hal. Umumnya, anak
usia ini sudah mengerti apa yang ia dengar meski belum bisa mengungkapkan dengan
kata-kata. Mereka juga sudah bisa menyatakan kalimat yang terdiri dari empat hingga
lima kata.
Kemampuan Kognitif
Ketika diajari, mereka sudah memahami dan mengetahui nama dan jenis kelamin mereka.
Mereka juga sudah bisa mengingat angka dan huruf. Selain itu, fantasi mereka mengenai
mainan dan hewan peliharaan pun sudah bisa mereka lakukan. Bahkan, mereka sudah
bisa memahami instruksi yang diberikan secara bersamaan, misalnya “Taruh botol susu
kamu di atas meja.”
Tumbuh kembang anak menjadi prioritas ibu agar buah hati tumbuh cerdas dan sehat.
Tentu saja, kondisi kesehatannya juga harus dijaga dan diperhatikan selalu. Oleh karena
itu, ketika si kecil sakit ibu harus segera menghubungi dokter agar dapat memberikan
penanganan yang tepat.
3. emahami tahap perkembangan anak sesuai usianya akan sangat membantu kita
mengoptimalkan tumbuh kembangnya. Pada anak usia 3-6 tahun, tahap
perkembangannya bisa berbeda ketika masih di bawah usia 3 tahun. Dalam tahap
perkembangan sosial, di usia 3-6 tahun anak akan identik lebih suka melakukan
pekerjaannya sendiri.
Usia 3-6 Tahun menyebutkan bahwa di usia 3-6 tahun anak mulai menjalin hubungan
dengan anak-anak lain dan membentuk grup kecil yang terdiri dari dua atau tiga orang.
Mereka juga mulai belajar arti berbagi dan mengantre, serta mulai menerima perilaku
yang diterima di lingkungannya. Di rentang usia tersebut, mulai tumbuh rasa simpati dan
empati pada diri mereka ketika melihat temannya kesakitan atau menangis. Berikut
rangkuman tahap perkembangan sosial anak usia 3-6 tahun seperti yang dikutip dari
Islamic Montessori.
Dapat mengetahui harus bergantian waktu walau terkadang belum mau mengikuti.
Tertawa saat mendengar hal lucu dengan teman sebaya.
Terkadang terbangun di malam hari karena mimpi.
Mulai bergabung pada permainan kelompok.
Berbicara terhadap diri sendiri.
Menyukai bermain sendiri, terkadang bermain bersama.
Mengidentifikasi gender laki-laki dan perempuan.
Meniru kegiatan orang dewasa.
4. Memasuki usia sekolah dasar, karakter anak akan semakin berkembang. Orangtua pun
perlu memberikan perhatian ekstra untuk memahami kebutuhan anak termasuk
pertumbuhannya. Dari mulai asupan gizi hingga kebutuhan pendidikannya, masa tumbuh
kembang anak di usia ini harus diperhatikan dan dipenuhi oleh orangtua.
1. Aspek Kognitif
Menurut Piaget, anak usia 6-12 tahun berada dalam tahap Operasional Konkret. Anak
telah memiliki kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang
bersifat konkret.
Pada tahap ini, ditandai dengan tiga kemampuan baru yang akan dikuasai anak, yaitu
kemampuan mengelompokkan, menyusun, dan menghubungkan/menghitung angka atau
bilangan. Kemampuan yang berkaitan dengan angka, seperti menambah, mengurangi,
mengalikan, dan membagi. Di samping itu, pada masa ini anak sudah memiliki
kemampuan memecahkan masalah yang sederhana.
Kemampuan kognitif pada masa ini merupakan dasar diberikannya ilmu seperti membaca,
menulis, dan berhitung (calistung). Untuk mengembangkan daya nalarnya, anak di latih
untuk bisa mengungkapkan pendapatnya terhadap berbagai hal, baik yang dialaminya
maupun peristiwa lain yang terjadi di sekitar.
2. Aspek Fisik
Perubahan fisik yang terjadi pada masa ini, akan berjalan lebih lambat di banding masa
bayi dan masa awal kanak-kanak.
Pada awal periode (usia 6 tahun), anak terlihat masih seperti anak kecil. Nanti, di akhir
periode (usia 12 tahun), anak sudah berubah dan mulai tampak seperti orang dewasa.
Apalagi ada beberapa anak yang mengalami pubertas di akhir periode ini.
Pada masa usia sekolah, anak sudah siap menerima pelajaran keterampilan yang
berkaitan dengan motorik, seperti menulis, menggambar, melukis, mengetik komputer,
melakukan aktivitas olahraga seperti berenang, bermain bola, dll.
3. Aspek Bahasa
Seiring dengan tingkat berpikir anak yang sudah lebih maju, anak akan banyak bertanya
soal waktu dan sebab akibat. Di tambah dengan adanya pelajaran bahasa yang di dapat
anak di sekolah, maka diharapkan pada periode ini anak bisa memiliki keterampilan
mengolah informasi yang di terima, serta berpikir dan menyatakan gagasannya.
4. Aspek Sosio-Emosional
Menurut Erikson, anak usia 6-12 tahun akan memasuki tahap Industrial vs Inferioritas.
Kalau sebelumnya anak banyak berada di lingkungan keluarga, pada tahap ini anak akan
banyak keluar ke lingkungan sekolah.
Sehingga semua aspek memiliki peran bagi anak (orang tua harus selalu mendorong, guru
harus memberi perhatian, teman harus menerima kehadirannya). Tapi sayangnya, anak
tidak selalu mendapatkan itu semua. Sehingga orang tua harus paham tentang kondisi
sekolah anak, teman satu permainan.
Seiring dengan lingkungan anak yang lebih luas, terdapat kebutuhan anak untuk
mendapatkan tempat dalam kelompok seumurnya yang ingin ia capai. Selain itu, pada
usia ini anak di tuntut untuk dapat merasakan bagaimana rasanya berhasil memenuhi
tuntutan lingkungan. Jika anak tidak dapat meraih sukses karena merasa tidak mampu
(inferioritas), maka anak akan mengembangkan sikap rendah diri.
Orang tua perlu mendukung anak, menyemangati anak bahwa ia mampu menyelesaikan
tugas-tugasnya, komunikatif, tetap membuat anak produktif dalam melakukan tugas-
tugas di rumah, memotivasi anak agar terus lebih baik, melakukan penerimaan dan
menghargai usaha yang telah anak lakukan, tidak banyak mengritik, terus menggali minat
anak, aktif cari tahu kondisi sekolah anak/teman-teman. Orangtua juga dituntut untuk
Ikut bersahabat dengan teman-teman si anak, tetap pantau kegiatan-kegiatan anak,
melindungi anak dari kejahatan seksual, pornografidan mengajak anak untuk berpendapat.
Jika ini dilaksanakan dengan baik maka akan terbentuk karakter anak yang rajin, ulet, dan
gigih, serta yakin dan percaya akan kemampuan dirinya dalam melaksanakan peran.
5. Usia 12-18 tahun sering juga disebut dengan usia remaja,yaitu peralihan dari anak-anak
menuju dewasa.Remaja yaitu dimana sangat jelas terlihat perubahan fisik maupun psikis
yang terjadi pada seseorang,seorang remaja akan cenderung menemukan hal baru yang
membuat mereka merasa kebingungan atau bimbang dalam bertindak atau bertingkah
laku.Kebiasaan yang mereka lakukan sewaktu anak-anak perlahan -lahan akan
ditinggalkan dan kebiassan-kebiasaan baru yang perlahan-lahan juga akan mereka
lakukan.
Berbicara tentang perkembangan emosi, pada masa remaja emosi sangat pesat
berkembang, membuat para remaja yang tidak dapat mengendalikan diri sehingga banyak
yang menjadi salah berperilaku atau bertindak.Ketidakstabilan emosi pada masa remaja
membuat mereka cenderung ingin menunjukkan jati diri atau kemampuan mereka
sesungguhnya yang menganggap bahwa mereka bisa melakukan segalanya dan lebih baik
dari orang lain yang ada disekitarnya.
Pada fase usia ini, tahap perkembangan akan banyak berada di sekolah. Remaja akan
belajar bagaimana beradaptasi dengan kelompok dan mulai mengembangkan tiga
keterampilan sosial:
Bila perkembangan emosi remaja dapat berkembang dengan baik, maka remaja akan
merasa aman dan percaya pada lingkungannya. Mereka akan memiliki rasa kompetisi
yang unggul di dalam lingkungannya. Sebaliknya, bila perkembangan tak berjalan baik
maka remaja muncul keraguan dalam diri anak. Mereka akan merasa malu, bersalah,
hingga menjadi pribadi yang kalah atau tidak dapat bersaing dengan teman yang lainnya.
Pada usia 9-10 tahun,remaja mulai dapat mengatur ekspresi emosi serta merespon distress
emosional pada orang lain. Seperti mengontrol emosi-emosi negatif, remaja akan mulai
belajar mengenai hal yang membuatnya merasakan hal-hal tersebut sehingga dapat
beradaptasi dan mengontrolnya.Pada fase usia 11-12 tahun, anak akan mulai memahami
mengenai norma-norma yang ada di lingkungannya. Mereka akan mulai beradaptasi dan
tidak sekaku ketika masa kanak-kanak. Selain itu, mereka akan mulai paham bila penilai
baik dan buruk dapat dibuah sesuai keadaan dan situasi yang ada.
Maka dari itu kita sebagai remaja dituntut untuk dapat mengendalikan emosi kita agar
dapat menjadi pribadi yang baik yang tidak akan salah dalam melangkah atau berperilaku
di dalam lingkungan rumah,sekolah maupun masyarakat.Tidak lupa juga dalam menjaga
perkembangan emosi yang dimiliki remaja peran orang tua sangat penting karena semua
tindakan atau pun karakter yang dimiliki seseorang berasal dari dalam atau tempat
pertama dirinya di tempah yaitu lingkungan keluarga atau rumah.Oleh karena itu didikan
dari orang tua
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setiap perawat perlu memahami tentang perkembangan keperawatan anak,
filososi keperawatan anak, dan peran perawat anak sehingga mereka dapat
memberikan asuhan keperawatan kepada anak dengan benar.
3.2 Saran
Sebaiknya para perawat harus memahami tentang persfektif keperawatan anak
agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang benar terhadap anak.
DAFTAR PUSTAKA
Bates, Barbara. Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. Edisi 2.
Jakarta: EGC. 2007
Hidayat. Aziz Alimul A. Pengantar ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika.
2008