DI SUSUN
OLEH : KELOMPOK 3
NURUL KHAIRUNNISA : 23022183
EPALINDA : 23022177
SRI NOER INDAH KESUMAWATI : 23022184
AFRIDA YENTI SALIM : 23022171
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah berjudul
“Merancang dan mempraktikkan Pengembangan batita usia 2-3 tahun” dapat tersusun
hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih atas bantuan para pihak yang
berkontribusi dengan membantu pencarian untuk makalah ini.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah
Perkembangan Prenatal, Bayi dan Balita dengan dosen Ibu Tisna Syafnita, M.Pd. Selain itu,
pembuatan makalah juga memiliki tujuan agar menambah wawasan dan pengetahuan bagi
penulis maupun pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maka kami yakin makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah semakin
lebih baik.
2
DAFTAR ISI
Cover ……………………………………………………………………………………….. 1
Kata Pengantar ……………………………………………………………………………. 2
Daftar Isi …………………………………………………………………………………… 3
BAB I Pendahuluan
BAB II Pembahasan
I. Kesimpulan
…………………………………………………………………........... 22
3
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………........…… 23
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Proses pertumbuhan dan perkembangan diawali pada masa bayi dan balita, dan ini
merupakan proses yang amat penting, karena pada masa inilah proses tumbuh kembang
menentukan masa depan bayi baik secara fisik, mental maupun perilaku. Laju pertumbuhan
dan perkembangan pada setiap tahapan usia tidak selalu sama, tergantung dari faktor
keturunan, konsumsi gizi, perlakuan orang tua dan dewasa, dan lingkungan (Soetjiningsih,
2014).
Tahap awal dari kehidupan seseorang, masa usia bawah tiga tahun (toddler) dipandang
penting karena di masa inilah diletakkan dasar-dasar kepribadian yang akan memberi warna
ketika kelak bayi tersebut tumbuh dewasa. Stimulasi dini sendiri merupakan rangsangan
yang dilakukan sejak bayi baru lahir (bahkan sebaiknya sejak janin 6 bulan di dalam
kandungan) dilakukan setiap hari, untuk merangsang semua sistem indera dari pendengaran,
penglihatan, perabaan, pembauan, pengecapan. Stimulasi harus dilakukan dalam suasana
yang menyenangkan dan kegembiraan antara Ibu dan bayi/balitanya (Soetjiningsih, 2014).
Stimulasi adalah perangsangan (penglihatan, bicara, pendengaran dan perabaan)
yang datang dari lingkungan luar bayi. Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh
kembang bayi. Bayi yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat
berkembang dibandingkan dengan bayi yang kurang atau tidak mendapat stimulasi (Alimul,
2009).
Pada awal perkembangan kognitif, setiap bayi berbeda dalam tahap sensori motorik.
Pada tahap ini keadaan kognitif bayi akan memperlihatkan aktifitas-aktifitas motorik yang
4
aktif hasil dari stimulasi sensorik. Kegiatan stimulasi meliputi berbagai kegiatan untuk
merangsang perkembangan bayi seperti latihan gerak, latihan bicara, memancing kegiatan
otak, membangan kemandirian serta memancing sosial emosi anak.
Kegiatan stimulasi ini dapat dilakukan oleh orang tua atau keluarga setiap ada
kesempatan atau sehari-hari. Untuk perkembangan bayi yang normal diperlukan
pertumbuhan dan kematangan fungsi tubuh dalam waktu yang bersamaan. Pertumbuhan dan
perkembangan bayi harus diikuti dengan beberapa tahap perkembangan (Alimul, 2009).
Kesiapan ibu dalam mengasuh bayi untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal
menjadi sangat penting, terutama dalam pengasuhan bayi di usia awal kehidupannya.
Disinilah peran orang tua terutama ibu sangat diperlukan dalam membina dan memantau
tumbuh kembang bayi terutama sebagai pemberi stimulasi dini.
Apabila pada masa tersebut bayi tidak memperoleh penanganan dan pembinaan
secara baik, bayi tersebut dapat mengalami gangguan perkembangan emosi, sosial, mental,
intelektual dan moral yang akan sangat menentukan sikap serta nilai pola perilaku seseorang
dikemudian hari. Penyebab dari keterlambatan tumbuh kembang seorang bayi dipengaruhi
oleh beberapa sebab seperti genetik (sindrom down, sindrom turner & lain-lain), dan faktor
lingkungan seperti gizi, biologis, fisik, psikososial dan keluarga (Nurjaya, 2006).
Faktor psikososial didalamnya adalah faktor stimulasi yang kurang dilakukan oleh
ibu/pengasuh yang langsung merawat bayi. Faktor ini dapat disebabkan karena ibu
pekerja, kurangnya pengetahuan tentang cara menstimulasi bayi, dan faktor usia ibu yang
belum matang (Alimul, 2009).
Penelitian yang dilakukan Nurjaya (2006) tentang peranan stimulasi dini terhadap
perkembangan kognitif bayi. Dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa stimulasi dapat
berperan untuk perkembangan kognitif, dan orang tua sangat berperan dalam keberhasilan
stimulasi bayi.
5
5. Apa Perkembangan peran social balita umur 2 sampai 3 tahun ?
6. Apa saja hal yang meghambat dalam perkembangan optimal balita umur 2 sampai 3
tahun ?
7. Apa saja Ransangan/ stimulus untuk perkembangan optimal pada balita 2 sampai 3
tahun ?
III. Tujuan
a. Mengetahui pertumbuhan dan ciri-ciri fisik balita umur 2 sampai 3 tahun
b. Mengetahui perkembangan motorik balita umur 2 sampai 3 tahun
c. Mengetahui perkembangan perseptual kognitif balita umur 2 sampai 3 tahun
d. Mengetahui perkembangan berbicara dan bahasa balita umur 2 sampai 3 tahun
e. Mengetahui perkembangan peran social balita umur 2 sampai 3 tahun
f. Mengetahui hambatan dalam perkembangan optimal balita umur 2 sampai 3 tahun
g. Mengetahui ransangan/ stimulus untuk perkembangan optimal pada balita 2 sampai 3
tahun
6
BAB II
PEMBAHASAN
I. Pertumbuhan dan ciri-ciri fisik balita 2-3 tahun
Ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan anak usia 2-3 tahun yang ideal adalah ia sudah
bisa antre atau bergiliran, bermain pura-pura, menendang bola serta mulai menunjukkan
kemandirian.
Sementara untuk mengetahui ciri pertumbuhan anak bisa mengacu pada Permenkes No 2
Tahun 2020 Tentang Standar Antropometri Anak, dimana telah ada standar mengenai berat
badan, panjang/tinggi, lingkar lingkar kepala sesuai usia.
Di usia 2 tahun, ciri perkembangan anak yang baik juga ditandai dengan berkembangnya
kosakata yang dimiliki. Anak usia 2 tahun juga dapat mengurutkan bentuk dan warna dan
bahkan mungkin mulai menunjukan minatnya untuk berlatih menggunakan kamar mandi. Si
kecil juga mulai tumbuh lebih mandiri dan menunjukan tanda-tanda ingin bereksplorasi
sendiri
Berdasarkan tonggak perkembangan anak usia 2-3 tahun secara umum, ciri
perkembangan anak usia prasekolah ini bisa dilihat pada anak. Jika belum ada, tak perlu
khawatir berlebihan karena anak memiliki kecepatan tumbuh-kembang yang berbeda-beda.
7
tubuhnya. Anak usia 2-3 tahun umumnya bertambah tinggi badan sekitar 6 cm per tahun.
Sedangkan kenaikan berat badannya sekitar 2 kg per tahun.
8
Ciri Perkembangan Kognitif Anak Usia 2-3 Tahun
Pada usia 2 tahun, anak-anak menjadi semakin mandiri. Mereka mulai mampu
menjelajahi dunia dengan lebih baik, dan belajar secara mandiri. Pada tahap usia ini, sisi
kognitif mereka berkembang dan menunjukan kemampuan, seperti berikut:
a. Menemukan benda tersembunyi.
b. Mulai bisa menyortir bentuk dan warna.
c. Bermain khayalan.
d. Bisa menggunakan kedua tangannya sekaligus untuk hal berbeda. Misalnya satu
tangan memegang ember yang lainnya menyendok pasir.
e. Mencoba memutar gagang pintu, saklar lampu, atau kancing mainan.
f. Bermain menggunakan 2 mainan atau lebih, misalnya menaruh makanan mainan di
piring mainan.
g. Memahami larangan, misalnya tidak menyentuh benda panas seperti setrika yang
menyala ketika dilarang
h. Menggambar lingkaran setelah dicontohkan.
9
dengan memilih beraktivitas bersama teman dan tidak lagi selalu membutuhkan bantuan
dalam mengerjakan sesuatu.
Untuk membantu para Pendidik PAUD dan orang tua memahami tingkat pencapaian
perkembangan anak pada usia 2-3 tahun, berikut ini disajikan daftar standar tingkat
pencapaian perkembangan anak (STPPA) untuk usia 2-3 tahun.
a) Nilai-nilai Agama dan Moral
1) Mulai meniru gerakan berdoa/sembahyang sesuai dengan agamanya
2) Mulai memahami kapan mengucapkan salam, terima kasih, maaf, dsb
b) Fisik Motorik
a) Motorik Kasar
1) Berjalan sambil berjinjit
2) Melompat ke depan dan ke belakang dengan dua kaki
3) Melempar dan menangkap bola
4) Menari mengikuti irama
5) Naik-turun tangga atau tempat yang lebih tinggi/rendah dengan berpegangan
b). Motorik Halus
1) Meremas kertas atau kain dengan menggerakkan lima jari
2) Melipat kain/kertas meskipun belum rapi/lurus
3) Menggunting kertas tanpa pola
4) Koordinasi jari tangan cukup baik untuk memegang benda pipih seperti sikat gigi,
sendok
c) Kesehatan dan Perilaku Keselamatan
1) Berat badan sesuai Tingkat usia
2) Tinggi badan sesuai Tingkat usia
3) Berat badan sesuai dengan standar tinggi badan
4) Lingkar kepala sesuai Tingkat usia
5) Mencuci, membilas, dan mengelap ketika cuci tangan tanpa bantuan
6) Memberitahu orang dewasa bila sakit
7) Mencuci atau mengganti alat makan bila jatuh
c. Kognitif
a) Belajar dan Pemecahan Masalah
10
Melihat dan menyentuh benda yang ditunjukkan oleh orang lain. Meniru cara
pemecahan orang dewasa atau teman Konsentrasi dalam mengerjakan sesuatu tanpa bantuan
orangtua Mengeksplorasi sebab dan akibat Mengikuti kebiasaan sehari-hari (mandi, makan,
pergi ke sekolah)
b). Berpikir Logis
Menyebut bagian-bagian suatu gambar seperti gambar wajah orang, mobil, binatang, dsb.
Mengenal bagian-bagian tubuh (lima bagian). Memahami konsep ukuran (besar-kecil,
panjang-pendek), Mengenal tiga macam bentuk ● ▲ ■, Mulai mengenal pola, Memahami
simbol angka dan maknanya
c). Berpikir Simbolik
Meniru perilaku orang lain dalam menggunakan barang, Memberikan nama atas karya yang
dibuat, Melakukan aktivitas seperti kondisi nyata (misal: memegang gagang telpon)
d. Bahasa
1). Memahami Bahasa
Memainkan kata/suara yang didengar dan diucapkan berulang- ulang. Hafal beberapa
lagu anak sederhana. Memahami cerita/dongeng sederhana. Memahami perintah sederhana
seperti letakkan mainan di atas meja, ambil mainan dari dalam kotak.
2). Mengungkapkan Bahasa
Menggunakan kata tanya dengan tepat (apa, siapa, bagaimana, mengapa, dimana).
Menggunakan 3 atau 4 kata untuk memenuhi kebutuhannya (misal, mau minum air putih)
e. Social Emosional
1). Kesadaran Diri
Memberi salam setiap mau pergi, Memberi rekasi percaya pada orang dewasa,
Menyatakan perasaan terhadap anak lain, Berbagi peran dalam suatu permainan (misal:
menjadi dokter, perawat, pasien)
2). Tanggungjawab Diri dan Orang lain
Mulai bisa mengungkapkan ketika ingin buang air kecil dan buang air besar, Mulai
memahami hak orang lain (harus antri, menunggu giliran., Mulai menunjukkan sikap
berbagi, membantu, bekerja bersama.
3). Perilaku Prososial
11
Bermain secara kooperatif dalam kelompok, Peduli dengan orang lain (tersenyum,
menanggapi bicara), Membagi pengalaman yang benar dan salah pada orang lain, Bermain
bersama berdasarkan aturan tertentu
f. seni
1). Anak mampu membedakan antara bunyi dan suara, Memperhatikan dan mengenali
suara yang bernyanyi atau berbicara
2). Tertarik dengan kegiatan musik, gerakan orang, hewan maupun tumbuhan, Menyanyi
sampai tuntas dengan irama yang benar (nyanyian pendek atau 4 bait), Menyanyikan lebih
dari 3 lagu dengan irama yang yang benar sampai tuntas (nyanyian pendek atau 4 bait),
Bersama teman-teman menyanyikan lagu, Bernyanyi mengikuti irama dengan bertepuk
tangan atau menghentakkan kaki, Meniru gerakan berbagai Binatang, Paham bila orang
terdekatnya (ibu) menegur, Mencontoh gerakan orang lain, Bertepuk tangan sesuai irama
3). Tertarik dengan kegiatan atau karya seni, Menggambar benda-benda lebih spesifik,
Mengamati dan membedakan benda di sekitarnya yang di dalam rumah
12
garpu, serta mencoba mengancingkan baju mereka sendiri. Memegang sendok dan menyuap
makanan juga
Koordinasi Mata dan Tangan: Pada usia ini, balita mulai mengembangkan koordinasi
mata dan tangan yang lebih baik. Mereka dapat mengarahkan tangan mereka untuk
mengambil objek kecil, memasukkan bentuk-bentuk ke dalam lubang dengan tepat, dan
mengikuti garis-garis saat menggambar.
c). Keseimbangan dan Keterampilan Ruang
Balita usia 2-3 tahun mulai mengembangkan keterampilan keseimbangan dan ruang.
Mereka dapat berjalan di atas garis lurus, melompat dengan koordinasi yang lebih baik, dan
menggunakan tubuh mereka untuk menjelajahi lingkungan sekitar.
d). Olahraga dan Permainan
Balita usia 2-3 tahun juga mulai menunjukkan minat dalam bermain olahraga dan
permainan fisik. Mereka dapat berpartisipasi dalam permainan seperti menendang bola,
bermain ring toss, atau bermain dengan mainan yang melibatkan gerakan fisik.
Untuk mendukung perkembangan motorik balita usia 2-3 tahun, orang tua dapat melakukan
beberapa hal berikut:
a) Berikan kesempatan bagi balita untuk bergerak dan menjelajahi lingkungan secara
aman.
b) Bermainlah dengan balita menggunakan mainan yang melibatkan gerakan fisik,
seperti bola atau permainan lompat tali.
c) Berikan bahan dan alat yang sesuai untuk mengembangkan keterampilan motorik
halus, seperti pensil, krayon, atau balok konstruksi.
d) Libatkan balita dalam kegiatan sehari-hari, seperti memasak atau membersihkan,
yang melibatkan penggunaan keterampilan motorik halus dan kasar.
e) Berikan pujian dan dorongan saat balita mencoba dan berhasil melakukan tindakan
motorik baru.
Dengan memberikan dukungan dan kesempatan yang tepat, balita usia 2-3 tahun dapat
terus mengembangkan keterampilan motorik mereka dengan baik
13
1. Kemampuan kognitif anak usia 2 – 3 tahun semakin kompleks. Perkembangan anak
usia 2 – 3 tahun ditandai dengan beberapa tahap kemampuan yang dapat dicapai anak,
yaitu sebagai berikut :
14
IV. Perkembangan berbicara dan Bahasa balita umur 2 sampai 3 tahun
Kemampuan bahasa anak balita terus berkembang dalam setiap tahap usianya. Meski
bisa berbeda pada setiap anak, kemampuan bahasa ini memiliki tolak ukur yang khas di
masing-masing tahap usia tersebut. Sebagai orangtua, penting bagi Anda untuk memahami
tolak ukur keterampilan bahasa sesuai usia ini.
Selain mengetahui sejauh mana perkembangan balita Anda, hal ini pun dapat membantu
mengidentifikasi gangguan bicara dan bahasa yang mungkin muncul sejak dini. Usia 2—3
tahun Anak usia 2 tahun sudah mampu mengucapkan kalimat yang terdiri dari 2—3 kata dan
terdengar lebih jelas.
Bahkan, mendekati usia 3 tahun, kalimat yang disusunnya sudah terdiri dari tiga kata
atau bahkan lebih. Sejak usia 30 bulan, tahapan perkembangan bahasa anak usia dini ini
sudah mulai menggunakan konsep subjek, seperti penggunaan aku, kamu, dan kita.
Puncak perkembangan bicara dan bahasa. Pada usia sekitar 36 bulan,
perbendaharaan kata anak dapat mencapai 1000 kata dengan 80% kata-kata tersebut dapat
dipahaminya. Pada usia ini biasanya anak mulai banyak berbicara mengenai orang-orang di
sekelilingnya, terutama ayah, ibu dan anggota keluarga lainnya.
Ia pun mulai menggunakan kalimat tanya, dapat menyebutkan nama dan kegunaan
benda-benda yang sering ditemui, mengenal warna, serta senang bernanyi dan bersajak.
Pada masa ini pun, anak sudah dapat melakukan percakapan timbal-balik dengan Anda.
Orang lain pun sudah bisa memahami hampir semua kata yang diucapkannya.
15
c). Kesadaran Diri dan Perkembangan Emosi
Pada usia ini, anak mulai menyadari bahwa mereka memiliki kekuatan dan bisa
merasa ketika terpisah dari orang tua. Perkembangan emosi juga menjadi lebih nyata,
sehingga tantrum pada anak menjadi lebih umum.
d). Perkembangan Sosial Balita
Kemampuan sosial anak akan berkembang seiring dengan usianya. Anak-anak akan
belajar menerima respon dari orang lain dan berusaha untuk menanggapi respon tersebut.
16
sehingga belum bisa berbicara. Hal ini bisa diatasi dengan cara orang tua menjadi aktif
untuk mengajak anak berbicara. Pola pembicaraan yang dilakukan janganlah satu pihak saja,
namun memancing anak untuk menirukan kata- kata misalnya seperti kata mama atau papa.
17
Tipe anak yang pemalu dan menarik diri dari lingkungan sosial merupakan salah satu
hambatan perkembangan anak. Pada masa ini anak seharusnya memiliki jiwa sosial yang
tinggi untuk ingin bermain dengan teman- teman sebayanya dan juga tingkat kepekaan
sosial yang tinggi. Hambatan interaksi sosial juga bisa berasal dari orang tua. Apabila orang
tua tidak pernah memperlihatkan cara berinteraksi dengan orang lain kepada anak, maka
anak pun akan terhambat interaksi sosialnya. Berikan contoh, ajarkan pada anak bagaimana
bereaksi terhadap repon sosial, berbicara, bermain, dan aturan sosial lainnya.
h). Kesulitan adaptasi dengan lingkungan
Kesulitan beradaptasi dengan lingkungan merupakan hambatan perkembangan anak
dikarenakan kurangnya pengetahuan untuk interaksi dengan orang sekitarnya. Hal ini biasa
terjadi ketka anak mulai memasuki sekolah dengan lingkungan baru atau teman- teman baru.
Dalam mengatasi hal ini dibutuhkan bantuan orang tua atau guru untuk memulai pengenalan
atau adaptasi anak dengan lingkungannya. Anak pada umumnya mampu beradaptasi dengan
cepat, sehingga dibutuhkan peranan yang menngawali hal tersebut.
i). Tingkat emosional anak
Tingkat emosional anak terbentuk dari orang orang disekitarnya misalnya
lingkungan, orang tua, atau orang- orang terdekat lainnya. Anak juga cenderung memiliki
emosi yang tinggi apabila tumbuh dalam keluarga yang penuh tekanan, sering mendengar
nada- nada keras atau dibentak. Pada lingkungan yang demikian, anak juga akan mengalami
hambatan perkembangan. Tingkat emosional anak menjadi tidak stabil dan sulit ditebak.
Pentingnya peranan orangtua dalam mengendalikan emosi di sekitar anak sangat diperlukan.
j). Perkembangan fisik
Hambatan perkembangan salah satunya adalah adanya hambatan pertumbuhan fisik.
Gangguan atau kecacatan anggota tubuh mengurangi kemampuan anak untuk bisa
beraktivitas seperti anak normal lainnya. Hal ini menyebabkan keterlambatan perkembangan
anak dalam hal tertentu sesuai dengan gangguan yang dimiliki. Misalnya anak yang terlahir
cacat kaki, maka anak akan kesulitan untuk aktivitas berjalan, berlari bermain sepak bola,
dan aktivitas aktif lainnya yang seharusnya meraka alami.
k). Sakit
Kondisi sakit juga menjadi hambatan perkembangan anak. Anak menjadi tidak
mampu mengikuti proses pembelajaran sehingga tertinggal oleh anak seusianya. Kondisi
18
sakit juga tidak memungkinkan dirinya bermain dan belajar seperti biasanya. Segala
perlengkapan, tempat, pengobatan, serta prosedur tindakan selama sakit dapat menjadi
pengalaman berbeda yang kurang menyenangkan bagi anak dan yang seharusnya tidak perlu
mereka alami. Dukungan orang tua sangat penting.
19
VII. Rangsangan / Stimulus untuk perkembangan optimal pada balita 2 sampai 3
tahun
Terdapat berbagai rangsangan atau stimulus yang dapat membantu dalam perkembangan
optimal balita usia 2 sampai 3 tahun. Berikut adalah beberapa di antaranya:
20
g). Stimulasi Lingkungan
Pastikan lingkungan di sekitar anak Anda aman, menarik, dan merangsang. Berikan
mainan yang sesuai dengan usia dan minatnya. Bawalah anak Anda untuk menjelajahi alam,
mengunjungi taman, dan tempat-tempat lain yang menawarkan pengalaman baru.
Selain itu, penting juga untuk memberikan waktu yang cukup untuk bermain bebas
dan bereksplorasi. Biarkan anak mengeksplorasi lingkungan sekitarnya dan belajar melalui
pengalaman. Ingatlah bahwa setiap anak adalah unik, jadi penting untuk mengamati minat
dan kebutuhan individu anak.
21
BAB III
PENUTUP
I. Kesimpulan
1. Berikan rangsangan yang sesuai: Pastikan Anda memberikan rangsangan yang sesuai
dengan perkembangan anak usia 2-3 tahun. Ini meliputi rangsangan kognitif, bahasa,
motorik halus, motorik kasar, sosial-emosional, seni, dan lingkungan. Sesuaikan
aktivitas dengan minat dan kebutuhan anak Anda.
2. Berikan waktu bermain yang cukup: Berikan anak Anda waktu yang cukup untuk
bermain bebas dan bereksplorasi. Biarkan mereka mengeksplorasi lingkungan sekitar
mereka dan belajar melalui pengalaman. Bermain adalah cara utama bagi mereka
untuk belajar dan mengembangkan keterampilan.
3. Perhatikan keselamatan: Pastikan lingkungan di sekitar anak Anda aman dan bebas
dari bahaya. Jaga agar mainan dan bahan seni yang digunakan sesuai dengan usia
dan tidak berbahaya bagi mereka. Awasi mereka saat bermain di luar ruangan untuk
mencegah cedera.
4. Berikan pujian dan dorongan: Berikan pujian dan dorongan positif saat anak Anda
melakukan hal-hal yang baik. Ini akan membangun kepercayaan diri mereka dan
mendorong mereka untuk terus berkembang.
5. Observasi dan komunikasi: Amati minat, kemampuan, dan kebutuhan anak Anda.
Komunikasikan dengan mereka secara terbuka dan dengarkan apa yang mereka
sampaikan. Ini akan membantu Anda memahami perkembangan mereka dengan
lebih baik dan memberikan dukungan yang tepat.
6. Konsultasikan dengan ahli: Jika Anda memiliki kekhawatiran tentang perkembangan
anak Anda, konsultasikan dengan dokter atau ahli perkembangan anak. Mereka dapat
memberikan panduan yang lebih spesifik dan membantu Anda merancang program
pengembangan yang sesuai.
22
DAFTAR PUSTAKA
Soepriatmadji, L. 2015. Pola Perkembangan Sintaksis Bahasa Inggris pada Anak.
Dinamika Bahasa dan Budaya (DBB) vol 10 No 2. Tersedia di https://www.unisbank.
ac.id/ojs/index.php/fbib1/article/view/3749. Diakses pada tanggal 17 November 2017.
Suyadi. 2010. Psikologi Belajar PAUD. Yogyakarta: Pedagogia.
Yusuf, S. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Zubaidah, E. Tt. Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini. Pendidikan Dasar dan
Prasekolah. Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.
Abdurahman, Mulyono. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka
Cipta, 2003.
Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan Anak, edisi Enam. Jakarta: Penerbit Erlangga,
1978.
Soetjiningsih, Christiana Hari. Perkembangan Anak Sejak Pembuahan Sampai
dengan Kanak-kanak Akhir. Jakarta: Prenada Media Group, 2012.
Stone, Sandra. Playing A Kids Curriculum. New York: Harper Collin Publshers,
1993.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta: Badan Litbang Kesehatan,
Kemenkes RI; 2013.
Woolfson, Richard C, Bayi Yang Cerdas, Memahami dan merangsang perkembangan
anak Anda, Batam Centre: Karisma Publishing Group, 2001
23