KEPERAWATAN ANAK
Disusun oleh :
1. Nurshella julianti
2. Rizki Wicaksono
3. Siti Khoerunnisa
4. Vira chaerunnisa
5. Widha Nadhifah
D3 keperawatan TK 1 A
Jl. Letjen ibrahim adjie No 180 RT. 006/008 sindang barang, bogor barat 16117
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan
memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan
yang kami buat kurang tepat atau menyinggu perasaan pembaca.
Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima
kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan
manfaat.
"Penyusun"
i
Daftar isi
KATA PENGANTAR…………………………………………………..........................
BAB I…………………………………………………………………………......…….1
PENDAHULUAN……………………………………………………………...…..…..1
1. 1 Latar Belakang.................................................................................................1
1. 2 Identifikasi Masalah........................................................................................ 1
1. 3 Rumusan Masalah............................................................................................2
BAB II…………………………………………………………………..........……....…3
PEMBAHASAN………………………………………………………..........……...….3
2.1 Pengertian........................................................................................................3
BAB III………………………………………………………………………………..13
PENUTUP………………………………………………………………………….....13
3.1 KESIMPULAN……………………………...…………………………………13
DAFTAR PUSTAKA………………………………….……………………………..14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang terjadi pada setiap
mahkluk hidup secara alamiah. Pertumbuhan akanmengalami perubahan secara fisik
sedangkan perkembangan terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks.Pada anak usia pra sekolah menurut S.Freud ( perkembnagan
psikoseksual ) anak mengalami fase Falik, , menurut Erikson ( perkembnagan
psikososial ) anak mengalami fase Inisiatif versus rasa bersalah, sedangkanmenurut
Kohlberg (perkembnagan moral ) anak usia pra sekolah berada dalam tahap
konvensional yang terjadi hingga usia 10 tahun. Hal ini sangat penting dan
berpengaruh terhadap kwalitas dari setiap makhluk hidup, sehingga harus
diperhatikan.Orang tua harus bijak dalam memberi penjelasan tentang hal ini sesuai
dengankemampuan perkembangan kognitifnya agar anak mendapat pemahaman yang
benar
1. 2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
masalah yang akan diselidiki dalam penelitian ini yaitu:
1
1. 3 Rumusan Masalah
Sesuai dengan masalah penelitian yang akan dikaji, maka tujuan penelitian yang
ingin dicapai adalah :
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah Perubahan besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel
yang bisa diukur dg ukuran berat (gram, kilogram, pound ), ukuran panjang (cm,
meter ).
Anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun (wong,
2000), anak usia praseolah memiliki karakteristik tersendiri dalam segi pertumbuhan
dan perkembangannya. Dalam hal pertumbuhan, secara fisik anak pada tahun ketiga
terjadi penambahan BB 1,8 s/d 2,7 kg dan rata-rata BB 14,6 kg. Penambahan TB
berkisar antara 7,5 dan TB rata-rata 95 cm. Kecepatan pertumbuhan pada
talinya,keempat hampir sama dengan tahun sebelumnya. BB mencapai 16,7 kg dan
TB 103 cm sehingga TB sudah mencapai dua kali lipat dari TB saat lahir. Frekuensi
nadi dan pernafasan turun sedikit demi sedikit. Pertumbuhan pada tahun kelima
sampai akhir masa prasekolah BB rata-rata mencapai 18,7 kg dan TB 110 cm, yang
mulai ada perubahan adalah pada gigi yaitu kemungkinan munculnya gigi permanent
sudah dapat terjadi. Sementara tidak jauh beda dalam segi perkembangan,
kemampuan beberapa aspek vital anak mengalami peningkatan-peningkatan
signifikan dari tahun ke tahun , diantaranya adalah
a. aspek motorik
Tahun ketiga anak mampu berdiri diatas satu kaki untuk beberapa detik, menaiki
tangga dengan kaki bergantian,dan turun dengan dua kaki untuk melangkah ,
melompat panjang. Anak mampu menyusun balok menara 9-10 kotak, membangun
jembatan dengan 3 kotak, mampu memasukan biji-bijian kedalm kotak berleher
sempit dengan benar dan dalam menggambar anak dapat meniru lingkaran dana
silangan serta menyebutkannya. Tahun keempat anak sudah dapat melompat dan
meloncat dengan satu kaki, menangkap bola dengan tepat, berjalan menuruni tangga
dengan kaki bergantian, anak sudah mampu menggunakan gunting dengan baik untuk
memotong gambar mengikuti garis, dapat memasang sepatu tetapi belum dapat
mengikuti talinya. Tahun kelima pada tahun kelima sampai tahun keenam anak sudah
mampu melompat dan meloncat pada kaki bergantian serta melempar dan
menangkap bola dengan baik. Anak sudah mapmpu menggunakan gunting dan alat
3
sederhana seperti pensil dengan sangat baik, mampu mengikat tali sepatu, anak juga
sudah mampu mencetak beberapa huruf, angka atau kata seperti nama panggilan.
b. Aspek bahasa
Pada awal masa prasekolah perbendaharaan kata yang dicapai jarang dari 900 kata,
menginjak tahun keempat sudah mencapai 1500 kata atau lebih dan pada tahun
kelima sampai keenam mencapai 2100 kata, menggunakan 6 sampai 8 kata ,
menyebut 4 warna atau lebih , dapat menggambarkan dengan banyak komentar serta
menyebutkan bagiannya, mengetahui waktu seperti hari, minggu dan bulan, anak
juga sudah mampu mengikuti 3 perintas sekaligus.
c. Aspek sosial
Pada tahun ketiga anak sudah hampir mampu berpakaian dan makan sendiri, rentang
perhatian meningkat, mengetahui jenis kelaminnya sendiri, dalam permainan sering
mengikuti aturannya sendiri tetapi anak sudah mulai berbagi. Tahun keempat anak
sudah cenderung mandiri dan keras kepala atau tidak sabar, agresif secara fisik dan
verbal, mendapat kebanggaan dalam pencapaian , masih mempunyai banyak rasa
takut. Pada akhir usia prasekolah anak sudah jarang memberontak, lebih tenang,
mandiri, dapat dipercaya, lebih bertanggungjawab, mencoba untuk hidup berdasarkan
aturan , bersikap lebih baik, dalam permainan sudah mencoba mengikuti aturan tetapi
kadang curang.
d. Aspek kognitif
Tahun ketiga berada pada fase perseptual, anak cenderung egosentrik dalam berpikir
dan berperilaku , mulai memahami waktu, mengalami perbaikan konsep tentang
ruang, dan mulai dapat memandang konsep dari perspektif yang berada pada fase
inisiatif, memahami waktu lebih baik, menilai sesuatu menurut dimensinya, penilaian
muncul berdasarkan persepsi, egosentris mulai berkurang, kesadaran sosial lebih
tinggi, mereka patuh kepada orang tua karena mempunyai batasan bukan karena
memahami hal benar atau salah. Pada akhir masa prasekolah anak sudah mampu
memandang perspektif orang lain dan mentoleransinya tetapi belum
memahaminya,anak sangat ingin tahu tentang faktual dunia.
4
Pengertian Perkembangan
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena pada masa
ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan
anak selanjutnya. Pada masa ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas,
kesadaran sosial, kesadaran emosional dan inteligensia berjalan sangat cepat.
Perkembangan psiko-sosial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara anak
dengan orang tuanya. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial
diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangan.
Anak usia pra sekolah june 18th,2010 author Snowman (1993 dalam Patmonodewo,
2003) mengemukakan ciri-ciri anak prasekolah (3-6 tahun). Ciri-ciri yang
dikemukakan meliputi aspek fisik, sosial, emosi dan kognitif anak.
5
c. Otot-otot besar pada anak prasekolah lebih berkembang dari control terhadap jari
dan tangan. Jadi biasanya anak masih belum terampil malakukan pekerjaan yang
rumit, seperti mengikat tali sepatu.
e. Walaupun tubuh anak lentur, tetapi tengkorak kepala yang melindungi otak masih
lunak (soft).
f. Walaupun anak lelaki lebih besar, anak perempuan lebih terampil dalam tugas
yang bersifat praktis, khususnya dalam tugas motorik halus, tetapi sebaiknya jangan
mengkritik anak lelaki apabila ia tidak terampil, jauhkan dari sikap membandingkan
anak lelaki-perempuan, juga dalam kompetisi ketrampilan seperti apa yang disebut
diatas.
Usia pra sekolah memberi kesempatan luas kepada anak untuk mengembangkan
keterampilan sosialnya. Di usia inilah ia mulai melihat dunia lain di luar dunia
rumah bersama ayah-ibu. Kemampuan bersosialisasi harus terus diasah. Sebab,
seberapa jauh anak bisa meniti kesuksesannya, amat ditentukan oleh banyaknya relasi
yang sudah dijalin. Banyaknya teman juga membuat anak tidak gampang stres karena
ia bisa lebih leluasa memutuskan kepada siapa akan curhat.
a) Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat, tetapi sahabat
ini cepat berganti, mereka umumnya dapat cepat menyesuaikan diri secara sosial,
mereka mau bermain dengan teman. Sahabat yang dipilih biasanya yang sama jenis
kelaminnya, tetapi kemudian berkembang sahabat dari jenis kelamin yang berbeda.
b) Kelompok bermain cenderung kecil dan tidak terorganisasi secara baik, oleh
karena kelompok tersebut cepat berganti-ganti.
6
c) Anak lebih mudah seringkali bermain bersebelahan dengan anak yang lebih besar.
Parten (1932) dalam social participation among preschool children melalui
pengamatannya terhadap anak yang bermain bebas di sekolah, dapat membedakan
beberapa tingkah laku sosial:
e) Bermain asosiatif. Anak bermain dengan anak lain tanpa organisasi. Tidak ada
peran tertentu, masing-masing anak bermain dengan caranya sendiri-sendiri.
f) Bermain Kooperatif. Anak bermain dalam kelompok di mana ada organisasi. Ada
pemimpinannya, masing-masing anak melakukan kegiatan bermain dalam kegiatan,
misalnya main toko-tokoan, atau perang-perangan.
g) Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat, tetapi sahabat ini
cepat berganti, mereka umumnya dapat cepat menyesuaikan diri secara social.
h) Kelompok bermain cenderung kecil dan tidak terorganisasi secara baik, oleh
karena kelompok tersebut cepat berganti-ganti.
i) Anak lebih mudah seringkali bermain bersebelahan dengan anak yang lebih besar
Salah satu tolak ukur kepribadian yang baik adalah kematangan emosi. Semakin
matang emosi seseorang, akan kian stabil pula kepribadiannya. Untuk anak usia
prasekolah, kemampuan mengekspresikan diri bisa dimulai dengan mengajari anak
mengungkapkan emosinya. Jadi, anak pra sekolah dapat diajarkan bersikap asertif,
7
yaitu sikap untuk menjaga hak-haknya tanpa harus merugikan orang lain. Saat
mainannya direbut, kondisikan agar anak melakukan pembelaan. Entah dengan
ucapan, semisal, “Itu mainan saya. Ayo kembalikan!”, atau dengan mengambil
kembali mainan tersebut tanpa membahayakan siapa pun.
b) Iri hati pada anak prasekolah sering terjadi, mereka seringkali memperebutkan
perhatian guru.(Ananda 2010).
Ainsworth dan Wittig (1972) serta Shite dan Wittig (1973) menjelaskan cara
mengembangkan agar anak dapat berkembang menjadi kompeten dengan cara
sebagai berikut:
8
5. Perkembangan Motorik
Di usia prasekolah, gerakan tangan anak (handstroke) sudah pada taraf membuat pola
(pattern making). Ini tingkat paling sulit karena anak harus membuat bangun/bentuk
sendiri. Jadi, betul-betul dituntut hanya mengandalkan imajinasinya. Sedangkan pada
keterampilan motorik kasar, anak usia prasekolah sudah mampu menggerakkan
seluruh anggota tubuhnya untuk melakukan gerakan-gerakan seperti berlari,
memanjat, naik-turun tangga, melempar bola, bahkan melakukan dua gerakan
sekaligus seperti melompat sambil melempar bola.
6. Perkembangan Kreativitas
Kreativitas imajiner (orang, benda, atau binatang yang diciptakan anak dalam
khayalannya) dan animasi (kecenderungan mengganggap benda mati sebagai benda
hidup) yang merupakan kreativitas awal di masa batita sudah mulai ditinggalkan.
Sebagai gantinya, anak prasekolah cenderung melakukan dusta putih (white lie) atau
membual. Tujuannya bukan untuk menipu orang lain, tapi karena ia merasa yakin hal
itu benar. Ia ingin bualannya didengar. Perlu diketahui, pada masa prasekolah, anak
sudah mulai menunjukkan ego dan otoritasnya. Misal, ia melihat seekor naga hitam
melintas di depan rumah. Anak ini merasa yakin dan ingin orang lain juga turut
meyakininya.
7. Perkembangan Moral
Anak usia prasekolah belajar perilaku moral lewat peniruan. Itulah sebabnya, orang-
orang dewasa harus menghindari melakukan hal-hal yang buruk, semisal bicara
kasar, memukul, mencela, dan lain-lainnya di depan anak.
Sosialisasi juga membawa anak pada risiko konflik, terutama dengan teman sebaya.
Oleh karenanya, kemampuan memecahkan konflik merupakan modal yang harus
9
dimiliki anak. Semakin baik kemampuannya dalam hal ini, maka kepribadiannya
akan semakin stabil. Anak yang pandai mengatasi konflik umumnya akan mudah
pula mengatasi masalah dalam hidupnya, entah di sekolah, di rumah, ataupun kelak
di tempat bekerja.
8. Keterampilan Gender
Anak prasekolah sudah mampu membedakan pria dan wanita yang dilihat dari
penampilan yang berbeda, pakaian yang berbeda dan rambut yang berbeda. Beberapa
anak juga mulai memahami organ-organ tubuh yang berbeda pada pria dan wanita
karena orang tua mereka mulai memperkenalkannya, entah lewat pengamatan
langsung atau lewat buku-buku. Tetapi tidak semua anak di usia ini punya
keterampilan membedakan melalui anatomi fisik/organ intim karena beberapa orang
tua masih enggan membicarakan soal peran seks pada anak mereka di usia
prasekolah. (Santi Hartono, 2010)
Tugas perkembangan ini berkaitan dengan sikap, perilaku atau keterampilan yang
seyogyanya dimiliki oleh individu sesuai dengan usia atau fase perkembangannya,
seperti tugas yang berkaitan dengan perubahan kematangan, persekolahan, pekerjaan,
pengalaman beragama dan hal lainnya sebagai prasyarat untuk pemenuhan dan
kebahagiaan hidupnya.
2. Membangun sikap yang sehat mengenal diri sendiri sebagai makhluk yang
sedang tumbuh
10
4. Mulai mengembangkan peran social pria atau wanita yang tepat
Kemampuan dan tumbuh kembang anak perlu dirangsang oleh orang tua agar anak
dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan sesuai umurnya. Stimulasi adalah
perangsangan (penglihatan, bicara, pendengaran, perabaan) yang datang dari
lingkungan anak. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah akan lebih cepat
berkembang dibandingkan anak yang kurang bahkan tidak mendapat stimulasi (Kania
2010).
3. Bicara bahasa dan kecerdasan, misalnya dengan membantu anak mengerti satu
separuh dengan cara membagikan kue
4. Bergaul dan mandiri dengan melatih anak untuk mandiri, misalnya bermain ke
tetangga. (Suherman, 2000)
11
2.5 Faktor yang mempengaruhi perkembangan
Menurut Soetjiningsih secara umum terdapat dua faktor yang mempengaruhi tumbuh
kembang anak yaitu faktor genetik (instrinsik) dan faktor lingkungan (ekstrinsik).
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh
kembang anak. Faktor ini adalah bawaan yang normal dan patologis, jenis kelamin,
suku bangsa / bahasa, gangguan pertumbuhan di negara maju lebih sering
diakibatkan oleh faktor ini, sedangkan di negara yang sedang berkembang, gangguan
pertumbuhan selain di akibatkan oleh faktor genetik juga faktor lingkungan yang
kurang memadai untuk tumbuh kembang anak yang optimal.
Ada juga cara mengembangkan agar anak dapat berkembang menjadi kompeten
dengan cara sebagai berikut:
12
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Makalah yang telah disusun oleh kami merupakan program yang sangat membantu
para mahasiswa dalam pembahasan tentang pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Usia PraSekolah. Perkembangan adalah perubahan psikologis sebagai hasil dari proses
pematangan fungsi psikis dan fisik pada diri anak, yang ditunjangi oleh factor
lingkungan dan proses belajar dalam peredaran waktu tertentu menuju kedewasaan dari
lingkungan yang banyak berpengruh dalam kehidupan anak menuju dewasa. terdapat
dua faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak yaitu faktor genetik (instrinsik)
dan faktor lingkungan (ekstrinsik). Jadi penting sekali bagi perawat untuk mengetahui
apa itu pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia prasekolah.
13
DAFTAR PUSTAKA
https://drive.google.com/file/d/0B4epOrY8WMb0Y1Z6UGs1Sl
9lVFE/view
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=250120
&val=6682&title=TUMBUH%20KEMBANG%20ANAK%20
USIA%20PRA%20SEKOLAH
http://iini08.student.ipb.ac.id/2010/06/18/2-2pertumbuhan-
dan-perkembangan-anak-usia-pra-sekolah/
14