Oleh :
Resty Hasby Laelillah
NIM.0106.1801.023
Bismillahirrahmanirrahim…
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
menyelesaikan Mini Riset. Shalawat serta salam kita sampaikan kepada Nabi
besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-
Mini Riset ini bejudul “Meningkatkan Kreativitas Anak Usia Dini Pada
Peran” disusun untuk memenuhi salah satu tugas Ujian Akhir Semester (UAS)
mata kuliah Pengembangan Minat Dan Bakat AUD di Program Studi Pendidikan
Islam Anak Usia Dini pada STAI DR. KH. EZ Muttaqien. Selanjutnya, kami
M.Pd. selaku dosen pengampu untuk mata kuliah Pengembangan Minat Dan
Bakat AUD.
Mini Riset ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
Penulis
i
DAFTAR ISI
B. Pembahasan .....................................................................................................29
BAB V PENUTUP...............................................................................................34
ii
A. Kesimpulan ....................................................................................................34
B. Saran ...............................................................................................................36
LAMPIRAN LAMPIRAN..................................................................................39
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penting untuk diketahui oleh orang tua karena akan berkaitan dengan
dan perkembangan anak sejak lahir merupakan dua hal yang tidak dapat
yang dinamakan sebagai masa keemasan anak saat usia dini dimana saat itu anak
akan sangat peka dan sensitif terhadap berbagai informasi dan pengaruh dari luar.
keemasan masing-masing anak itu sendiri. Saat masa keemasan, anak akan
moral. Lonjakan perkembangan ini terjadi pada saat anak berusia 0-8 tahun, dan
orang tua harus benar-benar memberikan perhatian khusus, karena hal ini tentunya
akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan anak di masa yang akan datang.
ditampilkan dalam bentuk, baik dalam membuat gambar yang disukainya maupun
1
2
arti bahwa anak harus menurut dengan apa yang dikatakan guru maupun orang
tua. Dengan kata lain anak tidak boleh berpikir berbeda dengang orang lain.
orang lain pada hakikatnya merupakan pelanggaran kebebasan dan hak azazi
dipikirkannya akan berkembang menjadi anak yang memiliki rasa percaya diri
besar. Sebaliknya jika anak yang tidak mendapat kesempatan untuk melakukan
hal tersebut secara bebas akan cenderung menjadi anak yang selalu merasa
bersalah karena takut disalahkan oleh orang tua atau guru yang tidak begitu
memahami kebutuhan anak pada masa ini. Dan selanjutnya akan menjadi anak
Dunia anak adalah dunia bermain yang kaya akan daya imajinasi anak
dalam ekspresi yang jujur serta alami dan menakjubkan. Imajinasi anak
tempat anak tersebut untuk belajar memahami realita keberadaan dirinya juga
lingkungannya. Imajinasi lahir dari proses mental yang manusiawi. Proses ini
mendorong semua kekuatan yang bersifat emosi untuk berperan aktif dalam
2
3
Sementara pada anak usia sekolah, imajinasi anak berada pada tahap intensitas
paling kuat, sehingga anak memiliki daya menghafal paling kuat, memorisasi
yang paling kuat dengan materi ingatan yang paling banyak. Periode seperti inilah
yang harus menjadi perhatian orangtua agar tidak terlewati begitu saja dan bisa
membantu menumbuhkan imajinasi anak. Imajinasi anak tidak tumbuh sama pada
setiap anak. Perlu upaya untuk membangun imajinasi anak agar tumbuh dan
kelangsungan hidup anak tersebut di masa usianya yang akan beranjak dewasa.
Namun di masa kini banyak anak-anak yang kurang dapat berimajinasi yang
disebabkan oleh pandangan-pandangan yang sempit, dalam arti bahwa anak harus
menurut dengan apa yang dikatakan guru maupun orang tua sehingga
penting. khususnya pada usia pra sekolah. Setiap aktifitas dan pengalaman di
masa itu akan tersimpan dalam memori. Kemudian daya imajinasi akan
merekayasa setiap pengalaman dan kosa visual menjadi sesuatu yang baru (proses
kreatif). Proses kreatif itu biasanya teraplikasi pada saat bermain. Mainan yang
sederhana seperti sebuah tongkat dan kardus dapat menjelma serupa senjata dan
3
4
kehidupannya di masa yang akan datang. Pada dasarnya setiap upaya dalam
mengembangkan minat dan bakat merupakan tugas seorang guru sebagai orang
tua kedua setelah orang tua di rumah karena guru harus membina, membimbing,
seseorang yang mendapat peran yang sangat penting dalam membantu anak
kemampuan untuk memahami pesan yng di sampaikan baik dalam bentuk lisan
anak mampu bekerja sama dengan temannya dalam membuat sebuah karya, dan
anak mampu memberikan apresiasi terhadap kreativitas teman lainnya. Atas dasar
itulah penulis merasa tertarik untuk melaksanakan sebuah Mini Riset yang
4
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pada Mini Riset ini
kreativitas pada aspek bahasa dan aspek sosial emosional melalui metode
Bermain peran?”.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan di capai dari
pada aspek bahasa dan aspek sosial emosional melalui metode Bermain peran
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
2. Secara Praktis
Bercerita.
5
6
Semester.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian Kreativitas
sebelumnya”.
sesuatu dengan cara-cara yang baru dan tidak biasa, serta melahirkan
1
Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm
5
2
John W Santrock, Life-Span Development, terjemahan Juda Damanik & Achmad Chusairi,
(Jakarta : Erlangga, 2002), hlm. 327
7
8
yang baru/original yang memiliki nilai kegunaan, dimana hasil dari ide/
kreatif, ini berarti bahwa apa yang mereka lakukan adalah unik dan
berguna bagi diri mereka sendiri bahkan juga berguna bagi orang lain.
Anak anak secara alami adalah sosok yang kreatif. Pada umumnya,
alami dan asli. Kreativitas berarti memiliki kekuatan tau kualitas untuk
8
9
oleh mereka sendiri. Artinya orang lain dan lingkungan di luar diri
mereka hanya perlu mendorong kreativitas alami yang sudah ada dalam
diri anak.
dipecahkan
solusi
perasaanya.
5
Ibid.,, hlm. 9-10
9
10
melalui percakapan yang dapat memikat orang lain. Mereka dapat menggunakan
bahasa dengan berbagai cara seperti bertanya, berdialog, dan bernyanyi. Sejak
usia dua tahun anak menunjukkan minat untuk menyebut nama benda, serta terus
dengan lingkungan yang lebih luas, dan dapat menggunakan bahasa dengan
bahasa pada anak sangat di pengaruhi oleh faktor latihan atau motivasi untuk
belajar melalui pengondisian dan pengukuhan”.8 Seperti salah satu tokoh teori
bahwa “perkembangan bahasa bersifat progresif dan terjadi pada setiap tahap
anak berkaitan erat dengan berbagai kegiatan anak, objek dan kejadian yang
6
Iriani Indri Hapsari, Psikologi Perkembangan Anak, (Jakarta : Indeks, 2017), hlm. 8
7
Anita Rosalina, Peningkatan Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Bermain,
dalam Khazanah : Jurnal PSYCHO IDEA, ISSN 1693-1076, No.1, (Februari 2011), hlm. 22
8
Abin Syamsuddin, (1996), hlm. 72
9
Ahmad Susanto, Pendidikan Anak Usia Dini : Konsep dan Teori, (Jakarta : PT.Bumi Aksara,
2017), hlm.165
10
11
emosional anak usia 5-6 tahun adalah anak lebih suka bekerjasama dengan da atau
tiga teman yang dipilih sendiri atau berpasangan, mulai mengikuti dan memahami
aturan, bertanggung jawab membereskan mainan, memiliki rasa ingin tahu yang
10
Rosmala Dewi, Berbagai Masalah Anak Taman Kanak-Kanak.. (Jakarta: Depdiknas, 2005), h.18
11
Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini : Pengantar dalam Berbagai Aspeknya,
(Jakarta: Kencana, 2011), hlm.152
12
Iriani Indri Hapsari, Psikologi Perkembangan Anak, (Jakarta : Indeks, 2017), hlm.42
11
12
menimbulkan perasaan yang ada dalam diri kita rasa senang maupun tidak senang/
Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos” yang berarti cara atau
jalan yang ditempuh. maka dengan memahami objek akan tau bagaimana cara
atau jalan yang harus di tempuh untuk mencapai tujuan itu. Menururt Kamus
Besar Bahasa Indonesia merode adalah cara kerja yang sistematis dan terpikir
secara baik untuk mencapai tujuan yang ditentukan.13 Menurut Sanjaya metode
disusun dalam kegiatan nyata, agar tujuan yang disusun tercapai optimal.14
Metode mengajar adalah alat yang merupakan bagian dari perangkat dan cara
13
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2010), hlm. 581.
14
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 90.
12
13
dapat disimpulkan bahwa metode adalah suatu cara yang dilakukan oleh seorang
adalah memainkan peran tokoh atau benda yang ada didekat anak pada kondisi
(Bennett, 2014). Menurut Mutiah “Bermain peran disebut juga bermain simbolis,
kognisi, social emosional anak usia tiga sampai empat tahun”. 18 Sedangka
Menurut Samsudin “Sosio drama atau bermain peran adalah cara memberikan
pengalaman kepada anak melalui bermain peran, yakni anak diminta memainkan
peran adalah bermain menggunakan daya khayal, yaitu menggunakan bahasa atau
pura-pura bertingkah laku seperti benda tertentu, situasi tertentu atau orang
tertentu, dan binatang tertentu yang dalam dunia nyata tidak dilakukan”.20
15
Moejono Hasiban, Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 3.
16
Moeslichatoen, Metode Pengajaran Di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004),
hlm.38.
17
Sofia Hartati, Perkembangan Belajar Pada Anak Usia Dini, (Jakarta : Departemen Pendidikan
Nasional, 2005), hlm.113.
18
Diana Mutiah, Psikologi Bermain Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 115.
19
Samsudin, Pembelajaran Motorik Di Taman Kanak-kanak, (Jakarta, PT Fajar Interpratama,
2010), hlm. 34
20
Moeslichatoen, Metode Pengajaran Di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h.
38.
13
14
tertentu atau benda-benda, dan peran-peran tertentu dalam situasi sosial yang
mengandung suatu masalah atau problem agar peserta didik mampu memecahkan
orang lain di sekitarnya. Dengan bermain peran, kebiasaan dan kesukaan anak
diantaranya aspek sosial emosional dan aspek bahasa. Bermain peran ini
kembali ke masa lalu. Maka anak akan benar-benar menjiwai setiap setiap
menuangkan imajinasinya.
yaitu:
1. Mempertahankan keseimbangan
Dengan adanya peran yang dimainkan, anak akan menghayati dan belajar
14
15
C. Kerangka Berfikir
Pada masa (golden age) anak usia dini terjadi pematangan fungsi-fungsi
fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan
sekitar. Sehat cerdas ceria dan berakhlak mulia adalah sebait ungkapan yang
interpersonal yang baik, maka guru harus menerapkan salah satu jenis
15
16
Metode Bermain peran disebut juga main simbolik, role play, pura-pura, make
23
Mukhtar Latif Dkk, Pendidikan Anak Usia Dini, ( Jakarta : Prenada media group, 2014),
hlm.130
16
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
yang dimaksud dengan metodologi penelitian disini adalah cara atau jalan yang
yang diteliti sehingga mencapai tujuan penelitian. Untuk memperoleh hasil dari
Dan Sosial Emosional. Maka penelitian ini akan menggunakan metode penelitian
dibutuhkan sesuai dengan fakta yang ada. Jenis penelitian ini adalah penelitian
24
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, kualitatif dan R&D,
(Bandung : Alfabeta, 2010), hlm. 3.
25
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hlm.
26.
18
Kabupaten Purwakarta. Namun dalam Mini Riset ini, peneliti hanya fokus pada
C. Subjek Penelitian
Jumlah peserta didik kelompok 2B yang dijadikan subyek penelitian adalah tiga
siswa dan satu guru. Objek dalam penelitian ini yaitu pada peserta didik kelompok
2B usia 5-6 tahun di SPS Al-Jihad Wanayasa. Sedangkan objek penelitian ini
adalah masalah yang di teliti yaitu penerapan metode bermain peran dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Sebagaimana yang di jelaskan oleh
Sugiyono, yaitu :
kualitatif yang paling utama adalah dengan menggunakan teknik observasi atau
1. Observasi
merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
gejala alam dan bila responden yang di amati tidak terlalu besar”27. Jadi,
2. Wawancara
harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
26
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, kualitatif dan R&D,
(Bandung : Alfabeta, 2010), hlm. 309.
27
Ibid.,, hlm. 203
20
Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri
dirinya sendiri
b. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar
oleh peneliti.
menggunakan telepon.
Guru pendidikan SPS Al-Jihad Wanayasa, untuk memperoleh data anak dan
atau tema dengan maksud untuk memahami makna nya. Data yang berhasil di
28
Ibid.,, hlm. 194
21
proses analisis ini rangkaian kegiatannya meliputi tahapan reduksi data, penyajian
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang
tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
(display data).30 Data yang berupa tulisan tersebut di susun kembali secara
baik dan akurat untuk memperoleh kesimpulan yang valid sehingga lebih
rumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti yang telah
29
Ibid.,, hlm. 338
30
Ibid.,, hlm. 341
22
31
Ibid.,, hlm. 345
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Wanayasa
sosial emosional anak usia 5-6 tahun pada kelompok 2B SPS Al-Jihad
Wanayasa.
oleh ibu Resty selaku guru kelas 2B : “Sebagaimana guru kelas 2B,
23
24
optimal”.32
tertib dan rapi. Sebagaimana yang dikemukakan oleh ibu Resty guru
tertib “33
akan dimainkan.
32
Wulan, Wawancara dengan guru kelompok 2B di SPS Al-Jihad Wanayasa, 08 Februari 2021.
33
Ibid.,, 08 Februari 2021
24
25
dahulu untuk diberi pengarahan dan aturan pada saat bermain peran
baik“.34
34
Ibid.,, 08 Februari 2021
25
26
Pada saat bermain peran guru harus membagikan tugas kepada anak-
anak sesui dengan peran yang akan dimainkan dengan tujuan agar
agar anak-anak tidak bingung dan tidak berebut saat bermain peran.
sesuai dengan peran yang akan dimainkan dengan tujuan agar anak-
35
Ibid.,, 08 Februari 2021
26
27
kegiatan bermain peran dapat berjalan dengan baik dan anak tidak
masih merasa sedikit bingung atau belum paham tentang peran yang
dengan tertib, adapun hal nya misal terdapat anak yang lupa pada
36
Ibid.,, 08 Februari 2021
37
Ibid.,, 08 Februari 2021
27
28
didik
38
Ibid.,, 08 Februari 2021
28
29
B. Pembahasan
29
30
Dalam hal ini guru memberi pengarahan dan aturan kepada anak-
mengerti kegunaan dari alat yang akan gunakan pada saat bermain
peran nantinya.
30
31
peran yang akan dimainkan, agar tidak berebut saat bermain peran
peserta didik
31
32
pemberian arahan dan bimbingan pada anak sebelum bermain peran dan
Kreativitas Anak Usia Dini Pada Aspek Perkembangan Sosial Emosional anak
usia dini tersebut dalam kategori baik dan layak untuk terus digunakan dan
dikembangkan.
32
33
berkomunikasi
33
BAB V
PENUTUP
maka dalam mengakhiri Mini Riset tentang meningkatkan kreativitas anak usia
dini pada aspek perkembangan bahasa dan sosial emosional melalui metode
bermain peran di SPS Al-Jihad Wanayasa Tahun Ajaran 2020/2021. Penulis akan
A. Kesimpulan
playing;
34
35
kecerdasan interpersonal antara lain sikap mandiri, sikap mau berbagi, menolong
dan membantu teman, sikap menghargai, taat aturan yang berlaku dan antusias
dalam kegiatan. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dinyatakan bahwa bermain
35
36
B. Saran
kreativitas anak usia dini pada aspek perkembangan bahasa dan sosial emosional
perkembangan bahasa dan sosial emosional anak yang baik adalah sebagai bekal
anak untuk dapat diterima dikelompok masyarakat social yang luas di kehidupan
dikembangkan.
36
DAFTAR PUSTAKA
Karya.
Depdiknas.
Hartati, Sofia. (2005). Perkembangan Belajar Pada Anak Usia Dini. Jakarta :
Rosdakarya.
Latif, Mukhtar. Dkk. (2014). Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : Prenada media
group.
Mayesky, Mary. (1999). Creative Activities for Young Children 4Th Ed : Play,
Rineka Cipta.
Rosdakarya.
Rineka Cipta.
Mutiah, Diana. (2010). Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta : Kencana.
37
Rosalina, Anita. (2011). Peningkatan Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini
Fajar Interpratama.
Susanto, Ahmad. (2017). Pendidikan Anak Usia Dini : Konsep dan Teori. Jakarta
: PT.Bumi Aksara.
Februari 2021.
Yamin, Martinis & Sanan, Jamilah Sabri. (2010). Panduan Pendidikan Anak Usia
38
Lampiran- Lampirran
1. Dokumentasi kegiatan
1.1 Kegiatan bermain peran yang dilakukan anak ketika telpon para tukang
bahwa meja di rumahnya rusak.
1.2 Kegiatan bermain peran para tukang datang dan mulai memperbaiki meja
yang rusak
39
1.3 Kegiatan berfoto bersama peneliti dan 3 murid kelas 2B
Bermain peran tukang yang teriri dari 3 orang anak yang pertama sebagai
pemilik meja, kedua tukang mabel dan yang membantu tukang mabel. Belajar
a. Tujuan
bermain peran
40
c. Cara Bermain
lainnya
6) Permainan selesai
1) Tujuan
41