Anda di halaman 1dari 45

MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI PADA

ASPEK PERKEMBANGAN BAHASA DAN SOSIAL


EMOSIONAL MELALUI METODE BERMAIN PERAN

Disusun sebagai salah satu tugas Ujian Akhir Semester


Dosen Pengampu : Yuwan Fijar Anugrah, M.Pd.

Oleh :
Resty Hasby Laelillah
NIM.0106.1801.023

PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
DR. KH. EZ MUTTAQIEN PURWAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim…

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-

Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat

menyelesaikan Mini Riset. Shalawat serta salam kita sampaikan kepada Nabi

besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-

Qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.

Mini Riset ini bejudul “Meningkatkan Kreativitas Anak Usia Dini Pada

Aspek Perkembangan Bahasa Dan Sosial Emosional Melalui Metode Bermain

Peran” disusun untuk memenuhi salah satu tugas Ujian Akhir Semester (UAS)

mata kuliah Pengembangan Minat Dan Bakat AUD di Program Studi Pendidikan

Islam Anak Usia Dini pada STAI DR. KH. EZ Muttaqien. Selanjutnya, kami

ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Yuwan Fijar Anugrah,

M.Pd. selaku dosen pengampu untuk mata kuliah Pengembangan Minat Dan

Bakat AUD.

Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan

Mini Riset ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Purwakarta, Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

A. Latar Belakang ..................................................................................................1

B. Rumusan Masalah .............................................................................................5

C. Tujuan Penelitian ..............................................................................................5

D. Manfaat Penelitian ...........................................................................................5

BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................................7

A. Kreativitas Anak Usia Dini ...............................................................................7

B. Perkembangan Aspek Bahasa ...........................................................................9

C. Perkembangan Aspek Sosial Emosional .........................................................10

D. Metode Bermain Peran ...................................................................................12

E. Kerangka Berfikir ...........................................................................................15

BAB III METODE PENELITIAN .....................................................................17

A. Jenis Penelitian ...............................................................................................17

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..........................................................................18

C. Subjek Penelitian ............................................................................................18

D. Teknik Penumpulan Data ................................................................................18

E. Teknik Analisis Data.......................................................................................20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................23

A. Hasil Penelitian ..............................................................................................23

B. Pembahasan .....................................................................................................29

BAB V PENUTUP...............................................................................................34

ii
A. Kesimpulan ....................................................................................................34

B. Saran ...............................................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................37

LAMPIRAN LAMPIRAN..................................................................................39

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penting untuk diketahui oleh orang tua karena akan berkaitan dengan

pertumbuhan dan juga perkembangan buah hati secara menyeluruh. Pertumbuhan

dan perkembangan anak sejak lahir merupakan dua hal yang tidak dapat

terpisahkan. Dalam perkembangannya, anak-anak akan mengalami suatu masa

yang dinamakan sebagai masa keemasan anak saat usia dini dimana saat itu anak

akan sangat peka dan sensitif terhadap berbagai informasi dan pengaruh dari luar.

Laju perkembangan dan pertumbuhan anak akan sangat dipengaruhi masa

keemasan masing-masing anak itu sendiri. Saat masa keemasan, anak akan

mengalami tingkat perkembangan yang sangat pesat dimulai dari perkembangan

emosi, perkembangan berpikir dan kecerdasan serta perkembangan fisik, motorik,

perkembangan sosial, pekembangan seni serta perkembangan nilai agama dan

moral. Lonjakan perkembangan ini terjadi pada saat anak berusia 0-8 tahun, dan

lonjakan perkembangan ini tidak akan terjadi lagi di periode perkembangan

selanjutnya. Saat perkembangan anak khususnya saat perkembangan di usia dini,

orang tua harus benar-benar memberikan perhatian khusus, karena hal ini tentunya

akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan anak di masa yang akan datang.

Kreativitas merupakan suatu ungkapan yang tidak asing lagi didalam

kehidupan sehari-hari khususnya untuk anak-anak yang selalu berusaha

menciptakan sesuatu sesuai dengan fantasinya. Kreativitas pada anak-anak selalu

ditampilkan dalam bentuk, baik dalam membuat gambar yang disukainya maupun

dalam bercerita ataupun dalam bermain peran.

1
2

Suatu kendala dalam mengembangkan kreativitas adalah sikap orang tua

atau guru yang kurang memberi kesempatan perkembangan kreativitas secara

optimal. Hal tersebut disebabkan oleh pandangan-pandangan yang sempit, dalam

arti bahwa anak harus menurut dengan apa yang dikatakan guru maupun orang

tua. Dengan kata lain anak tidak boleh berpikir berbeda dengang orang lain.

Keterbatasan berpikir dalam mengekspresikan pikiran-pikiran yang berbeda dari

orang lain pada hakikatnya merupakan pelanggaran kebebasan dan hak azazi

anak, terutama bagi anak-anak prasekolah, karena pada umumnya anak-anak

belum mampu mengikuti cara padang orang lain.

Anak yang mendapat hambatan mengekspresikan pikirannya secara bebas

akan mempengaruhi perkembangan psikososial anak tersebut. Anak yang

mendapatkan kesempatan untuk mengekspresikan berbagai inisiatif yang

dipikirkannya akan berkembang menjadi anak yang memiliki rasa percaya diri

besar. Sebaliknya jika anak yang tidak mendapat kesempatan untuk melakukan

hal tersebut secara bebas akan cenderung menjadi anak yang selalu merasa

bersalah karena takut disalahkan oleh orang tua atau guru yang tidak begitu

memahami kebutuhan anak pada masa ini. Dan selanjutnya akan menjadi anak

yang tidak percaya diri dengan apa yang dipikirkannya.

Dunia anak adalah dunia bermain yang kaya akan daya imajinasi anak

dalam ekspresi yang jujur serta alami dan menakjubkan. Imajinasi anak

berkembang seiring dengan berkembangnya kemampuan berbicara dan menjadi

tempat anak tersebut untuk belajar memahami realita keberadaan dirinya juga

lingkungannya. Imajinasi lahir dari proses mental yang manusiawi. Proses ini

mendorong semua kekuatan yang bersifat emosi untuk berperan aktif dalam

2
3

merangsang pemikiran dan gagasan kreatif, serta memberikan energi pada

tindakan kreatif. Kemampuan imajinatif anak merupakan bagian dari aktivitas

otak kanan yang bermanfaat untuk kecerdasannya.

Di masa balita, imajinasi merupakan bagian dari tugas perkembangannya.

Sementara pada anak usia sekolah, imajinasi anak berada pada tahap intensitas

paling kuat, sehingga anak memiliki daya menghafal paling kuat, memorisasi

yang paling kuat dengan materi ingatan yang paling banyak. Periode seperti inilah

yang harus menjadi perhatian orangtua agar tidak terlewati begitu saja dan bisa

membantu menumbuhkan imajinasi anak. Imajinasi anak tidak tumbuh sama pada

setiap anak. Perlu upaya untuk membangun imajinasi anak agar tumbuh dan

berkembang secara optimal.

Di masa anak-anak, imajinasi banyak memiliki peran yang penting untuk

kelangsungan hidup anak tersebut di masa usianya yang akan beranjak dewasa.

Namun di masa kini banyak anak-anak yang kurang dapat berimajinasi yang

disebabkan oleh pandangan-pandangan yang sempit, dalam arti bahwa anak harus

menurut dengan apa yang dikatakan guru maupun orang tua sehingga

kepribadiannya tidak menonjol dalam lingkungannya.

Peran daya imajinasi sebagai alat tumbuh kembang anak-anak sangat

penting. khususnya pada usia pra sekolah. Setiap aktifitas dan pengalaman di

masa itu akan tersimpan dalam memori. Kemudian daya imajinasi akan

merekayasa setiap pengalaman dan kosa visual menjadi sesuatu yang baru (proses

kreatif). Proses kreatif itu biasanya teraplikasi pada saat bermain. Mainan yang

sederhana seperti sebuah tongkat dan kardus dapat menjelma serupa senjata dan

kendaraan. Seketika permainanpun mendadak seru seperti peperangan dan wahana

3
4

imajinatif yang mengasyikkan. Setiap insan dianugrahi daya imajinasi di masa

kecil sehingga membuka seluas-luasnya masa keemasan tersebut untuk

memaksimalkan proses kreatif yang sangat bermanfaat di masa depan.

Proses imajinatif pada masa anak-anak merupakan fenomena yang

menarik untuk dijadikan sebagai pengembangan minat dan bakat demi

memaksimalkan potensi keahlian yang terdapat pada anak tersebut untuk

kehidupannya di masa yang akan datang. Pada dasarnya setiap upaya dalam

mengembangkan minat dan bakat merupakan tugas seorang guru sebagai orang

tua kedua setelah orang tua di rumah karena guru harus membina, membimbing,

mengayomi dan megevaluasi kemampuan setiap anaknya bahkan menjadi

seseorang yang mendapat peran yang sangat penting dalam membantu anak

menggapai tujuan mereka.

Maka melalui latar belakang yang telah dipaparkan diatas, Selain

kreativitas untuk membangun imajinasi anak, kreativitas pun bisa meningkatkan

aspek perkembangan bahasa dan sosial emosional pada anak, karna

perkembangan bahasa berfungsi untuk alat berkomunikasi yang diperlukan

kemampuan untuk memahami pesan yng di sampaikan baik dalam bentuk lisan

maupun tulisan. Sedangkan kreativitas dalam perkembangan sosial emosional

anak mampu bekerja sama dengan temannya dalam membuat sebuah karya, dan

anak mampu memberikan apresiasi terhadap kreativitas teman lainnya. Atas dasar

itulah penulis merasa tertarik untuk melaksanakan sebuah Mini Riset yang

berjudul Meningkatkan Kreativitas Anak Usia Dini Pada Aspek Perkembangan

Bahasa dan Sosial Emosional Melalui Metode Bermain peran.

4
5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pada Mini Riset ini

dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : “Bagaimanakah meningkatkan

kreativitas pada aspek bahasa dan aspek sosial emosional melalui metode

Bermain peran?”.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan di capai dari

Mini Riset ini adalah : Untuk mengetahui Bagaimanakah meningkatkan kreativitas

pada aspek bahasa dan aspek sosial emosional melalui metode Bermain peran

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan memberikan konstribusi khasanah ilmu

pengetahuan di bidang Pendidikan Islam Anak Usia Dini Khususnya

yang berkaitan dengan Kreativitas Anak Usia Dini. Menambah

pengetahuan bagi peneliti tentang bagaimana Meningkatkan kreativitas

pada Aspek perkembangan Bahasa dan Sosial Emosional dengan

metode Bermain peran dan Bercerita.

2. Secara Praktis

a. Untuk meningkatkan wawasan penulisan dalam pengkajian

penelitian terutama masalah kreativitas pada Aspek perkembangan

Bahasa dan Sosial Emosional dengan metode Bermain peran dan

Bercerita.

b. Meningkatkan kreativitas pada Anak Usia Dini dengan metode

Bermain peran dan Bercerita

5
6

c. Untuk melengkapi syarat-syarat dalam memenuhi tugas Ujian Akhir

Semester.

6
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kreativitas Anak Usia Dini

1. Pengertian Kreativitas

Kreativitas di butuhkan oleh setiap manusia termasuk anak usia dini,

agar hidup mereka menjadi lebih bervariasi, dinamis, serta

menyenangkan. Potensi setiap anak sudah di bawa sejak di lahirkan ke

dunia yang di karuniai oleh Tuhan. Ketika seorang anak sudah

dilahirkan maka berbagai kebutuhan yang harus di penuhi, dan untuk

mewujudkannya anak tersebut harus berkreasi dalam mencapai apa

yang berguna bagi dirinya dan apa yang di butuhkan olehnya.

Berkaitan dengan pengertian kreativitas terdapat beberapa pendapat

yang hampir sama, antara lain :

a. Menurut Gallagher dalam Munandar1 mengungkapkan bahwa

“kreativitas berhubungan dengan kemampuan untuk menciptakan,

mengadakan, menemukan suatu bentuk baru dan belum ada

sebelumnya”.

b. Menurut Santrock2 “Kreativitas yaitu kemampuan untuk memikirkan

sesuatu dengan cara-cara yang baru dan tidak biasa, serta melahirkan

suatu solusi unik terhadap masalah-masalah yang dihadapi”.

1
Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm
5
2
John W Santrock, Life-Span Development, terjemahan Juda Damanik & Achmad Chusairi,
(Jakarta : Erlangga, 2002), hlm. 327

7
8

c. Menurut Mayesky3 menyatakan bahwa “kreativitas adalah cara

berfikir, bertindak dan menciptakan sesuatu yang original yang

berguna bagi orang tersebut dan orang lain”.

Dengan demikian, disimpulkan bahwa kreativitas ialah kemampuan

yang dimiliki oleh seseorang untuk menghasilkan suatu ide/ produk

yang baru/original yang memiliki nilai kegunaan, dimana hasil dari ide/

produk tersebut diperoleh melalui proses kegiatan imajinatif atau

sintesis pemikiran yang hasilnya bukan hanya perangkuman, tetapi

mencakup pembentukan pola baru dan gabungan informasi yang

diperoleh dari pengalaman sebelumnya. Untuk menghasilkan sesuatu

melalui keterampilan imajinatif, hal ini berarti kreativitas berhubungan

dengan pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas

individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri,

dengan alam dan orang lain.

2. Karakteristik dan Ciri Kreativitas

mayesky4 menyatakan bahwa anak nak secara alamiah pada dasarnya

kreatif, ini berarti bahwa apa yang mereka lakukan adalah unik dan

berguna bagi diri mereka sendiri bahkan juga berguna bagi orang lain.

Anak anak secara alami adalah sosok yang kreatif. Pada umumnya,

mereka mengeksplorasi dunia ini dengan ide-ide yang cemerlang dan

bahkan menggunakan apa yang mereka lihat dengan cara-cara yang

alami dan asli. Kreativitas berarti memiliki kekuatan tau kualitas untuk

mengeksplorasikan diri dengan cara aanak sendiri. Mereka selalu


3
Mary Mayesky, Creative Activities for Young Children 4Th Ed : Play, Development and
Creativity, (New York : Delmar Publishers, 1999), hlm. 9
4
Ibid.,, hlm. 9

8
9

mengadakan perubahan yang dilakukan setiap saat dan semua dilakukan

oleh mereka sendiri. Artinya orang lain dan lingkungan di luar diri

mereka hanya perlu mendorong kreativitas alami yang sudah ada dalam

diri anak.

Mayesky mengemukakan 8 (delapan) cara berikut untuk membantu

anak dalam mengekspresikan kreativitas.

a. Membantu anak menerima perubahan

b. Membantu anak menyadari bahwa beberapa masalah tidak mudah

dipecahkan

c. Membantu anak untuk mengenali berbagai masalah itu memiliki

solusi

d. Membantu anak untuk belajar menafsirkan dan menerima

perasaanya.

e. Memberi penghargaan pada kreativitas anak.

f. Bantu anak untuk merasa nyaman dalam melakukan aktivitas kreatif

dan dalam memecahkan masalah.

g. Bantu anak untuk menghargai perbedaan dalam dirinya

h. Bantu anak dalam membangun ketekunan dalam dirinya.5

B. Perkembangan Aspek Bahasa

Bahasa digunakan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan kepada

orang lain. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi. Individu sudah

mengembangkan bahasa sejak usia bayi. Perkembangan bahasa ini dapat

dipengaruhi oleh kecerdasan, jenis kelamin, keluarga, kondisi ekonomi, budaya

5
Ibid.,, hlm. 9-10

9
10

dan lingkungan serta penggunaan bilingual.6 Anak-anak secara bertahap

berkembang dari melakukan ekspresi menjadi melakukan ekspresi dengan

berkomunikasi. Mereka biasanya telah mampu mengembangkan pemikiran

melalui percakapan yang dapat memikat orang lain. Mereka dapat menggunakan

bahasa dengan berbagai cara seperti bertanya, berdialog, dan bernyanyi. Sejak

usia dua tahun anak menunjukkan minat untuk menyebut nama benda, serta terus

berkembang sejalan dengan bertambahnya usia mereka sehingga berkomunikasi

dengan lingkungan yang lebih luas, dan dapat menggunakan bahasa dengan

ungkapan yang lebih kaya (Mulyasa dalam Rosalina).7

Menurut Lefrancois dalam Abin Syamsuddin, “mengatakan pembentukan

bahasa pada anak sangat di pengaruhi oleh faktor latihan atau motivasi untuk

belajar melalui pengondisian dan pengukuhan”.8 Seperti salah satu tokoh teori

perkembangan kognitif yang paling terkemuka adalah Jean Piaget mengemukakan

bahwa “perkembangan bahasa bersifat progresif dan terjadi pada setiap tahap

perkembangan. Perkembangan anak secara umum dan perkembangan bahasa awal

anak berkaitan erat dengan berbagai kegiatan anak, objek dan kejadian yang

mereka alami dengan menyentuh, mendengar, melihat, merasa, dan mencium.9

C. Perkembangan Aspek Sosial Emosional

Salah satu aspek perkembangan yang penting untuk distimulasi yaitu

perkembangan sosial emosional. Kemampuan sosial emosional anak usia dini

ditandai oleh berkembangnya kemampuan anak dalam mengadakan hubungan

6
Iriani Indri Hapsari, Psikologi Perkembangan Anak, (Jakarta : Indeks, 2017), hlm. 8
7
Anita Rosalina, Peningkatan Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Bermain,
dalam Khazanah : Jurnal PSYCHO IDEA, ISSN 1693-1076, No.1, (Februari 2011), hlm. 22
8
Abin Syamsuddin, (1996), hlm. 72
9
Ahmad Susanto, Pendidikan Anak Usia Dini : Konsep dan Teori, (Jakarta : PT.Bumi Aksara,
2017), hlm.165

10
11

interaksi sosial dengan lingkungannya, disiplin dalam kehidupan sehari-hari serta

dapat menunjukkan reaksi emosi yang wajar.10

Steinberg menjelaskan tentang karakteristik perkembangan sosial

emosional anak usia 5-6 tahun adalah anak lebih suka bekerjasama dengan da atau

tiga teman yang dipilih sendiri atau berpasangan, mulai mengikuti dan memahami

aturan, bertanggung jawab membereskan mainan, memiliki rasa ingin tahu yang

besar, mampu menendalikan emosi serta mempunyai kemauan untuk berdiri

sendiri dan berinisiatif.11

Menurut Erik Erikson12 delapan tahap perkembangan akan di lalui oleh

orang di sepanjang rentang kehidupannya. Masing- masing tahap punya sisi

positif dan negatifnya yaitu:

1. Kepercayaan versus ketidak percayaan merupakan tahap psikososial yang


pertama yaitu pada saat berumur 0-1 tahun. Pada tahap ini bayi didorong
untuk mempercayai dan tidak mempercayai orang-orang yang ada di
sekitarnya.
2. Otonomi versus perasaan malu dan ragu merupakan tahap psikologis
Erikson, tahap ini ada pada umur 2-3 tahun. Tahapan ini terjadi pada masa
bayi akhir dan masa belajar berjalan. Pada masa ini anak sudah bisa berdiri
dengan sendirinya tanpa bantuan orang tuanya, tetapi di pihak lain anak
merasa ragu dan malu dengan apa yang diperbuatnya.
3. Inisiatif versus rasa bersalah merupakan tahap psikologis Erikson ketiga,
terjadi pada umur 4-5 tahun pada tahap ini anak sudah lebih banyak
memiliki kecakapan.
4. Upaya versus inferioritas merupakan tahap psikologis Erikson keempat
yaitu pada umur 6-11 tahun. Pada tahapan ini anak semakin aktif. Mereka
sangat bersemangat untuk mengetahui dunia luar serta berbuat sesuatu.
5. Identitas versus kekacauan identitas, identitas merupakan tahap psikologi
Erikson ke lima. Terjadi pada individu saat berumur 12-20 tahun. Pada
masa ini kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh seorang anak sudah
lebih matang.
6. Keintiman versus isolasi merupakan tahap psikologis Erikson keenam.
Tahap ini terjadi pada masa dewasa awal yaitu pada umur 21-40 tahun.

10
Rosmala Dewi, Berbagai Masalah Anak Taman Kanak-Kanak.. (Jakarta: Depdiknas, 2005), h.18
11
Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini : Pengantar dalam Berbagai Aspeknya,
(Jakarta: Kencana, 2011), hlm.152
12
Iriani Indri Hapsari, Psikologi Perkembangan Anak, (Jakarta : Indeks, 2017), hlm.42

11
12

Pada tahapan ini terjadi longgarnya hubungan dengan kelompok sebaya


karena ada dorongan untuk dekat dengan orang yang sepaham.
7. Generativitas versus stagnasi merupakan tahap psikologis Erikson ketujuh.
Tahapan ini terjadi pada masa dewasa pertengahan, sekitar 41-65 tahun.
Pada tahap ini manusia sudah mencapai puncak dalam pengembangan diri
mereka sendiri.
8. Integritas versus keputusasaan merupakan tahap psikologis Erikson yang
kedelapan. Terjadi pada umur 65 tahun ke atas. Pada masa ini individu
sudah memiliki integritas pribadi. Semua yang dikaji dan ditelaan oleh
dirinya menjadi miliki pribadi. Pribadi yang masih memiliki sebuah
keinginan untuk melakukan sesuatu keputusan. Menurut Erikson, individu
yang sampai pada tahap-tahap sebelumnya dengan baik. Tugas pada tahap
ini adalah integritas dan menghilangkan rasa kecewa. cukup berhasil
melewati tahap-tahapan sebelumnya dengan baik.

Jadi dapat disimpulkan bahwasannya sosial emosional adalah suatu

kemampuan bertingkah laku berinteraksi dengan masyarakat lingkungan yang

sesuai dengan menggunakan nilai-nilai dan norma-norma serta dapat

menimbulkan perasaan yang ada dalam diri kita rasa senang maupun tidak senang/

emosi postif maupun emosi negative.

D. Metode Bermain Peran

Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos” yang berarti cara atau

jalan yang ditempuh. maka dengan memahami objek akan tau bagaimana cara

atau jalan yang harus di tempuh untuk mencapai tujuan itu. Menururt Kamus

Besar Bahasa Indonesia merode adalah cara kerja yang sistematis dan terpikir

secara baik untuk mencapai tujuan yang ditentukan.13 Menurut Sanjaya metode

adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang telah

disusun dalam kegiatan nyata, agar tujuan yang disusun tercapai optimal.14

Metode mengajar adalah alat yang merupakan bagian dari perangkat dan cara

13
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2010), hlm. 581.
14
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 90.

12
13

dalam pelaksanaan suatu strategi dalam mengajar.15 Penggunaan metode di taman

kanak-kanak memiliki keterkaitan dengan dimensi perkembangan anak-anak, dan

beberapa perkembangan dimensi tersebut yaitu: kognitif, bahasa, kreativitas,

emosional dan sosial.16 Berdasarkan pengertian metode yang dikemukakan di atas

dapat disimpulkan bahwa metode adalah suatu cara yang dilakukan oleh seorang

guru agar terciptanya proses belajar murid sehingga mencapai tujuan

pembelajaran yang diharapkan.

Menurut Sofia17 menyatakan “bermain peran atau bermain pura-pura

adalah memainkan peran tokoh atau benda yang ada didekat anak pada kondisi

tertentu sehingga imajinasi anak dapat berkembang melalui kegiatan tersebut”

(Bennett, 2014). Menurut Mutiah “Bermain peran disebut juga bermain simbolis,

pura-pura, fantasi, imajinasi,dan main drama, sangat penting untuk perkembangan

kognisi, social emosional anak usia tiga sampai empat tahun”. 18 Sedangka

Menurut Samsudin “Sosio drama atau bermain peran adalah cara memberikan

pengalaman kepada anak melalui bermain peran, yakni anak diminta memainkan

peran tertentu dalam suatu permainan peran”.19 Menurut moeslichatoen “bermain

peran adalah bermain menggunakan daya khayal, yaitu menggunakan bahasa atau

pura-pura bertingkah laku seperti benda tertentu, situasi tertentu atau orang

tertentu, dan binatang tertentu yang dalam dunia nyata tidak dilakukan”.20

15
Moejono Hasiban, Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 3.
16
Moeslichatoen, Metode Pengajaran Di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004),
hlm.38.
17
Sofia Hartati, Perkembangan Belajar Pada Anak Usia Dini, (Jakarta : Departemen Pendidikan
Nasional, 2005), hlm.113.
18
Diana Mutiah, Psikologi Bermain Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 115.
19
Samsudin, Pembelajaran Motorik Di Taman Kanak-kanak, (Jakarta, PT Fajar Interpratama,
2010), hlm. 34
20
Moeslichatoen, Metode Pengajaran Di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h.
38.

13
14

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa Bermain

peran adalah suatu kegiatan pembelajaran di mana anak memerankan tokoh-tokoh

tertentu atau benda-benda, dan peran-peran tertentu dalam situasi sosial yang

mengandung suatu masalah atau problem agar peserta didik mampu memecahkan

masalah yang muncul. Bermain peran merupakan kegiatan menirukan perbuatan

orang lain di sekitarnya. Dengan bermain peran, kebiasaan dan kesukaan anak

untuk meniru akan tersalurkan, serta dapat mengembangkan daya khayal

(imajinasi) dan dapat mengembangkan beberapa aspek perkembangan

diantaranya aspek sosial emosional dan aspek bahasa. Bermain peran ini

membolehkan anak memproyeksikan dirinya kemasa depan dan mengulang

kembali ke masa lalu. Maka anak akan benar-benar menjiwai setiap setiap

peranannya dengan baik, serta dapat mengembangkan kreativitas dalam

menuangkan imajinasinya.

Metode bermain peran di taman kanak-kanak mempunyai beberapa fungsi

yaitu:

1. Mempertahankan keseimbangan

Bermain juga dapat memberikan penyaluran dorongan emosi secara aman.

Dengan adanya kegiatan bermain peran anak dapat mengekspresikan

perasaan serta emosi sepuas-puasnya, akan tetapi harus pada peraturan

permainan yang telah ditentukan sebelum anak bermain.

2. Meningkatkan kemandirian anak

Dengan adanya peran yang dimainkan, anak akan menghayati dan belajar

bertanggung jawab dalam memerankannya, seperti: peran menjadi anak

soleh, peran menjadi kakak yang menyayangi adik-adiknya, dll.

14
15

3. Menginspirasi peran yang akan dijalani di masa yang akan datang.

Meskipun anak-anak berpura-pura berperan sebagai ibu/ayah, supir truk,

perawat dan lain sebagainya, sebenarnya kegiatan tersebut merupakan

upaya untuk mempersiapkan anak melaksanakan peran tersebut kelak

4. Meningkatkan keterampilan sosial anak

Dengan kegiatan ini akan membantu anak mengembangkan keterampilan

sosialnya, tidak memaksakan kehendak, berbagi dengan teman,

menyayangi sesama teman dan sebagainya.

5. Menigkatkan keterampilan bahasa

Bermain peran ini adalah permainan yang menggunakan daya

khayal/imajinasi yaitu dengan menggunakan bahasa dan alat/benda.

Tentunya untuk menghidupkan suasana dalam permainan diperlukan

komunikasi antara pemain, hal ini dapat mengembangkan keterampilan

berbahasa anak melalui pengucapan kosakata yang bertambah banyak.21

C. Kerangka Berfikir

Pada masa (golden age) anak usia dini terjadi pematangan fungsi-fungsi

fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan

sekitar. Sehat cerdas ceria dan berakhlak mulia adalah sebait ungkapan yang

syarat makna dan merupakan semboyan dalam pengasuhan, pendidikan dan

pengembangan anak usia dini di Indonesia.22 Agar dapat menciptakan kegiatan

pembelajaran yang dapat menghasilkan karakter siswa yang memiliki kecerdasan

interpersonal yang baik, maka guru harus menerapkan salah satu jenis

pembelajaran yaitu dengan menggunakan metode bermain peran (sosiodrama).


21
Ibid.,, hlm. 35
22
Martinis Yamin & Jamilah Sabri Sanan, Panduan Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: Gaung
Persada Press, 2010), hlm. 1.

15
16

Metode Bermain peran disebut juga main simbolik, role play, pura-pura, make

believe, fantasi, imajinasi atau main drama, yang bertujuan untuk

mengembangkan kemampuan interaksi sosial, kreativitas dan berbahasa,

membangun rasa empati, membangun kemampuan abstrak berpikir dan berfikir


23
secara objektif. Sedangkan menurut Fledman di dalam area drama anak-anak

memiliki kesempatan untuk bermain peran dalam situasi kehidupan sebenarnya,

melepaskan emosi, mempraktikan kemampuan berbahasa, membangun

keterampilan social dan mengekspresikan diri dengan kreatif.

Dari kedua pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa dalam kegiatan

bermain peran itu dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan

diantaranya aspek perkembangan bahasa, dan aspek perkembangan sosial

emosional anak usia dini.

23
Mukhtar Latif Dkk, Pendidikan Anak Usia Dini, ( Jakarta : Prenada media group, 2014),
hlm.130

16
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Secara umum metode penelitian diartikan “sebagai cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.24 Dengan demikian,

yang dimaksud dengan metodologi penelitian disini adalah cara atau jalan yang

dipergunakan dalam suatu penelitian dalam rangka mencari pemecahan masalah

yang diteliti sehingga mencapai tujuan penelitian. Untuk memperoleh hasil dari

gambaran dilapangan tentang Penggunaan Metode Bermain Peran Untuk

Meningkatkan Kreativitas Anak Usia Dini Pada Aspek Perkembangan Bahasa

Dan Sosial Emosional. Maka penelitian ini akan menggunakan metode penelitian

dengan pendekatan kualitatif.

Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif deskriptif, karena penelitian ini lebih menekankan analisisnya pada

proses penyimpulan deduktif dan induktif serta analisis terhadap dinamika

hubungan antar fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah.25

Penlitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan segala informasi yang

dibutuhkan sesuai dengan fakta yang ada. Jenis penelitian ini adalah penelitian

lapangan (field research), yaitu penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan

di lapangan, seperti di lingkungan masyarakat, lembaga-lembaga dan organisasi

kemasyarakatan, dan lembaga pendidikan, baik formal maupun non formal.

Penelitian ini akan dilakukan di SPS Al-Jihad Wanayasa

24
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, kualitatif dan R&D,
(Bandung : Alfabeta, 2010), hlm. 3.
25
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hlm.
26.
18

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi Penelitian bertempat di Desa Wanayasa Kecamatan Wanayasa

Kabupaten Purwakarta. Namun dalam Mini Riset ini, peneliti hanya fokus pada

salah satu sekolah yaitu :

Tempat : SPS Al-Jihad Wanayasa

Alamat Lengkap : Jalan Sahbandar Kp. Krajan RT 09/RW 05

Waktu penelitian : Senin 08 Februari 2021

Pukul : 09.00 - 09.30 WIB

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelompok 2B SPS Al-Jihad Wanayasa.

Jumlah peserta didik kelompok 2B yang dijadikan subyek penelitian adalah tiga

siswa dan satu guru. Objek dalam penelitian ini yaitu pada peserta didik kelompok

2B usia 5-6 tahun di SPS Al-Jihad Wanayasa. Sedangkan objek penelitian ini

adalah masalah yang di teliti yaitu penerapan metode bermain peran dalam

Meningkatkan Kreativitas Anak Usia Dini Pada Aspek Perkembangan Bahasa

Dan Sosial Emosional.

D. Teknik Penumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa

mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data

yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Sebagaimana yang di jelaskan oleh

Sugiyono, yaitu :

“Dalam Penelitian Kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting


(kondisi yang alami), sumber data primer, dan teknik pengumplan data lebih
19

banyak pada berperan serta (participan observation), wawancara mendalam (in


dept interview) dan dokumentasi”.26

Jadi, dapat disimpulkan bahwa teknik pengumpulan data dalam penelitian

kualitatif yang paling utama adalah dengan menggunakan teknik observasi atau

pengamatan langsung dan wawancara (interview), studi dokumentasi dan lainnya

di gunakan sebagai teknik pendukung untuk melengkapi data yang akan

diperooleh di lapangan. Maka, teknik pengumpulan data yang di unakan dalam

penelitian ini adalah :

1. Observasi

Sutrisno Hadi dalam Sugiyono mengemukakan bahwa “observasi

merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari

berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting

adalah proses- proses pengamatan dan ingatan”. Selanjutnya, Sugiyono

menjelaskan bahwa “teknik pengumpulan data dengan observasi di gunakan

bila penelitian berkenan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-

gejala alam dan bila responden yang di amati tidak terlalu besar”27. Jadi,

teknik pengumpulan data dengan observasi merupakan suatu teknik yang

dilakukan dalam kegiatan mengumpulkan data dengan cara mengamati

langsung suatu kegiatan atau peristiwa yang ada di lapangan.

2. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang

harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari

26
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, kualitatif dan R&D,
(Bandung : Alfabeta, 2010), hlm. 309.
27
Ibid.,, hlm. 203
20

responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.

Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri

sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan atau

keyakinan pribadi. Sutrisno Hadi dalam Sugiyono28 mengemukakan bahwa

anggapan yang perlu di pegang oleh peneliti dalam menggunakan metode

interview dan juga kuesioner (angket) adalah sebagai berikut :

a. Bahwa subyek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang

dirinya sendiri

b. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar

dan dapat dipercaya

c. Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan

oleh peneliti.

Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan

dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan

menggunakan telepon.

Peneliti menggunakan wawancara bebas terpimpin yang diajukan kepada

Guru pendidikan SPS Al-Jihad Wanayasa, untuk memperoleh data anak dan

data tentang kendala dalam proses meningkatkan Kreativitas anak dalam

Aspek Bahasa dan sosial emosional melalui bermain peran.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah Proses menyusun mengkatagorikan data, mencari pola

atau tema dengan maksud untuk memahami makna nya. Data yang berhasil di

28
Ibid.,, hlm. 194
21

kumpulkan, baik dari kegiatan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi

selanjutnya di analisis dengan menggunakan model analisis interaktif. Dalam

proses analisis ini rangkaian kegiatannya meliputi tahapan reduksi data, penyajian

data, dan penarikan kesimpulan.

1. Data Reduction (Reduksi data)

Reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan

pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang

tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan29.

2. Data Display (Penyajian data)

Setelah data direduksi maka langkah selajutnya adalah penyajian data

(display data).30 Data yang berupa tulisan tersebut di susun kembali secara

baik dan akurat untuk memperoleh kesimpulan yang valid sehingga lebih

memudahkan peneliti dalam memahami. Penyajian data dalam penelitian

kualitatif berbentuk uraian yang singkat dan jelas.

3. Conclusion Drawing/ Verification (Penarikan kesimpulan/verifikasi)

Tahapan berikutnya adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi dalam

penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang di

rumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti yang telah

dikemukakan bahwa msalah dan rumusan masalah dalam penelitian

kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian

29
Ibid.,, hlm. 338
30
Ibid.,, hlm. 341
22

berada di lapangan.31 Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian

kualitatif yang telah dilakukan ini perkembangan bahasa dan sosial

emosional mulai berkembang, maka diharapkan kepada dari itu pendidik

harus menguasai metode yang bisa meningkatkan kreativitas anak dalam

aspek perkembangan bahasa dan sosial emosional anak lebih berkembang

salah satunya dengan menggunakan metode bermain peran.

31
Ibid.,, hlm. 345
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Meningkatkan Kreativitas Anak Usia Dini Pada Aspek Perkembangan

Sosial Emosional Melalui Metode Bermain Peran di SPS Al-Jihad

Wanayasa

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 08 Februari 2021 di kelas 2B

maka dapat diketahui bahwa metode bermain peran dalam pembelajaran

dapat meningkatkan pembendaharaan bahasa dan meningkatkan sosial

emosional anak. Untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana penggunaan

metode bermain peran dalam meningkatkan bahasa dan meningkatkan

sosial emosional anak usia 5-6 tahun pada kelompok 2B SPS Al-Jihad

Wanayasa.

a. Guru memilih tema untuk kegiatan yang ingin dicapai

Upaya guru dalam menciptakan suatu system lingkungan yang

memungkinkan terjadinya proses pembelajaran merupakan suatu

keharusan, dengan maksud agar tujuan pembelajaran dapat dicapai

secara optimal, oleh karena itu guru dituntut untuk menyusun

rencana pelaksanaan pembelajaran harian. Hasil observasi yang

penulis lakukan pada tanggal 08 Februari 2021 bahwasanya sebelum

guru melakukan kegiatan terlebih dahulu menyiapkan RPPH agar

dapat tercapainya tujuan pembelajaran, sebagaimana di kemukakan

oleh ibu Resty selaku guru kelas 2B : “Sebagaimana guru kelas 2B,

sebelum kegiatan berlangsung saya selalu menyiapkan RPPH agar

23
24

proses pembelajaran terstruktur dan sesuai dengan tema

pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan

optimal”.32

Berdasarkan pernyataan diatas bahwasanya guru di SPS Al-Jihad

sebelum melakukan kegiatan terlebih dahulu menyusun rencana

pelaksanaan pembelajaran harian.

b. Guru membuat naskah jalan cerita yang akan dimainkan

Adapun dari hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 08 Februari

2021 di SPS Al-Jihad Wanayasa, sebelum kegiatan berlangsung guru

menyiapkan naskah yang dibuat untuk jalan cerita bermain peran

dengan tujuan agar cerita yang dimainkan dapat berjalan dengan

tertib dan rapi. Sebagaimana yang dikemukakan oleh ibu Resty guru

kelompok 2B : “biasanya sebelum anak-anak datang kesekolah saya

sudah membuat naskah jalan cerita yang akan dimainkan sehingga

bermain peran dapat terlaksana dengan

tertib “33

Dari data diatas bahwasanya guru di SPS Al-Jihad, selalu membuat

naskah jalan cerita sebelum esok harinya kegiatan bermain peran

akan dimainkan.

c. Guru mengumpulkan tiga anak untuk diberi pengarahan dan aturan

dalam bermain peran

Adapun dari hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 08 Februari

2021 di SPS Al-Jihad Wanayasa, sebelum kegiatan berlangsung guru

32
Wulan, Wawancara dengan guru kelompok 2B di SPS Al-Jihad Wanayasa, 08 Februari 2021.
33
Ibid.,, 08 Februari 2021

24
25

mengumpulkan 3 anak untuk diberi pengarahan dan aturan dalam

bermain peran dengan tujuan agar anak-anak mengetahui cara dan

aturan dalam bermain peran sehingga bermain peran dapat

dilaksanaakan dengan baik. Sebagaimana yang dikemukakan oleh

ibu Resty guru kelompok 2B : “bahwasanya sebelum kegiatan

bermain peran dilaksanakan saya mengumpulkan anak-anak terlebih

dahulu untuk diberi pengarahan dan aturan pada saat bermain peran

dan karna sekarang sedang luring jadi bermain di batasi dengan

tujuan agar anak-anak mengerti aturan pada saat bermain peran

dengan demikan kegiatan bermain peran dapat berjalan dengan

baik“.34

Dari data diatas bahwasanya guru di SPS Al-Jihad mengumpulkan

anak-anak terlebih dahulu untuk diberi pengarahan dan aturan pada

saat bermain peran dengan tujuan agar anak-anak mengerti dan

kegiatan bermain peran dapat berjalan dengan baik yang sesuai

diharapkan dan karna sekarang sedang luring jadi bermain di batasi.

d. Guru sudah mempersiapkan alat yang akan digunakan oleh peserta

didik untuk bermain

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 08

Februari 2021 di SPS Al-Jihad Wanayasa, sebelum kegiatan

berlangsung guru menyiapkan alat yang digunakan peserta didik saat

bermain peran, misalnya saat bermain peran tentang profesi tukang.

Kemudian guru menyiapakan alat seperti baju tukang, alalt perkakas

34
Ibid.,, 08 Februari 2021

25
26

dll. Sebagaimana yang dikemukakan oleh ibu Resty guru kelompok

2B : “biasanya saya sudah menyiapkan alat yang akan digunakan

anak-anak pada saat bermain peran sebelum anak-anak datang

kesekolah karena terlalu repot kalau anak-anak sudah datang

kesekolah dan guru masih sibuk menyiapkan media”.35

Dari data diatas bahwasanya guru di SPS Al-Jihad Wanayasa selalu

menyiapkan alat yang akan digunakan pada saat bermain peran

sebelum anak datang kesekolah.

e. Guru membagikan tugas kepada peserta didik sesuai dengan peran

yang akan dimainkan, agar tidak berebut saat bermain peran

Pada saat bermain peran guru harus membagikan tugas kepada anak-

anak sesui dengan peran yang akan dimainkan dengan tujuan agar

anak-anak tidak berebut saat memainkan peran pada bermain peran

yang akan dimainkan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan

pada tanggal 08 Februari 2021 di SPS Al-Jihad Wanayasa, sebelum

kegiatan bermain peran berlangsung guru membagikan tugas kepada

anak-anak sesuai dengan peran yang akan dimainkan dengan tujuan

agar anak-anak tidak bingung dan tidak berebut saat bermain peran.

Sebagaimana di kemukakan oleh ibu Resty selaku guru kelas 2B :

“sebelum kegiatan bermain peran berlangsung saya dan ibu isna

mengumpulkan anak-anak serta membagi tugas kepada anak-anak

sesuai dengan peran yang akan dimainkan dengan tujuan agar anak-

35
Ibid.,, 08 Februari 2021

26
27

anak tidak merasa bingung dan tidak berebut dengan teman-temanya

saat bermain peran, ibu guru membagi tugas pada anak-anak”.36

Berdasarkan pernyataan diatas bahwasanya guru di SPS Al-Jihad

Wanayasa sebelum melakukan kegiatan bermain peran terlebih

dahulu mengumpulkan anak-anak untuk memberikan tugas yang

sesuai dengan peran yang akan dimainkannya, dengan tujuan

kegiatan bermain peran dapat berjalan dengan baik dan anak tidak

berebut saat memainkan peran.

f. Guru hanya /mendampingi peserta didik dalam bermain peran

Adapun dari hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 08 Februari

2021 di SPS Al-Jihad Wanayasa, pada saat kegiatan bermain peran

berlangsung sebelum kegiatan berlangsung guru mendampingi serta

mengawasi anak-anak dengan tujuan mengkondisikan agar kegiatan

bermain peran dapat berjalan dengan tertib, misalnya guru

mengawasi serta membantu sekedarnya anak-anak yang mungkin

masih merasa sedikit bingung atau belum paham tentang peran yang

dimainkanya. yang dikemukakan oleh ibu Resty guru kelompok 2B :

“pada saat kegiatan bermain peran berlangsung saya mendampingi

anak-anak dengan tujuan untuk melatih kemandirian anak serta

mengkondisikan anak-anak pada saat bermain peran agar berjalan

dengan tertib, adapun hal nya misal terdapat anak yang lupa pada

saat memerankan peran disitulah kami membantunya”.37

36
Ibid.,, 08 Februari 2021
37
Ibid.,, 08 Februari 2021

27
28

Berdasarkan pernyataan di atas bahwasanya guru di SPS Al-Jihad

Wanayasa pada saat kegiatan bermain peran berlangsung sebelum

kegiatan berlangsung guru mendampingi serta mengawasi anak-anak

dengan tujuan mengkondisikan agar kegiatan bermain peran dapat

berjalan dengan tertib.

g. Guru mengadakan diskusi untuk mengulas kembali nilai-nilai dan

pesan yang terkandung dalam bermain peran untuk diteladani peserta

didik

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 08

Februari 2021 di SPS Al-Jihad Wanayasa, diakhir kegiatan setelah

bermain peran guru mengadakan diskusi untuk mengulas kembali

nilai-nilai dan pesan yang terkandung dengan tujuan agar anak-anak

dapat meneladani nilai-nilai dan pesan yang terkandung dalam

kegiatan bermain peran tersebut, misalnya pada saat bermain tentang

tukang yang sedang mengerjakan pekerjaan yang sulit, maka dengan

bermain peran anak-anak dapat mengerti tentang mencari uang itu

sangat tidaklah mudah. Sebagaimana yang diungkapkan oleh ibu

Resty selaku guru kelompok 2B : “di akhir kegiatan bermain peran

saya selalu berdiskusi dengan tujuan untuk mengulas kembali nilai-

nilai dan pesan yang terkandung dalam kegiatan bermain peran”.38

Berdasarkan pernyataan diatas bahwasanya guru di SPS Al-Jihad

Wanayasa di akhir kegiatan bermain peran guru mengadakan diskusi

untuk mengevaluasi nilai-nilai dan pesan yang terkandung dalam

38
Ibid.,, 08 Februari 2021

28
29

kegiatan bermain peran tersebut, dengan tujuan agar anak-anak dapat

meneladani sikap dan nilai-nilai serta pesan yang terkandung dalam

kegiatan bermain peran tersebut. Untuk memperkuat bahwa

pengunaan metode bermain peran sudah cukup baik dalam

meningkatkan bahasa dan sosial emosional anak, berikut dapat

dilihat tingkat pencapaian perkembangan yang sesuai harapan

terlihat ketika saat proses bermain peran berlangsung mereka

bersungguh-sungguh dalam memainkan perannya.

B. Pembahasan

1. Meningkatkan kreativita pada perkembangan aspek bahasa dan aspek

sosialemosional untuk Anak usia di SPS Al-Jihad Wanayasa.

a. Guru memilih tema untuk kegiatan yang ingin dicapaiUpaya guru

dalam menciptakan suatu system lingkungan yang memngkinkan

terjadinya proses pembelajaran merupakan suatu keharusan

dengan maksud agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara

optimal, oleh karena itu guru di tuntut untuk menyusun rencana

pelaksanaan pembelajaran harian. Bahwasanya guru di SPS Al-

Jihad, sebelum melakukan kegiatan terlebih dahulu menyusun

rencana pelaksanaan pembelajaran harian.

b. Guru membuat naskah jalan cerita yang akan dimainkan

Sebelum kegiatan berlangsung guru membuat naskah jalan cerita

dengan tujuanagar cerita yang akan dimainkan pada kegiatan

bermain peran dapat berjalan dengan tertib dan rapi, misalnya

membuat cerita dialog percakapan tentang tema bermain peran

29
30

yang akan digunakan, misal menggunakan tema profesi dengan

subtema pedagang sayuran, buah-buahan dan lain-lain. dapat

berjalan dengan tertib dan rapi.

c. Guru mengumpulkan anak untuk diberi pengarahan dan aturan

dalam bermain peran

Sebelum kegiatan berlangsung guru mengumpulkan anak-anak

untuk diberi pengarahan dan aturan dalam bermain peran dengan

tujuan agar anak-anak mengetahui cara dan aturan dalam bermain

peran sehingga bermain peran dapat dilaksanaakan dengan baik.

Dalam hal ini guru memberi pengarahan dan aturan kepada anak-

anak misalnya anak-anak dilarang merebut tugas peran yang

dimainkan oleh temannya, anak-anak harus bisa belajar menjaga

sikap untuk tidak jahil kepada temannya.

d. Guru sudah mempersiapkan alat yang akan digunakan oleh

peserta didik untuk bermain sebelum kegiatan berlangsung guru

menyiapkan alat yang digunakan peserta didik saat bermain

peran, kemudian guru menyiapakan alatnya

e. Guru menjelaskan alat-alat yang akan digunakan oleh peserta

didik untuk bermain

Sebelum kegiatan berlangsung guru menjelaskan alat-alat yang

akan digunakan oleh anak-anak dengan tujuan agar anak-anak

mengerti kegunaan dari alat yang akan gunakan pada saat bermain

peran nantinya.

30
31

f. Guru membagikan tugas kepada peserta didik sesuai dengan

peran yang akan dimainkan, agar tidak berebut saat bermain peran

Pada saat bermain peran guru harus membagikan tugas kepada

anak-anak sesui dengan peran yang akan dimainkan dengan

tujuan agar anak-anak tidak berebut saat memainkan peran pada

bermain peran yang akan dimainkan dengan tujuan agar anakanak

tidak bingung dan tidak berebut saat bermain peran.

g. Guru hanya /mendampingi peserta didik dalam bermain peran

Pada saat kegiatan bermain peran berlangsung sebelum kegiatan

berlangsung guru mendampingi serta mengawasi anak-anak

dengan tujuan mengkondisikan agar kegiatan bermain peran dapat

berjalan dengan tertib, misalnya guru mengawasi serta membantu

sekedarnya anak-anak yang mungkin masih merasa sedikit

bingung atau belum paham tentang peran yang dimainkanya.

h. Guru mengadakan diskusi untuk mengulas kembali nilai-nilai dan

pesan yang terkandung dalam bermain peran untuk diteladani

peserta didik

Diakhir kegiatan setelah bermain peran guru mengadakan diskusi

untuk mengulas kembali nilai-nilai dan pesan yang terkandung

dengan tujuan agar anak-anak dapat meneladani nilai-nilai dan

pesan yang terkandung dalam kegiatan bermain peran tersebut,

misalnya pada saat bermain tentang tukang, maka dengan bermain

peran anak-anak dapat mengerti tentang mencari uang itu sangat

tidaklah mudah sehingga anak belajar hiup hemat.

31
32

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis dikelas 2B SPS Al-

Jihad Wanayasa, dari keseluruhan langkah- langkah menerapkan

metode bermain peran dalam Meningkatkan Kreativitas Anak Usia Dini

Pada Aspek Perkembangan Sosial Emosional pada anak menunjukkan

bahwasanya terdapat beberapa langkah penerapan metode bermain

peran yang belum maksimal dilakukan seperti pembuatan naskah cerita,

pemberian arahan dan bimbingan pada anak sebelum bermain peran dan

pengulangan materi atau evalusi. Dapat dikatakan dari langkah langkah

dalam kegiatan bermain peran itulah yang akan sangat mempengaruhi

hasil pengembangan perkembangan kecerdasan anak agar dapat

berhasil dengan maksimal dan membantu peserta didik mencapai

standar penilaian yang sesuai dengan tingkat perkembangannya.

Setelah peneliti memberikan sumbangsih pemikiran dan dilakukan upaya

maksimal dari kedua guru kelas 2B SPS Al-Jihad Wanayasa dalam

mengembangkan kemampuan sosial emosional melalui metode bermain peran,

didapati kemampuan sosial emosional anak yang berkembang optimal. Dari

beberapa indikator penerapan metode bermain peran untuk Meningkatkan

Kreativitas Anak Usia Dini Pada Aspek Perkembangan Sosial Emosional anak

usia dini tersebut dalam kategori baik dan layak untuk terus digunakan dan

dikembangkan.

Untuk mengetahui lebih lanjut terkait penggunaan metode bermain peran

dalam Meningkatkan Kreativitas Anak Usia Dini Pada Aspek Perkembangan

Sosial Emosional emosional anak sebagai berikt :

32
33

a. Anak dapat bersikap kooperatif bersama teman dengan cara

berkomunikasi

Dari pengamatan yang penulis lakukan terdapat percakapan yang

sudah berkembang baik terlihat dari anak mampu membereskan

alat permainan dengan mengajak temannya setelah bermain peran

tentang profesi dan bersama mengambil sampah yang berserakan

dan membantu temannya yang mengalami kesulitan saat

mengerjakan tugas , 2 anak sudah berkembang sesuai harapan,

sedangkan 1 anak mulai berkembang terlihat dari kegiatan anak

yang sudah mau ikut berpartisipasi membereskan alat permainan

setelah bermain peran tentang profesi.

33
BAB V

PENUTUP

Setelah mengadakan pembahasan dan penelitian dari Bab I sampai Bab IV

maka dalam mengakhiri Mini Riset tentang meningkatkan kreativitas anak usia

dini pada aspek perkembangan bahasa dan sosial emosional melalui metode

bermain peran di SPS Al-Jihad Wanayasa Tahun Ajaran 2020/2021. Penulis akan

memberikan kesimpulan dan saran sebagai berikut:

A. Kesimpulan

Melalui kegiatan bermain, banyak hal yang diperoleh anak, di antaranya:

1. Mengenal dunia sekitar. Melalui bermain, mereka dapat

mengeksplorasi berbagai bentuk mainan, warna, sebab akibat, nilai,

hubungan antar individu, dan lain-lain;

2. Meningkatkan harga diri. Anak-anak suka permainan yang bisa

mereka kuasai dengan baik. Tanpa orang dewasa yang menentukan.

Anak merasa bebas mencoba berbagai hal.

3. Membangun kemampuan bersosialisasi. Bermain mempersiapkan

anak untuk berinteraksi dengan orang lain, seperti belajar berbagi,

menunggu giliran, mempertahankan pendapat, mempertimbangkan

orang lain dan sebagainya;

4. Kesempatan untuk menyalurkan emosi. Berbagai jenis emosi seperti

marah, takut, sedih dan cemas disalurkan melalui bermain peran/role

playing;

5. Meningkatkan kemampuan bahasa. Saat bermain, anak-anak

menggunakan berbagai kata secara berulang untuk melatih

34
35

6. perkembangan bahasanya. Misalnya saat anak menelpon tukang agar

datang ke rumahnya untuk memperbaiki meja;

7. Menstimulasi kreativitas dan imajinasi. Dengan berimajinasi, mereka

bisa menjadi dokter, Polisi, menerbangkan pesawat, mengemudikan

mobil balap, tukang dagang, tukang mabel, membuat istana,

memasak, memberi makan hewan, dan lain-lain;

8. Mengembangkan kemampuan motorik halus dan koordinasi tangan

dan mata. Permainan ini bisa diperoleh melalui aktivitas menyusun

balok, menyusun puzzle, membentuk lilin, memegang krayon dsb;

9. Mengembangkan kemampuan motorik kasar. Kegiatan fisik seperti

berlari, memanjat, melompat, melempar, dan menangkap bola dan

banyak lagi pengembangan kemampuan atletis dan dasar bagi gaya

hidup yang aktif kelak.

Metode bermain peran dapat mengembangkan kemampuan sosial

emosional anak ditujukkan dengan tercapainya setiap indikator perkembangan

kecerdasan interpersonal antara lain sikap mandiri, sikap mau berbagi, menolong

dan membantu teman, sikap menghargai, taat aturan yang berlaku dan antusias

dalam kegiatan. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dinyatakan bahwa bermain

peran juga kaya akan nilai pendidikan, karena ia juga meningkatkan

pengembangan kemampuan bahasa, sosial emosional, sikap, nilai-nilai

kemasyarakatan pada anak.

35
36

B. Saran

Dari hasil penelitian penulis menunjukkan bahwa meningkatkan

kreativitas anak usia dini pada aspek perkembangan bahasa dan sosial emosional

melalui metode bermain peran sangat penting. Mengingat betapa pentingnya

perkembangan bahasa dan sosial emosional anak yang baik adalah sebagai bekal

anak untuk dapat diterima dikelompok masyarakat social yang luas di kehidupan

selanjutnya, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Guru sebaiknya meningkatkan intensitas pembelajaran dengan metode

yang lebih menarik salah satunya dengan metode bermain peran,

sehingga kecerdasan interpersonal anak dapat terus terbina dan

dikembangkan.

2. Guru sebaiknya memfasilitasi dalam kegiatan, sehingga anak-anak

dapat lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran, sehingga potensi,

bakat dan kemampuan mereka akan semakin terarah.

3. Guru sebaiknya dapat mengembangkan kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan model atau metode lain, sehingga anak tidak akan

merasa jenuh dan bosan.

36
DAFTAR PUSTAKA

Abin, Syamsudin. (1996). Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja Rosda

Karya.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka, 2010), hlm. 581.

Dewi, Rosmala. (2005). Berbagai Masalah Anak Taman Kanak-Kanak. Jakarta:

Depdiknas.

Hapsari, Iriani Indri. (2017). Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta : Indeks.

Hartati, Sofia. (2005). Perkembangan Belajar Pada Anak Usia Dini. Jakarta :

Departemen Pendidikan Nasional.

Hasiban, Moejono. (2012). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Latif, Mukhtar. Dkk. (2014). Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : Prenada media

group.

Mayesky, Mary. (1999). Creative Activities for Young Children 4Th Ed : Play,

Development and Creativity. New York : Delmar Publishers.

Moeslichatoen. (2004). Metode Pengajaran Di Taman Kanak-kanak Jakarta:

Rineka Cipta.

Moleong, Lexy J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Munandar, Utami. (1999). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta :

Rineka Cipta.

Mutiah, Diana. (2010). Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta : Kencana.

37
Rosalina, Anita. (2011). Peningkatan Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini

Melalui Kegiatan Bermain. dalam Khazanah : Jurnal PSYCHO IDEA.

ISSN 1693-1076. No.1. (Februari 2011).

Samsudin. (2010). Pembelajaran Motorik Di Taman Kanak-kanak. Jakarta, PT

Fajar Interpratama.

Sanjaya, Wina. (2010). Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana.

Santrock, John W. (2002). Life-Span Development, terjemahan Juda Damanik &

Achmad Chusairi. Jakarta : Erlangga.

Sugiono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif,

kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Susanto, Ahmad. (2011). Perkembangan Anak Usia Dini : Pengantar dalam

Berbagai Aspeknya. Jakarta : Kencana.

Susanto, Ahmad. (2017). Pendidikan Anak Usia Dini : Konsep dan Teori. Jakarta

: PT.Bumi Aksara.

Wulan, Wawancara dengan guru kelompok 2B di SPS Al-Jihad Wanayasa, 08

Februari 2021.

Yamin, Martinis & Sanan, Jamilah Sabri. (2010). Panduan Pendidikan Anak Usia

Dini. Jakarta : Gaung Persada Press.

38
Lampiran- Lampirran

1. Dokumentasi kegiatan

1.1 Kegiatan bermain peran yang dilakukan anak ketika telpon para tukang
bahwa meja di rumahnya rusak.

1.2 Kegiatan bermain peran para tukang datang dan mulai memperbaiki meja
yang rusak

39
1.3 Kegiatan berfoto bersama peneliti dan 3 murid kelas 2B

2. Skenario Bermain Peran (ROLE PLAYING)

Bermain peran tukang yang teriri dari 3 orang anak yang pertama sebagai

pemilik meja, kedua tukang mabel dan yang membantu tukang mabel. Belajar

menolong pelanggan dan bekerja sama dengan rekan kerja nya.

a. Tujuan

1) Untuk membawa anak agar bisa memerankan karakter melalui

bermain peran

2) Untuk meningkatkan perkembangan bahasa dan sosial emosi

3) Untuk menunjukkan pertumbuhan kreatifitas dan imajinasi

dalam menggunakan bahan-bahan dan di anggap berbeda

memainkan peran dalam situasi dramatis.

b. Persiapan sebelum memulai

1) Mengatur kotak di atas meja, cukup rendah untuk -anak berdiri

dan melihat dengan nyaman.

2) Membalikan meja yang

40
c. Cara Bermain

1) Pertama guru menyediakan alat untuk bermain peran

2) Guru membagi peran yang akan di main k ketiga anak tersebut

3) Guru memberikan pijakan kepada anak agar anak bermain

dengan disiplin dan tertib

4) Anak bermain peran sesuai dengan perannya

5) Anak bekerja sama dan berkomunikasi baik dengan teman

lainnya

6) Permainan selesai

7) Anak merapihkan kembali alat alat secara bersama sama

d. Mengungkapkan Perasaan khusus sesuatu

Kegiatan ini memungkinkan anak prasekolah mengetahui bahwa

mereka dapat mengekspresikan diri mereka masing-masing dengan

caranya sendiri dan bahwa ekspresi mereka berlaku sangat penting

1) Tujuan

a) Untuk menunjukkan pertumbuhan kreatifitas dan imajinasi

dalam menggunakan bahan-bahan dan di anggap berbeda

memainkan peran dalam situasi dramatis.

b) Untuk menjelajahi baru sarana ekspresi diri.

41

Anda mungkin juga menyukai