Anda di halaman 1dari 18

MINI RISET

KECERDASAN KREATIFITAS PESERTA DIDIK SMP IT

SURRO MANROA BANDAR MERIAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Psikologi Umum

Disusun Oleh:

ABDUL RAHMAN RISKY (021011596)

ABDUL HARISUDDIN (021011617)

TAUFIQURRAHMAN (021011618)

Dosen Pengampu: Harun Lubis, M. Psi.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARULARAFAH

SUMATERA UTARA

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puja dan puji bagi Allah Subhanahu Waata’ala yang
senantiasa memberikan limpahan rahmat dan nikmatnya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas mini riset ini dengan baik dan benar. Adapun tujuan utama
penulis dalam Menyusun Laporan Mini Riset ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Psikologi Umum dengan judul Mini Riset ini adalah
“Kecerdasan Kreatifitas Peserta Didik SMP IT SURRO MANROA BANDAR
MERIAH’’.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Harun Lubis, M. Psi


selaku dosen pengampu, dan kepada semua pihak yang sudah membantu dalam
penulisan Mini Riset ini dari awal hingga selesai.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih terdapat


banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Mohon maaf apabila terdapat
kesalahan dalam penulisan tugas ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
serta saran yang membangun guna menyempurnakan tugas ini dan dapat menjadi
acuan dalam menyusun tugas-tugas selanjutnya. Terimakasih.

Medan, 25 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB I...................................................................................................................................1

PENDAHULUAN..................................................................................................................1

A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................3
C. Tujuan....................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................5

KAJIAN TEORI.....................................................................................................................5

D. Kecerdasan Kreativitas (CQ)...................................................................................5


BAB III.................................................................................................................................9

PEMBAHASAN....................................................................................................................9

E. Hasil Penelitan........................................................................................................9
BAB IV..............................................................................................................................13

PENUTUP..........................................................................................................................13

A. Kesimpulan...........................................................................................................13
B. Saran....................................................................................................................13
Daftar Pustaka..................................................................................................................14

DOKUMENTASI.................................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kreativitas merupakan suatu tuntutan pendidikan dan kehidupan yang


sangat penting pada saat ini. Kreativitas akan menghasilkan berbagai inovasi dan
perkembangan baru dalam suatu kehiduapan. Individu dan organisasi yang kreatif
akan selalu dibutuhkan oleh lingkungannya karena mereka dapat mampu
memenuhi kebutuhan lingkungan yang terus berubah dan mampu untuk bertahan
dalam kompetisi global yang dinamis dan ketat.

Potensi kreatif yang sangat penting tersebut pada dasarnya dimiliki oleh
setiap anak, bahwa anak-anak memiliki ciri-ciri oleh para ahli sering digolongkan
sebagai ciri individu kreatif, misalnya: rasa ingin tahu yang besar, senang
bertanya, imajinasi yang tinggi, berani menghadapi resiko, senang akan hal-hal
yang baru, dan lain sebaginya. Meskipun demikian faktor orang tua, guru di
sekolah, dan lingkungan merupakan faktor penting yang sangat mempengaruhi
perkembangan kreativitas tersebut.

Dunia anak-anak merupakan pewarnaan emosional yang paling nyata.


Kompetensi-kompetensi dini yang dihasilkan anak-anak akan mendorong
kreativitas mereka selanjutnya. Kreativitas dapat terwujud di mana saja, kapan
saja dan oleh siapa saja tanpa memandang usia maupun tingkat pendidikan
tertentu. Jadi, kreativitas harus dipupuk sejak dini sehingga anak-anak kelak tidak
hanya menjadi konsumen saja namun bisa melahirkan dan menciptakan sesuatu
yang bermakna dan berguna.

Anak merupakan generasi penerus bangsa yang berlangsung secara terus


menerus dan bersifat alami. Dari generasi ke generasi masyarakat suatu bangsa
akan mengalami pertumbuhan yang berbeda dimana kualitas masyarakatnya akan

1
ditentukan oleh pengalaman dan pembelajaran yang diperoleh dan dimilikinya
baik secara formal non formal maupun informalv. Masyarakat yang memperoleh
pengalaman dan pembelajaran yang berkualitas tentu saja akan menjadikan
generasi yang berkualitas pula, begitu juga sebaliknya. Salah satu indikator yang
menentukan kualitas suatu generasi masyarakat ditentukan oleh pendidikan yang
diperoleh semasa hidupnya.

Dalam penelitian lain, Bloom, dalam Sujiono (2005: 10) mengemukakan


bahwa pengembangan intelektual anak terjadi sangat pesat pada tahun-tahun awal
3 kehidupan anak. Sekitar 50 % variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah
terjadi ketika anak berusia 4 tahun, Peningkatan 30 % berikutnya terjadi pada usia
8 tahun dan 20 % sisanya pada pertengahan atau akhir dasa warsa kedua. Ini
berarti bahwa pengembangan yang terjadi pada usia 0-4 tahun sama besarnya
dengan pengembangan yang terjadi pada usia 4 tahun hingga 15-20 tahun.
Pengembangan yang terjadi pada usia 4-8 tahun lebih besar daripada
pengembangan yang terjadi pada usia 8 tahun hingga 15-20 tahun. Dalam kaitan
ini Bloom mengatakan bahwa 4 tahun pertama merupakan kurun waktu yang
sangat peka terhadap kaya miskinnya lingkungan yang akan stimulasi

“Kebutuhan akan kreativitas dalam penyelenggaraan pendidikan dewasa


ini dirasakan merupakan kebutuhan setiap anak. Dalam masa pembangunan dan
penuh persaingan setiap individu dituntut untuk mempersiapkan mentalnya agar
mampu menghadapi tantangan-tantangan di masa depan.”

Konsep kreativitas anak usia dini dan orang dewasa sangat berbeda.
Kreativitas dalam pengertian orang dewasa berarti keberadaan keahlian,
keterampilan dan motivasi diri. Orang dewasa yang kreatif diindikasikan sebagain
individu yang memiliki keterampilan teknik prima, kemampuan, dan memiliki
bakat. Mereka juga memiliki gaya dan karya yang mempesona, keterbukaan ide
yang mengagumkan, dan konsentrasi serta ketekunan yang luar biasa.

Kreativitas pada anak memiliki ciri-ciri tersendiri. Kreativitas anak usia


dini dikoridori oleh keunikan gagasan dan dan tumbuhnya imajinasi serta fantasi.

2
Anakanak yang kreatif sensitif terhadap stimulasi. Mereka juga tidak dibatasi oleh
frameframe apapun. Artinya, mereka memiliki kebebasan dan kaleluasaan
beraktivitas. 4 Anak kreatif juga cenderung memiliki keasikan dalan beraktivitas.
Kreativitas anak usia dini juga ditandai dengan kemampuan membentuk imajinasi
mental, konsep berbagai hal yang tidak hadir dihadapannya. Anak usia dini juga
memiliki fantasi, imajinasi untuk membentuk konsep yang mirip dengan dunia
nyata.

Kreatifitas adalah hasil dari proses interaksi antara individu dan


lingkungannya. Seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan
dimana ia berada, dengan demikian baik perubahan didalam individu maupun
didalam lingkungan dapat menunjang atau dapat menghambat upaya kreatif.
Implikasinya adalah bahwa kemampuan kreatif dapat ditingkatkan melalui
pendidikan. Mengingat bahwa kreativitas merupakan bakat yang secara potensial
dimiliki oleh setiap orang, yang dapat ditemukenali (diidentisifikasi) dan dipupuk
melalui pendidikan yang tepat, salah satu masalah yang kritis adalah bagaimana
dapat menemukenali potensi kreatif siswa dan bagaimana dapat
mengembangkannya melalui pengalaman pendidikan.

Anak kreatif dan cerdas tidak terbentuk dengan sendirinya melainkan perlu
pengarahan salah satunya dengan memberi kegiatan yang dapat mengembangkan
kreativitas anak. Kreativitas anak yang tinggi mendorong anak belajar dan
berkarya lebih banyak sehingga suatu hari mereka dapat menciptakan hal-hal baru
diluar dugaan kita. Mendongeng menjadi stimulasi yang berdampak positif bagi
perkembangan kreativitas anak.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis melakukan penelitian


tentang “Kecerdesan Kreativitas peserta didik surro manroa Bandar Meriah”.

B. Rumusan Masalah

Adapun pokok pembahasan pada laporan mini riset ini adalah:

3
 Bagaimana kecerdasan kreativitas terhadap peserta didik smp it
surro manroa bandar meriah?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:


 Agar mengetahui kecerdasan kreativitas terhadap peserta didik smp
it surro manroa bandar meriah

4
BAB II

KAJIAN TEORI

D. Kecerdasan Kreativitas (CQ)

1. Pengertian Kecerdasan Kreativita (CQ)

Hurlock (1978: 2), menyatakan para psikologi, sosiolog, dan ilmuan


lainnya telah mengetahui pentingnya kreativitas bagi individu dan masyarakat.
Meskipun telah diketahui, kreativitas masih salah satu objek penelitian ilmiah
yang paling diabaikan. Terdapat banyak alasan bagi pengabaian tersebut. Pertama,
adanya keyakinan tradisional bahwa kreativitas biasanya disebut “jenius”,
diturunkan dan tidak ada yang dapat dilakukan untuk membuat orang kreatif.
Sudah merupakan suatu keyakinan bahwa orang-orang dilahirkan dengan
“percikan” kejeniusan yang hebat atau tidak sama sekali. Kedua, karena
keyakinan bahwa hanya sedikit orang yang 5 mempunyai kemampuan berkreasi,
dianggap bahwa penelitian ilmiah harus memusatkan perhatiannya pada hal-hal
yang mempengaruhi sebagian besar penduduk, dan bukan pada mereka yang
kreatif yang relative sedikit jumlahnya. Ketiga, telah diperdebatkan bahwa mereka
yang tekun bekerja dan mampu, yaitu mereka memiliki kecerdasan dan dorongan
berprestasi tinggi, cenderung lebih berhasil dalam kehidupan daripada mereka
yang kreatif. Keempat, adanya keyakina tradisional bahwa orang yang kreatif
tidak sesuai dengan jenis kelamin. Keyakinan bahwa pria yang kreatif akan lebih
feminism dan wanita kreatif akan lebih maskulin – telah mengecilkan hati para
orang tua untuk memujidorongan kreativitas anak mereka. Kelima, kreativitas
sulit dipelajari dan bahkan lebih sulit lagi diukur. Dengan penekanan masa kini
pada pengukuran kualitas manusia yang berbeda misalnya kecerdasan,
kepribadian, atau kemampuan mekanis tidaklah mengherankan apabila para
ilmuan mengabaikan penelitian dibidang yang mengandungberbagai kesulitan
metodologis tersebut.

5
kreativitas adalah mengoptimalkan otak sebagai sumber utama. Sebab
kreativitas muncul dari interaksi yang luar biasa antara belahan otak kiri dan otak
kanan (Joiyce Wycoff). Pada perkembangannya, kreativitas muncul melalui 3 hal,
yaitu ada sejak manusia lahir, diperoleh melalui belajar, dan diasah melalui
pendidikan. Ketiga fakta ini hasil dari fungsi kerja otak itu sendiri. Walaupun
dalam prosesnya, tidak sedikit hambatan yang diperoleh untuk membangun
kreativitas ini, diantaranya karena masalah datangnya dari luar, selalu
menganggap sesuatu yang ada di luar itu lebih baik dan lebih inovatif, cara
pandang yang selalu mengatakan “tidak 6 mungkin terjadi”, tidak ada inisiatif
ataupun ide untuk memulai dari sesuatu yang tidak mungkin sehingga guru selalu
berfikir “buat apa repot-repot”, bahkan yang lebih parahnya ketika muncul
persepsi bahwa kreatif dan tidak kreatif sama saja.

2. Aspek Aspek kecerdedasan kreatifitas

Menurut Sternberg (1999), terdapat beberapa aspek yang dapat menjadi


pendorong kemampuan seseorang untuk mengembangkan kreativitas, yaitu: 

 Kelancaran berpikir (fluency of thinking). Kemampuan untuk


menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran secara cepat. Dalam
kelancaran berpikir yang perlu ditetapkan adalah kuantitas bukan kualitas. 
 Keluwesan berpikir (flexibility). Kemampuan untuk memproduksi sejumlah
ide jawaban atau pertanyaan yang bervariasi, melihat suatu masalah dari
sudut pandang yang berbeda-beda dan mampu menggunakan bermacam-
macam pendekatan atau cara pemikiran. Orang kreatif adalah orang yang
luwes berpikir.
 Elaborasi pikiran (elaboration). Kemampuan mengembangkan gagasan dan
menambahkan atau merinci detil-detil dari suatu objek gagasan atau situasi
sehingga menjadi lebih menarik. 
 Keaslian berpikir (originality). Kemampuan untuk mencetuskan gagasan
unik atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli.

6
Sedangkan menurut Pamilu (2007), terdapat beberapa aspek yang dapat
mempengaruhi kreativitas anak, yaitu sebagai berikut: 

 Kedekatan emosi. Berkembangnya kreativitas anak sangat bergantung pada


kedekatan emosi dari orang tua. Suasana emosi yang mencerminkan rasa
permusuhan, penolakan, atau terpisah sangat menghambat perkembangan
kreativitas anak. 
 Kebebasan dan respek. Anak kreatif biasanya memiliki orang tua yang
menghormatinya sebagai individu, mempercayai kemampuan yang dimiliki,
adanya keunikan, serta memberi kebebasan kepada anak tidak otoriter, tidak
selalu mengawasi atau terlalu membatasi kegiatan anak. 
 Menghargai prestasi dan kreativitas. Orang tua anak kreatif biasanya selalu
mendorong anaknya untuk selalu berusaha sebaik-baiknya dan menghasilkan
karya yang baik, tidak menekankan pada hasil akan tetapi proses. Spontanitas,
kejujuran dan imajinasi dianggap penting bagi perkembangan kreatif anak.
3. Tahapan Mengembangkan Kreativitas 

Menurut Satiadarma dan Waruwu (2003), terdapat empat tahap


proses berpikir kreatif pada diri individu, yaitu sebagai berikut: 

 Tahap persiapan (preparation). Tahap persiapan merupakan tahap


peletakan dasar, berupa pengumpulan informasi, data-data, dan bahan-bahan
untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini, individu mempelajari latar
belakang masalah, seluk-beluk dan problematikanya.
 Inkubasi (incubation). Tahap inkubasi adalah tahap dimana individu seakan-
akan melepaskan diri untuk sementara dari masalah tersebut, dalam arti
bahwa ia tanpa sadar mengerami permasalahan tersebut dalam alam pra sadar.
Tahap ini berlangsung dalam waktu yang tak menentu, bisa lama dan bisa
juga hanya sebentar.
 Iluminasi (illumination). Tahap ini merupakan tahap munculnya insight.
Dalam tahap ini muncul bentuk-bentuk cetusan ide atau gagasan, pemecahan
masalah, penyelesaian, cara kerja serta jawaban baru. 

7
 Verifikasi (verification). Tahap verifikasi adalah tahap munculnya aktivitas
evaluasi terhadap gagasan secara kritis, yang sudah mulai dicocokkan dengan
kondisi yang sebenarnya (nyata). Ide atau kreasi baru harus diuji terhadap
realitas yang ada.
4. Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas 

Kreativitas tidak dapat berkembang secara otomatis tetapi


membutuhkan rangsangan dari lingkungan. Menurut Hurlock (1978),
terdapat beberapa kondisi dan faktor yang mempengaruhi kreativitas, yaitu
sebagai berikut: 

 Waktu. Kegiatan anak seharusnya jangan diatur sedemikian rupa sehingga


hanya sedikit waktu bebas bagi mereka untuk bermain-main dengan gagasan
dan konsep serta mencoba dalam bentuk baru dan orisinal. 
 Kesempatan menyendiri. Anak membutuhkan waktu dan kesempatan
menyendiri untuk mengembangkan kehidupan imajinatif yang kaya. 
 Dorongan. Terlepas dari seberapa jauh prestasi anak memenuhi standar
orang dewasa, mereka harus didorong untuk kreatif dan bebas dari ejekan dan
kritik. 
 Sarana. Sarana bermain dan kelak sarana lainnya harus disediakan untuk
merangsang dorongan eksperimentasi dan eksplorasi, yang merupakan unsur
penting dari semua kreativitas. 
 Rangsangan dari lingkungan. Lingkungan rumah dan sekolah harus
merangsang kreativitas dengan memberikan bimbingan dan dorongan untuk
menggunakan sarana yang akan mendorong kreativitas.
 Hubungan orang tua dan anak yang tidak posesif. Orang tua yang tidak
terlalu melindungi atau posesif terhadap anak, mendorong anak untuk mandiri
dan percaya diri, dua kualitas yang sangat mendukung kreativitas. 

BAB III

8
PEMBAHASAN

E. Hasil Penelitan

Penelitian ini mendata berdasarkan yang kami wawancari dari beberapa


peserta didik smp it surro manroa Bandar meriah. Bahwasannya di sekolah
menengah pertama islam terpadu surro manroa ini memiliki peserta didik dengan
jumlah 70 orang dan dari 70 orang tersebut hanya beberapa peserta didik saja
yang dapat kami wawancara sekitaran 7-9 orang masing masing peserta didik
yang kami wawancara memiliki kecerdasan kreatif yang berbeda, ada beberapa
murid yang kecerdasan kreatif nya sangat rendah dan ada juga yang kecerdasan
kreatif nya lumayan baik bahkan sangat bagus. Sehingga kita bisa dapat menilai
bahwasanya tidak semua murid memiliki kecerdasan kreatif nya yang bagus.
kecerdasan kreatif yang rendah mau pun bagus yang dapat kami teliti dari kreatif
peserta didik dalam menjalankan program yang terdapat di smp it surro manroa
Bandar meriah tersebut adalah salah satu contoh program yang peserta didik smp
it surro manroa jalani adalah mengahafal al-Quran dan program menhafal al-
Quran ini pun ada kegiatan nya tersendiri yang dilakukan peserta didik, diantara
sebagai berikut:
 Setoran dibagi menjadi dua, yakni setoran tambahan (setoran hafalan baru)
dan setoran ulangan (setoran hafalan yang telah dihafal).
 Setoran tambahan dilakukan setelah shalat subuh dengan minimal sebanyak
satu lembar.
 Setoran ulangan dilakukan setelah shalat ashar dan ‘isya sebanyak; setelah
shalat ashar lima halaman dan setelah shalat ’isya lima halaman.
 Ujian kenaikan juz. Adalah setiap kali santri menyelesaikan setoran hafalan
tambahan sebanyak satu juz, dilakukan evaluasi dengan cara santri membaca
hafalan tersebut sekali duduk kemudian dilanjutkan tes hafalan dengan cara
guru memberikan soal untuk menyambung ayat sebanyak dua soal.

9
 Evaluasi bulanan. Adalah tes hafalan yang dilakukan guru untuk menguji
kelancaran hafalan santri sebanyak hafalan yang telah dihafalkan.
 Muraja’ah pribadi. Guru mewajibkan kepada setiap santri untuk mengulang
hafalan secara pribadi sebanyak lima juz dalam sehari.

Dari semua kegiatan tersebut mereka menjalaninya dengan kecerdasan


kreatifitas yang mereka miliki. Dan kami wawancara meliputi seputar
tentang kemampuan mengenali kreatif, kemampuan mengelola kreatif,
kemampuan memotivasi diri.

1. Kemampuan mengenali kreatif

Peserta didik yang diwawancarai rata-rata peserta didik yang sering


terlihat susah dan kesulitan dalam mengahafal al-quran Terdapat peserta didik
yang menjawab bahwa tetap gugup dalam menyetorkan hafalannya meskipun
peserta didik tersebut sudah menghafalkannya semaksimal mungkin. “Saya sangat
kesulitan dan kesusahan saat menyetorkan hafalan saya walaupun saya sudah
mengulang ulangin hafalan tersebut” demikian disampaikan MJ. Terdapat pula
peserta didik yang santai saat dinasehati gurunya dan tidak merasa takut jika nilai
Peserta didik kurang baik diantara teman sekelasnya FR mengatakan “Kadang
saya santai kalau dinasehati guru ada juga bosan dengar guru ceramah terus”.
Sedangkan Peserta didik berinisial GR mengatakan 10 bahwa ia sering marah dan
merasa jengkel dengan temannya walaupun temannya tersebut tidak mengganggu
dan mengusik dirinya. “Kadang saya tidak tahu mengapa marah dan jengkel
dengan kawan padahal dia tidak ganggu”. Demikian diungkan GR. Pendapat ini
mengidentifikasi bahwa kemarahan dan jengkel yang timbul dalam hati Peserta
didik tidak mengetahui penyebab tidak suka kepada temannya tersebut melainkan
perasaan tersebut muncul dengan sendiri.

Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa kurangnya


kemampuan mengenali emosi diri ditunjukan dengan peserta didik yang
sering merasa gugup dan cemas, peserta didik yang santai saat dinasehati

10
gurunya dan peserta didik yangtidak mengetahui penyebab kemarahan dan
rasa jengkel yang timbul secara tiba- tiba.

2. Kemampuan mengelola kreatif

Berdasarkan hasil wawancara rata-rata peserta didik ada yang senang


dengan hafalan da nada yang mengeluh dengan kurang menangkapnya tentang
hafalan dan mereka rata- rata memiliki cara mengatasi kejenuhan mereka ketika
sulit menghafal. Saat diwawancara apakah jika ada jadwal setoran namun kamu
belum hafal gimana? MA dengan jelas mengatakan “Saya akan terus berusaha
terus sampai saya hafal”. Demikian pula yang disampaikan Peserta didik MP saat
tidak hafal dia selalu mengeluh dan kesulitan “Saya kalau tidaak hafal saya
berhenti mengahafal dulu nanty kalau saya sudah mau baru saya lanjut menghafal
lagi”. MP juga sering ditegur karna setoran hafalan nya yang tidak pernah sampai
target.

Dari hasil wawancara yang didapatkan Peserta didik menunjukan


bagaimana cara mereka mengelola kreativitas mereka yang ketika mereka
kesulitan.

3. Kemampuan Motivasi Diri

Peserta didik yang kurang kemampuan memotivasi dirinya tidak


berkeinginan untuk mencapai target hafalan sehingga peserta didik tersebut
mengalami nilai hafalan yang kurang memuaskan. Berdasarkan temuan saat
wawancara, peserta didik mempunyai target hafalan dan jadwal setoran mereka
hanya menghafal pada saat jadwal itu saja. Alasannya mereka bosan saat disuruh
menghafal terus terusan dan memilih untuk bermain dengan temanya ketika
mereka jenuh. Ketika ditanya apakah kamu bertekad mencapai target hafalan yang
sudah ditetapkan? SF menjawab “Saya bertekad pada target hafalan namun ketika
saya jenuh saya lebih baik bermain dulu dengan kawan”. Kami bertanya lagi:
“Apakah kamu tidak takut nilai nya rendah” dan dia menjawab: “Tidak asalkan
saya naik kelas”.

11
Berdasarkan temuan tersebut, jelaslah bahwa Peserta didik kurang
kemampuan memotivasi diri hal ini ditunjukan Peserta didik yang tidak
mempedulikan target setoran hafalan dan tidak ada kemauan dalam diri
Peserta didik untuk terdorong mencapai nilai hafalan yang bagus

12
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan ditarik kesimpulan bahwa, betapa


pentingnya memuraja’ah hafalan Al-Qur’an. Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya orang yang menghafal Al-Qur’an bagaikan orang yang sedang
menjaga onta. Jika diikat, dia tidak akan lari. Namun jika dibiarkan tanpa diikat,
maka dia akan pergi.” (HR. Bukhori No. 5031 dan Muslim No. 789). Hafalan Al-
Qur’an diumpamakan seeperti onta karena onta adalah hewan yang mudah pergi.

Kreativitas merupakan suatu tuntutan pendidikan dan kehidupan


yang sangat penting pada saat ini. Kreativitas akan menghasilkan berbagai
inovasi dan perkembangan baru dalam suatu kehiduapan. Individu dan
organisasi yang kreatif akan selalu dibutuhkan oleh lingkungannya karena
mereka dapat mampu memenuhi kebutuhan lingkungan yang terus
berubah dan mampu untuk bertahan dalam kompetisi global yang dinamis
dan ketat.

Jadi tersimpulkan pula peserta didik itu memiliki kecerdasan kreatifitas


nya berbeda beda termasuk peserta didik sekolah menengah pertama islam
terpandu surro manroa Bandar meriah.

B. Saran

Kami berharap pembaca dapat memberikan kritik yang


membangun guna menjadi acuan kami dalam penulisan yang lebih baik
lagi.

13
Daftar Pustaka

ASMAWATI, L. (2017). Peningkatan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui


Pembelajaran Terpadu Berbasis Kecerdasan Jamak. JPUD - Jurnal
Pendidikan Usia Dini, 11(1), 145–164. https://doi.org/10.21009/jpud.111.10

Wicaksana, A. (2016). 済無 No Title No Title No Title. In Https://Medium.Com/.


PT. Elex Media Komputindo.
https://medium.com/@arifwicaksanaa/pengertian-use-case-a7e576e1b6bf

14
DOKUMENTASI

15

Anda mungkin juga menyukai