Anda di halaman 1dari 16

Makalah Pengantar Ilmu Pendidikan AUD

PRINSIP PRINSIP PAUD DAN LINGKUNGAN AUD


DI
S
U
S
U
N

OLEH

Nama : Erpinda
Nim : 2208020190
Dosen Pembimbing : Adelfa Yuriansa, M.Pd

YAYASAN DARUL HIKMAH ISLAMIYAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
DARUL HIKMAH ACEH BARAT
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil „alamin assholatu wassalamu „ala asyrofil anbiyai wal


mursalin sayyidina wa maulana muhammadin wa‟ala alihi wa shohbihi ajma‟in
ammaba‟du.
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat hidayah-
Nya kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah yang
berjudul: Prinsip-prinsip Teoritis dan Praktis dalam Pembelajaran Anak Usia Dini.
Tidak lupa sholawat serta salam tercurahkan kepada junjungan kita Nabi agung
Muhammad SAW yang kita nantikan syafa‟at nya di dunia hingga yaumul akhir.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen mata kuliah
yang telah memberikan tugas pembuatan makalah ini. Semoga dengan tugas makalah
ini dapat membuka wawasan tentang pendidikan islam serta inovasi dalam
pendidikan Islam.
Akhir kata terimakasih atas perhatiannya dan kami mohon maaf apabila terdapat
salah kata selama dalam penulisan makalah .

Meulaboh, 05 Oktober 2022


Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah........................................................................................ 1

C. Tujuan .......................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 2

A. Prinsip-Prinsip Teoritis Dalam Pembelajaran/Kegiatan Paud ..................... 2

B. Prinsip-Prinsip Praktis Dalam Pembelajaraan/Kegiatan Paud .................... 4

C. Tripusat Pendidikan ..................................................................................... 8

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 12

A. Kesimpulan ................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak usia dini merupakan anak yang memiliki usia antara 0 sampai dengan 8
tahun. Sedangakan pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang diawali
dari pendidikan keluarga, dilanjutkan dengan playgroup, Taman Kanak-kanak, dan
Sekolah Dasar kelas awal. Pengertian terakhir inilah yang kini banyak menjadi
pegangan.
Prinsip-prinsip PAUD pada garis besarnya diklasifikasikan menjadi dua
macam, yaitu prinsip-prinsip teoritis dan prinsip-prinsip praktis dalam pembelajaran
anak usia dini.
Menurut Maryana dkk (2010), lingkungan adalah suatu tempat yang
mempengaruhi pertumbuhan manusia. Dalam rangka pembelajaran anak, lingkungan
perlu ditata dengan baik agar kondusif untuk belajar. Dalam penataan lingkungan
belajar dan fasilitas belajar untuk anak usia dini sangat penting untuk
mengembangkan aspek perkembangan anak. Dirumah, anak tidak memerlukan
mainan yang terlalu mahal tetapi mainan yang baik dan aman untuk belajar anak.
Disekolah anak-anak juga perlu mainan yang aman untuk belajar. Berbagai alat
permainan dan fungsinya bagi PAUD perlu dipahami dan digunakan dengan cara
yang benar. Para guru perlu memahami peranan “pojok belajar” (learning center dan
lerning area), bagaimana cara menyusunnya, apa saja isinya, dan bagaimana
pengunaannya. Penataan kelas juga sangat penting. Di TK dan SD awal anak-anak
belajar di dalam kelas dan luar kelas. Penataan kelas, isi kelas, dan fungsinya sangat
mempengaruhi kegiatan belajar anak (Triatno,2011).

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja prinsip-prinsip dalam pembelajaran/kegiatan anak usia dini?
2. Bagaimana Lingkungan dalam pembelajran/kegiatan anak usi dini?

C. Tujuan
1. Mengetahui prinsip-prinsip teoritis dalam pembelajaran/kegiatan anak usia dini.
2. Mengetahui prinsip-prinsip praktis dalam pembelajaran/kegiatan anak usia dini.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Prinsip-Prinsip Teoritis Dalam Pembelajaran/Kegiatan Paud
Para pakar pendidikan anak usia dini terutama Wilhem (1782-1852), Maria
Montessori (1869-1952, dan Steiner (1861-1925) mengembangkan teori dan
praktisinya dibagian dunia yang berbeda pada zamannya masing-masing, yang
kemudian oleh Tina Bruce (1987) dirangkum dalam sepuluh prinsip pendidikan anak
usia dini sebagai berikut:
1. Masa anak-anak adalah sebagian dari kehidupannya secara keseluruhan. Masa ini
bukan dipersiapkan untuk menghadapi kehidupan pada massa yang akan dating,
melainkan sebatas optimalisasi potensi secara normal.
2. Fisik, mental dan kesehatan sama pentingnya dengan berpikir maupun aspek
psikis (spiritual) lainnya. Oleh karena itu, keseluruhan (holistis) aspek
perkembangan anak merupakan pertimbangan yang sama pentingnya.
3. Pembelajaran pada usia dini melalui berbagai kegiatan saling berkaitan satu
dengan yang lainnya, sehingga pola stimulasi perkembangan anak tidak boleh
sektoral dan parsial, hanya satu aspek perkembangan saja.
4. Membangkitkan motivasi intrinsic (motivasi dari dalam diri) anak akan
menghasilkan inisiatif sendiri (self directed activity) yang sangat bernilai
daripada motivasi ekstrinsik.
5. Program pendidikan pada anak usia dini perlu menekankan pada pentingnya
sikap disiplin karena sikap tersebut dapat membentuk watak dan kepribadiannya.
6. Masa peka (0-3 tahun) untuk mempelajari sesuatu pada tahap perkrmbangan
tertentu, perlu diobservasi lebih detail.
7. Tolak ukur pembelajaran PAUD hendaknya bertumpu pada hal-hal atau kegiatan
yang telah mampu dikerjakan anak, bukan mengajarkan hal-hal baru kepada
anak, meskipun tujuannya baik karena baik menurut guru dan orang tua belum
tentu baik menurut anak.
8. Suatu kondisi terbaik atau kehidupan terjadi dalam diri anak (innerlife),
khususnya pada kondisi yang menunjang.
9. Orang-orang sekitar (anak dan orang dewasa) dalam interaksi merupakan sentral
penting karena mereka secara otomatis menjadi guru yang terbaik.

2
10. Pada hakikatnya, pendidikan anak usia dini merupakan interaksi antara anak,
lingkungan, orang dewasa, dan pengetahuan.1
Berbeda dengan Tina Bruce, Douglas H. Clements membagi prinsip
pendidikan anak usia dini ke dalam empat kategori:
Pertama, kategori anak adalah peserta didik aktif. Berdasarkan teori Piaget
dalam perkembangan kognitif, anak membangun pengetahuan sendiri secara
konstruktif. Beberapa prinsip yang termasuk dalam kategori ini yaitu:
1. Pemahaman terhadap anak dilakukan secara partisipasi aktif dan mengikuti pola
perkembangan anak.
2. Memotivasi dan menstimulasi anak untuk membangun ide-idenya sendiri, dan
menguji ide tersebut melalui aktivitas fisik dan mental.
3. Menyediakan kesempatan bagi anak untuk belajar melalui bermain, dan
mengekspresikan idenya dengan bebas-kreatif serta mengembangkan minat
estetik, keterampilan motoric dan nilai-nilai moral keagamaan.
4. Menyediakan kerangka konseptual dan memperbanyak pada aspek pengertian
daripada pengetahuan.
5. Menekankan aspek berpikir, alasan (reasoning), dan pengambilan keputusan
secara mandiri
Kedua, kategori anak sebagai pembelajar social-emosional. Perkembangan
social dan emosional penting bagi anak. Interaksi social antara anak dan orang
dewasa adalah masalah kritis untuk dipelajari. Di dalam pembelajran social-
emosional terdapat dua prinsip utama yakni: (1) Menyediakan kesempatan bagi anak
untuk berinteraksi secara social untuk menumbuhkan self image yang positif dalam
diri anak. (2) Menyediakan berbagai kesempatan untuk belajar tanpa tuntutan dari
orang tua maupun guru.
Ketiga, kategori anak sebagai peserta didik indipenden. Hal ini menurt
adanya sejumlah prinsip sebagai berikut:
1. Menyediakan lingkungan yang dapat mendorong otonomi atau kebebasan anak
untk bermain secara eksploratif.
2. Menstimulasi, mendorong dan memotivasi anak untuk mencari relasi atu
pergaulan (relationship) dengan orang lain, melalui pergaulan dalam bermacam
problem.

1
Suyadi dan Ulfah Maulidya, Konsep Dasar PAUD.(Remaja Rosdakarya Offset,Bandung,2013)hlm. 28

3
3. Memotivasi anak untuk memperkaya pengalaman dengan berbagai solusi dan
alternatif-alternatif pemecahan masalah.
4. Memberi peluang kepada anak untuk memiliki tujuan-tujuan realistic dan dalam
memprekdisikan atau mengkonfirmasikan suatu peristiwa.
5. Memilih anak untuk dapat menggunakan beragam teknik mempermudah belajar
dari materi yang kompleks.
Keempat, kategori anak sebagai pembelajar didunia nyata. Hal ini juga
meuntut adanya sejumah prinsip, diantaranya yaitu:
1. Memberi ruang bagi anak atau memberi kesempatan kepada anak untuk
mengeksplorasi problem-problem riil, situasi yang bermakna mempunyai tujuan
dan berkaitan dengan pengalaman pribadi anak.
2. Menyediakan umpan balik yang memungkinkan adanya konsekuenssi yang
wajar dari setiap aktivitas anak.
3. Menumbuhkan motivasi secara intrinsik bukan ekstrinsik.2

B. Prinsip-Prinsip Praktis Dalam Pembelajaraan/Kegiatan Paud


Salah satu pilar konsep dasar PAUD adalah prinsip-prinsip pelaksanaan
pembelajaran. Terdapat tiga belas prinsip pelaksanaan pembelajaraan PAUD.
1. Berorientasi Pada Kebutuhan Anak
Kegiatan pembelajaran anak harus senantiasa berorientasi pada kebutuhan
anak. Menurut Maslow, kebutuhan manusia ada tujuh tingkat yang tersusun
secara hierarki, yakni: kebutuhan fisik, keamanan, kasih saying, harga diri,
kognisi, estetika, dan aktualisasi diri. Namun bagi anak-anak, kebutuhan tersebut
hanya sampai pada tingkat tiga, yakni berhenti pada tingkat kasih saying.
Menurut Maslow, kebutuhan mendasar bagi anak adalah kebutuhan fisik
(makan, minum, pakaian dan lain-lain). Artinya anak dapat beraktivitas dengan
baik ketika kebutuhan dasarnya terpenuhi. Kebutuhan berikutnya adalah
keamanan (aman, nyaman, terlindung dan bebas dari bahaya). Artinya, anak
akan semakin mudah terkondisikan ketika dua kebutuhannya sudah terpenuhi.
Kebutuhan anak berikutnya adalah kasih saying (dimengerti, dikasihi, dihargai

2
Suyadi dan Ulfah Maulidya.Konsep Dasar PAUD.(Remaja Rosdakarya Offset,Bandung.2013)hlm.29

4
dan lain-lain). Dalam kondisi yang demikian nak akan merasa separuh dari
kebutuhan hidupnya telah terpenuhi.
2. Pembelajaran Anak Sesuai Denagn Perkembangan Anak
Pembelajaran anak udia dini harus disesuaikan dengan tingkat
perkembangan anak, baik usia maupun kebutuhan individual anak.
Perkembangan anak memiliki pola tertentu sesuai dengan garis waktu
perkembangan. Setiap anak berbeda perkembangannya dengan anak lain, ada
yang cepat ada yang lambat. Oleh karena itu, pembelajran anak usiaa dini harus
disesuaikan baik lingkup maupun tingkat kessulitannya dengan kelompok usia
anak.
3. Mengembangkan Kecerdasan Majemuk
Ukuran Kecerdasan anak bukan pada kemampuan kognitif (calistung),
melainka pada kematangan emosi. Dengaan demikian meskipun anak udsia dini
telah mampu membaca, menlis, dan menghitung dengan baik, belum tentu anak
tersebut cerdas. Justru sebaliknya, ada kemungkinan stimulasi yang berlebihan
untuk pengembangan kognitif, sehingga pengembangan kecerdasan yang lain
(linguistic, kinestetik, interpersonal, dan seterusnya) menjadi terabaikan.
4. Belajar melalui Bermain
Bermain adalah salah satu penddekatan dalam melaksanakan kegiatn
pendidkan untuk anak usia dini. Denagan menggunakan strategi, metode, bahan
dan media yang menarik, permainan dapat diikuti anak secara menyenagjan.
Melaalui permainan anak dapat diajak berekplorasi, menemukan dan
memanfaatkan benda-benda disekitarnyaa.
Montessori menilai bahwa bermainnya anak bukan sekedar “main-main”
tetapi mereka “sunggug-sungguh bermain”. Montessori menilai bahwa bermain
adalah kegiatan “kerja” anak-anak yang sesungguhnya atau lebih dari sekedar
belajar (Britton, 1992:20).
5. Tahapan Pembelajran Anak Usia Dini
Pembelajran bagi anak usia dini hendanya delakukan secara bertahap,
mulai dari yang konkret ke yang abstrak, dari sedrhana ke yang kompleks, dari
yang bergerak ke verbal, dan dari diri sendiri ke lingkungan sosil. Agar dapat
dikuasai dengan baik, hendaknya guru menyajikan kegiatan-kegiatan yang
berulang-ulang, tetapi jangan sampai membosankan. Anak-anak mempunyai

5
ketertarikan terhadap sesuatu yang baru dan ketika ia mampu melakukannya, ia
cenderung akan mengulang-ulangnya.
6. Anak Sebagai Pembelajar Aktif
Anak melakukan sendiri kegiatan pembelajarannya dan guru hanya
sebagai fasilitator atau mengawaasi dari jauh. Dalam kegiatan belajar sambil
bermain guru tidak banyak campur tanagn karena hal itu justru akan
mengganggu kegiatan anak.
7. Interaksi Sosial Anak
Ketika anak berinteraksi dengan temannya maka anak akan belajar. Inilah
mengapa “tanpa belajar” bahasa, pada usia 4-5 tahun ia telah mempunyai
kosakata lebih dari 14.000 kosa kata. Anak yang diasuh oleh seorang ibu yang
banyak bicara relative lebih cepat perkembanangan bahasanya dibandingkan
dengan seorang anak yang diasuh ibu yang pendiam. Demikian pula dengan
guru-guru TK yang dipandu oleh ibu-ibu dengan tingkat kecerewetan tinggi,
justru berimplikasi positif bagi perkembangan bahasa anak.
Sebaliknya, anak-anak yang diasuh oleh ibu yang tunawwicara akan
mengalami gangguan perkembangan bahasa di kemudian hari. Demikian pula
dengan guru-guru PAUD yang relative pendiam atau tidak komunikatif dengan
anak-anak, justru berimplikasi pada lambannya perkembangan bahaasa pada
anak.
8. Lingkungan yang Kondusif
Lingkunagn harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan
menyenagkan dengan memerhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat
mendukung kegiatan belajar melalui bermain. Artinya, lingkunagn bermain anak
harus bebas dari benda-benda tajam yang dapat mengancam keselamtan anak
termasuk bahan mainan dan cat pewarna mainan yang tidak menimbulkan iritasi
pada tangan anak saat digunakan bermain.
Di samping itu, settinglah ruangan yang aman bagi ank untuk melakukan
gerakan atraktif, termasuk memanjat meja dan kursi guna mengambil permainan.
9. Merangsang Kreativitas dan Inovasi
Kegiatan pembelajran di PAUD harus merangsang daya kreativitas dengan
tingkat inovasi tinggi. Dalam hal ini, permainan sains dapat disajikan dalam
berbagai kegiatan di PAUD.inti dari permainan sains adalah merangsang hasrat

6
rasa ingin tahu anak sehingga diperlukan inovasi dalam membuat permainan
baru. Artinya, jika kegiatan bermain dilembaga PAUD hanya “itu-itu saja” tentu
tidak akan maampu merangsang hasrat ingin tahu anak. Oleh karena itu, inovasi
dibidang permainaan, khususnya permainan sains, harus digalakkan, dan inovasi
termasuk inovasi permainan selalu mebutuhkan kreativitas tinggi.
Proses kreatif dan inovatif dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang
menarik, mebangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir
kritis, dan menemukan hal-hal baru.
10. Mengembangakan Kecakapan Hidup
Pembelajaran dilembaga PAUD harus mampu mengembangkan kecakapan
hidup anak dari berbagai aspek secara menyeluruh (the whole child). Berbagai
kecakapan dilatih agar anak kelak menjadi manusia yang seutuhnya. Bagian dari
anak dikembangkan meliputi bidang fisik-motorik, intelektual, moral, social,
emosi, kreativitas dan bahasa. Tujuannya adalah agar kelak anak berkembang
menjadi manusia yang utuh dan memiliki kepribadian atau akhlak mulia, cerdas
dan terampil, mampu bekerja sama dengan orang lain, mampu hidup
bermasyarakat, berbangsa daan bernegara.
Mengembangkan kecakapan hidup dapat dilakukan dengan proses
pembelajaran. Halmini dimaksudkan agar anaak belajar untuk menolong diri
sendiri, displin, mampu bersosialisasi, dan memperoleh bekal keterampilan dasar
yang berguna untuk kelangsungan hidupnya.
11. Memanfaatkan Potensi Lingkungan
Media dan sumber pembelajaran dapt berasal dari lingkungan alam sekitar
atau bahan-bahab yang sengaja disiapkan oleh pendidik/guru, termasuk dalam
hal ini adalah bahan-bahan untuk membuat permainan edukaatif sendiri. Bahan-
bahan bekas yang berserakan dilingkungan sekitar dapat ddikelola secara kreatif
kemudian diolah secara inovatif menjadi permainan-permainan edukatif yang
dapat memicu rasa ingin tahu anak.
Terdapt beberaapa keuntungan dengan mengolah bahan tak terpakai secara
kreatif untuk dibuat permainan edukatif secara inovatf. Pertama, karena anak
mudah bosan dengan satu permainan, permaianan yang dibuat bias dirancang
hanya untuk beberapa kali digunakan. Setelah selesai digunakan anak merasa
bosan seiring dengan permainan tersebut telah rusak. Kedua, guru atau orang tua

7
dapat membuat permainan bersama anak atau calon pengguna, sehingga bentuk
permaianan lebih sesuai denagn selera anak. Ketiga, memanfaatkan lingkungan
sebagai permainan dapat menghemat biaya pendidikan anak usia dini.
12. Pembelajaran Sesuai Dengan Kondisi Sosial, Budaya
Kegiatan atau pembelajaran anak usia dini harus sesuai dengan social
budaya dimana anaj tersebut berada. Apa yang dipelajarai anak adalah persoalan
nyata sesuai sesuai dengan kondisi dimana anak dilahirkan. Berbagai objek yang
ada disekitar anak, kejadian, dan isu-isu yang menarik dapat diangkat sebagai
tema persoalan belajar. Misalnya, membiassakan anak untuk budaya antre.
Budaya ini di satu sisi mengajarkan kesabaraan, disisi lain mengajarkan
ketertiban dan keteraturan.
13. Stimulasi Secara Holistik
Kegiatan atau pemebelajaran anak usia dini harus bersifat terpadu dan
holistic. Anak tidak boleh hanya dikembangkan kecerdasan tertentu saja, seperti
IPA, Matematika, bahasa, secara terpisah tetapi terintergrasi dalam satu
kegiatan. Misalnya, melalaui bermain air, anak dapat belajar berhitung
(matematika), mengenal sifat-sifat air (IPA), menggambar air manccur (seni)
dan seterusnya. Dengan demikian, setiap permainan dapat mengembangkan
seluruh aspek kecerdasannya.

C. Tripusat Pendidikan
Pendidikan anak sejak dini dipengaruhi oleh tiga lingkunganpendidikan yang
utama yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat, dan ketiga lingkungan tersebut
dinamakan tripusat pendidikan.Tripusat mempunyai peran penting dalam pendidikan
anak sejak dini.

1. Lingkungan Keluarga
Lingkungan pendidikan yang utama ialah keluarga dan peran orang tua
dalam hal pendidikan anak sangatlah penting, karena sejak lahir anak secara
tidak langsung mendapatkan pendidikan dari orang tua, melatih dan memberi
anak petunjuk tentang berbagai aspek kehidupan, hingga anak menjadi dewasa
dan mandiri.Menurut Ki Hajar Dewantoro (Tirtahardja, 2008:169), “suasana
kehidupan keluarga merupakan tempat sebaik-baiknya untuk melakukan

8
pendidikan individual maupun pendidikan sosial”.Keluarga merupakan tempat
pendidikan yang sempurna.Lingkungan keluarga memberikan keterampilan,
nilai moral, nilai budaya, bersosialisasi, keyakinan agama, adab pergaulan,
sehingga anak dapat tubuh dan berkembang dengan baik.
Lingkungan keluarga merupakan pusat pendidikan yang penting dan
menentukan, karena itu tugas pendidikan adalah mencari cara, dan membantu
ibu untuk mendidik anaknya secara optimal. Hubungan orang tua-anak
mempengaruhi penyesuaian anak, baik pribadi maupun sosial terutama saat awal
masa kanak-kanak atau prasekolah, hubungan anak dengan saudara dan sanak
keluarga terutama nenek tidak terlalu penting.Meskipun tidak satu pun pola
pendidikan anak yang dapat menjamin penyesuaian yang baik atau penyesuaian
yang buruk, baik pribadi maupun sosial, ada bukti bahwa anak yang dibesarkan
dalam suasana yang demokratif mampu menyesuaikan diri dengan baik
(Hurlock, 2006:130).
Meskipun keluarga merupakan pusat pendidikan, akan tetapi seiring tumbuh
kembangnya anak, kebutuhan akan pendidikan anak pun juga meningkat. Hal ini
menyebabkan keluarga diharapkan bekerja sama dengan pusat pendidikan
lainnya, yaitu sekolah dan masyarakat.

2. Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan rancangan pendidikan yang sengaja dibuat untuk
mencerdaskan bangsa.Seiring dengan kemajuan zaman, pesatnya teknologi pada
masyarakat, semakin penting pula peran sekolah.Sekolah mempersiapkan
generasi muda yang berprestasi dan berbakat dalam berbagai bidang.Selain
keluarga, sekolah pun mengajarkan anak cara bersosialisasi dengan sesama
teman, bekerja sama, mengembangakan seluruh potensi anak, mengenalkan
peraturan dan menanamkan sikap disiplin pada anak.
Sekolah juga menerima banyak kritik atas berbagai kelemahan dan
kekurangannya, seperti gagasan Ivan Illich (Tirtarahardja, 2008:173)
“membebaskan masyarakat dari wajib sekolah dengan buku yang terkenal Bebas
dari Sekolah milik Deschooling Society 1972/1982”. Salah satu alternatif yang
dapat dilakukan untuk melaksanakan kebijakan nasional dengan secara bertahap
mengembangkan sekolah menjadi tempat pusat pelatihan (training centre)

9
manusia Indonesia di masa depan, pendidikan di sekolah seyogianya secara
seimbang dan serasi menjamah aspek pembudayaan, penguasaan, pengetahuan,
dan pemilikan keterampilan peserta didik. Beberapa alternatif yang mungkin
dilakukan untuk meningkatakan fungsi sekolah sebagai salah satu pusat
pendidikan, sebagai berikut (Tirtarahardja, 2008:174).
2. Pengajaran yang mendidik.Setiap kegiatan pengajaran, pendidik mengajar
dengan membawa berbagai dampak atau efek kepada siswa, baik efek
intruksional (instructional effect) yaitu efek langsung dari bahan ajaran yang
yang menjadi isi pesan dari belajar mengajar, maupun efek pengiring
(nurturant effect) yaitu efek yang secara tidak langsung dari bahan ajaran
dan pengalaman belajar yang dihayati oleh siswa.
3. Peningkatan dan pemantapan pelaksaan program bimbingan dan peyuluhan
di sekolah, agar program edukatif ini tidak sekedar suplemen tetapi menjadi
komplemen yang secara setara dengan program pengajaran.
4. Pengembangan perpustakaan sekolah menjadi suatu pusat sumber belajar,
dengan menyediakan berbagai perangkat lunak yang didukung oleh
perangkat keras lainnya.
5. Peningkatan dan pemantapan program pengelolaan sekolah, khususnya yang
terkait dengan peserta didik, pengelolaan sebagai pusat pendidikan dan
kebudayaan seharusnya merupakan refleksi dari suatu masyarakat Pancasila
sebagaimana yang dicita-citakan dalam tujuan nasional.
3. Lingkungan Masyarakat
Terdapat tiga segi yang mengkaitkan antar pendidikan dan masyarakat, yaitu.
1. Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik jalur sekolah dan jalur
luar sekolah maupun jalur luar sekolah.
2. Lembaga kemasyarakatan baik langsung maupun tak langsung, ikut
mempunyai peran dan fungsi edukatif
3. Tersedia berbagai sumber belajar, baik yang dirancang maupun yang
dimanfaatkan3
Fungsi masyarakat sebagai pendidikan pusat pendidian sangat terpengaruh
pada taraf perkembangan dari masyarakat itu beserta sumber-sumber belajar
yang tersedia di dalamnya. Terdapat sejulah lembaga kemasyarakatan atau

3
Tirtarahardja, Umar, S.L. La Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,2008), hal.178

10
kelompok sosial yang mempunyai peran dan fungsi edukatif, antara lain:
kelompok sebaya, organisasi (pramuka, karang taruna, remaja masjid).
Meskipun terdapat beberpa organisasi sosial, faktor yang mempunyai peranan
penting di masyarakat ialah media massa, karena mempunyai sumbangan yang
besar dalam mengintegrasikan kebudayaan serat mensosialisasikan generasi
mudanya.

4. Pengaruh Timbal Balik Tripusat Pendidikan


Faktor lingkungan untuk pendidikan, peranan tripusat pendidikan itulah
yang paling menentukan, baik secara individual maupun kelompok. Setiap pusat
pendidikan dapat berpeluang memberi konstribusi yang besar dalam ketiga
kegiatan pendidikan, yakni: (1) pembimbingan dalam upaya pemantapan pribadi
yang berbudaya; (2) pengajaran dalam upaya penguasaan pengetahuan; (3) dan
pelatihan dalam upaya pemahiran keterampilan.4
Selain peningakatan kontribusi setiap pusat pendidikan terhadap peserta
didik, diharuskan pula keserasian kontribusi itu, serta kerja sama yang erat dan
harmonis antartripusat tersebut. Banyaknya program-program dari setiap pusat
pendidikan untuk mendukung dan memperkuat antar satu dengan lainnya.
Lingkungan keluarga memiliki program untuk pendidikan anak, seperti
perbaikan gizi, permaian edukatif, pengembangan nilai moral, nilai budaya,
keyakinan agama, hal ini dikembangkan selanjutnya di sekolah dan masyarakat.
Lingkungan sekolah mengupayakan program-program yang lebih mendekatkan
sekolah dengan orang tua peserta didik (organisasi orang tua, kunjungan rumah
oleh pihak sekolah, dan sebagainya), selanjutnya sekolah juga mengupayakan
program yang berkaitan erat dengan masyarakat di sekitarnya. Kontribusi
tripusat pendidikan yang saling memperkuat dan saling melengkapi itu akan
memberi peluang mewujudkan sumber daya manusia terdidik daya manusia
terdidik yang bermutu.

4
Tirtarahardja, Umar, S.L. La Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,2008), hal.183

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan untuk anak usia dini lahir
hingga delapan tahun, pendidikan ini merupakan salah satu upaya pembinaan anak
untuk mempersiapkan mental belajar anak ke jenjang selanjutnya. Sejak lahir anak
memiliki potensi pada diri mereka masing-masing, dan merupakan tugas Tripusat
pendidikan (keluarga, sekolah, masyarakat) untuk membantu anak menemukan
potensi yang mereka miliki kemudian membantu proses pengembangan potensi
tersebut.
Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu fasilitas
pendidikan untuk anak, yang memiliki kurikulum khusus dalam mendidik anak.
kurikulum tersebut memiliki program kegiatan bermain dan belajar yang
dikembangkan sesuai tahap perkembangan anak, dan dalam pengembangan
kurikulum itu sendiri memiliki beberapa prinsip (relevansi, adaptasi, kontinuitas,
fleksibilitas, kepraktisan dan akseptabilitas, kelayakan, dan akuntabilitas) supaya
dapat memberikan arah yang benar dalam proses pendidikan dan hasil yang ingin
dicapai. Selain itu, fungsi PAUD itu sendiri untuk mengembangkan potensi anak,
pembentukan karakter anak, dan tetap memberikan kesempatan bermain pada anak
Pendidikan Anak Usia Dini tidak lepas dari peran Tripusat Pendidikan, yaitu
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat. Masing-masing
lingkungan tersebut memiliki peran yang sama besar dalam pendidikan anak. ketiga
lingkungan pendidikan tersebut juga memiliki timbal balik dalam proses pendidikan
anak.

12
DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, Elizabeth B. 2006. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan,Edisi kelima, Alih Bahasa Istiwidayanti dan
Soedjarwo. Jakarta: Erlangga.
Mariyana, R., Nugraha, A. & Rachmawati, Y. 2010. Pengelolaan Lingkungan
Belajar, Edisi Pertama. Jakarta: PT Prenada Media Group
Nurani Sujiono, Yuliani. 2011. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta
Barat: PT Indeks.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Pengembangan Kurikulum, Teori Praktek.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tirtarahardja, Umar.& Sulo La. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Wahyuni Ismail. Pengelolaan Lingkungan Pembelajaran Di Paud Kemala
Bayangkari. 2019, Vol. 2, No. 2. NANAEKE - Indonesian Journal of
Early Childhood Education,

13

Anda mungkin juga menyukai