Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH TENTANG

Pembelajaran Orang Dewasa

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah


PENDIDIKAN DALAM KEPERAWATAN

Dibuat Oleh :
Melisa Febrina (17001001)

Dosen Pembimbing :
NS. Weddy Martin, M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CERIA BUANA
TA. 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pembelajaran Orang Dewasa” tepat waktu.

Makalah “Pembelajaran Orang Dewasa” disusun guna memenuhi tugas


bapak Ns. Weddy Martin, M.Kep selaku dosen pada bidang studi Pendidikan
Dalam Keperawaran di SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CERIA
BUANA. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Ns.


Weddy Martin, M.Kep selaku dosen pada bidang studi Pendidikan Dalam
Keperawatan di SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CERIA
BUANA. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima
kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini.

Penulis

Lubuk Basung, 24 Agustus 2020

Melisa Febrina
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
……………………………………………………………............i
KATA PENGANTAR …………………………………………………………............ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................................. 4
1.2 Rumusan Permasalahan............................................................................. 5
1.3 Tujuan.......................................................................................................... 5
BAB IIPROSES DAN PRINSIP BELAJAR ORANG DEWASA ...........................6
2.1 Konsep Pendidikan Orang Dewasa............................................................ 6
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Orang Dewasa.................. 7
2.3 Prinsip-prinsip Pendidikan Orang Dewasa.................................................. 15
BAB III KESIMPULAN.............................................................................................18
Daftar Pustaka......................................................................................................... 19
BAB I
Pendahuluan
Pendidikan bagi orang dewasa mutlak diperlukan. Pendidikan
merupakan proses belajar sepanjang hayat. Belajar tidak hanya melalui
pengalihan pengetahuan dari pengajar, tetapi belajar juga dari pengalaman.
Para tokoh pendidikan telah mengakui adanya konsep belajar sepanjang
hayat. Artinya bahwa pendidikan merupakan proses yang berkelanjutan
dari satu bentuk ke bentuk lain melalui kehidupan. Untuk itu pendidikan
harus dapat mengakomodasi kebutuhan individu pada tingkat yang
berbeda-beda sesuai dengan tingkat perkembangan individu. Pendidikan
secara integral merupakan bagian dari kehidupan manusia dan
dilaksanakan pada seluruh institusi dari suatu masyarakat. Konsep belajar
sepanjang hayat yang telah bergulir ini mengharuskan restrukturisasi
desain, yaitu tentang implikasi sistem pendidikan secara revolusioner
melalui pendidikan orang dewasa.
Pendidikan orang dewasa dikembangkan menjadi kawasan yang
diakui praktek dan penelitian pada tahun 1950. Mereka di lapangan
mengeluh tentang statusnya marjinal sejak itu. Sekarang, bagaimanapun,
sebagai akibat dari perubahan dramatis dalam bidang ekonomi,
pembelajaran orang dewasa mengambil posisi di tengah panggung dalam
diskusi kebijakan publik, dan kepentingan dalam topik lebih tinggi.
Dokumen kebijakan nasional mengacu pada pembelajaran seumur hidup
dan kebutuhan untuk mengembangkan budaya belajar, seperti halnya
laporan dari organisasi antar pemerintah seperti Organisasi untuk
Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), European Union, dan
UNESCO.
Pendidikan orang dewasa memiliki lingkup yang sangat luas, hampir
setiap strata sosial memerlukan pendidikan orang dewasa, demikian juga
para birokrat, para pemimpin, para eksekutif, para guru, para administrator
sekolah format maupun nonformal, serta mereka yang menjabat sebagai
direktur, sekretaris, editor, dan staf di bidang media massa perlu memiliki
penampilan yang sesuai dengan orang yang bergerak di bidang pendidikan
orang dewasa.

1.1 Latar Belakang Masalah


Pengertian belajar yang sudah dikenal banyak teori-teori yang
selalu berkembang saat ini sebagian besar berasal dari hasil studi yang
dilakukan terhadap anak-anak atau binatang. Demikian pula apa yang
kita katakan tentang mengajar, sebagian besar pengalaman mengajar
anak-anak. Oleh karena itu, lahirlah istilah paedagogi
(paid+agagos=yunani) yang berarti ilmu mengajar anak-anak.
Di dalam praktik, paedagogi ini kemudian diterapkan dalam
mengajar orang dewasa. Seharusnya cara mengajar mereka berbeda
dengan cara kita mengajar pada anak-anak. Oleh karena itu para ahli
pendidikan telah mengembangkan suatu teori dalam mengajar orang
dewasa yang disebut andragogi (andre+agagos=yunani) yang berarti
ilmu yang membantu orang dewasa belajar.

1.2 Rumusan Masalah


Dari penjelasan latar belakang masalah diatas, maka dapat merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Konsep Pendidikan Orang Dewasa
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran dan hasil belajar orang
dewasa
3. Prinsip-prinsip belajar orang dewasa

I.3 Tujuan
Tujuan utama dari makalah ini membantu mahasiswa S3 Ilmu
Pendidikan UNS dalam menambah pengetahuan dan wawasan tentang
mata kuliah Psikologi Pendidikan Lanjut.
BAB II
PROSES DAN PRINSIP BELAJAR ORANG DEWASA

2. 1 KONSEP PENDIDIKAN ORANG DEWASA


Arti pendidikan secara luas ialah suatu usaha yang sistematik
dan berkelanjutan untuk transmisi, membangkitkan dan untuk
memperoleh pengetahuan, sikap nilai-nilai /norma-norma,
keterampilan sebaik mungkin setelah seseorang mendapatkan suatu
pendidikan. Berbagai pendapat mengkaitkan pendidikan orang
dewasa dalam kenyataan di lapangan memiliki variasi aktifitas yang
dilaksanakan oleh orang dewasa. Para analis pendidikan orang
dewasa mengemukakan.
2.1.1 Apakah pendidikan orang dewasa muncul karena mengingat
orang dewasa memiliki sekian banyak kegiatan.
2.1.2 Apakah pendidikan orang dewasa sebagai perpaduan antara
kata pendidikan (education) dan orang dewasa (adult) sehingga dari
dua kata tersebut terjadilah konotasi pendidikan orang dewasa (adult
education).
UNESCO mendefinisikan pendidikan orang dewasa sebagai
seluruh proses pendidikan yang terorganisasi di luar sekolah dengan
berbagai bahan belajar, tingkatan, dan metode, baik bersifat resmi
maupun tidak yang meliputi upaya kelanjutan atau perbaikan
pendidikan yang diperoleh dari sekolah, akademi, universitas atau
magang. Pendidikan tersebut diperuntukkan bagi orang-orang dewasa
dalam lingkungan masyarakatnya, agar mereka dapat
mengembangkan kemampuan, memperkaya pengetahuan,
meningkatkan kualitas teknik dan profesi yang telah dimilikinya,
memperoleh cara-cara baru, serta mengubah sikap dan perilakunya.
Tujuannya ialah agar orang-orang dewasa mengembangkan pribadi
secara optimal dan berpartisipasi secara seimbang dalam kehidupan
sosial, ekonomi, dan budaya yang terus berkembang.
Menurut Coombs pendidikan orang dewasa merupakan kegiatan
yang terorganisasi dengan sistematik. Aktifitas pendidikannya
berbeda dengan sistem formal yang tidak memiliki struktur hierarkis,
lebih menekankan pada pengalaman pembelajaran, penghitungan
waktu yang tidak terlalu ketat, dan semua aktifitas diadakan di luar
sistem institusi formal.
2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDIDIKAN
ORANG DEWASA
Pendidikan orang dewasa dipengaruhi oleh 2 faktor (faktor eksternal
& internal), faktor – faktor tersebut adalah sebagai berikut:
2.2.1 Faktor eksternal
Faktor eksternal ialah faktor yang bersumberdar i luar diri
peserta belajar seperti keadaan lingkungan belajar yang mencakup
lingkungan alam, fisik dan sosial serta faktor sistem penyajian yang
mencakup kurikulum, bahan belajar dan metode penyajian, dsb.
Faktor eksternal dapat diuraikan sebagai berikut.
2.2.1.1 Faktor Lingkungan Belajar
Faktor lingkungan belajar adalah semua hal yang
berhubungan dengan apa saja yan ada di sekeliling dimana proses
belajar itu berlangsung. Faktor lingkungan belajar dapat dibedakan
atas faktor lingkungan dalam kampus tempat belajar dan faktor
lingkungan luar kampus / tempat belajar, masing-masing dapat
dibedakan lagi atas lingkungan alam, fisik dan sosial.
a. Faktor lingkungan belajar dalam kampus/tempat belajar
Lingkungan alam dalam kampus mencakup keadaan
suhu kelembaban dan pertukaran udara serta cahaya dalam
ruangan yang kesemuanya menyangkut sistem ventilasi dan
penerangan ruangan / gedung. Dalam kategori ini termasuk pula
tumbuh-tumbuhan yang ada dalam kampus.
Lingkungan fisik menyangkut gedung, perabot, instalasi,
pertamanan, sistem pembuangan air dan sampah,
perlengkapan/alat/bahan belajar yang digunakan, termasuk pula
konstruksi dan tata letak segala benda yang ada dalam kampus.
Lingkungan sosial menyangkut suasana hubungan timbal balik
antara segenap warga, sumber dan pamong belajar dalam
kampus.
Lingkungan alam yang menyenangkan dapat mempertinggi
ketekunan dan kegairahan berpatisipasi dalam proses interaksi
belajar.
Hubungan timbal balik yang akrab diantara warga, sumber dan
pamong belajar dapat merangsang terwujudnya masyarakat yang
gemar belajar.
b. Faktor lingkungan belajar diluar kampus tempat belajar
Lingkunan alam diluar kampus mencakup topografi,
flora dan fauna serta jenis mata pencaharian penduduk sekitar
penduduk sekitar kampus, dapat menjadi sumber bahan belajar
dan sumber inspirasi bagi warga, sumber dan pamong belajar
dalam menunjang berlangsungnya proses belajar-mengajar yang
bergairah.
Lingkugan fisik mencangkup bangunan gedung,
perkantoran, perumahan rakyat, pabrik, instalansi, proyek, jalan,
jembatan, pelabuhan, tempat hiburan / taman dan sebaginya
yang terhadap disekitar kampus serta sanitasi lingkungan dapat
pula menjadi sumber bahan belajar dan sumber inspirasi bagi
warga, sumber dan pamong belajar.
Lingkungan sosial mencangkup struktur sosial, adat-
istiadat budaya setempat, kegotong-royongan, rasa simpati dan
kekeluargaan terhadap generasi muda yang melanjutkan
pelajaran, dapat mendorong kegairahan belajar generasi muda.
Dalam hubungan ini kita sering mendengarkan julukan kota
Yokyakarta dan Malang sebagai kota pelajar oleh karena
suasana dan biaya hidup di kota-kota tersebut memungkinkan
siswa dan mahasiswa dari golongan ekonomi lemah dapat pula
hudup dan belajar dengna tenang sesuai dengan semampuannya.
c. Faktor Sistem Penyajian
Faktor system penyajian adalah semua hal yang
berhubungan dengan bagian-bagian yang ada dalam sebuah
system penyajian. Aspek-aspek sistem pembelajaran orang
dewasa yang dapat mempengaruhi proses interaksi belajar
anatara lain ialah kurikulum, bahan pelajaran dan metode
penyajian.
1) Kurikulum
Struktur dalam kurikulum inti turut
menentukan pemilihan strategi belajar dan
membelajarkan suatu mata pelajaran, oleh karena dengan
struktur tersebut dapat deketahui kedudukan dan peranan
tiap mata pelajaran dalam pembentukan kompetensi:
pribadi, pengetahuan, keterampilan, dan sosial.
Dalam kurikulum inti, bagian tentang Garis-garis Besar
Program Pembelajaran, dapat diketahui format belajar
untuk setiap pokok bahasan dari masing-masing mata
pelajaran.
Untuk setiap pokok bahasan telah dijabarkan
jumlah jam pertemuan untuk setiap jenis pengalaman
belajar: teori, praktik, dan pengalaman Lapangan.
2) Bahan belajar
Bahan belajar akan disajikan mempengaruhi
dalam memilih jenis strategi belajar dan membelajarkan
yang akan digunakan.
Aspek-aspek bahan belajar yang perlu dipertimbangkan /
diperhatikan dalam memilih strategi belajar
membelajarkan yang akan digunakan ialah:
d. Domain tingkah laku atau aspek kemampuan yang ingin dikembangkan
berupa:
a) Konsep, prinsip, teori.
b) Pemecahan masalah.
c) Sikap dan nilai.
d) Keterampilan.
e) Tingkat Kesukaran Bahan. Bahan yang sukar memerlukan wakru
penyajian yang lebih lama, cara penyajian yang bervariasi serta
contoh yang lebih banyak.
f) Jenis bahan. Bahan yang bermakna, yang telah dikenal ataupun
yang menyangkut kepentingan warga belajar, lebih mudah
dipelajari dan diajarkan. Dalam pelajaran bahasa, menghafal sanjak
(puisi) lebih cepat dari pada menghafal prosa, padahal kata yang
digunakan sama jumlah dan jenisnya.
e. Metode penyajian
Metode penyajian yang digunakan berkaitan erat strategi belajar
dan membedakan yang dipilih serta kegiatan belajar dan
membelajarkan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan
pengajaran.
Beberapa kriteria pemilihan metode kriteria penyajian yang
strategi dan proses interaksi belajar antara lain:
a. Metode penyajian yang dipilih sesuai dengan sifat dan hakikat tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai. Contoh: Tujuan pembelajaran misalnya
membedakan berbagai strategi belajar membelajarkan yang efektif untuk
bahan pelajaran tertentu dan mengembangkan kerjasama dan saling
menghormati pendapat orang lain. Metode penyajian yang sesuai untuk
pembelajaran ini ialah metode diskusi.
b. Metode penyajian yang dipilih sesuai dengan dengan sifat dan hakikat
bahan belajar yang disajikan. Contoh: Pokok bahasan tentang mesin
dalam pelajaran keterampilan diajarkan dengan menggunakan metode
belajar sambil melakukan atau metode pemecahan masalah.
c. Metode penyajian yang dipilih sesuai dengan tingkat perkembangan
belajar. Contoh: Metode mengeja tidak sesuai digunakan pada kelompok
belajar orang dewasa.

2.2.2 Faktor internal


Faktor internal ialah faktor yang bersumber dari dalam diri peserta
belajar terdiri dari faktor fisiologis dan faktor psikologis.
2.2.2.1 Faktor Fisiologis
Segala kegiatan belajar dan membelajarkan, termasuk
pendengaran dan penglihatan pada waktu belajar dipengaruhi
oleh kondisi fisiologis, yaitu kesegaran jasmani, keletihan,
kekurangan gizi, kurang tidur, atau kesakitan yang diderita.
Dengan kata lain kondisi fisiologis pada umumnya
mempengaruhi proses interaksi belajar, oleh karena itu perlu
dipertimbangkan juga dalam pemilihan strategi belajar
membelajarkan.
Faktor fisiologis adalah semua yang berhubungan dengan
fisik atau jasmani orang dewasa. Contoh dari faktor fisiologis
adalah:
a. Pendengaran
1) Kejelasan Pendengaran
Kemampuan seseorang untuk mendengar
dengan jelas tuturan dari sumber suara makin
berkurang sejalan dengan meningkatnya usia.
Seseorang yang berusia 20 tahun dapat
mendengar jelas tuturan dari sumber suara yang
jaraknya 8-10 meter. Sesudah mencapai usia
40tahun hanya dapat mendengar tuturan pada
jarak sekitar 5 meter, yang kadang – kadang
dibantu dengan melihat gerajakan muluit si
penutur.
2) Diskriminasi Nada
Kemampuan seseorang untuk
membedakan nada suara rendah dari yang tinggi,
suara latar belakang dari suara utama, makin
menurun sejalan dengan meningkatnya usia.
Seseorang yang berusia sekitar 20 tahun dapat
membedakan dengan jelas tiap jenis dan
tingkatan nada suara. Setelah berusia sekitar 40
tahun orang dewasa mengalami kesulitan untuk
menangkap tuturan melalui alat elektronika
seperti mikrofon, radio, televisi, dan rekaman
kaset.
b. Penglihatan
1) Intensitas Penglihatan
Kemampuan untuk melihat dengan jelas
bacaan atau tulisan tergantung kepada intensitas
cahaya dalam ruangan tempat belajar.
Kemampuan seseorang unutk melihat makin
berkurang (melemah) sejalan dengan
meningkatnya usia. Seseorang yang berusia
sekitar 20 tahun dapat dengan mudah membaca
pada ruangan yang diterangi lampu 40 watt atau
setara dengan itu. Namun bagi mereka yang
berusia 40 tahun, membutuhkan intensitas cahaya
sekitar 60 – 100 watt.
2) Jarak Penglihatan Dekat
Kemampuan untuk membaca Koran atau
buku, mengalami kemunduran sejalan dengan
meningkatnya usia. Jarak penglihatan dekat untuk
membaca Koran atau buku, bagi orang yang
berusia sekitar 20 tahun adalah kurang lebih
30cm; bagi yang berusia kurang libih 40 tahun
jarak tersebut mengalami kemuinduran hingga 40
– 50cm tanpa menggunakan kaca mata
3) Jarak Penglihatan Jauh
Untuk melihat nomor ataupun arah perjalana bis
kota, menjadi makin dekat sejalan dengan
meningkatnya usia. Seseorang yang berusia
sekitar 20 tahun masih dapat membaca angka
atau tulisan berukuran 5cm pada bagian atas bis
kota yang berjatrak kurang lebih 15cm; tetapi
bagi mereka yang berusia 40 tahun, hanya dapat
membaca pada jarak maksimal 5 meter.
4) Kemampuan Membedakan Warna
Kemampuan membedakan warna – warni
spectrum makin berkurang sejalan dengan
meningkatnya usia. Seseorang yang berusia
sekitar 20 tahun dapat dengan mudah
membedakan warna – warni lembut yang hijau
dari yang biru, dan sebagainya. Sedangkan bagi
mereka yang berusia sekitar 40 tahun hanya dapat
membedakan warna – warni yang menyolok
seperti; hitam, biru, hijau, merah. Pada usia tua,
kornea mata menjadi kuning sehingga cahaya
yang masuk kedalam indera penglihatan menjadi
tersaring dancebderung kearah warna merah.
5) Ketelitian Penglihatan
Kemampuan untuk mengalihkan tataoan
mata dari ujung kanan suatu baris bacaan
keujukng kiri awal baris berikutnya, makin
berkurang kecermatannya sejalan denagn
meningkatnya usia. Seseorang yang berusia
sekitar 20 tahun masih dapat secara cermat
mengalihkan tatapannya dari baris kebaris
berikutnya dengan interlini ( jarak antara 2 baris
bacaan ) sebesar satu spasi. Sedangkan mereka
yang berusia sekitar 40 tahun memerlukan
interlini sebesar 1 1/2 hinggga 2 spasi.
2.2.2.2 Faktor Psikologis
Faktor psikologis adalah semua hal yang berhunungan dengan
jiwa dan emosi orang dewasa itu sendiri, seperti
kecerdasan/bakat, motivasi, perhatian, ingatan/ lupa, dan
sebagainya.
a. Kecerdasan/bakat
Kecerdasan/bakat merupakan salah satu faktor
penting yang ikut menentukan berhasil atau gagalnya
seseorang dalam mengikuti salah satu kegiatan
belajar/pengalaman belajar tertentu. Tentang
terbentuknya potensi kecerdasan ini, teori periode kritis
yang dikembangkan oleh Broom mengemukakan bahwa
kurang lebih 50% dari kecerdasan yang dimiliki oleh
orang dewasa diperoleh pada usia kurang lebih 4 tahun,
sedangkan kurang lebih 80% dicapai pada usia kurang
lebih 8 tahun.
Ahli lain mengemukakan bahwa lingkungan
yang melarat pada usia kanak – kanak dapat
menyebabkan seseorang mengalami kehilangan atau
keterlambatan kecerdasan sebesar kira – kira 2,5 IQ
pertahun. Lebih lanjut Hilgard menyatakan dengan
potensi kecerdasan yang sama, anak yang lebih tua usia,
belajarnya lebih cepat dari pada yang berusia lebih muda.
b. Motivasi
Motivasi berasal dari kata dasar motif yaitu keadaan
dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertindak
melakukan suatu kegiatan dalam rangka pencapaian
tujuan. Dalam psikologi, motivasi diartikan sebagai suatu
kekuatan yang terdapat dalam diri manusia yang dapat
mempengauhi tingkah lakunya untuk melakukan kegiatan.

2.3 PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN ORANG DEWASA


Ada beberapa prinsip belajar bagi orang dewasa antara lain.
2.3.1 Nilai Manfaat
Orang dewasa akan belajar jika yang ia pelajari
mempunyai nilai manfaat bagi pribadinya. Apabila yang
akan ia pelajari tidak akan bermanfaat bagi kepentingan
dirinya sendiri, maka ia akan enggan untuk belajar atau
mempelajarinya.
2.3.2 Sesuai dengan Pengalaman
Orang dewasa akan belajar dengan baik apabila apa
yang dipelajarinya sesuai dengan wawasan, pengetahuan
dan pengalaman yang dimilikinya. Hal ini berarti prinsip
belajar orang dewasa juga mendasarkan pada pengalaman-
pengalaman yang dipunyai peserta belajar, sehingga dapat
menarik perhatian apa yang akan disampaikan untuk
dipelajari.
2.3.3 Masalah Sehari-hari
Pendidikan orang dewasa akan berjalan dengan
baik jika berprinsip pada bahan – bahan yang akan
dipelajarinya berpusat pada masalah yang dihadapi sehari-
hari. Apabila mereka dibantu mengatasi permasalahan
mereka dengan jalan memberikan mata pelajaran tertentu,
mereka akan sangat bergairah dan mau belajar untuk itu.
2.3.4 Praktis
Orang dewasa akan dapat belajar dengan baik apabila yang
dipelajarinya praktis dan mudah diterapkan.
2.3.5 Sesuai dengan Kebutuhan
Orang dewasa akan dapat belajar dengan baik jika
bahan-bahan yang akan dipelajari sangat sesuai dengan
kebutuhan mereka, jika kebutuhan tersebut dapat terpenuhi
dengan belajar maka ia sangat bergairah dalam belajar.

2.3.6 Menarik
Orang dewasa akan belajar dengan baik apabila
bahan-bahan yang akan dipelajarinya sangat menarik
untuk dirinya. Contoh, apa yang dipelajari merupakan hal-
hal yang masih baru atau mudah baginya untuk
dipraktikkan.
2.3.7 Kerja Sama
Pembelajaran orang dewasa akan berjalan dengan
baik jika terjadi suasana dan kondisi antara pengajar
dengan peserta belajar ada rasa saling kerja sama maupun
rasa saling menghargai. Hal ini dapat menjadikan rasa
aman dalam setiap peserta belajar.
2.3.8 Partisipasi Aktif
Pembelajaran orang dewasa akan berjalan dengan
baik jika seluruh peserta belajar dapat ikut mengambil
bagian proses pembelajaran, salah satu alternatif
memancing seluruh peserta berpartisipasi dengan metode
focus group discusion (FGD).
2.3.9 Suasana yang Nonformal
Pada awal sesi pembelajaran yang tidak kaku serta
bersahabat akan membuat orang dewasa dalam
pembelajarannya merasa nyaman, dan selanjutnya akan
mudah untuk mengantarkan materi atau bahan – bahan
yang menjadi kebutuhan peserta belajar.
2.3.10 Metode yang Bervariasi
Perubahan – perubahan teknik dan metode
penyajian yang bervariasi atau berbeda-beda dari waktu
ke waktu akan membuat perhatian peserta belajar orang
dewasa lebih tertarik dan tidak membosankan peserta
belajar.
2.3.11 Pengajar yang Antusias
Pengajar yang antusias akan berpengaruh pada
pusat perhatian seluruh peserta belajar, jika
pengajar/fasilitator kurang bersemangat maka akan
berakibat peserta belajar juga akan menunjukkan hal
yang lebih buruk lagi.
2.3.12 Jauhkan Faktor Ketakutan
Setiap peserta belajar akan memperoleh
kesuksesan dalam belajar jika rasa takut dapat dihindari
atau dikurangi seminimal mungkin, hal ini perlu
dilakukan mengingat psikologi orang dewasa sangat peka
terhadap situasi dan kondisi luar.
2.3.13 Termotivasi
Pembelajaran orang dewasa akan bersemangat
jika ada pemberian motivasi untuk meraih kesuksesan
belajar, contoh pemberian referensi dan dorongan dari
fasilitator atau contoh pengalaman sharing antar peserta.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan orang dewasa berdasarkan uraian kajian di atas dapat ditarik
kesimpulan terdiri;
1. Konsep yang diterjemahkan secara praktis bahwa pendidikan
orang dewasa adalah proses pendidikan yang terorganisasi di luar sekolah dengan
berbagai bahan belajar, tingkatan, dan metode, baik bersifat resmi maupun tidak yang
meliputi upaya kelanjutan atau pengembangan pendidikan yang telah diperoleh, agar
mereka dapat mengembangkan kemampuan, memperkaya pengetahuan, meningkatkan
kualitas teknik dan profesi yang telah dimilikinya,
2. Faktor – faktor yang berpengaruh keberhasilan tercapainya tujuan pendidikan orang
dewasa terdiri dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
3. Prinsip-prinsip yang mendasari proses belajar orang dewasa terdiri dari; nilai manfaat,
sesuai dengan pengalaman, praktis, masalah sehari-hari, kerja sama, menarik, metode
yang bervariasi, pengajar yang antusias, jauhkan faktor ketakutan, partisipasi aktif,
termotivasi, sesuai dengan kebutuhan, sesuai dengan pengalaman.
4. Implikasinya dalam proses pendidikan orang dewasa yaitu diharapkan pembelajaran
orang dewasa lebih meningkatkan pada interaktif seluruh warga belajar dengan fasilitator
dapat melalui forum diskusi.

B. Saran
Tersedianya lembaga-lembaga diklat untuk orang dewasa yang
memenuhi standar sarana dan prasarana pembelajaran di kelas maupun sarana
akomodasi.

DAFTAR PUSTAKA

Ronald M. Cervero, Arthurl.Wilson. 2001. Adult Education and the Struggle


for Knowledge and Power in Sosiety, Josey Bass Inc. California, 2001.
Lembaga Administrasi Negara. 2007. Modul diklat calon widyaiswara
Pendidikan orang dewasa. Jakarta LAN RI.

Anda mungkin juga menyukai