Anda di halaman 1dari 26

Makalah

“Mencari Aspek Perkembangan Anak, Menganalisis Konsep Belajar Anak, Dan


Mencermati Tujuan Dan Proses Perkembangan Anak Di TPA”

Dosen Pengampu: Sulastya Ningsih, M.Pd

Disusun Oleh:

Kelompok 2

Ni Wayan Dina Galih (153421008)

Husnani Datau (15321124)

Aninda Nadjamuddin (153421031)

Nirmawati Tomayahu (153421074)

Mardiana A Taib (153421089)

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmat dan karunia dari- Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah
pada mata kuliah Pengembangan Program TPA dengan materi “Mencari Aspek
Perkembangan Anak, Menganalisis Konsep Belajar Anak, Dan Mencermati Tujuan Dan
Proses Perkembangan Anak Di TPA”.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Dosen dan teman-teman yang telah memotivasi dan
membantu dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari, bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan oleh karena itu, perlu kritik dan saran yang membangun. Penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat khususnya pada diri saya pribadi dan umumnya bagi para
pembaca. Amin….

Gorontalo, 5 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Judul ……………………………………………………...…………………………………i

Kata Pengantar.......................................................................................................................ii

Daftar Isi................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ..........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan Makalah…………………………………………………..........2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................3

2.1 Aspek Perkembangan Anak di TPA………………………………………………3

2.2 Konsep Belajar Anak Di TPA...................................................................................13

2.3 Tujuan Dan Proses Perkembangan Anak Di TPA....................................................18

BAB III PENUTUP...............................................................................................................22

3.1 Kesimpulan..............................................................................................................22

3.2 Saran........................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................23

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan Anak Usia Dini merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur
formal, nonformal dan informal berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010. Beberapa
layanan yang ada di Pendidikan Anak Usia Dini yaitu Taman Penitipan Anak, Kelompok
Bermain dan Taman Kanak-Kanak.

LayananPendidikan Anak Usia Dini pada Taman Pendidikan Anak, adapun fungsi
Taman Pendidikan Anak seperti yang ditegaskan oleh DEPSOS (2002) adalah sebagai fungsi
orang tua sementara waktu (kehadiran TPA adalah untuk menjawab ketidakmampuan keluarga
karena kesibukannya dalam menjalankan beberapa fungsi yang seharusnya dilakukan. Fungsi
tersebut antara lain sosialisasi, pendidikan prasekolah pembelajaran prasekolah, asuhan,
perawatan dan pemeliharaan sosial anak), sebagai informasi, komunikasi dan konsultasi di
bidang kesejahteraan anak usia prasekolah (dalam hal ini kehadiran TPA adalah sebagai sumber
informasi, komunikasi dan konsultasi tentang anak usia prasekolah beserta keluarganyakepada
mereka yang membutuhkan, rujukan yaitu TPA dapat digunakan sebagai penerima rujukan dari
lembaga lain, pendidikan dan penelitian yaitu TPA dapat digunakan sebagai tempat
pendidikandan penelitian. Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa fungsi Taman
Pentipan Anak adalah sebagai pengganti keluarga untuk jangka waktu tertentu selama oorang
tuanya berhalangan atau tidak memiliki waktu yang cukup dalam mengasuh anaknya karena
bekerja atau sebab lain.

Taman Penitipan Anak merupakan program kesejahteraan anak yang dapat


menyelenggarakan layanan PAUD secara terintegritas dengan perawatan danpengasuhan anak
sejak usia 3 bulan sampai dengan 6 tahun dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 28. Kebijakan
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini (Dit. PAUD) untuk seluruh bentuk layanan PAUD
termasuk TPA adalah memberikan layanan yang holistic dan integratif. Holistic berarti seluruh

1
seluruh kebutuhan peserta didik untuk tumbuh dan berkembang (kesehatan, gizi, pendidikan,
pengasuhan dan perlindungan), dilayani dalam lembaga TPA integratif berarti semua lembaga
TPA melakukan kerjasama dengan lembaga mitra serta berkoordinasi dengan instansi instansi
terkait. Taman Penitipan Anak ada beberapa jenis layanan yang ada yaitu TPA murni, TPA
dengan satu atap dengan PAUD lain. TPA murni yang dimaksud dalam hal ini yaitu dimana
lembaga TPA murni yang berdiri sendiri atau lembaga Pendidikan Anak Usia Dini yang hanya
membuka layanan TPA saja. TPA satu atap dengan PAUD lain yang dimaksud yaitu Taman
Penitipan Anak dimana dalam satu atap dengan KB dan TK yang dimana ada anak TPA yang
paginya bisa sekolah di situ juga.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu:

1. Bagaimana aspek perkembangan anak di TPA?

2. Bagaimana konsep belajar anak di TPA?

3. Bagaimana tujuan dan proses perkembangan anak di TPA?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

Adapun tujuan penulisan pada makalah ini yaitu:

1. Untuk mengetahui aspek perkembangan anak di TPA

2. Untuk mengetahui konsep belajar anak di TPA

3. Untuk mengetahui tujuan dan proses perkembangan anak di TPA

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Aspek Perkembangan Anak di TPA

Perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari
proses kematangan dan pengalaman. Salah satu tugas perkembangan adalah mengembangkan
motorik anak (baik itu motorik kasar maupun motorik halus) sesuai dengan pertumbuhan
usianya. Proses perkembangan motorik merupakan proses gerakan jasmani yang didapat melalui
kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi sehingga anak mampu mengontrol
gerakan dan merespon pengalaman sehari-hari. Akan tetapi, kemampuan tiap-tiap anak dalam
mengontrol dan merespon pengalaman sehari-hari berbeda. Perbedaan ini dipengaruhi oleh
beberapa factor meliputi individual, pengalaman, dan latihan.

Prinsip-prinsip Perkembangan Anak Usia Dini menurut Bredekamp & Coople (dalam Siti
Aisyah dkk, 2007:1.17-1.23) adalah sebagai berikut:

1. Perkembangan aspek fisik, sosial, emosional, dan kognitif anak saling berkaitan dan saling
mempengaruhi satu sama lain.

2. Perkembangan fisik/motorik, emosi, sosial, bahasa, dan kognitif anak terjadi dalam suatu
urutan tertentu yang relative dapat diramalkan.

3. Perkembangan berlangsung dalam rentang yang bervariasi antar anak dan antar bidang
pengembangan dari masing-masing fungsi.

4. Pengalaman awal anak memiliki pengaruh kumulatif dan tertunda terhadap perkembangan
anak.

5. Perkembangan anak berlangsung ke arah yang makin kompleks, khusus, terorganisasi dan
terinternalisasi.

6. Perkembangan dan cara belajar anak terjadi dan dipengaruhi oleh konteks sosial budaya yang
majemuk.

7. Anak adalah pembelajar aktif, yang berusaha membangun pemahamannya tentang lingkungan
sekitar dari pengalaman fisik, sosial, dan pengetahuan yang diperolehnya.

8. Perkembangan dan belajar merupakan interaksi kematangan biologis dan lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.

9. Bermain merupakan sarana penting bagi perkembangan sosial, emosional, dan kognitif anak
serta menggambarkan perkembangan anak.

3
10. Perkembangan akan mengalami percepatan bila anak berkesempatan untuk mempraktikkan
berbagai ketrampilan yang diperoleh dan memahami tantangan setingkat lebih tinggi dari hal-
hal yang dikuasainya.

11. Anak memiliki modalitas beragam (ada tipe visual, auditif kinestetik, atau gabungan dari
tipe-tipe itu) untuk mengetahui sesuatu sehingga dapat belajar hal yang berbeda pula dalam
memperlihatkan hal-hal yang diketahuinya.

12.Kondisi terbaik anak untuk berkembang dan belajar ada dalam komunitas yang
menghargainya, memenuhi kebutuhan fisiknya, dan aman secara fisik dan fisiologis.

Berbagai aspek perkembangan yang melingkupi perkembangan anak usia dini antara lain
aspek perkembangan nilai agama dan moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional,
dan seni. Enam aspek tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat berdiri sendiri dan
memiliki saling keterkaitan.

1. Perkembangan Agama dan Moral

Malik (2013) mendeskripsikan TPA adalah lembaga atau kelompok masyarakat yang
menyelenggarakan pendidikan nonformal berbasis pendidikan agama islam yang bertujuan untuk
memberikan pengajaran alquran. TPA menjadi wadah pengajaran Alquran di lingkungan
masyarakat, khususnya untuk anak-anak. Fungsi TPA yaitu menyiapkan generasi muda agar
tidak terjadi kemerosotan agama dimasa mendatang.

Budiyanto (2008) mengemukakan TPA bertujuan menyiapkan terbentuknya generasi


qurani. Generasi qurani yaitu generasi yang mencintai alquran dan menjadikan alquran sebagai
pedoman hidup. Keberadaan TPA diharapkan dapat menanamkan nilai-nilai agama sejak dini
agar nantinya anak-anak dapat berperan penting di masyarakat. Pengelolaan TPA meliputi
kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Pembelajaran program TPA utamanya mempelajari alquran sebagai pedoman hidup.


Priyadi (2013) mengemukakan kegiatan di TPA terbagi menjadi dua yaitu kegiatan pokok dan
kegiatan penunjang. Kegiatan pokoknya yaitu kegiatan mengaji alquran dan kegiatan
penunjangnya adalah materi seperti bahasa arab, tarikh¸sirah, fikih, dan sebagainya disesuaikan
dengan kondisi masyarakat.

Perkembangan nilai agama dan moral anak dapat dilihat melalui kegiatan memahami
perilaku yang berlawanan, mengetahui arti kasih dan sayang kepada ciptaan Tuhan, mulai
meniru orang dewasa melafalkan doa pendek, mengetahui nama agama yang dianutnya dan
menyatakannya. Anak dapat meniru gerakan beribadah mengucapkan doa, membiasakan diri
berperilaku baik, mengucapkan salam dan membalas salam, mengenal agama yang dianutnya
dengan lebih mendalam, mengerjakan ibadah sesuai tuntunan agama, berperilaku jujur,

4
penolong, sopan, hormat, sportif, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, hormat kepada orang
yang lebih tua, dan mengetahui hari besar agama.

Stimulasi perkembangan NAM anak ketika TPA yaitu melalui pembiasaan. Pembiasaan
di TPA yaitu membaca doa sebelum dan setelah melaksanakan kegiatan, kegiatan mengaji wajib,
dan kegiatan sholat maghrib berjamaah.

Sapendi (2015) menyebutkan pendidikan nilai agama dan moral dalam prosesnya
bertujuan untuk membimbing dan mengembangkan potensi setiap anak agar dapat berkembang
secara optimal sesuai tipe kecerdasannya.

2. Perkembangan Fisik-Motorik

Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ dan fungsi sistem susunan saraf
pusat atau otak. Sistem susunan saraf pusat yang sangat berperan dalam kemampuan motorik dan
mengkoordinasi setiap gerakan yang dilakukan anak. Semakin matang perkembangan sistem
saraf otak yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan
motorik anak. Anak yang memiliki keterampilan motorik yang baik akan mudah mempelajari
hal-hal baru yang sangat bermanfaat dalam menjalani pendidikan.

Keterampilan motorik dibedakan menjadi dua yaitu motorik kasar dan motorik halus.
Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otototot halus atau sebagian anggota tubuh
tertentu. Misalnya saja menggunakan jari seperti gerakan menggenggam, menulis, memegang
benda dan lain sebagainya. Yulianto & Awaliyah (2017) berpendapat bahwa motorik halus
merupakan pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari dan
tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi dengan tangan. Senada dengan itu,
Setyawan, Hadi, & Royana (2018) menjelaskan, keterampilan motoric halus merupakan
keterampilan manipulasi seperti menulis, menggambar, memotong, melempar dan menangkap
bola serta memainkan benda-benda atau alat-alat mainan.

Sementara itu, motoric kasar merupakan gerakan otot-otot besar seperti gerakan
menendang, menoleh, melempar, melompat, berlari, berjalan dan sebagainya. Setyawan, Hadi, &
Royana (2018) menambahkan gerakan motoric kasar dapat berupa keterampilan atau gerakan
kasar seperti berjalan, berlari, melompat, naik turun tangga. Sejalan dengan itu, pengembangan
keterampilan motoric kasar ini pula dapat mempengaruhi prestasi anak dalam bidang olahraga.

Berdasarkan data yang diperoleh melalui tes awal perkembangan motorik anak usia 5-6
tahun di TPA diketahui bahwa keterampilan motorik anak sudah berkembang sesuai harapan
(BSH) dengan persentase sebesar 54,10%. Untuk mencapai pada angka tersebut, pendidik
melakukan pembiasaan gerak sebelum kegiatan inti yang dimulai dengan menggerakan
tubuhnya. Hal ini dilakukan agar pada saat melakukan kegiatan inti otot-otot anak tidak tegang.
Kegiatan inti bertujuan agar perkembangan motorik anak dapat berkembang sesuai tahapan
usianya.

5
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik AUD Rahyubi (2012)
berpendapat bawha terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik anak
usia dini, sebagai berikut.

1. Perkembangan Sistem Syaraf

Sistem saraf sangat berpengaruh terhadap perkembangan motorik karena sistem saraflah
yang mengontrol aktivitas motorik pada tubuh manusia. Perkembangan syaraf sangat
mempengaruhi perkembangan gerak motorik anak usia dini, karena semua komponen sistem
syaraf merupakan hal yang paling dominan dalam perkembangan anak usia dini.

2. Kondisi Fisik

Kondisi fisik merupakan hal yang paling sangat mempengaruhi motorik anak usia dini
hal ini disebabkan karena perkembangan motorik sangat erat kaitannya dengan fisik, maka
kondisi fisik tentu saja berpengaruh pada perkembangan motorik seseorang. Seseorang yang
normal biasanya perkembangan motoriknya akan lebih baik dibandingkan dengan orang lain
yang memiliki kekurangan fisik.

3. Motivasi yang Kuat

Seseorang yang mempunyai motivasi kuat untuk menguasai keterampilan motorik


tertentu biasanya telah punya modal besar untuk meraih prestasi. Kemudian ketika seseorang
mampu melakukan suatu aktivitas motorik dengan baik, maka kemungkinan besar dia akan
termotivasi untuk menguasai keterampilan motorik yang lebih halus dan lebih tinggi. Motivasi
anak usia dini dalam melakukan kegiatan atau aktivitas yang berhubungan dengan gerak motorik
juga mempengaruhi perkembangan motorik anak pada anak yang memiliki kemauan motivasi
untuk bergerak dalam kegiatan motorik maka mereka akan berkembang dengan baik dalam hal
perkembangan motork anak usia dini.

4. Lingkungan yang Kondusif

Perkembangan motorik seseorang individu kemungkinan besar bisa berjalan optimal Jika
lingkungan tempatnya beraktivitas mendukung dengan dan kondusif. Lingkungan di sini bisa
berarti fasilitas peralatan, sarana dan prasarana. Lingkungan yang kondusif dalam hal ini
meliputi proses anak usia ini dalam kegiatan yang ada di sekitar misalnya ketika berada di
lingkungan rumah atau sekolah maka harus ada sarana dan prasarana yang menunjang dalam
kegiatan motorik seperti wahana permainan, seperti titian berjalan dan lain sebagainya.

5. Aspek Psikologi

Aspek psikologi, psikis, dan kejiwaan Sudah barang tentu sangat berpengaruh pada
kemampuan motorik. Hanya seseorang yang kondisi psikologisnya baik yang mampu meraih
kemampuan motorik yang baik. Meskipun punya fisik yang mendukung, namun jika kondisi

6
psikologis seseorang tidak berada dalam kondisi yang baik atau tidak mendukung, maka sulitlah
baginya untuk meraih keterampilan motorik yang optimal dan memuaskan. Kondisi aspek
psikologis mempengaruhi keterampilan motorik anak usia dini hal ini disebabkan karena anak-
anak dengan kondisi psikologis yang baik akan membuat mereka mudah untuk mengembangkan
keterampilan motorik.

6. Usia

Usia sangat berpengaruh terhadap aktivitas motorik seorang Seseorang bayi, anak-anak,
remaja, dewasa dan tua tentu saja punya karakteristik keterampilan motorik yang berbeda pula.
Pada usia AUD memiliki tugas perkembangan motorik yang harus di selesaikan atau dimilki
oleh anak usia dini.

7. Jenis Kelamin

Dalam keterampilan motorik tertentu misalnya olahraga, faktor jenis kelamin cukup
berpengaruh. Dalam beberapa cabang olahraga seperti renang, bulu tangkis, volly, tenis meja,
seorang lakilaki tentu lebih kuat, lebih terampil, dan lebih Gesit dibandingkan perempuan.
Pengaruh jenis kelamin pada anak usia dini menentukan bahwa anak yang berjenis kelamin laki-
laki lebih dominan dalam lebih cepat dalam kegiatan motoric hal ini disebabkan anak laki-laki
memiliki perkembangan lebih dominan dalam hal gerak atau kegaiatan yang merupakan hasil
dari keterampilan motorik AUD.

8. Bakat dan Potensi

Misalnya seseorang mudah diarahkan untuk menjadi pesepak bola handal. Jika ia
mempunyai bakat dan potensi sebagai pemain bola. Begitu juga pada bidang keterampilan
motorik lainnya. Anak usia dini memiliki kemampuan dan potensi dasar yang sudah ada dan
masingmasing anak usia dini memiliki perbedaan dalam hal bakat dan potensi. Anak usia dini
yang memiliki bakat dan keterampilan dengan kinestetik atau gerak maka akan lebih dominan
keterampilan motoriknya. Namun anak dengan kemampuan verbal linguistik yang tidak
menyukai dalam hal gerak maka mereka memilki keterampilan motorik namun lebih unggul
dengan anak yang memilki bakat dan kemampuan dalam hal kinestetik. Lebih lanjut Santrock
mengemukakan beberapa kondisi yang mempengaruhi laju perkembangan motorik anak yaitu:

a. Sifat dasar genetik, termasuk bentuk tubuh dan kecerdasan.

b. Semakin aktif janin semakin cepat perkembangan motorik anak.

c. Kondisi pralahir yang menyenangkan terutama gizi mendorong perkembangan motorik yang
lebih cepat pada masa pasca lahir.

d. Kelahiran yang sukar Apabila ada kerusakan otak akan memperlambat perkembangan
motorik.

7
e. Kesehatan dan gizi yang baik pada awal kehidupan akan mempercepat perkembangan motorik.

f. Anak yang IQ tinggi perkembangannya lebih cepat dibanding IQ Normal atau di bawah
normal.

g. Adanya rangsangan, dorongan ya dan kesempatan untuk menggerakkan semua bagian tubuh
akan mempercepat perkembangan motorik.

h. Perlindungan yang berlebihan akan melumpuhkan kesiapan perkembangannya kemampuan


motorik.

i. Rangsangan dan dorongan dari orang tua, kecenderungan anak yang lahir pertama lebih baik
daripada anak yang lahir kemudian.

j. Kelahiran sebelum waktunya biasanya memperlambat perkembangan motorik.

k. Cacat fisik akan memperlambat perkembangan motorik.

l. Perbedaan jenis kelamin dan sosial ekonomi.

3. Perkembangan Kognitif

Tahun pertama kehidupan anak, merupakan pondasi penting terhadap perkembangan


bicara anak. Kemampuan bahasa merupakan indikator penting dalam tahap perkembangan anak,
karena sensitif terhadap keterlambatan dan kemampuan lain seperti kemampuan kognitif.
Perkembangan kognitif terdiri dari perkembangan bahasa dan visual-motor. Tiga komponen
utama dari perkembangan kognitif adalah atensi, pengolahan informasi dan memori.2-4 Anak
dengan gangguan perkembangan akan mengalami kesulitan dalam mempelajari hal-hal baru,
berkomunikasi dengan orang lain (menyampaikan perasaan dan kebutuhannya) dan memiliki
teman baru dan berinteraksi dengan orang lain. Penelitian yang dilakukan oleh Scheffler et al.,
pada tahun 2008 menyatakan gangguan perkembangan pada anak sebanyak 8% merupakan
gangguan komunikasi dan gangguan kognitif.

Kemampuan kognitif anak tidak terlepas dari pertumbuhan otak. Pertumbuhan otak
tercepat terjadi pada trimester ketiga kehamilan sampai 2 tahun pertama setelah lahir.
Pembelahan sel-sel otak yang pesat berupa laju proliferasi neuron, pertumbuhan dan diferensiasi,
mielinisasi dan sinaptogenesis terjadi pada fase ini atau 1000 hari pertama kehidupan. Delapan
puluh persen perkembangan otak sudah terjadi pada usia 2 tahun, sehingga nutrisi dan stimulasi
yang baik pada tahun ini berperan penting terhadap kemampuan kognitif seorang anak.
Perkembangan bahasa pada usia bawah lima tahun (balita) akan berkembang sangat aktif dan
pesat. Keterlambatan bahasa pada periode ini, akan dapat menimbulkan berbagai masalah dalam
proses belajar.

Pertumbuhan dan perkembangan seorang anak tidak terlepas dari peran orangtua dan
keluarga dalam memberikan pengasuhan dan pendidikan pada anak di rumah. Saat ini masalah
8
perekonomian menyebabkan banyak orangtua untuk bekerja, sehingga waktu yang diberikan
kepada anak untuk memberikan kasih sayang, pengasuhan dan pendidikan akan berkurang.

4. Perkembangan Bahasa

Proses dari berbahasa akan diikuti dengan proses berbicara. Dalam proses berbahasa
diperlukan penggunaan tanda-tanda dalam sebuah tatabahasa yang biasanya disebut dengan
struktur aturan ataupun pola dalam kalimat. Proses berbahasa tersebut akan dapat dimengerti
ketika ungkapan dari perbendaharaan kata yang disampaikan jelas. Penguasaan perbendaharaan
kosa kata sangat berpengaruh dalam proses berbicara. Jika, anak belum menguasai
perbendaharaan kosa kata dalam berbicara, maka anak tidak dapat melakukan proses berbicara.
Enny Zubaidah mengungkapkan ada dua bentuk proses yang menentukan kesiapan anak dalam
berbicara, yaitu:

(1) perkembangan kognitif dan

(2) perkembangan bahasa.

Perkembangan kognitif merupakan adanya proses keseimbangan dan ketidak seimbangan yang
berlangsung secara terus menerus. Dalam proses perkembangan kognitif memiliki beberapa
tahap yang harus dilalui seperti tahap sensori motor, preoperasional, operasional konkret, dan
operasional formal. Dalam tahap perkembangan kognitif akan diikuti dengan perkembangan
bahasa anak. Sedangkan, perkembangan bahasa anak akan ditempuh dengan cara yang sistematis
dan berkembang bersama dengan pertambahan usia anak. Dewi Pangastuti mengutarakan
perkembangan bahasa pada anak dibagi dalam dua periode besar, yaitu:

(1) periode Prelinguistik (0-1 tahun),

(2) periode Linguistik (1-5 tahun).

Pada periode Prelinguistik anak masih berada pada rentan usia 0 sampai 1 tahun. Pada
masa usia tersebut anak memiliki suara pertama yang dikeluarkan, seperti: a, e, i, o, u (huruf
vocal) dan b, p, n, k, r (huruf konsonan). Sementara untuk periode Linguistik anak sudah
memiliki kemampuan lebih dalam mengucapkan kata-kata yang pertama untuk menyatakan
pikiran anak secara kompleks.

Periode linguistik terbagi dalam tiga fase besar, yaitu:

(1) Fase satu kata atau Holofrase,

(2) lebih dari satu kata

3) fase diferensiasi.

9
Dalam meningkatkan kemampuan berbahasa pada anak usia dini dibutuhkan kegiatan yang dapat
merangsang kemampuan berbahasa anak, seperti stimulasi dan bimbingan yang akan
meningkatkan perkembangan bahasa anak sehingga menjadi dasar utama untuk perkembangan
pada bahasa anak yang selanjutnya

Adapun contoh kegiatan dalam pengembangan bahasa pada anak usia dini adalah
mendengarkan lagu danbernyayi. Menurut Farida, dkk., dalam Burhan mendengarkan adalah
suatu proses menangkap, memahami, dan mengingat dengan sebaikbaiknya apa yang
didengarnya atau sesuatu yang dikatakan oleh orang lain kepadanya. Melaui kegiatan
mendengarkan lagu, anak akan menangkap, memahami, dan mengingat kata demi kata pada saat
mendengarkan lagu tersebut. Sementara itu, Sihombing menyatakan bahwa bernyanyi
merupakan salah satu fungsi seni sebagai media komunikasi atau sarana dan cara untuk
berhubungan dengan anak. Dalam proses bernyanyi, anak-anak akan mencoba menirukan ucapan
dalam setiap kata. Oleh karena itu, anak-anak dapat meningkatkan perbendaharaan kata,
kreativitas serta kemampuan anak berimajinasi dapat mengembangkan daya pikir anak sehingga
perkembangan inteligensinya dapat berlangsung dengan baik.

Berdasarkan hasil pengamatan dari kegiatan belajar di Tempat Pendidikan Anak (TPA)
menunjukkan bahwa anak-anak di TPA masih merasa malu-malu dalam mengekspresikan dan
menyalurkan rasa senang ataupun kagum. Terlebih lagi, para pendidik hanya terfokus pada
memberikan beberapa macam permainan anak-anak yang menimbulkan efek anak-anak menjadi
pasif dalam mengekspresikan perasaan senang, lucu, dan kagum dalam kata-kata. Pada setiap
kegiatan mereka hanya disibukkan dengan permainan dan kurang berinteraksi dengan yang
lainya.

5. Perkembangan Sosial-Emosional

Perkembangan sosial emosional adalah suatu perkembangan yang sulit dipisahkan secara
tegas satu sama lainnya. Kelekatannya semakin kuat apabila ekspresi dari perpaduan keduanya
dimunculkan oleh anak-anak yang berada pada kelompok umur pra sekolah. Sulit ditentukan
faktor yang berpengaruh pada ekspresi seorang anak apakah akibat ketidakmampuan
bersosialisasi ataukah karena belum bisa mengendalikan emosinya. Misalnya, seorang anak
bermain bersama-sama dengan teman-temannya, tibatiba anak tersebut keluar dari kelompok
bermainnya dan mengadukan kepada pengasuhnya. Hal ini disebabkan karena anak tersebut
tidak mampu bersosialilasi ataukah anak tersebut tidak mampu mengendalikan emosinya

Perkembangan sosial adalah proses kemampuan belajar dan tingkah laku yang
berhubungan dengan individu untuk hidup sebagai bagian dari kelompoknya. Perkembangan
sosial anak dibentuk dari lingkungan sekitar, anak-anak diharapkan bisa bersosialisasi dengan
baik sesuai dengan tahap perkembangan di usianya, dan cenderung menjadi anak yang mudah
bergaul. Otak emosional berpusat di dalam sistem limbic. Sistem ini secara evolutif jauh lebih
tua daripada bagian cortex celebri karena sistem limbic tumbuh dan berkembang lebih awal dari

10
cortex celebri. Artinya, pada awalnya bagian otak yang pertama muncul adalah sistem libik.
Fungsi sistem limbic adalah pengaturan emosi. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan otak
manusia dimulai dengan pikiran emosional sebelum pikiran rasional berfungsi. Oleh karena itu,
otak anak-anak pada dasarnya adalah otak emosional, bukan otak rasional. Atas dasar ini,
pembelajaran yang efektif pada anak-anak adalah stimulasi emosionalitas, seperti memberikan
rasa gembira, semangat, antusias, dan lain-lain.

Ada beberapa keadaan emosi berikut ini yang mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial
anak, antara lain:

a. Emosi menambahkan rasa nikmat bagi pengalaman sehari-hari.

b. Emosi menyiapkan tubuh untuk melakukan tindakan.

c. Ketegangan emosi mengganggu keterampilan motoric.

d. Emosi merupakan suatu bentuk komunikasi.

e. Emosi mengganggu aktivitas mental.

f. Emosi merupakan sumber penilaian diri dan sosial.

g. Emosi mewarnai pandangan anak terhadap kehidupan.

h. Emosi mempengaruhi interaksi sosial.

i. Emosi memperlihatkan kesannya pada ekspresi wajah.

j. Emosi mempengaruhi susasan psikologis.

k. Reaksi emosional apabila diulang-ulang akan berkembang menjadi kebiasaan.

Faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial dan emosi anak usia dini adalah sebagai
berikut:

a. Faktor hereditas

Faktor hereditas merupakan karakteristik bawaan yang diturunkan dari orang tua biologis
atau orang tua kandung kepada anaknya. Faktor hereditas tersebut mempengaruhi kemampuan
intelektual yang salah satunya dapat menentukan perkembangan sosial dan emosi seorang anak.

b. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan diartikan sebagai kekuatan yang kompleks dari dunia fisik dan sosial
yang memiliki pengaruh terhadap susunan biologis serta pengalaman psikologis, termasuk
pengalaman sosial dan emosi anak sejak sebelum ada dan sesudah ia lahir.

11
Faktor lingkungan ini meliputi semua pengaruh lingkungan, termasuk didalamnya pengaruh-
pengaruh berikut ini:

1) Keluarga

Pola asuh ornag tua, sikap, serta situasi dan kondisi yang sedang melingkupi orang tua
dapat memberikan pengaruh terhadap perkembangan sosial dan emosi anak. Misalnya saja saat
orangtua menerapkan pola asuh otoriter terhadap anak. Pola asuh otoriter tersebut cenderung
memaksakan kepada anak untuk selalu menuruti perintah orang tuanya. Kecenderunga tersebut
menjadikan anak merasa tertekan yang pada akhirnya ia akan menjadi sosok anak yang menutup
diri da pergaulan orang lain

2) Sekolah

Sekolah merupakan lingkungan kedua bagi anak, disekolah anak berhubungan dengan
pendidik PAUD dan teman sebayanya. Pola asuh dan perilaku yang ditampilkan oleh pendidik
PAUD dihadapan anak dan juga perilaku teman sebayanya juga dapat memengaruhi
perkembangan sosial emosional seorang anak.

3) Masyarakat

Budaya, kebiasaan, agama, dan keadaan demografi pada suatu masyarakat diakui ataupun
tidak memiliki pengaruh dalam perkembangan sosial dan emosi anak usia dini. Misalnya,
seorang yang dibesarkan di perkotaan perkembangannya akan berbeda dengan anak yang
dibesarkan di pedesaan. Kebiasaan pada suatu masyarakat dapat memengaruhi cara belajar dan
hasil belajar anak, religiusitas suatu masyarakat juga akan sangat menentukan dalam
perkembangan sosial dan emosi anak usia dini.

c. Faktor umum

Faktor umum yang dapat memengaruhi perkembangan anak usia dini antara lain:

1) Jenis kelamin

Biasanya anak laki-laki cenderung akan mengatasi masalahnya dengan logika, sedangkan
anak perempuan cenderung mengatasi masalahnya dengan perasaan atau emosinya. Dalam
konteks pergaulan sosial, hal itu menjadikan nak perempuan lebih mudah berempati daripada
anak laki-laki.

2) Kelenjar gondok

Hasil riset dalam bidang endocrinology menunjukkan betapa vitalnya peranan yang
dimainkan kelenjar gondok terhadap perkembangan fisik motoric dan psikis, termasuk
perkembangan sosial dan emosi anak usia dini. Kelenjar gondok tersebut memengaruhi

12
perkembangannya, baik pada waktu sebelum lahirmaupun pada pertumbuhan dan perkembangan
sesudahnya.

3) Kesehatan

Anak yang kesehatan fisik dan psikisnya baik dan sempurna akan mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang memadai, termasuk perkembangan sosial dan emosinya.
Keadaan fisik dan psikis yang sempurna akan memudahkan seorang anak dalam bergaul dengan
orang lain. Perkembangan sosial emosional yang sehat pada anak hanya dapat terjadi jika anak
dekat dengan orang tua atau pengasuhnya. Seperti hubungan pendukung untuk mengembangkan
kepercayaan dan rasa percaya diri, kemampuan menjalin hubungan dengan orang lain, dan
menyelesaikan masalah serta kebutuhan untuk berhasil dalam pelajaran di sekolah dan
kehidupan.

6. Perkembangan Seni

Perkembangan seni anak usia 3-6 tahun yang mengkikuti kegiatan program TPA yaitu
dilihat dari antusiasme anak bersenandung ketika pembelajaran TPA dikaitkan dengan nyanyian
atau tepukan tangan. Anak akan bergerak dan bersenandung mengikuti ritme yang diketahui
anak. Kegiatan mewarnai kartu prestasi TPA juga merupakan salah satu wujud ekspresi
kreativitas anak.

Perkembangan seni anak akan mengalami peningkatan perkembangan seni ketika anak
dapat mengekspresikan kreativitasnya secara bebas melalui kegiatan bersenandung, menggambar
atau mewarnai, dan gerakan tubuh sesuai dengan irama.

Hurlock (1978) mengemukakan masa yang paling tepat dalam mempelajari keterampilan
motorik adalah masa kanak-kanak karena tubuh anak masih lentur.

2.2 Konsep Belajar Anak Di TPA

Pendekatan pembelajaran pada pendidikan anak usia dini baik pada satuan pendidikan
TK maupun di KB, TPA dan SPS lebih berorientasi pada pendekatan pembelajaran melalui
bermain, dimana dalam kegiatan belajar melalui bermain tersebut di tanamkan konsep-konsep
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang menitikberatkan pada peletakan dasar kearah
pertumbuhan dan perkembangan fisik, (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya
pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku
serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahaptahap perkembangan
yang dilalui oleh anak usia dini.

Keberhasilan pendidikan anak usia dini, menempatkan pendidik PAUD memiliki peran
strategis untuk menstimulasi sesuai dengan kebutuhan anak agar pertubuhan dan perkembangan
anak tercapai secara optimal. Oleh karena itu pendidik pada Pendidikan Anak Usia Dini

13
(PAUD), perlu ditingkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya untuk mendukung
profesionalisme sehingga diharapkan para pendidik mampu memfasilitasi dalam melaksanakan
proses pembelajaran berdasarkan perkembangan anak, dengan tepat sesuai tahap-tahap
perkembangannya. Mensikapi konsep pemikiran tersebut, maka pembelajaran yang tepat
dilaksanakan di lembaga PAUD, yaitu pembelajaran yang berbasis edutainment.

1. Konsep pembelajaran edutainment

Konsep pembelajaran edutainment merupakan pembelajaran yang menyenangkan, merangsang


anak untuk bereksplorasi dan berimajinasi.

a. Konsep Dasar edutainment

Edutainment terdiri dari dua kata education dan entertainment, education artinya
pendidikan dan entertainment artinya hiburan. Dilihat dari segi bahasa edutainment artinya
pendidikan yang menyenangkan. Atau proses pembelajaran yang didesain dengan memadukan
antara muatan pendidikan dan hiburan secara harmonis, sehingga aktivitas pembelajaran
berlangsung dengan menyenangkan (Hamruni: 2009).

Merujuk pengertian edutaiment tersebut diatas maka tujuan pendekatan edutaiment dalam
pembelajaran tidak lain adalah agar pembelajaran terasa menyenangkan, sehingga peserta didik
merasa nyaman, aman, enjoy, santai dan kelas tidak terasa tegang, menakutkan, tidak nyaman,
terancam, dan atau tertekan. Edutaiment sebagai proses pembelajaran yang didesain dengan
memadukan antara muatan pendidikan dan hiburan secara harmonis, sehingga aktivitas
pembelajaran berlangsung dengan menyenangkan. Konsep edutainment menawarkan berbagai
strategi dan metode pembelajaran yang menarik, kreatif, inovatif, dan menyenangkan. Konsep
dan metode edutainment ialah menciptakan suasana pembelajaran di mana anak didik dibuat
senyaman mungkin dan senang terhadap apa yang diajarkan oleh sang guru (pengajar).

b. Prinsip Edutainment

Berpijak dari konsep edutainment yaitu menciptakan suasana pembelajaran yang


kondusif, nyaman dan menyenangkan terhadap apa yang diajarkan oleh guru (pendidik),
berdampak positif bagi perkembangan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran yang
diberikan. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal, pendidik harus memperhatikan
prinsip-prinsip pembelajaran edutaiment. Adapun prinsip-prinsip pembelajaran edutainment
menurut Suyadi (2010:228) adalah;

1. Menjembatani proses belajar dan proses mengajar, yang diharapkan dapat meningkatkan
hasil belajar.
2. Pembelajaran edutainment berlangsung dalam suasana kondusif dan menyenangkan yang
didasari 3 asumsi:

14
a) Perasaan gembira akan mempercepat pembelajaran, sedangkan perasaan negative,
seperti terancam, takut, sedih, merasa tidak mampu akan memperlambat belajar bahkan
menghentikannya.
b) Jika seseorang menggunakan potensi nalar dan emosinya secara jitu, maka akan
menghasilkan lompatan prestasi belajar.
c) Dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat yang mengakomodir gaya dan
keunikan belajar siswa, maka belajar akan dapat dioptimalkan.
3. Menempatkan anak sebagai pusat sekaligus subyek pendidikan. Pembelajaran diawali
dengan menggali dan memahami kebutuhan anak.
4. Pembelajaran yang lebih humanis.

c. Pendekatan Belajar Edutainment

Banyak guru dalam memaknai sebuah proses belajar mengajar yang sukses adalah
dimana didalam kelas para peserta didik dapat duduk dengan tenang, mendengarkan, tidak ramai
sendiri, tidak berisik, tidak banyak gerak kesana kemari, dan guru bisa mengajarkan dengan
keadaan hening. Pembelajaran model diatas mengandung dua dampak positif maupun negative.
Dampak positifnya bagi anak dengan tipe auditorial dan visual keadaan tenang di kelas baik
karena akut sama gurunya karena kewibawaan gurunya akan membantu mereka dapat belajar
dengan tenanag, tapi bagi siswa yang memiliki tipe belajar kinestetik pembelajaran model seperti
itu akan memenjarakan kreatifitas anak.

Dampak negatifnya pembelajaran seperti ini akan memenjarakan kreartifitas semua


peserta didik seperti takut bertana, gerak sedikit dimarahai, takut berbeda dengan pendapat guru,
anak-anak merasa tertekan di dalam kelas. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan
tersebut terjadi pada diri anak, maka pendidik PAUD harus memahami karakteristik Anak:

1. Anak bukan miniatur orang dewasa


2. Anak masih dalam tahap berkembang
3. Setiap anak unik
4. Dunia anak adalah dunia bermain
5. Anak belum tahu benar salah
6. Setiap karya anak berharga
7. Setiap anak butuh rasa aman.

Karakteristik anak tersebut sebagai pijakan pendidik dalam menetapkan tujuan pembelajaran,
metode pembelajaran, dan materi pembelajaran. Eric Jensen (Hamruni, 2009) menyatakan bahwa
tiga unsur utama yang mempengaruhi proses belajar adalah keadaan, strategi dan isi, keadaan
menciptakan suasana yang tepat untuk belajar, strategi menunjukan gaya atau metode dan isi
adalah topiknya. Ketiga untur tersebut harus mendukung terwujudnya sebuah pembelajaran yang

15
menyenangkan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengkondisikan ketiganya dalam proses belajar
mengajar.

Dalam pembelajaran anak usia dini lebih mengarah pada pembentukan karakter anak
berupa kemandirian, mampu mengolah kreatifitas dan keterampilan mengolah da
mengembangkan motoriknya. Ada enam aspek yang harus dikembangkan yaitu moral agama,
social emosional, kognitif, motoric, Bahasa dan seni. Ke enam aspek tersebut merupakan satu
kesatuan (terpadu) yang harus dicapai dalam setiap pembelajaran. Dimana dalam penerapannya
dilakukan bersama yang melibatkan guru dengan siswanya, sebagaimana pendapat Kemp (1995)
menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Dalam metode pembelajaran edutainment, terdapat beberapa pendekatan belajar yaitu Somatik,
Auditori, Visual dan Intelektual atau lebih dikenal dengan istilah SAVI merupakan akronim dari
somatic, Auditori, visual dan intelektual. Ke empat cara belajar ini harus ada agar berlangsung
optimal. Karena unsur-unsur ini semuanya terpadu, belajar yang paling baik bisa berlangsung
jika semuanya itu digunakan secara simultan. Adapun dalam pengelolaan dengan menggunakan
cara belajar SAVI ini, yaitu:

1. Cara Belajar Somatic.

Cara belajar somatic adalah pola pembelajaran yang lebih menekankan pada aspek gerak
tubuh atau belajar dengan melakukan atau berbuat. Menurut Rusman, (2012:373) somatic
diartikan belajar dengan bergerak atau berbuat (hands-on). Siswa belajar dengan cara mengalami
dan melakukan suatu hal. Sehingga pembelajaran somatic adalah pembelajaran yang
memanfaatkan dan melibatkan tubuh (indera peraba, kinestetik, melibatkan fisik)

2. Cara Belajar Auditori.

Auditori dikenal dengan istilah “Learning By Talking And Learning”. yaitu cara belajar
yang menekankan pada aspek pendengaran. Penerapan cara belajar auditori, yaitu mengajak
mereka membicarakan apa yang sedang mereka pelajari. Anak atau peserta didik diminta untuk
menterjemahkan pengalaman mereka dengan suara, atau dengan membaca keras-keras secara
dramatis. Dengan cara ini setidaknya siswa lebih mudah mengingat dan dapat belajar dengan
cepat jika materinya disampaikan secara belajar auditori. Karena dengan belajar auditori dapat
merangsang kortes (selaput otak), indera dan motor (serta area otak lainnya) untuk memadatkan
dan mengintegrasikan pembelajar (siswa).

3. Cara belajar visual.

Visual disini diartikan belajar dengan mengamati dan menggambarkan atau disebut
dengan istilah “Learning by Observing and Picturing”. Cara belajar Visual dapat diartikan
belajar dengan menggunakan indera pengelihatan dengan cara mengamati dan menggambarkan.
Adapun cara belajarnya yaitu belajar yang menekankan pada aspek penglihatan. Peserta didik

16
akan cepat menangkap materi pelajaran jika disampaikan dengan tulisan atau melalui gambar.
Visual mencakup melihat, menciptakan dan mengintegrasikan segala macam citra komunikasi
visual lebih kuat dari pada komunikasi verbal karena manusia mempunyai lebih banyak peralatan
di kepala mereka untuk memproses informasi visual dari pada indera lainnya.

4. Cara belajar intelektual

Intelektual juga disebut dengan “Learning By Program And Reflecting” maksudnya yaitu
belajar dengan pemecahan masalah. Jadi cara belajar intelektual adalah cara belajar yang lebih
menekankan pada aspek penalaran atau logika. Dan peserta didik akan cepat menangkap materi
jika pembelajaran dirancang dengan menekankan pada aspek mencari solusi pemecahan. Meier,
(2009:95). Intelektual berarti belajar dengan menggunakan kemampuan berfikir (minds-on)
yakni dengan cara memecahkan masalah dan merenung atau belajar dengan memecahkan
masalah dan mencerminkan. Tindakan pembelajar yang menggunakan kecerdasan dan pikiran
mereka secara internal untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan,
makna, dan nilai dari pengalaman.

d. Aplikasi Edutainment

Pembelajaran berbasis edutainment didesain dengan aplikasi di dalam proses belajar


mengajar baik dalam kelas (indoor learning) maupun di luar kelas (outdoor learning), baik
hiburan dengan nyanyian, brain gym, music, out bond ataupun menggunakan metode metode
pembelajaranran yang menyenangkan, seperti diskusi, cerdas cermat. Tujuan Pembelajaran
berbasis edutainment adalah agar pembelajaran terasa menyenangkan, sehingga peserta didik
merasa nyaman, aman, enjoy, santai dan kelas tidak terasa tegang, menakutkan, tidak nyaman,
terancam, tertekan.

2. Konsep pembelajaran berbasis alam

Pembelajaran berbasis alam adalah pandangan bahwa kegiatan pembelajaran dapat


membantu anak mengembangkan berbagai potensi perkembangan yang dipergunakan untuk
beradaptasi secara kreatif dengan lingkungan alam. Kegiatan pembelajaran menggunakan
lingkungan alam dengan variasi untuk memenuhi kebutuhan perkembangan anak usia dini.
Pembelajaran berbasis alam akan membantu menumbuhkan otoaktivitas dan autoactivity
(aktivitas yang tumbuh dari dalam diri) anak sehingga dimungkinkan terjadi proses active
learning (belajar secara aktif). Lingkungan alam akan memberikan sejumlah pengalaman belajar
langsung (real learning) dan atau pembelajaran secara nyata (real instructions).

Konsep pembelajaran berbasis alam akan memberikan suasana atau kesempatan pada
anak untuk mengembangkan kepekaan, kepedulian atau sensitivitas terhadap berbagai kondisi
lingkungan alam. Pembelajaran berbasis alam akan membantu anak memperoleh proses dan hasil
belajar yang bermakna (meaningfull learning) serta pembelajaran yang fungsional praktis
(practical and functional intruction). Melalui pembelajaran berbasis alam, anak dapat

17
menemukan, memahami dan menerapkan secara langsung proses belajar pada berbagai aspek
dalam kehidupan secara nyata. Dengan demikian, anak dapat memaknai bahwa belajar tentang
berbagai hal akan memiliki makna dalam kehidupan kini maupun di masa yang akan datang
(Septiani Nifa, 2016). Sama halnya dilakukan oleh (Aprilia & Trihantoyo, 2018) dalam
penelitiannya menyebutkan bahwa model pembelajaran berbasis alam dalam membentuk
karakter siswa cinta lingkungan dan berbasis religi islami meliputi:

(1) penyusunan model pembelajaran berbasis alam.

(2) model pembelajaran yang digunakan yaitu model belajar bersama alam (BBA), model
kooperatif kelompok, model kontektual, model inkuiri, dan model eksperimen,

(3) evaluasi model pembelajaran dilakukan setiap satu minggu sekali untuk memperbaiki proses
belajar mengajar.

3. Konsep pembinaan akhlak

Adapun konsep pembinaan akhlak yang perlu diperhatikan terhadap anak-anak TPA yaitu
mengenai akhlak terhadap keluarga dan akhlak dalam berperilaku sosial:

1. Akhlak dalam keluarga

Akhlak yang baik terhadap keluarga yang paling utama yaitu kepada kedua orang tua,
dengan menghormati dan menyayangi mereka dengan berlaku sopan santun dan berbakti kepada
keduanya dalam keadaan hidup dan dalam keadaan sudah meninggal dunia. Kemudian berakhlak
baik kepada saudara yaitu dengan berlaku baik, saling melindungi, saling menasehati, saling
memaafkan, memiliki kasih sayang dan memiliki rasa peduli terhadap saudara baik kakak
maupun adik serta sepupu dan kerabat-kerabat.

2. Akhlak dalam berperilaku sosial

Perilaku sosial seseorang merupakan sifat relatif untuk menanggapi orang lain dengan
cara-cara yang berbeda-beda. Misalnya dalam melakukan pekerjaan dengan tekun, sabar dan
selalu mementingkan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadinya. Adapun akhlak yang
baik dalam berperilaku sosial terkhusus anak-anak yaitu Pertama dalam hal pertemanan yaitu
saling menghargai sesama teman, saling membantu, menasehati, saling mendukung dalam hal
kebaikan dan menghindari perdebatan yang dapat menimbulkan perkelahian. Kedua dalam hal
menghormati orang yang lebih dewasa darinya, berperilaku dan berkata sopan serta memiliki
rasa kepedulian terhadap sesama manusia, bersikap jujur dan pemaaf.

2.3 Tujuan Dan Proses Perkembangan Anak Di TPA

Tujuan kegiatan pembelajaran di TPA adalah untuk membantu anak mengembangkan


sikap, pengetahuan, keterampilan, daya cipta yang diperlukan anak dalam menyesuaikan diri

18
dengan lingkungannya serta pertumbuhan dan perkembangannya selanjutnya dan untuk
mempersiapkan anak memasuki pendidikan selanjutnya.

1. Perkembangan fisik

Umur 2 sampai 6 tahun adalah anak usia dini (early childhood) atau tahun-tahun
prasekolah atau masa menjalani pendidikan anak usia dini PAUD, baik formal maupun non
formal. Pendidikan anak usia dini PAUD merupakan upaya pembinaan dan pengembangan yang
ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun.Di dalam undang-undang nomor
20 tahun 2003 tentang sisdiknas disebutkan bahwa PAUD diselenggarakan sebelum jenjang
pendidikan dasar. PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, non formal, dan
atau informal. PAUD pada jalur pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak TK Raudhatul
Athfal RA atau bentuk lain yang sederajat. PAUD pada jalur pendidikan non formal berbentuk
kelompok bermain KB, tempat penitipan anak TPA atau bentuk lain yang sederajat titik PAUD
pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang
diselenggarakan oleh lingkungan.

Meskipun perkembangan fisik pada anak-anak prasekolah sangat dramatis perkembangan


itu cenderung lebih lambat dan lebih stabil dibandingkan dengan pada masa bayi titik beberapa
pengaruh penting pada perkembangan fisik selama masa prasekolah adalah perubahan
kemampuan otak keterampilan motorik kasar dan halus serta kesehatan anak.

2. Perkembangan otak

Perkembangan otak dan sistem saraf pada anak usia dini juga terus berlangsung dramatis.
Otak dan sistem saraf anak-anak berkembang lebih baik disertai dengan perkembangan perilaku
dan kognitif yang lebih kompleks. Otak manusia terdiri dari dua bagian, yaitu belahan otak
kanan dan otak kiri yang bersifat lateral. Lateralisasi mengacu pada lokalisasi berbagai macam
fungsi kompetensi, dan keterampilan dalam salah satu atau kedua belahan otak. Secara khusus
bahasa, menulis, logika, dan keterampilan matematika tampaknya terletak di belahan otak kiri
sedangkan kreativitas, fantasi, artistik, dan keterampilan musik tampaknya terletak di belahan
otak kanan. Meskipun belahan mungkin memiliki fungsi yang terpisah, massa otak ini hampir
selalu mengkoordinasi sikan fungsi dan bekerja sama.

Kedua belahan otak berkembang dengan kecepatan yang berbeda titik belahan otak kiri
berkembang lebih penuh pada anak usia dini umur 2 sampai 6 tahun dan belahan otak kanan
lebih lengkap dalam pengembangan masa kanak-kanak tengah usia 7 hingga 11 tahun. Otak
kiriman dominasi awal perkembangan dan lebih lama. Inilah yang mungkin bisa menjelaskan
mengapa anak-anak mampu mengakuisisi bahasa sangat dini dan cepat. Aspek lain dari
perkembangan otak adalah kidal atau preferensi untuk menggunakan satu tangan lebih dominan
daripada yang lain atau handedness. Kapasitas tangan tampaknya sangat dibentuk oleh masa
kanak-kanak menengah.

19
Sekitar 90% dari populasi umum adalah "kidal" atau preferensi menggunakan satu tangan
lebih dominan daripada yang lain sedangkan sisanya adalah orang yang tidak menunjukkan
preferensi satu tangan lebih dominan dibandingkan dengan yang lain atau ambidextrous. Orang
disebut ambidextrous jika dia tidak menunjukkan preferensi kekuatan tangan yang satu di atas
kekuatan tangan yang lain. Biasanya, ambidextrous dikaitkan dengan dominasi otak kiri dan
handedness dengan dominasi otak kanan.

3. Perkembangan kognitif

Menurut piaget perkembangan kognitif terjadi antara umur 2 dan 7 tahun sebagai tahap
pra operasional. Pada tahap ini, anak-anak meningkatkan penggunaan bahasa dan simbol lainnya
mereka meniru perilaku dan permainan orang dewasa. Anak-anak mengembangkan daya tarik
dengan bahasa atau kata-kata baik dan buruk. Anak-anak juga memainkan permainan membuat-
percaya menggunakan kotak kosong sebagai mobil, bermain dalam keluarga dengan saudara dan
memelihara persahabatan imajiner dalam hal apa yang anak-anak tidak bisa lakukan.

Setelah melewati masa pra operasional, anak memasuki fase operasional. Diaget
menggunakan istilah operasional untuk mengacu pada kemampuan reversible bahwa anak-anak
belum berkembang. Dengan reversible, viet menyebut tindakan mental atau fisik yang bisa
berulang atau menggunakan cara lain yang mirip yang berarti bahwa mereka dapat menggunakan
lebih dari satu cara atau arah.

Berbeda dengan teori piaget mengenai oegosentrisme masa kanak-kanak, studi yang
sama menunjukkan bahwa anak-anak dapat dan melakukan sesuatu berkaitan dengan kerangka
acuan orang lain. Anak berusia dua atau tiga tahun, misalnya, telah menunjukkan kemampuan
untuk memodifikasi lisan mereka dalam upaya berkomunikasi dengan lebih jelas dengan anak-
anak muda. Penelitian john flavell menyarankan bahwa kemajuan anak prasekolah melalui dua
tahap empati atau berbagai perspektif. Pada tingkat pertama, sekitar usia 2 sampai 3 tahun, anak
memahami bahwa orang lain memiliki pengalaman mereka sendiri titik pada tingkat kedua,
sekitar umur 4 sampai 5, anak-anak menafsirkan pengalaman orang lain, termasuk pikiran dan
perasaan mereka titik pergeseran dalam perspektif ini adalah indikasi perubahan kognitif pada
tingkat pertama, anak berfokus pada penampilan, pada tingkat kedua pada realitas saat mereka
memahaminya. Oleh karena itu, anak-anak muda mengembangkan kognisi sosial atau
mengetahui dunia sosial mereka, namun mungkin belum menghasilkan pemahaman.

4. Pengembangan kepribadian

Kepribadian meliputi ciri-ciri psikologis yang stabil yang mendefinisikan bahwa setiap
manusia merupakan pribadi unik. Baik anak-anak maupun orang dewasa memiliki ciri-ciri
kepribadian (karakteristik jangka panjang seperti temperamen) dan sikap dasar (karakteristik
yang berubah, seperti kemurungan).

20
Dalam analisis akhir, tidak ada perspektif sendiri yang cukup bisa menjelaskan proses
kompleks pengembangan kepribadian titik kombinasi pengaruh psikososial, orang tua, dan
biologislah yang mungkin bertanggung jawab untuk penentuan sifat-sifat utama manusia dan
kebiasaannya.

5. Perkembangan sosial

Perkembangan sosial adalah proses kemampuan belajar dan tingkah laku yang
berhubungan dengan individu untuk hidup sebagai bagian dari kelompoknya. Perkembangan
sosial anak dibentuk dari lingkungan sekitar, anak-anak diharapkan bisa bersosialisasi dengan
baik sesuai dengan tahap perkembangan di usianya, dan cenderung menjadi anak yang mudah
bergaul.

Perkembangan sosial pada anak-anak di taman penitipan anak bisa terjadi dengan baik
karena adanya pembelajaran tentang kehidupan sehari- hari, memperkuat atau menambahkan
pengasuhan kepada anak-anak sebagaimana yang mereka lakukan dan mereka alami selama
berada di rumah. Ketika anak-anak dititipkan di taman penitipan anak, anak-anak menunjukkan
adanya perubahan pola perilaku yang lebih baik khususnya dalam hal perkembangan sosial.
Perkembangan sosial anak usia dini di taman penitipan anak mulai terbentuk seiring dengan
aktivitas dan perilaku sosialisasinya selama berada di TPA tersebut, Faktor pemicu
perkembangan sosial anak-anak adalah lingkungan tempat mereka dititipkan atau tumbuh
kembangnya, teman sebaya, dan peran penting dari orang tua yang ditambahkan dengan asuhan
dari pengasuh TPA. Anak-anak yang masih membutuhkan perhatian, selama di TPA dapat
mendapatkan apa yang mereka butuhkan

Faktor lain yang sangat berpengaruh adalah dukungan dari orangtua dan lingkungan
sekitar untuk memberikan contoh dan pembelajaran tentang kehidupan di masa tumbuh
kembangnya saat ini secara baik dan benar, sementara untuk tahapan perkembangan sosial yang
sering muncul pada anak usia dini yanng dititipkan di taman penitipan anak mencakup
penyesuaian dirinya dengan lingkungan, dan bagaimana interaksi yang baik dengan lingkungan
untuk mendapatkan bentuk perilaku yang baik dalam bersosialisasi.

21
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari
proses kematangan dan pengalaman. Salah satu tugas perkembangan adalah mengembangkan
motorik anak (baik itu motorik kasar maupun motorik halus) sesuai dengan pertumbuhan
usianya.Berbagai aspek perkembangan yang melingkupi perkembangan anak usia dini antara lain
aspek perkembangan nilai agama dan moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional,
dan seni. Enam aspek tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat berdiri sendiri dan
memiliki saling keterkaitan.

Pendekatan pembelajaran pada pendidikan anak usia dini baik pada satuan pendidikan
TK maupun di KB, TPA dan SPS lebih berorientasi pada pendekatan pembelajaran melalui
bermain, dimana dalam kegiatan belajar melalui bermain tersebut di tanamkan konsep-konsep
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang menitikberatkan pada peletakan dasar kearah
pertumbuhan dan perkembangan fisik, (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya
pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku
serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahaptahap perkembangan
yang dilalui oleh anak usia dini.

Tujuan kegiatan pembelajaran di TPA adalah untuk membantu anak mengembangkan


sikap, pengetahuan, keterampilan, daya cipta yang diperlukan anak dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungannya serta pertumbuhan dan perkembangannya selanjutnya dan untuk
mempersiapkan anak memasuki pendidikan selanjutnya.

3.2 Saran

Demikianlah makalah yang kami buat, harapan dari pembuatan makalah ini adalah agar
kita semua bisa memahami dan menerapkan apa yang menjadi tujuan dari pembuatan makalah
ini. Apabila ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan sampaikan kepada kami.
Apabila ada terdapat kesalahan mohon dimaafkan dan dimaklumi, karena kami masih dalam
proses belajar.

22
DAFTAR PUSTAKA

Heni Puspita (Kelekatan Anak Dengan Pengasuh TPA)


(2019, hal 49-50)

Hasan Fauzi, Yusnita, Rita Kencana, Sutrianingrum, Nova adi kurniawan


(Perkembangan Motorik Anak Usia Dini Dengan Metode Bermain Di TPA Al-Ikhsan
Desa Belantaraya Kecamatan Gaung) (2022, hal 49-55)

Tatik Ariyanti (Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini Bagi Tumbuh Kembang Anak)
(2016, hal 56-57)

Ning Setio Wati (Pengaruh Stimulasi Mendengarkan Lagu Dan Bernyanyi Terhadap
Perkembangan Berbahasa Pada AUD) (2016, hal 77-79)

I Gusti Istri Agung Widnyani, I Gusti Ayu Trisna Windiani, I Gusti Agung Ngurah Sugitha
Adnyana, Soetjiningsih (Gambaran Perkembangan Kognitif Dan Bahasa Pada Anak
Usia Dibawah 3 Tahun Di TPA Kota Denpasar, Bali) (2020, hal 217)

Suci Midsyahri Azizah (Pengasuhan Demokratis Dalam Pengembangan Sosial Emosional AUD
Di TPA Ibunda Ponorogo) (2019, hal 13-18)

Desi Nurjayanti, Andriani Rahma Pudyaningtyas, Nurul Kusuma Dewi (Penerapan Program
TPA Untuk Anak Usia Dini) (2020, hal 185-194)

Santoso (Penerapan Konsep Edutainment Dalam Pembelajaran Di Pendidikan Anak Usia Dini)
(2018, hal 62-66)

Suparmiati, Lita Latiana, Kustiono (Pengembangan Layanan TPA Holistik Integratif Berbasis
Alam) (2022, hal 3015-3016)

Syamsiah (Konsep Pembinaan Akhlak Di TK-TPA AL-MANAR Dalam Pandangan Bimbingan


Konseling Islam Di Kelurahan Arateng Kabupaten Sidenreng Rappang) (2019, hal 16-
17)

Novan Ardy Wiyani, M.Pd.I (Konsep Dasar PAUD)


(2016, hal 32)

Prof. Dr. Sudarwan Danim (Perkembangan Peserta Didik)


(2017, hal 45-54)

Ayunda Jati Putri, Hermien Laksmiawati (Perkembangan Sosial AUD Di TPA Melati School
Ketintang Tengah-Surabaya) (2013, hal 5)

23

Anda mungkin juga menyukai