Anda di halaman 1dari 19

Makalah

“Mencari Aspek perkembangan anak, Menganalisis konsep belajar anak, Dan Mencermati
Tujuan Dan Proses Perkembangan Anak Di TPA”

Dosen Pengampuh : Sulastya Ningsih,M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 3

Regita Cahyani Maulida Sumah (153421057)

Nazma Putri Fadila Amu (153421071)

SriYupin Tangahu (153421066)

Yolanda Purnama Puangolo (153421104)

Kalsum (153421018)

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas makalah
kelompok 3 untuk memenuhu mata kuliah Pengembangan Program TPA dengan materi
“Mencari Aspek Perkembangan Anak Di TPA, Menganalisis Konsep Belajar Anak Di
TPA, Dan Mencermati Tujuan Serta Proses Perkembangan Anak Di TPA”

Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. oleh karena itu, kami mengharapkan
saran serta masukan yang membangun dari berbagai pihak. Kami berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Gorontalo,5 september 2022

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


(SISDIKNAS yang dimaksud dengan Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan
yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalan memasuki pendidikan lebih lanjut.

Penyelenggaraan Pendidikan bagi Anak Usia Dini dapat dilakukan dalam bentuk formal,
nonformal dan informal. Setiap bentuk penyelenggaraan memiliki kekhasan tersendiri. Berikut
ini akan dipaparkan bentuk penyelenggaraan pada jalur pendidikan formal, nonformal dan
informal.

Penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia dini pada jalur formal adalah Taman Kanak-
kanak (TK) atau RA dan lembaga sejenis. Penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia dini pada
jalur nonformal diselenggarakan oleh masyarakat atas kebutuhan dari masyarakat sendiri,
khususnya bagi anak-anak yang dengan keterbatasannya tidak terlayani di pendidikan formal
(TK dan RA). Pendidikan di jalur informal dilakukan oleh keluarga atau lingkungan. Pendidikan
informal bertujuan memberikan keyakinan agama menanamkan nilai budaya, nilai moral, etika
dan kepribadian, estetika serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

Taman Penitipan Anak (TPA) merupakan bentuk layanan dari Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) Non-Formal dalam upaya memenuhi kebutuhan pengasuhan, bimbingan,
pembinaan, pendidikan, dan sosial anak balita selama anak tidak dalam pengawasan orangtua
yang sibuk bekerja. TPA terus berkembang jumlahnya pada zaman sekarang dalam memfasilitasi
orangtua yang sibuk bekerja. Melalui TPA orangtua merasa terbantu dikarenakan di sana
terdapat pendidikan bagi anak yang dapat mengembangkan setiap perkembangan pada diri anak
melalui pembelajaran yang disesuaikan dengan usianya.

Taman Penitipan Anak (TPA) menerima pengasuhan dan pendidikan anak mulai dari usia
sejak lahir sampai usia enam tahun. TPA biasanya menampung anak usia sejak lahir sampai dua
tahun, untuk anak usia dua tahun sampai empat tahun di tempatkan pada Kelompok Bermain
(KB), dan sedangkan untuk anak usia empat tahun sampai enam tahun akan masuk dalam Taman
Kanak-kanak (TK). Usia lahir sampai usia dua tahun kemungkinan memiliki pembelajaran dalam
kelas yang masih fleksibel keberadaannya dan pengelolaannya. Berbeda halnya dengan usia tiga
tahun sampai enam tahun yang memerlukan pembelajaran yang sudah tersusun dengan baik.
TPA yang baik akan memenuhi persyaratan sebagai acuan orangtua dalam memilih sebuah TPA
untuk mengasuh dan memberikan pendidikan bagi anak-anak mereka. Terdapat enam indikator
sebagai standar kualitas di TPA ini; rasio anak dan pengasuh, tenaga pengasuh, kurikulum
kegiatan, lingkungan dan fasilitas, serta mitra dengan orangtua

Apabila orangtua ingin memilih TPA sebagai pilihan terbaiknya, maka paling tidak
terdapat lima indikator yang harus ada di dalam TPA seperti yang telah dijelaskan di atas.
Terutama adanya kurikulum kegiatan yang ada di TPA. Dengan adanya kurikulum kegiatan,
maka orangtua tidak akan khawatir terhadap pengembangan perkembangan anak mereka di TPA.
Kurikulum pada satuan PAUD merupakan kurikulum yang didesain dan dibuat oleh masing-
masing lembaga PAUD dalam merancang pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi
masing-masing lembaga dan kebutuhan peserta didiknya Kurikulum di TPA sangatlah penting
dalam mendesain pembelajaran yang disesuai dengan kebutuhan dan kondisi anak.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja pengertian Taman Penitipan Anak?
2. Apa fungsi dari Taman Penitipan Anak?
3. Bagaimana jenis-jenis layanan Taman Penitipan Anak?
4. Bagaimana prinsip-prinsip Taman Penitipan Anak?
5. Bagaimana Aspek perkembangan anak di Taman Penitipan Anak?
6. Bagaimana Konsep belajar anak di Taman Penitipan Anak?
7. Bagaimana Tujuan dan proses perkembangan anak di Taman Penitipan Anak?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian Taman Penitipan Anak
2. Untuk mengetahui fungsi Taman Penitipan Anak
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip Taman Penitipan Anak
4. Untuk mengetahui jenis-jenis layanan Taman Penitipan Anak
5. Untuk mencermati aspek perkembangan anak di Tempat Penitipan Anak
6. Untuk menganalisis konsep belajar anak di Taman Penitipan Anak
7. Untuk mencermati tujuan dan proses perkembangan anak di Taman Pentipan Anak
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Taman Penitipan Anak (Day Care)

Day Care atau sering disebut juga sebagai Taman Penitipan Anak (TPA), sesuai yang tertulis
pada Pedoman Teknik Penyelenggaraan Taman Penitipan Anak, (Jakarta:2010) adalah salah
satu bentuk PAUD pada jalur nonformal (PAUD nonformal) sebagai wahana kesejahteraan
yang berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk jangka waktu tertentu bagi anak yang orang
tuanya bekerja. Day care menyelenggarakan program pendidikan sekaligus pengasuhan dan
kesejahteraan sosial terhadap anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun (dengan
prioritas anak usia empat tahun ke bawah).

Menurut Patmonodewo (2003:77) Day care adalah salah satu sarana pengasuhan anak dalam
kelompok, biasanya dilakukan pada saat jam kerja. Day care adalah upaya untuk mengasuh
anak-anak yang kurang dapat menerima asuhan orang tua secara lengkap, bukan untuk
menggantikan tugas orang tua dalam mengasuh anak.

(Menurut Yulinda Hamdiani, dkk, 2020:283) pelayanan Taman Penitipan Anak dengan Full
Day Care merupakan pelayanan yang berdasarkan waktu seharian penuh. Dengan waktu
sehari penuh maka, pemenuhan kebutuhan anak digantikan sementara oleh lembaga oleh
karena itu pelaksanaan Full day care harus memperhatikan kebutuhan anak, minat anak dan
perkembangan pada anak.

William Stern (dalam Yulinda Hamdiani, dkk, 2020:283) dengan hukum konvergensi
(kerjasama) mengemukakan bahwa setiap perkembangan anak faktor hereditas atau endogen
dan faktor lingkungan atau eksogen/sosial itu harus saling bekerjasama. Kedua-duanya saling
teribat dan saling mempengaruhi yang melibatkan pembawaanya pada proses perkembangan
anak.

Taman Penitipan Anak (TPA) Taman Penitipan Anak (TPA) merupakan salah satu bentuk
lembaga PAUD pada jalur pendidikan non formal yang menyelenggarakan program
pendidikan sekaligus pengasuhan dan kesejahteraan sosial terhadap anak sejak lahir hingga
enam tahun.

2.2 Fungsi Taman Penitipan Anak

Fungsi Taman Penitipan Anak yang juga harus menyelenggarakan pendidikan diatur dalam
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada Bab VI,
Bagian Ketujuh, Pasal 28 dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini meliputi:

(1) jalur pendidikan formal (Taman Kanak-Kanak, Raudhatul Athfal, atau bentuk lain yang
sederajat);
(2) jalur pendidikan nonoformal (Kelompok Bermain, Taman Penitipan Anak, atau bentuk
lain yang sederajat);

(3) jalur pendidikan informal (Pendidikan Keluarga atau Pendidikan yang diselenggarakan
oleh lingkungan). Pendidikan anak usia dini sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pendidikan nasional harus mengacu pula pada pendekatan ilmiah berdasarkan prinsip-prinsip
tumbuh kembang anak. Terkait dengan hal tersebut, penyelenggaraan pendidikan usia dini,
termasuk di Taman Penitipan Anak, minimal harus berpedoman pada “Tempa, Asah, Asih,
Asuh”. Tempa diartikan sebagai gemblengan atau latihan yang dilakukan secara berulang-
ulang. Hal ini sesuai dengan cara kerja otak, dimana synape-synape yang tidak distimulasi
akan menyusut kemudian mati. Pengulangan perlu dilakukan agar synape-synape otak anak
semakin kuat dan bersifat menetap. Asah dimaksudkan agar anak usia dini memiliki kondisi
intelektual yang berkembang, sehat, dan berkualitas. Hal ini dapat dilakukan melalui
pendidikan untuk menumbuhkembangkan potensi, minat, bakat, apresiasi, persepsi, dan
kreativitas intelektualnya secara berkelanjutan dan prospektif. Asih pada dasarnya merupakan
pendamping dan perlindungan anak usia dini, sebagai upaya mewujudkan dan menjamin
pemenuhan kebutuhan anak, hak kelangsungan hidup, emansipasi, hak tumbuh kembang, hak
mendapat perlindungan dari pengaruh kekerasan dan segala bentuk eksploitasi, serta hak
untuk berpartisipasi secara penuh, termasuk pemanfaatan waktu luang. Asuh mengandung arti
menjaga dan membimbing anak agar dapat mandiri. Menjaga dan membimbing anak tidak
dapat dilepaskan dari proses mendidik anak agar mereka memiliki kemampuan sesuai dengan
potensi mereka

Sasaran program Taman Penitipan Anak adalah anak usia 0-6 tahun, khususnya anak yang
orangtuanya berhalangan atau tidak memiliki waktu cukup dalam mengasuh dan mendidik
anaknya karena keberja di luar rumah atau sebab lain.

1) Peyelenggaraan Pendidikan

Taman Penitipan Anak dapat diselenggarakan oleh perorangan, organisasi kemasyarakatan


atau yayasan, dengan persyaratan minimal:

(a) ada peserta didik yang sekurang-kurangnya berusia tiga bulan sampai enam tahun dan
berjumlah lima orang atau lebih (kecuali anak yang berkebutuhan khusus);
(b) tersedia prasarana berupa gedung (ruangan-ruangan) dan sarana pendidikan;
(c) tersedia kurikulum (Acuan Menu Pembelajaran) untuk anak usia dini yang dikeluarkan
oleh Depdiknas;
(d) tersedianya pendidik dan tenaga kependidikan yang melaksanakan proses pendidikan; dan
(e) tersedianya sumber dana yang mencukupi.

2.3 Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan Day Care (TPA)


Untuk mendukung mewujudkan anak usia dini yang berkualitas, maju, mandiri,
demokrasi, dan berprestasi, maka prinsip filsafat pendidikan di TPA dapat dirumuskan
menjadi: Tempa, Asah, Asih, Asuh.

1. Tempa

Tempa dimaksudkan untuk mewujudkan kualitas fisik anak usia dini melalui upaya
pemeliharaan kesehatan, peningkatan mutu gizi, olahraga yang teratur dan terukur, serta
aktivitas jasmani sehingga anak memiliki fisik kuat, lincah, daya tahan dan disiplin tinggi,

2. Asah
Asah berarti memberi dukungan kepada anak untuk dapat belajar melalui bermain agar
memiliki pengalaman yang berguna dalam mengembangkan seluruh potensinya. Kegiatan
bermain yang bermakna, menarik, dan merangsang imajinasi, kreativitas anak untuk
melakukan, mengekplorasi, memanipulasi, dan menemukan inovasi sesuai dengan minat
dan gaya belajar anak.
3. Asih
Asih pada dasarnya merupakan penjaminan pemenuhan kebutuhan anak untuk
mendapatkan perlindungan dari pengaruh yang dapat merugikan pertumbuhan dan
perkembangan, misalnya perlakuan kasar, penganiayaan fisik dan mental dan ekploitas.
4. Asuh
Melalui pembiasaan yang dilakukan secara konsisten untuk membentuk perilaku dan
kualitas kepribadian dan jati diri anak dalam hal:
a. Integritas, iman, dan taqwa.
b. Patriotisme, nasionalisme dan kepeloporan.
c. Rasa tanggung jawab, jiwa kesatria, dan sportivitas.
d. Jiwa kebersamaan, demokratis, dan tahan uji.
e. Jiwa tanggap (penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi), daya kritis dan
idealisme.
f. Optimis dan keberanian mengambil resiko.
g. Jiwa kewirausahaan, kreatif dan profesiona

2.3 Jenis-jenis layanan Taman Penitipan Anak

Anak yang diprioritaskan mendapatkan layanan TPA adalah anak yang berusia 4 tahun ke
bawah. Adapun beberapa jenis layanan TPA antara lain:

1) TPA Perluasan, yaitu penambahan program layanan pengasuhan pada Kelompok


Bermain (KB) atau Taman Kanak kanak (TK) dan Raudhatul Athfal (RA) sehingga
menjadi program Taman Penitipan Anak (TPA) tanpa menghilangkan program layanan
awalnya. Tujuan dari penyelenggaraan program TPA perluasan antara lain:
a) Meningkatkan intensitas layanan pengasuhan, pendidikan, perawatan, perlindungan,
dan pemenuhan hak-hak anak khususnya anak yang kedua orang tuanya bekerja di luar
rumah.
b) Menyediakan acuan bagi pengelola KB dan TK/RA yang akan memberikan
penambahan layanan pengasuhan pada programnya.
c) Meningkatkan kualitas layanan TPA perluasan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.

2) TPA Berbasis Perkebunan, yaitu layanan pendidikan sekaligus pengasuhan dan


kesejahteraan sosial kepada anak sejak lahir hingga usia 6 tahun yang dilaksanakan di
daerah perkebunan. Tujuan dari penyelenggaraan program TPA berbasis perkebunan
adalah untuk memberikan layanan yang terkait dengan pemenuhan hak-hak anak untuk
tumbuh dan berkembang, mendapatkan perlindungan dan kasih sayang. serta hak untuk
berpartisipasi dalam lingkungan sosialnya yang secara terpaksa ditinggal oleh orang tua
karena pekerjaannya di perkebunan.

3) TPA Temporer, yaitu satuan layanan PAUD non formal yang hanya memberikan
layanan pengasuhan kepada anak yang dititipkan sewaktu-waktu pada saat tertentu saja.
Sifat layanannya tidak permanen, lebih bersilat layanan pengasuhan pada arena bermain,
dan dapat diikuti oleh anak
Sifat layanannya tidak permanen, lebih bersifat layanan pengasuhan pada arena bermain,
dan dapat diikuti oleh anak yang berganti-ganti setiap saat. Dengan adanya layanan TPA
temporer diharapkan semua tempat yang melibatkan aktivitas orang tua dilengkapi
dengan arena pengasuhan melalui kegiatan bermain yang menyenagkan bagi anak.
Tujuan dari penyelenggaraan layanan program TPA temporer adalah untuk memberikan
layanan pengasuhan dan pembelajaran yang menyenangkan kepada anak yang mengikuti
aktivitas pengasuhannya di lembaga TPA hanya sewaktu-waktu.

2.4 Waktu layanan Taman Penitipan Anak

Waktu layanan TPA disesuaikan dengan kebutuhan lapangan dengan alokasi waktu
sebagai berikut:

1) TPA full day dengan waktu 6 hingga 8 jam per hari, minimal 3 hari dalam satu
minggu.
2) TPA setengah hari dengan waktu 4 hingga 5 jam per hari, minimal 3 hari dalam satu
minggu.
3) TPA non reguler dengan waktu 1 hingga 3 jam per hari.

2.5 Aspek Perkembangan Anak Di Taman Penitipan Anak


Kurikulum yang digunakan di TPA adalah kurikulum menu generik atau acuan lainnya
yang sesuai. Kurikulum TPA mencangkup seluruh aspek perkembangan anak, antara lain.
1) Nilai agama dan moral:
Anak mampu mengenal dan percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, melakukan
ibadah, mengenal ciptaan Tuhan, dan mencintai sesama. Anak memiliki nilai moral,
sikap, dan budi pekerti yang baik.
2) Fisik: motorik kasar, motorik halus, dan kesehatan fisik.
Anak mampu mengelola dan mengontrol keterampilan tubuh, termasuk gerakan halus
dan gerakan kasar serta mampu menerima rangsangan sensorik (pancaindera).
3) Kognitif: pengetahuan umum dan sains, konsep bentuk konsep warna, konsep ukuran,
pola, konsep bilangan lambang bilangan, dan huruf.
Anak mampu berpikir kreatif, logis, kritis, memberi alasan, memecahkan dan
menemukan sebab-akibat. Anak memiliki keterampilan hidup (life skill) untuk
membentuk kemandiriannya.
4) Bahasa: bahasa yang diterima/didengar, bahasa untuk mengungkapkan hasil
pemikiran/perasaan, dan keaksaraan.
Anak mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa pasif dan dapat
berkomunikasi secara efektif yang bermanfaat untuk berfikir dan belajar.
5) Sosial-emosional.
Anak mampu mengenal lingkungan alam, lingkungan sosial, masyarakat dan mampu
menghargai keragaman sosial dan budaya, serta mampu mengembangkan konsep diri,
rasa memiliki, dan sikap positif terhadap belajar. Anak memiliki kepekaan terhadap
irama, nada, birama, berbagai bunyi, bertepuk tangan, serta mampu menghargai hasil
karya yang kreatif.

Sementara itu kegiatan pengasuhan dan bermain di TPA dilakukan dengan cara
mengelompokkan anak berdasarkan usianya seperti berikut ini:

1) Kelompok usia 3 bulan hingga 2 tahun.


2) Kelompok usia 2 tahun hingga 4 tahun.
3) Kelompok usia 4 tahun hingga 6 tahun.

2.6 Konsep Belajar Anak di Taman Penitipan Anak


 Konsep pembelajaran di TPA dapat diatur sebagai berikut:
(a) Kegiatan Penyambutan peserta didik
(b) Kegiatan Bermain bebas
(c) Kegiatan latihan buang air (BAB/BAK), membersihkan diri dan minum.
(d) Kegiatan peserta didik di Sentra/area Bermain
(e) Toileting dan persiapan untuk makan siang
(f) Makan siang
(g) Latihan buang air (BAB/BAK) dan persiapan untuk tidur siang dan mendengarkan
cerita
(h) Istirahat siang (tidur siang)
(i) Bermain bebas
(j) Makan kudapan sore
(k) Mandi sore
(l) Menunggu dijemput (Membaca buku, bermain manipulatif dll)
(m) Persiapan untuk pulang

Untuk usia kurang dari 2 tahun jadwal dapat disesuaikan kembali dengan kebutuhan
peserta didik, terutama untuk tidur, minum susu dan makan. Ditambahkan standar minum
susu dan makan peserta didik tiap berapa jam sekali (dibuat dalam table)
 Langkah-langkah kegiatan pembelajaran peserta didik satu hari:
(1) Guru menyiapkan lingkungan bermain yang aman, nyaman
dan tersedia APE yang mendukung.
(2) Guru mengawali kegiatan dengan membacakan buku.
(3) Guru mengajak peserta didik berdiskusi tentang tema hari ini.
(4) Guru membacakan buku atau bercerita dengan menggunakan APE sesuai kebutuhan.
(5) Guru mendorong peserta didik untuk aktif mendiskusikan tema yang sedang dibahas.
(6) Guru menginformasikan kegiatan main hari ini, dan menyampaikan gagasan main.
(7) Mendiskusikan aturan main.
(8) Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk memilih teman main.
(9) Peserta didik melakukan kegiatan bermain sesuai minat.
(10) Guru melakukan observasi (pengamatan) dan membuat dokumentasi atau catatan
tentang perkembangan peserta didik.
(11) Guru mengingatkan pada peserta didik sisa waktu bermain.
(12) Guru mengajak peserta didik untuk membereskan alat.
(13) Guru mengajak peserta didik untuk duduk melingkar dan menanyakan kembali,
pengalaman bermain peserta didik.
(14) Peserta didik didorong untuk memberikan unjuk kerja, bisa dalam bentuk gambar,
tulisan, bercerita menggunakan hasil karyanya atau recalling (menceritakan kembali
pengalaman bermainnya).
Langkah-langkah ini bersifat fleksibel karena dapat disesuaikan dengan situasi dan
kondisi lembaga serta kebutuhan peserta didik
 Evaluasi Pembelajaran Dilakukan pada saat proses kegiatan pendidikan,
perawatan dan pengasuhan.
1) Lingkup
Evaluasi pembelajaran di lembaga TPA mencakup
(a) Lingkup tingkat pencapaian perkembangan peserta didik meliputi perkembangan nilai
agama dan moral, motorik, bahasa, kognitif, sosial-emosional dan perkembangan seni.
(b) Proses pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan penilaian
pembelajaran.

2.7 Tujuan dan Proses Pembelajaran Taman Penitipan Anak


a. Tujuan
Ada dua tujuan layanan program TPA, yaitu:

1) Memberikan layanan kepada anak usia 0 hingga 6 tahun yang terpaksa ditinggal oleh
orang tua karena pekerjaan atau halangan lainnya.

2) Memberikan layanan yang terkait dengan pemenuhan hak- hak anak untuk tumbuh dan
berkembang, mendapatkan perlindungan dan kasih sayang serta hak untuk berpartisipasi
dalam lingkungan sosialnya.

Kegiatan pengasuhan dan bermain di TPA dilaksanakan melalui kegiatan pembelajaran.


Tujuan kegiatan pembelajaran di TPA adalah untuk membantu anak mengembangkan
sikap, pengetahuan, keterampilan, daya cipta yang diperlukan anakdalam menyesuaikan
diri dengan lingkungannya serta pertumbuhan dan perkembangannya selanjutnya dan
untuk mempersiapkan anak memasuki pendidikan selanjutnya. Perencanaan kegiatan
pembelajaran disusun sebagai pedoman untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Bentuk-bentuk perencanaan kegiatan tersebut antara lain:


1) Rencana kegiatan semester.
2) Rencana kegiatan mingguan.
3) Rencana kegiatan harian."

b. Proses Perkembangan Anak


Dalam proses perkembangan anak, terbagi dalam tahapan usia dan jenis perkembangan
yaitu perkembangan fisik, kognitif dan sosial emosional.

1. Usia 0 -9 Bulan
Membimbing bayi dalam mengangkat kepala 45 derajat dan meng-gerakkan kepala ke
kanan dan kekiri, melihat wajah orang, terkejut, ter-senyum. Memperkenalkan berbagai
suara dan warna yang mencolok, membolak balikkan badan, melatih memegang mainan
dan seterusnya sesuai dengan usianya

2. Usia Satu Tahun


Dalam mendorong perkembangan fisik anak usia satu tahun, day care menfasilitasi anak
untuk mengembangkan kemampuan:

a) motorik kasar:
Berdiri tanpa berpegangan, membungkuk untuk mengambil mainan, berjalan mundur 5
langkah, menaiki tangga, menumpuk dua-empat kubus, memasukkan kubus dalam kotak,
memegang alat tulis walaupun belum tepat (mencoret-coret kertas),

b) motorik halus:
bertepuk tangan, berjalan dengan stabil, melambai, memegang alat ulis,
menggelindingkan bola, belajar makan dan minum sendiri.

3. Usia Dua Tahun Usia Dua Tahun Usia Dua Tahun


Ketika mereka bertransisi dari bayi ke anak dua tahun yang mandiri, perubahannya bisa
saja membuat kita kewalahan, tetapi hasilnya me-ngagumkan. Anak usia dua tahun sering
merasa frustasi pada saat mereka berusaha mandiri, tetapi tidak memenuhi kebutuhan dan
keinginan mereka. Misalnya mereka bisa mengenakan pakaian sendiri dengan lengkap,
tetapi mereka belum mempunyai kontrol motorik halus untuk mengancingkan, menarik
resleting atau memasang gesper. Mereka mempunyai tenaga terbatas, tetapi menolak
tidur siang. Mereka ingin mandiri, tetapi sering mengalami kesulitan berpisah dengan
orang tua atau pengasuh. Mereka bertambah takut dengan gelap, monster dan lain-lain.
Ditambah dengan tuntutan emosional latihan buang air sendiri dan kesemuanya itu
muncul pada masa bergejolak ini.
Usia dua tahun juga luar biasa karena mereka lebih mandiri, lebih tertarik untuk
berteman, dan lebih mampu berkonsentrasi pada satu kegiatan. Mereka senang
menjelajahi sekitar dan bermain fantasi. Anak usia dua tahun mulai mempunyai rasa
humor dan kemampuannya bertambah dalam menggunakan kata-kata untuk menyatakan
kebutuhan dan emosi mereka. Untuk itu diperlukan stimulasi dalam mendukung
perkembangan anak sesuai dengan usianya.

Dalam mendorong perkembangan bahasa anak, day care memfasilitasi anak untuk belajar
yaitu:
a) buku, puzzle, gambar sederhana,
b) bagaimana menikmati musik dan irama, bermain jari sederhana,
c) kata-kata baru dan membentuk kalimat lengkap dan bertambah kompleks
(perbendaharaan kata sekitar dua ratus kata) menggunakan kata sifat dan kata
keterangan),
d) mendengarkan cerita (jangka perhatian pendek),
e) mengidentifikasi objek dalam gambar

Dalam proses perkembangan fisik anak, day care mengembangkan kemampuan anak
dalam:
a) keterampilan motorik kasar: anak dapat menendang bola, naik turun tangga, dan dapat
memakai topi dan sandal,
b) keterampilan motorik halus: anak dapat mencoret-coret dengan spidol, meronce
manik-manik besar, makan sendiri dengan sendok, mulai menuangkan jus dari teko kecil
ke cangkir kecil.

Dalam proses perkembangan intelektual, day care mendorong anak untuk belajar tentang:
a) klasifikasi: dalam kategori luas, seperti kasar/halus, besar/kecil,
b) bagian tubuh: dapat menyebutkan hidung, mata, mulut dan lain-lain,
c) konsep waktu pendek seperti kemarin dan besok (tapi belum mengerti dengan nyata
masa yang lebih panjang, seperti bulan, minggu),
d) Bagaimana mengingat kejadian-kejadian pagi/dalam sehari,
e) Bagaimana menikmati proses membuat hasta karya daripada tertarik pada hasilnya.

Dalam proses perkembangan sosial emosional anak, day care mendorong anak untuk
belajar tentang:
a) bermain interaktif tetapi masih cenderung bermain paralel disamping teman,
b) bergiliran tetapi terkadang dengan kesulitan,
c) bangga dengan ciptaan dan keberhasilan,
d) macam-macam perasaan dan sering menunjukkan tingkah laku agresif dan ketakutan
bertambah.

4. Usia Tiga Tahun Usia Tiga Tahun Usia Tiga Tahun


Usia yang menyenangkan, mereka menjadi makhluk sosial-tertarik berteman dengan
anak-anak lain, mulai bisa berbagi dan bergiliran. Mereka belajar berpisah dari orang tua.
Kegiatan kelompok kecil lebih efektif daripada kelompok besar. Kurikulum kelas harus
berfokus pada bahasa, kegiatan, dan gerak. Keterampilan motorik kasar berkembang
dengan cepat.
Anak usia tiga tahun perlu mengendarai mainan beroda, memanjat, melompat, berlari,
menendang bola. Untuk kegiatan apapun, proses lebih penting daripada hasil jadinya

Dalam proses perkembangan bahasa anak, day care mendorong anak mengembangkan
bahasa mereka dengan cara antara lain:
a) menulis nama mereka sendiri (mungkin bisa menulis huruf pertama),
b) pura-pura menulis (mencoret),
c) duduk dan mendengarkan buku yang dibacakan dalam kelompok,
d) berbicara didepan kelompok,
e) melihat-lihat buku,
f) bermain pantun dan lagu-lagu,
g) bercerita untuk menyertai pekerjaan seni mereka,
h) menggambar orang (mungkin tanpa anatomi terperinci seperti jari-jari).
Dalam proses perkembangan fisik anak, day care mendorong anak untuk melakukan
kegiatan:
a) keterampilan motorik kasar. Dapat berlari, melompat, memanjat, mengendarai sepeda,
naik tangga dengan satu kaki tiap langka,
b) keterampilan motorik halus. Mereka dapat menggunakan kuas, krayon, spidol (dengan
ujung besar), membuka resleting, menggambar lingkaran

Dalam proses perkembangan kognitif anak, day care mendorong anak untuk belajar:
a) warna, bentuk,
b) benda-benda yang serupa dan yang berbeda,
c) hubungan spasial: atas/bawah, dekat/jauh,
d) menghitung dari satu sampai dengan sepuluh.

Dalam proses perkembangan sosio emosional anak, day care mendorong anak untuk
belajar:
a) jauh dari rumah,
b) membuat transisi terhadap lingkungan baru:
c) mereka sendiri, keluarga mereka, keluarga lain,
d) kelas sebagai komunitas,
e) berinteraksi dengan orang dewasa baru,
f) mengikuti rutinitas kelas (misalnya waktu makan, berbenah),
g) mengidentifikasi bagian tubuh, perasaan-perasaan (bahasia, sedih, marah) dan
kebutuhan (saya ingin mengecat, saya mau jus lagi),
h) kontrol diri (menggunakan kata-kata, bukan tanganmu, meskipun mereka masih sulit
mengingat peraturan),
i) membantu diri sendiri (memakai jaket, mencuci tangan),
j) mengikuti aturan satu langkah (letakkan lap di setiap bangku),
k) berbagi dan bekerja sama.

5. Usia Empat Tahun Usia Empat Tahun Usia Empat Tahun


Anak usia empat tahun penuh tenaga, antusiasme, dan rasa ingin tahu. Imajinasi mereka
bekerja keras. Mereka penuh “mengapa” dan dapat mengadakan percakapan tingkat
tinggi dengan mereka yang mempunyai pengetahuan yang sama. Mereka bermain dengan
lebih koperatif bersama anak-anak lain. Menyukai fantasi dan melatih kontrol diri.

Dalam proses perkembangan bahasa anak, day care mendorong anak untuk belajar:
a) bermacam jenis buku-fiksi, non fiksi, puisi,
b) bermain kata-kata dan lagu-lagu konyol,
c) bercerita,
d) menggambar untuk membuat ilustrasi cerita, atau bukan hanya melukis atau mewarnai,
e) menggunakan boneka untuk mendramatiasi cerita,
f) menggambar untuk ilustrasi cerita, bukan hanya melukis atau mewarnai,
g) memperhatikan detail dalam cerita dan menambahkan detail dalam cerita mereka
sendiri,
g) meramalkan apa yang terjadi dalam buku cerita dengan menggunakan ilustrasi sebagai
panduan,
h) menyanyi dan mengarang versi mereka sendiri
i) mengidentifikasi huruf, menulis beberapa huruf mungkin nama mereka sendiri atau
nama orang lain,
j) secara aktif, ikut serta dalam diskusi kelompok.

Dalam proses perkembangan fisik anak, day care mendorong anak untuk belajar:
a) keterampilan motorik kasar. Mereka dapat mengayuh ayunan, memanjat tangga tali,
meluncur dari tiang, meloncat, melompat,
b) keterampilan motorik halus. Mereka dapat menggunakan guntig, kuas/krayon/spidol
yang lebih kecil, merangkai manik-manik kecil, menyusun lego yang lebih kecil,
mengancingkan baju.

Dalam proses perkembangan kognitif anak, day care mendorong anak untuk belajar:
a) memilih dan mengelompokkan bukan hanya dari warna dan ukuran, melainkan juga
dengan kategori (misalnya semua boneka masuk ke wadah dan semua aksesoris dikotak
lainnya),
b) mengurutkan, dapat mengorganisasikan serangkaian kejadian dalam urutan sebelum
dan sesudah,
c) menghitung dari satu sampai dua puluh (atau lebih),
d) sebab dan akibat (jika saya menuangkan terlalu banyak jus, akan tumpah) tetapi masih
ada “pemikiran ajaib” (yang bisa sesederhana seperti percaya akan adanya peri gigi,
tetapi juga dapat berupa “kalau saya berpikir buruk, pikiran itu akan terjadi”),
e) perbandingan-lebih banyak/sedikit.

Dalam proses perkembangan sosio emosional anak, day care mendorong anak untuk
belajar:
a) bekerjasama dengan yang lain dalam mengerjakan sesuatu, bergiliran, membantu anak
lain, empati:
b) peran dalam keluarga dan tanggung jawab,
c) menguasai rasa takut dan mengendalikan dorongan hati (tetapi masih sering ketakutan
dan tidak selalu terkendali),
d) kesamaan dan perbedaan sehubungan dengan jenis kelamin, ras, karakteristik fisik
lainnya,
e) membuat pilihan (saya ingin membuat dari balok, jadi saya tidak bisa melukis saat
bermain bebas nanti),
f) mereka sendiri, seperti kesukaan dan hobi mereka,
g) mempunyai tujuan dalam aktivitas (saya akan memanjat puncak jungle gymdan
meluncur turun dengan tiang “saya akan mengumpulkan mobil-mobilan dan kemudian
membangun garansi dari balok-balok”).
6. Usia Lima Usia Lima Usia Lima Tahun
Usia lima tahun lebih terfokus dan terarah dibanding anak-anak prasekolah yang lebih
muda. Mereka dapat bekerjasama dalam kelompok lebih besar untuk bermain permainan
sederhana (sepak bola) dan mereka dapat memainkan sandiriwara dengan peran dan
peraturan tertentu untuk semua peserta. Mereka kaya akan imajinasi, dan bahasa mereka
ekspresif serta terperinci. Persahabatan adalah sangat penting dalam usia ini.

Dalam proses perkembangan bahasa anak usia lima tahun, day care mendorong anak
untuk belajar:
a) semua jenis buku dan mempunyai kesukaan pribadi pada subjek atau pengarang,
b) mengenal semua huruf alfabet, mengeja nama mereka sendiri, kata-kata favorit,
menghubungkan huruf (konsonan) dengan bunyi,
c) menggambar gambar representasional,
d) menceritakan kembali cerita secara verbal, juga melalui gambar atau dramatisasi,
e) meramalkan apa yang terjadi selanjutnya melalui gambar dan isi cerita,
f) ikut serta dalam diskusi kelas, termasuk menunggu giliran berbicara jika dipanggil.

Dalam proses perkembangan fisik anak, day care mendorong anak untuk
mengembangkan:
a) keterampilan motorik kasar. Koordinasi mata-tangan yang lebih kuat menghasilkan
tendangan, tangkapan dan lemparan yang lebih baik. Dapat bermain permainan dan
mengikuti peraturan sederhana tentang skor (misalnya sepak bola),
b) keterampilan motorik halus. Genggaman tangan mereka lebih efektif: dapat
menggunting mengikuti garis, memanipulasi penjepit atau peralatan lain (untuk sains),
menggunakan kuas, krayon dan spidol yang lebih kecil.

Dalam proses perkembangan kognitif anak, day care mendorong anak untuk belajar
tentang:
a) memilih dan mengelompokkan menggunakan dua kategori (misalnya warna dan
ukuran),
b) tabel (misalnya, kelas mungkin membuat tabel untuk menggambar binatang
peliharaan, berapa banyak anak-anak yang memelihara kucing, kelinci, burung, ikan dan
tabel lain mungkin menggambarkan bulan kelahiran anak-anak, berapa anak lahir bulan
Januari, Februari, Maret, dan lain-lain),
c) menghitung dari satu sampai tiga puluh (atau lebih),
d) menulis angka,
e) perbandingan ukuran dan jumlah,
f) konsep kalender,
g) memperkirakan dan mengukur,
h) menggunakan pemikiran dan keterampilan menyelesaikan masalah,
i) penjelasan sederhana untuk fenomena sains.

Dalam proses perkembangan sosial/emosional anak, day care mendorong anak untuk
belajar tentang:
a) bertanggung jawab di kelas atau tugas tertentu di rumah (mendaur ulang,
menggosongkan tempat sampah, membeir makan binatang peliharaan),
b) mengatasi konflik dan menyelesaikan masalah mereka sendiri,
c) kontrol diri lebih baik dan menyadari tingkah laku yang pantas,
d) mengenali dan menyatakan emosi dan perasaan,
e) menyatakan empati,
f) individualitas dan mengenali kesamaan dan perbedaan tentang diri dan orang lain.

BAB III PENUTUP

A.KESIMPULAN

Taman Penitipan Anak (TPA) merupakan salah satu bentuk lembaga PAUD pada
jalur pendidikan nonformal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus
pengasuhan dan kesejahteraan sosial terhadap anak sejak lahir hingga 6 tahun. Tempat
penitipan anak atau yang lebih di kenal dengan istilah TPA sangat berfariasi di lihat dari
managemen atau pelayanan yang di berikan oleh lembaga tersebut kepada anak-anak.
Karakter Program Taman Penitipan Anak mencakup beberapa hal. Program kegiatan
yang dilakukan mencakup aspek perkembangan anak. Jenis layanan TPA juga banyak
seperti penyelenggaraannya. Dalam pendirian TPA anak Syarat pendirian, Tata Cara,
Masa Berlaku, Pendidikdan Sarana Prasarana.

B.SARAN

Makalah ini membahas mengenai Taman Penitipan Anak atau disingkat TPA. Materi
yang didapat mengenai TPA banyak sekali. Tetapi penulis hanya bisa memaparkan sedikit
apa yang diperoleh. Oleh karenaitu, bagi calon pendidik hendaknya banyak membaca dan
selalu mencariilmu mengenai TPA. Sehingga ilmu yang diperoleh lebih banyak. Jangan
hanya terfokus pada satu referensi, tetapi carilah dengan berbagai referensi lain. Sehingga
ilmu yang diperoleh semakin banyak. Dan kita semua lebih memahami mengenai Taman
Penitipan Anak (TPA) ini.

Anda mungkin juga menyukai