Anda di halaman 1dari 14

Makalah

“mencari Aspek Perkembangan anak, menganalisis konsep belajar anak, dan mencermati
tujuan dan proses perkembangan anak di TPA”

Dosen pengampuh : Sulastya Ningsih, M.Pd

Di susun oleh :

Kelompok 1

Adinda suryani (153421119)

Pindi noho (153421029)

Sulistriyani kasim (153421086)

Naya natasya panna ( 153421127)

Fahira wakid (153421126)

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa. Karena atas limpahan rahmat dan
karunia dari-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah
pada mata kuliah PENGEMBANGAN PROGRAM TPA dengan materi
“MENCARI ASPEK PERKEMBANGAN ANAK, MENGANALISIS KONSEP
BELAJAR ANAK, DAN MENCERMATI TUJUAN DAN PROSES
PERKEMBANGAN ANAK DI TPA “.

Terima ksih penulis ucapkan kepada dosen dan teman-teman yang telah
memotifasi danmembantu dalam pembuatan makalah ini. Penulias menyadari
bahwa makalah ini masih banyak kekurangan oleh karena itu, perlu kritik dan
saran yang membangu. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
khususnya pada diri saya pribadi dan umumnya bagi para pembaca, aamiin…..

Gorontalo, 5 september 2002

Penulis
DAFTAR ISI

Judul…………………………………………………………………………….i

Kata pengangtar………………………………………………………………..ii

daftar isi ……………………………………………………………………….iii

BAB 1 PENDAHULUAN ……………………………………………………..1

1.1 latar belakang ………………………………..............................................1

1.2 rumusan masalah…………………………………………………………….2

1.3 tujuan penulisan makah………………………………………………………3

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………3

2.1 A

BAB III PENUTUP……………………………………………………………….4

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..14
BAB I

PENDAHULUAN

I.I LATAR BELAKANG


Taman Penitipan Anak (TPA) merupakan bentuk layanan Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) Non-Formal yang terus berkembang jumlahnya. Taman Penitipan Anak telah
dikembangkan oleh Departemen Sosial sejak tahun 1963 sebagai upaya untuk memenuhi
kebutuhan pengasuhan, pembinaan, bimbingan, sosial anak balita selama anak tidak bersama
orangtua. Sejak dibentuknya Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia (Dit. PADU) tahun 2000
maka pembinaan untuk pendidikan menjadi tanggung jawab Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Kebijakan Dit. PAUD untuk seluruh bentuk layanan PAUD termasuk TPA adalah
memberikan layanan yang holistik dan integratif. Holistik berarti seluruh kebutuhan peserta didik
untuk tumbuh dan berkembang (kesehatan, gizi, pendidikan, pengasuhan dan perlindungan),
dilayani dalam lembaga TPA. Integratif berarti semua lembaga TPA melakukan kerjasama
dengan lembaga mitra serta berkoordinasi dengan instansi-instansi terkait. Selain perubahan
kebijakan dalam layanan PAUD holistik dan integratif, telah ditetapkan Standar Pendidikan
Anak Usia Dini melalui Permendikbud Nomor 137 tahun 2014 yang memuat: (1) Standar tingkat
pencapaian perkembangan anak; (2) Standar isi; (3) Standar Proses; (4) Standar Penilaian; (5)
Standar pendidik dan tenaga kependidikan; (6) Standar Sarana dan Prasarana; (7) Standar
Pengelolaan dan (8) Standar Pembiayaan. Mengingat adanya perubahan baik substansi maupun
pengelolaan, maka perlu dilakukan penyempurnaan dari Petunjuk Teknis Penyelenggaraan TPA
yang lama disesuaikan dengan standar dan kebijakan tersebut.

I.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :

1. apa pengertian TPA?

2. bagaimana aspek perkembangan anak di TPA?

3. bagaimana konsep belajar anak di TPA?

4. apa tujuan dan proses perkembangna anak di TPA?

I.3 TUJUAN MASALAH

1. mengetahui pengertian TPA

2, menegetahui aspek perkembangan anak di TPA

3. menegetahui konsep belajar anak di TPA


4. mengetahui tujuan dan proses perkembangan anak di TPA

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Taman Penitipan Anak (TPA)

Tempat Penitipan Anak (TPA) merupakan salah satu bentuk Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) yang secara tegas diamanatkan oleh Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Dalam UU tersebut dijelaskan bahwa PAUD adalah “suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan
lebih lanjut”. Dalam pelaksanaannya PAUD dapat dilaksanakan melalui jalur formal maupun
jalur nonformal. Jalur formal antara lain melalui Taman Kanak-kanak (TK) dan Raudhatul Anfal
(RA) sedangkan jalur nonformal dapat berbentuk Taman Penitipan Anak (TPA), Kelompok
Bermain (Kober) dan bentuk lainnya yang sederajat. Khususnya mengenai TPA menurut modul
Pendidikan Anak Usia Dini yang dikeluarkan oleh Direktorat PAUD, yang dimaksud dengan
TPA adalah salah satu bentuk PAUD pada jalur pendidikan nonformal sebagai wahana
kesejahteraan yang berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk jangka waktu tertentu bagi anak
yang orang tuanya bekerja. TPA merupakan layanan PAUD yang menyelenggaran pendidikan
sekaligus pengasuhan terhadap anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun (dengan prioritas
anak usia di bawah 4 tahun).

Dengan demikian, TPA merupakan salah satu bentuk layanan PAUD yang berusaha
mengabungkan dua tujuan, yaitu tujuan pengasuhan karena orang tua anak bekerja serta tujuan
pendidikan melalui program-program pendidikan anak usia dini. Dalam hal ini TPA merupakan
solusi terbaik bagi orang tua yang keduanya bekerja yang diharapkan anak-anak mereka aman
dan memperoleh pendidikan yang baik. Oleh karena itu, dasar filsafat pendidikan di TPA dapat
dirumuskan menjadi: Tempa, Asah, Asih dan Asuh.

1.Tempa

Tempa adalah upaya mewujudkan kualitas fisik anak usia dini melalui upaya pemeliharaan
kesehatan, peningkatan mutu gizi, olahraga secara teratur dan terukur, serta aktivitas jasmani
sehingga anak memiliki fisik yang kuat, lincah, daya tahan dan disiplin tinggi.

2. Asah

Asah berarti memberi dukungan kepada anak untuk dapat belajar melalui bermain agar memiliki
pengalaman yang berguna dalam mengembangkan seluruh potensinya. Kegiatan bermain yang
bermakna, menarik dan merangsang imajinasi, kreativitas anak untuk melakukan,
mengekplorasi, memanipulasi, dan menemukan inovasi sesuai dengan minat dan gaya belajar
anak.

3. Asih

Asih merupakan pemenuhan kebutuhan anak untuk mendapatkan perlindungan dari pengaruh
yang dapat merugikan pertumbuhan dan perkembangan anak, misalnya dari perlakuan kasar,
penganiayaan fisik dan mental dan eksploitasi.

4. Asuh

Asuh merupakan proses pembiasaan yang dilakukan secara konsisten untuk membentuk perilaku
dan kualitas kepribadian dan jatidiri anak dalam hal:

a. Integritas, iman dan taqwa

b. Patriotisme, nasionalisme dan kepeloporan

c. Rasa tanggung jawab, jiwa ksatria, dan sportivitas

d. Jiwa kebersamaan, demokratis, dan tahan uji

e. Jiwa tanggap, daya kritis dan idealisme

f. Optimis dan keberanian mengambil resiko

g. Jiwa kewirausahaan, kreatif dan profesional.

2.2 bagaimana aspek perkembangan anak di TPA

1. Nilai Agama Dan Moral

Aspek agama dan moral berfokus pada nilai-nilai dasar, kesadaran, dan norma-norma
lainya yang diajarkan. Dalam hal ini, peran orang tua sangat penting untuk mendidik karakter
anak sejak kecil.

2. Fisik dan Motorik

Berbeda dengan nilai agama dan moral yang berkaitan dengan perilaku, aspek fisik dan
motorik lebih berfokus pada perkembangan atau perubahan fisik terjadi dari
tubuhnya.Perkembangan motorik mencakup bagaimana anak bisa menggerakan anggota
tubuhnya dengan baik, melakukan gerakan merangkak, berjalan, hingga mencoba menggambar
ataupun menulis sesuatu. Sedangkan, perkembangan fisik bisa ditandai dari pertambahan berat
badan ataupun tinggi badannya.
3. Kognitif

Fungsi kognitif berkaitan bagaimana anak mulai belajar memecahkan masalah yang ada,
bisa memahami sesuatu dengan mudah, mampu mengidentifikasi suatu pola, dapat mengingat
dengan baik, dan juga bisa memahami aspek sebab-akibat dari suatu hal. Bila anak
menguasainya dengan baik, maka anak Realfoodfam termasuk dalam ciri-ciri anak yang pintar
dan cerdas.

4. Bahasa

Kemampuan bahasa bisa dimulai dari balita meski dengan daya tangkap yang berbeda.
Perkembangan bahasa dan komunikasi sudah dimulai sejak balita dan mereka akan mulai
memahami perkataan orang di sekitarnya memasuki usia 2 tahun.Mereka akan mulai
memperbanyak perbendaharaan kosakata dari apa yang didengar ataupun dilihat. Saat memasuki
usia 3 tahun, kemampuan bahasanya akan semakin membaik dan Realfoodfam dapat mulai
mengajarkan anak untuk mengeja dan membaca.

5. Sosial dan Emosional

Menurut jurnal penelitian dari Syamsul Hadi pada tahun 2011, aspek perkembangan anak
usia dini sosial emosional memiliki beberapa poin penting yang harus diperhatikan seperti, self
awareness, social awareness, self management, relationship management, dan responsible
decision making yang berfokus pada sikap, keterampilan, dan nilai dalam berinteraksi oleh anak-
anak.Realfoodfam bisa mencoba mengajarkan anak untuk bagaimana berteman dan berinteraksi
dengan teman yang baru dikenalnya, bagaimana mereka harus bersikap serta apa yang tidak
boleh dilakukan.Pada dasarnya, hampir sebagian anak masih belum mampu mengendalikan
egonya dengan baik, sehingga muncul sikap mau menang sendiri. Di sini peran Realfoodfam
untuk mengomunikasikan dan memberikan arahan yang benar dibutuhkan.Perilaku sosial sudah
terbentuk dengan baik dari kecil akan membantunya untuk beradaptasi dengan baik ketika ia
sudah tumbuh dewasa dan mampu mengomunikasikan segala sesuatu secara terbuka.Hal ini
dipengaruhi oleh emosi yang ada di dalam diri mereka. Untuk mengenali gejala-gejala emosi
anak, Realfoodfam bisa mengamatiinya dari responnya dari lingkungan sekitar, bagaimana ia
berbicara dengan orang lain, dan apakah anak mau mendengarkan perkataan orang lain atau
tidak?

6. Seni

Pada usia 0-6 tahun perkembangan seni akan membantu peningkatan karakteristik anak.
Terutama pada aspek perkembangan anak usia dini di bidang seni dan kreativitas. Aspek ini juga
akan membantu perkembangan intelegensi visual spasial yang berkaitan dengan kemampuan
pemahaman akan detail di sekitar. Di sinilah peran orang tua dibutuhkan.Realfoodfam
setidaknya harus memahami berbagai jenis kecerdasan anak untuk membantu mendorong potensi
yang sudah dimiliki sejak dini. Realfoodfam bisa mengandalkan pendidikan usia dini atau PAUD
yang dapat memegang peranan positif untuk perkembangan karakter dan kecerdasan anak sedini
mungkin.

2.3 bagaimana konsep belajar anak di TPA

Menurut pandangan behaviorisme, belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang
dapat diamati (observable) dan dapat diukur (messurable). Pendekatan kognitif berpendapat
bahwa belajar adalah sebagai perubahan perkembangan. Menurut pandangan konstruktivisme
anak adalah pembangun aktif pengetahuannya sendiri. Anak membangun pengetahuannya ketika
mereka bermain.De Vries(2000). Aliran ini banyak mewarnai tentag konsep belajar anak, dan
menekankan pentingnya keterlibatan anak dalam proses belajar, belajar menyenangkan bagi
anak, alami, melalui bermain dan memberi kesempatan pada anak untuk dapat berinteraksi
dengan lingkungannya.Menurut pendekatan high/scope, anak memiliki potensi untuk
mengembangkan pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungannya. Lingkungan belajar
harus dapat mendukung aktifitas belajar.Belajar adalah proses perubahan perilaku berdasarkan
pengalaman dan latihan.S.Nasution(1985).

Dari pengertian tersebut dapat dicermati bahwa unsur – unsur belajar tersebut adalah :

1. Proses/ kegiatan

Dalam belajar akan terjadi proses atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang sedang
belajar apakah kegiatan belajar didalam kelas atau kegiatan diluar kelas. Berbagai kegiatan yang
dilakukan ketika belajar tentunya tidak hanya melibatkan fisik tetapi juga melibatkan mental dan
emosional.

2. Pengalaman

Ketika belajar, individu yang sedang belajar melakukan interaksi dengan lingkungan belajar.
Lingkungan belajar bukan hanya lingkungan fisik tetapi lingkungan sosial. Contoh lingkungan
fisik : lingkungan sekitar, area belajar, media dan sumber belajar. Lingkungan sosial meliputi:
guru, anak – anak lainnya, orang dewasa. Dari hasil interaksi antara anak dengan lingkungan
belajar maka akan menimbulka pengalaman belajar.

Menurut Janice Beaty (1995) lingkungan belajar anak harus terbebas dari hal – hal yang
membuat anak mejadi stress. Selain lingkungan belajar yang menyenangkan perlu pula
diperhatikan keselamatan anak.

3. Perubahan perilaku

Perubahan perilaku merupakan hasi belajar. Setelah seseorang belajar maka akn berubah
perilakunya baik pengetahuan sikap maupun keterampilan. Perubahan perilaku tersebut meliputi
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Untuk anak – anak TK selain ketiga aspek tersebut juga
anak harus dapat melakuakn tugas – tugas perkembangan dengan baik. Karna pada setiap aspek
perkembangan anak harus dapat menghasilkan atau meningkatkan perkembangan dan hasil
belajarnya.

Berikut ini adalah contoh perkembangan dan hasil belajarnya:

a. Dalam perkembangan sosial personal dan emosional anak dapat :

1) Peduli terhadap dirinya sendiri dan keselamatan dirinya

2) Mengembangkan kemandiriannya

3) Bermain secara lebih kooperatif

4) Menyadari dan menghargai kebutuhan dan perasaan orang lain danbelajar mematuhi
aturan.

b. Dalam bahasa dan komunikasi anak harus dapat:

1) Memiliki kelucuan bahasa dan membuat cerita

2) Menggunakan bahasa untuk berbagai tujuan seperti menjelaskan, menjawab pertanyaan


dan mengembangkan gagasan

3) Berpatisipasi dalam percakapan

4) Mengekspresikan kebutuhan dan perasaanya secara tepat dan sebagainya.

c. Dalam perkembangan kognitif anak harus dapat :

1) Memahami dan menggunakan proses matematik seperti mencocokkan, memilih,


mengelompokkan, menghitung dan mengukur.

2) Mengembangkan pengetahuannya untuk mengamati dan menggunakan perasaannya

3) Memilih dan mengkatagorisasian benda – benda dalam kelompok dan sebagainya.

d. Dalam perkembangan fisik anak harus dapat

1) Berlari, melempar,melompat, menangkap dan lain – lain

2) Mengembangkan kesadaran terhadap tempat

3) Menyenangi kegiatan – kegiatan yang energetik

4) Mengembangkan peningkatan kontrol dan gerak terhadap jari dan tangannya.


2.3 Apa tujuan dan proses perkembangna anak di TPA

Ada beberapa aspek yang menjadi tujuan pendidikan anak usia dini yang akan
mendukung psikologi perkembangan anak usia dini seperti berikut ini.

1. Mengembangkan kemampuan bersosialisasi

Tujuan pendidikan anak usia dini mengarah kepada perkembangan pertemanan diantara
anak – anak di kelompok usia yang sama. Sekolah – sekolah ini menyediakan lingkungan yang
mendorong interaksi dengan anak lainnya, membangun pertemanan yang kuat dan juga
membantu mereka keluar dari zona nyamannya. Sebagai hasilnya, seorang anak bisa mengatasi
rasa malunya dan bergabung dengan teman lain, juga mengalami perkembangan sosial.

2. Mengembangkan antusiasme belajar

Ketika anak mempelajari sesuatu melalui permainan yang berbeda dan aktivitas
terstruktur, hal itu akan meletakkan landasan untuk belajar dan juga mengembangkan kekuatan
imajinasi mereka. Keinginan untuk mendapatkan pengetahuan lebih terbangun pada tahap ini.
Dasar – dasar membaca dan menulis juga didapatkan pada sekolah usia dini dan juga akan
membantu anak menyadari pentingnya pendidikan dalam hidup.

3. Mendapatkan perkembangan menyeluruh

Pendidikan pada hari – hari awal seorang anak menjamin semua perkembangannya.
Lingkungan seperti sekolah akan memberikan dasar untuk perkembangan fisik, sosial, emosional
dan mental anak yang merupakan faktor sangat penting untuk tahap berikutnya dalam
kehidupannya. Ketika seorang anak mendapatkan lingkungan dimana dia bisa mengekspresikan
ide serta perasaannya dengan bebas, maka hal itu akan membantu untuk mengidentifikasi area
lemah dari anak tersebut dan juga menentukan langkah apa yang harus diambil atau bantuan apa
yang harus diberikan untuk mengatasi kelemahan tersebut.

4. Mengajarkan rasa hormat

Anak – anak seringkali mencoba untuk meniru perilaku yang mereka amati. Ketika
mereka mengamati hubungan yang positif dan penuh hormat antara orang tuanya atau guru dan
pengasuh di sekolah, mereka juga akan mencoba mengikuti perilaku yang sama. Pendidikan anak
bayi menanamkan pada anak perlunya menghormati perasaan anak lainnya, lingkungan dan juga
cara mendengarkan instruksi dari gurunya. Hal ini juga akan mengajarkan anak untuk menjaga
barang miliknya dengan baik dan tidak merusak.

5. Mengembangkan kerja sama kelompok


Tujuan pendidikan anak usia dini memastikan bahwa seorang anak belajar untuk
bekerjasama dan berbagi barang miliknya dengan anak lain. Mungkin akan sulit meyakinkan
seorang anak yang keras kepala di sekolah pada beberapa hari pertama, tetapi sangat penting
bahwa dia akan mempelajari seni berbagi pada usia awalnya. Juga, aktivitas di sekolah – sekolah
ini ditujukan untuk membangun kemampuan menghargai pendapat orang lain, mengembangkan
kemampuan mendengarkan dan mendorong kerja sama dalam kelompok.

6. Mengajarkan ketangguhan

Selain itu tujuan pendidikan anak usia dini juga mengajarkan ketahanan pada anak
melalui pengalaman. Masyarakat yang selalu berubah membuat penting bagi anak untuk
berkembang menjadi pribadi yang tangguh sejak awal, sedini mungkin. Bimbingan profesional
akan membantu anak untuk belajar dari pengalaman mereka sendiri. Bekas – bekas luka dari
tantangan yang mereka hadapi akan menjadi dasar untuk strategi yang lebih baik untuk
mengatasi tantangan di masa depan, sebagai pola asuh anak usia dini yang baik.

7. Melatih konsentrasi

Keterlibatan anak pada tugas – tugas di pra sekolah dan aktivitas menuntut konsentrasi
dalam tingkat yang lebih tinggi dari seorang anak. Pengulangan aktivitas akan membantu mereka
untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuannya berkonsentrasi pada saat mengerjakan
tugas yang diberikan. Perkembangan sosial dan emosional anak usia dini yang mendapat
perhatian lebih akan membuat sang anak lebih mampu menfokuskan diri pada suatu hal dengan
baik dan terarah.

8. Melatih kesabaran

Dalam kehidupan orang dewasa, kesabaran kerap kali diuji dan anak – anak harus dilatih
untuk dapat menangani situasi yang membutuhkan kesabaran di masa depan ketika ia menjadi
orang dewasa. Pengalaman seperti memperebutkan perhatian guru, menunggu giliran dan lain
sebagainya akan membantu anak mengembangkan sifat yang sabar dan belajar mengendalikan
jenis – jenis emosi pada anak usia dini.

9. Membentuk kepercayaan dan harga diri

Perasaan sejahtera penting bagi seseorang untuk mengeksplorasi bakat mereka. Interaksi
yang positif dengan teman sebaya dan guru akan mendorong pandangan positif akan diri sendiri.
Kepercayaan diri ini akan menjadi bagian penting dari tujuan pendidikan anak usia dini.
Membangun rasa percaya diri dan keyakinan diri juga bisa didapatkan dari manfaat bermain bagi
anak usia dini sebagai cara membentuk karakter anak usia dini juga.

10. Mendorong perkembangan otak


Aktivitas yang dibuat dan disusun secara profesional di pra sekolah akan meningkatkan
perkembangan otak. Beragam aktivitas yang melibatkan analisa dan penalaran logis akan
membantu anak untuk mengembangkan kemampuan mereka dan memaksimalkan karakteristik
anak usia dini yang positif.

11. Mendorong keberagaman

Ada berbagai perbedaan dan keragaman dalam dunia yang modern ini dan anak – anak
perlu diajari untuk menghargai dan menerima perbedaan dalam masyarakat. Setiap kata baru,
pengalaman dan orang baru dapat membentuk anak kecil menjadi seseorang yang dewasa. Hal
ini disebabkan karena mungkin saja membentuk kesan yang lebih baik dari seseorang pada masa
awal kanak – kanak. Kebanyakan orang tua memahami ini dan menganggap pendidikan usia dini
sebagai hal yang penting. Penelitian terbaru mengungkap bahwa pentingnya pendidikan usia dini
dapat mempengaruhi perkembangan mental, emosional dan fisik seorang anak. Jadi pastikan
selalu bahwa anak memulai pendidikan lebih awal sehingga tidak menjadi masalah kemudian
harinya.

12. Menyeleksi

Salah satu dari banyak keuntungan yang didapatkan dari tujuan pendidikan usia dini
adalah kesempatan untuk berpartisipasi dalam penyeleksian usia dini. Penyeleksian dari metode
dalam pendidikan karakter di usia dini ini mencakup aspek kesehatan pada anak berusia 3 hingga
5 tahun, tes perkembangan kognitif, kemampuan bicara, penglihatan, pendengaran, koordinasi,
kemampuan emosional dan kemampuan sosial. Penyeleksian ini dapat mengenali adanya
perkembangan atau isu kesehatan yang perlu diberikan perhatian lebih untuk mencegah
hambatan dalam belajar.

13. Kepentingan kesehatan

Mengikuti program pendidikan usia dini yang berkualitas bisa memberi keuntungan pada
kesehatan anak. Sekitar 60 hingga 70 persen anak usia prasekolah mengikuti program usia dini
atau program perawatan anak diluar rumah, dan penelitian menunjukkan bahwa perawatan
berkualitas yang diberikan dapat mempengaruhi perkembangan dan pembelajaran anak. Sebagai
tambahan, kondisi sosial emosional anak tidak beresiko terpengaruh dengan resiko menurun
akan perlunya perawatan perilaku atau mental ketika anak masuk sekolah dasar.

14. Membantu perkembangan dan proses belajar

Kapasitas otak anak akan mencapai puncak barunya ketika ia berusia 3 tahun. Pada saat
ini dalam kehidupan anak, ia akan mencapai potensi tertinggi untuk belajar berbagai hal baru.
Sementara mengikuti berbagai program pendidikan usia dini, anak akan dapat memperbaiki
kemampuan bahasa dan motoriknya, juga mengembangkan kemampuan belajar dan kemampuan
kognitif yang diperlukan untuk masuk ke sekolah dasar.
15. Mengenali nilai pendidikan

Lingkungan baru yang ada pada pra sekolah akan memberi anak – anak pandangan yang
seluruhnya berbeda mengenai persyaratan akan pendidikannya. Mendapatkan pengetahuan dan
mengaplikasikannya dalam hidup anak akan menunjukkan seberapa besar nilai pendidikan yang
diterimanya. Begitu juga dengan keuntungan secara ekonomi yang mungkin diperoleh. Sebuah
studi mengungkapkan bahwa anak – anak yang berasal dari kalangan ekonomi rendah yang
mendapatkan pendidikan usia dini kelak mennghasilkan pendapatan yang tinggi, asuransi
kesehatan yang lebih bagus dan pendidikan yang lebih tinggi daripada yang tidak mendapatkan
pendidikan usia dini. Mereka juga lebih sedikit beresiko akan penyalahgunaan alkohol atau
ditahan karena pelanggaran hukum.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Pada sebagaimana tercantum dalam UU no. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas pendidikan anak
usia dini adala suatu upaya pembinaan yang di tunjukan anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun yang dilakukan melaluoi pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan penrkembagna jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut.

TPA adalah salah satu bentuk layanan PAUD jalur pendidikan nonformal sebagai wahana
kwesejateraan yang berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk jangka waktu tertentu bagi anak
yang orang tuanya bekerja. TPA merupakan layanan PAUD yang penyelenggaraan pendidikan
sekaligus pengasuhan yterhadap anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun ( dengan
prioritas anak usia di bawah 4 tahun )

SARAN

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini, akan tetapi pada
kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih
minimnya pengetahuan penulis.Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehingga bisa terus
menghasilkan penelitian dan karya tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.
DAFTAR PUTAKA

https://anisachoeriah-paud.blogspot.com/2011/04/makalah-konsep-dasar-tpa.html?m=1

https://realfood.co.id/id/artikel/yuk-ketahui-6-aspek-perkembangan-anak-usia-dini-yang-
sebaiknya-diketahui-para-orang-tua

https://dosenpsikologi.com/tujuan-pendidikan-anak-usia-dini/amp

https://scholar.google.com/scholar?start=10&q=jurnal+
+aspek+perkembangan+anak+di+TPA&hl=en&as_sdt=0,5#d=gs_qabs&t=1662465417915&u=
%23p%3DCo3LjeInxGYJ

Anda mungkin juga menyukai