Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENDAHULUAN, PRNSIP, DAN DASAR FILSAFAT PENDIDIKAN DI


TPA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
pembuatan makalah untuk mata kuliah Pendidikan TPA/KB dengan judul
“Pendahuluan, Prinsip, dan Dasar fisafat pendidikan di TPA “.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan TPA/KB Program Pendidikan Anak
Usia Dini di Universitas Nahdlatul Ulama.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan, baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi
pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai.

Surabaya, 30 Maret 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penulisan
BAB II : PEMBAHASAN
.1 Pengertian TPA
.2. Dasar Hukum TPA
.3 Tujuan TPA
.4 Prinsip Umum PAUD
.5 Prinsip Perkembangan Anak
.6 Dasar Filsafat Pendidikan TPA
BAB III : PENUTUP
1.1. Kesimpulan
1.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Taman Penitipan Anak merupakan bentuk layanan Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) Non-Formal yang keberadaannya terus berkembang jumlahnya.
Pada awalnya Taman Penitipan Anak telah dikembangkan oleh Departemen
Sosial sejak tahun 1963 sebagai upaya untuk mengisi kesenjangan akan
pengasuhan, pembinaan, bimbingan, sosial anak balita selama ditinggal
orangtuanya bekerja atau melaksanakan tugas.
Sejak dibentuknya Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia (Dit. PADU)
tahun 2000 maka pembinaan untuk pendidikan menjadi tanggung jawab
Departemen Pendidikan. Kebijakan Dit. PAUD untuk seluruh bentuk layanan
PAUD termasuk TPA adalah memberikan layanan yang holistik dan
integratif.Holistik berarti seluruh kebutuhan anak (kesehatan, gizi,
pendidikan, perlindungan, berkembang dan mempertahankan kelangsungan
hidup) dilayani dalam lembaga penyelenggara TPA. Integratif berarti semua
lembaga TPA melakukan koordinasi dengan instansi-instansi pembina. Selain
perubahan kebijakan dalam layanan PAUD holistik dan integratif, sejak bulan
September 2009 telah ditetapkan Standar Pendidikan Anak Usia Dini melalui
Peraturan Mendiknas No. 58/2009, yang memuat: (1) Standar tingkat
pencapaian perkembangan; (2) Standar pendidik dan tenagakependidikan; (3)
Standar Isi, Proses, dan Penilaian; (4) Standar Sarana dan Prasarana,
Pengelolaan, dan Pembiayaan.
Mengingat adanya perubahan baik substansi maupun pengelolaan, maka
perlu dilakukan penyempurnaan dari pedoman yang lama disesuaikan dengan
standar dan kebijakan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelakan pengertian TPA ?
2. Dasar hukum TPA ?
3. Tujuan TPA ?
4. Prinsip umum PAUD ?
5. Prinsip perkembangan anak ?
6. Dasar filsafat pendidikan di TPA ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian TPA.
2. Untuk mengethui dasar hukum TPA.
3. Untuk mengetahui Tujuan TPA.
4. Untuk mengetahui Prinsip umum PAUD.
5. Untuk mengetahui Prinsip perkembangan anak.
6. Untuk mengetahui dasar filsafat pendidikan di TPA.

BAB II
PEMBAHASAN

.1 Pengertian TPA
1. Taman Penitipan Anak (TPA) merupakan salah satu Bentuk PAUD pada
jalur pendidikan nonformal yang Menyelenggarakan program pendidikan
sekaligus Pengasuhan dan kesejahteraan sosial terhadap anak Sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun.
2. Pedoman Teknis Penyelenggaraan Taman Penitipan Anak merupakan
acuan minimal yang perlu diperhatikan Dalam keseluruhan proses
penyelenggaraan layanan di TPA.

.2 Dasar Hukum TPA


1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
3. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1974 tentang Kesejahteraan Anak.
4. Undang-undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2004-2025.
5. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan.
6. Peraturan Pemerintah No.17 tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan, Sebagaimana telah diubah dengan
peraturan pemerintah No.66 tahun 2010
7. Peraturan Presiden No. 24 Tahun 2010 tentangKedudukan, tugas dan
fungsi kementerian negara serta Susunan organisasi, tugas, dan fungsi
eselon 1 Sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden No.67
tahun 2010.
8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 36 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja KementerianPendidikan Nasional
9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 58 Tahun 2009 tentang
Standar Pendidikan Anak Usia Dini.

.3 Tujuan TPA
1. Tujuan layanan Program TPA adalah:
a. Memberikan layanan kepada anak usia 0 – 6 tahun Yang terpaksa
ditinggal orangtua karena pekerjaan Atau halangan lainnya.
b. Memberikan layanan yang terkait dengan pemenuhan Hak-hak
anak untuk tumbuh dan berkembang, Mendapatkan perlindungan
dan kasih sayang, serta Hak untuk berpartisipasi dalam lingkungan
sosialnya
2. Tujuan Penyusunan Petunjuk Teknis Penyelenggaraan TPA adalah:
a. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat Tentang layanan
TPA.
b. Untuk memberikan acuan kepada masyarakat tentang Proses
pendidikan anak usia dini yang minimal harus Dipenuhi dalam
TPA.
c. Untuk memberikan acuan kepada masyarakat tentang Syarat
minimal menyelenggarakan PAUD NonformalYang berbentuk
TPA.

.4 Prinsip Umum PAUD


Pendidikan anak usia dini yang diterapkan dalam program TPA didasarkan
atas prinsip-prinsip berikut:
1. Berorientasi pada kebutuhan anak.
Pada dasarnya setiap anak memiliki kebutuhan dasar Yang sama,
seperti kebutuhan fisik, rasa aman, dihargai, Tidak dibeda-bedakan,
bersosialisasi, dan kebutuhan Untuk diakui. Anak tidak bisa belajar
dengan baik apabila Dia lapar, merasa tidak aman/ takut, lingkungan
tidak Sehat, tidak dihargai atau diacuhkan oleh pendidik atau
Temannya. Hukuman dan pujian tidak termasuk bagian Dari
kebutuhan anak, karenanya pendidik tidak Menggunakan keduanya
untuk mendisiplinkan atau Menguatkan usaha yang ditunjukkan anak.
2. Sesuai dengan perkembangan anak.
Setiap usia mempunyai tugas perkembangan yang berbeda,
Misalnya pada usia 4 bulan pada umumnya anak bisa Tengkurap, usia
6 bulan bisa duduk, 10 bulan bisa berdiri, Dan 1 tahun bisa berjalan.
Pada dasarnya semua anak Memiliki pola perkembangan yang dapat
diramalkan, Misalnya anak akan bisa berjalan setelah bisa berdiri.
Oleh Karena itu pendidik harus memahami tahap perkembangan Anak
dan menyusun kegiatan sesuai dengan tahapan Perkembangan untuk
mendukung pencapaian tahap Perkembangan yang lebih tinggi.
3. Sesuai dengan keunikan setiap individu.
Anak merupakan individu yang unik, masing-masing Mempunyai
gaya belajar yang berbeda. Ada anak yang lebih mudah belajarnya
dengan mendengarkan (auditori), Ada yang dengan melihat (visual)
dan ada yang harus Dengan bergerak (kinestetik). Anak juga memiliki
minat Yang berbeda-beda terhadap alat/ bahan yang
Dipelajari/digunakan, juga mempunyai temperamen yang Berbeda,
bahasa yang berbeda, cara merespon Lingkungan, serta kebiasaan
yang berbeda. PendidikSeharusnya mempertimbangkan perbedaan
individualAnak, serta mengakui perbedaan tersebut sebagai Kelebihan
masing-masing anak. Untuk mendukung hal Tersebut pendidik harus
menggunakan cara yang Beragam dalam membangun pengalaman
anak, serta Menyediakan ragam main yang cukup.
4. Kegiatan belajar dilakukan melalui bermain.
Pembelajaran dilakukan dengan Cara yang menyenangkan. Melalui
bermain anak belajarTentang: konsep-konsep Matematika, sains, seni
dan Kreativitas, bahasa, sosial, dan Lain-lain. Selama bermain, anak
Mendapatkan pengalaman Untuk mengembangkan aspek-aspek/nilai-
nilai moral, Fisik/motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional, dan
seni. Pembentukan kebiasaan yang baik seperti disiplin, Sopan santun,
dan lainnya dikenalkan melalui cara yang Menyenangkan.
5. Anak belajar dari yang konkrit ke abstrak, dari yang Sederhana ke
yang kompleks, dari gerakan ke verbal, Dan dari diri sendiri ke sosial.
a. Anak belajar mulai dari hal-hal yang paling konkrit Yang dapat
dirasakan oleh inderanya (dilihat, diraba, Dicium, dicecap,
didengar) ke hal-hal yang bersifat Imajinasi.
b. Anak belajar dari konsep yang paling sederhana ke Konsep yang
lebih rumit, misalnya mula-mula anak Memahami apel sebagai
buah kesukaannya, kemudian Anak memahami apel sebagai buah
yang berguna Untuk kesehatannya
c. Kemampuan komunikasi anak dimulai dengan Menggunakan
bahasa tubuh lalu berkembangMenggunakan bahasa lisan.
d. Anak memahami lingkungannya dimulai dari hal-hal Yang terkait
dengan dirinya sendiri, kemudian ke Lingkungan dan orang-orang
yang paling dekat dengan Dirinya, sampai kepada lingkungan
yang lebih luas.Dengan demikian pendidik harus menyediakan
alatalat main yang paling konkrit sampai alat main yang Bisa
digunakan sebagai pengganti benda yang Sesungguhnya.
Pendidik juga harus memahami Bahasa tubuh anak dan
membantu mengembangkan Kemampuan bahasa anak melalui
kegiatan main.
6. Anak sebagai pembelajar aktif
Dalam proses Pembelajaran, anak Merupakan subjek/pelaku
Kegiatan dan pendidik Merupakan fasilitator. Anak mempunyai rasa
Ingin tahu yang besar, Mempunyai banyak ide, Dan tidak bisa
berdiam dalam jangka waktu lama. Oleh Karena itu pendidik harus
menyediakan berbagai alat, Memberi kesempatan anak untuk
memainkan berbagai Alat main dengan berbagai cara, dan
memberikan waktu Kepada anak untuk mengenal lingkungannya
dengan Caranya sendiri. Pendidik juga harus memahami dan tidak
Memaksakan anak untuk duduk diam tanpa aktifitas yang
Dilakukannya dalam waktu yang lama.
7. Anak belajar melalui interaksi sosial
Pembelajaran anak melalui interaksi sosial baik dengan Orang
dewasa maupun dengan teman sebaya yang ada Di lingkungannya.
Salah satu cara anak belajar adalah Dengan cara mengamati, meniru,
dan melakukan. Orang Dewasa dan teman-teman yang dekat dengan
kehidupan Anak merupakan obyek yang diamati dan ditiru anak.
Melalui cara ini anak belajar cara bersikap, Berkomunikasi,
berempati, menghargai, atau Pengetahuan dan keterampilan lainnya.
Pendidik dan Orang-orang dewasa di sekitar anak seharusnya peka
Dan menyadari bahwa dirinya sebagai model yang Pantas untuk ditiru
anak dalam berucap, bersikap, Merespon anak dan orang lain,
sehingga dapatMembantu anak mengembangkan Kemampuan
Berkomunikasi dan kematangan emosinya.
8. Menyediakan lingkungan yang mendukung proses Belajar.
Lingkungan merupakan sumber belajar yang sangat Bermanfaat
bagi Anak. Lingkungan Berupa lingkungan Fisik berupa penataan
Ruangan, penataan Alat main, bendabenda, perubahan Benda (daun
muda –Daun tua, daun Kering, dst.), cara kerja benda (bola didorong
akan Menggelinding, sedangkan kubus didorong akan Menggeser,
dst.), dan lingkungan non fisik berupa Kebiasaan orang-orang sekitar,
suasana belajar (keramahan pendidik, pendidik yang siap membantu,
Dst.). Pendidik seharusnya menata lingkungan yang menarik,
menciptakan suasana hubungan yang hangat Antar pendidik, antar
pendidik dan anak, dan anak Dengan anak. Pendidik juga
memfasilitasi anak untuk Mendapatkan pengalaman belajar di dalam
dan di luar Ruangan secara seimbang dengan menggunakan
bendabenda yang ada di lingkungan anak. Pendidik juga Mengenalkan
kebiasaan baik, nilai-nilai agama dan Moral di setiap kesempatan
selama anak di lembaga Dengan cara yang menyenangkan.
9. Merangsang munculnya kreativitas dan inovatif.
Pada dasarnya setiap anak memiliki potensi kreativitas Yang
sangat tinggi. Ketika anak diberi kesempatan untuk Menggunakan
berbagai bahan dalam kegiatan Permainannya, maka anak akan dapat
belajar tentangBerbagai sifat dari bahan-bahan tersebut. Ijinkanlah
anak Bersentuhan dengan aneka bahan dengan berbagai Jenis, tekstur,
bentuk, ukuran, dll. Mereka dapat Menciptakan produk-produk baru
dengan inovasi mereka Setelah bereksplorasi dengan berbagai bahan
tersebut.Pendidik perlu menghargai setiap kreasi anak apapun
Bentuknya sebagai wujud karya kreatif mereka. Dengan Kreativitas,
nantinya anak akan dapat memiliki pribadi Yang kreatif sehingga
mereka dapat memecahkan Persoalan kehidupan dengan cara-cara
yang kreatif. Ideide kreatif dan inovatif mereka dapat menunjang
untuk Menjadi seorang wirausaha yang dapat meningkatkan
Perekonomian negara.
10. Mengembangkan kecakapan hidup anak.
Kecakapan hidup merupakan suatu ketrampilan yang Perlu dimiliki
anak melalui pengembangan karakter. Karakter yang baik dapat
dikembangkan dan dipupuk Sehingga menjadi modal bagi masa
depannya kelak. Kecakapan hidup diarahkan untuk membantu anak
Menjadi mandiri, tekun, bekerja keras, disiplin, jujur, Percaya diri,
dan mampu membangun hubungan dengan Orang lain. Kecakapan
hidup merupakan keterampilan Dasar yang berguna bagi
kehidupannya kelak. Ini akan Sangat menunjang seseorang agar kelak
dapat menjadi Orang yang berhasil. Untuk itu pendidik harus percaya
Bahwa anak mampu melakukan sesuatu untuk dirinya Sendiri.
Pendidik juga harus mendukung kemampuan Kecakapan hidup
penataan lingkungan yang tepat, Menyediakan kegiatan main yang
beragam, serta Menghargai apapun yang dihasilkan oleh anak.
11. Menggunakan berbagai sumber dan media belajar Yang ada di
lingkungan sekitar.
Sumber dan media Belajar untuk PAUD tidakTerbatas pada alat
Dan media hasil Pabrikan, tetapi Dapat menggunakan berbagai bahan
dan alat yang tersedia di lingkungan sepanjang tidak berbahaya bagi
kesehatananak. Air, tanah lempung, pasir, batu-batuan, kerang, daun-
daunan, ranting, karton, botol-botol bekas, perca kain, baju bekas,
sepatu bekas, dan banyak benda lainnya dapat dijadikan sebagai media
belajar untuk mengenalkan banyak konsep; matematika, sains, sosial,
bahasa, dan seni. Dengan menggunakan bahan dan benda yang di
sekitar anak belajar tentang menjaga lingkungan, pelestarian alam, dan
lainnya. Sumber belajar juga tidak terbatas pada pendidik, tetapi
orangorang yang ada di sekitarnya. Misalnya anak dapatbelajar
tentang tugas dan cara kerja petani, peternak, polisi, pak pos, petugas
pemadam kebakaran, dan lainnya dengan cara mengunjungi tempat
kerja mereka atau mendatangkan mereka ke lembaga PAUD untuk
menunjukkan kepada anak bagaimana mereka bekerja.
12. Anak belajar sesuai dengan kondisi sosial budayanya.
PAUD merupakan wahana anak tumbuh dan berkembang sesuai
potensi dengan berdasarkan pada sosial budaya yang berlaku di
lingkungan. Pendidik seharusnya mengenalkan budaya, kesenian,
dolanan anak, baju daerah menjadi bagian dari setting dan
pembelajaran baik secara regular maupun melalui event tertentu.
13. Melibatkan peran serta orangtua yang bekerja samadengan para
pendidik di lembaga PAUD.
Orangtua menjadi sumber informasi mengenai kebiasaan,
kegemaran, ketidaksukaan anak, dan lain-lain yang digunakan
pendidik dalam penyusunan program pembelajaran. Orangtua juga
dilibatkan dalam memberikan keberlangsungan pendidikan anak di
rumah. Untuk seharusnya lembaga PAUD memiliki jadwal pertemuan
orangtua secara rutin untuk berbagi informasi tentang kebiasaan anak,
kemajuan, kesulitan, rencana kegiatan bersama anak dan orangtua,
harapan-harapan orangtua untuk perbaikan program, dst. Dengan
adanya program orangtua diharapkan stimulasi yang anak dapatkan di
lembaga dan di rumah menjadi sejalan dan saling menguatkan.
14. Stimulasi pendidikan bersifat menyeluruh yang mencakup semua
aspek perkembangan.
Saat anak melakukan sesuatu, sesungguhnya ia
sedangmengembangkan berbagai aspek
perkembangan/kecerdasannya. Sebagai contoh saat anak makan, ia
mengembangkan kemampuan bahasa (kosa kata tentang nama bahan
makanan, jenis makanan, dsb.), gerakan motorik halus (memegang
sendok, membawa makanan ke mulut), kemampuan kognitif
(membedakan jumlah makanan yang banyak dan sedikit), kemampuan
sosial emosional (duduk dengan tepat, saling berbagi, saling
menghargai keinginan teman), dan aspek moral (berdoa sebelum dan
sesudah makan). Programpembelajaran dan kegiatan anak yang
dikembangkan pendidik seharusnya ditujukan untuk mencapai
kematangan semua aspek perkembangan. Selama anak bermain
pendidik juga harus mengamati kegiatan anak untuk mengetahui
indikator-indikator yang telah dicapai anak di setiap
perkembangannya.

.5 Prinsip Perkembangan Anak


Menurut Hurlock (1980: 5-9) menyatakan prinsip perkembangan ada
sembilan, yaitu:
1. Dasar-dasar permulaan adalah sikap kritis.
Prinsip pertama dalam perkembangan adalah sikap kritis.
Banyakahli psikologi menyatakan bahwa tahun-tahun prasekolah
merupakantahapan penting. Pada usia ini diletakkan struktur perilaku
yang kompleksyang berpengaruh bagi perkembangan sikap anak pada
masaselanjutnya. Misalnya penggunaan tangan kanan atau kiri, dengan
latihanyang diberikan orangtua atau guru anak dapat menggunakan
tangankanan lebih baik daripada tangan kirinya.Kedua, perubahan
cenderung terjadi apabila orang-orang disekitar anak memperlakukan
anak dengan baik dan mendorong anaklebih bebas mengekspresikan
dirinya. Sikap ini akan mendorong anaktumbuh dan berkembang.Ketiga
ada motivasi yang kuat dari diri individu yang inginmengalami
perubahan. Misalnya anak yang malas berbicara tidakakan menjadi
anak yang terbuka di masa yang akan datang.
2. Peran kematangan dan belajar
Perkembangan dapat dipengaruhi oleh kematangan dan
belajar.Kematangan adalah terbukanya karateristik yang secara
potensialsudah ada pada individu yang berasal dari warisan genetik
individu,misalnya dalam fungsi yang telah diwariskan yang disebut
phylogenetik(merangkak, duduk, dan berjalan). Belajar adalah
perkembanganyang berasal dari latihan dan usaha. Melalui belajar ini
anak-anakmemperoleh kemampuan menggunakan sumber yang
diwariskan(phylogenetik). Hubungan antara kematangan dan hasil
belajar dalam fungsi hasil usaha (ontogenetik) seperti menulis,
mengemudiatau bentuk keterampilan lainnya yang merupakan hasil
pelatihan.
3. Mengikuti Pola Tertentu yang Dapat Diramalkan
Perkembangan mengikuti pola tertentu yang dapat
diramalkan.Misalnya perkembangan motorik akan mengikuti hukum
arah perkembangan (cephalocaudal) yaitu perkembangan yang
menyebar ke seluruh tubuh dari kepala ke kaki ini berarti bahwa
kemajuan dalam struktur dan fungsi pertama-tama terjadi di bagian
kepala kemudian badan dan terakhir kaki. Hukum yang kedua
perkembangan menyebar keluar dari titik poros sebtral tubuh ke
anggota-anggota tubuh (proximodistal).Contohnya kemampuan jari-
jemari seorang anak akan didahului oleh keterampilan lengan terlebih
dahulu.
4. Semua individu berbeda
Tiap individu berbeda perkembangannya meskipun pada
anakkembar. Anak-anak penakut tidak sama reaksinya dengan anak-
anakagresif terhadap satu tahap perkembangan. Oleh sebab itu
perkembangan pada tiap manusia berbeda-beda sehingga terbentuk
individualitas.Walaupun pola perkembangan sama bagi semua anak,
setiapanak akan mengikuti pola yang dapat diramalkan dengan cara
dankecepatannya sendiri. Beberapa anak berkembang dengan
lancar,bertahap langkah demi langkah, sedangkan lain bergerak
dengankecepatan yang melonjak, dan pada anak lain terjadi
penyimpangan.Perbedaan ini disebabkan karena setiap orang memiliki
unsur biologisdan genetik yang berbeda.
Kemudian faktor lingkungan juga turut memberikan kontribusi
terhadap perkembangan seorang anak. Misalnya perkembangan
kecerdasan dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti kemampuan
bawaan, suasana emosional, apakah seorang anak didorong untuk
melakukan kegiatan intelektual atau tidak, dan apakahdia diberi
kesempatan untuk belajar atau tidak.Selain itu meskipun kecepatan
perkembangan anak berbeda tapi pola perkembangan tersebut memiliki
konsistensi perkembangan tertentu. Pada anak yang memiliki
kecerdasan rata-rata akan cenderungmemiliki kecerdasan yang rata-rata
pula ketika menginjak tahap perkembangan berikutnya. Perbedaan
perkembangan pada tiap individu mengindikasikanpada guru, orang tua,
atau pengasuh untuk menyadari perbedaantiap anak yang diasuhnya
sehingga kemampuan yang diharapkan dari tiap anak seharusnya juga
berbeda. Demikian pula pendidikan yang diberikan harus bersifat
perseorangan, meskipun dilakukan secara klasikal atau kelompok.
5. Setiap Perkembangan Mempunyai Perilaku Karateristik
Karateristik tertentu dalam perkembangan juga dapat
diramalkan,ini berlaku baik untuk perkembangan fisik maupun mental.
Semuaanak mengikuti pola perkembangan yang sama dari satu tahap
menuju tahap berikutnya. Bayi berdiri sebelum dapat berjalan.
Menggambar lingkaran sebelum dapat menggambar segi empat. Pola
perkembanganini tidak akan berubah sekalipun terdapat variasi individu
dalam kecepatanperkembangan.Pada anak yang pandai dan tidak pandai
akan mengikuti urutanperkembangan yang sama seperti anak yang
memiliki kecerdasan rata-rata. Namun ada perbedaan mereka yang
pandai akan lebih cepatdalam perkembangannya dibandingkan anak
yang memiliki kecerdasanrata-rata, sedangkan anak yang bodoh akan
berkembang lebih lambat.Perkembangan bergerak dari tanggapan
umum menuju tanggapanyang lebih khusus. Misalnya seorang bayi
akan mengacak-acak mainan sebelum dia mampu melakukan
permainan itu dengan jari-jarinya. Demikian juga dengan
perkembangan emosi, anak secara umum akan merespon dengan rasa
takut pada suatu hal yang baru namun selanjutnya akan merepon
ketakutan secara khusus pada hal yang baru tersebut.
Perkembangan berlangsung secara berkesinambungan sejak dari
pembuahan hingga kematian, namun hal ini terjadi dalam berbagai
kecepatan, kadang lambat tapi kadang cepat. Perbedaan kecepatan
perkembangan ini terjadi pada setiap bidang perkembangan dan akan
mencapai puncaknya pada usia tertentu. Seperti imajinasi kreatif akan
menonjol di masa kanak-kanak dan mencapai puncaknya pada masa
remaja. Berkesinambungan memiliki arti bahwa setiap periode
perkembangan akan berpengaruh terhadap perkembangan selanjutnya.
6. Setiap Tahap Perkembangan Mempunyai Risiko
Setiap tahap perkembangan mempunyai risiko. Beberapa hal yang
dapat menyebabkannya antara lain dari lingkungan anak itu sendiri.
Bahaya ini dapat mengakibatkan terganggunya penyesuaian fisik,
psikologis, dan sosial. Sehingga pola perkembangan anak tidak menaik
tapi datar artinya tidak ada peningkatan perkembangan. Pada saat itu
dapat dikatakan bahwa anak sedang mengalami gangguan penyesuaian
yang buruk atau ketidakmatangan. Peringatan awal adanya hambatan
atau berhentinya perkembangan tersebut merupakan hal yang penting
karena memungkinkan pengasuh (orangtua, guru, atau pengasuh
lainnya) untuk segera mencari penyebab dan memberikan stimulasi
yang sesuai.
7. Perkembangan dibantu rangsangan
Perkembangan akan berjalan sebagaimana mestinya jika
adabantuan berbentuk sitmulus dari lingkungan sekitarnya. Misalnya
semakin rajin orangtua berbicara dengan anaknya semakin cepat anak-
anak belajar berbicara. Pengalaman penulis dengan seorang anak yang
malas bicara, ketika penulis menjadi guru anak berusia 5 (lima) tahun
tersebut, setiap hari penulis menanyakan kabarnya atau menanyakan
nama-nama benda kepadanya. Menjelang tamat Taman Kanak-kanak
anak tersebut mulai senang berbicara.
8. Perkembangan Dipengaruhi Perubahan Budaya
Kebudayaan mempengaruhi perkembangan sikap dan fisik anak.
Anak yang hidup dalam budaya yang membedakan sikap dan
permainan yang pantas terhadap untuk anak laki-laki dan perempuan
akan berpengaruh terhadap perkembangan. Anak perempuan akan
memilih mainan yang lebih sedikit membutuhkan kemampuan fisik,
sehingga pertumbuhan fisiknya tidak sekuat fisik anak laki-laki. Anak
laki-laki dituntut untuk tidak cengeng seperti anak perempuan, sehingga
anak laki-laki menjadi lebih tegar dan pemberani dibandingkan anak
perempuan.
9. Harapan sosial pada setiap tahap perkembangan
Orangtua dan masyarakat memiliki harapan tertentu pada tiap
tahap perkembangan anak. Jika tahap itu tercapai maka orangtua atau
masyarakat akan berbahagia. Misalnya anak usia 1 (satu) tahun sudah
pandai berjalan, jika sampai usia tersebut anak belum bisa berjalan,
maka akan membuat gelisah orang-orang di sekitarnya.

.6 Dasar Filsafat Pendidikan diTPA


Untuk mendukung mewujudkan anak usia dini yang berkualitas, maju,
mandiri, demokrasi, dan berprestasi, maka filsafat pendidikan di TPA dapat
dirumuskan menjadi: Tempa, Asah, Asih, Asuh.
1. Tempa
Yang dimaksud dengan Tempa adalah untuk Mewujudkan kualitas
fisik Anak usia dini melalui Upaya pemeliharaan Kesehatan,
peningkatan Mutu gizi, olahraga yang Teratur dan terukur, serta
aktivitas jasmani sehingga anak Memiliki fisik kuat, lincah, daya
tahan dan disiplin tinggi.
2. Asah
Asah berarti memberi dukungan kepada anak untuk dapatBelajar
melalui bermain agar memiliki pengalaman yang Berguna dalam
mengembangkan seluruh potensinya. Kegiatan bermain yang
bermakna, menarik, dan Merangsang imajinasi, kreativitas anak untuk
melakukan, Mengekplorasi, memanipulasi, dan menemukan
inovasiSesuai dengan minat dan gaya belajar anak.
3. Asih
Asih pada dasarnya merupakan penjaminan pemenuhan Kebutuhan
anak untuk mendapatkan perlindungan dari Pengaruh yang dapat
merugikan pertumbuhan danPerkembangan, misalnya perlakuan
kasar, penganiayaan Fisik dan mental dan ekploitasi.
4. Asuh
Melalui pembiasaan yang dilakukan secara konsisten Untuk
membentuk perilaku dan kualitas kepribadian dan Jati diri anak dalam
hal:
a. Integritas, iman, dan taqwa
b. Patriotisme, nasionalisme dan kepeloporan
c. Rasa tanggung jawab, jiwa kesatria, dan sportivitas
d. Jiwa kebersamaan, demokratis, dan tahan uji
e. Jiwa tanggap (penguasaan ilmu pengetahuan, dan Teknologi)
f. daya kritis dan idealisme
g. Optimis dan keberanian mengambil resiko
h. Jiwa kewirausahaan, kreatif dan professional
BAB III
PENUTUP

.1 Kesimpulan
Taman Penitipan Anak (TPA) merupakan salah satu Bentuk PAUD pada
jalur pendidikan nonformal yang Menyelenggarakan program pendidikan
sekaligus Pengasuhan dan kesejahteraan sosial terhadap anak Sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun.
Tujuan layanan Program TPA adalah: (a) Memberikan layanan kepada
anak usia 0 – 6 tahun Yang terpaksa ditinggal orangtua karena pekerjaan Atau
halangan lainnya, (b) Memberikan layanan yang terkait dengan pemenuhan
Hak-hak anak untuk tumbuh dan berkembang, Mendapatkan perlindungan
dan kasih sayang, serta Hak untuk berpartisipasi dalam lingkungan sosialnya.
Pendidikan anak usia dini yang diterapkan dalam program TPA didasarkan
atas prinsip-prinsip berikut: (a) Berorientasi pada kebutuhan anak, (b) Sesuai
dengan perkembangan anak, (c) Sesuai dengan keunikan setiap individu, (d)
Kegiatan belajar dilakukan melalui bermain, (e) Anak belajar dari yang
konkrit ke abstrak, dari yang Sederhana ke yang kompleks, dari gerakan ke
verbal, Dan dari diri sendiri ke sosial, (f) Anak sebagai pembelajar aktif, (g)
Anak belajar melalui interaksi sosial, (h) Menyediakan lingkungan yang
mendukung proses Belajar, (i) Merangsang munculnya kreativitas dan
inovatif, (j) Mengembangkan kecakapan hidup anak, (k) Menggunakan
berbagai sumber dan media belajar Yang ada di lingkungan sekitar, (l) Anak
belajar sesuai dengan kondisi sosial budayanya, (m) Melibatkan peran serta
orangtua yang bekerja samadengan para pendidik di lembaga PAUD, (n)
Stimulasi pendidikan bersifat menyeluruh yang mencakup semua aspek
perkembangan.
Menurut Hurlock (1980: 5-9) menyatakan prinsip perkembangan ada
sembilan, yaitu: (1) Dasar-dasar permulaan adalah sikap kritis, (2) Peran
kematangan dan belajar, (3) Mengikuti Pola Tertentu yang Dapat Diramalkan,
(4) Semua individu berbeda, (5) Setiap Perkembangan Mempunyai Perilaku
Karateristik, (6) Setiap Tahap Perkembangan Mempunyai Risiko, (7)
Perkembangan dibantu rangsangan, (8) Perkembangan Dipengaruhi
Perubahan Budaya, (9) Harapan sosial pada setiap tahap perkembangan
Terdapat 4 dasar filsafat pendidikan TPA : (a) Tempa, (2) Asah, (3) Asih,
(4) Asuh.

.2 Saran
Kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat
kekurangan krena keterbatasan saya, untu itu kritik dan saran amat kami
harapkan.

DAFTAR PUSTAKA

________ . 2006. Pedoman Teknis Penyelenggaraan POS PAUD. Departemen


Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Direktorat
Pendidikan Anak Usia Dini.

Anda mungkin juga menyukai