Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Anak Usia Dini sangat penting dilaksanakan sebagai


dasar bagi pembentukan kepribadian manusia secara utuh, yaitu untuk
pembentukan karakter, budi pekerti luhur, cerdas, ceria, terampil dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan usia dini dapat
dimulai di rumah atau dalam keluarga, perkembangan anak pada tahun-
tahun pertama sangat penting dan akan menentukan kualitasnya di masa
depan. Oleh karena itu, upaya-upaya pengembangan anak usia dini
hendaknya dilakukan melalui belajar dan melalui bermain (learning
through games). Hal ini karena bermain merupakan kegiatan yang
menyenangkan bagi anak melalui bermain anak memperoleh kesempatan
untuk bereksplorasi (exploration), menemukan (finding), mengekspresikan
(expression), perasaannya dan berkreasi (creation). Lembaga-lembaga
PAUD di Indonesia memiliki pijakan yang sangat kuat bernpa landasan
yuridis, landasan filosofis, landasan religius, dan landasan keilmuan serta
landasan empirik.

Landasan yuridis adalah landasan yang berkaitan dengan


pentingnya penyelenggaraan lembaga PAUD (KB dan TPA). Landasan
filosofis dan religius, yaitu landasan yang didasarkan pada keyakinan
agama yang dianut oleh para orang tua anak usia dini. Landasan empirik
adalah landasan yang berdasarkan pada fakta yang terdapat di lapangan.
Landasan keilmuan adalah teori-teori dan kajian-kajian yang melandasi
apa, mengapa, dan bagaimana anak usia dini mendapat pengasuhan,
pendidikan dan perlindungan yang tepat.

BAB II
1
PEMBAHASAN

A. Dasar Legalitas PAUD di Indonesia


Pendidikan untuk semua (education for All), termasuk pendidikan
anak usia dini telah menjadi perhatian masyarakat seluruh dunia. Hal ini
ditunjukkan dengan diadakannya pertemuan Forum Pendidikan Dunia
pada tahun 2002 di Dakar Senegal. Pada pertemuan ini, dihasilkan 6
komitmen sebagai kerangka aksi pendidikan untuk semua (The Dakar
Framework for Action) yang disahkan dan diterima Forum Pendidikan
Dunia (The World Education Forum) dengan dua belas strategi yang akan
dilakukan untuk mendukung dan melaksanakan keenam komitmen
tersebut1.
Setiap anak memiliki hak yang sama dan harus diperhatikan oleh
seluruh masyarakat. Hak Setiap Anak tersebut adalah :
1. Untuk dilahirkan, untuk memiliki nama dan kewarganegaraan;
2. Untuk memilik keluarga yang menyayangi dan mengasihi saya;
3. Untuk hidup dalam komunitas yang aman, damai dan lingkungan yang
sehat;
4. Untuk mendapatkan makanan yang cukup dan tubuh yang sehat dan
aktif;
5. Untuk mendapatkan pendidikan yang baik dan mengembangkan
potensinya;
6. Untuk diberikan kesempatan bermain waktu santai;
7. Untuk dilindungi dari penyiksaan, eksploitasi, penyia-siaan, kekerasan
dan dari mara bahaya;
8. Untuk dipertahankan dan diberikan bantuan oleh pemerintah;
9. Agar bisa mengekspresikan pendapat sendiri.
Setiap pelanggaran atas hak anak tersebut mendapat sanksi, baik
secara legislatif, administratif maupun tindakan lainnya secara moral dan
politis. Landasan Dasar PAUD di Indonesia meliputi landasan yuridis
1
Cucu Eliyawati. (2005). Pemilihan dan Pengembangan Sumber Belajar untuk Anak Usia
Dini. Jakarta : Depdiknas. Ditjen Dikti.

2
(hukum), empiris maupun keilmuan. Jalur dan Bentuk layanan pendidikan
anak usia dini di Indonesia tertuang dalam UU Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sisdiknas Bagian VII Pasal 28 ayat (14), jalur dan bentuk layanan
PAUD dilaksanakan melalui jalur formal (TK/RA), Nonformal (KB, TPA,
dan bentuk lain yang sejenis, seperti posyandu dan BKB). Program PAUD
jenis apa pun yang akan, sedang dan telah diselenggarakan oleh berbagai
pihak, yang terpenting adalah menyediakan wahana yang dapat
memfasilitasi hak-hak anak untuk menyenangkan sesuai dengan tahap
perkembangan anak dan konvensi Hak Anak2.
B. Pendirian Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini

Pada saat ini banyak sekal; bermunculan lembaga PAUD di


berbagai tempat seperti Jamur yang tumbuh saat musim penghujan. Ada
yang berskala kecil maupun besar, didirikan oleh perorangan maupun
lembaga atau kelompok. Kelompok Bermain (KB) adalah salah satu
bentuk layanan PAUD pada jalur pendidikan nonformal yang
menyelenggarakan program pendidikan sekaligus program kesejahteman
bagi anak sejak lahir sampai dengan enam tahun. (dengan prioritas anak
usia dua sampai empat tahun) dan merupakan salah satu bentuk PAUD
pada jalur nonformal yang mengutamakan kegiatan bermain sambil
belajar. Penyelenggaraan KB harus memenuhi persyaratan minimal yang
meliputi: peserta didik, pendidik, pengelola, persyaratan pendirian dan
prosedur pendirian dan pengelolaan administrasi dan pelaporan dan
pembinaannya3.

Taman Penitipan Anak (TPA) adalah salah satu bentuk PAUD


pada jalur pendidikan nonformal sebagai wahana kesejahteraan yang
berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk jangka waktu tertentu bagi
anak yang orang tuanya bekerja. TPA menyelenggarakan. program
2
Depdiknas. (2007). Pedoman Teknis Penyelenggaraan Taman Penitipan Anak. Jakarta :
Depdiknas Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini.
3
Direktorat PAUD, Ditjen PLS. (2006). Pedoman Teknis Penyelenggaraan Taman
Penitipan Anak. Jakarta : Depdiknas

3
pendidikan sekaligus pengasuhan terhadap anak sejak lahir sampai dengan
usia enam tahun dengan prioritas anak usia empat tahun ke bawah. Untuk
mendukung mewujudkan anak usia dini yang berkualitas, maju, mandiri,
demokrasi, dan berprestasi, TPA menggunakan dan menerapkan filsafat
pendidikan, yaitu tempa, asah, asih, dan asuh. Penyelenggaraan KB harus
memenuhi persyaratan minimal, yang meliputi peserta didik, pendidik,
pengelola, pengasuh/perawat, rasio pendidik atau pengasuh dengan peserta
didik, teknis penyelenggaraan, perizinan, pengelolaan administrasi,
evaluasi, pelaporan dan pembinaannya.

Satuan PAUD yang sejenis merupakan area program pelayanan


AUD yang tujuannya sama dengan lembaga PAUD lainnya. Sasaran SPS
selain Anak Usia 6 tahun juga orang tua dan pengasuh anak usia dini.
Pelaksanaannya lebih fleksibel bergantung pada kesepakatan antara warga
dan pengelola atau kader SPS tersebut. Tempat belajarnya juga lebih
Fleksibel dan bisa dilakukan di mana saja4.

C. Pengajuan Rintisan Program Pendidikan Anak Usia Dini

Misi Utama Direktorat PAUD adalah Mengupayakan pemerataan


peningkatan mutu, dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan dini;
Meningkatkan kesadaran orang tua akan pentingnya PAUD bagi masa
depan anak-anaknya; Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan peran
serta masyartakat dalam menyelenggarakan pendidikan dini.

Pendidikan anak usia dini di Indonesia perlu mendapat perhatian


yang sangat serius dari berbagai pihak. Oleh karenanya pemerintah
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat yang
ingin mengembangkan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk
program PAUD dengan cara memberikan bantuan dana rintisan. Oleh
karena itulah, pemerintah perlu mengeluarkan pedoman pengajuan rintisan

4
Direktorat PAUD, Ditjen PLS. (2006). Pedoman Teknis Penyelenggaraan Kelompok
Bermain. Jakarta : Depdiknas

4
program PAUD. Dalam pedoman ini berisikan ketentuan umum,
pelaksanaan, penilaian dan tindak lanjut pengajuan dana rintisan program
PAUD Termasuk bentuk usulan kegiatannya (proposal). Dengan
Demikian, bagi masyarakat yang ingin mengajukan dana rintisan akan
memiliki rambu-rambu pengajuan secara jelas5.

D. Dasar Pengelolaan Lingkungan Belajar Indoor di Lembaga PAUD

Lingkungan sebagai unsur yang menyediakan sejumlah rangsangan


perlu mendapat perhatian dan perlu diciptakan sedemikian rupa, agar
menyediakan objek-objek sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan
anak. Pendidik perlu menciptakan dan menyediakan lingkungan belajar
yang mendukung dan memudahkan sensori anak untuk bersentuhan
dengan lingkungan belajar sehingga setiap aspek perkembangan anak
dapat berkembang sebaik-baiknya. Hal ini dilakukan untuk
mengoptimalkan perkembagan anak usia dini, khususnya anak usia tiga
sampai dengan empat tahun6.

Faktor lingkungan memberikan pengaruh yang sangat besar untuk


membedakan kualitas program di lembaga PAUD. Oleh karenanya guru
harus lebih berhati-hati dalam merencanakan dan mengorganisir ruang
kelas dan peralatannya. Perencanaan dan pengorganisiran ruang kelas
secara baik dan berhati-hati akan memberikan banyak keuntungan,
diantaranya :

1. Membuat pekerjaan guru menjadi mudah,

2. Hari-hari anak menjadi lebih menyenangkan,

3. Anak dapat menyelesaikan tugas secara lebih produktif dan tertantang,

5
Depdiknas (2002). Acuan Menu Pembelajaran pada Taman Penitipan Anak. Jakarta:
Depdiknas Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini.
6
Depdiknas (2002). Acuan Penyelenggaraan Kelompok Bermain. Jakarta: Depdiknas
Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini.

5
4. Anak-anak akan terus berkeliling dari satu kegiatan ke kegiatan
lainnya tanpa merasa bosan,

5. Atmosfer kegiatan pembelajaran lebih dapat terantisipasi, cemerlang,


inspiratif, menakjubkan, menantang dan memesona.

Ruangan yang perlu disiapkan, antara lain ruangan untuk bayi dan
ruangan untuk anak-anak kecil lengkap dengan peralatannya. Ruangan ini
disiapkan dengan mengacu pada panduan National Association Education
for the Young Children (NAEYC) dalam bukunya Developmentally
Appropriate Practice (DAP).

BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Dasar Legalitas Paud

6
Landasan Dasar PAUD di Indonesia meliputi landasan yuridis
(hukum), empiris maupun keilmuan. Jalur dan Bentuk layanan
pendidikan anak usia dini di Indonesia tertuang dalam UU Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sisdiknas Bagian VII Pasal 28 ayat (14), jalur dan
bentuk layanan PAUD dilaksanakan melalui jalur formal (TK/RA),
Nonformal (KB, TPA, dan bentuk lain yang sejenis, seperti posyandu
dan BKB).
2. Pendirian Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini

Kelompok Bermain (KB) adalah salah satu bentuk layanan PAUD


pada jalur pendidikan nonformal sedangkan Taman Penitipan Anak
(TPA) adalah salah satu bentuk PAUD pada jalur pendidikan
nonformal.

3. Pengajuan Rintisan Program Pendidikan Anak Usia Dini

pemerintah memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada


masyarakat yang ingin mengembangkan dan melaksanakan kegiatan
pembelajaran untuk program PAUD dengan cara memberikan bantuan
dana rintisan.

4. Dasar Pengelolaan Lingkungan Belajar Indoor di Lembaga PAUD

Lingkungan sebagai unsur yang menyediakan sejumlah rangsangan


perlu mendapat perhatian dan perlu diciptakan sedemikian rupa, agar
menyediakan objek-objek sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan
anak.

DAFTAR PUSTAKA

Cucu Eliyawati. (2005). Pemilihan dan Pengembangan Sumber Belajar untuk


Anak Usia Dini. Jakarta : Depdiknas. Ditjen Dikti.

7
Depdiknas. (2007). Pedoman Teknis Penyelenggaraan Taman Penitipan Anak.
Jakarta : Depdiknas Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini

Direktorat PAUD, Ditjen PLS. (2006). Pedoman Teknis Penyelenggaraan Taman


Penitipan Anak. Jakarta : Depdiknas

Direktorat PAUD, Ditjen PLS. (2006). Pedoman Teknis Penyelenggaraan


Kelompok Bermain. Jakarta : Depdiknas

Depdiknas (2002). Acuan Menu Pembelajaran pada Taman Penitipan Anak.


Jakarta: Depdiknas Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini.

Depdiknas (2002). Acuan Penyelenggaraan Kelompok Bermain. Jakarta:


Depdiknas Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah Direktorat
Pendidikan Anak Usia Dini.

Anda mungkin juga menyukai