Anda di halaman 1dari 4

 TEORI-TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK SERTA PENERAPANNYA DALAM PAI

Cari

Hakikat Manusia dalam


Pandangan “Psikologi”
Hakikat Manusia dalam Pandangan
“Psikologi”
BUTUH TULISAN INI BISA KLIK

HAKIKAT MANUSIA DALAM PSIKOLOGI


Memahami makhluk Tuhan yang bernama manusia sungguh sangat sukar. Berbagai macam
pandangan para tokoh mengenai manusia. Ahli mantic (logika) menyatakan bahwa manusia
adalah “Hayawan Natiq” (manusia adalah hewan berpikir), seorang ahli filsafat yaitu Ibnu
Khaldun menyatakan bahwa manusia itu madaniyyun bi al-thaba atau manusia adalah
makhluk yang bergantung kepada tabiatnya. Sedangkan Aristoteles berpendapat bahwa
manusia adalah “zoon political” atau “political animal (manusia adalah hewan yang
berpolitik).
Mengenai sifat makhluk yang bernama manusia itu sendiri yakni bahwa makhluk itu
memiliki potensi lupa atau memiliki kemampuan bergerak yang melahirkan dinamisme,
atau makhluk yang selalu atau sewajarnya melahirkan rasa senang, humanisme dan
kebahagiaan pada pihak-pihak lain. Dan juga manusia itu pada hakikatnya merupakan
makhluk yang berfikir, berbicara, berjalan, menangis, merasa, bersikap dan bertindak serta
bergerak[1]
A. Mengenai manusia ada beberapa filosof yang berbeda pendapat

1. Plato
Menurut Plato, martabat manusia sebagai pribadi tidak terbatas pada mulainya jiwa bersatu
dengan raga, jiwa tidak berada lebih dulu sebelum manusia atau pribadi adalah jiwa sendiri.
Sedangkan badan oleh Plato yang disebut sebagai alat yang berguna sewaktu masih hidup
didunia ini, tetapi badan itu disamping berguna sekaligus juga memberati usaha jiwa untuk
mencapai kesempurnaan, yaitu kembali kepada dunia “ide”.

Sedangkan jiwa berada sebelum bersatu dengan badan. Persatuan jiwa dengan badan
merupakan hukuman, karena kegagalan jiwa untuk memusatkan perhatianya kepada dunia
“ide”, jadi manusia mempunyai Pra-eksistensi yaitu sudah ada sebelum dipersatukan dengan
badan dan jatuh kedunia ini.

1. Thomas Aquinas
Ia berpendapat bahwa yang disebut manusia sebagai pribadi adalah makhluk individual,
kalau hidup, ialah makhluk yang merupakan kesatuan antara jiwa dan badan. Sedangkan
yang dimaksud pribadi adalah masing-masing manusia individual : manusia yang konkret
dan yang riil dan juga mempunyai kodrat yang rasional. Manusia adalah suatu substansi yag
komplit terdiri dari badan (material) dan jiwa (forma).

1. David Hcme
Berbicara mengenai pribadi dalah idntitas diri yaitu kesamaan jati diri manusia dalam
kaitannya dengan waktu. Beliau berpegang teguh bahwa pengetahuan ilmiah hanya dapat
dicapaidengan titik tolak pengalaman indrawi yaitu penglihatan, penciuman, perabaan,
pencicipan dan pendengaran.
1. Immanuel Kant
Memahami pribadi yaitu sesuatu yang sadar akan identitas numeric mengenai dirinya
sendiri pada waktu yang berbeda-beda beliau percaya bahwa identitas diripun tidak dapat
dipergunakan untuk menyanggah keyakinan bahwa segala sesuatu didunia ini selalu
mengalir berganti.

1. John Dewey
“pribadi” berarti seseorang bertindak sebagai wakil dari suatu group atau masyarakat.
Seorang individu hanya bisa disebut pribadi kalau ia mengemban dan menampilkan nilai-
nilai social masyarakat tertentu.[2]
1. Jiwa Manusia
Jiwa manusia sering dimengerti sebagai suatu benda halus atau suatu makhluk halus yang
merasuki, meresapi serta menggunakan badan untuk mewujudkan cita-cita jiwawi.
Terkadang pula jiwa manusia digambarkan atau dibayangkan persis seperti tubuhnya hanya
saja tidak bissa diraba atau ditangkap sifat dari jiwa juga tergantung pada tarafnya..

Taraf tertinggi yaitu rasional, didalam manusia mengandaikan dukungan dari taraf-taraf
yang lebih rendah, yaitu taraf anarganik (benda mati) taraf vegetatif (tumbuhan) dan taraf
sensitive (binatang).

Dalam taraf rasional atau manusia pembaharuan merupakan peristiwa yang terus menerus
terjadi. Pembaharuan menjadi begitu efektif didalam sejarah kehidupan manusia, karena
didalam diri manusia terdapat kesadaran intelektual yang mempunyai kemampuan sangat
efektif untuk menyederhanakan pengalaman dan memberi tekanan kepada segi yang
dianggap pentingsambil menyingkirkan yang dianggap tidak relevan.

Kemampuan itu disebut kemampuan abstraksi, kemampuan abstraksi disisni berfungsi


rasiio atau budi ssebagai yang menjalankan pemerintah atas keseluruhan ataupun bagian-
bagian didalam manusia.

Didalam manusia terdapat 2 sumber bagi munculnya kebaruan yang satu merupakan hasil
dari koordinasi yang ketat dari tubuh manusia sebagaimana juga terdapat pada binatanng,
dan yang lain dari identitas yang hebat dari fungsi intelektual.

Perlu disadari bahwa budi tidak identik dengan jiwa, budi meskipun menduduki posisi
tertinggi dan memegang dominasi atas bagian-bagian lain, hanyalah bagian dari jiwa, jiwa
manusia adalah keseluruhan kompleks kegiatan mental dari taraf yang paling rendah sampai
yang palling tinggi emosi, kenikmatan, harapan, ketakutan, penyesalan, penilaian dari
macam-macam pengalaman mental innilah yang merupakan unsure-unsur pembentukan
“jiwa manusia”, dan jiwa manusia itu ditandai dengan mental.

Taraf pengalaman mental manusia terdiri dari penngalaman-pengalamn mental yang begitu
kompleks, kegiatan mental yang kompleks ini merupakan kesatuan dari emosi, rasa senang
(enjoyment), harapan, kehawatiran dan ketakutan penyesalan penilaian terhadap macam-
macam alternatif serta macam-macam keputusan, pengalaman mental mempunyai dasarnya
didalam pengalamn fisik.

Badan juga berfungsi sebagai bidang ekspresi manusia. Jiwa manusia adalah kesatuan
kompleks dari kegiatan mental, dari yang paling rendah ke yang bersifat intelektual.[3]
Mengenai kedudukan manusia yang palinng menarik adalah sendiri dalam lngkungan yang
diselidiki pula. Ternyata penyelidikan mengenai lingkungan ini lebih (dianggap) memuaskan
dari pada penylidikan tentang manusia itu sendiri.[4]
Bicara masalah hidup manusia itu memang unik, hidup adalah aktivitas, dan segala aktivitas
membawa besertanya masalah-masalh tertentu. Masalah-masalah termaksud harus
dipecahkan dengan berhasil untuk menjadikan manusia itu sesuatu yang sukses. Masalah-
masalah tesebut dibagi 2 kategori, yaitu masalah immediate problem dan masalah
asasi(utimmate problems)

Immediate problems ialah masalah-maslah praktis sehari-hari , masalah yang kemballi


kepada keperluan-keperluan pribadi yang mendesak dan masalah seperti :administrasi
negara, produksi, konsumsi dan distribusi. Kemudian masalah asai manusia , maka setiap
manusia yang memperhatikan hidup dengan serius akan mendapatkan drinya berhadapan
muka dengan masalah-masalah asasi tersebut. Setelah dia merasakan desakan beban dan
liku-liku hidup.[5]
1. Manusia Mempunyai Pengetahuan
Pengetahuan merupakan bagi makhluk yang mempunnyainya apakah dia manusia, malaikat
atau banatang suatu kekayaan dan kesempurnaan. Dengan adanya pengetahuan yang
dimilikinya manusia bisa memahami dirinya sendiri dan keberadaanya. Pengetahuan lebiih
merupakan suatu cara berada dari pada suatau cara mempunyai. Aktifitas itu tidak berupa
penyitaan atau pemilikan benda-benda sebaliknya berupa keterbukaan terhadap mereka.

Jadi pengetahuan adalah suatu kegiatan mempengaruhi subjek yang mengetahui dalam
dirinya. Dia adalah suatu ketentuan yang memperkaya eksistensi subyek.[6]
1. Seputar Manusia
Kita menyadari diri kita meskipun sebagai satu kesatuan yang utuh, namun diri kita jelas
terdiri dari bagian-bagian dan aspek-aspek yang begitu kaya, terdiri dari badan dan jiwa
yang masing-masing kegiatan, kemampuan dan gaya serta perkembanganya sendiri.

Para pendukung fanatik tradisi, yang boleh disebut kaum konservatif, kurang lebiih
berpegang pada keyakinan bahwa manusia adalah makhluk yang lemah, tidak tetap dan
tidak dapat diramalkan secara logis. Sebab kodrat manusia telah rusak berat dan tidak
tersembuhkan karena telah dicederai oleh dosa asal, atau sejenis itu. Sedangkan para
pendukung revolusioner, yang biasanya disebut kaum liberal berpendapat bahwa manusia
pada hakikatnya baik dan bisa mencapai kesempurnaan.

Mengenai badan manusia dan strukturnya didalam ini berproses secara sederhana biasa
dkatakan bahwa kutub fisi berfungsi secara husus pada wal proses. Kutub fisiklah yang
menangkap atau menerima bahan atau penelolaan yang telah disajikan oleh dunia,
sedangkan kutub mental berkegiatan untuk mengelola bahan tersebut sampai pada tahap
kepenuhan diri.

Dengan demikian menjadi jelas bahwa badan harus dimengerti secara luas, yaitu sebagai
hasil dari seluruh proses yang bersifat obyektif, tidak berubah dan menjadi bahan bagi kutub
fisik dari pengada-pengada baru. Didalam pengertian yang digunakan disi, badan bukan
hanya terbatas pada tubuh, tetapi segala bentuk ekspresi yang bisa diamati pada manusia
yang telah selesai berproses setiap saatnya, misalnya saja termasuk didalamnya, bagaimana
seorang tertawa, menangis, berjalan, lari, duduk, tidur dan seterusnya untuk saat ini kita
memusatkan perhatian kita pada tubuh manusia.[7]
Kegiatan dari macam-macam kegiatan mental disebut jiwa manusia sedangkan kegiatan
mental dari unsure tertinggi membentuk budi atau rasio manusia.[8]
Pada dasarnya atau pada hakikatnya hidup manusia adalah pengalaman bersama, hidup
manusia, bahkan didalam unsure-unsurnya yag paling individual, merupakan kehidupan
bersama dan tingkah laku manusia, didalam strukturnya yang asasi, yang selalu
menunjukkan kepada pribadi.
Dengan singkat boleh dikatakan bahwa manusia adalah anak masyarakat. Contohnya : bila
masyarakat menjunjung tinggi nilai kebersamaan dan memandang rendah sikap
menonjolkan diri, sifat ini akan mempengaruhi, anak-anaknya untuk bertindak berfikir
dengan cara yang sama.[9]

[1] Zakcy Syata, Filsafat Manusia (Terbit Terang : Surabaya),hal.9


[2] Hardono Hadi, Jati Diri Manusia (Kanisius : Yogyakarta, 1996), hal.32-37
[3] Ibid, hal. 88-93
[4] Poejdja Wijatna, Manusia dengan Alamnya (Bina Aksara : Jakarta, 1983), hal. 50
[5] Endang Syaifuddin Anshari, Ilmu Filsafat dan Agama (Bina Ilmu : Surabaya, 1987),
hal. 30
[6] Lois Leahy, Manusia Sebuah Misteri (Gramedia Utama : Jakarta, 1993), hal.77
[7] Hardono Hadi, Jati Diri Manusia (Kanisius : Yogyakarta, 1996), hal.84
[8] Ibid, hal. 96
[9] Ibid, hal.117

Anda mungkin juga menyukai