Anda di halaman 1dari 13

MODEL PEMBELAJARAN SAINS PADA ANAK USIA DINI

DOSEN PEMBIMBING : 1. Dra. Rukiyah, M.Pd

2. Febriyanti Utami, M.Pd

DI SUSUN OLEH :

1. Afifah Fathurrahma (06141281924021)


2. Ayu nadina zilfa Safitri (06141181924013)
3. Ersya Muharommah Putri (06141181924005)
4. Fitria Ramadhani (06141281924020)
5. Meilinda Sari (06141281924016)
6. Mita Anggraini (06141281924076)
7. Nabila Amelya Arifah (06141181924009)
8. Sintia Lestari (06141281924018)
9. Zahra Salsabilla (06141281924017)

UNIVERSITAS SRIWIJAYA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN
ANAK USIA DINI 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat TuhanYang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang model
pembelajaran sains pada anak usia dini.

Makalah ini berisikan pembahasan tentang model pembelajaran sains pada anak usia
dini, diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi yang memuaskan bagi para
pembaca. kami menyadari bahwa makalah kami jauh dari kata sempurna, karena
kesempurnaan hanya milik TUHAN YANG MAHA ESA dan kekurangan dari diri kami
pribadi. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dan berperan dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir semoga TUHAN
meridhoi sela urusannya. Aamiin

Palembang, 19 Oktober 2020

Penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................I

DAFTAR ISI......................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1

1.1 Latar Belakang..............................................................................................1

1.2 Rumusan masalah.........................................................................................1

1.3 Tujuan...........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................2

2.1 Pengertiaan pembelajaran sains...................................................................2


2.2 Model pembelajaran sains ...........................................................................2
2.3 Proses belajar dalam pengembangan model pembelajaran sains ................6
2.4 Tujuan pembelajaran sains...........................................................................8

BAB III PENUTUP...........................................................................................9

3.1 Kesimpulan...................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................10

II
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang.

Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini, memiliki peranan


yang sangat penting dalam membantu meletakkan dasar kemampuan dan
pembentukkan sumber daya menusia yang diharapkan. Kesadaran pentingnya
pembekalan sains pada anak akan semakin tinggi apabila menyadari bahwa kita hidup
dalam dunia yang dinamis, berkembang dan berubah secara terus-menerus bahkan
makin menuju masa depan, semakin memerlukan sain.

Secara umum pembelajaran sain di taman kanak-kanak bertujuan agar anak


mampu secara aktif mencari informasi mengenai apa yang ada di sekelilingnya. Selain
itu melalui eksprlorasi dibidang sains anak mencoba memahami dunianya melalui
pengamatan, penyelidikan dan percobaan untuk memenuhi rasa keingintahuannya.
Dalam pembelajaran sains bagi anak bermanfaat untuk menciptakan suasana yang
menyenangkan dan akan menimbulkan imajinasi-imajinasi pada anak yang pada
akhirnya dapat menambah pengetahuan anak secara alamiah. Apalagi dengan
tantangan kehidupan masa depan yang sangat menantang, menuntut semakin strategis
bahwa pembekalan sains bagi anak usia dini menjadi mutlak, sehingga sains pada diri
anak muncul sebagai suatu cara untuk mencari kebenaran dalam kehidupannya kelak.

1.2 Rumusan masalah.


1. Apa pengertian sains ?
2. Bagaimana model pembelajaran sains?
3. Bagaimana proses belajar dalam pengembangan model pembelajaran sains pada
AUD?
4. Bagaimana tujuan pembelajaran sains?
1.3 Tujuan.
1. Untuk menjelaskan pengertian sains.
2. Dapat mengetahui model pembelajaran sains.
3. Dapat menjelaskan proses belajar dalam pengembangan model pembelajaran
sains pada AUD.
4. Untuk mengetahui tujuan dari pembelajaran sains.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pembelajaran Sains


Menurut Abu hamidi (1991) memberikan pengertian sains sebagai ilmu
teoritis yang didasarkan atas pengamatan ,percobaan percobaan terhadap gejala alam
berupa makrokosmos dan mikrokosmos.
Carin (1985) mendefinisikan Sains sebagai sistem pengetahuan alam semesta
melalui pengumpulan data yang dilakukan dengan observasi dan eksperimen.
Sementara itu Hungerford dan Volk (1990) mendefinisikan Sains sebagai, (1) proses
menguji informasi yang diperoleh melalui metode empiris, (2) informasi yang
diberikan oleh suatu proses yang menggunakan pelatihan yang dirancang secara logis,
dan (3) kombinasi antara proses berfikir kritis yang menghasilkan produk informasi
yang sahih.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Sains merupakan
suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam bentuk kumpulan
konsep, prinsip, teori dan hukum. Sains dapat dipandang sebagai produk yaitu sebagai
ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui metode ilmiah, dan dapat juga dipandang
sebagai proses yaitu sebagai pola berfikir atau metode berfikirnya.
Sedangkan sikap yang dibutuhkan dalam metode ilmiah berupa sikap ilmiah
yang antara lain berupa hasrat ingin tahu, kerendahan hati, jujur, objektif, cermat,
kritis, tekun, terbuka, dan penuh tanggung jawab.

2.2 Model Pembelajaran Sains


Model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori
pengetahuan. Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip
pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologis, analisis system, atau teori-teori lain
yang mendukung (Joyce & Weil: 1980). Model pembelajaran dapat dijadikan pola
pilihan, guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk
mencapai tujuan pendidikannya.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan membawa siswa belajar sesuai
dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan
optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya, pengajar harus ingat

2
bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan
kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah
memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia,
dan kondisi guru itu sendiri.
Untuk menentukan model pembelajaran yang akan diterapkan dapat
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a) Kesesuaian model pembelajaran dengan kompetensi sikap pada KI-1 dan KI-2
serta kompetensi pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan KD-3 dan/atau
KD-4.
b) Kesesuaian model pembelajaran dengan karakteristik KD-1 (jika ada) dan KD-2
yang dapat mengembangkan kompetensi sikap, dan kesesuaian materi
pembelajaran dengan tuntutan KD-3 dan KD-4 untuk memgembangkan
kompetensi pengetahuan dan keterampilan.
c) Penggunaan pendekatan saintifik yang mengembangkan pengalaman belajar
peserta didik melalui kegiatan mengamati (observing), menanya (questioning),
mencoba/mengumpulkan informasi (experimenting/ collecting information),
mengasosiasi/menalar (assosiating), dan mengomunikasikan (communicating).

Berikut ini adalah 4 macam model pembelajaran saintifik dengan sedikit uraian singkat
langkah-langkah dari tiap model pembelajaran.
1. Inquiry Based Learning.
Model inquiry menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk
mencari dan menemukan. Artinya model inquiry menempatkan siswa sebagai
subjek belajar, jadi siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui
penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan sendiri untuk menemukan
inti dari materi pelajaran itu sendiri.
Langkah-langkah atau sintaksnya adalah sebagai berikut:
1) Observasi/Mengamati.
2) Mengajukan pertanyaan .
3) Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban/ mengasosiasi atau melakukan
penalaran.
4) Mengumpulkan data yang terakait dengan dugaan atau pertanyaan yang
diajukan/memprediksi dugaan.

3
5) Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data yang telah diolah atau
dianalisis, mempresentasikan atau menyajikan hasil temuannya.

2. Discovery Based Learning.


Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang
dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme.
Menurut Kurniasih & Sani (2014: 64) discovery learning didefinisikan sebagai
proses pembelajaran yang terjadi bila materi pembelajaran tidak disajikan dalam
bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri. Selanjutnya, Sani
(2014: 97) mengungkapkan bahwa discovery adalah menemukan konsep melalui
serangkaian data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau
percobaan.
Model Discovery Learning merupakan pembelajaran yang menekankan pada
pengalaman langsung dan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting
terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam
pembelajaran. Bahan ajar yang disajikan dalam bentuk pertanyaan atau
permasalahan yang harus diselesaikan. Jadi siswa memperoleh pengetahuan yang
belum diketahuinya tidak melalui pemberitahuan, melainkan melalui penemuan
sendiri
Langkah-langkah atau sintaksnya adalah sebagai berikut:
1) Stimulation (memberi stimulus); bacaan, atau gambar, atau situasi, sesuai
dengan materi pembelajaran/topik/tema.
2) Problem Statement (mengidentifikasi masalah); menemukan permasalahan
menanya, mencari informasi, dan merumuskan masalah.
3) Data Collecting (mengumpulkan data); mencari dan mengumpulkan
data/informasi, melatih ketelitian, akurasi, dan kejujuran, mencari atau
merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah.
4) Data Processing (mengolah data); mencoba dan mengeksplorasi pengetahuan
konseptualnya, melatih keterampilan berfikir logis dan aplikatif.
5) Verification (memferifikasi); mengecek kebenaran atau keabsahan hasil
pengolahan data, mencari sumber yang relevan baik dari buku atau media,
mengasosiasikannya menjadi suatu kesimpulan.
6) Generalization (menyimpulkan); melatih pengetahuan metakognisi peserta
didik.

4
3. Problem Based Learning.
Langkah-langkah atau sintaksnya adalah sebagai berikut:
1) Orientasi pada masalah; mengamati masalah yang menjadi objek pembelajaran.
2) Pengorganisasian kegiatan pembelajaran; menyampaikan berbagai pertanyaan
(atau menanya) terhadap malasalah kajian.
3) Penyelidikan mandiri dan kelompok; melakukan percobaan (mencoba) untuk
memperoleh data dalam rangka menyelesaikan masalah yang dikaji.
4) Pengembangan dan Penyajian hasil; mengasosiasi data yang ditemukan dengan
berbagai data lain dari berbagai sumber.
5) Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah.

4. Project Based Learning.


Project based learnin adalah model pembelajaran yang mengorganisasi kelas
dalam sebuah proyek. Projek based learning adalah model pembelajaran yang
terpusat pada siswa untuk membangun dan mengaplikasikan konsep dari proyek
yang dihasilkan dengan mengeksplorasi dan memecahkan masalah di dunia nyata
secara mandiri.
Langkah-langkah atau sintaksnya adalah sebagai berikut:
1) Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek; langkah awal agar peserta
didik mengamati lebih dalam terhadap pertanyaan yang muncul dari fenomena
yang ada.
2) Mendesain perencanaan proyek; menyusun perencanaan proyek bisa melalui
percobaan.
3) Menyusun jadwal sebagai langkah nyata dari sebuah proyek.
4) Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek; mengevaluasi proyek yang
sedang dikerjakan.
5) Menguji hasil; Fakta dan data dihubungkan dengan berbagai data lain.
6) Mengevaluasi kegiatan/pengalaman; mengevaluasi kegiatan sebagai acuan
perbaikan untuk tugas proyek pada mata pelajaran yang sama atau mata
pelajaran lain.

5
2.3 Proses Belajar Dalam Pengembangan Model Pembelajaran Sains Pada Anak Usia
Dini
Pembelajaran yang akan diterapkan pada Model Pembelajaran Sains pada
anak usia dini membutuhkan metodologi yang unik dan kreatif sehingga anak tidak
merasakan adanya pemaksaan dan tekanan. Oleh karena itu menggunakan
pembelajaran yang digunakan dalam mengembangkan model ini adalah melalui
Pendekatan saintifik, konstruktivitik, active learning dengan karakteristik seperti
berikut:
1) Mengamati (Observing).
Proses mengamati yaitu melihat baik secara langsung maupun dengan alat
kemudian mendengar, meraba, menghirup, dan mengecap. Mengamati dilakukan
dengan cara:
a) Melihat (baik langsung maupun dengan alat).
b) Mendengar .
c) Meraba, menyentuh dan menekan.
d) Mencium.
e) Mengecap.

Untuk mendukung kegiatan anak saat melakukan kegiatan guru perlu


mengajukan pertanyaan:
a. Bagaimana rasanya pisang yang berwarna kuning dan pisang yang berwarna
hijau (muda)

2) Menanya (Questioning).
Menanya sebagai salah satu proses mencari tahu atau mengkonfirmasi
atau mencocokan dari pengetahuan yang sudah dimiliki anak dengan
pengetahuan baru yang sedang dipelajarinya. Cara seorang guru dalam
mengelola alat permainan, bahasa serta emosi anak yang dapat memancing anak
untuk beratanya khususnya yang terkait dengan alat permainan yang digunakan.
Pada dasarnya anak sangat senang mengajukan pertanyaan yang terkadang guru
atau orang dewasa sulit menjawabnya.
3) Mengumpulkan (Colecting).

6
Mengumpulkan informasi adalah keterampilan mengumpulkan
berbagai informasi dari hasil mengamati & menanya. Guru perlu mengecek
"seberapa banyak” informasi yg diperoleh melalui indera2 anak.
Bentuk dukungan guru untuk membangun kemampuan anak di tahap ini
adalah:
a. Saat anak bermain ia membutuhkan waktu untuk menerapkan gagasannya,
karenanya guru memberi waktu untuknya menyelesaikan gagasan melalui
bahan dan alat yang digunakannya.
b. Bila anak tidak memiliki gagasan bermain, guru dapat memberi contoh
awal, selanjutnya anak dapat melakukan sendiri.
c. Bila anak sudah selesai, guru dapat memperluas gagasan dengan cara
memberi pertanyaan terbuka misalnya: Wah.. Sudah banyak daun bunga
yang sudah ditempel, dimana tempat menempel daun yang kecil-kecil?

4) Mengasosiasi (Associating)
Kegiatan mengasosiasi merupakan proses dimana anak menghubungkan
pengalaman baru dengan pengetahuan lama. Tahap asosiasi dibangun melalui 3
kegiatan utama, yaitu:
a. membandingkan (comparing), anak dapat membandingkan ukuran, warna,
aroma, rasa terhadap obyek yang menjadi tema/sub tema kegiatan anak.
b. mengelompokkan (clasiffiying), anak dapat mengelompokkan, warna,
ukuran dan yang lainnya, terhadap obyek yang menjadi tema/sub tema
kegiatan anak.
c. pengukuran (measuring using tools), anak dapat melakukan pengukuran
terhadap obyek yang menjadi tema/sub tema kegiatan anak. Pengukuran
dapat dilakukan dengan menggunakan centi meter atau menggunakan
genggaman telapak tangan.
5) Mengomunikasikan
Proses mengkomunikasikan adalah proses penguatan pengetahuan
terhadap pengetahuan baru yang di dapatkan anak.

7
2.4 Tujuan Pembelajaran Sains
Tujuan mendasar dari pendidikan sains adalah untuk mengembangkan
individu agar peka terhadap ruang lingkup sains itu sendiri serta mampu
menggunakan aspek-aspek fundamentalnya dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya. Artinya agar individu menerapkan ruang lingkup sains yang terdiri dari
2 bagian besar berupa isi bahan kajian dan bidang pengembangan sains (produk,
proses dan sikap) di kehidupannya. Melalui pembelajaran sains anak diajak
mengetahui bahwa pembelajaran sains lebih dari sekedar fakta, bagaimana fakta-fakta
tersebut memberikan informasi yang lebih bermakna bagi anak. Artinya agar anak tau
bahwa sains bukan hanya berisi teori dan fakta yang membuat anak bosan untuk
mengetahuinya tetapi sains mampu menjadikan mereka tau akan fakta sehingga
bertambah pengetahuannya.
Adapun tujuan mendasar dari pendidikan sains menurut Sumaji (1998:31)
adalah untuk mengembangkan individu agar melek terhadap ruang lingkup sains itu
sendiri serta mampu menggunakan aspek-aspek fundamentalnya dalam memecahkan
masalah yang dihadapinya. Jadi fokus program pengembangan pembelajaran sains
hendaklah ditujukan untuk memupuk pemahaman, minat dan penghargaan anak didik
terhadap dunia mereka hidup.
Menurut Carin, 1993 (Khaerudin dan Soedjono, 2005: 11) mengemukakan
bahwa pada dasarnya tujuan Sains di sekolah adalah :
1. Menambah keingintahuan (Curiosity).
Dasar pogram Sains akan menaruh perhatian pada keingintahuan murid
tentang alam semesta dengan cara (a) mendorong siswa untuk menyelediki alam
dengan teknologi, (b) mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan
pertanyaan tentang alam semesta, (c) mengembangkan kemampuan siswa untuk
mengidentifikasi masalah pengadaptasian manusia.
2. Mengembangkan keterampilan meniginvestigasi (Skill For Investigation).
Dasar program Sains akan mengembangkan keterampilan menginvestigasi
alam semesta, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. Hal ini dapat :
a) memperkaya pemahaman siswa dan kemampuan menggunakan proses Sains.
b) awal pemahaman siswa dan kemampuan memecahkan masalah dan strategi
membuat keputusan.
3. Sains, Teknologi dan Masyarakat (Nature of Science, Technology and Society).

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan.

Pengertian sains secara umum adalah ilmu pengetahuan tentang alam dan
dunia ciptaan manusia, serta melibatkan aktivitas-aktivitas menemukan hukum-
hukum alam melalui percobaan dan pengamatan.Pembelajaran berbasis sains adalah
proses trasfer ilmu dua arah antara guru (sebagai pemberi informasi) dan siswa
(sebagai penerima informasi) dengan metode tertentu (proses sains). Jadi, yang
dimaksud dengan pembelajaran berbasis sains ialah pembelajaran yang menjadikan
sains (murni) sebagai metode atau pendekatan dalam proses belajar-mengajar. Dengan
demikian, pembelajaran akan menjadi lebih kreatif, dan siswa pun akan lebih aktif
dalam proses belajar.

Tujuan pembelajaran sains pada anak usia dini yaitu:

1) Membantu pemahaman anak tentang konsep sains dan keterkaitannya dengan


kehidupan sehari-hari.
2) Membantu melekatkan aspek-aspek yang terkait dengan kemampuan proses
sains, produk sains dan sikap sains.
3) Membantu anak untuk dapat mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam
sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
4) Mempersiapkan anak menjadi warga Negara yang melek sains dan teknologi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Carin, A.A. (1985). Teaching modern science. London: Bell & Howell Company.

Joyce, Bruce and Weil, Marsha. 1980. Models of Teaching (Second Edition). Englewood
Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Kurniasih,Sani.2014” Strategi-Strategi Pembelajaran” Alfabeta:Bandung:64

Nugraha, Ali. (2015). Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini.
Jakarta: Depdiknas.

Sudjiono, Khaeruddin. E. H. 2005. Pembelajaran Sains (IPA) Berdasarkan Kurikulum


Berbasis Kompetensi. Makassar.

Sumaji.1998. Pendidikan Sains yang Humanistik. Yogyakarta: Kanisius.

10

Anda mungkin juga menyukai