Anda di halaman 1dari 13

HAKIKAT DAN URGENSI PENDIDIKAN SAINS UNTUK AUD

RESUME
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pembelajaran Sains untuk AUD

Dosen Pengampu:
Drs. Edi Hendri Mulyana, M.Pd.
Qonita, M.Pd.

Oleh
Firda Ruhyah Mau’izhah (1702346)
Syifa Fauziah (1700177)
Niva Naida (1703172)
Dini Nuraeni Marwa (1702384)
Desti Fitriani (1703072)

PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS TASIKMALAYA
2019
A. Hakikat Pendidikan Sains untuk AUD
1. Pengertian Sains dan Pendidikan Sains
a) Pengertian Sains
Kata sains berasal dari Bahasa Latin yaitu scientia yang berarti “saya tahu”.
Dalam Bahasa Inggris kata sains berasal dari kata science yang berarti “ilmu” atau
“pengetahuan”. Dalam pengelompokan ilmu, science dibagi menjadi dua
kelompok besar yakni social science (Ilmu-ilmu Sosial) dan natural science (Ilmu-
ilmu Alamiah). Hisbullah dkk. (2018, hlm.)
Dalam perkembangan selanjutnya, natural science diistilahkan sebagai
science. Maka karena itu, kata science selanjutnya digunakan untuk ilmu-ilmu
alamiah atau yang sering kita sebut dengan istilah sains. Widodo.A dkk. (2010,
hlm.4)
Sains didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan
fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan
yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode
ilmiah . Hisbullah dkk. (2018, hlm.1).
Senada dengan pendapat tersebut, Abrucasto (1996) memandang sains
sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui serangkaian proses yang sistematis
guna mengungkapkan segala sesuatu yang berakaitan dengan alam semesta.
Selaian itu, Carin dan Sund (1993) mengutarakan definisi sains sebagai
pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur . (Suci utami, 2019, hlm.1)
Berdasarkan definisi sains di atas, dapat disimpulkan bahwa sains, bukan
hanya ilmu tentang alam atau fenomena alam, tetapi sains berhubungan dengan
cara berpikir, cara memperoleh fakta melalui serangkaian langkah-langkah ilmiah
untuk memperoleh berbagai informasi sehingga menghasilkan sebuah penjelasan
atau teori yang didasarkan pada azas-azas kebenaran yang obejektif . (Suci utami,
2019, hlm.1).
b) Pengertian Pendidikan Sains bagi Anak Usia Dini
Pendidikan Sains adalah kegiatan pengajaran dan pembelajaran sains kepada
non-ilmuan, seperti anak sekolah, mahasiswa atau orang dewasa dalam masyarakat
umum. Bidang pendidikan sains, meliputi, pekerjaan dalam konteks sains (praktek
sains), proses sains, beberapa ilmu sosial dan beberapa pengajaran pedagogi
.(Wikipedia).
Pendidikan sains merupakan aspek pendidikan yang digunakan sebagai alat
untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam pendidikan sains tersebut tidak hanya
terdiri dari fakta, konsep dan teori yang dapat dihapalkan, tetapi juga terdiri atas
kegiatan atau proses aktif anak dalam menggunakan pikiran dan sikap ilmiah dalam
mempelajari gejala alam yang belum diterangkan. (Depdiknas, 2003).
Pembelajaran sains sebagai media pengembangan potensi anak, seharusnya
didasarkan pada karakteristik psikologis anak; memberikan kesenangan bermain
dan kepuasan intelektual bagi mereka dalam membongkar misteri, seluk-beluk dan
teka-teki fenomena alam di sekitar dirinya; mengembangkan potensi saintis yang
terdapat dalam dirinya; memperbaiki konsepsi mereka yang masih keliru tentang
fenomena alam; sambil membekali keterampilan dan membangun konsep-konsep
baru yang harus dikuasainya.
Berdasarkan jenjang dan karakteristik perkembangan intelektual anak usia
dini, maka penyajian konsep dan keterampilan dalam pembelajaran sains harus
dimulai dari nyata (konkrit) ke abstrak; dari mudah ke sukar; dari sederhana ke
rumit, dan dari dekat ke jauh. (Hendri.E, TT,hlm.16)
Dengan kata lain, mulailah dari apa yang ada di sekitar anak dan yang dikenal,
diminati serta diperlukan anak. Secara psikologis, anak usia dini berada dalam
dunia bermain. Tugas guru adalah menciptakan dan mengoptimalkan suasana
bermain tersebut dalam kelas sehingga menjadi media yang efektif dalam kegiatan
pembelajaran sains.
Sebagai seorang guru, kita tidak boleh mengabaikan, apalagi menghilangkan
dunia bermain anak, karena kegiatan pembelajaran akan berlangsung efektif, jika
guru mampu mencitrakan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan pada anak

2. Tujuan Pembelajaran Sains untuk Anak Usia Dini


Pembelajaran sains bagi anak bukanlah aktivitas pengenalan dan pengajaran
terkait konsep-konsep sains tertentu pada anak semata, namun merupakan suatu
upaya yang digunakan untuk menstimulasi aspek perkembangan dan
memaksimalkan potensi yang ada dalam diri anak. Dengan kata lain, dalam proses
pembelajaran sains, bukan hanya konsep sains yang ditekankan untuk dipahami oleh
anak, namun lebih mengarah kepada bagaimana pembelajaran sains tersebut mampu
menjadi alat untuk menstimulasi berbagai aspek perkembangan anak sejak dini.
Menurut Wenham “science is a way of exploring and investigating the world
around us... not only a way of knowing; it is..... a way of doing”. Berdasarkan
pendapat Wenham tersebut, dapat diartikan bahwa sains itu bukan hanya sekedar
pengetahuan saja, tapi proses dan juga tindakan yang kita lakukan dalam mencapai
pengetahuan tersebut. Selain itu, Worms, Shadow and Whirlpools menyatakan
terkait pentingnya pembelajaran sains untuk anak antara lain mampu memupuk rasa
percaya diri anak di dalam lingkunganya, memberikan pengalaman penting secara
langsung pada anak, mengembangkan konsep dasar pengetahuan alam,
meningkatkan kemampuan mengamati, memperoleh kesempatan untuk
menggunakan material yang biasa digunakan dalam pembelajaran sains, sehingga
anak mulai terbiasa sejak dini, memperoleh bantuan dalam memecahkan masalah,
mendapat kesempatan untuk menstimulasikan rasa keingintahuan mereka dan
mendapatkan kesempatan untuk bereksplorasi, mengembangkan kemampuan
sensori, fisik, intelektual, emosional, spiritual, dan sosial, serta mengembangkan
kemampuan berbahasa melalui penambahahan kosakata ketika anak melakukan
kegiatan menanya dan menjawab pertanyaan.
Senada dengan uraian di atas, Leeper (1994) mengatakan bahwa
pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan untuk
merealisasikan empat hal yaitu:
a) Mengembangkan Kemampauan Memecahakan Masalah pada Anak, hal
tersebut berarti bahwa anak dapat terbantu dan menjadi terampil dalam
menyelesaikan berbagai hal yang dihadapinya.
b) Mengembangkan Sikap Ilmiah pada Anak. poin ini mengandung makna bahwa
sains bertujuan agar anak memiliki pertimbangan dalam mengambil keputusan,
dapat menilai sesuatu dari berbagai sudut pandang, berhati-hati terhadap
informasi yang diterima, serta bersifat terbuka (open-minded).
c) Mengembangkan Pengetahuan dan Informasi Ilmiah pada Anak, maksudnya
adalah segala informasi yang diperoleh anak berdasarkan pada standar keilmuan
yang semestinya, karena informasi yang disajikan merupakan hasil temuan dan
rumusan yang objektif serta sesuai dengan kaidah keilmuan yang menaunginya.
d) Mengembangkan Minat Anak Terhadap Ilmu Pengetahuan yang ditemukan di
lingkungan dan alam sekitarnya. (PAUD jateng, 2015)
3. Dimensi dan Ruang Lingkup Pendidikan Sains untuk AUD
a) Dimensi Pendidikan Sains untuk AUD
1) Dimensi Sains sebagai Produk
Sains sebagai produk dapat didefinisikan sebagai suatu hasil dari setiap
kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh para ahli saintis sehingga dapat
menghasilkan suatu infomasi yang sangat berharga bagi keberlangsungan
hidup manusia. Produk sains tersebut mencakup fakta, konsep hukum dan teori.
Implementasi dimensi sains sebagai produk dalam pembelajaran di PAUD
lebih menekankan pada pehaman anak tentang apa yang sudah dihasilkan sains.
Anak cukup memahami isi kandungan dari prinsip, toeri atau hukum yang
sedang dipelajarinya itu; atau bagaimana caranya menggunakan produk itu
untuk memecahkan soal yang sedang dibahasnya. Misalnya, saat guru
menjelaskan tema diriku dengan subtema anggota tubuh, anak diharapkan
mampu mengetahui nama-nama anggota tubuh dan manfaatnya.

2) Dimensi Sains sebagai Proses


Sains sebagai proses adalah strategi atau cara atau keterampilan dasar
yang dilakukan oleh anak untuk memperoleh ilmu pengetahuan antara lain:
 Keterampilan Mengamati
Kemampuan pengamatan sangat diperlukan dalam kegiatan ilmiah.
Mengamati merupakan suatu usaha untuk mendapatkan gambaran
tentang suatu benda atau suatu fenomena.
 Keterampilan Merencanakan dan Melaksanakan Percobaan
Keterampilan merencanakan dan melaksanakan percobaan mencakup,
beberapa keterampilan, yaitu: keterampilan merumuskan pertanyaan
penelitian, keterampilan merumuskan hipotesis, keterampilan
menentukan variabel, dan keterampilan menentukan cara dan langkah
kerja penyelidikan.
 Keterampilan Menafsirkan dan Menarik Kesimpulan
Menafsrikan mencakup keterampilan untuk menghubung-hubungkan
hal yang satu dengan hal yang lainnya., misalnya anatara data yang satu
dengan data yang lain atau antara apa yang baru diamati dengan sesuatu
yang sudah ada di dalam pikiran kita. Keterampilan ini membantu
saintis dalam menemukan persamaan, perbedaan, pola, dan keteraturan.
 Keterampilan Mengomunikasikan
Keterampilan berkomunikasi mencakup keterampilan untuk
menyampaikan dan menerima informasi. Oleh karena itu, keterampilan
berkomunikasi mencakup keterampilan menggunakan bernagai macam
bentuk komunikasi, baik lisan maupun tulisan.

Implementasi dimensi sains sebagai proses dalam pembelajaran di PAUD


lebih menekankan pada bagaimana cara anak untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan tersebut. Dengan kata lain dimensi sain sebagai proses dalam
pembelajaran di PAUD dapat didefinisikan sebagai cara
anak menemukan sendiri apa yang sedang dipelajarinya.
Adapun yang dimaksud dengan menemukan sendiri bukan berarti
konsep yang sedang dipelajari anak adalah murni hasil pemikirannya. Konsep-
konsep tersebut tetap konsep yang ditemukan oleh para ahli, akan tetapi yang
menjadi titik berat adalah bagaimana urutan-urutan atau tahapan-tahap yang
dilakukan anak pada saat mempelajari konsep tersebut.
Jika anak telah memahami suatu konsep sesuai dengan urutan atau
langkah yang seharusnya, maka berarti anak tersebut telah memahami hakekat
sains sebagai proses.
Contoh, dalam tema tumbuhan. Sebelum melaksanakan kegiatan, guru
harus mempersiapkan apa saja yang dibutuhkan anak untuk menanam tanaman
kecambah, kemudian menjelaskan langkah kegiatan menanam kecambah,
kegiatan menjelaskan ini bisa dilakukan dengan metode cerita sehingga dapat
menarik minat anak untuk mencoba.
Setelah itu, guru memberi kesempatan pada anak untuk melakukan
kegiatan menanam kecambah. Kegiatan seperti itu mencerminkan hakekat sains
sebagai proses, karena anak pada saat mempelajari karakteristik tanaman,
mengamati proses menanam dan mepraktikan secara langsung kegiatan
menanam.
3) Dimensi Sains sebagai Nilai/Sikap
Sains sebagai nilai atau sikap berarti bahwa sains diyakini dapat melatih
atau menanamkan sikap dan nilai positif dalam diri anak. Jujur, dapat
bekerjasama, teliti, tekun, hati-hati, dan toleran. Pembelajaran sains yang baik
adalah pembelajaran sains yang dapat membentuk sikap dan nilai positif dalam
diri anak sebagai bekal yang diperlukannya dalam mengatasi permasalahan di
masa yang akan datang.

b) Ruang Lingkup Pendidikan Sains untuk AUD


Menurut Nugraha, (2008: 97-98) ruang lingkup pembelajaran sains untuk
anak usia dini menurut antara lain sebagai berikut:

No Kelompok Bahan Kajian Topik Inti


a. Bumi dan Jagat Raya  Pembelajaran tentang bintang,
matahari dan planet.
 Pembelajaran tentang tanah;
batuan, pegunungan
 Pembelajaran tentang cuaca atau
musim
b. Ilmu-ilmu Hayati  Pembelajaran tentang tumbuhan
dan binatang
 Pembelajaran tentang hubungan
antara aspek-aspek kehidupan
dengan lingkungan
c. Bidang Kajian Fisika dan  Pembelajaran tentang daya dan
Kimia energi
 Pembelajaran tentang reaksi kimia
 Pembelajaran tentang perubahan
fisis dan kimiawi
4. Standar Pembelajaran Sains untuk AUD
National Science Education Standards (1996, hlm. 4) menguraikan terkait
dengan ruang lingkup pembelajaran sains bagi anak usia dini, antara lain sebagai
berikut:
1) Science as Inquiry. Pembelajaran sains sebagai proses yang memberikan
kesempatan pada anak untuk memprediksi, menginvestigasi, memperkirakan,
mengelompokkan dan mengembangkan kemampuan anak dalam menemukan
konsep atau teori.
2) Physical Science. Pembelajaran sains sebagai proses memberikan pengalaman
langsung pada anak untuk berinteraksi dengan material sains dan mendorong
keberanian/inisiatif anak untuk mengeksplorasi material sains tersebut.
3) Life Science. Pembelajaran sains sebagai proses yang membantu anak untuk
dapat memformulasikan pertanyaan-pertanyaan terkait dengan karakteristik
benda/makhluk hidup dan tak hidup melalui kegiatan observasi/mengamati.
4) Earth and Space Science. Pembelajaran sains meliputi bahan kajian bumi dan
alam semesta (antariksa).
5) Science and Technologi. Pembelajaran sains meliputi keterkaitan antara sains
dan teknologi. Dalam hal ini, anak dapat membedakan benda yang terbuat
alamiah dan benda buatan manusia.
6) Science in personal and social perspective. Pembelajaran sains sebagai upaya
membawa konsep sains pada perspektif personal dan sosial.

5. Urgensi Sains bagi AUD


a) Masa Keemasan (Golden Age)
Masa usia dini merupakan masa keemasan (golden age). Pada masa ini otak
seorang anak diibaratkan seperti spons yang dapat dengan mudah menyerap
berbagai fakta, sifat-sifat fisis, dan kerumitan bahasa yang kacau dengan cara yang
menyenangkan dan bebas stres. Proses ini juga didukung dengan faktor-faktor
umpan balik positif dan rangsangan dari lingkungan, sehingga anak dapat belajar
apapun dari lingkunganya. Maka, inilah potensi scientist dalam diri anak dan salah
satu anugerah terbesar dari Tuhan yang harus kita (pendidik dan orangtua)
maksimalkan.
b) Anak Memiliki Rasa Ingin Tahu yang Besar
Anak secara intrinsik terdorong ingin mengerti dan menelusuri apa saja,
termasuk yang berkaitan dengan sains. Anak ingin mengerti mengapa benda-benda
bergerak, mengapa tumbuhan dan hewan beragam, mengapa matahari hanya
nampak pada siang hari, mengapa jika ia berlari pada saat rembulan muncul
rembulan tersebut selalu mengikutinya. Dan masih banyak lagi fenomena-
fenomena alam lainnya yang mengusik rasa ingin tahunya. Sehingga itulah alasan
penting mengapa anak perlu belajar sains. Karena melalui kegiatan sains anak
dapat mengembangkan potensi saintis secara optimal, melalui proses mengamati,
mencari tahu, mengklasifikasikan serta memecahkan masalah.

c) Keterampilan Hidup (Life Skill)


Selain itu, dalam konteks era globalisasi dan informasi dan tuntutan
keterampilan hidup (life sklill) yang semakin tinggi serta kompleks. Pembelajaran
sains merupakan wahana untuk membekali siswa dengan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikan dan untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan di sekelilingnya.
Para pakar sains sepakat bahwa dengan melibatkan siswa ke dalam
kegiatansains sejak dini akan menghasilkan generasi dewasa yang melek sains
yang dapat menghadapi tantangan hidup dalam dunia yang makin kompetitif,
sehingga mereka mampu turut serta memilih dan mengolah informasi untuk
digunakan dalam mengambil keputusan. (Hendri.E, TT,hlm.16)

B. Sains memfasilitasi aspek-aspek tumbuh kembang AUD


1. Sains Mengembangkan Aspek Moral dan Agama
Judul penelitian : Pendidikan nilai agama dan moral anak usia 5-6 tahun
melalui kegiatan bermain sains di TK ABA Margokalon 2
Seyegen
Kegiatan : Outdoor learning, metode bermain, metode karyawisata
Hasil Penelitian : a. Anak mampu Menumbuhkan kecintaan terhadap
alam, dengan mengenal lingkungan sekitar dengan
karya wisata
b. Dengan bermain dan karyawisata anak mampu
bersyukur tehadap segala ciptaan tuhan-Nya
c. Anak mampu menumbuhkan rasa toleransi terhadap
teman yang memiliki agama yang berbeda dengannya
saat bermain sains.

2. Sains Mengembangkan Aspek Fisik Motorik


Judul penelitian : Meningkatkan Perkembangan Sains dan Kreativitas Anak
Usia Dini melalui Outdoor Learning
Kegiatan : Outdoor learning (berkebun: menanam tomat)
Hasil Penelitian : a. Anak mampu mengembangkan keterampilan otot
besar (motorik kasar) melalui kegiatan menggali,
menyiram tanaman.
b. Anak mampu mengembangkan keterampilan otot
kecil atau motorik halus melalui kegiatan menabur
benih.
c. Anak mampu mengkoordinasikan gerakan mata-
tangan.

3. Sains Mengembangkan Aspek Kognitif


Judul penelitian : Pengaruh pembelajaran percobaan sains pada materi
mencampur warna terhadap perkembangan kognitif AUD
di TK Kartika Siwi
Kegiatan : Indoor learning, mencampur warna sekunder dan warna
tersier
Hasil Penelitian : a. Anak mampu membuat keputusan (memilih kegiatan
atau permainan outdoor).
b. Anak mengetahui warna primer dan warna sekunder
c. Anak mampu mencampur warna primer dan warna
sekunder
d. Anak mampu mencampur lebih dari dua warna
4. Sains Mengembangkan Aspek Bahasa
Judul penelitian : Meningkatkan Perkembangan Sains dan Kreativitas Anak
Usia Dini melalui Outdoor Learning
Kegiatan : Outdoor learning (berkebun: menanam tomat)
Hasil Penelitian : a. Memperkaya kosa kata (bercakap-cakap, mengetahui
nama-nama benda disekitarnya. Memberikan nama
pada tanaman, binatang dan benda-benda yang
ditemukannya).
b. Anak mampu mengemukakan pendapatnya mengenai
kegiatan menanam.
c. Anak mampu bertanya mengenai benih yang ia
tanam.

5. Sains Mengembangkan Aspek Sosial Emosional


Judul penelitian : Meningkatkan Perkembangan Sains dan Kreativitas Anak
Usia Dini Melalui Outdoor Learning
Kegiatan : Outdoor learning (berkebun: menanam tomat)
Hasil Penelitian : a. Anak mampu menunjukkan keterampilan sosial
dengan membantu merawat tanaman.
b. Anak mampu untuk bernegosiasi, kompromi, dan
bekerja sama serta bergiliran pada saat menggunakan
alat-alat untuk berkebun.
c. Anak bisa percaya diri dan mandiri (menanam tanpa
bantuan orang lain)
d. Anak mampu menanggapi ide temannya.
e. Anak mampu menunjukkan kebanggaan terhadap
prestasi seperti membawa tanaman yang di rawatnya.
f. Anak mampu mengambil keputusan seperti mendaki
sendiri atau turun menggunakan tali tanpa bantuan

6. Sains Mengembangkan Aspek Seni


Judul penelitian : Meningkatkan Perkembangan Sains dan Kreativitas Anak
Usia Dini Melalui Outdoor Learning
Kegiatan : Outdoor learning
Hasil Penelitian : a. Anak mampu mengekspresikan kreativitasnya dengan
membuat berbagai benda seni, bermain pasir, dan
mengembangkan sebuah permainan baru.
b. Anak mampu membuat kerajinan dari daun-daunan
c. Anak bersenandung atau bernyanyi sambil
mengerjakan sesuatu
d. Anak mampu membuat kreasi seni dengan daun-
daunan.
DAFTAR PUSTAKA
Hisbullah., & Selvi N. (2018). Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Di Sekolah Dasar. Sulawesi
Selatan: Penerbit Aksara Timur.
Mirawati, Nugraha.R. (2017). Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Anak Usia Dini Melalui
Aktivitas Berkebun. Early Childhood : Jurnal Pendidikan.
Mulyana, Edi Hendri. (TT). Karakteristik Pendidikan Ipa Sekolah Dasar. [Online]. Diakses dari
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Science_education.
Putri, Suci Utami. (2019). Pembelajaran Sains Untuk Anak Usia Dini. Sumedang: UPI Sumedang
Press.
TN. (1996). National Science Education Standars. Washington DC: Natonal Academy Press.
Widodo, A., Wuryastuti, Sri., & Margaret. (2010). Pendidikan Ipa di SD. Edisi kedua, Bandung: UPI
PRESS.

Anda mungkin juga menyukai