Anda di halaman 1dari 16

KETERAMPILAN PROSES SAINS

Dosen Pengampu:
Dra. Rukiyah, M.Pd
Febriyanti Utami, M.Pd

Disusun Oleh :
Ines Jelita Padila (06141381924041)
Lisa Banafsyiah (06141381924038)
Melvi Anestia (06141381924039)
Rania Yunila (06141381924040)

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU PAUD
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha


Esa yang telah melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul Keterampilan Proses Sains.
Kepada Ibu Dra. Rukiyah, M.Pd dan ibu Febriyanti Utami, M.Pd sebagai
dosen pembimbing kami mata kuliah Perkembangan Sains AUD yang telah
memberikan banyak bimbingan serta masukan yang bermanfaat dalam proses
penyusunan makalah ini.

Kami juga menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan dari


makalah yang kami susun ini, oleh sebab itu kami mengharapkan saran serta
masukan dari para pembaca demi tersusunnya makalah yang lebih baik lagi.

Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR...................................................................................................i

DAFTAR
ISI...............................................................................................................ii

BAB I
PENDAHULUAN.............................................................................................1

A. Latar
Belakang..................................................................................................1

B. Rumusan
Masalah............................................................................................1

C. Tujuan............................................................................................................
...2

BAB II
PEMBAHASAN................................................................................................3
A. Permainan Berlandaskan Keterampilan Proses
Sains………………………….3
B. Sains Bagi Anak Usia
Dini .................................................................................4
C. Prinsip Pembelajaran Sain Bagi
AUD ...............................................................5
D. Stimulasi Keterampilan Proses
Sains.................................................................6
BAB III
PENUTUP.......................................................................................................9

A. Kesimpulan.................................................................................................
...9

DAFTAR
PUSTAKA................................................................................................10

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan suatu proses yang dilakukan manusia untuk


mengembangkan seluruh potensi yang ada pada dirinya sehingga memiliki akhlak
yang mulia, kecerdasan pikiran dan emosi dan keterampilan sehingga menjadi
pribadi yang dapat diterima oleh masyarakat. Pendidikan anak usia dini secara
umum bertujuan untuk mewujudkan generasi yang berkualitas, yaitu anak-anak
yang tumbuh sehat secara fisik maupun psikis, tumbuhan dan kembang sesuai
dengan tingkat usianya. Dasar pendidikan anak usia dini adalah pertumbuhan dan
perkembangan yang meliputi koordinasi motorik kasar dan motorik halus,
kecerdasan majemuk, perkembangan kognitif, sosial dan emosional. Pembelajaran
pada anak usia dini berlandaskan pada belajar, bermain dan bernyanyi, oleh
karena itu suasana pembelajaran haruslah membuat anak merasa senang, gembira
dan bebas sehingga anak menjadi antusias dalam belajar.

Pada dasarnya pembelajaran sains pada anak usia dini hanya bersifat
pengenalan tentang alam dan fenomenanya. Pengenalan sains di tingkat TK jika
dilakukan dengan cara yang tepat akan mengembangkan kemampuan berpikir
logis anak secara bertahap. Pada pembelajaran sains anak usia dini anak tidak
diminta untuk menghafal suatu konsep sains, namun anak diajak untuk
bereksplorasi terhadap objek alam sekitar dengan berinteraksi secara langsung.
Seluruh anggota tubuh terutama panca indra akan terlibat pada saat anak
bereksplorasi dan melakukan percobaan-percobaan sehingga anak akan terlatih
untuk berpikir logis. Selain itu anak juga terbiasa untuk menggunakan alat ukur.
Hal ini berarti pembelajaran sains melatih anak untuk berpikir logis, sistematis.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana permainan berlandaskan keterampilan proses sains?
2. Apa yang dimaksud sains bagi anak usia dini?
3. Apa saja prinsip pembelajaran sains bagi AUD?
4. Bagaimana cara stimulasi keterampilan proses sains?

C. TUJUAN
1. Untuk memahami keterampilan proses sains.
2. Untuk mengetahui sains bagi anak usia dini.
3. Untuk mengetahui prinsip pembelajaran sains bagi AUD.
4. Untuk mengetahui stimulasi keterampilan proses sains.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Permainan Berlandaskan Keterampilan Proses Sains


Pada hakikatnya pendidikan anak usia dini adalah bermain sambil belajar.
Bermain memiliki peranan yang sangat penting dalam periode perkembangan diri
anak. Saat bermain anak dapt bersosialisasi, berimajinasi, menunjukkan
bakat/pontesi yang dimilikinya, melatih diri untuk berdisiplin dalam menaati
aturan-aturan, mendapatkan rasa kepuasan,melatih kejujuran, tanggung jawab,
loyalitas serta melatih kemampuan fisik, dan psikis. Bermain merupakan sarana
untuk belajar dan dalam suasana bermain perhatian anak terhadap pelajaran dapat
lebih besar. Oleh karena itu, pelajaran yang diberikan malalui bermain/permainan
akan lebih menarik dan menyenangkan hati anak sehingga hasilnya akan lebih
baik. Saat anak bermain anak akan berekplorasi guna mendapatkan pengalaman
belajar dan keterampilan. Kegiatan bermaian akan memberikan anak kesempatan
yang lebih banyak untuk bereksplorasi, sehingga anak akan lebih mudah dalam
memahami suatu konsep pengetahuan dan anak akan ikut terlibat dalam proses
pembentukan pengetahuan.
Keterampilan proses sains merupakan kemampuan individu untuk
menerapkan serangkaian metode ilmiah dan memahami, mengembangkan dan
menemukan ilmu pengetahuan. Keterampilan proses merupakan suatu bekal awal
anak untuk menerapkan metode ilmiah untuk mengembangkan sains serta
memperoleh suatu pengetahuan yang baru. Keterampilan proses terbagi menjadi
dua: ketrampilan proses sains dasar dan keterampilan proses sains terintegrasi.
Ketrampilan proses sains dasar merupakan fondasi untuk keterampilan proses
terintegrasi. Keterampilan proses sains dasar meliputi kegiatan: mengamati,
membandingkan, mengklasifikasi, mengukur dan mengkomunikasikan.

Adapun keterampilan proses sains bagi anak usia dini adalah keterampilan
proses sains dasar yang meliputi beberapa kemampuan sebagai berikut
(Charlesworth, K., & Lind, 2010; Asiah, 2012; Nugraha, 2008):

a. Keterampilan mengamati yaitu keterampilan anak dalam melibatkan semua alat


indra untuk menyatakan sifat yang dimiliki oleh suatu benda atau objek.
b. Keterampilan membandingkan yaitu keterampilan anak melihat persamaan dan
perbedaan dari objek atau benda yang diamati sehingga memperoleh
perbandingan.

c. Keterampilan mengklasifikasikan yaitu kemampuan anak dalam


mengelompokkan benda atau objek berdasarkan sifat yang diamati dan
dibandingkan.

d. Keterampilan mengukur yaitu kemampuan anak mengukur atau menilai objek


atau benda.
e. Keterampilan menduga yaitu kemampuan anak memprediksi atau
memperkirakan suatu kejadian.
f. Keterampilan mengomunikasikan yaitu kemampuan anak menyampaikan
informasi yang diperoleh.

B. Sains Bagi Anak Usia Dini

Sains merupakan ilmu pengetahuan yang membahas tentang alam.


Pembelajaran sains pada anak usia dini merupakan kegiatan pembelajaran yang
diawali dengan mencari tahu tentang alam semesta secara sistematis dan bukan
hanya kumpulan fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, namun juga proses
penemuan yang menekankan pada pengalaman langsung. Pada hakikatnya sains
merupakan sikap, proses dan produk. Sains sebagai sikap merupakan tingkah
manusia seperti rasa ingin tahu, mendorong untuk melakukan penyelidikan.
Sedangkan kegiatan manusia dalam melakukan penyelidikan dengan cara
mengamati dan mencoban merupakan suatu proses untuk medapatkan
pengetahuan, hasil yang didapatkan melalui serangkaian percobaan berupa
produk.
Sujiono mengemukakan bahwa sains bagi anak usia dini akan membantu
anak dalam mengembangkan beberapa apek berikut:
1. Sosial perkembangan kemampuan social ditandai dengan kemampuan untuk
bekerjasama. Pada pembelajaran sains anak akan diberikan kesempatan untuk
bekerjasama, misalnya bekerjasama dalam mengolah dan menggunakan alat dan
bahan yang akan diperlakukan untuk melakukan penyelidikan tentang suatu fakta
atau melalukan kegiatan eksperimen.

2. Emosional, pembelajaran sains secara berkelompok selain dapat


mengembangakna kemampuan social anak, juga melatih anak untuk saling
menghargai, mengungkapkan perasaan secara verbal maupun nonverbal misalnya
saat anak berhasil melakukan suatu kegiatan. Anak akan merasa senang,bangga
dan gembira terhadap pencapaiannya

3. Fisik, percobaan dan permainan sains akan memberikan kesempatan pada anak
untuk mengembangkan kemampuan motoriknya. Misalnya kemampuan motoric
halus anak akan berkembang saat anak melakukan percobaan-percobaan,
melemparkan benda untuk mengetahui gaya gravitasi, meniup balon, menuangkan
air kedalam wadah, meletakkan benda benda kedalam wadah yang berisikan air
untuk mengetahui posisi benda dalam air, mengaduk zat yang laru dan tidak larut
dalam air dll.

4. Kreativitas, kegiatan penyelidikan dan percobaan sains akan melatih daya


imajinasi anak. Anak akan berfikir dan terus mencoba untuk mengetahui reaksi
yang akan ditimbulkan dari berbagai benda. Misalnya mencoba bahan-bahan yang
larut dalam air dan cara untuk melarutkan benda (mengaduk dan mengocok)

5. Kognitif, kemampuan kognitif meliputi kemampuan mengingat dan memahami.


Untuk mengelompokkan benda berdasarkan fungsi dan kegunaannya maka
langkah awal yang dilakukan anak adalah mendata nama-nama benda serta
memahami kegunaannya.

C. Prinsip Pembelajaran Sain Bagi AUD


Prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh Witherington dan Ausuble
yang dapat dijadikan sebagai prinsip pembelajaran sains antara lain sebagai
berikut (Nugraha,2008:65-73):
a. Belajar akan berhasil apabila anak melihat tujuan, dan tujuan itu lahir dari dan
dekat dengan kehidupan anak.
b. Kegiatan belajar hendaklah dapat merangsang seluruh aspek perkembangan
anak, baik jasmani maupun rohani.
c. Lingkungan belajar yang diciptakan hendaklah bermakna dan mengandung arti
bagi anak sehingga membentuk pola kelakuan yang berguna bagi anak.
d. Bantuan belajar yang diberikan adalah yang menunjang efektivitas dan efisiensi
belajar anak dan dilakukan secara wajar.
e. Adanya upaya pengintegrasian pengalaman belajar sebelumnya dengan
pengalaman baru sehingga menjadi satu kesatuan pengalaman yang utuh, tidak
mudah lepas atau hilang.
f. Penyajian belajar hendaklah suatu keseluruhan harus lebih dulu dimunculkan
kemudian baru menuju sesuatu yang lebih spesifik.
g. Belajar selalu dimulai dengan suatu masalah dan berlangsung sebagai usaha
untuk memecahkan masalah tersebut.
h. Belajar itu berhasil disadari jika telah ditemukan clue (kunci) atau hubungan
diantara unsur-unsur dalam masalah itu, sehingga diperoleh insight atau wawasan
dan pemahaman.
i. Belajar berlangsung dari yang sederhana meningkat kepada yang lebih
kompleks, bergerak dari yang dekat dengan anak hingga yang jauh, serta dari
yang konkrit menuju abstrak.

Selain prinsip-prinsip belajar di atas, literatur lain menyatakan beberapa


prinsip yang dapat dijadikan sebagai panduan dalam melaksanakan pembelajaran
sains bagi anak antara lain sebagai berikut:
a. Prinsip Motivasi. Motivasi adalah daya dorong seseorang untuk melakukan
sesuatu kegiatan. Motivasi ada yang berasal dari dalam atau intrinsik dan ada yang
timbul akibat rangsangan dari luar atau ekstrinsik. Motivasi intrinsik akan
mendorong rasa ingin tahu, keinginan mencoba, mandiri dan ingin maju.
b. Prinsip Latar. Pada hakikatnya anak telah memiliki pengetahuan awal, oleh
karena itu dalam pembelajaran guru perlu mengetahui pengetahuan, keterampilan
dan pengalaman apa yang telah dimiliki anak sehingga kegiatan belajar mengajar
tidak berawal dari suatu kekosongan.
c. Prinsip Menemukan. Pada dasarnya anak memiliki rasa ingin tahu yang besar
sehingga
potensial untuk mencari guna menemukan sesuatu, oleh karena itu bila diberi
kesempatan untuk mengembangkan potensi tersebut anak akan merasa senang
atau tidak bosan.
d. Prinsip Belajar Sambil Melakukan (learning by doing). Pengalaman yang
diperoleh melalui bekerja merupakan hasil belajar yang tidak mudah terlupakan,
oleh karena itu dalam proses belajar mengajar sebaiknya anak diarahkan untuk
melakukan kegiatan atau ”Learning by doing”
e. Prinsip Belajar sambil Bermain. Bermain merupakan kegiatan yang dapat
menimbulkan suasana gembira dan menyenangkan, sehingga akan dapat
mendorong anak untuk melibatkan diri dalam proses pembelajaran, oleh karena
itu dalam setiap pembelajaran perlu diciptakan suasana yang menyenangkan lewat
kegiatan bermain
yang kreatif.
f. Prinsip Hubungan Sosial. Dalam beberapa hal kegiatan belajar akan lebih
berhasil jika
dikerjakan secara berkelompok. Dari kegiatan kelompok anak akan tahu
kekurangan.

D. Stimulasi Keterampilan Proses Sains

Berkebun sebagai alternatif pembelajaran yang dapat menstimulasi


keterampilan proses sains pada anak usia dini. Kegiatan berkebun dijadikan
sebagai alternatif pembelajaran sains pada anak usia dini karena diasumsikan
banyak memiliki manfaat bagi pencapaian aspek perkembangan anak termasuk
keterampilan proses sains. Selain mengenalkan tentang pembelajaran sains,
berkebun juga memberikan kontribusi terhadap perkembangan fisik-motorik,
bahasa, kognitif, sosial-emosi dan juga moral-keagamaan anak, sehingga
dapat disimpulkan bahwa kegiatan berkebunmampu memberikan hasil positif
terhadap berbagai aspek perkembangan anak secara terpadu.

Pada saat berkebun anak dapat mengamati, membandingkan dan


mengklasifikasikan misalnya anak sudah menunjukkan keterampilan dalam
menggunakan indranya untuk mengamati suatu objek. Kegiatan berkebun
ini juga mampu menstimulasi keterampilan anak dalam membuat
perbandingan terhadap suatu objek atau benda dan mengklasifikasikannya
dalam suatu kelompok yang sama. Selain itu, anak juga mampu membuat
penilaian dan prediksi terhadap suatu proses dalam kegiatan berkebun,
misalnya ketika anak menyampaikan bahwa ada tanaman yang tumbuh subur
karena di siram air dengan cukup (tidak terlalu banyak atau tidak terlalu
sedikit) atau ketika anak menyebutkan bahwa kalau tanaman tidak di siram
maka tanaman itu bisa layu dan akhirnya mati. Kegiatan berkebun ini juga
mampu menstimulasi kemampuan anak menyampaikan informasi yang ia
perolah ketika berkebun dalam bentuk cerita.

Beberapa tahapan penerapan kegiatan berkebun yang dapat dilaksanakan


antara lain sebagai berikut:

A. Perencanaan Kegiatan Berkebun


Pada tahap ini guru mengajak anak merencanakan kegiatan berkebun,
membahasapa saja yang dibutuhkan dalam kegiatan berkebun, tanaman
apa saja yang kira-kira akanditanam dan menyiapkan langkah kegiatan
berkebun yang akan dilakukan. Perencanaan kegiatan berkebun ini
biasanya dimulai dengan membacakan cerita pada anak terkait proses
berkebun yang menyenangkan.

B. Pelaksanaan Kegiatan Berkebun


Pada tahap ini guru dan anak melakukan kegiatan berkebun sesuai dengan
rencana yang telah disusun sebelumnya. Anak diingatkan kembali terkait
dengan langkah-langkah menanam tanaman yang baik oleh guru.
Pelaksanan kegiatan berkebun ini memerlukan waktu yang relatif
lama dan proses berkebun tidak berhenti setelah anak menanam
tanaman saja, namun juga berlanjut pada proses pemeliharaan
tanaman yang telah ditanam, misalnya dengan menyiram tanaman secara
teratur, memberikan pupuk, dan lain sebagainya

C. Tahap Evaluasi Kegiatan Berkebun


Tahap ini dilakukan untuk mereview pelaksanaan kegiatan berkebun
yang telahdilakukan oleh anak. Evaluasi juga dilakukan untuk
memantau pertumbuhan tanaman yang ada di kebun

Manfaat pelaksanaan kegiatan brrkebun :

a. Menumbuhkan kecintaan anak terhadap alam dengan mengenal tanaman


di sekitar anak
b. anak bergerak lebih aktif, karena proses berkebun secara otomatis
melibatkan seluruh indra anak, misalnya ketika membantu meletakkan
biji, memasukkan tanah kedalam pot,menyiram tanaman dan lain
sebagainya.
c. Anak belajar memahami proses pertumbuhan tanaman. Melalui
kegiatan berkebun anakbisa melihat bukti, jika tanaman yang cukup
“minum” atau “makan” maka akan tumbuhdengan sehat, begitu pun
sebaliknya.
d. Anak dapat mengetahui proses menanam, memelihara, memetik dan
memasak tanamanmenjadi hidangan lezat. Kegiatan berkebun juga
mampu menumbuhkan kecintaan anakterhadap sayuran tertentu yang
sebelumnya tidak terlalu disukai oleh anak, misalnyabawang daun.
e. Menambah wawasan anak terkait nama-nama benda yang digunakan
dalam kegiatanberkebun, nama-nama tanaman dan juga istilah-istilah
lain yang dapat anak perolehketika melaksanakan kegiatan berkebun

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pembelajaran sains bagi anak bertujuan untuk memperkenalkan alam


sekitar dan mengembangkan seluruh aspek yang dimiliki anak. Seiring dengan
prinsip pembelajaran di TK yaitu belajar sambil bermain dan bernyanyi. Maka
pengenalan sains anak dilaksanakan dengan landasan permainan dengan tetap
memperhatikan aspek-aspek perkembangan yang harus dimiliki oleh anak.
Permainan dengan landasan keterampilan proses sains membuat anak ikut serta
dalam proses pembentukan pengetahuan. Anak tidak hanya menerima
pengetahuan yang diberikan oleh guru namun anak yang berusaha melakukan
serangkaian kegiatan untuk memperoleh atau membuktikan, pengetahuan yang
diawali dengan kegiatan melakukan observasi, membandingkan, mengklasifikasi,
mengukur dan mengkomunikasikan sehingga anak antusias dan menyadari
keterpaduan pada setiap ilmu.

DAFTAR PUSTAKA

Mirawati, Dan Nugraha, Rini. 2017. Meningkatkan Keterampilan Proses Anak


Usia Dini Melalui

Aktivitas Berkebun. Volume 1. Nomor 1


Rahmi, Putri. 2019. Pengenalan Sains Anak Melalui Permainan Berbasis
Keterampilan Proses

Sain Dasar. Volume 5. Nomor 2

Anda mungkin juga menyukai