Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SAINS ANAK USIA DINI


DOSEN PENGAMPU :ANA NOVITA SARI ,M.Pd

Kelompok :1. SANTI HANDAYANI 2203031020


2. VANI TURDIANA 2203031021
3. AZIZATUL HASANA 2203031022

UNIVERSITAS DHARMAS INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PAUD
2023/2024

MAKALAH SAINS ANAK USIA DINI Page 1


KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil `alamiin, segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam semesta, yang
telah memberikan kesempatan, kemudahan, dan kelancaran sehingga penulisan
makalahn“Keterampilan Berpikir Sains” dapat diselesaikan dengan baik sesuai rencana. Makalah
ini merupakan hasil telaah dan kajian beberapa artikel dan hasil penelitian terkait topik
keterampilan berpikir pada pembelajaran sains. Buku ini terdiri dari 6 (enam) pokok bahasan
yang menjelaskan berbagai informasi tentang potensi otak dalam berpikir, termasuk berbagai
jenis keterampilan berpikir, serta hasil penelitian yang relevan. Beberapa keterampilan berpikir
yang dibahas dalam buku ini antara lain keterampilan generik sains, keterampilan berpikir kritis,
keterampilan berpikir kreatif, kemampuan pemecahan masalah, serta kemampuan dalam
pengambilan keputusan. Buku ini dapat digunakan sebagai referensi bagi mahasiswa, guru,
dosen, maupun peneliti yang tertarik dengan topik keterampilan berpikir, khususnya pada
pembelajaran sains.
Berpikir merupakan hal penting dalam kehidupan kita sebagai manusia. Inilah ciri manusia
yang membedakannya dengan makhluk lain. Apa yang kita pikirkan menentukan bagaimana kita
merencanakan hidup, menentukan tujuan, dan mengambil keputusan. Manusia dikaruniai otak
yang luar biasa dalam penciptaannya. Banyak fakta tentang otak manusia yang sering tidak
disadari dan mungkin pula tidak diketahui oleh banyak orang. Pengetahuan tentang kemampuan
otak yang luar biasa, sayangnya tidak diikuti dengan aktivitas melatih kemampuan otak untuk
berpikir secara maksimal. Padahal penelitian ilmiah menunjukkan bahwa setiap orang memiliki
potensi otak yang sangat kuat. Potensi otak dapat dimaksimalkan melalui proses belajar dan
latihan secara terus-menerus. Hal ini dapat terjadi karena saat proses belajar dan berlatih, di
dalam otak terjadi kiriman pesan yang berulang sepanjang jalur neuron sehingga terbentuk
hubungan neuron baru. Itulah sebabnya otak dapat bertambah cerdas.
Keterampilan berpikir merujuk kepada pendekatan melalui strategi khusus dan prosedur
yang bisa dilaksanakan, serta dapat digunakan oleh peserta didik dengan cara yang terkontrol dan
sadar untuk membuat mereka belajar lebih efektif. Pembekalan kemampuan berpikir kepada
peserta didik diperlukan agar mereka dapat merencanakan, menjelaskan, serta mengevaluasi
proses berpikir dan belajarnya.
Berpikir tingkat tinggi adalah ciri khas dari keberhasilan pembelajaran di semua
tingkatan, tidak hanya menjadikan pembelajaran lebih maju. Keberhasilan pembelajaran ini
terutama dapat dilihat pada proses mengelaborasi pemikiran kompleks materi yang diberikan,
membuat kesimpulan melampaui apa yang secara eksplisit disampaikan, membangun
representasi yang memadai, serta kemampuan menganalisis dan membangun hubungan yang
terlibat dalam kegiatan mental.
Berkaitan dengan hal-hal di masa depan, berpikir sangat diperlukan karena manusia tidak
akan pernah mendapatkan informasi yang sempurna mengenai masa depan. Manusia harus
berpikir untuk membuat rancangan, memulai usaha, dan melakukan segala sesuatu yang baru.
Dengan demikian, berbekal informasi yang diperoleh saja tidak cukup, melainkan manusia harus
tetap berpikir. Sayangnya, seringkali terdapat dilema bahwa semua informasi terasa penting.

MAKALAH SAINS ANAK USIA DINI Page 2


Setiap potongan kecil informasi memiliki nilai, karena menambah apa yang telah diketahui
sebelumnya. Lalu, bagaimana agar manusia dapat memiliki keterampilan berpikir yang
diperlukan untuk memanfaatkan informasi dengan sebaik-baiknya? Dalam hal ini harus ada yang
diprioritaskan.
Pembelajaran konsep IPA (sains) merupakan wahana bagi peserta didik untuk mempelajari
dirinya sendiri dan alam sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya di kehidupan sehari-hari. Dengan adanya keterlibatkan peserta didik secara aktif
dalam melakukan eksplorasi materi dan mengkonstruksi sendiri ide-ide yang didapat dari hasil
pengamatan dan diskusi, diharapkan peserta didik dapat menguasai materi dengan baik dan
meningkatkan keterampilan berpikirnya. Keterampilan berpikir membantu peserta didik untuk
mengenali dan mengidentifikasi suatu masalah. Pengenalan masalah ini berguna agar lebih fokus
pada tujuan yang ingin dicapai. Selain itu, peserta didik juga akan lebih mudah untuk
memperkirakan hambatan-hambatan yang mungkin akan ditemui dan cara mengatasinya. Proses
berpikir kompleks disebut pula proses berpikir tingkat tinggi meliputi empat macam, yaitu
pemecahan masalah, pengambilan keputusan, berpikir kritis, dan berpikir kreatif.
Keterampilan-keterampilan berpikir yang dibahas dalam buku ini adalah tidak terpisahkan,
melainkan terintegrasi satu dengan yang lainnya. Pada saat bersamaan, kita dapat menggunakan
keterampilan berpikir untuk memecahkan masalah, sekaligus menggunakan keterampilan untuk
mengambil keputusan, berpikir kritis, dan berpikir kreatif yang positif. Keterampilan berpikir
manusia perlu dikembangkan tidak hanya untuk sekedar menjadi warga negara yang baik yang
taat hukum saja. Dalam kehidupan demokrasi masa kini diperlukan pula pemahaman terhadap vii
tatanan sosial, politik, dan ekonomi bangsa. Oleh karenanya, diperlukan kemampuan berpikir
kritis tentang isu-isu yang melibatkan perbedaan pendapat berbagai pihak. Berpikir kreatif juga
penting untuk menghadapi isu-isu demokrasi lokal, nasional, dan internasional yang semakin
kompleks.
Pada kesempatan ini, kami juga sampaikan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada
semua pihak yang telah membantu penulisan, memberikan masukan, koreksi dan revisi.
Akhirnya, Semoga makalah ini bermanfaat bagi siapapun yang membacanya dan memberikan
kontribusi untuk peningkatan kualitas pendidikan, khususnya pembelajaran sains. Penulis
menyadari kiranya di dalam tulisan ini ada kekurangan dan keterbatasannya, sehingga saran dan
kritik konstruktif dari pembaca sangat diharapkan guna penyempurnaan naskah berikutnya.
Muaro Bodi, 4 April 2023
Penulis

SANTI HANDAYANI

MAKALAH SAINS ANAK USIA DINI Page 3


DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……………………………………………………………………………………
Daftar Isi…………………………………………………………..............................................

Pendahuluan :
A. Latar Belakang……………………………………………………………......................5
B. Pembahasan ………………………………………………………..................................6
1. Keterampilan Berpikir Sains………………………………………………………...6
a. Pikiran YangMenyerap………………………………………………………..…6
b. Anak-Anak Ingin Belajar ……………………………………………………….7
c. Belajar Melalui Bermain Pada anak-anak bermain………………......................8
d. Tahap-Tahap Perkembangan …………………………………………………..8
e. Setiap Anak Menginginkan Kebebasan…………………………………………8
f. MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR ANAK USIA DINI MELALUI
METODE MONTESSORI …………………………………………………….9
2. Pertanyaan Produktif untuk mengembangkan keterampilan berpikir sains………..10

C. KESIMPULAN………………………………………………………………………..10

MAKALAH SAINS ANAK USIA DINI Page 4


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sains merupakan ilmu yang penting bagi kehidupan manusia untuk mengenal
dan mengelola lingkungan alam disekitarnya. Sebaiknya sains diperkenalkan pada
anak sejak usia dini, namun beberapa sekolah belum menerapkan sains dalam
pembelajaran ataupun program kegiatan di sekolah. Kurangnya pengenalan sains
sejak usia dini juga menyebabkan pembelajaran sains kurang diminati oleh anak pada
jenjang sekolah lanjutan. Kebanyakan anak menilai pembelajaran sains sangat sulit
dimengerti sehingga keterampilan proses sains anak juga kurang terstimulasi dengan
maksimal dan sains sendiri menjadi asing bagi anak usia dini.
Untuk memperkenalkan sains pada anak usia dini diperlukan suatu pendekatan yang
menarik untuk menemukan apa yang dicari dan dapat memenuhi rasa ingin tahu anak
terhadap sesuatu
keterampilan proses sains adalah observasi. Observasi merupakan hal paling
utama dalam mempelajari sains, melalui kegiatan ini anak diberikan kebebasan untuk
mengeksplorasi dan mencari tahu hal yang berkaitan dengan apa yang akan di teliti.
Penggunaan panca indera dalam kegiatan observasi memberi kesempatan anak untuk
mencari tahu ukuran, bentuk, warna, tekstur dan halhal lain yang dapat menambah
informasi bagi anak untuk menemukan jawaban.
Adapun keterampilan proses sains terdiri dari 5 bagian penting, yaitu: (1)
pengamatan (observing), (2) membandingkan (comparing), (3) mengklasifikasikan
(classifying), (4) mengukur (meansuring), dan (5) mengkomunikasikan
(communicating) (Lind, 1995: 54). Dari pernyataan tersebut, sains dipelajari bukan
sekedar mengenal alam tapi lebih menekankan pada tahapan proses yang terjadi
untuk menemukan suatu jawaban atau fakta. Dari tahapan proses tersebut diharapkan
akan menjadi kegiatan yang bermakna bagi anak sehingga mudah dipahami anak.

Dan ada 7 keterampilan berpikir sains bagi anak usia dini diantaranya : (1)
Pikiran Yang Menyerap (The Absorbent Mind) (2) Masa Peka (The Sensitive Period )
(3) Anak-Anak Ingin Belajar (Children Want to Learn ) (4) Belajar Melalui Bermain
Pada anak-anak bermain (Learning Through play ) (5) Tahap-Tahap Perkembangan
(Stages of Development )(6) Setiap Anak Menginginkan Kebebasan (All Children
Want to be Independent )(7) MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR ANAK
USIA DINI MELALUI METODE MONTESSORI

MAKALAH SAINS ANAK USIA DINI Page 5


B. PEMBAHASAN:
KETERAMPILAN BERPIKIR
Llywodraeth Cynulliad Cymru dalam buku yang berjudul Why Develop Thinking
and Assessment for Learning in the Classroom? menjelaskan bahwa definisi dari
developing thinking atau mengembangkan kemampuan berpikir adalah developing
patterns of thinking that help learners acquire deeper understanding and enable them to
explore and make sense of their world. (Llywodraeth Cynulliad Cymru, 2007: 2)
Jadi kemampuan berpikir adalah mengembangkan berbagai pola berpikir yang akan
membantu pembelajar atau siswa memperoleh pemahaman yang mendalam dan
memungkinkan peserta didik untuk mengeksplorasi dan merasakan dunia mereka atau
lingkungan di sekitar mereka. Dengan mengembangkan kemampuan berpikir, peserta
didik diharapkan dapat menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi dalam keseharian
mereka.
De Bono mendefinisikan berpikir sebagai: “keterampilan mental yang memadukan
kecerdasan dengan pengalaman. ( Edward de bono: 2001, 24) Dalam bukunya yang
berjudul revolusi berpikir, de Bono beranggapan bahwa keterampilan berpikir tidak
didapatkan begitu saja tetapi harus dilatih dan dikembangkan. Bahkan pada orang yang
dianggap cerdas sekalipun, mereka tetap perlu melatih dan mengembangkan keterampilan
berpikirnya. Karena “cerdas” belum tentu terampil berpikir.
Mengembangkan kemampuan berpikir merujuk pada proses-proses berpikir yang
meliputi rencana, mengembangkan dan merefleksikan. Proses-proses ini memungkinkan
peserta didik untuk merencanakan apa yang mereka kerjakan, bagaimana berpikir kreatif
dan kritis dan bagaimana merefleksikan dengan menghubungkan apa yang mereka
pelajari dengan apa yang mereka alami di luar sekolah atau kejadian sehari-hari yang
mereka temui.

”7 melatih keterampilan berpikir anak usia dini”


1. Pikiran Yang Menyerap (The Absorbent Mind)
Semua anak memiliki pikiran untuk menyerap hal-hal yang terjadi di sekelilingnya.
Salah satu naluri kreatif yang dimiliki seorang anak adalah “kemampuan menyerap" baik
secara tanpa sadar (saat anak berusia 0-3 tahun) ataupun secara sadar ( saat anak berusia 3-
6 tahun).
Saat anak berusia 0-3 tahun ia secara tidak sadar menyerap segala hal yang ia lihat
dan ia ketahui. Misalnya "berbahasa", kemampuan berbahasa adalah kemampuan yang
didapat anak tanpa usaha. Mereka belajar dari bahasa ibu yang sering digunakan. Bahasa
orang dewasa merupakan salah satu yang mudah dipelajari oleh anak-anak. Maka orang
dewasa hendaknya berhati-hati dengan apa yang akan dikatakan bila berada di sekitar
anak-anak. Meskipun anda pikir mereka tidak mendengarkan , mereka mungkin tidak atau
belum mampu mengekspresikan diri
Saat anak berusia 3-6 tahun, mereka akan menyerap apa yang disekeliling mereka
secara sadar. Pada masa ini sering disebut masa anak-anak "haus akan pengetahuan", anak
MAKALAH SAINS ANAK USIA DINI Page 6
akan sering bertanya tentang banyak hal. Pada masa ini kemauannya sudah mulai muncul,
sehingga ia bisa berkata "tidak" jika tidak suka dan saat ia menginginkan sesuatu ia akan
berusaha meraihnya dengan caranya sendiri.

2. Masa Peka (The Sensitive Period )


Disebut juga masa peka pada masa ini anak memperlihatkan kecenderungan dalam
memperoleh pengetahuan dan kemampuan baru dengan cara merasakan Oleh sebab itu,
anak membutuhkan untuk menjelajahi atau mengeksplorasi segala sesuatu yang ada di
sekelilingnya.
Montessori mengidentifikasikan masa ini menjadi 6 masa yaitu:
a. Sensitivity to order atau masa peka terhadap perintah
masa ini biasanya terjadi saat anak berusia 1 bulan sampai 2 tahun. Pada masa ini
anak akan belajar dari kebiasaan-kebiasan yang terjadi di lingkungan mereka.
Anakanak akan melakukan hal yang sama dengan orang-orang di lingkungannya. Hal
ini akan dipermudah jika ada arahan sebelumnya dari orang dewasa.
b. Sensitivity to language, atau masa peka terhadap bahasa.
Pada masa ini, dimulai sejak anak di awal kelahirannya. anak akan mendengar suara
dan gerak dari mulut ibunya. Sampai anak berusia 6 tahun tanpa belajar seorang anak
akan mampu menguasai bahasa dan kosa kata yang cukup banyak dan aksen dari
bahasa yang biasa dipakai orangorang di sekelilingnya.
c. Sensitivity to walking, atau masa sensitif untuk berjalan.
Masa ini dilalui anak saat ia berusia 12 sampai 15 bulan. Seorang anak akan berusaha
berjalan dan terus mengasah kemampuan berjalannya dengan naik dan turun tangga
atau berkeliling di lingkungan sekitarnya. Mengajak anak berjalan-jalan akan
menjadi pembelajaran yang menyenangkan bagi mereka pada tahap ini.
d. Sensitivity to the social aspects of life, atau masa peka terhadap aspek sosial
kehidupan.
Pada masa anak berumur 2 sampai 3,5 tahun, anak-anak akan merasa membutuhkan
pengakuan dari lingkungannya bahwa ia adalah bagian dari mereka. Pada masa ini
anakanak juga akan mulai bermain dengan temanteman sebayanya dan belajar
bekerja sama. Menurut Montessori, pada tahap ini aspek sosial orang-orang dewasa
atau norma-norma yang tumbuh disekelilingnya akan mempengaruhi perkembangan
aspek sosial pada anak-anak.
e. Sensitivity to small object, atau masa peka pada benda-benda kecil.
Pada saat anak-anak dengan mobilitas yang lebih baik atau kemampuan berjalannya
sudah baik, maka jika ia dilepas di sebuah lingkungan yang luas, ia akan tertarik
dengan benda-benda kecil di sekelilingnya. Seperti batu, kerikil, tanaman, serangga
dan sebagainya. Jika mereka menemukan suatu obyek kecil, mereka akan cenderung
ingin melihat detilnya, bahkan ada kemungkinan mereka akan memasukkan ke
mulutnya. Pada masa ini anak-anak berusaha memahami dunia di sekelilingnya.
f. Sensitivity to learning through the senses atau masa peka anak belajar melalui
merasakan.

MAKALAH SAINS ANAK USIA DINI Page 7


Pada masa ini anak-anak belajar dengan mengembangkan seluruh kemampuan
indrawinya bahkan sejak mereka masih bayi. Oleh sebab itu,pada anak-anak usia dini
melakukan pembelajaran dengan merangsang seluruh kemampuan indrawi sangatlah
penting. Banyaknya larangan dan seringnya anakanak mendengar kata "tidak" atau
penolakan akan menghalangi pembelajaran bagi anakanak.

3. Anak-Anak Ingin Belajar (Children Want to Learn )


Setiap anak dilahirkan untuk memiliki motivasi dalam belajar. hal ini dapat dilihat saat
mereka tidak berhenti melakukan sesuatu. Pemahaman yang benar terhadap pengasuhan
anak sangatlah penting. Saat seorang anak memulai sekolah pertamanya pada sebagian
anak akan merasa bosan atau tidak menyukai dengan sekolahnya, padahal orang tua
menginginkan anaknya untuk mau belajar di sekolah. Sikap seperti ini tidak akan terjadi
jika kita memahami dan mempraktikkan prinsip-prinsip Montessor
Sangatlah penting diketahui bahwa anak-anak belajar mulai dari awal kehidupannya atau
masa bayi. Menurut Montessori, anak-anak belajar melalui bermain. Mereka akan
mencoba segala hal yang ada di lingkungannya. Sebagai contoh mereka akan tahu bahwa
air itu basah, batu itu keras dan sebagainya dari lingkungan di sekitarnya. Akan lebih baik
jika kita menata lingkungan rumah kita atau lingkungan sekolah dengan memberikan
banyak hal rangsangan agar anak-anak dapat lebih banyak belajar dengan mengeksplorasi
benda-benda yang ada sehingga mereka dapat belajar. Akan lebih baik jika orang tua atau
pendidik turut serta mendampingi dan ikut berinteraksi sehingga saat ada masalah yang
muncul saat bermain, orang tua atau pendidik dapat membantu.
Semua anak belajar melalui keikutsertaan yang aktif dengan terlibat dalam praktik, dan
berusaha melakukan segala sesuatunya dengan caranya sendiri, terutama saat
menggunakan tangannya. Montessori memberi tekanan untuk menghubungkan antara
otak dan gerakan: Perkembangan anak akan terlihat jelas dari perkembangan otak melalui
gerakangerakannya. Montessori percaya proses dari pembelajaran terdiri dari 3 bagian:
otak, merasakan (pemanfaatan indrawi) dan otot, dan ketiganya harus bekerjasama

4. Belajar Melalui Bermain Pada anak-anak bermain (Learning Through play )


Pada anak-anak bermain merupakan hal yang sangat menyenangkan, dengan sukarela,
bertujuan dan pilihan aktivitas secara spontan. Seringkali hal ini menumbuhkan
kekreatifan, melibatkan pemecahan masalah , belajar kemampuan sosial baru, bahasa
baru dan melatih kemampuan fisik. Bermain sangat penting untuk anakanak usia dini
karena dapat membantunya untuk belajar ide-ide baru dan mereka bisa langsung
mempraktikkan adaptasi social an mengatasi masalah-masalah emosional, khususnya
pada permainan imajinatif seperti bermain ibu dan ayah dengan boneka.

5. Tahap-Tahap Perkembangan (Stages of Development )


Berikut ini adalah tahap-tahap perkembangan menurut Montessori:
a. Tahap I: 0-6 th
Tahap ini dibagi 2 yaitu tahap lahir sampai usia 3 tahun disebut masa menyerap tanpa
kesadaran (unconscious) dan umur 3-6 th disebut masa menyerap dengan kesadaran

MAKALAH SAINS ANAK USIA DINI Page 8


(conscious). Pada masa ini perkembangan bahasa meningkat pesat dan anak-anak
mendapatkan pengetahuanpengetahuan baru.
b. Tahap II: 6-12 th
Montessori menamai masa kanakkanak
c. Tahap III: 12-18 th
Periode ini disebut juga masa remaja. Pada masa ini Montessori percaya sebagai
masa-masa yang benyak perubahan dan mereka akan lebih banyak membutuhkan
perhatian seperti ketika mereka berumur di bawah 6 tahun.

6. Setiap Anak Menginginkan Kebebasan (All Children Want to be Independent )


Tujuan pendidikan yang dipraktikkan Montessori di kelas yaitu membuat anak mandiri
dan mampu melakukan sesuatu untuk dirinya sendiri. Hal ini dapat dicapai dengan
memberikan kesempatandan ruang bagi anak untuk bergerak, berpakaian sendiri,
memilih apa yang dilakukan, dan memberi kesempatan pada anak untuk membantu tugas
orang dewasa. Ketika anak mampu melakukan segala sesuatunya seorang diri, maka hal
itu akan meningkatkan kepercayaan dan harga diri anak.

7. MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR ANAK USIA DINI MELALUI METODE


MONTESSORI
Melatih keterampilan berpikir anak usia dini dan metode Montessori akan terlihat
hubungan antara keduanya, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Edward de Bono menganggap bahwa orang yang cerdas berpikir akan bermanfaat
bagi kehidupan di masa depan, sehingga pembelajaran keterampilan berpikir penting
dilakukan sejak dini. Pembelajaran keterampilan berpikir anak usia dini melibatkan
perkembangan aspek kognitif, bahasa, dan sosial emosional, hal ini juga selaras
dengan metode Montessori yang bermanfaat untuk mengembangkan berbagai aspek
perkembangan anak meliputi aspek kognitif, bahasa, sosial emosi dan motorik baik
halus maupun kasar.
2. Untuk melatih keterampilan berpikir menurut metode Montessori pembelajaran pada
anak harus memperhatikan tahap perkembangan anak. Ketika anak pada tahap
absorbent mind yang banyak berhubungan dengan aspek berbahasa maka rangsangan
dari pendidik maupun orang disekitarnya sangat penting. Misalnya untuk melatih
keterampilan berpikir anak usia dini guru bisa memanfaatkan kartu bergambar, anak
diminta menjelaskan pendapat mereka tentang gambar yang ada. Kemampuan guru
dalam menggali pertanyaan, memancing dan mendorong anak untuk berpendapat
dapat melatih keterampilan berpikir anak usia dini. Misalkan gambar tersebut bisa
berupa gambar yang membutuhkan penyelesaian masalah, misal gambar seorang ibu
yang membawa banyak barang dan ada beberapa barang yang jatuh. Guru dapat
membuka pertanyaan gambar apakah ini? Lalu guru dapat bertanya apakah yang
dilakukan anak-anak jika bertemu dengan ibu tersebut? Dari kegiatan itu akan melatih
kentterampilan berpikir anak dengan melibatkan aspek kognitif tentang penyelesaian
masalah, bahasa tentang bagaimana anak melihat dan merasakan dan aspek sosial
emosional tentang apa yang dirasakan anak, belajar tentang empati dan simpati juga

MAKALAH SAINS ANAK USIA DINI Page 9


belajar menghargai perbedaan jika ada perbedaan pendapat dengan teman lain maka
di masa depan sampah tidak akan menjadi masalah sosial lagi. Atau anakanak sadar
tentang pentingnya menanam pohon, maka di masa depan jutaan pohon masih lestari
yang semuanya itu bermanfaat untuk kehidupan di masa depan
2.Pertanyaan produktif untuk mengembangkan ketempilan berpikir sains
Pertanyaan Produktif adalah pertanyaan yang mendorong peserta didik melakukan
sesuatu untuk bisa menjawab pertanyaan. Dan pertanyaan yang bisa ditemukan melalui
kegiatan atau pengamatan.
Contoh : Guru bertanya apa saja warna jeruk?,tanpa melakukan sesuatu peserta didik bisa
menjawab : Hijau,kuning atau orang

KESIMPULAN

Dari apa yang telah dipaparkan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa
Keterampilan berpikir anak usia dini dapat dilakukan melalui penerapan metode
Montessori dengan cara sebagai berikut:
1. . Pembelajaran keterampilan berpikir anak usia dini melibatkan perkembangan
aspek kognitif, bahasa, dan sosial emosional, hal ini juga selaras dengan metode
Montessori yang bermanfaat untuk mengembangkan berbagai aspek
perkembangan anak meliputi aspek kognitif, bahasa, sosial emosi dan motorik
baik halus maupun kasar.
2. Untuk melatih keterampilan berpikir menurut metode Montessori pembelajaran
pada anak harus memperhatikan tahap perkembangan anak.
3. Dalam metode Montessori penggunaan alat permainan edukatif dan penyediaan
lingkungan yang sesuai dengan tahap perkembangan anak sangat penting,
sehingga untuk melatih keterampilan berpikir anak usia dini diperlukan alat
permainan edukatif dan lingkungan yang sesuai dengan tahap perkembangan
mereka.
4. Metode Montessori selalu mengajarkan bahwa anak-anak harus belajar tentang
kemandirian. Apa yang diajarkan di sekolah juga harus sejalan dengan apa yang
dilakukan di rumah. Hal ini juga akan melatih keterampilan berpikir anak usia
dini dalam menyelesaikan persoalan atau masalah sosial sehari -hari.
Pembelajaran sains bagi anak betujuan untuk memperkenalkan alam sekitar dan
mengembangkan seluruh aspek yang dimiliki anak. Seiring dengan prinsip
pembelajaran di Paud yaitu belajar sambil bermain dan bernyayi. Maka
pengenalan sains anak dilaksanakan dengan landasan permainan dengan tetap
memperhatikan aspekaspek perkembangan yang harus dimiliki oleh anak.
Permainan dengan landasan keterampilan proses sains membuat anak ikut serta
dalam proses pembentukan pengetahuan. Anak tidak hanya menerima
pengetahuan yang diberikan oleh guru namun anak yang berusaha melakukan
serangkaian kegiatan untuk memperoleh atau membuktikan, pengetahuan yang

MAKALAH SAINS ANAK USIA DINI Page 10


diawali dengan kegiatan melakukan observasi, membandingkan, mengklasifikasi,
megukur dan mengkomunikasikan sehingga anak antusias dan menyadari
keterpaduan pada setiap ilmu.

MAKALAH SAINS ANAK USIA DINI Page 11

Anda mungkin juga menyukai