Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

METODE PEMBELAJARAN SAINS AUD

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


PEMBELAJARAN SAINS AUD

Dosen pengampu : Elly Kusmiati, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh :

Erik pebrian setiana ( 14520.0001 )

Sri ekawati Sutarti ( 14520.00025)

Tuti Rohaeti ( 14519.00100 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SABILI

BANDUNG

2022
i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim.
Segala puji serta syukur kehadirat Allah Subhanahu wata’ala, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah serta karuniaNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah sebagai tugas
mata kuliah “Pembelajaran Sains AUD” ini. Tanpa ridha dan petunjuk dari-Nya mustahil
makalah ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjunan
kita Nabi Muhammad Sallallahu’alaihi wasallam, kepada keluarganya, sahabatnya serta kita
semua sebagai umatnya hingga akhir zaman.
Besar harapan kami bahwa makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai
pegangan dalam mempelajari segala ilmu tentang pembelajaran mtematika matematika untuk
anak usia dini, terutama dalam kaitannya dengan tema-tema yang akan kami bahas pada makalah
ini. Kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, Oleh karena itu, kritik
serta saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Adapun materi yang akan kami sampaikan dalam makalah ini, antara lain tentang “
Metode Pembelajaran Sains AUD”. Kami mengucapkan terimakasih banyak kepada Ibu Elly
Kusmiati, S.Pd., M.Pd yang telah memberikan tugas ini kepada kami, sehingga kami dapat
mempelajari dan memahami pentingnya pembelajaran pada materi ini. Dan tidak lupa kami
ucapkan terimakasih, kepada semua pihak yang telah bersedia dengan ikhlas membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.

Bandung, Februari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………..……………………………..……………….…ii


DAFTAR ISI ……….
……………………………………………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah……………………..……….…………………………………………4
C. Tujuan …………………………………………………………………………………… 4
D. Manfaat ………………………...……………….……………………………………….. 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Metode Pembelajaran AUD…………………………………………………………,…5
B. Perencanaan kegiatan Pembelajaran SAINS…………………………………………,.10
C. Pentingnya Sains untuk anak usia Dini………………………………………………,,.13
D. Pembelajaran Sains untuk Anak Usia Dini…………………..……………………,,…15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………….…………………………………...21
B. Saran……………………………….………………………………………………….22

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara harfiah sains dapat disebut sebagai ilmu yang mempelajari peristiwa -
peristiwa yang terjadi di alam. Sementara, secara konseptual sains didefinisikan sebagai
skema konseptual yang berhubungan satu sama lain dengan serangkaian percobaan dan
pengamatan serta dapat diuji lebih lanjut.

Sains dapat dipandang sebagai suatu dimensi yang terdiri atas suatu proses, produk
maupun sikap. Sains sebagai suatu proses adalah cara untuk memperoleh pengetahuan,
sementara sains sebagai suatu produk dapat berupa fakta,konsep, prinsip, hukum dan
teori, sedangkan sains sebagai sikap keilmuan bermakna keyakinan, opini dan nilai - nilai
yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuan ketika mencari atau mengembangkan suatu
pengetahuan baru.

Sains untuk anak usia dini merupakan sains yang sasarannya ditujukan kepada anak usia
dini serta bagaimana memahami sains berdasarkan sudut pandang anak.
Saat ini, sains menjadi hal yang penting untuk dikenalkan pada anak - anak usia dini. Hal
ini disebabkan karena sains dapat mengajak anak untuk berpikir kritis, selaian itu pula dengan
sains, anak tidak begitu saja menerima atau menolak sesuatu. Mendidik anak mempunyai
kemampuan sains dapat membantu orang tua maupun anak tersebut untuk aktif
membangun pertahanan diri terhadap serangan informasi dari sekelilingnya.

Sains yang diperkenalkan sejak anak berusia dini akan mendorong mereka menjadi
anak yang kaya inspirasi, bersikap kreatif dan kaya akan inisiatif serta bisa menumbuhkan
pola pikir logis pada anak. Pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman
langsung sehingga anak perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses
sains agar mampu menjelajahi serta memahami alam sekitarnya. Dengan pemberian
pembelajaran sains sejak usia dini dapat melatih anak dalam menggunakan pikiran, kekuatan
maupun kejujurannya sehingga anak tersebut memiliki kesiapan menuju jenjang pendidikan

1
yang lebih tinggi. Tujuan mulia ini mengacu pada Undang -undang RI nomor 20 tahun
2003 tentang sistem pendidikan Nasional pasal 1 ayat 14 yang menyatakan bahwa
pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak
sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani
agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Pembelajaran sains tidak hanya diajarkan pada jenjang sekolah dasar dan menengah
saja tetapi harus mulai dikenalkan sejak usia dini. Hal ini disebabkan anak usia dini berada
dalam masa keemas an perkembangan kognitif, sosial maupun emosionalnya. Perkembangan
intelektual pada usia 0 sampai 4 tahun mencapai 50 persen dan akan meningkat hingga
mencapai 80 persen pada usia anak 8 tahun dan baru mencapai 100 persen saat anak
berusia delapan belas tahun. Ini menunjukkan pentingnya pemberian rangsangan pada anak
usia dini. Mengenalkan sains pada anak harus sesuai dengan tahapan umur dan
perkembangannya.
Pendidikan pada anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya yang dilakukan oleh
pendidik danorang tua dengan menciptakan lingkungan dimana anak dapat mengekploitasi
pengalaman yang memberikan kesempatan padanya untuk mengetahui dan memahami.
Proses pembelajaran sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak harus
memperhatikan karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak.

Perkembangan anak usia dini diberbagai aspek akan berkembang dengan optimal
jika diberi rangsangan yang tepat. Berbagai aspek perkembangan yang dapat dikembangkan
dalam pendidikan anak usia dini meliputi perkembangan kognitif, sosial-emosional, bahasa,
fisik- motorik, seni dan nilai agama dan moral. Dari seluruh aspek yang ada, aspek
perkembangan kognitif merupakan aspek utama yang dapat mempengaruhi
perkembangan aspek lainnya. Terdapat berbagai kemampuan anakdalam bidang kognitif
yang harus dikembangkan salah satunya sains. Kompetensi dasar yang harus dimiliki anak dalam
bidang sains adalah mampu mengenal berbagai konsep sederhana yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari yang dialaminya. Seperti perubahan yang terjadi berbagai warna saat

2
dicampurkan, kondisi benda yang di masukkan ke dalam air, maupun mencoba
membedakan bermacam-macam rasa, bau atau suara.

Anak dilatih menggunakan lima indera yang dimilikinya untuk mengenal berbagai
gejala benda maupun peristiwanya. Semakin banyak keterlibatan indera dalam belajar, anak
semakin memahami apa yang dipelajari serta memperoleh pengetahuan baru hasil
penginderaannya dengan berbagai benda di sekitarnya. Pengalaman belajar yang diperoleh
anak melalui cara mengamati, meniru maupun bereksperimen sederhana di lingkungan
mereka secara berulang-ulang akan mempengaruhi seluruh potensi dan kecerdasan anak.
Oleh karena itu diperlukan upaya serius dalam memfasilitasi anak dimasa tumbuh
kembangnya berupa kegiatan pendidikan dan poembelajaran sesuai dengan usia, kebutuhan dan
minat anak. Pada hakikatnya sains sangan berhubungan langsung dengan anak melalui
proses-proses alam yang terjadi di sekeliling anak. Pengenalan tentang sains hendaknya
diilakukan sejak usia dini dengan kegiatan yang menyenangkan dan melalui pembiasaan
agar anak mengalami proses sains secara langsung. Hal itu dilakukan agar anak mengerti
proses dari kegiatan sains yang dilakukannya.

Sains memungkinkan anak untuk melakukan percobaan sederhana agar mereka


dapat mengetahui proses terjadinya sesuatu dan mengapa sesuatu dapat terjadi. Metode -
metode pembelajaran yang digunakan oleh seorang pendidik dalam meningkatkan
kemampuan sains anak merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan. Tentunya alat
yang digunakan tidak selamanya berfungsi secara memadai.
Oleh sebab itu, dalam memilih suatu metode pendidik harus memiliki alasan yang kuat
jika metode tersebut dapat menggerakkan anak dalam meningkatkan motivasi, rasa ingin
tahu dan mengembangkan imajinasi anak tersebut.

Selama ini kurangnya pengetahuan anak dalam konsep pembelajaran sains


dikarenakan metode pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik kurang menarik minat
anak untuk mengikuti proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Anak belum diberi
kesempatan yang cukup untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran sains

3
yang dilakukan juga belum seutuhnya mengacu pada pembelajaran anak usia dini
yang dilakukan sambil bermain karena duania anak adalah dunia bermain.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, kami menemukan beberapa permasalahan, antara lain:
1. Metode Pembelajaran Anak usia Dini
2. Perencanaan kegiatan Pembelajaran SAINS
3. Pentingnya Sains untuk anak usia Dini
4. Pembelajaran Sains untuk Anak Usia Dini
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Agar Pembaca dapat mengetahui metode pembelajaran anak usia dini
2. Agar Pembaca mengetahui dan mengimplementasikan Perencanaan kegiatan
pembelajaran Sains
3. Agar pembaca mengetahui dan memahami pentingnya sains untuk anak usia dini
4. Agar pembaca mengetahui dan memahami Pembelajaran sains untuk anak usia dini
D. Manfaat
Adapun manfaat pengembangan penulisan makalah ini dari segi teoritis maupun praktis
yang diharapkan adalah, sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Memberikan masukan kajian keilmuan yang bermanfaat terhadap dunia pendidikan
khususnya dalam kajian mengenai Metode Pembelajaran sains anak usia dini
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa, dapat mengetahui ilmu dan pemahaman tentang metode
pembelajaran sains anak usia dini
 Guru, menambah wawasan ilmu pengetahuan serta membentuk sikap yang
berkarakter membentuk peserta didik dan mencapai tujuan pendidikan.
b. Orang Tua serta Masyarakat Sebagai acuan dalam bersinergi bersama guru-guru
dalam memberikan pendidikan pada anakanaknya sehingga hambatan atau
permasalahannya dapat teratasi.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Metode Pembelajaran AUD

Metode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan (Agung, 2011). Pendapat
lain mengatakan bahwa metode adalah cara yang dalam berkerjanya merupakan alat untuk
mencapai tujuan kegiatan (Moeslichatoen, 2004). Metode digunakan untuk merealisasikan
strategi yang telah ditetapkan. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai
sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi.
Dengan demikian suatu strategi dapat dilaksanakan dengan berbagai metode (Direktorat Tenaga
Kependidikan, 2008). Dari beberapa pendapat tersebut metode adalah cara yang digunakan untuk
melaksanakan strategi atau perencanaan agar tujuan yang telah disusun tercapai secara maksimal.

Pembelajaran adalah kegiatan yang bertujuan untuk membelajarkan siswa (Sanjaya, 2007).
Pembelajaran adalah suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik atau pembelajar yang
direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sitematis agar subjek didik atau
pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien (Sulhan, 2006).
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pembelajaran adalah proses interaksi
antar anak didik, antara anak didik dan pendidik dengan melibatkan orangtua serta sumber
belajar pada suasana belajar dan bermain di satuan atau program PAUD (Permendikbud, nomor
137 tahun 2014). Dari beberapa pendapat tersebut, pembelajaran merupakan kegiatan atau proses
interaksi sesama peserta didik, antara peserta didik dan pendidik dengan melibatkan orang tua
serta sumber belajar untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

Metode pembelajaran adalah metode yang harus dilalui untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan pada setting pembelajaran. Metode pembelajaran adalah metode yang diterapkan oleh
guru terhadap anak didiknya di dalam kelas dalam mencapai tujuan pembelajaran (Slameto,

5
2010). Penetapan tujuan pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru dalam memilih
metode yang akan digunakan di dalam menyajikan materi pengajaran. Tujuan pembelajaran
merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir pengajaran, serta kemampuan yang harus
dimiliki siswa. Sasaran tersebut dapat terwujud dengan menggunakan metode-metode
pembelajaran (Direktorat Tenaga Kependidikan, 2008). Jadi metode pembelajaran merupakan
cara yang digunakan guru atau pendidik dalam menyajikan materi kepada peserta didik untuk
mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien sesuai dengan perencanaan
sebelumnya.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Pendidikan Anak Usia Dini adalah
upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 (enam) tahun yang
dilakukan melalui pemberian rancangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan
lebih lanjut (Permendikbud, nomor 137 tahun 2014). Mutiah (2010) mengungkapkan bahwa
anak usia dini merupakan kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan yang bersifat unik, artinya memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik
(koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir, daya cipta), sosial emosional,
bahasa dan komunikasi. Masa anak usia dini ini tidak akan terlulang lagi. Jadi sia-sia rasanya
bila orang tua tidak mengoptimalkan pendidikan anak-anak mereka sejak usia dini. Sehingga jika
pada masa kritis, rangsangan/stimulasi tersebut tidak diberikan maka besar kemungkinan tugas-
tugas perkembangan kognitif tidak dapat dicapai secara optimal atau bahkan mengalami
keterlambatan (Martini, 2006).

Dari beberapa pengertian di atas tentang metode, pembelajaran dan Pendidikan Anak Usia
Dini, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran untuk Pendidikan Anak Usia Dini adalah
cara yang digunakan guru atau pendidik dalam menyajikan materi kepada peserta didik yaitu
anak yang berumur di bawah 6 tahun untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif
dan efisien sesuai dengan perencanaan sebelumnya agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan kejenjang dasar. Pelaksanaan pembelajaran anak usia dini dilakukan
melalui bermain secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, kontekstual dan berpusat pada anak
untuk berpartisipasi aktif serta memberikan keleluasaan bagi prakarsa, kreativitas, dan

6
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis anak
(Permendikbud, nomor 137 tahun 2014).

Interaktif merupakan proses pembelajaran yang mengutamakan interaksi antara anak dan
anak, anak dan pendidik, serta anak dan lingkungannya. Inspiratif merupakan proses
pembelajaran yang mendorong perkembangan daya imajinasi anak. Menyenangkan merupakan
proses pembelajaran yang dilakukan dalam suasana bebas dan nyaman untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Kontekstual merupakan proses pembelajaran yang terkait dengan tuntutan
lingkungan alam dan sosial-budaya. Berpusat pada anak merupakan proses pembelajaran yang
dilakukan sesuai dengan karakteristik, minat, potensi, tingkat perkembangan, dan kebutuhan
anak (Permendikbud, nomor 137 tahun 2014).

Proses pembelajaran inspiratif memungkinkan siswa untuk mencoba dan melakukan sesuatu.
Biarkan siswa berbuat dan berpikir sesuai dengan inspirasinya sendiri, sebab pengetahuan pada
dasarnya bersifat subjektif yang bisa dimaknai oleh setiap subjek belajar. Proses pembelajaran
menyenangkan dapat dilakukan dengan menata ruangan yang apik dan menarik dan pengelolaan
pembelajaran yang hidup dan bervariasi, yakni dengan menggunakan pola dan model
pembelajaran, media dan sumbersumber belajar yang relevan (Direktorat Tenaga Kependidikan,
2008).

Seorang guru Pendidikan Anak Usia Dini dituntut untuk bisa menggunakan metode
pembelajaran yang memenuhi kebutuhan dan minat anak. Metode pembelajaran memegang
peran yang sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung
pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya
mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran (Direktorat Tenaga
Kependidikan, 2008).
Metode-metode pembelajaran dapat digunakan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran
sains di sekolah. Metode pembelajaran merupakan suatu cara atau prosedur yang ditempuh
pendidik dalam mengelola pembelajaran yang efektif dan efisien, (Susanto, 2017).
Metode pembelajaran yang dapat diberikan guru dalam mengenalkan sains adalah sebagai
berikut:

7
1. Metode eksperimen
Dalam pembelajaran pengenalan sains salah satu metode yang digunakan guru dalam
mengenalkan sains pada anak usia dini adalah dengan menggunakan metode eksperimen,
karena dengan metode eksperimen anak diberikan pengalaman yang nyata dan anak dapat
mengamati hasil percobaan yang ia buat sendiri secara langsung. Dalam menggunakan
metode eksperimen juga lebih seru karena anak-anak bermain menggunakan bahan atau
alatalat yang mungkin tidak semua dikenalnya sehingga membuat anak dapat mengenal
lebih banyak tentang bahan atau alat-alat yang akan dipakainya dalam pembelajaran
pengenalan sains.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Lestariningrum dalam Kalidah & Hasanah (2020)
tentang metode eksperimen, yang mana, metode eskperimen merupakan metode dalam
pengenalan sains yang memberikan pengalaman-pengalaman yang nyata yang diberikan
oleh guru kepada anak dengan cara anak mengamati hasil secara langsung setelah
melakukan percobaan-percobaan sederhana disebut dengan metode eksperimen. Sedangkan
menurut Susanto (2017) metode eksperimen adalah metode yang memberikan kesempatan
kepada anak untuk menggunakan alam sekitar atau kegiatan sehari-hari anak sebagai bahan
pembahasan melalui berbagai kegiatan.

Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran melalui metode eksperimen


yaitu:
a. Menetapkan tujuan eksperimen, adapun tujuan eksperimen adalah untuk meningkatkan
aspek perkembangan anak.
b. Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
c. Menyiapkan tempat pelaksanaan eksperimen.
d. Perhatikan keamanan dan kesehatan agar dapat menghindari resiko.
e. Perhatikan tata tertib atau disiplin, terutama dalam menjaga perlatan dan bahan yang akan
digunakan serta mengalokasikan waktu.
Berikan penjelasan tentang apa yang harus diperhatikan dan tahapan yang harus dilakukan
oleh anak. Sebelum pelaksanaan eksperimen, guru memberikan prosedur yang harus
diperhatikan dalam metode eksperimen, (Kalidah & Hasanah 2020).

8
2. Metode Bermain
Dunia anak adalah dunia bermain sehingga diperlukannya metode bermain untuk anak
usia dini. Dengan metode bermain pembelajaran pengenalan sains menjadi lebih seru,
walaupun hanya dengan bermain sebenarnya anak telah menemukan pembelajaran karena
melalui aktivitas bermain anak juga telah melakukan aktivitas belajar yang menyenangkan.
Banyak permainan yang dapat diajarkan, seperti anak bermain kolase, bermain
memasukkan biji buah jeruk,bermain balok dan lain sebagainya. Hal ini sejalan dengan
sebagaimana yang dikemukakan oleh Frobel menyimpulkan bahwa pendidikan anak adalah
lewat bermain. Selain itu juga Bruner mengemukakan bahwa bermain memotivasi anak
untuk melakukan berbagai kegiatan dalam menyelesaikan berbagai permasalahan melalui
penemuannya sendiri, Kalidah & Hasanah (2020).

3. Metode bercakap-cakap
Metode bercakap-cakap adalah suatu cara bercakap-cakap dalam bentuk tanya jawab
antara anak dengan anak, atau antara anak dengan guru, Susanto (2017). Dalam
penyampaian materi pengenalan sains metode bercakap-cakap merupakan salah satu metode
yang paling diperlukan, karena dengan bercakap-cakap guru dan anak akan sama-sama
mendapatkan informasi. Anak akan bertanya jika guru memperlihatkan hal baru yang anak
tidak kenal dan ia akan selalu bertanya ataupun menceritakan apa yang ia ketahui keguru
ataupun terutama teman-temannya.
Anak sangat suka bertanya seperti apa warna pelangi, apa rasa buah apa warna buah dan
lain sebagainya dalam metode bercakap-cakap tidak hanya anak yang aktif dalam tapi guru
juga harus aktif dalam bercakap-cakap . Metode ini bermanfaat untuk menambah keberanian
anak dalam menunjukkan perasaan, keinginan, kebutuhan secara lisan dan juga memperoleh
pengetahuan dan wawasan (Yulianti dalam Kalidah & Hasanah 2020).

4. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode yang digunakan guru untuk menjelaskan
pembelajaran kepada anak. Metode demontrasi ini bermanfaat untuk memberikan atau
menjelaskan tentang suatu kejadian. Dengan menggunakan metode demonstrasi guru dapat
meningkatkan pemahaman anak karena anak dapat diminta untuk memperhatikan serta

9
mendengarkaan apa yang disampaikan oleh guru. Seperti halnya guru menjelaskan atau
sambil mengajarkan kepada anak bagaimana cara memainkan permainan seperti belalai
gajah sehingga seorang guru harus memberi contoh terlebih dahulu. Baik dari bagaimana
membuat belalai gajah dan meniup balon dan lain sebagainya.
Menurut Montolalu, Dkk (2008) metode demonstrasi sebagai salah satu wahana
pemenuhan keingintahuan anak akan dikatakan efektif bila guru memperhatikan beberapa
hal penting yaitu:
a. Apa yang ditunjukkan dan dilakukan guru harus dapat diamati dengan jelas oleh anak.
b. Suaru guru saat menjelaskan harus dapat didengar dengan jelas.
c. Setelah kegiatan pendemonstrasian oleh guru, haruslah diikuti oleh kegiatan anak
menirukan apa yang telah diperagakan dan dijelaskan guru.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Moeslichatoen (2004) metode merupakan alat untuk
mencapai tujuan kegiatan. Sebagai alat untuk mencapai tujuan tidak selamanya berfungsi
secara memadai. Oleh karena itu, dalam pemilihan suatu metode yang akan di pergunakan
dalam program kegiatan anak di pendidikan anak usia dini (PAUD) guru perlu mempunyai
alasan yang kuat dan faktor-faktor yang mendukung pemilihan metode tersebut. Metode
pembelajaran untuk anak pendidikan anak usia dini (PAUD) hendaknya menantang dan
menyenangkan, melibatkan unsure bermain, bergerak, bernyanyi dan belajar.

5. Metode Karyawisata
Karyawisata merupakan salah satu metode melaksanakan kegiatan pengajaran anak anka
dengan cara mengamati dunia lingkungan secara langsung sesuai dnegan kenyataan yang
meliputi manusia , hewan dan tumbuh – tumbuhan dan benda benda lainnya. Dengan
mengamati secara langsung anka memperoleh kesan yang sesuai dengan pengamatannya
yang diperoleh dari panca indra yakni mata , telinga, lidah dan hidung.
Contohnya dengan anak diajak karyawista ke kebun binatang dimana anak akan
bereksplorasi dan kemudian anak akan menanyakan pertanyaan yang berkaitan sains
seperti menanyakan tentang hewan dantumbuhan yang tumbuh dan juga makanan yang
dimakan hewan tersebut.

10
B. Perencanaan Kegiatan pembelajaran Sains
Perencanaan adalah aktivitas yang menggambarkan di muka hal-hal yang harus
dikerjakan dan cara mengerjakannya dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan (The Liang
Gie, 1996). Pendapat lain dikemukan oleh Murdick and Ross (2000), bahwa perencanaan
merupakan pemikiran yang mendahului tindakan mencakup pengembangan dan pemilihan
alternatif-alternatif tindakan yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan. Lalu apakah yang
dimaksud dengan perencanaan pembelajaran?. Nana Sudjana (1988), secara umum
mendefinisikan perencanaan pembelajaran adalah kegiatan memproyeksikan tindakan apa
yang akan dilakukan dalam suatu pembelajaran (PBM), yaitu dengan mengkoordinasikan
(mengatur dan menetapkan) komponenkomponen pengajaran; sehingga arah kegiatan
(tujuan), isi kegiatan (materi), cara pencapaian kegiatan (metode dan teknik) serta bagaimana
mengukurnya (evaluasi) menjadi jelas dan sistematis.
Apabila aspek-aspek yang terkait dengan pembelajaran sains Holt, Bess-Genne (2001)
menjelaskan aspek-aspek pengembangan sains bagi anak usia dini yang meliputi tujuan,
dukungan material yang dibutuhkan, penyiapan anak, pengembangan kegiatan, penguatan dan
penghargaan, lembar kerja anak dan evaluasi; maka batasan dari perencanaan pembelajaran
sains adalah pemprediksi atau memperkirakan hal-hal yang diperlukan sebagaimana
kebutuhan dari unsur-unsur yang teridentifikasi tersebut. Hal yang perlu diperhatikan dalam
perencanaan pembelajaran sains pada anak usia dini diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan tujuan pembelajaran
Dalam menentukan tujuan pembelajaran bagi program pendidikan anak usia dini selama
ini masih mengalami miskonsepsi. Menurut Bredekamp and Rosegrant dalam Ilfiandra
(2011) miskonsepsi ini berasal dari kekeliruan mengartikan istilah “childcentered” yang
dimaknai sebagai “childdetermined”, “child-dictated”, dan “childindulgent”. Dalam
perspektif Pendidikan Anak Usia Dini, tujuan pembelajaran meliputi semua dimensi
perkembangan, berdasarkan pemahaman terhadap tingkat perkembangan, dan kebutuhan
dan perkembangan individual anak. Oleh karena itu, dalam pembelajaran sains, Nugraha
(2000), menjelaskan bahwa sebetulnya terdapat dua teknik penentuan tujuan
pembelajaran sains. Pertama, dengan memilih dari kurikulum/program sains yang telah
ada; jika hal tersebut memang tersedia. Kedua, dengan merumuskan sendiri dengan
mengacu pada rambu-rambu yang semestinya. Rumusan tujuan hendaklah jelas

11
sasarannya, dapat digambarkan perilakunya, kondisi penunjang atau prasyaratnya efektif
serta tingkat atau kualifikasinya sesuai dengan karakteristik anak. Tuntutan rumusan
tujuan seperti itu akan semakin tinggi manakala tujuan yang diminta berupa rumusan
tujuan pembelajaran yang bersifat khusus, karena tujuan yang bersifat khusus merupakan
indikator standar dalam mengetahui ketercapaian suatu program pembelajaran. Secara
dederhana rumusan tersebut dapat mengacu pada rumus ABCD, yang bermakna A untuk
status peserta didik (Audience) sebagai subyek belajar sains, B untuk perubahan perilaku
yang diharapkan (Behaviour) terjadi pada anak setelah mengikuti pembelajaran sains, C
untuk kondisi, yaitu jenis rangsangan-pilihan kegiatan atau bentuk-bentuk kegiatan
belajar yang disediakan (condition) yang didugadapat menjadi medium tercapainya
perolehan perilaku baru pada anak. Sedang D untuk memberikan batasan, baik kualitatif
maupun kuantitaif tingkatan perilaku baru yang diharapkan, biasanya mencerminkan
tingkat (degree) kedalaman dan keluasan materi yang diberikan dan harus dikuasai anak
dalam pengembangan pembelajaran sains, yang disesuikan dengan daya dukung
b. Menentukan material yang dibutuhkan
Rumusan tujuan yang dibuat oleh guru sains, jika rumusannya benar dan dibuat secara
sempurna akan menunjukkan dan menggambarkan, paling tidak memprediksi berbagai
kebutuhan material yang diperkirakan diperlukan. Sejumlah contoh material yang dapat
digunakan dalam pembelajaran sains bagi anak usia dini, diantaranya: akuarium, lem,
palu, baking soda, tabung karet, jam pasir gelas takaran dan sebagainya. Semua peralatan
tersebut jika tersedia di sudut (area) kegiatan sains, maka guru tinggal memilihnya; tetapi
jika tidak ada maka tetap harus mengusahakan dengan maksud tujuan yang telah
dicanangkan dapat tercapai secara baik.
c. Penyiapan anak dan setting lingkungan
Kegiatan yang terkait dengan penyiapan anak meliputi: penyiapan emosi, pengenalan
peraturan, pembagian kerja, pembagian kelompok, dan sebagainya. Adapun yang terkait
dengan setting lingkungan, menyiapkan lingkungan atau tempat yang akan digunakan
anak dalam melakukan eksplorasi dan pengkajian sains, baik di sudut (area) sains
(laboratorium), maupun di luar (di kebun sekolah, taman, sawah, dan sebagainya), yang
disebut laboratorium
d. Pengembangan kegiatan

12
Kegiatan yang mesti diidentifikasi secara jelas yaitu kegiatan anak dan kegiatan Guru/
Tutor selama pembelajaran sains. Baik untuk kegiatan pada awal, kegiatan inti maupun
kulminasi (review, eveluasi, displai/ pameran), serta kegiatan penutup seluruh aktivitas
sains yang telah dijalankan
e. Penguatan dan penghargaan
Pembelajaran yang bernilai edukatif yaitu kegiatan yang dapat menimbulkan gairah
belajar anak. Salah satu alat yang dapat digunakan yaitu dengan menyediakan berbagai
variasi penguatan dan penghargaanm sehingga kemajuan dan motivasi anak makin
meningkat. Hindarilah hukuman seminimal mungkin. Berbagai penguatan dan
perhargaan dapat dilakukan melalui ucapan, gerakan, atau penunjukkan peran positif
pada anak (misal: Sang Profesor), atau dengan gift (kado/benda) dan lain-lain. Kemudian
tentukanlah dalam perencanaan, misalkan anak yang pekerjaan sain dengan sempurna di
beri coklat atau bunga, atau sesuatu yang diperkirakan bermanfaat bagi peserta didik.
f. Melakukan tindakan pengayaan
Kebermaknaan suatu studi sains akan semakin tinggi jika para guru menyediakan
program pengayaan. Program yang direncanakan tidak selalu dalam bentuk formal,
bahkan yang terbaik dalam bentuk menyenangkan. Untuk pengayaan guru dapat
merencanakan kunjungan ke kebun binatang, kantor pos atau ke tempat-tempat yang
cocok dengan bidang sains yang dikembangkan, termasuk ke industri; seperti ke pabrik
roti, bengkel mobil, perusahaan batik, dan sebagainya.

C. PENTINGNYA SAINS UNTUK ANAK USIA DINI

Pada dasarnya manusia sudah memiliki kecenderungan dan kemampuan berpikir


kritis bahkan sejak masih berusia dini. Hal ini mendorong manusia untuk memikirkan hal
-hal yang ada disekelilingnya. Kecenderungan ini juga dapat kita temukan pada anak usia
diniyang memandang berbagai benda di sekitarnya dengan penuh rasa ingin tahu.
Keingintahuan anak yang tinggi akan membuat anak mengenali lebih baik obyek atau
lingkungan yang dipelajarinya.

13
Kehidupan anak tidak dapat lepas dari sains, kreativitas dan aktivitas sosial. Hal ini
hendaknya dapat menstimulasi anak dengan berbagai kegiatan yang terkait dengan sains
maupun teknologi. Pengenalan sains pada anak usia dini lebih
ditekankan pada proses daripada produk. Proses sains yang dimaksud adalah
bagaimana seorang anak berusah bereksplorasi terhadap benda, baik benda hidup maupun
tak hidup yang ada di sekitarnya.

Sains merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam
sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
Fakta - fakta, konsep - konsep ataupun prinsip -prinsip saja tetapi juga merupakan proses
penemuan. Sains juga dapat menjadi wahana bagi anak untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.

Ada beberapa hal yang membuktikan pentingnya pengenalan sains pada usia dini antara lain :
1 .Pembelajaran sains dengan segala macam pengembangannya bertujuan agar anak memiliki
kemampuan pemecahan masalah yang dihadapinya melalui penggunaan metode sains,
sehingga anak anak menjadi terampil dalam menyelesaikan berbagai hal yang dihadapinya
2. Membantu pemahaman anak tentang konsep sains dan keterkaitannya dengan kehidupan
sehari-hari
3. Melekatkan aspek-aspek yang terkait dengan keterampilan prosessains serta
menumbuhkan minat anak untuk mengenal dan mempelajari benda-benda dan kejadian baik
di dalam maupun di luar lingkungannya.
4. Mengembangkan sikap ingin tahu, terbuka, kritis, bertanggung jawab, bekerja sama dan
mandiri dalam kehidupan sehari-hari.
5. Membantu anak agar mampu mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar
sehingga menyadari kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
Menurut Asrul & Ahmad Syukri Sitorus (dalam Irma Yanti siregar, 2019) tujuan
pembelajaran sains pada anak usia dini, yaitu:
a. Membantu anak menguasai produk sains berdasarkan fakta, teori, konsep, dan proses.

14
b. Membantu anak dalam menguasai keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam
menggali sains sehingga anak menguasai cara kerja yang ditempuh dalam menyikapi
alam dan menyelesaikan masalah yang terkait di dalamnya.
c. Anak secara bertahap dan sederhana diperkenalkan dengan cara atau proses
mengungkap sains, seperti prosses mengamati, menggolongkan, menjelaskan, dan
melakukan eksperimen.

D. PEMBELAJARAN SAINS BAGI ANAK USIA DINI

Pembelajaran sains untuk anak usia dini hendaknya disesuaikan dengan tingkat
perkembangan anak. Pendidik hendaknya memberikan kegiatan pembelajaran yang
memungkinkan anak menemukan sendiri fakta dan konsep yang
bersifat sederhana. Pentingnya pembelajaran yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan
anak sesuai dengan teori Eksperimental Learningyang dikemukakan oleh Carl Roger. Teori
ini menjelaskan bahwa seorang anak memiliki kapasitas dan kemauan untuk belajar
sementara pendidik hanya memfasilitasi dan membantu agar anak dapat belajar secara
optimal. Anak usia 4 sampai 6 tahun berada pada faseperkembangan pra operasional
menuju konkrit operasional.
Beberapa acuan dalam melakukan pembelajaran sains bagi anak usia dini antara lain :
a. Pembelajaran yang dilakukan bersifat nyata atau konkrit.
Dalam kegiatan pembelajaran sebaiknya menggunakan benda-benda nyata yang ada di
sekitar anak. Pendidik tidak dianjurkan untuk memberikan anak konsep-konsep yang
bersifat abstrak. Oleh karenanya, sebelum pembelajaran berlangsung, pendidik sebaiknya
menyediakan berbagai benda maupun fasilitas lain yang diperlukan saat pembelajaran
sehingga anak dapat menemukan sendiri konsep yang dimaksud.
b. Kegiatan pembelajaran melatih anak menghubungkan sebab akibat secara langsung

15
Anak Usia Dini yang berumur 5 sampai 6 tahun masih kesulitan menghubungkan sebab
akibat yang tidak terlihat langsung karena pikiran mereka yang masih bersifat
transduktif. Apabila anak melihat peristiwa secara langsung, akan membuat anak
mampu mengetahui hubungan sebab akibat yang terjadi.
c. Memungkinkan anak melakukan eksploirasi
Pembelajaran sains sebaiknya memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai
benda di sekitarnya. Misalnya bermain dengan magnet, siswa dapat melakukan
eksplorasi terhadap benda - benda yang dapat di tarik oleh magnet maupun benda-
benda yang tidak dapat ditarik oleh magnet. Benda lain seperti berbagai bentuk balon,
macam-macam boneka hewan, dan sebagainya yang akan membuat anak merasa senang.
Anak juga akan dapat menggunakan seluruh panca inderanya untuk melakukan eksplorasi
atau penyelidikan.
d. Memungkinkan anak menkonstruksi pengetahuan sendiri
Sains tidak melatih anak untuk mengingat berbagai objek melainkan melatih anak
mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan objek tersebut. Oleh karena itu, kegiatan
pengenalan sains tidak cukup dengan memaparkan definisi atau nama-nama objek saja
tetapi anak diajak berinteraksi langsung dengan objek yang ada dan memperoleh
pengetahuan dengan berbagai inderanya dari objek yang dimaksud.
e. Lebih menekankan proses daripada produk
Dalam pembelajaran sains siswa diajak untuk melakukan
kegiatan eksplorasi dengan benda -benda nyata baik yang disiapkan oleh pendidik
maupun benda-benda yang ada disekitarnya. Kegiatan tersebut akan sangat
menyenangkan bagi
anak tanpa berpikir hasil yang diperoleh dari eksplorasi tersebut. Anak dibiarkan secara
alami menemukan berbagai pengertian dan intraksinya dengan berbagai benda yang ada.
Hal ini lebih menekankan proses yang dilakukan anak daripada produk atau hasil yang
diperoleh anak tersebut.
f. Terpadu dengan ilmu pengetahuan lain
Pembelajaran sains hendaknya terpadu dengan disiplin ilmu yang lain seperti bahasa,
matematika, seni maupun budi pekerti.

16
Anak dapat menceritakan eksplorasinya kepada temannya, kemudian melakukan
pengukuran dan membaca angka. Selain itu anak dapat menggambar objek atau benda
yang diamatinya dan mewarnai gambarnya serta anak diajarkan untuk mencintai lingkungan
atau benda disekitarnya.
g. Menyajikan kegiatan yang menarik
Sains dapat menyajikan berbagai percobaan yang sederhana tetapi menarik. Seperti perubahan
warna yang terjadi apabila beberapa warna dicampurkan, anak-anak akan sangat tertarik
dengan keajaiban tersebut karena mereka memiliki pikiran magis.

Secara garis besar ada dua proses pembelajaran sains bagi anak usia dini yaitu proses
ilmiah pembelajaran sains anak usia dini dan proses keterampilan ilmiah pembelajaran
sains pada anak usia dini.
1. Proses ilmiah pembelajaran sains pada anak usia dini
Proses ilmiah atau saintifik adalah sebuah siklus dari pembentukan hipotesis, mengumpulkan
data, mengkomfirmasi atau menolak berbagai hipotesis, membuat generalisasi kemudian
mengulangi siklus. Keterampilan dasar yang digunakan dalam proses saintifik
mencakup pengamatan, mengelompokkan dan
membandingkan, mengukur, mengkomunikasikan, melakukan eksperimen,
menghubungkan, menyimpulkan dan menenarapkan. Karena menyimpulkan dan menerapkan
mensyaratkan berpikir yang lebih abstrak maka anak-anak tidak diharapkan memiliki kedua
kompetensi ini pada usia dini melainkan akan menjadi diperoleh nanti saat di pendidikan lebih
lanjut.
2. Keterampilan proses ilmiah pembelajaran sains pada anak usia dini
Kata keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti kepandaian melakukan
sesuatu dengan cepat dan benar, seseorang yang dapat melakukan sesuatu dengan cepat
akan tetapi salah maupun melakukan sesuatu dengan dengar akan tetapi lambat belum dapat
dikatakan terampil. Keterampilan proses ilmiah ini tidak tumbuh dan bekerja secara otomatis,
akan tetapi perlu dilatih supaya tumbuh dan berkembang dengan baik. Melalui kegiatan-
kegiatan sains yang dilakukan, anak akan menghayati proses ilmia, sehingga dapat dikatakan
keterampilan proses ilmiah anak akan lebih berkembang dan terlatih.

17
Keterampilan proses ilmiah bukanlah sesuatu yang khusus dalam sains, karena
keterampilan tersebut merupakan keterampilan yang lazim dilakukan para ilmuan yang
bergelut dalam bidang sains. Walaupun ada juga pendekatan lain yang menunjang dan saling
terkait dengan pendekatan ini, akan tetapi semua itu selalu berorientasi pada belajar siswa
aktif yang mengembangkan keterampilan proses melalui rancangan dan arah yang jelas.
Langkah-langkah yang dilakukan ilmuan dalam usaha mendapatkan pengetahuan alam biasa
dikenal dengan istilah metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan cara untuk
membuktikan,menemukan ataupun menyanggah suatu pengetahuan berdasarkan bukti-bukti
yang dapat diukur dan diobservasi.
Metode ilmiah digunakan ilmuan saat melaksanakan eksperimen untuk belajar
berbagai konsep keilmuan yang digelutinya. Keterampilan proses ilmiah pada pembelajaran anak
usia dini memungkinkan anak untuk memproses informasi baru melalui eksperimen.
Keterampilan yang paling sesuai untuk anak usia dini adalah mengamati,
mengklasifikasi, membandingkan, mengukur, mengkomunikasikan dan eksperimen.
Mengasah keterampilan ini sangat penting untuk menghadapi kehidupan sehari-hari serta
untuk studi masa depan dalam memperoleh ilmu pengetahuan.
Berikut dijelaskan beberapa keterampilan yang berlaku untuk anak usia dini antara lain :
a. Mengamati
Keterampilan mengamati disini sering diistilahkan dengan mengobservasi.
Mengamati dan melihat tentunya dua hal yang tidak sama. Pendidik dituntut untuk
memberikan bimbingan dalam teknik mengamati atau mengosbervasi. Anak-anak didorong
untuk memperhatikan secara seksama suatu peristiwa atau fenomena yang terjadi.Proses
observasi yang dilakukan diharapkan melibatkan semua indera anak, sehingga anak tersebut
dapat menyatakan sifat yang dimiliki oleh suatu benda atau objek.
b. Mengklasifikasi
Klasifikasi merupakan keterampilan proses dasar yang digunakan dalam memilah
berbagai obyek peristiwa berdasarkna sifat-sifat khususnya, sehingga didapatkan golongan
atau kelompok sejenis dari peristiwa yang dimaksud.
Anak-anak mulai dapat diajak mengklasifikasikan obyek berdasarkan hal sederhana
seperti warna dan bentuk suatu obyek. Pendidik dapat mendorong anak untuk

18
mengklasifikasikan suatu obyek berdasarkan ciri-ciri obyek tersebut ataupun menentukan dasar
penggolongan terhadap suatu obyek.
c. Membandingkan
Membandingkan merupakan proses pemeriksaan obyek dan peristiwa dalam hal
persamaan dan perbedaan. Kegiatan ini biasanya melibatkan proses pengukuran,
penghitungan maupun pengamatan secara seksama. Kegiatan membandingkan ini
menjadi penting karena anak - anak akan mengamati berbagai macam obyek yang
memiliki kesamaan maupun perbedaan.
d. Mengukur
Mengukur dapat diartikan sebagai proses membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran
tertentu yang telah ditetapkan. Pada kegiatan pengukuran ini anak-anak diharapkan
mampu menggunakan alat ukur sederhana seperti penggaris dalam mengukur suatu
benda. Selain itu juga, anak-anak dapat melakukan pengukuran dengan alat yang lebih
kompleks seperti timbangan berat badan karena biasanya alat ini selalu tersedia disekolah.
e. Mengkomunikasikan
Berkomunikasi adalah keterampilan proses dasar lainnya yang dapat dimiliki oleh anak.
Anak-anak didorong untuk berbagi pengamatan melalui berbagai cara kepada temannya.
Mereka dapat membicarakan temuan yang mereka dapatkan, kemudian membuat atau
mewarnai gambar yang mirip dengan temuan mereka serta membuat narasi sederhana
tentang apa yang telah mereka temukan. Kegiatan mengkomunikasikan tidak hanya
sebatas anak dapat membicarakan penemuan yang mereka dapatkan, akan tetapi anak
dapat menanyakan apa yang mereka dapatkan kepada seorang pendidik, juga
dikategorikan sebagai proses komunikasi. Keberanian anak tersebut bertanya sesuai fakta
yang mereka temukan pada suatu obyek menjadi nilai tambah pengetahuan dari proses
yang sedang mereka lakukan. Proses komunikasi ini menjadi hal yang sangat penting,
karena anak-anak akan mulai memahami bagaimana suatu pengetahuan mulai dibangun dari
penemuan mereka sendiri.
f. Melakukan eksperimen
Bereksperimen bukanlah proses yang baru di kalangan anak usia dini. Dalam proses
ilmiah, bereksperimen berarti mengendalikan satu atau lebih variabel dan kondisi yang

19
telah dimanipulasi. Pendidik dapat membantu anak-anak memikirkan kegiatan bermain
mereka sebagai suatu percobaan. Pendidik
diharap terampil dalam mendorong anak untuk merefleksikan tindakan mereka dan hasil dari
apa yang telah mereka lakukan. Ketika seorang anak mencoba untuk mencampur
berbagai warna makanan menjadi warna yang berubah-ubah ke dalam gelas air ataupun
mencoba mendekatkan berbagai macam benda ke dekat magnet sehingga benda tersebut
memiliki tarikan atau tidak, akan menjadi percobaan sederhana yang mengesankan bagi
anaktersebut.
g. Menyimpulkan dan menerapkan
Anak-anak akan menggunakan keterampilan menyimpulkan dan menerapkan hanya
dengan cara sangat informal. Menyimpulkan merupakan keterampilan memberikan
penjelasan terhadap suatu data yang didasarkan atas pengetahuan dan pengalaman awal
anak. Menyimpulkan juga dapat diartikan sebagai kemampuan anak menentukan
hubungan sebab akibat atau penjelasan suatu
fenomena ketika proses tidak langsung diamati. Sementara itu keterampilan menerapkan
bagi anak usia dini masih belum bisa dikategorikan ke dalam analisis formal, hal ini
dikarenakan kemampuan anak usia dini masih sangat terbatas dalam memahami hal-hal
yang bersifat abstrak.

Pembelajaran sains yang menggunakan berbagai metode akan memberikan suasana


dan pengalaman baru bagi anak dalam mempelajari sains. Pelaksanaan pembelajaran sains
menggunakan metode demonstrasi bisa juga menjadi salah satu alternatif dalam
menyampaikan pembelajaran sains kepada anak. Pendidik memperagakan kepada anak di
depan kelas apa yang terjadi pada suatu obyek bila mendapatkan suatu perlakuan. Misalnya
pendidik memperagakan sebuah pensil yang dimasukkan ke dalam gelas yang berisi air,
pendidik mencoba memancing pengalaman awal siswa dengan melontarkan pertanyaan-
pertanyaan sederhana kepada anak, sehingga anak akan menjawab dengan jawaban yang mereka
ketahui. Proses pembelajaran seperti ini dapat menimbulkan intraksi kedua belah pihak
sehingga kemampuan anak menjadi terasah dan siswa merasa senang dengan pembelajaran
yang sedang berlangsung.

20
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sains merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan diperoleh dari
serangkaian percobaan dan pengamatan. Sains saat ini menjadi hal yang sangat penting untuk
dikenalkan pada anak-anak usia dini karena sains dapat mengajak anak untuk berpikir kritis dan
kreatif. Pengetahuan anak dalam konsep pembelajaran sains masih kurang dikarenakan metode
pembelajaran yang dilakukan selama ini belum seutuhnya mengacu pada pembelajaran anak usia
dini yang dilakukan sambil bermain. Ada dua proses pembelajaran sains bagi anak usia dini yaitu
proses ilmiah dan keterampilan proses. Proses ilmiah dan keterampilan proses ilmiah tersebut

21
meliputi pengamatan, pengelompokan, pengukuran, pengkomunikasian, melakukan eksperimen,
menyimpulkan dan menenarapkan.
Memperkenalkan sains pada anak sejak usia dini merupakan pilihan yang tepat untuk
menumbuhkan berbagai sikap ilmiah yang akan sangat membantunya kelak dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi di masa yang akan datang, terlebih untuk menghadapi
tantangan globalisasi yang sangat luar biasa saat ini. Secara tidak langsung, pembelajaran sains
pada anak usia dini akan membentuk mental anak untuk menjadi pribadi yang tangguh sekaligus
siap menghadapi berbagai kemajuan teknologi yang pesat.
Penerapan dan pengenalan sains untuk anak usia dini sangat penting dalam rangka
membekali mereka untuk mempersiapkan diri sedini mungkin menghadapi tantangan globalisasi
sekaligus mempersiapkan mental mereka sebagai generasi pengganti yang intelek dan mempuni
untuk merubah wajah zaman ke arah yang klebih baik.
Orang tua maupun pendidik selain berperan sebagai fasilitator, juga harus menjadi
pembimbing dan pendamping anak dalam pembelajaran sains. Oleh karenanya mereka harus
lebih dahulu menguasai agar agar penerapan pembelajaran sains pada anak dapat dilakukan
secara maksimal tanpa harus ada miskonsep sains.

B. SARAN
Pembelajaran sains pada program pendidikan anak usia dini, sampai saat ini belum
diimplementasikan secara utuh dan menyeluruh oleh para pengelola/tutor PAUD sebagaimana
yang diharapkan. Oleh karena itu diperlukan kontribusi pemikiran dan kebijakan pihak-pihak
terkait yang berwenang dengan pengembangan pembelajaran sains pada pendidikan anak usia
dini.
Para guru/ tutor PAUD pada jalur formal maupun non formal seoptimal mungkin
memahami dan menafsirkan substansi dan pendekatan pembelajaran sains, sehingga materi
pembelajaran sains dapat diterapkan sesuai kemampuan pengetahuan peserta.

22
DAFTAR PUSTAKA

Mela Putri Roza. 2012. PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SAINS ANAK TAMAN KANAK-KANAK
AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL 29. PADANG. Jurnal Ilmiah PG PAUD. Vol 1 No 17.
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/paud/article/view/1703/1472

Eci Sriwahyuni.2016. Metode Pembelajaran yang digunakan PAUD PERMATA BUNDA.Jurnal


Inovasi Pendidikan guru RA.Vol 4 No.1

23
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/thufula/article/view/2010/pdf

Ahmad Izzudin.2019. Sains dan Pembelajarannya pada Anak Usia Dini.Jurnal Pendidikan dan
Sains.Vol 1 No.3
https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/bintang/article/view/714/474

Alvin Ma’viah.2021. Metode Eksperimen dalam Pembelajaran Sains untuk anak usia dini.Jurnal
Sunan kalijaga. Vol 3.
http://sunankalijaga.org/prosiding/index.php/kiiis/article/view/715

24

Anda mungkin juga menyukai