Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Bemain dan Permainan Anak


Bermain Dalam Dimensi Akademik PAUD
Dosen pengajar : Mahfuji M.Pd

DISUSUN OLEH:
Umi Ni’mah
Julia Alfiani Wijayanti Suherlan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM BANI SALEH
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Bemain dan
Permainan Anak dengan materi berjudul Bermain Dalam Dimensi Akademik
PAUD.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga makalah ini terselesaikan. Kami menyadari sepenuhnya bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman
dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Bekasi, 30 Mei 2023

Julia Alfiani W S & Umi Ni’mah


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pendidikan merupakan suatu proses yang dilakukan manusia untuk
mengembangkan seluruh potensi yang ada pada dirinya sehingga memiliki
akhlak yang mulia, kecerdasan pikiran dan emosial dan keterampilan
sehingga menjadi pribadi yang dapat diterima oleh masyarakat. Pendidikan
anak usia dini secara umum bertujuan untuk mewujudkan generasi yang
berkualitas, yaitu anak-anak yang tumbuh sehat secara fisik maupun psikis,
tumbuhan dan kembang sesuai dengan tingkat usianya. Dasar pendidikan
anak usia dini adalah pertumbuhan dan perkembangan yang meliputi
koordinasi motorik kasar dan motorik halus, kecerdasan majemuk,
perkembangan kognitif, sosial dan emosional. Pembelajaran pada anak usia
dini berlandaskan pada belajar, bermain dan bernyanyi, oleh karena itu
suasana pembelajaran haruslah membuat anak merasa senang, gembira dan
bebas sehingga anak menjadi antusias dalam belajar.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bermain dan Sains


1. Pengertian Sains
Sains dalam bahasa Latin diartikan untuk “mengetahui”. Secara umum
sains diartikan sebagai peningkatan pengetahuan dan pemahaman
lingkungan yang didasarkan pada pengumpulan atau observasi terhadap
data-data atau penelitian. Pengenalan sains pada anak usia dini bukan berarti
belajar sains melainkan bagaimana menumbuhkan sifat kritis, keingintahuan,
teliti, eksplorasi untuk mencari jawaban dan berpikir teratur melalui kegiatan-
kegiatan eksperimen yang menyenangkan. Kegiatan eksperimen bukan untuk
mengetahui benar atau salah suatu kejadian, melainkan juga yang lebih
penting mengembangkan keterampilan dasar sehingga anak dapat belajar
dan melakukan sesuatu yang akan menolong mereka memahami dunia
dengan belajar yang menyenangkan dan melakukan kegiatan yang
menakjubkan. Sains ada pada kehidupan sehari-hari dan pengalaman sehari-
hari kita. Sains tidak hanya berupa kumpulan fakta/pengetahuan mengenai
dunia kita, tetapi juga ada proses mengamati, mencatat, menganalisis,
menggabungkan dengan informasi lain, dan juga membuat kesimpulan Sains
merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang mencakup proses
menemukan (inquiry), mencari fakta dan mendiskusikan untuk meningkatkan
keterlibatan anak sehingga anak masuk pada tahap kemampuan yang lebih
tinggi. Bermain sains pada anak usia dini adalah salah satu kegiatan untuk
mengembangkan aspek perkembangan, dan potensi yang dimiliki anak.
Pembelajaran sains melatih kemampuan anak untuk mengenal berbagai
gejala benda dan gejala peristiwa. Anak dilatih untuk melihat, meraba,
membau, merasakan, mendengar dan mengecap. Semakin banyak
keterlibatan indra dalam belajar, anak semakin memahami apa yang
dipelajari. Anak memperoleh pengetahuan baru dari hasil pengindraannya
dengan berbagai benda yang ada di sekitarnya.
2. Tujuan Sains Pada AUD
 Mengenalkan dan memupuk rasa cinta kepada alam sekitar sehingga
menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan yang Maha Esa
 Menumbuhkan minat pada anak usia dini untuk mengenal dan
mempelajari benda-benda serta kejadian di lingkungan sekitarnya
 Mengembangkan aspek-aspek yang terkait dengan keterampilan sains
dasar seperti mengamati, mencari tahu, melakukan, menemukan, dan
menyampaikan temuannya sehingga pengetahuan dan gagasan tentang
alam sekitar dalam diri anak menjadi berkembang
 Mengembangkan rasa ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri,
bertanggung jawab, bekerja sama, dan mandiri dalam kehidupannya
 Menggunakan teknologi sederhana dan konsep sains yang dapat
digunakan untuk memecahkan masalah yang ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Aspek Pengembangan Sains
Sujiono mengemukakan bahwa sains bagi anak usia dini akan
membantu anak dalam mengembangkan beberapa aspek berikut:
1. Sosial perkembangan kemampuan social ditandai dengan kemampuan
untuk bekerjasama. Pada pembelajaran sains anak akan diberikan
kesempatan untuk bekerjasama, misalnya bekerjasama dalam mengolah dan
menggunakan alat dan bahan yang akan diperlakukan untuk melakukan
penyelidikan tentang suatu fakta atau melalukan kegiatan eksperimen.
2. Emosional, pembelajaran sains secara berkelompok selain dapat
mengembangakna kemampuan social anak, juga melatih anak untuk saling
menghargai, mengungkapkan perasaan secara verbal maupun nonverbal
misalnya saat anak berhasil melakukan suatu kegiatan. Anak akan merasa
senang,bangga dan gembira terhadap pencapaiannya
3. Fisik, percobaan dan permainan sains akan memberikan kesempatan pada
anak untuk mengembangkan kemampuan motoriknya. Misalnya kemampuan
motoric halus anak akan berkembang saat anak melakukan percobaan
percobaan, melemparkan benda untuk mengetahui gaya gravitasi, meniup
balon, menuangkan air kedalam wadah, meletakkan benda benda kedalam
wadah yang berisikan air untuk mengetahui posisi benda dalam air,
mengaduk zat yang laru dan tidak larut dalam air dll.
4. Kreativitas, kegiatan penyelidikan dan percobaan sains akan melatih daya
imajinasi anak. Anak akan berfikir dan terus mencoba untuk mengetahui
reaksiyang akan ditimbulkan dari berbagai benda. Misalnya mencoba bahan-
bahan yang larut dalam air dan cara untuk melarutkan benda (mengaduk dan
mengocok)
5. Kognitif, kemampuan kognitif meliputi kemampuan mengingat dan
memahami. Untuk mengelompokkan benda berdasarkan fungsi dan
kegunaannya maka langkah awal yang dilakukan anak adalah mendata nama
nama benda serta memahami kegunaannya.

4. Permainan Berbasis Keterampilan Proses Sains dalam Pengenalan


Sains Anak Usia Dini
1 Permainan detektif
Permainan ini sangat cocok bagi anak usia dini terutama pada
pembelajaran sains, permaianan ini dapat melibatkan seluruh keterampilan
proses sains dasar. Keterampilan proses sains dasar anak meliputi:
(1) keterampilan mengamati,
(2) keterampilan membandingkan,
(3) keterampilan mengklasifikasikan, dan
(4) keterampilan mengkomunikasikan
Diawali dengan kegiatan mengamati dan mencatat benda atau objek disekitar
sebanyak-banyaknya, dilanjutkan dengan membading satu dengan yang
lainnya antara benda yang telah diamati dengan cara melihat persamaan
maupun perbedaan benda yang telah diamati, kemudian memgelompokkan
benda atau objek baik berdasarkan fungsi, kesamaan bentuk, kesamaan
ukuran dll dan diakhiri dengan mengkomunikasikan atau menyampaikan
informasi yang telah diperoleh bedasarkan penyelidikan.
Indikator:
• Anak mengenal posis benda dalam air (tenggelam, terapung dan melayang)
• Mengenal sifat air (menempati ruang)
• Melatih motorik halus
Bahan dan Alat : wadah, air, telur, batu, kayu, tomat, jeruk, busa, wortel,
penghapus, pensil dll
Cara kerja :
1) tuangkan air kedalam wadah, masukkan telur, batu, kayu, tomat, jeruk,
busa, wortel, penghapus, pensil satu persatu secara bergantian, kemuadian
amati apa yang terjadi.
Sumber: idntimes.com
Konsep:
• bentuk air akan berubah mengikuti bentuk wadah
• telur,batu, tomat jeruk dan pensil akan tenggelan didalam air dikarenakan
lebih berat dibandingkan air
• penghapus, kayu, busa mengapung diair dikarenakan lebih ringan
dibandingkan air.

2. Permainan Scientist
Permainan ini seolah menjadikan anak sebagai seorang ilmu yang
sedang lakukan penyelidikan tentang suatu objek atau fenomena.
Telur Ajaib
Indikator:
• Anak mengenal posis benda dalam air (tenggelam, terapung dan melayang)
• Mengenal wujud benda
• Mengenal zat cair (melarutkan sebagian benda padat, menempati ruang dan
mengalir dari tempat yang tinggi ketempat yang rendah)
• Melatih motorik halus
Bahan dan Alat : Telur ayam, mentah, air, garam gelas kaca bening dan
sendok.
Cara kerja :
1) Menuang air kedalam 3 gelas hingga ¾ bagian tiap gelas
2) Masukkan telur kedalam salah satu gelas yang berisikan air, kemudian
amati apa yang terjadi pada benda
3) Kemudian masukkan 2 sendok makan garam kedalam gelas, lalu aduk
hingga larut. Kemudian masukkan kemudian amati apa yang terjadi pada
benda
4) Kemudian masukkan 5 sendok makan garam kedalam gelas, lalu aduk
hingga larut. Kemudian masukkan kemudian amati apa yang terjadi pada
benda
Sumber: dokumen pribadi penulis
Konsep
Pada botol pertama telur akan tenggelam dikarenakan lebih berat
dibandingkan air. Pada gelas kedua telur akan melayang dikarenakan berat
telur sama dengan berat air. Pada gelas ketiga telur akan mengapung
dikarenakan berat telur lebih ringan
dibandingkan berat air.
B. Bermain dan Sosial
1. Pengertian Sosial
Sosial dalam lingkup anak usia dini mengacu pada kemampuan anak
untuk berinteraksi, berkomunikasi, dan berhubungan dengan orang lain di
sekitarnya. Pada usia ini, anak sedang mengembangkan keterampilan sosial
dasar yang menjadi dasar bagi hubungan mereka dengan keluarga, teman
sebaya, dan anggota masyarakat lainnya.
Pentingnya pengembangan keterampilan sosial pada anak usia dini
adalah karena melalui interaksi sosial, mereka belajar tentang norma dan
nilai-nilai sosial, membangun kepercayaan diri, mengembangkan empati, dan
memahami bagaimana berinteraksi secara positif dengan orang lain.
Penting bagi orang tua dan pendidik untuk memberikan lingkungan
yang mendukung bagi anak usia dini dalam mengembangkan keterampilan
sosial mereka. Melalui permainan, kegiatan kelompok, dan model peran yang
baik, anak-anak dapat belajar bagaimana berinteraksi secara positif dengan
orang lain dan membangun keterampilan sosial yang kuat, yang akan
memberi mereka dasar yang baik untuk masa depan.
2. Tujuan Sosial
Tujuan bermain dan sosial pada anak usia dini saling terkait dan
penting untuk perkembangan holistik mereka. Melalui bermain dan interaksi
sosial yang sehat, anak-anak usia dini dapat mencapai tujuan ini sambil
menikmati proses belajar dan tumbuh. Penting bagi orang tua, pendidik, dan
lingkungan sekitar untuk memberikan dukungan yang memadai dan
menciptakan lingkungan yang memfasilitasi perkembangan bermain dan
sosial yang optimal bagi anak-anak. Berikut adalah beberapa tujuan bermain
dan sosial pada anak usia dini:

 Pengembangan keterampilan sosial. Bermain dan interaksi sosial


memungkinkan anak usia dini untuk mengembangkan keterampilan sosial
yang penting. Melalui bermain dengan teman sebaya dan berinteraksi
dengan orang dewasa, anak-anak belajar berbagi, berkomunikasi,
bekerja sama, dan memahami perasaan dan perspektif orang lain.
Mereka juga belajar membangun hubungan sosial yang positif dan
menghormati perbedaan.
 Pembelajaran norma dan nilai-nilai sosial. Saat bermain dan berinteraksi
sosial, anak-anak usia dini belajar tentang norma dan nilai-nilai sosial
yang berlaku dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat. Mereka
memahami aturan-aturan sosial, etika dasar, dan harapan yang melekat
pada berbagai situasi. Ini membantu anak-anak memahami dan
menginternalisasi norma-norma sosial yang penting untuk berfungsi
secara efektif dalam masyarakat.
 Pengembangan keterampilan komunikas. Bermain dan interaksi sosial
memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk mengembangkan
keterampilan komunikasi yang penting. Mereka belajar berbicara dengan
sopan, mendengarkan dengan baik, menggunakan bahasa tubuh yang
sesuai, dan memahami cara berkomunikasi yang efektif. Kemampuan ini
memungkinkan mereka untuk berinteraksi dengan orang lain dengan baik
dan menyampaikan pikiran, perasaan, dan kebutuhan mereka.
 Pembentukan identitas sosial. Melalui bermain dan interaksi sosial, anak-
anak usia dini mulai membentuk identitas sosial mereka. Mereka
memahami peran dan tanggung jawab dalam keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Anak-anak belajar menjadi bagian dari kelompok, mengenal
nilai-nilai kelompok, dan memahami bagaimana mereka berkontribusi
dalam konteks sosial yang lebih luas.
 Pengembangan keterampilan pemecahan masalah. Bermain dan interaksi
sosial memberikan kesempatan bagi anak-anak usia dini untuk
mengembangkan keterampilan pemecahan masalah. Mereka belajar
menghadapi konflik, menemukan solusi yang baik, dan mengatasi
tantangan dalam interaksi sosial mereka. Melalui bermain, anak-anak
dapat mencoba berbagai peran, situasi, dan skenario yang
memungkinkan mereka untuk mengembangkan keterampilan pemecahan
masalah secara kreatif.
3. Aspek pengembangan Sosial
Pengembangan bermain dan sosial pada anak usia dini melibatkan
beberapa aspek yang saling terkait. Pengembangan aspek-aspek ini dalam
bermain dan interaksi sosial penting untuk perkembangan holistik anak usia
dini. Dukungan yang tepat dari orang tua, pendidik, dan lingkungan sekitar
akan membantu anak-anak mengembangkan potensi mereka dalam bermain
dan sosial dengan baik. Berikut adalah beberapa aspek penting yang terkait
dengan pengembangan bermain dan sosial pada anak usia dini:
a. Keterampilan motorik.
Aspek ini melibatkan pengembangan keterampilan motorik kasar dan
halus. Bermain fisik seperti berlari, melompat, merayap, dan memanjat
membantu mengembangkan keterampilan motorik kasar, sedangkan bermain
dengan benda-benda kecil seperti memegang pensil, memasukkan puzzle,
atau menggenggam mainan membantu mengembangkan keterampilan
motorik halus. Keterampilan motorik yang baik memungkinkan anak untuk
berpartisipasi dalam berbagai jenis permainan dan interaksi sosial.
b. Kreativitas dan imajinasi.
Pengembangan kreativitas dan imajinasi adalah aspek penting
dalam bermain anak usia dini. Anak-anak sering menggunakan imajinasi
mereka saat bermain dengan mainan, peran-peranan, atau berpartisipasi
dalam permainan peran. Kemampuan ini membantu anak-anak
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif, memecahkan masalah,
dan mengungkapkan diri dengan cara yang unik dan orisinal.
c. Peran sosial
Anak-anak usia dini mulai memahami peran sosial dalam bermain dan
interaksi sosial. Mereka belajar peran yang berbeda dalam permainan, seperti
menjadi "ayah" atau "ibu" saat bermain keluarga-keluargaan. Anak-anak juga
belajar tentang peran dan tanggung jawab mereka dalam berinteraksi dengan
teman sebaya dan anggota keluarga. Hal ini membantu mereka memahami
peran dan tugas yang diharapkan dalam konteks sosial yang lebih luas.
d. Kemampuan berkomunikasi
Bermain dan interaksi sosial memungkinkan anak usia dini
mengembangkan keterampilan komunikasi yang penting. Mereka belajar
menggunakan bahasa untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan
kebutuhan mereka kepada orang lain. Anak-anak juga belajar mendengarkan
dengan baik, memahami petunjuk, dan menggunakan bahasa non-verbal
seperti gerakan tubuh, ekspresi wajah, dan kontak mata.
e. Hubungan sosial
Bermain dan interaksi sosial membantu anak-anak membangun
hubungan sosial yang penting. Mereka belajar berinteraksi dengan teman
sebaya, mengembangkan persahabatan, dan memahami perasaan orang
lain. Anak-anak juga belajar menghargai dan menghormati perbedaan, serta
belajar bekerja sama dan memecahkan masalah dalam kelompok.
f. Pemahaman emosi
Bermain dan interaksi sosial memberikan kesempatan bagi anak-anak
untuk memahami dan mengelola emosi mereka sendiri, serta memahami
emosi orang lain. Melalui bermain, anak-anak dapat mengenali dan
menyatakan emosi mereka dengan cara yang sehat dan produktif. Mereka
juga belajar merasakan empati terhadap orang lain dan memahami perasaan
dan kebutuhan mereka.

4. Permainan Berbasis Keterampilan Proses Sosial dalam Pengenalan


Sosial Anak Usia Dini
Permainan-permainan ini membantu anak-anak mengembangkan
keterampilan proses sosial seperti berkomunikasi, bekerja sama, berempati,
dan memahami norma sosial. Penting untuk memastikan bahwa permainan
tersebut disesuaikan dengan perkembangan dan minat anak-anak agar
mereka bisa belajar dengan cara yang menyenangkan dan efektif.

1. Permainan Simulasi Sosial


Permainan simulasi sosial melibatkan membuat skenario sosial tertentu di
mana anak-anak harus memecahkan masalah atau menghadapi tantangan.
Contohnya adalah bermain dokter dengan boneka yang sakit atau bermain
peran sebagai anggota keluarga yang harus bekerja sama untuk
menyelesaikan tugas rumah tangga. Melalui permainan ini, anak-anak belajar
mengenali emosi, berempati, dan memahami perspektif orang lain.

2. Permainan Bermain Kelompok


Permainan bermain kelompok melibatkan interaksi sosial antara anak-anak
dalam kelompok yang lebih besar. Contohnya adalah permainan berkelompok
seperti "berburu harta karun" atau "permainan petak umpet". Melalui
permainan ini, anak-anak belajar bekerja sama, berbagi, menghormati
perbedaan, dan mengembangkan keterampilan sosial dalam konteks interaksi
yang lebih luas.
C. Bermain dan Karakter
1. Pengertian karakter
Karakter adalah sebuah kebiasaan yang sudah terpatri dalam jiwa
setiap individu dan sulit untuk dihilangkan. Dalam kamus besar bahasa
Indonesia karakter adalah tabiat; sifatsifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti
yang membedakan seseorang dengan yang lain; watak. Pengertian tersebut
memberikan asumsi bahwa karakter sangat erat hubungannya dengan akhlak
atau budi pakerti. Artinya, karakter dapat dimaknai sebagai moral atau etika
dalam bertingkah laku. Karakter sendiri menurut etimologi berasal dari
bahasa Yunani yaitu karasso yang berarti cetak biru, format dasar, dan sidik
seperti dalam sidik jari (Doni Koesoema, 2011:90). Dalam hal ini karakter
diartikan sebagai sesuatu yang tidak dapat dikuasai oleh intervensi manusia.
Dengan kata lain karakter antara satu orang dengan yang lain
berbeda-beda dan tidak ada yang sama seperti halnya sidik jari. Pendapat
lain menyebutkan bahwa karakter erat hubungannya dengan personality atau
kepribadian seseorang (Zubaedi, 2011:12). Pengertian ini memberikan
gambaran bahwa segal ucapan dan tindakan yang ditunjukkan oleh
seseorang dalam berperilaku merupakan bentuk dari karakter. Menurut Fasli
Jalal sebagaimana dikutip Fadlillah (2013:21) karakter ialah nilai-nilai yang
khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik,
dan berdampak baik terhadap lingkungan) terpatri dalam diri dan
terejawantahkan dalam perilaku. Dari beberapa definis tersebut dapat
dipahami bahwa karakter merupakan kepribadian yang dimiliki oleh
seseorang yang telah menjadi sebuah watak atau tabiat yang sulit untuk
dihilangkan, sehingga menjadi cerminan dalam berperilaku setiap hari.
Karakter ini menjadikan perbedaan antara satu orang dengan yang lainnya.
Anak usia dini ialah anak yang berada pada rentang usia 0 sampai 6
tahun. Namun adapula yang menyebutkan sampai 8 tahun. Menurut Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 28 ayat 1,
disebutkan bahwa yang termasuk anak usia dini adalah anak yang masuk
dalam rentang usia 0-6 tahun. Berdasarkan keunikan dan perkembangannya,
anak usia dini terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu masa bayi lahir sampai 12
bulan, masa batita (toddler) usia 1-3 tahun, masa prasekolah usia 3-6 tahun,
dan masa kelas awal 6-8 tahun (Mansur, 2009:88). Selain rentang usianya
yang terbatas, anak usia dini juga memiliki karakteristik yang berbeda bila
dibandingkan dengan orang dewasa. Anak usia dini memiliki rasa ingin tahu
cukup tinggi, suka bermain, meniru, dan berimajinasi. Tentu karakteristik ini
dapat dijadikan sebagai pijakan dalam menanamkan nilai-nilai karakter pada
anak usia dini tersebut. Banyak nilai karakter yang dapat ditanamkan ke
anak-anak sejak dini. Dalam pendangan pendidikan karakter di Indonesia,
paling tidak ada 18 (delapan belas) nilai karakter yang dapat disisipkan dalam
proses pembelaran (Fadlillah, 2013:40-41), di antaranya: 
1) Religius. Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain,
dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. 
2) Jujur. Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan.
3) Toleransi. Sikap tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,
etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4) Disiplin. Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan. 
5) Kerja keras. Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan
tugas dengan sebaik-baiknya.
6) Kreatif. Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau
hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7) Mandiri. Sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8) Demokratis. Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak
dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9) Rasa ingin tahu. Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya,
dilihat dan didengar.
10) Semangat kebangsaan. Cara berfikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri
dan kelompoknya.
11) Cinta tanah air. Cara berfikir, bertindak, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. 
12) Menghargai prestasi. Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui
serta menghormati keberhasilan orang lain. 
13) Bersahabat atau berkomunikasi. Tindakan yang memperlihatkan rasa
senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. 
14) Cinta damai. Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang
lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. 
15) Gemar membaca. Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca
berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. 
16) Peduli lingkungan. Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya, dan mengembangkan
upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. 
17) Peduli sosial. Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan
pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. 
18) Tanggungjawab. sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara, dan Tuhan
Yang Maha Esa.
Delapan belas nilai karakter tersebut dapat ditanamkan kepada anak-
anak melalui kegiatan bermain. Segala bentuk permainan yang dimainkan
oleh anak, hendaknya dapat dimasukkan nilai-nilai karakter di dalamnya.
Artinya dengan bermain, tanpa disadari anak-anak dapat mengenal dan
mempelajari nilai-nilai karakter sesuai yang terdapat dalam permainan yang
dimainkannya.

2. Tujuan Pembentukan Karakter pada AUD


Tujuan pembentukan karakter pada anak usia dini (AUD) adalah membantu
mereka mengembangkan nilai-nilai dan perilaku yang positif, membangun
keterampilan sosial dan emosional, serta mempersiapkan mereka untuk
menjadi individu yang bertanggung jawab dan berintegritas di masa depan.
Melalui pembentukan karakter yang positif pada anak usia dini, diharapkan
anak-anak dapat tumbuh menjadi individu yang baik, bertanggung jawab, dan
berkontribusi positif dalam masyarakat. Berikut adalah beberapa tujuan
spesifik dari pembentukan karakter pada anak usia dini:
 Membangun nilai-nilai moral.
Salah satu tujuan utama dalam pembentukan karakter pada anak usia dini
adalah membantu mereka memahami dan menginternalisasi nilai-nilai moral
yang penting, seperti kejujuran, keadilan, kerjasama, empati, dan menghargai
perbedaan. Hal ini membantu anak-anak memahami perbedaan antara benar
dan salah, dan memotivasi mereka untuk mengambil tindakan yang baik dan
bertanggung jawab.
 Mengembangkan keterampilan sosial.
Pembentukan karakter pada anak usia dini juga bertujuan untuk membantu
mereka mengembangkan keterampilan sosial yang penting. Ini termasuk
keterampilan berkomunikasi yang efektif, kemampuan berbagi, bekerja sama
dalam kelompok, mengelola konflik dengan baik, dan memahami perspektif
orang lain. Keterampilan sosial ini membantu anak-anak berinteraksi secara
positif dengan orang lain dan membentuk hubungan yang sehat.
 Mendorong tanggung jawab pribadi
Pembentukan karakter pada anak usia dini juga bertujuan untuk mengajarkan
anak-anak untuk bertanggung jawab terhadap tindakan mereka sendiri.
Mereka diajarkan tentang pentingnya mengambil keputusan yang baik,
menghormati aturan, mengakui kesalahan, dan memperbaiki kesalahan jika
ada. Dalam hal ini, anak-anak belajar untuk bertanggung jawab atas tindakan
mereka dan menyadari bahwa tindakan mereka memiliki konsekuensi.
 Mempersiapkan kemandirian
Tujuan lain dari pembentukan karakter pada anak usia dini adalah untuk
membantu mereka mengembangkan kemandirian. Anak-anak diajarkan untuk
menjadi mandiri dalam mengatur diri, mengambil keputusan yang tepat,
mengatasi tantangan, dan menyelesaikan tugas-tugas sehari-hari. Mereka
juga diberi kesempatan untuk mengembangkan keterampilan diri, seperti
keterampilan problem solving dan pengambilan keputusan, yang akan
membantu mereka menjadi individu yang mandiri dan berdaya.
 Mendorong penghargaan diri dan orang lain
Pembentukan karakter pada anak usia dini juga bertujuan untuk membangun
rasa harga diri yang sehat dan menghargai orang lain. Anak-anak diajarkan
untuk menghargai dan menghormati diri sendiri, mengakui keberagaman, dan
memperlakukan orang lain dengan baik. Hal ini membantu mereka
membangun hubungan yang positif dengan orang lain dan menghormati
perbedaan.

3. Aspek pengembangan karakter AUD


Pengembangan bermain dan karakter pada anak usia dini saling terkait dan
dapat saling mempengaruhi. Dengan mendukung pengembangan bermain
yang positif, anak-anak dapat membangun karakter yang kuat, seperti empati,
kejujuran, kerjasama, dan ketahanan. Melalui permainan, anak-anak dapat
belajar mengaplikasikan nilai-nilai ini dalam interaksi sosial dan kehidupan
sehari-hari mereka. Berikut adalah beberapa aspek pengembangan bermain
dan karakter pada anak usia dini:
1) Empati dan kepedulian.
Bermain memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk berinteraksi dengan
orang lain dan memahami perasaan dan kebutuhan mereka. Melalui bermain,
anak-anak dapat belajar berempati dan peduli terhadap teman sebaya,
mempraktikkan saling membantu, dan memahami pentingnya memperhatikan
dan merespons perasaan orang lain.
2) Kerjasama dan keterampilan sosial
Bermain kelompok melibatkan anak-anak dalam kerjasama dan interaksi
sosial. Mereka belajar berbagi, berkomunikasi, dan bekerja sama dengan
orang lain dalam mencapai tujuan bersama. Hal ini membantu anak-anak
mengembangkan keterampilan sosial, seperti memahami perspektif orang
lain, mengatasi konflik, dan berkomunikasi dengan efektif.
3) Pengaturan diri dan pengambilan keputusan
Bermain memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk mengembangkan
pengaturan diri dan kemampuan pengambilan keputusan. Mereka belajar
mengorganisasi waktu dan sumber daya mereka, membuat keputusan
tentang permainan apa yang ingin mereka mainkan, dan mengendalikan
impulsivitas. Pengembangan kemampuan ini membantu dalam pembentukan
karakter yang bertanggung jawab dan disiplin.
4) Kejujuran dan integritas
Bermain dapat melibatkan peraturan dan aturan tertentu. Anak-anak belajar
tentang pentingnya kejujuran, mengikuti aturan, dan bertindak secara adil
dalam permainan. Mereka belajar menghormati batasan dan konsekuensi
dalam bermain serta memahami pentingnya integritas dalam hubungan
dengan orang lain.
5) Kreativitas dan imajinasi
Bermain mendorong pengembangan kreativitas dan imajinasi anak. Saat
bermain, mereka mengembangkan ide-ide baru, menciptakan cerita dan
skenario, dan mengekspresikan diri mereka dengan cara yang unik. Hal ini
membantu anak-anak mengembangkan karakteristik kreatif, berpikir inovatif,
dan berani mengambil risiko dalam mencoba hal-hal baru.
6) Menghadapi tantangan dan ketahanan
Bermain sering melibatkan tantangan dan rintangan. Anak-anak belajar untuk
menghadapi kegagalan, ketidakpastian, dan frustrasi dalam bermain. Melalui
pengalaman ini, mereka mengembangkan ketahanan mental dan emosional,
ketekunan, dan kemampuan untuk bangkit dari kegagalan.

4. Permainan Berbasis Keterampilan Proses pembentukan karakter dalam


Pengenalan karakter Anak Usia Dini
Permainan-permainan ini bertujuan untuk memperkuat pembentukan karakter
pada anak usia dini melalui pengalaman yang menyenangkan dan interaktif.
Dengan melibatkan anak-anak dalam permainan seperti itu, mereka dapat
mempraktikkan dan memperkuat nilai-nilai positif serta keterampilan prososial
yang penting untuk perkembangan karakter yang baik. Berikut adalah
beberapa contoh permainan berbasis keterampilan proses yang dapat
membantu dalam pembentukan karakter pada anak usia dini:

1) Permainan Berperan.
Permainan ini melibatkan anak-anak untuk memainkan peran tertentu, seperti
menjadi petugas polisi, dokter, atau guru. Melalui permainan ini, anak-anak
dapat mempraktikkan nilai-nilai positif, seperti kejujuran, tanggung jawab, dan
menghormati perbedaan. Mereka belajar tentang pentingnya mengambil
peran dengan baik, memperlakukan orang lain dengan adil, dan bertanggung
jawab atas tindakan mereka.
2) Permainan Kerjasama.
Permainan ini dirancang untuk mendorong kerjasama dan tim-work. Anak-
anak diminta untuk bekerja sama dalam menyelesaikan tugas atau mencapai
tujuan bersama. Permainan seperti balapan dengan bola telur di sendok,
membangun menara bersama, atau menyusun puzzle dalam tim dapat
membantu mengembangkan keterampilan kerjasama, komunikasi, dan
pemecahan masalah.
BAB III
KESIMPULAN

Bermain merupakan aktivitas penting bagi anak usia dini, di mana


mereka belajar dan mengembangkan keterampilan sosial, pemecahan
masalah, kreativitas, dan eksplorasi dunia di sekitar mereka. Melalui bermain
sosial, anak-anak dapat mempraktikkan keterampilan sosial, seperti
berkomunikasi, berbagi, dan bekerja sama, yang berkontribusi pada
pembentukan karakter mereka.
Sains juga dapat diintegrasikan dalam aktivitas bermain anak usia dini.
Melalui permainan yang melibatkan eksperimen, observasi, dan pemecahan
masalah sederhana, anak-anak dapat mempelajari konsep-konsep sains
dengan cara yang menyenangkan dan praktis. Bermain dengan unsur-unsur
sains membantu anak-anak mengembangkan rasa ingin tahu, keterampilan
berpikir kritis, dan pengetahuan tentang dunia di sekitar mereka.
Selain itu, sosial dan karakter juga berperan penting dalam
pengembangan anak usia dini. Melalui interaksi sosial dalam bermain, anak-
anak dapat belajar keterampilan sosial, empati, kerjasama, dan kejujuran.
Nilai-nilai ini merupakan bagian integral dalam pembentukan karakter yang
baik.
Dengan mengintegrasikan bermain, sains, sosial, dan karakter dalam
pengembangan anak usia dini, dapat menciptakan pengalaman belajar yang
holistik dan seimbang. Anak-anak dapat mengembangkan keterampilan
kognitif, sosial, dan emosional yang penting untuk pertumbuhan mereka
secara menyeluruh.
Namun, penting untuk diingat bahwa setiap anak memiliki keunikan
dan kebutuhan yang berbeda. Pendekatan yang fleksibel dan terus menerus
memperhatikan perkembangan anak perlu diterapkan dalam memfasilitasi
pengembangan mereka.

Anda mungkin juga menyukai