Anda di halaman 1dari 55

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Anak pada usia lahir sampai dengan usia memasuki
pendidikan dasar (0-6 tahun) merupakan masa emas (golden age)
sekaligus masa kritis dalam tahapan kehidupan manusia yang akan
menentukan perkembangan selanjutnya. Dikatakan “masa emas”
karena masa ini adalah saat yang paling baik untuk
mengoptimalkan seluruh aspek perkembangan anak. Anak
bagaikan “spons” yang akan menyerap sebanyak-banyaknya
informasi dari lingkungannya. Sedangkan dikatakan “ masa kritis”
karena pada usia tersebut anak-anak masih sangat rentan sehingga
apabila terjadi intervensi atau penanganan yang diberikan atau
dilakukan terhadap anak tidak tepat maka hal tersebut akan dapat
merugikan anak itu sendiri dan dapat berakibat kurang baik bagi
kehidupannya dimasa yang akan datang. Selain itu, pada masa ini
juga disebut juga masa peka. Masa peka adalah masa terjadinya
kematangan fungsi fisik dan psikis yang siap merespons stimulasi
yang diberikan oleh lingkungan. Masa peka pada masing-masing
anak berbeda, seiring dengan laju pertumbuhan dan perkembangan
anak secara individual.
Masa ini juga merupakan masa yang tepat untuk meletakkan
dasar-dasar pengembangan kemampuan bahasa, fisik, kognitif,
social-emosional, seni, moral dan nilai-nilai agama. Oleh karena
itu, sebagai seorang pendidik disuatu lembaga harus dapat
memberikan layanan secara profesional pada anak didiknya dalam
rangka peletakan dasar ke arah pengembangan sikap, pengetahuan
dan keterampilan agar anak didiknya mampu menyesuaikan diri
dengan lingkungan serta mempersiapkan diri mereka untuk
memasuki pendidikan dasar.
Kemampuan kognitif diperlukan oleh anak dalam rangka
mengembangkan pengetahuannya tentang apa yang mereka lihat,
dengar, rasa, raba ataupun cium melalui panca indera yang
dimiliknya. Kognitif sering diartikan sebagai kecerdasan atau
berfikir. Kognitif dalam pengertian luas berarti berfikir dan
mengamati, jadi kognitif merupakan tingkah laku yang
mengakibatkan seseorang memperoleh pengetahuan atau cara
berfikir untuk menyelesaikan berbagai masalah .
Kognitif anak dapat dikembangkan menggunakan permainan
dalam proses kegiatan pengembangan. Bermain adalah suatu
kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa menggunakan alat
yang menghasilkan pengertian dan memberikan informasi,
memberikan kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak.
Jika kita benar-benar memahaminya maka pemahaman tersebut
akan berdampak positif bagi anak.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan tentang Standard
Nasional Pendidikan Anak Usia Dini ditetapkan perkembangan
kognitif anak yang dapat dicapai melalui kegiatan pengembangan
sains, sebagai berikut :

Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak


1. Menunjukkan aktifitas
yang eksploratif dan
menyelidik (seperti apa
yang terjadi ketika air
ditumpahkan)
Pengetahuan umum dan sains 2. Mengenal sebab-akibat
(kognitif) tentang lingkungannya
(angin bertiup
menyebabkan daun
bergerak, air dapat
menyebabkan sesuatu
menjadi basah).
3. Memecahkan masalah
sederhana dalam
kehidupan sehari-hari

Kegiatan pengembangan sains merupakan cabang ilmu


pengetahuan alam yang bertujuan mempelajari dan memahami
kejadian atau fenomena alam yang terjadi di lingkungan sekitar.
Begitu konteksnya materi sains dengan kehidupan manusia,
sehingga sains disebut juga sebagai ilmu pengetahuan yang
menunjukkan bahwa dalam kehidupan manusia itu tidak lepas dari
kegiatan sains itu sendiri.
Dalam permasalahan yang alamiah seringkali memerlukan
keterpaduan berbagai komponen sebagai dasar logika deskripsi
permasalahan yang ada, misalnya tugas seorang guru sains tidak
sekedar mengupayakan para siswanya untuk memperoleh berbagai
pengetahuan dan keterampilan sains. Seorang guru sains harus
dapat mendorong perkembangan pemahaman akan prinsip-prinsip
dan nilai-nilai sains dikalangan siswa dalam rangka menumbuhkan
daya nalar, cara berfikir logis, sistematika dan kreatif,
kecerdasan, sikap kritis, terbuka dan ingin tahu. Artinya
kreatifitas seorang guru akan tertantang untuk menjadikan mata
pelajaran sains menjadi mata pelajaran yang disukai, diamati, dan
dipelajari oleh siswa .
Berdasarkan pengamatan terhadap kegiatan pengembangan di
kelas ditemukan adanya masalah rendahnya kemampuan kognitif
anak dalam kegiatan pengembangan sains yang ditandai dengan
beberapa kondisi. Ternyata anak-anak masih belum mau
memperhatikan. Karena terbukti masih banyak anak yang bermain
sendiri, bahkan ada yang asyik bercerita dengan teman sebayanya.
Selain itu penggunaan media kegiatan pengembangan sains yang
diterapkan belum efektif karena tidak memberikan kesempatan
secara luas dan leluasa kepada anak untuk bereksplorasi dengan
alam atau mempraktikkan secara langsung apa yang sedang
dipelajari. Hal ini terlihat dari prosesnya ketika kegiatan
pengembangan sains pengenalan rasa suatu benda guru hanya
memberikan contoh di depan kelas, menunjukkan nama-nama
bahan yang digunakan. Seorang pendidik harus mampu memahami
pola pikir anak didik, kemampuan daya serap. Artinya, seharusnya
guru memberikan kesempatan kepada anak untuk mencoba
bagaimana cara kerja dan bahan apa yang digunakan.
Pada saat kegiatan pengembangan mengenalkan benda larut
dan tidak larut guru hanya memberikan contoh langsung kepada
anak dengan menunjukkan nama benda yang larut jika dicampur
dengan air dan nama benda yang tidak larut. Kemudian guru
menyediakan gula , garam dan guru memasukkan ke dalam air
sehingga akan membentuk larutan. Setelah itu guru tersebut
menerangkan tentang benda tidak larut dalam air seperti tepung,
pasir dan minyak. Jika benda tersebut dicampur dengan air maka
tidak membentuk larutan akan tetapi membentuk campuran, dan
akan terlihat adanya endapan. Kegiatan pengembangan tersebut
mencakup produk dan proses, namun kegiatan pengembangan yang
demikian belum terealisasi secara optimal. Penggunaan media
kegiatan pengembangan sains kurang bervariasi, hal ini terlihat
dalam mengenal benda berdasarkan fungsinya, menunjukkan
aktifitas yang eksploratif dan dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya. Kegiatan awal yang dilakukan oleh peneliti sebelum
mengadakan penelitian adalah mengetahui kemampuan awal anak
sebelum tindakan dilaksanakan. Observasi dilakukan pada tanggal
9 mei 2022. Kegiatan kegiatan pengembangan yang diberikan oleh
guru dalam bidang kognitif khususnya keterampilan proses sains
sebelum tindakan yaitu menggunakan metode pemberian tugas.
Metode tersebut belum dapat mengembangkan keterampilan proses
sains anak secara keseluruhan. Sehingga dari hasil observasi yang
dilakukan, dapat diketahui bahwa keterampilan proses sains anak
masih rendah. Hanya 9 dari 12 siswa yang mampu memahami
tentang sains. Adapun rekapitulasi dari data keterampilan proses
sains dapat dilihat pada tabel berikut ini.
No Kriteria Jumlah Presentase
anak
1 Sangat Baik 0 0%
(BSB)
2 Baik (BSH) 4 33%
3 Cukup (MB) 5 42%
4 Kurang (BB) 3 25%

Oleh karena itu, peneliti mempunyai ide agar kemampuan


kognitif anak dapat terstimus dengan baik maka dibutuhkan
metode kegiatan pengembangan yang tepat yang sesuai dengan
kebutuhan dan minat anak. Metode kegiatan pengembangan yaitu
suatu cara yang digunakan oleh peneliti dan murid dalam
melakukan pengembangan untuk mencapai tujuan yang
diharapakan. Terdapat metode yang dapat digunakan untuk
mengembangkan kognitif anak yaitu metode karyawisata, metode
bermain, metode tanya jawab,metode demonstrasi, metode
eksperimen, metode pemberian tugas, dan metode proyek.
Salah satu metode yang dapat diterapkan yaitu metode
bermain. Metode ini merupakan metode yang disukai anak-anak.
Karena hakikatnya anak usia dini merupakan usia bermain. Dalam
metode bermain harus menerapkan pola kegiatan pengembangan
menyangkut tema yang sederhana, merangsang imajinasi, hal ini
sesuai dengan naluri anak-anak yang senang jika diberikan
permainan ketika proses kegiatan pengembangan berlangsung.
Oleh karena itu sering ada ungkapan “belajar seraya bermain”
karena anak akan lebih cepat memahami proses kegiatan
pengembangan dengan bermain.
Berdasarkan uraian di atas , maka penulis akan melakukan
penelitian mengenai Upaya Meningkatkan Kognitif Anak Usia 5-6
Tahun Dengan Media Permainan Sains Di TK Tunas Harapan
Bangsa”.

1. Indentifikasi Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diidentifikasikan
masalah yang akan diangkat adalah sebagai berikut :
a. Kegiatan pengembangan sains pada anak belum berkembang
secara optimal dikarenakan media kegiatan pengembangan
sains yang digunakan kurang memberkan kesempatan kepada
anak untuk melakukan percobaan secara langsung.
b. Perkembangan sains anak belum terstimulasi dengan optimal
dikarenakan tema belajar sains di kelas kurang mendorong
untuk mengoptimalkan kemampuan berfikirnya.
c. Dalam kegiatan permainan sains terlihat beberapa anak
mengobrol dengan temannya.
d. Terlihat anak belum memahami konsep sains yang
dipelajari.
e. Media yang digunakan kurang bervariasi sehingga kurang
menarik minat siswa.
f. Beberapa anak masih terlihat bingung saat kegiatan
permainan sains.
g. Anak terlihat pasif dalam melakukan kegiatan.
h. Kegiatan yang dilakukan menunjukkan hasil yang tidak
sesuai harapan.

2. Analisis Masalah
Berdasarkan penjelasan mengenai masalah di atas maka
dapat disimpulkan beberapa analisis masalah sebagai berikut :
a. Metode yang digunakan guru tidak menarik minat siswa
sehingga siswa terasa bosan dan mengobrol dengan teman.
b. Guru menyampaikan materi dengan ceramah sehingga siswa
merasa bosan dan kegiatan pengembangan terlihat monoton.
c. Guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mencoba melakukan percobaan sains sehingga siswa tidak
memahami konsep sains yang di pelajari.

3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah


Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dalam
meningkatkan kognitif anak usia dini pada materi kegiatan
pengembangan sains TK Tunas Harapan Bangsa Nerbit Kecil,
maka penulis memberikan alternative pemecahan masalah
dengan media permainan sains yang mana dalam kegiatan ini
guru hanya sebagai fasilitator dan kegiatan berpusat kepada
anak.
Di harapkan dengan media permainan sains ini, siswa
menjadi aktif dalam kegiatan pengembangan. Sehingga siswa
dapat memahami konsep sains melalui permainan yang menarik
secara maksimal.
Laporan yang dibuat oleh peneliti merupakan Laporan
Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) dengan terlebih
dahulu melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada
sentra bahan alam.

A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah peneliti
ini adalah : Bagaimana upaya meningkatkan kognitif anak usia 5-
6 tahun dengan media permainan sains di TK Tunas Harapan
Bangsa?
B. Tujuan Perbaikan
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana
penggunaan media permainan sains untuk meningkatkan
kemampuan kognitif anak usia dini di TK Tunas Harapan Bangsa.

C. Manfaat Perbaikan
a. Manfaat secara teoritis
Mengembangkan kognitif anak, dan penalaran pada anak di
TK Tunas Harapan Bangsa.
b. Manfaat secara praktis
Sebagai bahan masukan bagi para guru dalam kegiatan
pengembangan sains sederhana dan memberikan inovasi
serta pengalaman baru dalam kegiatan pengembangan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Tindakan Kelas
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Mills (2000) PTK merupakan suatu “systematic
Inquiry” yang di lakukan guru, kepala sekolah atau konselor
untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai praktik yang
dilakukannya. Sedangkan menurut Carr & Kemmis dalam
McNiff (1991,p.2) mendefinisikan Penelitian Tindakan Kelas
sebagai berikut :
a. Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu bentuk penyelidikan
yang dilakukan melalui refleksi diri.
b. Penelitian Tindakan Kelas dilakukan oleh peserta yang
terlibat dalam situasi yang diteliti, seperti guru, siswa atau
kepala sekolah.
c. Penelitian Tindakan Kelas dilakukan dalam situasi social,
termasuk situasi pendidikan.
d. Tujuan penelitian adalah untuk memperbaiki, dasar
pemikiran dan kepantasan dari praktik-praktik, pemahaman
terhadap praktik tersebut, serta situasi atau lembaga tempat
praktik tersebut dilaksanakan.
Menurut Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi
(2007:3), Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan,
yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas
secara bersama-sama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru
atau dengan arahan dari guru yang dilakukan anak. Selanjutnya
Hopkins (H. Sujati, 2000:1) mengartikan Penelitian Tindakan
Kelas sebagai suatu penelitian yang dilakukan oleh guru
terhadap kelasnya, di mana guru melakukan suatu tindakan
dengan tujuan meningkatkan kualitas mengajarnya berdasarkan
suatu asumsi atau teori pendidikan.
Dari pengertian para ahli tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa Penelitian Tindakan Kelas merupakan tindakan
mencermati yang dilakukan oleh guru yang dimaksudkan untuk
memperbaiki mutu kegiatan pengembangan di kelas, dengan
melaksanakan tindakan untuk mencari jawaban dari
permasalahan di kelas.

2. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas


PTK adalah suatu proses penelitian yang terencana dan
sistematis melalui tindakan perbaikan yang dilakukan guru
dikelasnya sendiri. Menurut Mills,Geoffrey E,2000; Schmuck,
Richard A, 1997 PTK bertujuan untuk memperbaiki kinerja
guru sehingga kualitas kegiatan kegiatan pengembangan
menjadi lebih meningkat.
Seorang guru perlu melakukan PTK dikarenakan beberapa
alasan :
1. Guru mempunyai otonomi untuk menilai dirinya sendiri.
2. Temuan berbagai penelitian kegiatan pengembangan
yang dilakukan oleh para peneliti sering kali sulit
diterapkan untuk memperbaiki kegiatan pengembangan.
3. Guru adalah orang yang paling akrab dengan murid dan
paling mengetahui kelasnya.
4. Interaksi anak-guru berlangsung secara unik.
5. Keterlibatan guru dalam berbagai kegiatan inovatif yang
bersifat pengembangan mempersyaratkan guru untuk
mampu melakukan PTK di kelasnya.

Adapun manfaat PTK bagi guru antara lain ( Wardhani


& Wihardit, 2007) :

1. Membantu guru memperbaiki kegiatan pengembangan.


2. Membantu guru berkembang secara professional.
3. Meningkatkan rasa percaya diri guru.
4. Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan
pengetahuan dan keterampilannya.

Namun PTK mempunyai keterbatasan dalam beberapa


hal (Wardhani & Wihardit, 2007), yaitu:

1. Kesahihan atau validitasnya yang masih sering


diasingkan.
2. Tidak dapat melakukan generalisasi karena sampel
sangat terbatas.
3. Peran guru yang sekaligus bertindak sebagai pengajar
dan peneliti sering membuat guru menjadi sangat repot.

Keterbatasan tersebut hendaknya menjadi tantangan bagi


guru untuk menemukan berbagai kiat dalam melakukan PTK.

3. Prosedur PTK
Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan melalui proses
pengkajian berdaur, yang terdiri dari 4 tahap, yaitu
merencanakan, melakukan tindakan, mengamati dan melakukan
refleksi. Langkah-langkah dalam melakukan PTK pada
program PKP dapat digambarkan sebagai berikut :
Merencanakan

Refleksi melakukan tindakan

Mengamati

Keterangan gambar :
1. Refleksi pertama yang bertujuan untuk :
a. Identifikasi masalah
b. Analisis masalah
c. Perumusan masalah
2. Merencanakan perbaikan kegiatan
Setelah masalah dapat dirumuskan, langkah berikutnya
yang dapat dilakukan guru/pendidik adalah membuat rencana
perbaikan kegiatan.
3. Melakukan tindakan perbaikan kegiatan
Rencana perbaikan kegiatan ini kemudian dilaksanakan
oleh guru/pendidik di kelas.
4. Refleksi
Setelah guru/pendidik selesai melakukan tindakan
perbaikan, siklus kembalu kepada kegiatan refleksi dengan
tujuan melihat kelemahan dan kelebihan tindakan perbaikan
yang telah dilakukannya untuk merencanakan perbaikan
kegiatan selanjutnya.
5. Dan seterusnya.

B. Karakteristik Anak Usia Taman Kanak-Kanak


Setiap manusia memiliki karakter masing-masing. Karakter
manusia adalah yang membuat ciri dari dirinya sendiri. Karakter
dapat dilihat secara langsung seperti gaya berbicara, gaya
berpenampilan, cara berfikir dan mengatasi masalah dan lain-lain.
karakteristik orang dewasa dengan remaja tentunya berbeda jauh,
dapat dilihat secara langsung dan jelas melalui jalan fikir untuk
mengatasi masalah dan menyikapi sebuah masalah. Orang tua jauh
lebih matang dibandingkan dengan remaja. Sedangkan remaja
sendiri juga berbeda dengan anak-anak, mereka sudah mulai bisa
memikirkan mana yang baik dan mana yang buruk walaupun masih
membutuhkan pendampingan dari orang dewasa. Berbeda dengan
anak-anak, anak masih sangat lugu. Anak hanya mengetahui jika
yang dilakukan menyenangkan dan akan malakukannya tanpa
mempertimbangkan hal yang terjadi selanjutnya. Apalagi pada
anak usia pra sekolah, pada anak TK khususnya yang anak ketahui
hidup ini untuk bermain, bermain dan terus bermain. Itu karena
usia mereka yang masih dalam tahap bermain.
Usia Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan masa dalam
kehidupan manusia yang berentang dari usia empat tahun sampai
enam tahun. Usia empat sampai lima tahun biasanya anak ada
pada TK kelompok A dan usia lima sampai enam tahun anak ada
pada TK kelompok B. masa tersebut ada pada bagian tengah masa
dan akhir masa kanak-kanak awal.
Hartati (2005) mengemukakan beberapa karakteristik anak
taman kanak-kanak , diantaranya :
1. Memiliki rasa ingin tahu yang besar . Anak usia dini sangat
tertarik dengan dunia sekitarnya. Dia ingin mengetahui segala
sesuatu yang terjadi di sekelilingnya. Pada masa bayi
ditunjukkan dengan meraih dan memasukkan sesuatu yang ia
temui ke dalam mulut. Pada usia 3-6 tahun untuk memenuhi
rasa ingin tahunya, anak gemar bertanya dengan bahasa yang
sangat sederhana.
2. Memiliki pribadi yang unik . Meskipun terdapat banyak
kesamaan dalam pola umum perkembangan, setiap anak
meskipun kembar memiliki keunikan masing-masing, misalnya
dalam gaya belajar, minat dan latar belakang keluarga.
Keunikan ini dapat berasal dari factor genetis atau berasal dari
lingkungan. Dengan adanya keunikan tersebut, pendidik perlu
melakukan pendekatan individual selain pendekatan kelompok,
sehingga keunikan tiap anak dapat terakomodasi dengan baik.
3. Suka berfantasi dan berimajinasi . Fantasi adalah kemampuan
membentuk tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan yang
sudah ada. Misalnya kursi dibalik dijadikan kereta kuda, taplak
meja dijadikan perahu (lubis, 1986). Sedangkan imajinasi
adalah kemampuan anak untuk menciptakan suatu objek atau
kejadian tanpa di dukung data yang nyata (ayah bunda, 1992).
Fantasi dan imajinasi pada anak sangat penting bagi
pengembangan kreativitas dan bahasanya. Oleh karena itu,
selain perlu diarahkan agar secara perlahan anak mengetahu
perbedaan khayalan dengan kenyataan, fantasi dan imajinasi
tersebut juga perlu dikembangkan melalui berbagai kegiatan
misalnya bercerita dan berdongeng.
4. Masa paling potensial untuk belajar . Anak usia dini disebut
juga dengan istilah golden age atau usia emas, karena pada
rentang anak usia ini anak mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat pada berbagai aspek. Menurut
Siskandar (1993) dalam penelitian Gallage (2006) menyatakan
bahwa usia prasekolah merupakan waktu yang paling optimal
untuk perkembangan motoric anak. Sedangkan penelitian
Bowlby(1996) menyatakan bahwa hubungan yang positif dan
membangun pada anak usia dini sangat penting untuk
perkembanagn kognitif dan social emosionalnya.
5. Menunjukkan sikap egosentris. Egosentris berasal dari kata
“ego dan sentris”. Ego artinya aku, sntris artinya pusat. Jadi
egosentris artinya “ berpusat pada aku” artinya bahwa anak
usai dini pada umumnya hanya memahami sesuatu dari sudut
pandangnya sendiri, bukan sudut pandang orang lain. Anak
yang egosentris lebih banyak berfikir dan berbicara tentang
diri sendiri dari pada tentang orang lain dan tindakannya
terutama bertujuan menguntungkan dirinya (Hurluck,1993).
Ayah Bunda (1992), setidaknya ada 3 bentuk egosentrisme :
1. Merasa superior, anak berharap orang lain akan memujinya
dan diberi peran sebagai pemimpin. Anak menjadi sok
berkuasa, tidak peduli pada orang lain, tidak mau bekerja
sama dan sibuk berbicara tentang dirinya sendiri.
2. Merasa inferior, anak akan menfokuskan semua
permasalahan pada dirinya karena merasa tidak berharga di
dalam kelompok. Anak inferior biasanya mudah dipengaruhi
dan disuruh orang lain. Karena dia merasa perannya dalam
keompok sangat kecil, maka anak inferior kadang bersikap
egosentris.
3. Merasa jadi korban, anak merasa diperlakukan tidak adil
sehingga mudah marah pada semua orang keinginannya
untuk berperan dalam kelompok sangat kecil sehingga
akhirnya kelompok cenderung mengabaikan kehadirannya.
6. Memiliki rentang daya konsentrasi yang sangat pendek . Anak
usia ini memang mempunyai rentang perhatian yang sangat
pendek sehingga perhatiannya mudah teralihkan pada kegiatan
lain. Hal ini terjadi terutama apabila kegiatan sebelumnya
dirasa tidak menarik perhatiannya.
7. Sebagai bagian dari makhluk social . Anak usia dini mulai suka
bergaul dan bermain dengan teman sebayanya. Ia mulai belajar
berbagi, mengalah dan antri menunggu giliran saat bermain
dengan teman-temannya. Melalui interaksi social dengan teman
sebaya ini, anak terbentuk konsep dirinya. Anak juga belajar
besosialisasi dan belajar untuk dapat dterima di lingkunganya.
Jika bertindak ia mau menang sendiri, teman-temannya akan
segera menjauhinya. Dalam hal ini anak akan belajar untuk
berprilaku sesuai harapan sosialnya karena ia membutuhkan
orang lain dalam kehidupannya.
C. Pengembangan Kognitif
Usia dini merupakan masa the golden age atau usia emas yang
sangatpotensial untuk mengembangkan seluruh aspek perkembangan
anak. Aspek Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek
penting yang harus dikembangkan dalam Pendidikan Anak Usia Dini.
Sebagaimana menurut Husdarta J. S. dan Nurlan Kusmaedi (2010:
165), “perkembangan kognitif merupakan perkembangan yang lebih
tinggi kausalitasnya daripada perkembangan motorik”. Oleh karena
itu perkembangan kognitif merupakan aspek utama yang akan
berpengaruh terhadap perkembangan aspek-aspek anak yang lain.
1. Pengertian Perkembangan Kognitif
Menurut Soemiarti Patmonodewo, 2003:27 “Kognitif adalah
pengertian yang luas mengenai berpikir, jadi merupakan tingkah
laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang
dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan” . Sedangkan menurut
Piaget (dalam Desmita, 2005: 46) “perkembangan kognitif adalah
salah satu teori yang menjelaskan bagaimana anak
beradaptasidengan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian
di sekitarnya”. Selanjutnya, Desmita (2005: 103) mengemukakan
bahwa “perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek
perkembangan manusia yang berkaitan dengan pengertian
(pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan
bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya”.
Dari pendapat para ahli tersebut, dapat ditarik kesimpulan
bahwa perkembangan kognitif merupakan kemampuan individu yang
berhubungan dengan pikiran untuk memperoleh pengetahuan.
Dengan didapatkannyapengetahuan tersebut, seseorang dapat
menggunakannya untuk memecahkan suatupermasalahan ataupun
merencanakan masa depan.

2. Karakteristik Kemampuan Kognitif Anak Usia 5-6 tahun


Menurut Piaget (dalam Desmita, 2005: 46-47) tahap
perkembangan kognitif dibagi empat yaitu:
a. Sensorimotor (usia 0-2 tahun).Bayi bergerak
menggunakan gerak reflek padasaat lahir sampai
permulaan pemikiran simbolis.Bayi membangun
pemahamantentang lingkungannya melalui indera
mereka.
b. Praoperational (usia 2-7 tahun).Pada tahap ini anak
mulai mengenali duniadengan kata-kata dan gambar-
gambar.Kata-kata dan gambar-gambar inimenunjukkan
adanya peningkatan pemikiran simbolis.
c. Concrete Operational (usia 7-11 tahun).Pada tahap ini
anak sudah dapatberpikir secara logis mengenai
peristiwa-peristiwa yang bersifat konkrit
danmengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk-
bentuk yang berbeda.
d. Formal Operational ( usia ˃11tahun). Anak remaja
berpikir dengan menggunakan teknik yang lebih abstrak
dan logis. Pikiran anak tidak lagi terbatas pada benda
atau kejadian yang terjadi di depan mata. Sesuai dengan
pendapat Piaget di atas, kemampuan perkembangan
kognitif anak usia 5-6 tahun dikategorikan ke dalam
tahap praoperasional. Pada tahap ini, anak memiliki
kemajuan dalam berpikir simbolis, pemahaman sebab
akibat, identitas, kategorisasi, dan angka (Papalia, Olds,
& Feldman, 2009: 336).
Selanjutnya Piaget (dalam Paul Suparno, 2000: 62) juga
mengatakan bahwa anak pada rentang umur 4-7 tahun dicirikan
oleh perkembangan pemikiran intuitif, yaitu persepsi langsung
akan dunia luar tetapi tanpa dinalar terlebihdahulu. Maksudnya
adalah saat seorang anak berhadapan dengan suatu hal,gagasan
yang ia peroleh akan langsung digunakan tanpa dipikir terlebih
dahulu.Misal, seorang anak dihadapkan pada gelas A dan B yang
sama besar dan diisi dengan air yang sama banyak, kemudian air
pada gelas B dipindahkan ke dalam gelas C yang ukurannya lebih
besar sementara gelas A tetap. Anak akan mengatakan bahwa air
di gelas C lebih sedikit daripada air di gelas A karena ketinggian
air pada gelas C lebih rendah.Menurut Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009, perkembangan
kognitif anak disebutkan sebagai berikut

Bidang pengembangan kognitif


1. Mengklasifikasi benda berdasarkan
fungsi.
2. Menunjukkan aktivitas yang
bersifat eksploratif dan menyelidik
(seperti: apa yang terjadi jika air
Pengetahuan umum ditumpahkan).
dan sains 3. Menyusun perencanaan kegiatan
yang akan dilakukan.
4. Mengenal sebab-akibat tentang
lingkungannya (angin bertiup
menyebabkan daun bergerak, air
dapat menyebabkan sesuatu menjadi
basah).
5. Menunjukkan inisiatif dalam
memilih tema permainan (seperti:
“ayo kita bermain pura-pura seperti
burung”).
6. Memecahkan masalah sederhana
dalam kehidupan seharihari.

Konsep bentuk, 1. Mengenal perbedaan berdasarkan


ukuran dan pola ukuran:lebih dari; kurang dari; dan
paling/ ter.
2. Mengklasifikasikan benda
berdasarkan warna, bentuk dan
ukuran (3 variasi).
3. Mengklasifikasikan benda yang lebih
banyak ke dalam kelompok yang sama
atau kelompok yang sejenis, atau
kelompok berpasangan yang lebih
dari 2 variasi.
4. Mengenal pola ABCD-ABCD

Konsep bentuk, 1. Mengurutkan benda berdasarkan


warna, ukuran dan ukuran dari paling kecil ke paling
pola besar atau sebaliknya.
Konsep bilangan, 1. Menyebutkan lambang bilangan 1-10.
lambing bilangan 2. Mencocokkan bilangan dengan
dan huruf lambang bilangan.
3. Mengenal berbagai macam lambang
huruf vocal dankonsonan.

Sumber: Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58


tahun 2009.

D. Media Permainan Sains


1. Hakikat media
Menurut Gagne (2009) , media adalah berbagai komponen
yang dapat medorong anak untuk belajar. Sedangkan menurut
Briggs (2009) “ media adalah segala alat fisik yang dapat
menyajikan pesan serta mendorong anak untuk belajar. Media
berasal dari bahasa latin yang artinya “antara”” . Pengertian
tersebut menggambarkan suatu perantara dalam menyampaikan
informasi dari suatu sumber kepada penerima. Dalam instansi
sekolah, sumber informasi adalah guru dan penerimanya adalah
anak. Guru bisa menggunakan media sebagai perantara dalam
menyampaikan pesan kepada anak. Beberapa contoh media
yang biasa digunakan dalam pendidikan misalnya media
proyeksi dan non proyeksi, media audio, film, pengajaran
dengan memakai bantuan komputer (computer assisted
instruction), multimedia yang berdasarkan computer dan
hypermedia, internet, media komunikasi massa seperti radio
dan televise yang dipakai untuk pengajaran jarak jauh. Semua
ini dianggap sebagai media intruksional, jika media tersebut
membawa pesan untuk mencapai suatu tujuan intruksional.
Media dapat melayani berbagai peranan dalam kegiatan
pengembangan. Suatu kegiatan pengembangan mungkin
tergantung pada kehadiran seorang guru. Dalam situasi ini,
media dapat menolong guru memberikan sebagian informasi
kepada anak. Di sisi lain, suatu kegiatan pengembangan
mungkin tidak membutuhkan guru, seperti kegiatan
pengembangan terarah yang sering di sebut “ self-intruction”.
Dalam situasi ini , kegiatan pengembangan dipandu oleh media
yang telah di desain sedemikian rupa sehingga dapat
menggantilkan fungsi guru dalam mengarahkan kegiatan
pengembangan dan memberikan informasi kepada anak.

2. Tujuan dan fungsi media


Beberapa fungsi dan tujuan penerapan media dalam
pengembangan kognitif anak adalah sebagai berikut :
1. Merangsang anak melakukan kegiatan, pikiran,
perasaan, perhatian dan minat. Media kegiatan
pengembangan adalah alat yang sangat kuat (powerful)
dalam membangkitkan respons emosioal seperti ikut
merasakan, simpatik, mencintai, dan gembira. Oleh
Karen itu, perhatian khusus diperlukan dalam
mendesain media kegiatan pengembangan agar respons
emosional untuk kepentingan meningkatan motivasi
belajar muncul pada diri anak.
2. Bereksperimen. Pada hakikatnya manusia sebagai
makhluk “coba-coba” sudah nampak dari manusia itu
balita. Misalnya saat mereka bereksperimen dengan
mainannya, mereka menambahkan mainan menjadi
bentuk yang ia sukai. Banyak hal yang mereka
lakukan dan berfokus kepada proses coba-coba dan
melakukan percobaan inilah yang patut dicermati para
guru apabila ia ingin mengembangkan berbagai media
untuk mengembangkan k,emampuan kognitif anak.
3. Menyelidiki atau meneliti. Rancangan media yang di
kembangkan setidaknya juga dapat meningkatkan
kemampuan anak dalam melakukan penyelidikan dan
penelitian sederhana. Dengan demikian akan
menumbuhkembangkan dan membangkitkan rasa ingin
tahu terhadap sesuatu.
4. Alat bantu. Dalam berbegai hal, media juga dapat
dikatakan sebagai alat bantu untuk memperlacar proses
kegiatan pengembangan, seperti pada saat anak
bermain dan belajar. Misalnya air, tali, alat tulis,
kertas dan sebagainya.

3. Hakikat permainan sains


a. Definisi sains
Sains diartikan sebagai ilmu pengetahuan adalah suatu
subjek bahasan yang berhubungan dengan bidang studi
tentang kenyataan atau fakta dan teori-teori yang mampu
menjelaskan tentang fenomena alam.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, yang menjadi
pertanyaan adalah “bagaimana cara seorang ilmuan mencari
tahu tentang dunia?”. Jawabannya adalah dengan
menggunakan metode ilmiah. Metode ilmiah yaitu teknik
atau cara yang dilakukan ilmuan dengan cara mempelajari
dan melakukan eksperimen atau percobaan melalui observasi
(pengamatan), penelitian (penyelidikan) dan eksperimen
(percobaan). Observasi dan percobaan perlu dilakukan
secara terus-menerus sampai menemukan fakta dan
kenyataan. Melakukan eksperimen dan meningkatkan
pertanyaan-pertanyaan adalah elemen yang merangsang
ilmuan untuk selalu melakukan, karena penemuan selalu
berada di tiap sudut di sekeliling kita.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa hakikat
pengembangan sains adalah kegiatan belajar melalui
pengamatan, penyelidikan dan percobaan untuk mencari
tahu atau menemukan jawaban tentang kenyataan yang ada
di dunia sekitar, yang dilakukan dengan menyenangkan dan
menarik dilaksanakan melalui bermain.

b. Tujuan pengembangan sains


Secara umum permainan sains bertujuan agar anak
mampu secara aktif mencari informasi tentang apa yang ada
di sekitarnya. Untuk memenuhi rasa keingintahuannya
melalui eksplorasi di bidang sains anak mencoba memahami
dunianya melalui pengamatan, penyelidikan dan percobaan.
Secara khusus permainan sains bertujuan agar anak
memiliki kemampuan :
a. Untuk mengamati perubahan-perubahan yang terjadi
disekitarnya, seperti perubahan antar pagi, siang dan
malam ataupun perubahan dari benda padat ataupun cair.
b. Melakukan percobaan-percobaan sederhana , seperti biji
buah yang ditanam akan tumbuh atau percobaan pada
balon yang di isi gas akan terbang bila dilepaskan ke
udara.
c. Melakukan kegiatan membandingkan, memperkirakan,
mengklasifikasikan serta mengomunikasikan tentang
sesuatu sebagai hasil sebuah pengamatan yang sudah
dilakukannya. Seperti badan sapi lebih besar dari pada
kambing.
d. Meningkatkan kreatifitas dan keinovasian, khususnya
dalam bidang ilmu pengetahuan alam, sehingga siswa
akan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

c. Manfaat permainan sains


Permainan sains bermanfaat bagi anak karena dapat
menciptakan suasana yang menyenangkan serta dapat
menimbulkan imajinasi-imajinasi pada anak yang pada
akhirnya dapat menambah pengetahuan anak secara alamiah.
Secara khusus manfaat sains bagi guru dan orang tua
sebagai berikut :
a. Membantu guru dan orang tua memahami manfaat dari
kegiatan nyata dalam kehidupan sehari-hari yaitu dalam
menjelaskan bagaimana konstribusi penjelajahan terhadap
ilmu pengetahuan sekarang dan masa mendatang.
b. Membuka wawasan guru dan orang tua tentang
pentingnya peranan mereka terhadap cara belajar anak.
Maksudnya, pada saat guru dan orang tua menunjukkan
ketertarikan dan keantusiasan terhadap apa yang sedang
diamati ketika sedang melakukan penjelajahan bersama
anak, secara tidak langsung guru akan memberikan pesan
penting pada anak tentang manfaat dan kesenangan
melakukan kegiatan tersebut.
c. Menyadarkan guru dan orang tua bahwa mereka tidak
perlu tahu semua tentang ilmu pengetahuan tersebut,
tetapi yang lebih penting adalah peran mereka sebagai
motivator dengan berkata “ayo kita cari tahu bersama-
sama”.
d. Membantu guru dan orang tua mengeidentifikasi bahwa
anak mereka adalah ilmuan alami. Keiengintahuan yang
besar akan menuntun mereka untuk terus mencari dan
menemukan berbagai konsep pengetahuan yang terus
berkembang dari waktu ke waktu.
e. Membantu guru dan orang tua dalam menyusun strategi
yang dapat merangsang kreativitas anak, misalnya dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan penting yang dapat
merangsang pemikiran anak untuk mencari berbagai
kemungkinan jawaban atau solusi untuk dapat dijadikan
alternative dalam pemecahan masalah.
d. Pengaruh permainan sains bagi perkembangan anak
Pada setiap pertambahan dan perkembangan anak memiliki
karakteristik yang berbeda dalam melakukan kegiatan sains.
Namun, yang penting kita ketahui adalah bahwa semua
kegiatan sains hendaknya menstimulasi kegiatan belajar
kognitif anak. Selain itu, kegiatan sains juga harus dapat
merangsang aspek perkembangan lainnya seperti sosail-
emosional, fisik dan kreativitas di mana hal ini akan ikut
terbangun dalam setiap akitivitas sains yang dilakukan anak
bersama guru dan atau orang tua.
Berikut beberapa pengaruh sains pada berbagai aspek
perkembangan anak :
a. Perkembangan social.
Melalui permainan sains akan mendapat kesempatan
untuk saling berbagi dan bertukar bahan-bahan, alat-
alat, ide-ide, dan pengamatan-pengamatan dengan anak-
anak lain. Pada banyak aktivitas dalam penjelajahan dan
penemuan sains, diperlukan kemampuan kerja sama
dengan orang lain. Pada umumnya, kemampuan anak
untuk bekerja sama muncul secara alamiah ketika
mereka terlibat dalam aktivitas kelompok.
b. Perkembangan emosional.
Aktivitas dalam penjelajahan dan penemuan ilmu
pengetahuan sangat berpotensi mengembangkan rasa
bangga dan saling menghargai, misalnya pada saat anak-
anak mampu menemukan jawaban atau berhasil dalam
kegiatan penjelajahan ilmu pengetahuan yang
dilakukannya.
Belajar tentang fenomena alam atau makhluk hidup
tekadang dapat terlihat “menakutkan”, tetapi
sebaliknya dapat juga membantu anak-anak
mengalahkan ketakutan mereka sendiri misalnya, saat
anak belajar tentang terjadinya petir. Selama ini anak
takut mendengar suara petir yang menggelegar karena
menganggap dewa sedang marah, tetapi setelah terlibat
langsung dalam perobaan terjadinya petir bersama
gurunya, maka anak tidak lagi menjadi takut. Melalui
penjelajahan sains akan muncul berbagai rasa
keheranan dan menambah rasa kegembiraan anak-anak
sebagai ungkapan sepenuhnya rasa keingintahuan
mereka.
c. Perkembangan fisik
Anak kecil yang berusia antara 4-5 tahun mulai
mampu menggunakan dan menggerakkan koordinasi
motoric halus mereka. Misalnya ketika anak
bereksplorasi dengan magnet-magnet, mengisi wadah-
wadah dengan air dan pasir, dan atau melakukan
gerakan-gerakan lebih kompleks yang merupakan bagian
dari proses percobaan.
d. Perkembangan kognitif
Melalui aktfitas sains anak akan menggunakan
kemampuan kognitifnya dalam memecahkan masalah,
matematika dan bahasa pada saat mereka sedang
mengamati, memprediksi, menyelidiki, menguji,
menyatakan jumlah dan berkomunikasi.
e. Perkembangan kreatifitas
Aktivitas dalam penemuan sains pada dasarnya dapat
melatih dan mendorong daya imajinasi anak. Melalui
proses pencarian dan penemuan, anak akan mencoba –
coba atau meneliti dengan menggunakan ide-ide atau
cara-cara baru dengan bahan dan alat yang sederhana.
Seperti untuk mencari jawaban: “apa yang terjadi
jika….”. Penjelajahan ilmu pengetahuan dapat
mengundang semangat anak untuk melakukan proses
kreatif yang apabila dilakukan dengan penuh
kegembiraan, anak dpat menikmatinya sehingga terlibat
aktif di dalamnya.

e. Keterampilan dalam permainan sains


Anak yang ingin belajar agar mendapatkan pengalaman
ilmu pengetahuan, sebenarnya tidak membutuhkan belajar
tentang fakta. Mereka hanya ingin mencari tahu dan
memanfaatkan informasi yang diperoleh secara kreatif dan
inovatif.
a. Eksplorasi dalam permainan sains
1. Observasi
Observasi merupakan kunci bagi semua aktifitas ilmu
pengetahuan. Anak dapat menjadi pengamat yang baik
jika mampu menolong mereka memanfaatkan
kemampuannya.
2. Klasifikasi
Klasifikasi merupakan kemampuan yang sangat
penting untuk mengerti dan memahami tentang isi dunia
baik tumbuhan maupun teknologi. Anak belajar
mengklasifikasi dengan cara yang mudah, seperti saat
mencari persamaan dan perbedaan.
3. Mengukur
Keterampilan mengukur dapat diperoleh anak melalui
aktifitas saat mereka bereksplorasi.
4. Perkiraan
Perkiraan merupakan kemampuan memprediksi suatu
objek berdasarkan pengalaman yang pernah dialami anak.
5. Eksperimen
Eksperimen merupakan keterampilan yang banyak
dihubungkan dengan sains (ilmu pengetahuan).
Eksperimen dilakukan melalui berbagai percobaan yang
dilakukan anak bersama guru dan pada akhirnya anak
dapat melakukannya secara mandiri tanpa diperintahkan
guru.
6. Komunikasi
Komunikasi merupakan kemampuan menggunakan
kata-kata untuk menggambarkan, menerangkan atau
menyimpulkan hasil diskusi tentang aktivitas sains yang
telah mereka lakukan.

f. Tahapan usia dalam pengembangan sains


Pendekatan yang digunakan dalam kegiatan belajar sains
pada anak sangat tergantung pada pengalaman, usia dan
tingkat perkembangannya. Untuk itu perhatikan beberapa
indicator kelompok atau usia seperti dibawah ini:
1. Usia 4-5 tahun
a. Mulai mengerti tentang banyak hal seperti informasi yang
berhubungan dengan kejadian di dunia sekitarnya.
Mereka acap kali bermain pura-pura serta masih sulit
membedakan antara fakta dan fantasi.
b. Mulai memahami apa yang dimaksud dengan penelitian
dan kebermaknaan dan mempu menemukan penjelajahan
mereka. Secara umum mereka lebih menyukai percobaan-
percobaan dengan bantuan orang dewasa.
c. Mulai mampu menyeleksi aktivitas yang dilakukan.
d. Mulai mampu membuat ramalan perkiraan terhadap
berbagai peristiwa yang akan terjadi.
e. Suka memikirkan penjelasan dari apa yang mereka teliti,
baik itu fakta maupun imajinasi/fantasi.
f. Mulai menggunakan gambaran untuk mewakili dan
mengungkapkan ide-ide.
g. Senang melihat buku-buku dan pura-pura membacanya
dan mengatakan tentang isinya berdasarkan karangannya
sendiri dan mereka menyukai gambar-gambar yang nyata
dan jelas gambarnya.
1. Usia 5-6
a. Anak mampu merencanakan penelitian yang berhubungan
dengan pemecahan masalah, seperti ketika mencari
jawaban bagaimana cara hewan berkembang biak.
b. Dapat mengikuti tiga tahap tujuan dan menikmati
beberapa penelitian langsung dari guru.
c. Memiliki perhatian yang intens untuk berbagai aktivitas
sains, mereka mulai dapat menikmati kegiatan yang
dilakukan dalam kurun waktu beberapa hari. Misalnya
saat anak mengamati dan mengukur panjang batang
tumbuhan dari hari pertama, kedua, ketiga dan setelah
lewat dari seminggu.
d. Bekerja sama dengan lima atau enam anak. Mampu
mengikuti aturan-aturan yang ditetapkan dalam kelompok
dan mau mendengar ide yang diucapkan oleh anggota
kelompoknya.
e. Tertarik pada buku-buku yang berhubungan dengan
aktivitas dari praktek sains dengan beberapa ilustrasi-
ilustrasi berupa gambar.
f. Mulai dapat memahami konsep sains yang bersifat
abstrak, tetapi tetap dengan contoh-contoh nyata yang
konkret dan praktek langsung.
g. Senang menggunakan gambar-gambar dan menulis
berbagai pengalaman yang mereka dapatkan dalam
praktek sains yang telah dilakukan.

g. Penerapan konsep permainan sains


Berikut beberapa permainan sains yang bisa diterapkan
untuk mengembangkan kognitif anak :

Memberi perintah agar menyelam


Tujuan : meramalkan suatu peristiwa atau kejadian
Media :plastisin, tutup pulpen plastic, segelas air,botol
plastic terang
Prosedur :
- Plastisin di tempelkan pada bagian atas tutup pulpen,
letakkan di dalam gelas air (sebagai penyelam).
- Tambahkan atau kurangi plastisin sampai bisa
mengapung, isi botol dengan air sampai penuh, masukkan
penyelam dan tutup botol dengan kuat, tekan bagian
samping botol, maka penyelam akan tenggelam ke dasar
botol.
Air yang meresap

Tujuan :

1. Menebak benda yang meresap dan tidak meresap air


2. Memberikan keterangan / informasi tentang benda-benda
yang meresap
3. Menjawab pertanyaan apa, mengapa, bagaimana suatu benda
dapat meresap atau tidak

Media

1. Kapas, kertas, kain, plastic, daun talas, dan daun pisang


2. Air dengan wadahnya

Prosedur

- Guru mengadakan tanya jawab dengan anak tentang alat


dan bahan yang dibawa. Mana yang dapat meresap dan
mana yang tidak dapat meresap.
- Anak mengelompokkan benda-benda yang diperkirakan
dapat meresap dan tidak meresap.
- Anak-anak mencoba mencelupkan satu persatu bahan ke
dalam air dan mengelompokkannya.
- Anak membandingkan hasil perkiraan dan hasil
percobaan.
- Anak menyimpulkan hasil percobaan berdasarkan hasil
pengamatan.

Pencampuran benda cair

Tujuan :

1. Menyebutkan macam-macam benda cair


2. Mengamati pencampuran benda-benda cair
3. Mengetahui ada beberapa cairan yang tidak dapat terampur

Media :

1. Minyak goring
2. Minyak tanah
3. Sirup
4. Air
5. 6 gelas bening

Prosedur
1. Guru bertanya pada anak apa yang terjadi kalau susu/air
dicampur dengan sirup.
2. Anak membentuk kelompok dan melakukan percobaan
mencampurkan dua benda cair dalam wadah yang bening :
a. Air dicampur sirup
b. Air dicampur minyak goreng
c. Air dicampur minyak tanah
d. Minyak goreng dengan minyak tanah
e. Minyak goreng dengan sirup
f. Sirup dengan minyak tanah
3. Anak menyimpulkan bahwa ada benda cair yang dapat
dicampur dan ada yang tidak dapat dicampur.
4. Kemudian mereka mencampur tiga benda cair yaitu sirup,
minyak goreng dan minyak tanah atau variasi dari gabungan
benda cair lain.
5. Anak-anak mencoba dan mengamati apa yang terjadi pada
ketiga cairan tersebut.
6. Anak mencoba menyimpulkan mengapa benda cair di urutkan
seperti di atas.

BAB III
RENCANA PERBAIKAN

A. Subjek, Tempat, dan Waktu Serta Pihak yang Membantu


Penelitian.
1. Subjek Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 88), subjek penelitian
adalah benda, hal, atau orang tempat data untuk variabel
penelitian melekat dan yang dipermasalahkan. Subjek penelitian
adalah peserta didik kelompok B di TK Tunas Harapan Bangsa
Kecamatan Sungai Sembilan dengan jumlah peserta didik 12
orang, terdiri dari 3 anak laki-laki dan 9 anak perempuan.
2. Tempat Penelitian
Tempat penelitian di laksanakan di TK Tunas Harapan Bangsa
Jl. Sukaramai Nerbit Kecil, Kecamatan Sungai Sembilan, Kota
Dumai Provinsi Riau.
3. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan direalisasikan selama 4 hari untuk dua
Siklus Kegiatan. Siklus pertama di mulai pada tanggal 16 Mei
sampai 18 Mei 2022. Dan siklus kedua di mulai pada tanggal 23
Mei sampai 25 Mei 2022.
Kegiatan pengembangan siklus I (Air, Udara,Api/Air)
Bidang pengembangan
No Hari/Tanggal Waktu
Kognitif
1 Senin, 16 Mei 08.00 – 10.30 Permainan air yang
2022 WIB meresap
2 Rabu, 18 April 08.00 – 10.30 Permainan pencampuran
2022 WIB warna
Kegiatan pengembangan Siklus II (Air, Udara,Api/ Udara)
Bidang pengembangan
No Hari/Tanggal Waktu kognitif

1 Senin, 23 Mei 08.00 – 10.30 Permainan timbul


2022 WIB tenggelam
2 Rabu , 25 Mei 08.00 – 10.30 Permainan gelembung
2022 WIB warna
Lebih kurang 1 bulan penulis melakukan penelitian untuk
membuat laporan Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP),
malalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada murid TK Tunas
Harapan Bangsa Nerbit Kecil Kota Dumai Tahun Ajaran
2021/2022.
4. Pihak yang membantu penelitian
Selama pelaksanaan penelitian ini, penulis dibantu oleh
teman sejawat sekaligus sebagai pendamping dan pihak lain yang
turut membantu selama proses perencanaan hingga refleksi. Pihak-
pihak yang membantu proses penelitian antara lain :
a. Bapak Gunaldi Masbiran, M.Pd , selaku tutor mata kuliah PKP
sekaligus sebagai supervisor 1 yang membimbing dalam
menyelesaikan laporan PKP ini .
b. Ibu Lianah, S.Pd selaku kepala sekolah TK Tunas Harapan
Bangsa.
c. Ibu Sri Utami selaku pendamping sekaligus supervisor 2 yang
membantu penulis melakukan perbaikan kegiatan
pengembangan.
d. Murid TK Tunas Harapan Bangsa yang penulis banggakan.

B. Deskripsi Per Siklus


Kegiatan pengembangan ini dilaksanakan dalam dua siklus
yang masing-masing siklus terdiri dari dua hari kegiatan
pengembangan, 2 rpph, 2 skenario perbaikan dan 2 lembar
refleksi.
Dalam melaksanakan kegiatan perbaikan pengembangan,
disusun secara rinci yang dimulai dengan membuat perencanaan,
pelaksanaan kegiatan pengembangan, pengamatan, dan lembar
refleksi, yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana kelebihan
dan kelemahan pelaksanaan kegiatan pengembangan sehingga
dapat diperbaiki pada kegiatan yang akan dilaksankan berikutnya.

1. Siklus Satu
a. Rancangan siklus 1

Berikut ini di sajikan rancangan siklus 1 dalam tabel

RKH
Pembukaan Inti Penutup
ke
1 Bercerita tentang Permainan air Menyimpulkan
tema air/ manfaat yang meresap kegiatan
air pengembangan
hari ini
2 Menyebutkan Permainan Menyanyi lagu
huruf kata “air” membuat di obok-obok
pencampuran
warna

b. Langkah-langkah perbaikan siklus


1. Pelaksanaan siklus I ( pertemuan 1 )
a. Perencanaan (planning)
Siklus satu dilaksanakan karena melihat hasil pra siklus
yang belum tuntas. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan
guru adalah sebagai berikut:
1) Siklus 1 pertemuan 1 ini dilaksanakan pada hari Senin,
tanggal 16 Mei 2022
2) Mempersiapkan materi, alat dan bahan permainan sains
yang akan di ajarkan yaitu permainan air yang meresap.
3) Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Kegiatan
pengembangan (RPP) sesuai dengan tema
4) Mempersiapkan lembar observasi

b. Pelaksanaan (Acting)
1) Pendahuluan
Penyajian kelas di awali dengan pendahuluan,
memaparkan tema air, udara api. Menceritakan sub tema
air, manfaat air. Selanjutnya guru menginformasikan
metode permainan sains tentang permainan air yang
meresap.
2) Kegiatan pengembangan inti
Guru menjelaskan permainan air yang meresap
dengan bahan yang telah di sediakan. Bahan yang
digunakan seperti daun talas, daun pisang, kain, kayu,
batu, plastic, kapas, air dan wadah. Guru memperagakan
permainan air yang meresap dengan memasukkan benda
secara bergantian. Guru memberikan kesempatan kepada
anak untuk mempraktekkan permainan air yang meresap
secara bergantian.
3) Kegiatan penutup
Dalam kegiatan penutup guru dan siswa
menyimpulkan benda yang dapat meresap dan tidak
meresap.

c. Pengamatan(observing)
Observasi dilakukan oleh supervisor/teman sejawat
yang menilai selama proses kegiatan pengembangan
berlangsung. Observasi ini dilakukan untuk melihat
kelebihan dan kekurangan dari metode permainan sains
yang diterapkan untuk meningkatkan kognitif siswa.

d. Refleksi (reflecting)
Pada tahap ini, refleksi merupakan suatu kegiatan
untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan.
Setelah dilakukan refleksi atau perenungan yang
mencakup analisis, sintesis dan penilaian terhadap hasil
pengamatan terhadap poses serta hasil belajar mengajar
tadi, biasanya akan muncul permasalahan atau pemikiran
baru yang mendapat perhatian, sehingga dapat membuat
rencana/perencanaan yang baru pada pertemuan
berikutnya.

2. Pelaksanaan Siklus I (pertemuan 2


a) Perencanaan (planning)
Pada skilus 1 pertemuan kedua ini tahapannya
sebagai berikut:
1) Siklus 1 pertemuan 2 direncanakan dilaksanakan
pada hari Rabu, tanggal 18 Mei 2022
2) Mempersiapkan materi dan bahan yang akan
digunakan dalam kegiatan pengembangan, dalam
hal ini materi yang akan di ajarkan yaitu
permainan pencampuran warna
3) Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Kegiatan
pengembangan (RPP) sesuai dengan tema air,
udara, api yang akan di sajikan dalam proses
kegiatan pengembangan
4) Mempersiapkan lembar kerja siswa

b) Pelaksanaan (acting)
1) Pendahuluan
Penyajian kelas diawali dengan pendahuluan,
dimana guru memaparkan tema air, udara api. Guru
memaparkan sub tema air dan menyebutkan kata air
bersama-sama. Guru menuliskan kata air di papan tulis,
guru dan murid mengenal kata air.
2) Kegiatan pengembangan inti
Guru memaparkan permainan sains yang akan
dilakukan yaitu permainan perncampuran warna. Warna
yang digunakan yaitu warna biru, merah, dan kuning.
Pencampuran warna yang dilakukan yaitu warna merah-
warna kuning, warna kuning-warna biru, warna biru-
warna merah, warna merah-warna kuning-warna biru.
Guru memperagakan di depan anak lalu memberikan
kesempatan kepada anak untuk memperagakan yang guru
lakukan.
3) Kegiatan penutup
Kegiatan ini di akhiri dengan menyimpulkan hasil
kegiatan pengembangan hari ini dan di tutup dengan
menyanyikan lagu di obok-obok bersama-sama.
c) Pengamatan (observing)
Observasi pada siklus 1 pertemuan 2 ini dilakukan
oleh guru sendiri. Pada observasi siklus 1 pertemuan 2
ini nantinya akan menjadikan bahan refleksi pada siklus
2.

d) Refleksi (reflecting)
Pada tahap ini, refleksi merupakan suatu kegiatan
untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan.
Setelah dilakukan refleksi atau perenungan yang
mencakup analisis, sintesis dan penilaian terhadap hasil
pengamatan terhadap proses serta hasil belajar mengajar
tadi, biasanya akan muncul permasalahan atau pemikiran
baru yang mendapat perhatian, sehingga dapat membuat
rencana/perencanaan yang baru. Jika dalam permainan
sains yang kedua ini terlihat banyak anak yang belum
berkembang, maka akan dilakukan perbaikan pada siklus
kedua.

2. Siklus Dua
a. Rancangan Siklus Dua
Berikut ini di sajikan rancangan kegiatan siklus 2 dalam
tabel:
Rencana kegiatan siklus kedua

RKH
Pembukaan Inti Penutup
ke
1 Bercakap-cakap Permainan Berhitung dengan
tentang sub tema timbul jari tangan 1-10
(udara) tenggelam
2 Menyebutkan Permainan Menyimpulkan
huruf kata “udara” gelembung hasil kegiatan
udara pengembangan
b. Langkah-langkah perbaikan siklus
1. Pelaksanaan Siklus II (pertemuan 1)
a) Perencanaan (planning)
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan guru adalah
sebagai berikut :
1) Siklus 2 pertemuan 1 ini direncanakan dilaksanakan
pada hari Senin, tanggal 23 Mei 2022.
2) Mempersiapkan materi alat dan bahan dalam
permainan sains yaitu permainan timbul tenggelam
3) Membuat Rencana Pelaksanaan Kegiatan
pengembangan (RPP) sesuai dengan tema air, udara,
api sub tema udara.
4) Mempersiapkan lembar observasi.

b) Pelaksanaan (acting)
1) Pendahuluan
Penyajian kelas di awali dengan pendahuluan,
memaparkan tema air, udara, api. Menceritakan sub tema
udara, manfaat udara. Selanjutnya guru
menginformasikan metode permainan sains tentang
permainan timbul tenggelam.
2) Kegiatan inti
Guru menjelaskan permainan timbul tenggelam
dengan bahan yang telah di sediakan. Guru memberikan
kesempatan kepada anak untuk mempraktekkan permainan
gelembung warna secara bergantian.
3) Kegiatan penutup
Dalam kegiatan akhir guru dan siswa menyimpulkan
hasil kegiatan pengembangan hari ini lalu menghitung
dengan jari 1-10.
c) Pengamatan (observing)
Observasi dilakukan oleh supervisor/teman sejawat
yang menilai selama proses kegiatan pengembangan
berlangsung. Observasi ini dilakukan untuk melihat
kelebihan dan kekurangan dari metode permainan sains
yang diterapkan untuk meningkatkan kognitif siswa. Pada
observasi siklus 2 pertemuan 1 ini nantinya akan menjadi
bahan refleksi pada pertemuan ke 2

d) Refleksi (reflecting)
Pada tahap ini, refleksi merupakan suatu kegiatan
untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan.
Setelah dilakukan refleksi atau perenungan yang
mencakup analisis, sintesis dan penilaian terhadap hasil
pengamatan terhadap poses serta hasil belajar mengajar
tadi, biasanya akan muncul permasalahan atau pemikiran
baru yang mendapat perhatian, sehingga dapat membuat
rencana/perencanaan yang baru pada pertemuan
berikutnya.

2. Pelaksanaan Siklus 2 (pertemuan 2)


a) Perencanaan (planning)
Pada siklus 2 pertemuan kedua ini tahapannya
sebagai berikut:
1) Siklus 2 pertemuan 2 direncanakan dilaksanakan
pada hari Rabu, tanggal 25 Mei 2022
2) Mempersiapkan materi dan bahan yang akan
digunakan dalam kegiatan pengembangan, dalam
hal ini materi yang akan di ajarkan yaitu
permainan gelembung warna.
3) Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Kegiatan
pengembangan (RPP) sesuai dengan tema air,
udara, api yang akan di sajikan dalam proses
kegiatan pengembangan
4) Mempersiapkan lembar kerja siswa

b) Pelaksanaan (acting)
1) Pendahuluan
Penyajian kelas diawali dengan pendahuluan,
dimana guru memaparkan tema air, udara api. Guru
memaparkan sub tema udara dan menyebutkan kata udara
bersama-sama. Guru menuliskan kata udara di papan
tulis, guru dan murid mengenal kata udara.
2) Kegiatan pengembangan inti
Guru memaparkan permainan sains yang akan
dilakukan yaitu gelembung warna. Guru memperagakan
di depan anak lalu memberikan kesempatan kepada anak
untuk memperagakan yang guru lakukan.
3) Kegiatan penutup
Kegiatan ini di akhiri dengan menyimpulkan hasil
kegiatan pengembangan hari ini.

c) Pengamatan (observing)
Observasi pada siklus 2 pertemuan 2 ini dilakukan
oleh guru sendiri. Pada observasi siklus 2 pertemuan 2
ini nantinya akan menjadikan bahan penentu pada tahap
refleksi

d) Refleksi
Pada tahap ini, refleksi merupakan suatu kegiatan
untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan.
Setelah dilakukan refleksi atau perenungan yang
mencakup analisis, sintesis dan penilaian terhadap hasil
pengamatan terhadap proses serta hasil belajar mengajar
tadi, biasanya akan muncul permasalahan atau pemikiran
baru yang mendapat perhatian, sehingga dapat membuat
rencana/perencanaan yang baru, atau apakah dengan
kegiatan 2 siklus ini sudah dinyatakan berhasil atau
belum.

C. Desain Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan penelitian
tindakan yang dikembangkan oleh “Kemmis dan Mc Taggart
(dalam H. Sujati, 2000: 24)”. Dalam perencanaan Kemmis dan Mc
Taggart menggunakan siklus sistem spiral.

Masing-masing siklus terdiri dari tiga komponen, yaitu


perencanaan,tindakan, observasi, serta refleksi.

1. Perencanaan
Membuat rencana kegiatan penelitian dan Rencana
Kegiatan Harian(RKH). RKH ini akan digunakan sebagai
pedoman guru dalam melakukan kegiatan pengembangan di
kelas. Selanjutnya mempersiapkan lembar observasi
tentang peningkatan kognitif anak melalui permainan
sains, mempersiapkan media kegiatan pengembangan yang
akan digunakan, dan alat untuk dokumentasi.
2. Tindakan dan Observasi
Tindakan dilakukan berdasarkan rencana kegiatan yang
telah dibuat yaitu RKH yang dalam pelaksanaannya
bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-
perubahan. Selama proses kegiatan pengembangan
berlangsung, guru melaksanakan kegiatan mengajar sesuai
dengan RKH yang telah dibuat.Peneliti mengamati
aktivitas anak dalam mengikuti proses kegiatan
pengembangan yang berhubungan dengan permainan sains.
Observasi dilaksanakan menggunakan lembar observasi
yang telah dibuat dan dilakukan selama proses kegiatan
pengembangan berlangsung. Observasi dilakukan untuk
melihat perkembangan kognitif anak secara langsung
melalui permainan sains. Observasi dilakukan oleh peneliti
dan teman sejawat.

D. Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data
penelitian. Penelitian ini menggunakan dua metode pengumpulan
data yaitu observasi dan dokumentasi.
1. Observasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 133), observasi
adalah pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan
perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan
seluruh alat indera. Penggunaan observasi bertujuan
menggambarkan keadaan ruang, peralatan, pelaku, dan
juga aktivitas sosial yang sedang berlangsung. Observasi
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk
memperoleh data tentang proses kegiatan pengembangan
melalui pengamatan secara langsung dalam proses
kegiatan pengembangan. Dalam melakukan observasi,
peneliti berpedoman pada lembar observasi yang telah
dibuat sebagai instrumen. Peneliti menggunakan pedoman
observasi agar dapat melakukan observasi dengan lebih
terarah sehingga data yang diperoleh akan lebih mudah
untuk diolah. Melalui lembar observasi, peneliti dapat
mencatat segala aktivitas yang terjadi selama proses
kegiatan pengembangan. Adapun kisi-kisi observasi
ditampilkan dalam Tabel 3 sebagai berikut:
KISI-KISI LEMBAR OBSERVASI KEMAMPUAN
KOGNITIF ANAK USIA 5-6 TAHUN

No Indicator Sub Indikator It J


em ml
1 Mengklasifikasikan - Mampu memilih 1 2
benda berdasarkan benda-benda
fungsinya sesuai dengan
kegunaannya 1
- Menyebutkan
nama-nama benda
yang digunakan
\ Menunjukkan - Anak mampu 1 2
2 kegiatan yang mengikuti dan
bersifat eksploratif menirukan
dan menyelidik kegiatan
permainan sains 1
yang diarahkan
pendidik
- Anak mampu
meneliti secara
mandiri proses
eksperimen
\ Menyusun - Anak mampu 1 2
3 perencanaan bekerja sama
kegiatan yang akan dengan temannya
dilakukan bersama dalam 1
teman-teman melaksanakan
tugasnya
- Anak mampu
mempersiapkan
segala kebutuhan
yang akan
digunakan dalam
kegiatan bersama
teman-teman
4 Menyebutkan - Anak mampu 1 2
lambang bilangan menghitung
1-10 berapa alat yang
digunakan 1
- Anak mampu
mengukur berapa
jumlah yang
dibutuhkan
\ Memecahkan - Anak mampu 1 2
5 masalah sederhana menyelesaikan
tugas dan masalah
sederhana 1
- Dan dapat
mengungkapkan
ide-ide baru
Hasil dari observasi akan dikategorikan ke dalam kriteria
berupa persentase kesesuaian (SuharsimiArikunto, 2010: 44),
yaitu:
1) Kesesuaian kriteria (%) : 0-25 = Kurang (BB)
2) Kesesuaian kriteria (%) : 26-50 = Cukup(MB)
3) Kesesuaian kriteria (%) : 51-75 = Baik(BSH)
4) Kesesuaian kriteria (%) : 76-100 = Sangat Baik(BSB)

2. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang
sudah berlalu, bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-
karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2009: 329).
Dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang
diperoleh peneliti selama masa observasi dan memberikan
gambaran konkret tentang keterampilan sains anak.
Dokumen yang digunakan berupa RKH dan apa saja yang
berkaitan dengan penelitian. Lembar observasi dan daftar
isi dokumentasi dapat dilihat pada Lampiran.

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Hasil Observasi Kemampuan Awal Anak Sebelum Tindakan
Kegiatan awal yang dilakukan peneliti sebelum mengadakan
penelitian adalah mengetahui kemampuan awal anak sebelum
tindakan dilaksanakan. Observasi dilakukan pada tanggal 9 Mei
2022. Kegiatan pengembangan yang diberikan oleh guru dalam
bidang kognitif khususnya keterampilan proses sains sebelum
tindakan yaitu menggunakan metode pemberian tugas. Metode
tersebut belum dapat meningkatkan kognitif anak secara
keseluruhan. Sehingga dari hasil observasi yang dilakukan,
dapat diketahui bahwa keterampilan proses sains anak masih
rendah. Adapun rekapitulasi dari data kemampuan kognitif
dapat dilihat pada tabel berikut ini.

No Kriteria Jumlah Presentase


anak
1 Sangat Baik(BSB) 0 0%
2 Baik(BSH) 4 33%
3 Cukup(MB) 3 25%
4 Kurang (BB) 5 42%
Dari rekapitulasi kemampuan kognitif di atas diperoleh data
bahwa 5 orang anak masuk dalam kriteria Kurang(BB), 3 anak
masuk dalam kriteria Cukup(MB), 4 anak masuk dalam kriteria
Baik(BSH), dan tidak adanya siswa dalam kategori Sangat
Baik(BSB). Hal itu menunjukkan bahwa kemampuan kognitif
anak masih rendah. Dari satu kelas sebanyak 8 orang atau
67% dari jumlah keseluruhan anak menunjukkan kategori belum
tuntas. Selain itu dari 12 anak, baru 4 anak yang memiliki
kemampuan kognitif yang lebih baik dibandingkan dengan anak
yang lain.
Dari hasil observasi, rendahnya kemampuan kognitif anak di
TK Tunas Harapan Bangsa dikarenakan aktivitas kegiatan
pengembangan yang masih terpusat pada guru dan bersifat
monoton serta metode kegiatan pengembangan yang diberikan
oleh guru adalah mengerjakan LKA, menggunting, dan
mewarnai. Hal ini tentunya dapat mengurangi kesempatan anak
untuk belajar aktif dan melakukan eksplorasi terutama untuk
meningkatkan kemampuan kognitifnya. Selain itu, kegiatan
yang kurang bervariasi menjadikan proses kegiatan
pengembangan kurang menarik bagi anak, sehingga membuat
beberapa anak tidak mau menyelesaikan tugas yang diberikan.
Berdasarkan data di atas, peneliti menemukan beberapa
permasalahan yang kemudian permasalahan tersebut akan
dijadikan refleksi untuk menentukan perencanaan dalam
kegiatan pengembangan pada Siklus I. Adapun permasalahan
yang ditemukan yaitu kegiatan pengembangan yang diterapkan
terlihat monoton atau kurang bervariatif yang membuat anak
kurang tertarik untuk melakukan kegiatan, kurangnya
kesempatan yang diberikan kepada anak untuk melakukan
percobaan sehingga membuat anak cenderung kurang aktif, dan
kegiatan yang diberikan belum dapat mengembangkan aspek
kognitif anak secara keseluruhan. Dari permasalahan yang
terjadi tersebut, maka diperlukan tindakan untuk meningkatkan
kemampuan kognitif anak.
Berdasarkan hasil pengamatan awal, maka disepakati
tindakan yang akan dilakukan oleh peneliti adalah dengan
menggunakan metode permainan sains. Melalui metode ini
diharapkan dapat memberikan peningkatan dalam kemampuan
kogitif anak di TK Tunas Harapan bangsa.

2. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus


a. Perencanaan
Pelaksanaan penelitian di TK Tunas Harapan Bangsa
dilaksanakan dalam dua siklus. Masing-masing siklus
dilaksanakan dalam dua pertemuan. Adapun tahap
perencanaan pada Siklus I meliputi kegiatan sebagai
berikut:
1) Melakukan koordinasi dengan teman sejawat
(supervisor 2) untuk menetapkan pelaksanaan
penelitian tindakan kelas Siklus I, yaitu hari Senin, 16
Mei 2022 dan Rabu, 18 Mei 2022.
2) Peneliti bersama supervisor 2 merencanakan dan
menyusun RKH (Rencana Kegiatan Harian) yang akan
digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan
pengembangan, terutama metode permainan sains.
Kegiatan pengembangan pada Siklus I meliputi
kegiatan permainan air yang meresap dan permainan
pencampuran warna.
3) Peneliti mempersiapkan segala kelengkapan berupa
alat dan bahan yang akan digunakan selama proses
kegiatan berlangsung.
4) Peneliti mempersiapkan lembar observasi untuk
melihat peningkatan keterampilan proses sains anak
dan mempersiapkan alat untuk mendokumentasikan
kegiatan pengembangan, seperti kamera.

b. Tindakan
1) Pertemuan Pertama Siklus I
Pertemuan Pertama pada tindakan Siklus I dilaksanakan
pada hari Senin, 16 Mei 2022, yang berlangsung dari pukul
08.00-10.30 WIB. Tema kegiatan pengembangan yang akan
disampaikan yaitu air, udara, api sub tema air dan kegiatan
sains yang akan dilakukan yaitu permainan air yang meresap.
Adapun kegiatan dalam proses kegiatan pengembangan
sebagai berikut:

a) Kegiatan sebelum masuk kelas


Semua anak berkumpul di halaman sekolah. Guru
memberikan aba-aba berbaris kepada semua anak. Setiap anak
berbaris sesuai kelasnya masing-masing. Guru memimpin
barisan dan meminta anak menyanyikan lagu sesuai arahan
guru. Anak-anak sangat antusias dalam bernyanyi, walaupun
ada beberapa anak yang hanya diam saja atau bercanda
dengan teman di sebelahnya. Kegiatan baris-berbaris diakhiri
dengan membaca ikrar sekolah. Setelah itu guru memberikan
aba-aba kepada anak untuk masuk ke kelas masing-masing.

b) Kegiatan awal
Dalam kegiatan awal guru meminta anak duduk
membentuk lingkaran lalu membuka kegiatan pengembangan
dengan membaca doa sebelum belajar. Selanjutnya guru
memberikan pertanyaan kepada anak “Sekarang hari apa?”,
“Tanggal berapa?”, dan “Tahun berapa?” seperti biasanya.
Selanjutnya guru mengajak anak untuk bercakap-cakap
tentang tema hari ini yaitu air, udara dan api sub tema air.
Guru memberikan pertanyaan kepada anak “Apa itu air?” dan
“Apa saja manfaat air?”. Anak-anak mengungkapkan
pendapatnya. Guru menjelaskan tentang air dan manfaat air
serta penciptanya.

c) Kegiatan inti
Kegiatan inti dimulai dengan menginformasikan kegiatan
yang akan dilakukan oleh anak. Kegiatan di sentra bahan
alam inilah yang akan dijadikan tindakan oleh peneliti. Guru
memberikan petunjuk kepada anak tentang kegiatan yang akan
mereka lakukan. Kegiatan yang akan dilakukan yaitu
permainan air yang meresap. Guru menjelaskan bahan-bahan
yang akan digunakan. Bahan yang akan digunakan yaitu
kapas, kayu, kain, batu, karet, daun talas, dan satu mangkuk
air. Selanjutnya guru memberikan pertanyaan kepada anak
tentang benda apa saja yang bisa meresap dan benda yang
tidak bisa meresap air. Hanya beberapa anak yang mencoba
menjawab pertanyaan guru. Sedangkan sebagian besar anak
tidak menjawab karena masih bingung. Setelah itu guru
mempraktekkan bagaimana cara bermainnya. Awalnya anak
terlihat bingung dengan bahan-bahan yang ia lihat namun
setelah guru mempraktekkan dengan memasukkan benda satu
persatu ke dalam air, telihat anak penasaran dan ingin
mencoba melakukannya. Selanjutnya guru memberikan
kesempatan kepada anak untuk melakukannya. Beberapa anak
terlihat bingung membedakan kayu apakah bisa meresap atau
tidak. Disamping itu masih banyak anak yang masih malu
untuk mengungkapkan pendapatnya dan hanya diam saat
ditanya.
Anak yang sudah selesai melakukan kegiatan permainan
sains di persilahkan melanjutkan kegiatan di sentra bahan
alam sesuai RPPH yang telah di susun. Setelah semua
kegiatan selesai dilakukan anak istirahat, boleh bermain di
dalam maupun di luar kelas atau makan bekal yang dibawa.

d) Kegiatan akhir
Pada tahap ini guru memberi pujian kepada anak yang
mampu mengerjakan seluruh kegiatan. Selanjutnya guru
melakukan tanya jawab dan mengulas kegiatan yang
dilakukan. Untuk kegiatan permainan air yang meresap guru
mengevaluasi dengan memberikan pertanyaan kepada anak
tentang benda yang bisa meresap dan benda yang tidak
meresap. Lalu guru memberikan kesimpulan tentang mengapa
benda tersebut bisa meresap. Dari evaluasi tersebut dapat
dilihat kemampuan anak dalam menyerap kegiatan permainan
air yang meresap yang dilakukan dengan metode permainan
sains.
Pertemuan pertama tindakan siklus I dengan metode
permainan sains berjalan dengan baik, meskipun pada
awalnya banyak anak yang malu-malu. Sebelum menutup
kegiatan pengembangan, guru mengajak anak menyanyikan
lagu di obok-obok´Kegiatan dilanjutkan dengan berdoa untuk
pulang yang dipimpin oleh guru.

2) Pertemuan Kedua Siklus I


Pertemuan Kedua pada tindakan Siklus I dilaksanakan
pada hari Rabu, 25 Mei 2022, yang berlangsung dari pukul
08.00-10.30 WIB. Tema kegiatan pengembangan yang akan
disampaikan yaitu air udara dan api subtema air. Kegiatan
sains yang akan dilakukan yaitu permainan pencampuran
warna. Adapun kegiatan dalam proses kegiatan pengembangan
sebagai berikut:

a) Kegiatan sebelum masuk kelas


Semua anak berkumpul dihalaman sekolah. Guru
memberikan aba-aba berbaris kepada semua anak. Setiap anak
berbaris sesuai kelasnya masing-masing. Guru memimpin
barisan dan meminta anak menyanyikan lagu sesuai arahan
guru. Anak-anak sangat antusias dalam bernyanyi, walaupun
ada beberapa anak yang hanya diam saja atau bercanda
dengan teman di sebelahnya. Kegiatan baris-berbaris diakhiri
dengan membaca ikrar sekolah. Setelah itu guru memberikan
aba-aba kepada anak untuk masuk ke kelas masing-masing.

b) Kegiatan awal
Dalam kegiatan awal guru meminta anak duduk
membentuk lingkaran lalu memberikan pertanyaan kepada
anak “Sekarang hari apa?”, “Tanggal berapa?”, dan “Tahun
berapa?” seperti biasanya. Selanjutnya guru mengajak anak
untuk bercakap-cakap tentang tema hari ini yaitu air, udara
dan api sub tema air. Guru memberikan pertanyaan kepada
anak “Apa itu air?” dan “Apa saja manfaat air?”. Anak-anak
mengungkapkan pendapatnya. Guru menjelaskan tentang air
dan manfaat air serta penciptanya.

b) Kegiatan inti
Kegiatan inti dimulai dengan menginformasikan kegiatan
yang akan dilakukan oleh anak. Kegiatan di sentra bahan
alam inilah yang akan dijadikan tindakan oleh peneliti. Pada
kegiatan permainan sains kegiatan yang dilakukan yaitu
permainan pencampuran warna. Guru terlebih dahulu
memberikan pertanyaan kepada anak tentang macam-macam
warna, dan mengajak anak melakukan prediksi warna apa
yang dihasilkan dari pencampuran warna yaitu merah-kuning,
merah-biru, kuning-biru, dan merah-kuning-biru. Hanya ada
beberapa anak yang mencoba menjawab pertanyaan dari guru,
sedangkan sebagian besar anak tidak menjawab karena masih
bingung. Selanjutnya guru memberi kesempatan kepada anak
untuk mencoba sendiri kegiatan mencampur warna. Guru
memanggil nama anak sesuai urutan absen. Dalam kegiatan
tersebut terlihat anak-anak sangat antusias untuk melakukan
kegiatan mencampur warna karena mereka benar-benar
melakukan sendiri, mengamati proses, dan melihat hasilnya.
Pada waktu anak sedang melakukan kegiatan mencampur
warna, peneliti dan teman sejawat memberi arahan kepada
anak warna apa saja yang harus dicampur dan bertanya
kepada anak warna apa yang dihasilkan dari pencampuran
warna tersebut. Sebagian anak bingung membedakan warna
merah dan oranye. Disamping itu masih banyak anak yang
masih malu untuk mengungkapkan pendapatnya dan hanya
diam saat ditanya. Anak yang sudah selesai melakukan
kegiatan permainan sains diperbolehkan untuk melanjutkan
kegiatan pengembangan di sentra bahan alam sesuai dengan
RPPH yang telah di susun di area lain. Setelah semua
kegiatan selesai dilakukan anak istirahat, boleh bermain di
dalammaupun di luar kelas atau makan bekal yang dibawa.

c) Kegiatan akhir
Pada tahap ini guru memberi pujian kepada anak yang
mampu mengerjakan seluruh kegiatan. Selanjutnya guru
melakukan tanya jawab dan mengulas kegiatan yang
dilakukan. Untuk kegiatan permainan sains guru
mengevaluasi dengan memberikan pertanyaan kepada anak
tentang warna baru yang dihasilkan, apa saja warna primer
dan warna sekunder. Berdasarkan evaluasi tersebut dapat
dilihat kemampuan anak dalam menyerap kegiatan mencampur
warna yang dilakukan dengan metode permainan.
Pertemuan kedua tindakan siklus 1 dengan metode
permainan sains berjalan dengan baik, meskipun pada
awalnya banyak anak yang berebut dalam melakukan kegiatan
tersebut. Sebelum menutup kegiatan pengembangan, guru
mengajak anak menyanyikan lagu “di obok-obok”. Kegiatan
dilanjutkan dengan berdoa untuk pulang yang dipimpin oleh
guru.

c. Observasi
Tahap selanjutnya dari penelitian tindakan kelas ini
adalah observasi. Observasi pada anak Kelompok B TK Tunas
Harapan Bangsa pada Siklus I dirangkum melalui dua kali
pertemuan. Observasi yang dilakukan melalui metode
permainan sains yaitu kegiatan permainan air yang meresap
dan permainan pencampuran warna. Anak-anak terlihat
antusias dalam mengikuti kegiatan dengan metode permainan
sains, hal ini terlihat dari keinginan mereka untuk dapat
mengerjakan kegiatan tersebut. Selain itu juga dilihat dari
rasa penasaran anak yang bertanya kepada guru kegiatan
apalagi yang akan mereka lakukan besok. Aspek keterampilan
proses sains yang di observasi meliputi: perencanaan
kegiatan, aktivitas eksploratif dan menyelidik, klasifikasi,
sebab-akibat, pemecahan masalah, dan inisiatif.

No Kriteria Jumlah anak Presentase


1 Sangat Baik(BSB) 1 8%
2 Baik(BSH) 4 33%
3 Cukup(MB) 4 33%
4 Kurang (BB) 3 25%

Dari rekapitulasi data tersebut dapat dikatakan bahwa


ketercapaian pada akhir Siklus I menunjukkan bahwa kriteria
Kurang (BB) sebanyak 3 anak, kriteria Cukup (MB) sebanyak
4 anak, kriteria Baik(BSH) sebanyak 4 anak, dan kriteria
Sangat Baik(BSB) sebanyak 1 anak.
Berdasarkan hasil yang dicapai pada tindakan Siklus I,
dapat diketahui adanya peningkatan kognitif anak antara
sebelum tindakan dan sesudah tindakan Siklus I. upaya
meningkatkan kognitif anak melalui metode permainan sains
dari keadaan awal di mana 5 anak masuk dalam kriteria
Kurang(BB) menjadi 3 anak, kriteria Cukup(MB) awalnya 3
anak menjadi 4 anak , kriteria Baik(BSH) tetap 4 anak, dan
kriteria Sangat Baik(BSB) menjadi 1 anak. Peningkatan
tersebut disajikan melalui Tabel di bawah ini :
No Kriteria Sebelum tindakan Siklus 1
Jumlah presentase Jumlah Presentase
anak anak
1 Sangat 0 0% 1 8%
baik(BSB)
2 Baik 4 33% 4 33%
(BSH)
3 Cukup 3 25% 4 33%
(MB)
4 Kurang 5 42% 3 25%
(BB)

3 SEBELUM TINDAKAN
SIKLUS 1
2

0
BB MB BSH BSB

d. Refleksi
Refleksi pada Siklus I dilakukan pada akhir siklus oleh
peneliti supervisor 2. Refleksi dimaksudkan untuk membahas
kendala atau masalah yang dialami selama pelaksanaan Siklus
I. Kegiatan refleksi yang dilakukan nantinya akan dijadikan
masukan pada perencanaan siklus selanjutnya. Berdasarkan
hasil tindakan pada Siklus I, dapat diketahui bahwa
kemampuan kognitif anak melalui metode permainan sains
sudah mengalami peningkatan dibandingkan sebelum
tindakan. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase yang
dicapai oleh anak.
Dari hasil pengamatan dan diskusi yang dilakukan oleh
peneliti dan supervisor 2, hal-hal yang menjadi hambatan atau
kendala pada tindakan Siklus I,antara lain sebagai berikut:
1) Tidak adanya pembagian kelompok yang jelas sehingga
anak sering berebut satu sama lain.
2) Anak kurang aktif dalam menjawab pertanyan guru.
3) Anak kurang berani atau masih malu dalam
mengungkapkan pendapatnya.
4) Anak yang memiliki keterampilan proses sains dalam
kriteria baik masih mendominasi atau keterampilan anak di
dalam kelas belum merata.
5) Kegiatan yang dilakukan dalam satu hari terlalu banyak
yaitu empat kegiatan, sehingga sebagian besar anak
terlihat kurang maksimal dalam mengerjakan.
6) Guru kurang jelas dalam memberikan contoh dalam
kegiatan pengembangan, dan lebig memberi penjelasan.
Sehingga anak kurang memahami apa yang disampaikan
guru.
Berdasarkan hasil refleksi pada tindakan Siklus I,
kemampuan anak dalam meningkatkan kemampuan kognitif
melalui metode permainan sains sudah mengalami
peningkatan. Akan tetapi, peningkatan tersebut belum
mencapai indicator keberhasilan yang telah ditetapkan
yaitu 70% atau 9 anak dari 12 anak termasuk dalam
kriteria baik dan sangat baik dan hasil yang diperoleh pada
Siklus I baru 42% atau 5 anak yang termasuk dalam
kriteria tuntas. Oleh karena itu, kemampuan kognitif anak
pada Kelompok B Tk Tunas Harapan Bangsa melalui
metode permainan sains perlu dilanjutkan pada tindakan
Siklus II. Selain itu juga perlu adanya perbaikan terhadap
hambatan yang ditemukan pada Siklus I.
Adapun langkah-langkah perbaikan yang dilaksanakan
adalah sebagaiberikut:
1. Guru membagi anak menjadi 4 kelompok, masing-
masing kelompok terdiri dari 3 anak. Guru membuat
undian untuk menentukan urutan dalam melakukan
kegiatan sains. Anak melakukan percobaan sesuai
urutan kelompoknya dan wajib mengikuti aturan
tersebut.
2. Guru memberikan motivasi dan penguatan kepada anak,
agar anak lebih berani dalam bicara dan mengungkapkan
pendapatnya. Selain itu guru juga dapat memberikan
reward agar anak lebih bersemangat dan termotivasi,
agar keterampilan proses sains anak dapat lebih merata.
3. Guru hanya memberikan tiga kegiatan untuk proses
kegiatan pengembangan dalam satu hari. Sehingga anak
memiliki waktu yang lebih banyak untuk melakukan
percobaan dan tugas yang lain dapat dikerjakan dengan
optimal.
4. Guru memberikan penjelasan dan juga contoh kepada
anak tentang langkah-langkah mengerjakan dan
penggunaan alat dalam percobaan. Hal ini perlu
dilakukan agar anak lebih memahami apa yang
disampaikan oleh guru.

Berdasarkan pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan


pada Siklus I, maka dirumuskan hipotesis tindakan sebagai
berikut “Metode permainan sains dapat meningkatkan kognitif
anak dengan pemberian motivasi dan bimbingan pada anak
kelompok B TK Tunas Harapan Bangsa”.

3. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus II


a. Perencanaan
Pada Siklus II perbaikan perlu dilakukan karena
pelaksanaan tindakan pada Siklus I dirasa masih banyak
kekurangan. Dengan adanya refleksi pada Siklus I,
diharapkan dapat memberikan perubahan pada proses kegiatan
pengembangan dan hasil Siklus II menjadi lebih baik.
Pelaksanaan kegiatan pada Siklus II berbeda dengan Siklus I.
Pada Siklus II, kegiatan yang dilakukan adalah bermain
terapungl tenggelam dan bermain gelembung warna . Adapun
tahap perencanaan pada Siklus 2 meliputi kegiatan sebagai
berikut:
1) Peneliti bersama supervior 2 menetapkan waktu
pelaksanaan penelitian tindakan kelas Siklus II, yaitu hari
Senin, 23 Mei 2022 dan Rabu, 25 Mei 2022.
2) Peneliti bersama supervisor 2 merencanakan dan menyusun
RKH (Rencana Kegiatan Harian) yang akan digunakan
sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan,
terutama metode permainan sains. Kegiatan pengembangan
pada Siklus II meliputi kegiatan bermain terapung
tenggelam dan bermain gelembung warna.
3) Peneliti mempersiapkan segala kelengkapan berupa alat
dan bahan yang akan digunakan selama proses kegiatan
berlangsung.
4) Peneliti mempersiapkan lembar observasi untuk melihat
peningkatan kognitif anak dalam permainan sains dan
mempersiapkan alat untuk mendokumentasikan kegiatan
kegiatan pengembangan, seperti kamera.

b. Tindakan
1. Siklus II Pertemuan Pertama
Pertemuan Pertama pada tindakan Siklus II dilaksanakan
pada hari Senin, 23 Mei 2022, yang berlangsung dari pukul
08.00 - 10.30 WIB. Tema kegiatan pengembangan yang akan
disampaikan yaitu air, udara, api sub tema udara dan kegiatan
sains yang akan dilakukan yaitu tenggelam terapung. Adapun
kegiatan dalam proses kegiatan pengembangan sebagai
berikut:
a) Kegiatan sebelum masuk kelas
Semua anak berkumpul di halaman sekolah untuk
melaksanakan upacara. Guru memilih anak untuk menjadi
petugas upacara. Anak yang menjadi pemimpin upacara
memberikan aba-aba berbaris kepada semua anak. Setiap anak
berbaris sesuai kelasnya masing-masing. Saat mengikuti
upacara, beberapa anak terlihat bercanda dengan teman
disebelahnya. Setelah upacara selesai anak-anak
diperkenankan untuk masuk ke kelas masing-masing.

b) Kegiatan Awal
Sebelum kegiatan dimulai seluruh anak duduk di atas
tikar. Kegiatan dimulai dengan berdoa sebelum belajar yang
dipimpin oleh guru, selanjutnya guru mengucap salam dan
anak menjawab salam dari guru. Kemudian guru mengajak
anak untuk menyanyikan beberapa lagu dan melakukan
presensi seperti biasa. Setelah selesai anak melakukan
aktivitas motorik yaitu menggerakkan tangan bersama-sama.
Selanjutnya guru mengajak anak untuk bercakap-cakap
tentang tema hari ini yaitu tentang air, udara, api sub tema
udara.

c) Kegiatan Inti
Kegiatan inti dimulai dengan menginformasikan kegiatan
yang akan dilakukan oleh anak. Kegiatan hari ini berbeda
dengan hari sebelumnya, guru hanya memberikan tiga
kegiatan dari sebelumnya empat kegiatan. Hal itu dilakukan
untuk mengoptimalkan tugas anak seperti yang telah
direncanakan pada refleksi Siklus I. Kegiatan yang telah
disediakan guru yaitu bermain timbul tenggelam. Agar anak
tidak saling berebut untuk mengerjakan di permainan sains,
kali ini sebelum melakukan kegiatan guru membagi anak
menjadi tiga kelompok. Setiap kelompok berisi 4 anak. Guru
akan memanggil anak sesuai dengan urutan kelompoknya.
Sebelum kegiatan guru memberikan petunjuk kepada anak
tentang kegiatan yang mereka lakukan. Sebelum guru
membagikan kegiatan, guru mengajak anak melakukan
prediksi tentang benda apa saja yang timbul dan tenggelam
saat dimasukkan ke dalam air. Guru memberikan penguatan
positif seperti “anak pintar” dan “hebat” kepada anak yang
aktif menjawab. Anak senang sekali dengan pujian yang
diberikan oleh guru. Guru juga menjelaskan seperti apakah
saat benda dikatakan terapung dan tenggelam. Agar anak
menjadi lebih bersemangat dan termotivasi, di samping
memberikan penguatan hari ini guru akan memberikan
reward kepada anak yang aktif dan melaksakan tugas dengan
baik. Anak-anak terlihat penasaran reward apa yang akan
mereka peroleh. Selanjutnya guru juga memberikan contoh
dengan memasukkan benda ke dalam air. Anak-anak harus
memasukkan benda-benda ujicoba pada wadah berisi air
kemudian melihat reaksi yang ditimbulkan. Selesai memberi
contoh guru mempersilakan anak untuk mencoba sendiri
dengan urutan kelompok yang telah ditetapkan.
Pada Pertemuan Pertama ini, terlihat anak sudah tertib
dalam melakukan kegiatan. Mereka sudah melaksanakannya
sesuai urutan yang ditetapkan oleh guru. Anak mulai
melakukan percobaan dengan memasukkan satu per satu
benda yang digunakan dalam uji coba ke dalam wadah berisi
air. Mereka mengamati apa yang terjadi setelah benda
dimasukkan. Apakah benda tersebut tenggelam atau
terapung. Setelah semua benda diuji coba, mereka
mengelompokkan benda apa saja yang tenggelam dan apa
saja yang terapung. Anak-anak terlihat mencari benda-benda
lain untuk dimasukkan ke dalam wadah, seperti: plastik,
pensil,sedotan, dan gunting.
Selanjutnya guru memberikan tantangan kepada anak
untuk membuat benda yang tenggelam pada air yaitu
plastisin menjadi terapung. Anak-anak berpikir bagaimana
cara untuk melakukannya. Guru memberikan bantuan kepada
anak dengan memperlihatkan reaksi mangkok plastik saat
dimasukkan ke dalamair. Beberapa anak mengerti bahwa
mereka harus merubah plastisin menjadi bentuk seperti
mangkok. Ada juga anak yang meletakkan plastisin tersebut
di atas mangkok. Selain itu, guru juga menyuruh anak yang
berhasil membuat plastisin terapung menjadikannya
tenggelam kembali. Beberapa anak langsung meremas
plastisin menjadi bentuk semula, ada juga yang memasukkan
kerikil ke dalam plastisin yang berbentuk seperti mangkok
sehingga membuatnya tenggelam. Sementara itu, ada anak
yang membuat daun dari terapung menjadi tenggelam dengan
cara menindihnya menggunakan plastisin. Berbagai cara
dilakukan oleh anak untuk memecahkan permasalahan yang
diberikan oleh guru dalam percobaan. Anak yang berhasil
melakukannya terlihat senang dan puas. Walaupun begitu,
masih terdapat beberapa anak yang belum mampu
melakukannya. Setelah semua kegiatan selesai dilakukan
anak diperbolehkan untuk istirahat. Anak dapat bermain di
dalam maupun di luar kelas atau makan bekal yang mereka
bawa.

d) Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir guru memberi pujian kepada anak
yang mampu mengerjakan seluruh kegiatan. Selanjutnya
guru melakukan tanya jawab dan mengulas kegiatan yang
dilakukan. Untuk kegiatan yang dilakukan dalam permainan
sains,seperti pada siklus sebelumnya guru mengevaluasi
dengan memberikan pertanyaan kepada anak tentang benda
yang terapung dan tidak terapung pada air, mengapa benda
tersebut bisa terapung dan tidak terapung. Dari evaluasi
tersebut dapat dilihat kemampuan anak dalam mengingat dan
menyerap kegiatan bermain tenggelam terapung yang
dilakukan dengan metode permainan sains.
Pertemuan Pertama Siklus II berjalan dengan baik dan
lebih lancar. Sebelum menutup kegiatan pengembangan,
guru mengajak anak bercakap-cakap tentang siapa yang
menciptakan air, udara, api. Kegiatan dilanjutkan dengan
berdoa untuk pulang yang dipimpin oleh guru.

2. Pertemuan Kedua Siklus II


Pertemuan Kedua Siklus II dilaksanakan pada hari
Rabu, 25 Mei 2022, yang berlangsung dari pukul 08.00 -
10.30 WIB. Tema kegiatan pengembangan yang akan
disampaikan yaitu air, udara, api sub tema udara.
Kegiatan pengembangan yang akan dilakukan yaitu
permainan gelembung warna. Adapun kegiatan dalam
proses kegiatan pengembangan sebagai berikut:
a) Kegiatan Sebelum Masuk Kelas
Semua anak berkumpul di halaman sekolah seperti
biasanya. Guru memberikan aba-aba berbaris kepada
semua anak. Setiap anak berbaris sesuai kelasnya masing-
masing. Guru memimpin barisan lalu mengajak anak
menyanyikan lagu anak-anak sesuai arahan guru, kegiatan
tersebut diakhiri dengan membaca ikrar sekolah. Anak
terlihat antusias saat bernyanyi bahkan ada yang sampai
berteriak. Setelah itu guru memberikan aba-aba kepada
anak untuk masuk ke kelas masing-masing.

b) Kegiatan Awal
Sebelum kegiatan dimulai seluruh anak duduk di atas
tikar. Kegiatan dimulai dengan berdoa sebelum belajar
yang dipimpin oleh guru, selanjutnya guru mengucap
salam dan anak menjawab salam dari guru. Selanjutnya
anak melakukan aktivitas motorik yaitu melompat dari
ketinggian 30-40 cm.Setelah itu anak mengucap syair
“udara”. Selanjutnya bercakap-cakap tentang sub tema
udara.

c) Kegiatan Inti
Kegiatan inti dimulai dengan menginformasikan
kepada anak tentang kegiatan yang akan mereka lakukan.
Seperti yang dilakukan pada Pertemuan Pertama, kali ini
guru juga memberikan tiga kegiatan pada anak. Kegiatan
yang telah disediakan guru yaitu permainan gelembung
warna. Sebelum melakukan kegiatan guru membagi anak
menjadi tiga kelompok. Setiap kelompok berisi 4 anak
yang berbeda dari pertemuan pertama. Guru akan
memanggil anak sesuai dengan urutan kelompoknya.
Sebelum kegiatan di mulai, guru memberikan petunjuk
kepada anak tentang kegiatan yang mereka lakukan.
Sebelum kegiatan permainan di mulai terlebih dahulu
menjelaskan alat dan bahan yang akan digunakan.
Selanjutnya guru memberikan kesempatan kepada anak
untu melakukan permainan trsebut sesuai kelompok yang
telah dibuat sebelumnya. Agar anak menjadi lebih
bersemangat dan termotivasi, di samping memberikan
penguatan hari ini guru akan memberikan reward kepada
anak yang aktif dan melaksakan tugas dengan baik. Anak-
anak terlihat penasaran reward apa yang akan mereka
peroleh. Selanjutnya guru juga memberikan contoh
membuat gelembung warna. Anak-anak harus
memasukkan bahan satu persatu lalu meniupnya secara
perlahan. Selesai memberi contoh guru mempersilakan
anak untuk mencoba sendiri sesuai dengan urutan
kelompok yang telah ditetapkan.
Pada Pertemuan Kedua ini, terlihat anak sudah tertib
dalam melakukan kegiatan. Mereka sudah
melaksanakannya sesuai urutan yang ditetapkan oleh
guru. Anak mulai melakukan permainan dengan
memasukkan bahan satu persatu. Mereka mengamati apa
yang terjadi setelah benda dimasukkan. Setelah semua
bahan tercampur, mereka meniup alat yang mereka buat
dengan semangat. Anak yang berhasil melakukannya
terlihat senang dan puas. Walaupun begitu, masih
terdapat beberapa anak yang belum mampu
melakukannya. Setelah semua kegiatan selesai dilakukan
anak diperbolehkan untuk istirahat. Anak dapat bermain
di dalam maupun di luar kelas atau makan bekal yang
mereka bawa.

d) Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir guru mengevaluasi kegiatan yang
telah dilakukan dan memberi pujian kepada anak yang
mampu mengerjakan seluruh kegiatan. Untuk kegiatan
permainan gelembung warna, seperti pada siklus
sebelumnya guru mengevaluasi dengan memberikan
pertanyaan kepada anak tentang benda apa saja yang
digunakan dalam kegiatan tersebut, bagaimana cara
bermainnya lalu menyimpulkan hasil kegiatan tersebut.
Evaluasi ini perlu dilakukan untuk melihat sejauh mana
kemampuan anak dalam mengingat dan menyerap kegiatan
percobaan gelembung warna yang dilakukan dengan
metode permainan sains.
Sebelum menutup kegiatan pengembangan, guru
memberikan reward kepada anak-anak seperti yang telah
dijanjikan. Anak-anak sangat senang mendapatkan hadiah
dari guru. Selanjutnya guru bercakap-cakap dengan anak
tentang membuang sampah pada tempatnya. Guru juga
berpesan kepada anak bahwa mereka harus lebih rajin
dalam belajar. Kegiatan dilanjutkan dengan berdoa untuk
pulang yang dipimpin oleh guru.
.

c. Observasi
Tahap ketiga dari penelitian tindakan kelas ini adalah
observasi. Observasi pada anak Kelompok B TK Tunas
Harapan Bangsa pada Siklus II juga dirangkum melalui dua
kali pertemuan. Observasi yang dilakukan melalui metode
permainan sains yaitu kegiatan bermain terapung tenggelam
dan permainan gelembung warna. Aspek keterampilan proses
sains yang diobservasi meliputi: perencanaan kegiatan,
aktivitas eksploratif dan menyelidik, klasifikasi, sebab-
akibat, pemecahan masalah, dan inisiatif. Dari hasil
observasi, keterampilan proses sains anak selama tindakan
Siklus II peningkatan yang sangat baik. Adapun rekapitulasi
dari data siklus 2

No Kriteria Jumlah anak Presentase


1 Sangat Baik(BSB) 5 42%
2 Baik(BSH) 5 42%
3 Cukup(MB) 2 16%
4 Kurang (BB) 0 0%

Dari rekapitulasi data tersebut dapat dikatakan bahwa


ketercapaian pada akhir Siklus II menunjukkan kriteria
Sangat Baik(BSB) sebanyak 5 anak, kriteria Baik(BSH)
sebanyak 5 anak, kriteria Cukup(MB) sebanyak 2 anak, dan
kriteria Kurang(BB) menjadi tidak ada. Berdasarkan hasil
yang dicapai pada tindakan Siklus II, dapat diketahui adanya
peningkatan kognitif anak antara sebelum tindakan, sesudah
tindakan Siklus I dan sesudah tindakan Siklus II.
Peningkatan kognitif anak melalui metode permainan
sains untuk kriteria Sangat Baik(BSB) pada keadaan awal
tidak ada, Siklus I sebanyak 1 anak, dan Siklus II meningkat
menjadi 5 anak. Kriteria Baik(BSH), keadaan awal 4, Siklus I
sebanyak 4 anak, dan Siklus II meningkat menjadi 5 anak.
Kriteria Cukup(MB) dengan keadaan awal 3 anak, Siklus I
menjadi 4 anak, dan Siklus II berkurang menjadi 2 anak.
Kriteria Kurang(BB) dengan keadaan awal 5 anak, pada
Siklus I berkurang menjadi 3 anak, dan Siklus II menjadi 0
anak.
No kriteria Siklus 1 Siklus 2
Jumlah presentase Jumlah presentase
anak anak
1 Sangat 1 8% 5 42%
baik(BSB)
2 Baik (BSH) 4 33% 5 42%
3 Cukup (MB) 4 33% 2 16%
4 Kurang 3 25% 0 0%
(BB)
6

3 SIKLUS 1
SIKLUS 2
2

0
BB MB BSH BSB

d. Refleksi
Refleksi pada Siklus II dilakukan pada akhir siklus oleh
peneliti dan supervisor 2. Hambatan-hambatan yang diperoleh
pada tindakan Siklus I sudah diatasi pada Siklus II. Kegiatan
berjalan dengan lancar dan anak-anak terlihat antusias dalam
mengikuti kegiatan yang diberikan karena dapat terlibat
secara langsung dalam kegiatan pengembangan sehingga tidak
hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Adapun masih
ditemukan satu atau dua anak yang masih belum memenuhi
kriteria dan aspek pemecahan masalah belum memenuhi
indikator keberhasilan, tetapi hal tersebut tidak menjadi
masalah disebabkan secara keseluruhan indicator
perkembangan kognitif anak sudah meningkat secara
signifikan melalui metode permainan sains pada anak
Kelompok B TK Tunas Harapan Bangsa.
Peningkatan kemampuan kognitif anak telah memenuhi
indikator yang ditetapkan, yaitu sebanyak 82,6% atau 10
anak dari 12 anak masuk dalam kriteria Baik(BSH) dan
Sangat Baik(BSB). Hal tersebut dapat dilihat dari persentase
yang dicapai oleh anak. Oleh karena itu penelitian dirasa
cukup dan dihentikan sampai Siklus II.

B. Pembahasan Hasil Penelitian


Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan sebelum
penelitian, peneliti melihat bahwa peningkatan kognitif anak
melalui kegiatan sains yang meliputi keterampilan dalam
mengklasifikasi benda, melakukan aktivitas eksploratif dan
menyelidik, melakukan perencanaan kegiatan, mengenal sebab-
akibat, memiliki inisiatif, dan memecahkan masalah masih rendah.
Hal itu dikarenakan aktivitas kegiatan pengembangan yang masih
terpusat pada guru dan konsep sains yang diajarkan pada anak
masih bersifat abstrak, dan sulit dipahami karena anak tidak
melakukannya secara langsung. Selain itu metode yang diberikan
oleh guru kurang bervariatif, guru lebih sering menggunakan
metode pemberian tugas menggunakan Lembar Kerja Anak (LKA)
dan majalah TK sehingga kurang menarik minat anak dan kurang
memberikan kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi. Oleh
karena itu peneliti berupaya melakukan tindakan untuk
meningkatkan konitif anak melalui metode permainan sains.
Dari hasil penelitian, di bawah ini akan diuraikan tentang
peningkatan perbaikan masing-masing anak.

Nilai Indicator pencapaian


No Nama anak
Pra Siklus 1 Siklus 1 Siklus 1 Siklus 2
sklus pertemuan pertemuan pertemuan pertemuan
1 2 2 2
1 Abinaya BB BB BB MB MB
Pranaja
2 Anisa Pratiwi BSH MB MB MB MB
3 Arsenio Lou BB MB MB BSH BSH
4 Bella BSH BSH BSH BSB BSB
Marisha
5 Deswita BB MB MB BSH BSH
Ciiang
6 Intan Fazira MB BB BB BSH BSH
7 Kyshia BB BB BB BSB BSB
Natalia
Ritonga
8 Micchelle BB BSH BSH BSH BSH
Clestina
9 Shelly MB MB MB BSH BSH
Freensia Tio
10 Skyron Wu MB BSH BSH BSB BSB
11 Very BSH BSH BSH BSB BSB
Suryanto
12 Siti BSH BSB BSB BSB BSB
Muthoharoh
Keterangan nilai indicator pencapaian :
BB : Belum Berkembang
MB : Mulai Berkembang
BSH : Berkembang Sesuai Harapan
BSB : Berkembang Sangat Baik

Perkembangan kognitif Abi, sebelum tindakan Belum


Berkembang(BB), setelah di lakukan tindakan siklus I masih
Belum Berkembang (BB), namun di siklus II meningkat
menjadi Mulai Berkembang (MB).
Perkembangan kognitif Anisa, sebelum tindakan Mulai
Berkembang (MB), pada siklus I Berkembang Sesuai Harapan
(BSH), dan siklus II Mulai Berkembang (MB).
Perkembangan kognitif Arsen, sebelum tindakan Beleum
Berkembang (BB), setelah dilakukan Siklua I (MB) dan
setelah tindakan siklus II menjadi Berkembang Sesuai
Harapan (BSH).
Perkembangan kognitif Bella, sebelum tindakan
Berkembang Sesuai Harapan (BSH), tindakan Siklus I
Berkembang Sesuai Harapan(BSH), dan setelah tindakan
siklus II menjadi Berkembang Sangat Baik(BSB).
Perkembangan kognitif Deswita, sebelum tindakan
Belum Berkembang(BB), setelah tindakan siklus I menjadi
Mulai Berkembang(MB), dan setelah siklus II menjadi
Berkembang Sesuai Harapan (BSH).
Perkembangan kognitif Intan, sebelum tindakan Mulai
Berkembang(MB), setelah tindakan siklus I menjadi Beleum
Berkembang (BB), dan setelah siklus II menjadi Berkembang
Sesuai Harapan(BSH).
Perkembangan kognitif Kysha, sebelum tindakan Belm
Berkembang (BB), setelah tindakan siklus I tetap Belum
Berkembang(BB), dan setelah siklus II menjadi Berkembang
Sesuai Harapan(BSH).
Perkembangan kognitif Micchelle, sebelum tindakan
Belum Berkembang (BB), setelah tindakan siklus I menjadi
Berkembang Sangat Baik(BSB), dan siklus II juga
Berkembang Sangat Baik(BSB).
Perkembangan kognitif Shelly, sebelum tindakan Mulai
Berkembang(MB), setelah tindakan siklus I tetap Muali
Berkembang(MB), setelah tindakan siklus II menjadi
Berkembang Sesuai Harapan(BSH).
Perkembangan kognitif Siti, sebeleum tindakan
Berkembang Sesuai Harapan(BSH), setelah tindakan siklus I
tetap Berkembang Sesuai Harapan(BSH), dan setelah
tindakan siklus II menjadi Berkembang Sangat Baik(BSB).
Perkembangan kognitif Very, sebelum tindakan
Berkembang Sesuai Harapan(BSH0, setelah tindakan siklus I
tetap Berkembang Sesuai Harapan(BSH), dan setelah
tindakan siklus II mningkat menjadi Berkembang Sangat
Baik(BSB).
Selanjutnya akan diuraikan peningkatan secara
keseluruhan. Pada kegiatan sebelum tindakan belum ada anak
yang masuk dalam kriteria Sangat Baik (BSB) dan 4 anak
masuk kategori Baik (BSH), dan sebanyak delapan anak
(66%) masuk dalam kriteria Cukup (MB) dan Kurang (BB).
Perkembangan kognitif anak kelompok B pada tindakan
Siklus I, sebanyak empat anak (33%) masuk dalam kriteria
Baik(BSH) dan satu anak (8%) masuk dalam kriteria Sangat
Baik(BSB). Jumlah keseluruhan anak yang mencapai indikator
keberhasilan yang ditetapkan oleh penulis sebanyak 9 anak
(75%). Dari hasil yang didapatkan pada tindakan Siklus I,
bahwa keterampilan proses sains anak melalui metode
permainan sains belum mencapai tingkat keberhasilan yang
telah ditetapkan oleh peneliti. Sehingga perlu dilanjutkan
pada tindakan Siklus II dengan melakukan perbaikan pada
hambatan yang ada pada Siklus I.
Perbaikan-perbaikan yang dilakukan untuk perbaikan
pada Siklus II yaitu:
1) Guru membagi anak menjadi lima kelompok, masing-
masing kelompok terdiridari 4-5 anak.
2) Guru memberikan motivasi dan penguatan kepada
anak, agaranak lebih berani dalam bicara dan
mengungkapkan pendapatnya. Selain itu gurujuga
dapat memberikan reward agar anak lebih bersemangat
dan termotivasi
3) Guru hanya memberikan tiga kegiatan untuk proses
kegiatan pengembangan dalam satu hari.Sehingga anak
memiliki waktu yang lebih banyak untuk melakukan
percobaandan tugas yang lain dapat dikerjakan dengan
optimal
4) Guru memberikanpenjelasan dan juga contoh kepada
anak tentang langkah-langkah mengerjakandan
penggunaan alat dalam percobaan, agar anak lebih
memahami apa yangdisampaikan oleh guru.

Setelah dilakukan perbaikan, hasil yang diperoleh


untuk meningkatkan kognitif anak pada Siklus II yaitu
sebanyak lima anak (42%) masuk dalam kriteria Sangat
Baik(BSB) dan lima anak (42%) masuk dalam kriteria
Baik(BSH). Jumlah keseluruhan anak yang kognitifnya
meningkat melalui metode permainan sains sebanyak 10
anak (80%). Sebagian besar anak sudah mengalami
peningkatan dan memenuhi indikator keberhasilan yang
ditetapkan oleh peneliti.
Pencapaian peningkatan keterampilan proses sains
anak dari hasil observasi sebelum tindakan, tindakan
Siklus I, dan Siklus II disajikan dalam Tabel di bwah ini:
Kriteria Prasiklus Siklus I Siklus II
Jumlah Presenta Jumlah Presenta Jumlah presenta
anak se anak se anak se
Sangat Baik 0 0% 1 8% 5 42%
(BSB)
Baik (BSH) 4 33% 4 33% 5 42%
Cukup (MB) 3 25% 4 33% 2 16%
Kurang(BB) 5 42% 3 25% 0 0%
6
5
4 PRA SIKLUS
3
SIKLUS I
2
1 SIKLUS II
0
BB MB BSH BSB
Dalam penelitian yang dilakukan melalui dua siklus dan
setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan, terlihat bahwa
metode permainan sains dapat meningkatkan kognitf anak
pada Kelompok B TK Tunas Harapan Bangsa. Peningkatan
tersebut dapat dibuktikan dari kriteria hasil belajar anak
sebelum tindakan dan sesudah tindakan, di mana setiap siklus
menunjukka npeningkatan. Penelitian dianggap sudah berhasil
dan dihentikan karena sebagian besar anak sudah mengalami
peningkatan sesuai dengan indikator keberhasilan yang
ditetapkan oleh peneliti.
Peningkatan kemampuan kognitif yang diperoleh dalam
penelitian ini adalah karena kegiatan pengembangan sains
yang diberikan menggunakan metode yang memberikan
kesempatan kepada anak untuk terlibat aktif dan berekplorasi
dengan kegiatan yang diberikan.
Kegiatan sains yang diberikan berupa kegiatan meresap
dan tidak meresap, mencampur warna, bermain terapung
tenggelam, dan bermain gelembung warna. Guru hanya
memberikan arahan dan bimbingan, sementara anak
mempraktikkan sendiri percobaannya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Slamet Suyanto (2008: 75)bahwa “anak dapat
mengamati apa yang terjadi pada benda-benda yang digunakan
untuk uji coba, membuktikan sendiri kebenaran dari prediksi
yang dilakukan, dan anak menggunakan pancainderanya untuk
mengenal berbagai gejala benda dan peristiwa”. Selain
melibatkan anak secara langsung dalam kegiatan
pengembangan, melalui metode perminan sains juga dapat
membantu anak memperoleh pengetahuan baru yang tahan
lama dan berkesan untuk anak.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditegaskan bahwa
penggunaan metode permainan sains dapat meningkatkan
kemampuan kognitif pada Kelompok B di TK Tunas Harapan
bangsa.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan,
maka diperoleh kesimpulan bahwa metode permainan sains dapat
meningkatkan kognitif anak pada Kelompok B di TK Tunas Harapan
bangsa. Peningkatan kemampuan kognitif tersebut dapat dilihat dari
persentase hasil data yang diperoleh di pra tindakan, Siklus I dan
Siklus II. Pada tahap pra tindakan sebagian besar anak masuk dalam
kriteria kurang, pada Siklus I kemampuan kognitif anak meningkat pada
kriteria Baik (BSH) dan Sangat Baik(BSB) sebanyak lima anak (42%)
dari jumlah total 12 anak. Pada tindakan siklus II meningkat menjadi 10
anak (83%) dari jumlah total 12 anak. Kegiatan pengembangan
dikatakan berhasil karena kemampuan kognitif anak meningkat lebih
dari 80% dari kondisi awal sebelum tindakan dan sesuai dengan
indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.
Kegiatan sains melalui metode permainan sains dapat melibatkan
anak secara aktif dengan melakukan sendiri proses dan melihat hasil
dari percobaan yang dilakukan. Cara meningkatkan keterampilan proses
sains dengan metode eksperimen adalah sebagai berikut:
1. Guru akan mengajak anak melakukan diskusi mengenai prosedur,
peralatan,dan bahan serta hal-hal yang perlu diamati selama
percobaan.
2. Guru mengajak anak melakukan prediksi dari percobaan yang
akandilakukan, selanjutnya memberikan penjelasan tentang
pelaksanaanpercobaan yang disertai contoh.
3. Anak mencoba mempraktikkan sendiri, melakukan pengamatan,
membuktikan kebenaran dari prediksi yang dilakukan, mengatasi
permasalahan yang timbul dalam percobaan, dan menarik
kesimpulan.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian, maka peneliti
memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi guru, hendaknya mematuhi tata cara pelaksanaan dan
prosedur metode permainan sains serta melakukan pembagian
kelompok percobaan dengan benar untuk kelancaran kegiatan
percobaan.
2. Bagi sekolah, dapat menerapkan metode permainan sains dalam
kegiatan pengembangan sains pada kelompok lain di TK Tunas
Harapan Bangsa, agar keterampilan proses sains dapat diajarkan
pada semua anak didik.
3. Bagi peneliti lanjutan, penelitian ini terbatas pada peningkatan
kognitif anak melalui metode permainan saina, maka perlu
adanya penelitian lebih lanjut dalam bidang kemampuan anak
yang lainnya yang belum pernah dilakukan

Anda mungkin juga menyukai