Anda di halaman 1dari 38

PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL CONGKLAK TERHADAP

AKHLAK TERPUJI ANAK USIA 5-6 TAHUN


DI TK AISYIYAH 31 PADANG

PROPOSAL

Oleh:

SISI WAHYU UTAMI


1710011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU-PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


UNIVERSITAS ADZKIA
PADANG
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................................i
DAFTAR TABEL..................................................................................................ii
DAFTAR BAGAN.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................................1
B. Batasan Masalah............................................................................................5
C. Rumusan Masalah.........................................................................................5
D. Tujuan Penelitian...........................................................................................6
E. Manfaat Penelitian.........................................................................................6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori..............................................................................................8
1. Hakikat Anak Usia 5-6 Tahun...................................................................8
a. Pengertian Anak Usia 5-6 Tahun..........................................................8
b.Tujuan dan Fungsi Pendidikan Anak Usia Dini....................................9
2. Hakikat Akhlak Terpuji...........................................................................12
a. Pengertian Akhlak Terpuji...................................................................12
b. Tujuan Pendidikan AKhlak Terpuji.....................................................14
3. Hakikat Permainan Tradisional Congklak Pada Anak Usia Dini............15
a. Pengertian Permainan Tradisional.......................................................15
b. Macam-Macam Permainan Tradisional...............................................17
c. Sejarah Permainan Tradisional............................................................18
d. Permainan Congklak............................................................................18
e. Kelebihan Permainan Congklak..........................................................19
f. Cara Bermain Congklak.......................................................................20
B. Kerangka Berfikir.........................................................................................21
C. Hipotesis.......................................................................................................23
BAB III METODOLOGI
A.Waktu dan Tempat Penelitian.......................................................................24
B. Desain Penelitian..........................................................................................24
C. Populasi dan Sampel.....................................................................................25
1. Populasi....................................................................................................25
2. Sampel......................................................................................................26
D. Pengembangan Instrumen............................................................................27
E. Teknik Pengumpulan Data...........................................................................28
1. Observasi..................................................................................................29
2. Dokumentasi.............................................................................................29
F. TekhnikjAnalisis Data..................................................................................30
1. Uji Normalitas..........................................................................................30
2. Uji Homogenitas.......................................................................................30
3. Uji Hipotesis.............................................................................................30
G. Prosedur Penelitian.......................................................................................31
1. Tahap Persiapan.......................................................................................31
2. Tahap Pelaksanaan...................................................................................32
3. Tahap Penyelesaian..................................................................................32
DAFTAR RUJUKAN............................................................................................34

i
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Tingkat Pencapaian Perkembangan Nilai Agama Dan Moral
Anak Usia 5-6 Tahun Kurikulum 2013...........................................................3
2. Desain Penelitian............................................................................................25
3. Populasi Penelitian..........................................................................................26
4. Sampel Penelitian...........................................................................................26
5. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Pengaruh Penerapan Media
Interaktif Terhadap Kemampuan Kreativitas Anak Usia 5-6 Tahun
di Tk Aba Aisyah air bayang pasaman barat..................................................27
6. Skala Penilaian Dengan Rubrik Panduan Instrumen .....................................28
7. Lembar Observasi Penerapan Media Interaktif Terhadap
Kemampuan Kreativitas Anak Usia 5-6 Tahun
Di TK ABA Aisyiah Air Bayang...................................................................28

ii
DAFTAR BAGAN
Bagan Halaman
1. Kerangka Berpikir.........................................................................................22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa usia dini adalah masa emas perkembangan anak dimana

semua aspek perkembangan dapat dengan mudah distimulasi. Periode emas

ini dapat berlangsung satu kali sepanjang rentang kehidupan manusia.

Sebagai individu, anak usia dini tentu memiliki karakteristik perkembangan

dan hal tersebutlah yang membedakannya dengan individu lainnya. Anak

cenderung melakukan, melihat, dan menilai dari sudut pandang mereka

sendiri. Penilaian moral dan subjektifitas masih sangat kental menguasai

emosi mereka. Sifat egosentrisme biasanya muncul pada kehendak anak yang

mesti terwujud.

Peran orangtua dan pendidik pada dasarnya megarahkan anak-anak

sebagai generasi unggul, karena potensi anak tidak akan tumbuh dengan

sendirinya tanpa bantuan orangtua. Mereka memerlukan lingkungan subur

yang sengaja diciptakan untuk itu, yang memungkinkan potensi mereka

tumbuh dengan optimal. Orang tua memegang peranan penting menciptakan

lingkungan tersebut guna memotivasi anak agar dapat lebih siap dalam

menghadapi berbagai tantangan di masa depan.

Memahami anak dan keberhasilan suatu pendidikan sering

dikaitkan dengan kemampuan para orang tua dan pendidik dalam hal

memahami anak sebagai individu yang unik, di mana setiap anak dilihat

sebagai individu yang memiliki potensi-potensi yang berbeda satu sama lain.
2

Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional

dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan

yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki

kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Adapun ayat al-quran

tentang mendidik anak terdapat dalam surah Al-Furqan ayat 74:

Artinya: Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah

kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang

hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang

bertakwa.”

Dunia anak adalah dunia bermain. Oleh karena itu, maka wajar saja

dalam aktivitas mereka sehari-hari lebih banyak mainnya ketimbang

belajarnya. Tetapi sebenarnya dari bermain itulah mereka belajar. Jangan kita

paksakan apa yang ada dalam kepala kita kepada mereka secara frontal.

Karena mereka masih anak-anak, maka kita juga harus mendekati mereka

dengan perspektif anak-anak jangan paksakan metode orang dewasa kepada

anak.
3

Berdasarkan pengamatan awal yang ditemui di lapangan, tepatnya

pada tanggal 25 s/d 29 Oktober 2021 di TK AISYIYAH 31 Padang B1 dan

B2:

1. Anak belum bisa memiliki sikap menghargai kepemilikan orang lain atau

benda yang bukan haknya dalam melakukan permainan tradisional

congklak: Terlihat pada saat kegiatan anak mengambil biji congklak teman

nya yang lain.

2. Anak belum bisa memiliki sikap menghargai kepemilikan orang lain atau

benda yang bukan haknya dalam melakukan permainan tradisional ular

tangga: Terlihat pada saat kegiatan melemparkan dadu di mana anak tidak

mau memberikan dadu kepada temannya yang lain.

Tabel 1. Tingkat Pencapaian Perkembangan Nilai Agama Dan Moral


Anak Usia 5-6 Tahun Kurikulum 2013

STTPA INDIKATOR
Melakukan permainan menghargai kepemilikan orang lain
tradisional congklak sesuai atau mengembalikan benda yang bukan
dengan tata cara bermain haknya

Berdasarkan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa pada indikator,

menghargai kepemilikan orang lain atau mengembalikan benda yang bukan

haknya. Pada kelas B1 memiliki 9 orang anak dengan persentase (60%) belum

berkembang, 3 orang anak dengan persentase (20%) mulai berkembang, 2 orang

anak dengan persentase (13,3) berkembang sesuai harapan, 1 anak dengan

persentase (6,6%) berkembang sangat baik. Sedangkan B2 memiliki 6 orang anak

dengan persentase (50%) belum berkembang, 5 orang anak dengan persentase


4

(33,3%) mulai berkembang, 2 orang anak memiliki persentase (13,3) berkembang

sesuai harapan, 2 orang anak dengan persentase (13,3%) berkembang sangat baik.

Permainan congklak itu sendiri pada umumnya sering disebut sebagai

permainan dakonan yaitu suatu permainan tradisional sejak dulu sudah

dikenal masyarakat. Permainan congklak pada zaman dahulu terbuat dari kayu

berbentuk segi empat memanjang yang diukir indah serta dilubangi kanan-kiri

sebanyak tujuh lubang dan berlanjut sehingga akan dihentikan jika sesuai

dengan kebutuhan. Dalam permainan congklak ini dapat melatih akhlak

terpuji yang ada dalam diri anak misalnya pada saat kegiatan dalam bermain

yaitu anak dilatih untuk memiliki sikap jujur pada saat bermain congklak

bahwa di dalam bermain anak tidak boleh mengambil biji congklak punya

temannya yang lain dan tentunya pada saat bermain anak harus sabar

menunggu giliran untuk bermain congklak.

Kelebihan dari permainan tradisional congklak terhadap akhlak terpuji

anak:

1. Dapat melatih sikap jujur yang ada dalam diri anak

Saat melakukan permainan congklak anak harus dilatih memiliki sikap

jujur dalam bermain di mana anak tidak boleh mengambil biji congklak milik

temannya yang lain.

2. Melatih kesabaran dan ketelitian

Permainan ini sangat memerlukan kesabaran dan ketelitian,

terutama saat permainan harus membagikan biji congklak kedalam lubang-

lubang yang ada didepannya. Jika pemain tidak sabar dan tidak teliti maka
5

permainan tidak akan berjalan dengan baik dan pemain yang tidak bermain

harus sabar menunggu giliran pemain.

3. Menjalin kontak sosial

Hal ini merupakan faktor yang paling penting di dalam permainan

ini. Karena dilakukan secara bersama-sama, maka terjalin suatu kontak

sosial antara permainannya. Berbagai informasi dapat disampaikan saat

permainan dilakukan.

Dari kelebihan diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Pengaruh Permainan Tradisional Congklak Terhadap Akhlak Terpuji

Anak Usia 5-6 Tahun di TK AISYIYAH 31 Padang”

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti membatasi masalah pada

penelitian ini yaitu: “Pengaruh Permainan Tradisional Congklak Terhadap

Perkembangan Akhlak Terpuji Anak Usia 5-6 Tahun di TK

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas maka rumusan secara umum

adalah Apakah Terdapat Pengaruh Terhadap Perkembangan Akhlak Terpuji

Anak Pada Usia 5-6 Tahun Di TK.

Sedangkan secara khusus rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh permainan tradisional congklak terhadap

perkembangan akhlak terpuji anak dalam perilaku yang mencerminkan


6

sikap sabar (mau menunggu giliran, mau mendengar ketika orang lain

berbicara) untuk melatih kedisiplinan.

2. Apakah terdapat pengaruh permainan tradisional congklak terhadap

perkembangan akhlak terpuji anak dalam memiliki perilaku yang

mencerminkan sikap jujur (terbiasa tidak berbohong, terbiasa menghargai

kepemilikan orang lain, terbiasa mengembalikan benda yang bukan

haknya.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan yang

akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh yang

terdapat pada permainan congklak terhadap perkembangan akhlak terpuji

anak.

Sedangkan secara khusus tujuannya adalah:

1. Apakah terdapat pengaruh permainan tradisional congklak terhadap akhlak

terpuji anak dalam perilaku yang mencerminkan sikap sabar (mau

menunggu giliran, mau mendengar ketika orang lain berbicara) untuk

melatih kedisiplinan.

2. Apakah terdapat pengaruh permainan tradisional congklak terhadap

perkembangan akhlak terpuji anak dalam memiliki perilaku yang

mencerminkan sikap jujur (terbiasa tidak berbohong, terbiasa menghargai

kepemilikan orang lain, terbiasa mengembalikan benda yang bukan

haknya.

E. Manfaat Penelitian
7

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian secara

teoritis adalah sebagai berikut: memberikan pengetahuan pemikiran bagi anak

sekolah dalam mengambil kebijakan terutama dalam menyangkut

peningkatan kinerja guru dalam mengajar:

Manfaat penelitian secara praktis adalah sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah

Sebagai acuan dasar implementasi kurikulum pada anak usia dini.

2. Bagi Guru

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan guru terhadap metode

pembelajaran yang dapat di berikan kepada anak.

3. Bagi Siswa

Memberikan kesempatan kepada anak untuk bermain permainan

congklak.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

1. Hakikat Anak Usia 5-6Tahun

a. Pengertian Anak Usia 5-6 Tahun

Anak usia dini adalah usia dini lahir sampai enam tahun

merupakan usia usia yang sangat menentukan dalam pembentukan

karakter dan kepribadian seorang anak. Usia itu sebagai usia penting

bagi pengembangan inteligensi permanen dirinya, mereka juga mampu

menyerap informasi yang sangat tinggi (Sujiono 2009:7).

Menurut Partini (2010:1) anak TK adalah generasi penerus

bangsa. Di pundak merekalah kelak kita menyerahkan peradaban yang

telah kita bangun dan akan kita tinggalkan. Kesadaran akan arti penting

generasi penerus yang berkualitas mengharuskan kita serius membekali

anak dengan pendidikan yang baik agar dirinya menjadi manusia

seutuhnya dan menjadi lebih baik dari pada dahulunya.

Adapun menurut Susanto (2016:1) menyatakan bahwa anak usia

dini atau “early childhood” merupakan anak yang berada pada usia nol

sampai dengan delapan tahun. Pada masa tersebut merupakan proses

pertumbuhan dan perkembangan berbagai aspek dalam rentang

kehidupan manusia. Proses pembelajaran terhadap anak harus

memperhatikan karakteristik yang dimiliki dalam tahap perkembangan

anak.
9

Pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan

anak usia dini adalah suatu upaya pendidikan yang diselenggarakan

oleh satuan pendidikan dengan tujuan untuk mengembangkan seluruh

aspek perkembangan anak.

b. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Anak Usia Dini

1) Tujuan pendidikan anak usia dini

Tujuan pendidikan anak TK berdasarkan tinjuan psikologis

untuk mengembangkan berbagai aspek kecerdasan yang merupakan

potensi bawaan seorang anak seperti daya piker emosi dan spiritual

serta sikap dan juga perilaku bahasa dalam berkomunikasi dengan

tingkat perkembangan sehingga anak memiliki kesiapan dalam

memasuki pendidikan dasar dalam mengarungi kehidupan di masa

yang akan datang serta membantu anak dalam menyiapkan anak

dalam mencapai kesiapan belajar.

Santoso (2016:23) tujuan pendidikan anak usia dini itu

sendiri adalah mengembangkan pengetahuan dan pemahaman orang

tua dan guru, serta pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan dan

perkembangan pada anak usia dini, sebagai persiapan untuk hidup

dan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Adapun Sujiono ( 2009:42) menyatakan tujuan PAUD secara

khusus tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:


10

a) Dapat mengidentifikasi perkembangan fisiologi anak usia dini

dan mengaplikasikan identifikasi tersebut dalam pengembangan

fisiologi yang bersangkutan.

b) Dapat memahami kecerdasan jamak dan kaitannya dengan

perkembangan anak usia dini.

c) Dapat memahami arti bermain bagi perkembangan anak usia dini

d) Dapat memahami perkembangan kreativitas anak usia dini dan

usaha-usaha yang terkait dengan pengembangannya.

e) Dapat memahami pendekatan pembelajaran dan aplikasinya bagi

perkembangan anak usia kanak-kanak.

2) Fungsi Pendidikan Anak Usia Dini

Sujiono (2009:47) berdasarkan tujuan pendidikan anak usia

dini dapat ditelaah beberapa fungsi program stimulasi edukasi yaitu:

a) Fungsi adaptasi

Berperan dalam membantu anak melakukan penyesuaian

diri dengan berbagai kondisi lingkungan serta menyesuaikan diri

dengan berbagai kondisi lingkungan serta menyesuaikan diri

dengan keadaan dalam diri sendiri.

b) Fungsi sosialisasi

Berperan dalam membantu anak agar memiliki

keterampilan-keterampilan sosial yang berguna dalam pergaulan

dan kehidupan sehari-hari di mana anak berada.

c) Fungsi pengembangan
11

Berkaitan dengan pengembangan berbagai potensi yang

dimiliki anak. Setiap unsur potensi yang dimiiki anak

membutuhkan suatu situasi atau lingkungan yang dapat

menumbuh kembangkan potensi tersebut kearah perkembangan

yang optimal sehingga menjadi potensi yang bermanfaat bagi

anak itu sendiri maupun lingkungannya.

d) Fungsi bermain

Berkaitan dengan pemberian kesempatan pada anak untuk

bermain, karena pada hakikatnya bermain itu sendiri merupakan

hak anak sepanjang rentang kehidupannya. Melalui kegiatan

bermain anak akan mengeksplorasi dunianya serta membangun

pengetahuannya sendiri.

e) Fungsi ekonomik

Pendidikan yang terencana pada anak merupakan investasi

jangka panjang yang dapat menguntungkan pada setiap rentang

perkembangan selanjutnya. Pendidikan dinTaman Kanak-Kanak

merupakan salah satu peletak dasar bagi perkembangan

selanjutnya.

Berdasarkan pendapat di atas maka peneliti dapat

menyimpulkan bahwa fungsi PAUD dapat meningkatkan

pengembangan potensi, bersosialisasi dan beradaptasi pada

lingkungannya.
12

2. Hakikat Akhlak Terpuji

a. Pengertian Akhlak Terpuji

Akhlak terpuji merupakan terjemahan dari ungkapan bahasa

Arab akhlak mahmudah. Mahmudah merupakan bentuk maf’ul dari

kata hamida yang berarti “dipuji”. Akhlak terpuji disebut pula dengan

akhlak karimah (akhlak mulia), atau makarim al-akhlak (akhlak mulia),

atau al-akhlak al-munjiyat (akhlak yang menyelamatkan pelakunya).

Berikut ini dikemukakan beberapa penjelasan tentang pengertian

akhlak terpuji:

1) Menurut Al-Ghazali, akhlak terpuji merupakan sumber ketaatan dan

kedekatan kepada Allah SWT. Sehingga mempelajari dan

mengamalkannya merupakan kewajiban individual setiap muslim.

2) Menurut Al-Quzwani, akhlak terpuji adalah ketepatan jiwa dengan

perilaku yang baik dan terpuji.

3) Menurut Al-Mawardi, akhlak terpuji adalah perangai yang baik dan

ucapan yang baik.

4) Menurut Ibnu Qayyim, pangkal akhlak terpuji adalah ketundukan

dan keinginan yang tinggi. Sifat-sifat terpuji menurutnya berpangkal

dari kedua hal itu. Ia memberikan gambaran tentang bumi yang

tunduk pada ketentuan Allah SWT. Ketika air turun menimpanya,

bimu merespons dengan kesuburan dan menumbuhkan tanaman-

tanaman yang indah. Demikian pula manusia, tatkala diliputi rasa


13

ketundukan kepada Allah SWT, lalu turun taufik dari Allah SWT, ia

akan meresponnya dengan sifat-sifat terpuji.

5) Menurut Ibnu Hazm, pangkal akhlak terpuji ada empat, yaitu adil,

paham, keberanian, dan kedermawanan.

6) Menurut Abu Dawud As-Sijistani (w.275/889), akhlak terpuji adalah

perbuatan-perbuatan yang disenangi, sedangkan akhlak tercela

adalah perbuatan-perbuatan yang harus dihindari.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

akhlak terpuji adalah perangai dan ucapan yang baik serta merupakan

perbuatan yang disenangi. Dalam menentukan macam-macam akhlak

terpuji, para akar mulia umumnya merujukkan pada ketentuan al-

Qur’an dan al-Hadits. Ini tentunya seiring dengan konsep baik dan

buruk dalam pandangan islam sebagaimana telah dipaparkan.

Muhammad bin Abdillah As-Sahim umpamanya menyebutkan bahwa

diantara akhlak terpuji adalah bergaul secara baik dan berbuat baik

kepada sesama, adil, rendah hati, jujur, dermawan, tawakal, ikhlas,

bersyukur, sabar dan takut kepada Allah SWT. Akhlak terpuji

mencakup karakter-karakter yang diperintahkan Allah dan Rasul untuk

dimiliki seperti:

a) Rasa belas kasihan dan lemah-lembut (ar-rahman).

b) Pemaaf dan mau bermusyawarah (al-afwu).


14

b. Tujuan pendidikan akhlak

Islam mengatur kehidupan manusia agar seimbang antara dunia

dan akhirat. Akhlak islam tidak mengorbankan kepentingan jasmani

untuk rohani dan sebaliknya. Islam memberikan kebebasan manusia

untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.

Menurut Ahmad Amin tujuan pendidikan akhlak bukan hanya

mengetahui pandangan atau teori, bahkan setengah dari tujuan itu

adalah mempengaruhi dan mendorong kehendak kita supaya

membentuk hidup suci, menghasilkan kebaikan dan kesempurnaan serta

member faedah kepada sesama manusia. Akhlak mendorong kehendak

manusia agar berbuat baik, akan tetapi ia tidak selalu berhasil kalau

tidak ditaati oleh kesucian nurani manusia (Ahmad Amin, 1972:62).

Menurut Hamzah Ya’qub tujuan dari setiap aktivitas hidup dan

aktivitas pendidikan secara implicit adalah jika seseorang muslim

mencari rezki bukanlah sekedar untuk mengisi perut bagi diri dan

keluarganya. Pada hakekatnya ia mempunyai tujuan yang lebih dekat

dan masih ada tujuan yang lebih tinggi.

Ia mencari rezki untuk mendapatkan makanan guna membina

kesehatan rohani dan jasmani, sedangkan tujuan membina kesehatan itu

ialah supaya kuat beribadah dan beramal, ibadah itulah dia dapat

mencapai tujuan terakhir yakni ridha Allah.

Sedangkan tujuan pendidikan akhlak yang dijelaskan oleh

Barmawi Umar (1995:3) sebagai berikut: 1) untuk memperoleh irsyad,


15

yaitu dapat membedakan antara amal yang baik dan bururk. 2) untuk

mendapatkan taufiq, sehingga perbuatannya sesuai dengan tuntunan

Rasulullah dan akal yang sehat. 3) Untuk mendapatkan hidayah, artinya

melakukan perbuatan baik dan terpuji dan menghindari perbuatan yang

buruk.

Mencermati pendapat Umar itu merupakan tujuan yang prosesif,

tetapi sebenarnya yang dikehendaki adalah figure setelah diperolehnya

tiga unsur tersebut yaitu insan yang diridhoi Allah, dan orang yang

diridhoi adalah insane Muttaqin. Insan Muttaqin merupakan tujuan

pendidikan akhlak, juga merupakan tujuan pendidikan islam, namun ini

yang bersifat personal. Jangkauan yang lebih luas adalah efek dari

perbuatan-perbuatan insane muttaqin tersebut yang berupa perilaku

terpuji dan baik dalam perspektif islam.

3. Hakikat Permainan Tradisional Congklak Pada Anak Usia Dini

a. Pengertian Permainan Tradisional

Bishop & Curtis (2001) mendefenisikan permainan tradisional

sebagai pemainan yang telah diturunkan dari satu generasi ke generasi

berikutnya dengan permainan tersebut mengandung nilai “baik, “positif”,

bernilai”, dan diinginkan”. Ada konsensus bahwa permainan tradisional

merujuk pada aktivitas-aktivitas seperti hopscotch (engklek), congklak,

permainan kelereng, lompat tali, permainan karet, dan sebagainya.

Demikian juga beberapa permainan seperti lelucon praktis, ritus iniasi,

pemberian nama julukan, dan sebagainya juga merupakan permainan


16

tradisional selama permainan tersebut memiliki sejarah yang panjang dan

terdokumentasi.

Permainan anak tradisional merupakan permainan yang

mengandung wisdom (Suseno, 1999), memberikan manfaat untuk

perkembangan anak (Iswinarti, 2005), merupakan kekayaan budaya bangsa

(Sedyawati, 1999), dan refleksi budaya dan tumbuh kembang anak

(Krisdayatmiko, 1999). Permainan tradisional juga merupakan permainan

yang mengandung nilai-nilai budaya yang dapat menjadi pemberi identitas

bagi sebuah budaya lokal sehingga dapat menjadi local wisdom bagi sebuah

budaya (Dharmamulya, 2008).

Pentingnya nilai-nilai yang terkandung dalam permainan tradisional

ditekankan oleh Tzeng & Huang (2010) yang meneliti permainan engklek

dengan digital teknologi. Setelah dilakukan penerapan permainan engklek

tersebut kepada anak-anak maka peneliti megakui bahwa nilai-nilai

pendidikan menjadi hilang ketika permainan engklek ini dimainkan secara

digital dengan komputer.

Jika ditinjau dari jenis permainan maupun tahapan perkembangan

bermain maka permainan tradisional seperti engklek, congklak, kelereng,

dan sebagainya dimainkan oleh anak-anak usia sekolah. Untuk memainkan

permainan tradisional dibutuhkan kemampuan berpikir logis karena

mengandung aturan-aturan dan prosedur dari yang sederhana sampai dengan

yang kompleks. Makin tinggi tingkat kesulitan aturan permainan makin

dibutuhkan kemampuan kognitif yang tinggi. Permainan tradisional juga


17

dapat dikategorikan sebagai permainan sosial karena dimainkan oleh lebih

dari satu orang. Menurut Darmamulya (2008) nilai sosial yang terkandung

dalam permainan tradisional adalah adanya interaksi sosial dalam kegiatan

bermain.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa permainan

tradisional adalah permainan yang diwariskan, mengandung nilai-nilai

kebaikan, dan bermanfaat bagi tumbuh kembang anak. Permainan

tradisional merupakan permainan dengan aturan dan dimainkan oleh lebih

dari satu orang. Tahapan usia yang sesuai untuk memainkan permainan ini

adalah anak usia sekolah.

b. Macam-Macam Permainan Tradisional

Mendengar kata permainan tradisional dalam era modern yang

serba diwarnai teknologi, seperti mengundang kenangan masa kanak-

kanak kita. Pikiran kita akan langsung membayangkan berbagai jenis

permainan anak-anak yang dulu pernah kita mainkan. Ada petak umpet,

yoyo, gasing, congklak, kelereng dan lain sebagainya. Menurut seriyati

dan Hayati, Permainan Tradisional Berdasarkan Hasil Penelitian yang

dilakukan dari kajian ilmiah dan diskusi dengan narasumber, terdapat

kurang lebih 57 macam permainan tradisional yang berkembang pada

masyarakat, permainan-permainan tersebut mengembangkan berbagai

aspek, antara lain perkembangan fisik motorik, kognitif, bahasa dan

khususnya aspek-aspek keterampilan sosial.


18

c. Sejarah Permainan Tradisional

Permainan ini pertama kali masuk ke Indonesia di bawa oleh

pendatang dari Arab yang rata-rata datang dari Indonesia untuk

berdagang atau berdakwah. Permainan tradisional congklak ini

mempunyai banyak nama di Sumatera di kenal dengan congkak, di

Jawa permainan ini dikenal dengan congklak, dakon atau dakonan dan

masih banyak lagi nama-nama permainan congklak ini salah satu

hiburan asli Indonesia yang banyak digemari terutama dikalangan anak-

anak.

d. Permainan Congklak

Permainan congklak ini, di samping sebagai alat permainan yang

menyenangkan anak, juga sangat baik untuk melatih anak berhitung atau

eritmetika dan menganalisis. Kedua anak ini saling menjadi lawan tanding

permainan congklak. Permainan congklak ini dilakukan hanya oleh dua

orang anak saja. Permainan ini mempergunakan papan congklak dan biji

congklak (bisa cangkang siput kecil, batu, biji sawo dan sebagai). Papan

congklak terdiri dari dua buah lubang besar (lumbung) di kedua ujung

papan dan lubang kecil sebanyak enam pasang berbaris di antara kedua

lubang lumbung.

Menurut Muhar (2001:21) congklak adalah sejenis permainan

untuk anak-anak perempuan sebagai salah satu bentuk tingkah laku di

dalam permainan dengan mengumpulkan buah sebanyak-banyaknya.


19

Uraian di atas dapat disimpulkan permainan tradisional congklak

adalah permainan ini tidak hanya untuk perempuan tetapi untuk anak laki-

laki juga bisa bermain congklak dan permainan congklak ini juga dapat

melatih akhlak terpuji yang ada dalam diri anak misalnya memiliki

perilaku sikap jujur dalam bermain congklak.

e. Kelebihan permainan Congklak

Kelebihan dari permainan tradisional congklak adalah sebagai

berikut:

1) Melatih kesabaran dan ketelitian (Emosional)

Permainan ini sangat memerlukan kesabaran dan ketelitian,

terutama saat permainan harus membagikan biji congklak ke dalam

lubang-lubang yang ada didepannya. Jika pemain tidak sabar dan

tidak teliti maka permainan tidak akan berjalan dengan baik dan

pemain yang tidak bermain harus sabar menunggu giliran pemain.

2) Belajar berhitung

Ketika mulai bermain, anak belajar untuk menghitung jumlah

biji dalam setiap lubang, sehingga tidak terasa anak belajar berhitung

sambil bermain congklak.

3) Menjalin kontak sosial

Dapat dikatakan faktor ini merupakan hal yang terpenting

dalam permainan ini. Karena dilakukan secara bersama-sama, maka

terjalin suatu kontak sosial antara permainannya. Berbagai macam

informasi dapat disampaikan saat permainan ini dilakukan.


20

4) Dapat melatih akhlak terpuji yang ada dalam diri anak.

Misalnya pada saat anak melakukan permainan congklak

melalui permainan cogklak dapat melatih anak memiliki sikap jujur

dalam bermain, sabar menunggu giliran, disiplin dalam bermain.

5) Dapat melatih kemampuan motorik halus anak

Saat memegang dan memainkan biji-biji congklak tersebut

yang berperan adalh motorik halus yaitu jari jemari.

f. Cara Bermain Congklak

1) Permainan ini memerlukan alat berupa papan congklak dengan 14

buah lesung atau lobang dan dua buah lobang.

2) Pada kedua ujung yang 14 tadi serta 98 buah batu kecil-kecil atau

kucing-kucing sejenis binatang laut.

3) Sebelum permainan dimulai masing-masing lesung diisi 7 buah yang

terbuat dari kucing-kucingan, dan biarkan lubang induk tetap

dikosongkan.

4) Permainan ini ada dua cara yang dilakukan untuk menentukan siapa

yang akan memulai main lebih dahulu.

5) Untuk itu sebelum main dimulai dibuat kata sepakat diantara dua

pemain sistem mana yang akan digunakan.

6) Kedua pemain sama-sama menjalankan buahnya pada masing-

masing lobang dan siapa mati duluan akan berhenti bermain

sedangkan lawannya masih dapat melanjutkan permainan hingga

buahnya mati.
21

7) Apabila permainan telah berjalan satu putaran mati dirumah sendiri,

maka buah yang ada pada lobang yang sejajar dengan tempat buah

yang mati tadi akan menjadi miliknya.

8) Dalam bermain congklak siapa yang dapat mengumpulkan buah

yang paling banyak itulah pemenangnya. Permainan ini dilakukan

untuk mengisi waktu senggang jam istirahat di sekolah, waktu di

sore hari, liburan sekolah dan sebagainya.

B. Kerangka Berfikir

Anak usia 5-6 tahun adalah anak yag berada dalam proses

pertumbuhan dan perkembangan dan bersifat unik. Pendidikan sangat penting

bagi kehidupan anak sebagai persiapan untuk memperoleh pendidikan

selanjutnya. Untuk itu, peneliti merasa kemampuan anak sangat penting untuk

diprhatikan. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil dua kelompok anak

untuk dijadikan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok

eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan metode permainan

tradisional congklak sedangkan kelompok kontrol menggunakan metode

permainan tradisional ular tangga. Selanjutnya post-test (tes akhir) dilihat

pada saat anak melakukan kegiatan ini di kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Hasil dari masing-masing post-test dianalisis dengan uji t.

Sesuai dengan penjelasan di atas, maka kerangka berfikir pengaruh

permainan tradisional congklak terhadap akhlak terpuji anak usia 5-6 tahun di

TK AISYIYAH 31 Padang.
22

Akhlak Terpuji

Di ambil sampel dari dua kelas yaitu:

Kelas eksperimen (B1) Kelas kontrol (B2)

Selanjutnya dilakukan:

Pre-test Pre-test

Pre-test dilakukan dimasing-masing kelas


adalah:

Menggunakan permainan Menggunakan permainan


congklak ular tangga

Post-test (O1) Post-test (O2)

Hasil Hasil

Uji-t

Gambar 1. Kerangka Berfikir


23

C. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berfikir di atas maka peneliti mengajukan

hipotesis penelitian ini bahwa “perkembangan akhlak terpuji yang

menggunakan metode permainan tradisional congklak lebih baik dari pada

anak yang tanpa menggunakan metode permainan tradisional congklak di

kelas B TK AISYIYAH 31 Padang”.

Ho: tidak terdapat pengaruh kemampuan akhlak terpuji anak dengan

menggunakan metode permainan tradisional congklak.

H1: terdapat pengaruh kemampuan akhlak terpuji anak dengan menggunakan

metode permainan tradisional congklak.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu danjTempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di TK Aisyiyah 31, jln Parak

Karakah No 1 Kota Padang Sumatra Barat. Waktu Penelitian ini dilaksanakan

pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2021/2022, yaitu di bulan Desember

hingga selesai.

B. DesainjPenelitian

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif,

penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menjadi hipotesis dan dalam

mengolah data menggunakan angka-angka.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian eksperimen. Menutrut Sugiyono (2020: 111) metode penelitian

eksperimen adalah metode penelitian yang dilakukan dengan percobaan, yang

merupakan metode kuantitatif digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan

tertentu terhadap yang lain dalam kondisi terkendali.

Dalam penelitian ini menggunakan dua kelas yang dibagi menjadi dua

kelompok.jKelompok pertama dinamakan kelompok eksperimen dan

kelompok kedua dinamakan kelompok kontrol. Kedua kelompok

mendapatkan perlakukan dengan model pembelajaranyang berbedadan diberi

soal pre-tes tyang sama. Pada kelas eksperimen akan diberi permainan

tradisional congklak dan pada kelas kontrol akan di berikan permainan ular

tangga, kemudian kedua kelas kembali diberi melakukan perminanan yang


25

sama yaitu permainan congklak dan ular tangga. Adapun secara singkat

rancanganjpenelitian ini dapat digambarkan dalam desain sebagai berikut:

Tabel 2. DesainjPenelitian
Kelompok Pretest Perlakuan Postest
Kontrol Y1 X1 Y2
Eksperimen Y1 X2 Y2

Keterangan:
1. KelasjKontrol : Pengaruh permainan tradisional ular tangga pada kelas
kontrol dalam meningkat akhlak terpuji anak usia 5-6 tahun
2. KelasjEksperimen : Pengaruh permainan tradisional congklak pada kelas
eksperimen dalam meningkatkan akhlak terpuji anak usia 5-6 tahun
3. Y1 : Tes awal (praktek) yang diberikan pada kelas Eksperimen dan kelas
Kontrol
4. X1 : Perlakuanjpada kelas kontroljyaitu permainan tradisional ular tangga
5. X2 : Perlakuanjpada kelas eksperimenjyaitu permainan tradisional
congklak
6. Y2 : Tes akhir yangjdiberikan padajkelas eksperimenjdan kelas Kontrol

C. PopulasijdanSampel

1. Populasij

Populasi menurut Sugiyono (2014; 80) adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian yang dilaksanakan adalah di TK

Aisyiyah 31. TK Aisyiyah 31 memiliki 42 jumlah anak yang terbagi ke

dalam 3 kelompok belajar. Kelompok A dengan jumlah anak 12 orang.

Kelompok B1 dengan jumlah anak 15 orang. Kelompok B2 dengan jumlah

anak 15 orang.
26

Tabel 3.PopulasijPenelitian
Kelasj JumlahPeserta Didik
Kelompok A 12
Kelompok B1 15
Kelompok B2 15
Jumlahj 42

2. Sampel
Sampel menurut Sugiyono (2014: 81) adalah bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Jadi adapun sampel

penelitian pada kelompok penelitian pada kelompok B1 dan B2 dengan

jumlah 30 orang pada anak usia 5-6 tahun.

Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah teknik Probability sampling. Menurut Sugiyono (2014: 81).

Probability sampling adalah Teknik pengambilan sampel yang memberikn

peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk di pilih

menjadi anggota sampel.

Berdasarkan konsep di atas, maka kelompok sampel penelitian ini

adalah kelompok B1 berjumlah 15 anak dan kelompok B2 berjumlah 15

anak dan B1 dijadikan kelas eksperimen dan kelompok B2 dijadikan kelas

kontrol.

Tabel 4. SampeljPenelitian

No. PerlakuanjMengajar Kelasj jJumlah


1. Kontrolj Kelompok B1 15
2. Eksperimenj Kelompok B2 15
Jumlah 30
D. Pengembangan Instrumen
27

Untuk meningkatkan akhlak terpuji anak dalam penelitian ini

digunakan instrumen atau alat yang digunakan untuk mengumpulkan data

penelitian yang berupa tes. Instrumen penelitian yang menurut Sugiyono

(2020:156), merupakan alat bantu yang digunakan untuk mengukur variabel

yang akan diteliti.

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan

menggunakan format checklis, format checklist dalam kurikulum 2013

memuat indikator pencapaian perkembangan yang sudah ditetapkan pada

rencana pelaksanaan kegiatan harian (RPPH). Format checklist, berisi

indikator perkembangan untuk mengukur ketercapaian tujuan dan kompetensi

dasar yang ditetapkan di RPPM merujuk pada kurikulum 2013 lembar

penilaian ini menggunakan checklist.

Tabel 5. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Pengaruh Penerapan Media


Interaktif Terhadap Kemampuan Kreativitas Anak Usia 5-6
Tahun di Tk Aisyiyah 31 Padang
Variabel Indikator Aspek yang diamati
Nilai-nilai Menghargai Anak bermain permainan
Agama dan kepemilikan orang tradisioanal congklak dan uar
Moral lain/mengembalikan tangga kemudian kejujuran anak
yang bukan hak nya dalam melakukan permainan

Dari tebel diatas dapat dijabarkan bahwasanya variabel nilai-nilai

moral dan agama ini indikator nya adalah menghargai kepemilikan orang

lain/mengembalikan benda yang bukan hak nya.

Tabel 6. Skala Penilaian Dengan Rubrik Panduan Instrumen


28

Skala Kategori Indikator


3 B Anak dapat melakukan permainan tradisional
sesuai dengan tata cara permainan yang sudah
diberikan dan mengkreasikannya tanpa di bantu
2 C Anak dapat melakukan permainan tradisional
sesuai dengan tata cara permainan yang sudah
diberikan dan mengkreasikannya jarang di bantu
1 K Anak dapat melakukan permainan tradisional
sesuai dengan tata cara permainan yang sudah
diberikan dan mengkreasikannya selalu dibantu

Tabel 7. Lembar Observasi Pengaruh Permainan Tradisional Congklak


Dalam Meningkatkan Akhlak Terpuji Anak USia 5-6 Tahun Di
TK Aisyiyah 31 padang
No Nama Menghargai kepemilikan orang
lain/mengembalikan benda yang bukan haknya

1 Adam B (3) C (2) K (1)


2 Ikhsan
3 Maulana
4 Dio
5 Fikri
6 Syahroni
7 Febri
8 Roby
9 Mia
10 Shinta
11 Mila
12 Fani
13 Lara
14 Bella
15 Tania

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menurut Sugiyono (2020; 296) adalah

langkah yang paling utama dalam peneitian, karena tujuan utama dari

penelitian adalah mendapatkan data.

Teknik pengumpulan data penting dalam penelitian karena data yang

diperoleh dari lapangan melalui instrumen penelitian diolah dan dianalisis


29

agar hasilnya dapat digunakan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan

memecahkan masalah penelitian.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai

berikut:

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti

dengan melihat kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Observasi terstruktur

menurut Sugiyono (2020:297) adalah observasi yang telah dirancang

secara sistematis, tentang apa yang diamati kapan dan dimana tempatnya.

Observasi dilakukan ditahap awal proses dan akhir penelitian, dengan

mendapatkan data awal meliputi: murid, guru dalam mengelola dan

mengaplikasikan media pembelajaran. Observasi ini diharapkan dapat

menemukan data yang akurat.

2. Dokumentasi

Dokumentasi menurut Sugiyono (2014:240) merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi digunakan untuk memberi

gambaran atau segala sesuatu yang berkaitan dengan pemahaman

penerapan media pembelajaran audio visual. Peneliti menggunakan dua

dokumentasi yaitu dokumentasi tertulis RPPH dan dokumentasi vidio.

Dokumentasi vidio dapat memberikan gambaran secara nyata tentang

kegiatan pembelajaran.
30

F. TekhnikjAnalisis Data

Menurut Sugiyono (2014:243) analisis data merupakan kegiatan

setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Pada

penelitian ini setelah data yang diperlukan diperoleh maka dilanjutkan dengan

menganalisis data tersebut. Teknik analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah melihat perbedaan dua rata-rata nilai, sehingga dilakukan

dengan uji T. (t-test) Namun sebelum itu terlebih dahulu melakukan uji

normalitas data adalah teknik uji Liliefors.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah sampel berdistribusi

normal atau tidak. Untuk menguji digunakan uji Liliefors dengan melihat

nilai signifikan pada kolomgorv-smirnov.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data kelas

sampel mempunyai variasi yang homogeny atau tidak. Uji homogenitas

data dalam penelitian ini dilakukan dengan uji levene menggunakan

bantuan program spss versi 21. Untuk uji humogenesis uji levene. Dengan

criteria jika nilai signifikan (sig) levene>0,05 maka data homogen dan

sebaliknya.

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis bertujuan untuk melihat apakah penerapan media

pembelajaran Media Interaktif dalam mengembangkan kreativitas anak

B1 dan B2 berbeda secara signifikan dengan hipotesis statistik.


31

a. Hipotesis Umum:

HO: Tidak terdapat pengaruh penerapan media interaktif CapCut

terhadap kemampuan kreativitasanak usia 5-6 tahun di TK ABA

Aisyaiyah Air Bayang Pasaman Barat

H1: Terdapat pengaruh permainan tradisional congklak dalam

meningkatkan akhlak terpuji anak usia 5-6 tahun di TK Aisyiyah

31 padang.

b. Hipotesis Khusus:

HO: Tidak terdapat pengaruh permainan tradisional congklak dalam

meningkatkan akhlak terpuji anak usia 5-6 tahun di TK Aisyiyah

31 Padang

H1: Terdapat pengaruh permainan tradisional congklak dalam

meningkatkan akhlak terpuji anak usia 5-6 tahun di TK Aisyiyah

31 Padang

Penulis menggunakan uji-t untuk pengujian hipotesis karena data

yang diperoleh berdistribusi normal dan mempunyai variasi homogen

penulis menggunakan alat bantu spss versi 21 uji-t. (Sugiyono 2020: 210)

G. Prosedur Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu tahap

persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi.

1. Tahap Persiapan

Sebelum melakukan penelitian perlu dilakukan persiapan,

persiapan yang dilakukan antara lain:


32

a. Observasi ke TK Aisyiyah 31 padang yang menjadi tempat penelitian

b. Menentukan jadwal penelitian di bulan Desember

c. Menetapkan tema dan subtema yang digunakan dalam penelitian

mengenai permainan tradisional congklak dalam meningkatkan akhlak

terpuji anak

d. Merancang dan menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian

(RPPH) berdasarkan tema dan subtema yang ditetapkan oleh peneliti.

e. Mempersiapkan instrumen penelitian

f. Menetapkan kelompok eksperimen dengan permainan tradisional

congklak dan kelompok kontrol dengan permainan ular tangga.

berdasarkan jumlah anak yang sama untuk masing-masing kelompok

2. Tahap Pelaksanaan

a. Penyajian rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH)

b. Pada kelas eksperimen dilaksanakan permainan tradisional congklak

sedangkan pada kelas kontrol dilaksanakan permainan tradisional ular

tangga.

3. Tahap Penyelesaian

Evaluasi adalah salah satu proses memilih, mengumpulkan dan

menafsirkan informasi untuk membuat keputusan. Dalam perencanaan

pembelajaran evaluasi dimaksudkan untuk mengukur apakah tujuan atau

kemampuan yang sudah ditetapkan dapat tercapai.

a. Penelitian yang dilakukan selama penelitian yaitu praktek

b. Menganalisis hasil praktek


33

c. Melakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah berdistribusi

normal atau tidak

d. Melakukan uji homogenitas untuk mengetahui apakah diperlakukan

merupakan data yang homogeny atau tidak

e. Melakukan uji-t.

f. Menciptakan kesimpulan dari hasil peneliti


DAFTAR RUJUKAN

Hartati.2005.Perkembangan Belajar Pada Anak Usia Dini. Jakarta: Direktur


Pembinaan Kependidikan Dan Ketenagaan Perguruan Tinggi

Susanto, Ahamd. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar Berbagai

Aspeknya. PT Karisma Utama, Jakarta

Mahmud, Ali Abdul Halim.2004.Akhlak Mulia.Jakarta:Gema Insani

Mulyasa. 2012. Manajemen Paud. PT Remaja Rosdakarya Offest, Bandung

.Sugiono.2009.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

Bandung:Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai