PROPOSAL PENELITIAN
Disusun oleh:
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan karunia beserta rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
proposal penelitian dengan judul “Evektivitas Penggunaan Metode Temuan Terbimbing
Pada Pembelajaran Sains Terhadap Perkembangan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun di
Taman Kanak-kanak”.
Proposal penelitian ini disusun atas kerjasama dan berkat bantuan dari berbagai
pihak. Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
ii
a. Pengertian Metode Temuan Terbimbing .......................................... 19
b. Karakteristik Metode Temuan Terbimbing ....................................... 20
c. Tujuan Metode Temuan Terbimbing ................................................ 21
d. Peranan Guru Dalam Pembelajaran Temuan Terbimbing ................ 21
e. Langkah-langkah Penerapan Metode Temuan Terbimbing .............. 22
f. Kelebihan Dan Kekurangan Metode Temuan Terbimbing ............... 22
B. Penelitian Relevan ………............................................................................ 26
C. Kerangka Berpikir ………….. ...................................................................... 27
D. Hipotesis Penelitian …………...................................................................... 29
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
anak usia dini adalah anak belajar melaui sensori dan panca inderanya. Anak
memperoleh pengetahuan melalui sensorinya, anak dapat melihat melalui bayangan
yang ditangkap oleh matanya, anak dapat mendengarkan bunyi melalui telinganya,
anak dapat merasakan panas dan dingin lewat perabaannya, anak dapat
membedakan bau melalui hidung dan anak dapat mengetahui aneka rasa melalui
lidahnya. Oleh karena itu, oleh karena itu pembelajaran terhadap anak hendaknya
mengarahkan anak pada berbagai kemampuan yang dapat dilakukan oleh seluruh
inderanya (Yuliani, 2013).
Berdasarkan permasalahan tersebut maka diperlukan suatu model dan
metode pembelajaran yang diharapkan meningkatkan hasil belajar peserta didik
salah satunya yaitu model pembelajaran temuan terbimbing dengan metode
eksperimen yang diharapkan membantu peserta didik dalam proses pembelajaran.
Model temuan terbimbing tipe berhasil membantu peserta didik dalam
pembelajaran dan proses pembelajaran menjadi menyenangkan sehingga hasil
belajar yang dihasilkan maksimal.
Menurut Jacobsen (dalam Fita, 2014) metode temuan terbimbing merupakan
suatu model pengajaran yang dirancang untuk mengajarkan konsep-konsep dan
hubungan antar konsep. Dalam pembelajaran penemuan terbimbing guru masih
perlu memberikan susunan (structure) dan bimbingan (guidance) untuk
memastikan bahwa abstrasi (proses data) yang sedang dipelajari sudah akurat dan
lengkap.
Menurut Vera (2019) Metode temuan terbimbing adalah metode dimana
guru memberikan bimbingan dan petunjuk kepada peserta didik dalam belajar dan
menemukan suatu konsep.
Suyanto (dalam Vita, 2014) menyatakan pentingnya pengenalan sains untuk
anak usia dini meliputi upaya dalam mengembangkan kemampuan di bidang sains,
diantaranya: 1) Mengeksplorasi dan investigasi, dimana anak mengamati dan
menyelidiki objek dan fenomena alam, 2) Mengembangkan keterampilan proses
sains dasar seperti melakukan pengamatan, pengukuran, penggunaan bilangan, dan
mengkomunikasikan hasil pengamatan, 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, rasa
4
pembelajaran sains terhadap perkembangan kognitif anak usia 5-6 tahun di Taman
Kanak-kanak”.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan Batasan masalah di atas, maka dalam penelitian ini dapat
diajukan rumusan masalah yaitu ”seberapa efektif penggunaan metode temuan
terbimbing pada pembelajaran sains terhadap perkembangan kognitif anak usia 5-6
tahun di Taman Kanak-kanak?”.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
“untuk mengetahui seberapa efektif metode temuan terbimbing pada pembelajaran
sains untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak usia 5-6 tahun di Taman
Kanak-kanak“.
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, manfaat yang dapat diperoleh dari
penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan pengetahuan dan informasi tentang penggunaan metode
temuan terbimbing pada pembelajaran sains untuk meningkatkan
kemampuan kognitif anak usia 5-6 tahun di Taman Kanak-kanak.
b. Memiliki manfaat untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak usia
dini pada pembelajaran sains menggunakan metode temuan terbimbing
Berperan aktif dalam mengembangkan kajian pendidikan anak usia dini.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Anak
1) Dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak dengan baik.
2) Memfasilitasi anak untuk memperoleh pengetahuan berdasarkan
pengalaman langsung.
3) Mendidik anak untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalahnya.
b. Bagi Guru
6
c. Bagi Peneliti
Menambah pengalaman dan wawasan peneliti saat penelitian dalam
mengembangkan kemampuan kognitif anak terutama dalam kegiatan sains
menggunakan metode temuan terbimbing.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Konsep Anak Usia Dini
a. Pengertian Anak Usia Dini
Menurut Burhanuddin dan Atabik (2015) anak usia dini adalah anak
yang berusia 0-8 tahun yang sedang dalam tahap pertumbuhan dan
perkembangan, baik fisik maupun mental.
Menurut Mulyasa (2014) mengatakan bahwa anak usia dini adalah
individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan
yang sangat pesat, bahkan dikatakan sebagai lompatan perkembangan. Anak
usia dini merupakan individu yang unik dan memiliki karakteristik sesuai
dengan tahapan usianya.
Menurut Wijaya (2014) Anak usia dini adalah anak yang berusia 0
hingga 6 tahun yang melewati masa bayi, masa balita dan masa prasekolah.
Pada setiap masa yang dilalui oleh anak usia dini akan menunjukkan
perkembangannyan masing-masing berbeda antara bayi, masa balita, dan
masa prasekolah.
Berdasarkan beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa
pengertian anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-8
tahun yang sedang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan baik
fisik maupun mental yang sangat pesat dimulai masa bayi, masa balita dan
masa prasekolah serta merupakan individu yang unik dan memiliki
karakteritik sesuai dengan tahapan usianya.
b. Karakteristik Anak Usia Dini
Menurut Khairi (2018) karakteristik anak usia dini adalah sebagai
berikut: 1) Unik, 2) Egosentris, 3) Aktif dan Energik, 4) Rasa ingin tahu
yang tinggi, 5) Eksploratif dan berjiwa petualang, 6) Spontan, yaitu perilaku
anak bersifat murni, 7) Kaya akan fantasi, 8) Mudah frustsi, 9) Daya
8
9
dalam diri anak khususnya pada kondisi yang menunjang, 9) Orang yang
ada disekitar anak dalam melaksanakan interaksi dengan anak merupakan
hal yang penting.
Menurut Aisyah (dalam Ariyanti, 2016) pendidikan anak usia dini
memiliki prinsip diantaranya: 1) Perkembangan aspek fisik, sosial,
emosional, dan kognitif anak saling berkaitan dan terjadi dalam suatu urutan
tertentu 2) Perkembangan berlangsung sesuai fungsi pada rentang dan
variasi 3) Pengalaman awal anak memiliki pengaruh 4) Perkembangan anak
berlangsung ke arah yang makin kompleks, khusus, terorganisasi dan
terinternalisasi, 5) Perkembangan dan cara belajar anak terjadi dan
dipengaruhi oleh konteks sosial budaya yang majemuk, 6) Anak adalah
pembelajar aktif, 7) Perkembangan dan belajar merupakan interaksi
kematangan secara biologis 8) Bermain merupakan sarana penting bagi
perkembangan sosial, emosional, dan kognitif anak serta menggambarkan
perkembangan anak, 9) Perkembangan akan mengalami percepatan bila
anak diberi kesempatan untuk mempratikkan berbagai keterampilan yang
diperoleh 10) Anak memiliki berbagai model belajar (ada tipe visual, auditif
kinestetik, atau gabungan 11) Kondisi terbaik anak untuk berkembang dan
belajar ada dalam komunitas yang menghargainya, memenuhi kebutuhan
fisiknya, dan aman secara fisik dan fisiologis.
Menurut Wiyani (2014) prinsip Pendidikan Anak Usia Dini adalah
sebagai berikut: 1) Mengutamakan kebutuhan anak, 2) Bermain sambil
belajar, belajar seraya bermain, 3) Lingkungan yang kondusif dan
menantang, 4) Menggunakan pembelajaran terpadu dalam bermain, 5)
Mengembangkan berbagai kecakapan atau keterampilan hidup (lifeskills), 6)
Menggunakan berbagai media atau permainan edukatif dan sumber belajar,
7) Dilaksanakan secara bertahap dan berulang-ulang.
Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip dari
pendidikan anak usia dini adalah pendidikan berorientasi pada apa yang
dibutuhkan anak saat proses kegiatan belajar mengajar melalui bermain
dimana kegiatan belajar difasilitasi dengan lingkungan belajar yang
14
kognitif anak usia dini berbeda-beda dan selalu mengalami kemajuan sesuai
dengan tahapan usia anak.
d. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini
Menurut Susanto (2011) beberapa faktor yang mempengaruhi
perkembangan kognitif anak usia dini yaitu sebagai berikut:
“1) Faktor Hereditas/Keturunan, Teori hereditas atau nativisme yang
dipelopori oleh seorang ahli filsafat Schaopenhauer berpendapat
bahwa manusia lahir sudah membawa potensi-potensi tertentu yang
tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Dikatakan pula bahwa, taraf
intellengensi sudah ditentukan sejak anak dilahirkan, para ahli
psikologi Lehrin Lindzey, dan Sohuier berpendapat bahwa taraf
intellegensi 75-80 merupakan warisan atau faktor keturunan. 2) Faktor
Lingkungan, Teori lingkungan atau empirisme dipelopori oleh John
Locke. John Locke berpendapat bahwa manusia dilahirkan dalam
keadaan suci seperti kertas putih yang masih bersih belum ada tulisan
atau noda sedikitpun. Teori ini dikenal dengan sebutan tabula rasa.
Menurut John Locke, perkembangan anusia sangatlah ditentukan oleh
pengalamannya dan pengetahuan yang diperoleh dari lingkungan
hidupnya. 3) Faktor Kematangan, Tiap organ (fisik maupun psikis)
dapat dikatan matang setelah mencapai kesanggupan menjalankan
fungsinya masing-masing. Kematangan berhubungan erat dengan usia
kronologis ( usia kalender). 4) Faktor Pembentukan, Pembentukan
ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi
perkembangan intelegensi. Pembentukan dapat dibedakan dengan
pembentukan sengaja (sekolah formal) dan pembentukan tidak
sengaja (pengaruh alam sekitar). Sehingga manusia berbuat
intelegensi karena mempertahankan hidup ataupun dalam bentuk
penyesuaian diri. 5) Faktor Minat dan Bakat, Minat mengarahkan
perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan untuk berbuat
lebih giat dan lebih baik lagi. Adapun bakat diartikan sebagai
kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan
dan dilatih agar dapat terwujud. Bakat seseorang akan mempengaruhi
tingkat kecerdasannya. Artinya seseorang yang memiliki bakat
tertentu, maka akan semakin mudah dan cepat mempelajari apa yang
diterimanya. 6) Faktor Kebebasan, Kebebasan yaitu keleluasaan
manusia untuk berpikir divergen (menyebar) yang berarti manusia
dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah, juga
bebas dalam memilih masalah sesuai kebutuhannya”.
B. Penelitian Relevan
Berdasarkan referensi yang peneliti cari maka peneliti menemukan beberapa
penelitian yang relevan dan sesuai dengan permasalahan yang peneliti teliti, antara
lain:
1. Penelitian Wardah Anggraini dan Anggi Darma Putri yang berjudul
“Penerapan Metode Bermain Peran (Role Playing) Dalam Mengembangkan
Kemampuan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun”. Hasil penelitian ini yaitu
penerapan metode bermain peran dapat mengembangkan kemampuan kognitif
anak usia dini. Persamaan dengan penelitian ini yaitu sama-sama membahas
tentang perkembangan kognitif anak usia dini. Sedangkan perbedaannya
terletak pada metode pembelajaran yang digunakan.
2. Penelitian Dian Anggraini dan Suyadi yang berjudul “Metode Demonstrasi
Sebagai Peningkatan Perkembangan Kognitif Anak”. Hasil penelitian ini yaitu
penerapan metode demonstrasi dapat mengembangkan kemampuan kognitif
anak usia dini. Persamaan dengan penelitian ini yaitu sama-sama membahas
tentang perkembangan kognitif anak usia dini. Sedangkan perbedaannya
terletak pada metode pembelajaran yang digunakan.
28
C. Kerangka Berpikir
Menurut Sugiyono (2015) kerangka berpikir merupakan sintesa tentang
hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah di
deskripsikan. Dalam penelitian ini peneliti menentukan dua kelompok anak yang
akan di jadikan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelas eksperimen
adalah anak yang berada pada kelas B1 TK Negeri Pembina 01 Lima Puluh Kota
yang berjumlah 15 orang. Kemudian kelas kontrol adalah anak yang berada pada
kelas B3 TK Negeri Pembina 01 Lima Puluh Kota yang berjumlah 15 orang.
Sebelumnya peneliti akan melakukan tes awal (pre-test) terlebih dahulu kepada
kelas eksperimen dan kelas kontrol tentang kemampuan kognitif mereka mengenai
konsep warna pada pembelajaran sentra sains tanpa pemberian tes apapun.
Kemudian dilakukan Uji-t untuk melihat kemampuan kognitif awal anak.
Setelah itu peneliti akan melakukan tes akhir (posttest) dengan cara
memberikan perlakuan (treatment) pada kelas eksperimen yang mana perlakuannya
adalah penerapan metode temuan terbimbing oleh guru pada saat kegiatan
memasukkan air ke dalam botol, kegiatan mencampur warna dan membuat
berbagai macam minuman yang dilakukan oleh anak. Sedangkan kelas kontrol
tidak diberikan perlakuan apapun atau hanya penggunaan metode eksperimen saja.
Setelah Posttest adanya tahap Gains Score yaitu tahap menghitung selisih posttest
dengan pretest. Hasil dari masing-masing Gain Score dianalisis dengan Uji-t.
Untuk melihat efektivitas peneliti menggunakan uji effect size.
Sesuai dengan penjelasan diatas, maka kerangka berpikir penelitian yang
berjudul Efektivitas Metode Temuan Terbimbing Pada Pembelajaran Sains
Terhadap Perkembangan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun di Taman Kanak-kanak
digambarkan sebagai berikut:
Pre-test Pre-test
Uji-t
Post-test Post-test
Uji-t
Bagan 1. Kerangka Berpikir
Uji Effect Size
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir yang telah digambarkan diatas, maka
penelitian ini dibangun berdasarkan dua hipotesis yaitu:
Ha = Terdapat pengaruh metode temuan terbimbing pada pembelajaran sains
terhadap perkembangan kognitif anak usia 5-6 tahun di Taman Kanak-
kanak.
H0 = Tidak Terdapat pengaruh metode temuan terbimbing pada pembelajaran
sains terhadap perkembangan kognitif anak usia 5-6 tahun di Taman
Kanak-kanak.
30
BAB III
METODE PENELI TIAN
A. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan metode penelitian
eksperimen. Menurut Sugiono (2015) penelitian eksperimental (experimental
research) adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh
perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.
Metode penelitian kuantitatif ini menggunakan bentuk desain Quasi
Experimental Design (Eksperimen Semu) dengan pola Nonequivalent Control
Group Design. Pada desain Nonequivalent Control Group Design, juga dilakukan
pretest dan posttest. Adapun pola dari penelitian desain Nonequivalent Control
Group Design secara lebih jelas dapat dlihat pada table berikut ini:
Tabel 1.
Desain Eksperimen Nonequivalent Control Group Design
Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O3 - O4
Keterangan:
O = Pre-test Kelas Eksperimen
O3 = Pre-test Kelas Kontrol
X = Perlakuan dalam hal ini penggunaan metode temuan terbimbing
O2 = Post-test Kelas Eksperimen
O4 = Post-test Kelas Kontrol
- = Tidak ada perlakuan
31
32
Kota terdiri dari 4 Kelas. Yaitu Kelas B1 15 Orang, Kelas B2 15 Orang, Kelas
B3 15 Orang, dan B4 15 Orang.
Tabel 2.
Jumlah Anak TK Negeri Pembina 01 Lima Puluh Kota
No Nama Kelas Jumlah Anak
1 Kelas B1 15 Orang
2 Kelas B2 15 Orang
3 Kelas B3 15 Orang
4 Kelas B4 15 rang
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah atau karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Teknik pengambilan sampel disebut teknik sampling (Sugiyono,
2015). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah teknik purposive
Sampling. Menurut Sugiyono (2015) Purposive Sampling adalah peneliti
menentukan sendiri sampel yang diambil karena ada pertimbangan tertentu.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka kelas yang akan dijadikan sampel
dalam penelitian ini adalah kelompok B1 dan B3 TK Negeri Pembina 01 Lima
Puluh Kota. Dimana kelompok B1 dengan jumlah anak 15 orang dijadikan
kelas eksperimen dan kelompok B3 dengan jumlah anak 15 orang dijadikan
kelas kontrol.
D. Variabel dan Data
1. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2015) Variabel Penelitian adalah suatu atribut atau
sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Variabel yang diteliti yaitu:
a. Variabel Bebas
Variabel bebas atau variabel independen adalah merupakan variable
yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
33
E. Defenisi Operasional
1. Metode Temuan Terbimbing
Metode temuan terbimbing merupakan salah satu metode pembelajaran
yang bisa diterapkan saat pembelajaran sains di TK. Metode ini memberikan
kesempatan kepada anak untuk melakukan suatu percobaan atau eksperimen
langsung dengan bimbingan dari guru. Metode temuan terbimbing mendukung
kemampuan anak untuk membangun pengetahuannya sendiri (konstruktivisme)
melalui pengalaman langsung yang dilakukan anak disekitarnya.
2. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif adalah kemampuan anak untuk mengingat,
pemecahan suatu masalah dan mengambil sebuah keputusan yang makna dari
pengalaman serta informasi yang anak dapat dari guru.
F. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya
Menurut Sugiyono (2015) Instrumen Penilaian adalah suatu alat yang
digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Dalam penelitian
ini, alat yang digunakan untuk mengukur perkembangan kognitif menggunakan
metode temuan terbimbing adalah melakukan tes.
Tabel 3.
Kisi-kisi Instrumen Tahapan Metode Temuan Terbimbing
SKOR
1 2 3 4
No KEGIATAN PEMBELAJARAN
I. TAHAP PENDAHULUAN
1. Guru menentukan tujuan pembelajaran
2. Guru mengidentifikasi karakteristik peserta didik
3. Guru memilih materi pelajaran yang akan dipelajari
4. Guru menentukan topik-topik yang harus dipelajari
5. Guru mengembangkan bahan-bahan pelajaran
II. TAHAP KEGIATAN INTI
1. Guru membahas materi terkait sebelumnya yang
berhubungan dengan materi yang akan dipelajari
2. Guru memberikan gambaran informasi baru atau masalah
yang berkaitan dengan materi pembelajaran
35
Keterangan Skor:
1 = tidak dilakukan
2 = dilakukan tetapi belum baik
3 = dilakukan dengan baik
4 = dilakukan dengan sangat baik
Tabel 4.
Kisi-kisi Instrumen Perkembangan Kognitif Anak Usia 5-6 tahun
No Kemampuan Dasar Indikator Kriteria Penilaian Skor
1 Mengenal konsep Anak mampu a. Anak mampu 4
bilangan (1-5) menghitung menghitung lima botol
jumlah botol air
b. Anak mampu 3
yang di isi air
menghitung empat
dari bejana
botol air
c. Anak mampu 2
menghitung tiga botol
air
d. Anak mampu 1
36
c. Anak mampu 2
menggunakan alat dan
melakukan pengukuran
tetapi dengan
bimbingan dari guru
d. Anak belum mampu 1
menggunakan alat dan
melakukan pengukuran
dan harus dibimbing
oleh guru
1. Ketentuan Penilaian
Berdasarkan metode observasi yang digunakan untuk mengetahui
efektivitas penggunaan metode temuan terbimbing pada pembelajaran sains
terhadap perkembangan kognitif anak usia 5-6 tahun di Taman Kanak-kanak,
maka ditetapkan sebagai berikut:
Tabel 5.
Ketentuan Penilaian Instrumen Penelitian
Skor Keterangan
1 BB : Belum Berkembang
2 MB : Mulai Berkembang
3 BSH : Berkembang Sesuai Harapan
4 BSB : Berkembang Sangat Baik
(Sumber: Dikutip dari Permendikbud No. 146 Tahun 2014)
Penilaian (BSH)
4 3 2 1
1 Anak mampu Anak mampu Anak mampu Anak mampu Anak mampu
mengenal menghitung menghitung menghitung menghitung
konsep lima botol air empat botol tiga botol air dua botol air
bilangan (1-5) air
2 Anak mampu Anak mampu Anak mampu Anak mampu Anak hanya
mengenal mengenal mengenal mengenal dua mampu
warna emapat tiga macam macam warna mengenal satu
macam warna warna (merah dan warna (merah)
(merah, (merah, kuning)
kuning, hijau kuning,
dan biru) hijau)
3 Anak mampu Anak mampu Anak mampu Anak mampu Anak hanya
mengenal rasa mengenal mengenal mengenal dua mampu
empat macam tiga macam macam rasa mengenal satu
rasa (manis, rasa (manis, (manis dan macam rasa
pahit, asam, pahit, asam) pahit) (manis)
asin)
4 Anak mampu Anak mampu Anak mampu Anak mampu Anak belum
mengelompok mengelompo mengelompo mengelompo mampu
kan benda kkan benda kkan benda kkan benda mengelompok
padat dan padat dan padat dan padat dan kan benda
benda cair benda cair benda cair benda cair padat dan
tanpa tanpa tetapi dengan benda
bimbingan bimbingan bimbingan cair dan harus
dari guru dari guru dari guru dibimbing
serta mampu oleh guru
membantu
temannya
5 Anak mampu Anak mampu Anak mampu Anak mampu Anak belum
menggunakan menggunaka menggunaka menggunaka mampu
alat dan n alat dan n alat dan n alat dan menggunakan
40
Σx . f
b) Mencari rata-rata dengan rumus X̅ = dan standar deviasi dengan
Σf
2
Σ ( X − X́ )
rumus Sd = √ Sd 2, dimana Sd2 =
n−1
c) Menyusun data berurutan dari skor terkecil diikuti dengan frekuensi (f)
masing-masing dan frekuensi komulatif (F), serta nilai Z dengan rumus Z =
X−μ
, dimana μ = rata-rata populasi dan σ = simpangan baku populasi.
σ
d) Menentukan probabilitas nilai Z (P ≤ Z) pada tabel Z.
e) Menentukan besar a2 dengan cara mencari selisih F/n dengan P ≤ Z, dan
menentukan besar a1 dengan mencari selisih f/n dengan a2
f) Membandingkan angka tertinggi a1 dengan tabel Kolmogorov-Smirnov.
Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
1) Terima H0 jika a1 maksimum ≤ Dtabel
2) Tolak H0 jika a1 maksimum > Dtabel
g) Membuat kesimpulan
1) Jika a1 maksimum ≤ Dtabel, maka H0 diterima. Dengan demikian data
disimpulkan berdistribusi normal.
2) Jika a1 maksimum > Dtabel, maka H0 ditolak. Dengan demikian data
disimpulkan tidak berdistribusi normal.
Untuk mempermudah perhitungan peneliti menggunakan bantuan
program Komputer SPSS for windows 21.0 dengan kriteria pengambilan
keputusan uji normalitas sebagai berikut:
a) Jika nilai Signifikasi > 0,05 maka data berdistribusi normal.
b) Jika nilai Signifikasi < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model t-
test data homogen atau tidak. Adapun langkah-langkah uji homogenitas sebagai
berikut:
1) Membuat Hipotesis dalam uraian kalimat
2) Membuat hipotesis model statistik
42
√( SD ₁
N 1−1
+
SD ₂
)(
N 2−1 )
4) Kesimpulan
a) Apabila thitung > ttabel maka H0 ditolak, yang berarti ada pengaruh metode
temuan terbimbing pada pembelajaran sains terhadap kemampuan
kognitif anak usia 5-6 tahun di Taman Kanak-kanak.
b) Apabila thitung ≤ ttabel maka H0 diterima, yang berarti tidak ada pengaruh
metode temuan terbimbing pada pembelajaran sains terhadap
kemampuan kognitif anak usia 5-6 tahun di Taman Kanak-kanak.
Untuk mempermudah perhitungan peneliti menggunakan bantuan
program Komputer SPSS for windows 21.0 dengan kriteria pengujian sebagai
berikut:
1) Jika nilai Signifikasi atau Sig.(2-tailed) > 0,05 maka H 0 diterima dan Ha
ditolak.
2) Jika nilai Signifikasi atau Sig.(2-tailed) < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha
diterima.
4. Uji Pengaruh
Dalam penelitian ini akan dilihat besarnya pengaruh motode temuan
terbimbing pada pembelajaran sains terhadap kemampuan kognitif anak usia 5-
6 tahun di Taman Kanak-kanak dengan menggunakan perhitungan effect size.
Untuk menghitung effect size pada uji-t atau (t-test) digunakan rumus Cohen’s
X́ t − X́ c
sebagai berikut: ԁ =
S pooled
Keterangan:
d = Cohen’s Effect Size (besar pengaruh dalam persen)
x̅t = Mean Treatment Condition (rata-rata kelas eksperimen)
x̅c = Mean Control Condition (rata-rata kelas kontrol)
Spooled = Standard Deviation (standar devisi)
44
Sebelum mencari Cohen’s Effect Size, hitung terlebih dahulu Spooled (Sgabungan)
dengan rumus sebagai berikut:
( nt −1 ) S t ²+ ( n c −1 ) S c ²
Spooled (Sgab) =
√ nt +nc
Keterangan:
nt = number of subject treatment (jumlah siswa kelas eksperimen)
nc = number of subject control (jumlah siswa kelas kontrol)
st2 = standart deviation treatment (standar deviasi kelas eksperimen)
sc2 = standart deviation control (standar deviasi kelas kontrol).
Tabel 5.
Kriteria Interpretasi nilai Cohen’s
2,0 97,7
1,9 97,1
1,8 96,4
1,7 95,5
1,6 94,5
Kuat 1,5 93,3
1,4 91,9
1,3 90
1,2 88
1,1 86
1,0 84
0,9 82
0,8 79
0,7 76
0,6 73
Sedang
0,5 69
0,4 66
0,3 62
0,2 58
Lemah 0,1 54
0,0 50
45
I. Prosedur Penelitian
Adapun prosedur atau langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
a. Menetapkan jadwal penelitian.
b. Menetapkan tema dan sub tema yang digunakan dalam meneliti efektifitas
metode temuan terbimbing pada pembelajaran sains terhadap
perkembangan kognitif anak usia 5-6 tahun di Taman Kanak-kanak.
Merancang dan mempersiapkan rencana kegiatan berdasarkan tema dan
sub tema yang telah ditetapkan.
c. Menetapkan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdasarkan
jumlah anak yang sama untuk masing-masing kelompok.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan metode temuan
terbimbing pada pembelajaran sains anak usia dini.
b. Mengevaluasi perkembangan kognitif anak dengan alat pengumpul data
berupa tes yang berisi pernyataan-pernyataan, baik kelompok eksperimen
maupun kelompok kontrol.
3. Tahap Penyelesaian
a. Menganalisis hasil tes tersebut dengan teknik analisis data dengan
menggunakan t-tes. Namun sebelum data dianalisis dengan t-tes dilakukan
terlebih dahulu uji homogenitas dan uji normalitasnya.
b. Menginterprestasikan hasil analisis data dan menetapkan kesimpulan
hasil penelitian.
46
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Susanto. (2011). Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar Dalam Berbagai
Aspeknya. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
Ariyanti, Tatik. (2016). Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini Bagi Tumbuh Kembang
Anak. Jurnal Dinamika Pendidikan Dasar (Nomor 1 Tahun 2016),50-58.
Burhanuddin, Ahmad & Atabik, Ahmad. (2015). Prinsip Dan Metode Pendidikan
Anak Usia Dini. Jurnal Iaiankudus (Nomor 2).
Diana & Mesiono. (2016). Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Medan: Perdana
Publishing.
Eggen, Paul & Kauchak, Don.(2012). Strategi Dan Model Pembelajaran. Jakarta: PT.
Indeks.
Erawati Ayu N.K, Maehaeni A.A.I.N dan Sariyasa (2018). Pengaruh Metode Penemuan
Terbimbing Berbantuan Media Realita terhadap Motivasi Berprestasi dan Hasil
Belajar Matematika Siswa. Interrasional Journal Of Elementary Education
(Nomor 2 Tahun 2018), 131-137.
Filtri, H & Sembiring Al Khudri. (2018). Perkembangan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun
Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan Ibu Di PAUD Kasih Ibu Di Kecamatan
Rumbai. Jurnal PAUD Lectura (Nomor 2 Tahun 2018), 4.
Hasyim, Sukarno L. (2015). Pendidikan Anak Usia (PAUD) dalam Perspektif Islam.
Jurnal Lentera, Vol 1(2).
Idris, Meity H. (2016). Karakteristik Anak Usia Dini. Jurnal Permata (Edisi Khusus),
39-40.
Irianto, Agus. (2007). Statistik Konsep Dasar & Aplikasinya. Jakarta: Kencana.
Nurani, Yuliani. (2011). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks.
Rinaldi dan Mujianto. (2017). Metodologi Penelitian Dan Statistik. Pusat Pendidikan
Sumber Daya Manusia Kesehatan: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Suhana, Cucu. (2014). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Refika Adiatama.
Sujiono, Yiliani Nurani. (2013). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT.
Indeks.
Srianis Komang, Suarni Ni Ketut dan Ujianti Putu Rahayu. (2014). Penerapan Metode
Bermain Puzzle Geometri Untuk Meningkatkan Perkembangan Kognitif Anak
Dalam Mengenal Bentuk. e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014), 2.
Suyadi. (2014). Teori Pembelajaran Anak Usia Dini Dalam Kajian Neurosains.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Usman dan Akbar. (2011). Pengantar Statistika. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Wiyani, Novan Ardy. (2014). Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta:
Gava Media.
Yanuarita, Andri. (2014). Rahasia Otak dan Kecerdasan Anak. Yogyakarta: Teranova
Books.
Yus, Anita. (2011). Model Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Prenadamedia Group.
Zahro, Ifat Fatimah. (2015). Penelitian Dalam Pembelajaran Anak Usia Dini. Jurnal
Tunas Siliwangi: PGPAUD STKIP.
Sinurat Maruli Tua, Uliyanti Endang dan Sugiyanto. (2018). Peningkatan Aktivitas
Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Dengan Model Temuan Terbimbing di
Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Khatulistiwa (Nomor 3
Tahun 2018), 3.