Anda di halaman 1dari 104

PENGEMBANGAN MODEL PENDIDIKAN

KARAKTER MELALUI FULL DAY SCHOOL KHAS


LOMBOK BARAT PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PROPOSAL TESIS

Oleh
ZUBAIDI
NIM 2229041075

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN DASAR


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2023

i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal Tesis oleh Zubaidi ini telah diperiksa dan disetujui untuk
Mengikuti Ujian Kelayakan Proposal Tesis

Singaraja: 29 Agustus 2023

Pembimbing I,

Prof. Dr. Ida Bagus Putu Arnyana, M.Si

NIP : 195812311986011005

Pembimbing II,

Prof. Dr. I Ketut Suma, M.S

NIP : 195901011984031003

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iv
A. JUDUL ...................................................................................................... 1
B. LATAR BELAKANG MASALAH.......................................................... 1
C. IDENTIFIKASI MASALAH ................................................................... 5
D. BATASAN MASALAH............................................................................ 6
E. RUMUSAN MASALAH.......................................................................... 6
F. TUJUAN PENELITIAN .......................................................................... 6
G. MANFAAT PENELITIAN ...................................................................... 7
H. PENJELASAN ISTILAH ......................................................................... 9
I. ASUMSI PENELITIAN ........................................................................... 10
J. RENCANA PUBLIKASI ......................................................................... 11
K. KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 12
1. Pendidikan Karakter...................................................................... 23
2. Pelaksanaan Model Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar.......... 25
3. Full Day School (FDS).................................................................. 26
4. Pendidikan Khas Lombok Barat.................................................... 31
5. Model Pendidikan Karakter Full Day School Khas Lombok Barat 32
L. Hasil Penelitian Yang Relevan.................................................................. 33
M. Kerangka Konsep Pengembangan............................................................. 35
N. METODE PENELITIAN.......................................................................... 37
1. Jenis Penelitian.............................................................................. 37
2. Rancangan Penelitian..................................................................... 37
3. Lokasi Penelitian............................................................................ 39
4. Subyek Penelitian.......................................................................... 40
5. Teknik Pengumpulan Data............................................................. 40
a. Metode Observasi...................................................................... 40
b. Metode Kuosioner..................................................................... 41

iii
c. Metode Wawancara................................................................... 41
6. Instrumen Pengumpulan Data........................................................ 41
a. Pedoman Wawancara................................................................ 42
b. Angket dan Kuosioner............................................................... 42
7. Uji Coba Instrumen........................................................................ 42
a. Perencanaan............................................................................... 42
b. Pengembangan Format Model.................................................. 42
c. Uji Coba Validitas..................................................................... 43
d. Uji Coba Kepraktisan................................................................ 43
e. Uji Coba Efektifitas................................................................... 44
8. Analisis Data...................................................................................... 54
1. Uji Normalitas............................................................................ 54
2. Uji Homogenitas......................................................................... 55
O. DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 57
P. LAMPIRAN.............................................................................................. 49

iv
A. Judul : Pengembangan Model Pendidikan karakter melalui full day school
khas Lombok Barat pada siswa Sekolah Dasar

B. Latar Belakang Masalah

Karakter sering kali disebut sebagai akhlak, kepribadian, atau etika

seseorang, yang erat terkait dengan ketuhanan, diri sendiri, sesama manusia,

lingkungan, dan kewarganegaraan. Ini tercermin dalam pemikiran, sikap,

perasaan, kata-kata, dan tindakan, yang didasarkan pada norma-norma agama,

hukum, adat istiadat, budaya, dan kebiasaan sosial. Masalah karakter menjadi

salah satu isu penting dalam dunia pendidikan saat ini. Program

pembangunan karakter menjadi mata rantai dalam menangani penurunan

moral dalam struktur sosial, dengan konsekuensi disintegrasi bangsa secara

global. Bahkan, keruntuhan moral mengakibatkan negara tunduk pada nilai-

nilai yang tidak manusiawi dalam konteks sosial dan budaya masyarakat.

Kejahatan moral terlihat jelas ketika baik murid, guru, maupun pendidik

mulai menjauhkan diri, seperti yang terjadi dalam penyebaran video

pornografi. Di kalangan pelajar, terlihat tindakan perusakan dan kehilangan

rasa hormat terhadap guru dan orang tua, peningkatan seks bebas, seringnya

tawuran antar siswa, peningkatan kejadian bullying, kurang minat belajar,

perilaku sulit diatur, dan kurangnya kejujuran yang semakin merajalela.

Mahasiswa juga terlibat dengan narkotika dan melanggar norma kemanusiaan

lainnya (Wijayanti, 2021). Penurunan moral menjadi bencana besar yang

tidak hanya dialami oleh bangsa-bangsa di seluruh dunia, tetapi juga

merupakan masalah di Indonesia. Kerusakan nilai-nilai moral dalam masyarakat


dunia tercermin dalam beberapa bentuk. Pertama, remaja saat ini terlibat dalam

perilaku seksual yang tidak sehat, kekerasan, narkotika, dan masalah psikologis,

menunjukkan rentan dan toleransi terhadap seks pranikah (Rachman, 2014). Seks

bebas yang dipengaruhi oleh budaya Barat dan diperkuat oleh media telah

menyebabkan penyebaran AIDS, perzinahan, homoseksualitas, dan lesbianisme

dengan dalih kebebasan pribadi atau hak asasi manusia. Kedua, kasus kejahatan

tinggi dalam berbagai bentuk, baik personal maupun sosial, seperti meningkatnya

penculikan anak, perempuan, dan orang dewasa. Masalah kemerosotan moral

siswa saat ini sama sekali tidak muncul., pada masa transisi ini para pemuda

mengalami ketidakamanan dan ketidaknyamanan serta banyak menerima

godaan untuk melakukan perbuatan yang tidak baik dan tidak jelas (Rachman,

2014). Remaja harus memilih antara melakukan pekerjaan yang mengarah

pada kebaikan atau melakukan hal buruk yang dapat menjatuhkan mereka.

Sebagian besar kemerosotan moral, etika, dan karakter dewasa ini sebagian

disebabkan oleh Pertama kurangnya pemahaman dan pelaksanaan agama

yang tertanam. Keyakinan beragama yang dilandasi oleh pemahaman yang

baik dan benar terhadap nilai-nilai ajaran agama berikut, diikuti dengan

penerapan ajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari, merupakan keyakinan

moral yang paling kuat. Ketika keyakinan agama menjadi bagian integral dari

kepribadian seseorang, keyakinan itu mengendalikan semua yang ada dalam

diri manusia. Kedua, pendidikan moral dan etika, yang tidak dilaksanakan di

lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat sebagaimana mestinya

(normatif) atau sebaik mungkin (objektif).. Moralitas bukanlah pelajaran atau


pengetahuan yang dapat diperoleh dengan belajar tanpa menjadikan

Pendidikan moral tersebut sebagai kebiasaan sejak kecil, karena moral

tumbuh dari tindakan menjadi pemahaman.

Ketiga, keadaan rumah yang tidak baik, seperti kehilangan saling

kepercayaan, kurangnya penghargaan, kurangnya penerimaan, kurangnya

kasih sayang antar pasangan, dan kesalahpahaman dengan orang tua. Kondisi

semacam itu dapat menimbulkan kecemasan pada anak-anak, membuat

mereka merasa takut, cemas, dan tidak nyaman ketika berada di dekat orang

tua mereka. Anak-anak yang selalu gelisah dan cemas cenderung terjerumus

dalam tindakan yang mengungkapkan perasaan di dalam hati mereka, yang

pada umumnya mengganggu ketenangan orang lain.

Keempat, dampak dari penyebaran obat-obatan dan alat kontrasepsi

secara luas. Salah satu aspek yang sering diabaikan dan berpengaruh terhadap

moral anak-anak, terutama remaja, adalah kurangnya kesadaran tentang

bahaya memperkenalkan narkoba dan alat kontrasepsi kepada masyarakat.

Usia muda merupakan masa di mana hasrat seksual meningkat karena

pertumbuhan biologis. Jika mereka tidak memahami dengan baik dan belum

mendapatkan pendidikan agama yang mendalam, dorongan dan bisikan dapat

dengan mudah menjauhkan mereka dari rayuan orang-orang jahat yang hanya

ingin memuaskan nafsu mereka.

Berdasarkan fenomena tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan

karakter memiliki peran penting sebagai alternatif untuk mengatasi masalah

yang dihadapi. Pemerintah Indonesia juga aktif terlibat dalam upaya


penguatan karakter bangsa, yang tercermin dalam Peraturan Presiden

(Perpres) Nomor 87 Tahun 2017 tentang penguatan pendidikan karakter.

Penerbitan Perpres tentang Pendidikan Karakter (PPK) merupakan bagian

integral dari Gerakan Revolusi Mental. PPK diharapkan dapat mengubah

arah, orientasi, dan pengelolaan sistem pendidikan di masa depan.

Harapannya, sekolah dapat melaksanakan pendidikan karakter sesuai dengan

prinsip PPK. Dari sini, dapat disimpulkan bahwa pemerintah juga berperan

aktif dalam mendukung pendidikan karakter.

Karenanya, diperlukan upaya yang besar dan efektif untuk

menyematkan nilai-nilai atau karakter kepada para siswa melalui lembaga

pendidikan. Prioritas harus diberikan pada nilai-nilai tertentu yang akan

menjadi fokus utama dalam pembelajaran, pemahaman, pengertian, dan

praktik. Hal ini bertujuan agar pendidikan karakter bangsa mampu benar-

benar mengubah perilaku, pola pikir, dan tindakan seluruh masyarakat

Indonesia, menjadikannya lebih baik dan berintegritas (Rosmi, 2020).

Pentingnya pembentukan karakter sangat erat kaitannya dengan lingkungan

masyarakat, terutama dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan karakter

dapat diartikan sebagai suatu proses yang bertujuan membentuk perilaku atau

karakter seseorang, sehingga ia mampu membedakan antara yang baik dan yang

buruk serta dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan

karakter pada dasarnya merupakan hasil dari tanggung jawab individu untuk

memenuhi kewajiban tertentu (Johansyah, 2017).

Pendidikan karakter, sebagai komponen integral dari struktur

keseluruhan sistem pendidikan nasional, perlu dikembangkan dan


dilaksanakan secara sistematis dan holistik melibatkan tiga pilar utama

karakter negara, yaitu unit pendidikan dalam ranah formal dan non formal,

keluarga, dan masyarakat. Pendidikan karakter merupakan sistem yang

menerapkan nilai-nilai moral, etika, dan moral kepada para pelajar melalui

pendekatan sains, kesadaran, atau kemauan, dengan tujuan menghasilkan

individu yang memiliki akhlak yang baik. Pendekatan ini bertujuan untuk

memperkenalkan, menanamkan, dan mengembangkan nilai-nilai luhur,

sehingga pelajar benar-benar mampu membentuk karakter. Penerapan nilai-

nilai karakter ini kemudian diimplementasikan dalam hubungan dengan diri

sendiri, orang lain, masyarakat, bangsa, dan negara, serta dalam hubungan

dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Pendidikan karakter dapat diimplementasikan melalui berbagai model,

seperti model pembiasaan dan keteladanan, pembinaan disiplin, sistem hadiah

dan hukuman, pembelajaran kontekstual, bermain peran, dan pendekatan

pembelajaran partisipatif sebagaimana disampaikan oleh Mulyasa (dalam

Rosmi, 2020). Pendidikan karakter tidak hanya berfokus pada ajaran

mengenai benar dan salah semata. Lebih dari itu, pendidikan karakter

merupakan usaha untuk membiasakan peserta didik agar mampu

menunjukkan sikap dan perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang telah menjadi

bagian dari kepribadiannya.

Proses pendidikan karakter merujuk pada keseluruhan potensi individu,

yang mencakup aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik, serta berfungsi

dalam konteks sosial dan budaya yang melibatkan interaksi dengan keluarga,
institusi pendidikan, dan masyarakat. Aspek-aspek ini dapat dikelompokkan

ke dalam dimensi emosional, intelektual, serta aktivitas olahraga dan gerak

(kinestetik), sesuai dengan konsep yang diungkapkan oleh Aqib (2011).

Pendidikan karakter dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu: tahap

pembentukan karakter pada anak usia dini, tahap pengembangan karakter

pada usia remaja, tahap pemantapan karakter pada usia dewasa, dan tahap

pembijaksanaan karakter pada usia tua.

Maksimalkan pengembangan pendidikan karakter di lingkungan

sekolah telah menjadi fokus pemerintah, yang tercermin dalam penerbitan

Permendikbud No. 23 Tahun 2017 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Peraturan tersebut mengatur tentang hari sekolah atau yang kini lebih dikenal

dengan Full Day School (FDS). Tujuan dari FDS adalah untuk meningkatkan

pengembangan karakter positif pada siswa. Program FDS tidak hanya

bertujuan memberikan pengetahuan, tetapi juga dirancang untuk membentuk

karakter siswa, sehingga mereka dapat menunjukkan perilaku yang positif

dan beradab dalam kehidupan sehari-hari. Melalui sistem FDS ini, diharapkan

siswa dapat secara bertahap membangun karakternya dan tidak putus sekolah

sebelum orang tua mereka pulang kerja.

Dalam konsep FDS, hal yang paling krusial adalah mencapai tujuan

pembelajaran dengan cara yang kreatif, menyenangkan, mendidik, dan

mengaktifkan siswa melalui pendekatan student active learning. Selain itu,

kegiatan ekstrakurikuler juga diakomodasi, karena dianggap dapat

mempererat hubungan dan persaudaraan antara guru dan siswa. FDS


memberikan waktu tambahan pada kurikulum, sehingga dapat dianggap

bahwa siswa memiliki waktu belajar yang lebih banyak. Dengan adanya FDS,

diharapkan proses pembentukan karakter peserta didik menjadi optimal,

karena pembelajaran dan penanaman nilai-nilai karakter dapat dilakukan

dengan lebih intensif dan sesuai dengan kurikulum sekolah. Sesuai dengan

visinya, FDS mendorong siswa untuk hidup mandiri dalam suasana

kekompakan, kesadaran akan ciptaan Tuhan, serta pengembangan kreativitas

dan bakat mahasiswa (Danil, 2018). Meskipun demikian, sebagai program

yang relatif baru, sistem FDS masih belum familiar di banyak sekolah,

khususnya di wilayah Lombok Barat, karena baru sedikit yang mengadopsi

program FDS.

Salah satu sekolah di Lombok Barat yang menerapkan program FDS

adalah SD IT Insan Mulia Kediri Lombok Barat. Berdasarkan hasil survei

pendahuluan pada tanggal 10 Februari 2023, SD IT Insan Mulia Kediri

Lombok Barat telah melaksanakan beberapa kegiatan rutin untuk memupuk

karakter pada siswa. Kegiatan tersebut mencakup sholat dzuhur berjamaah,

pengajian, pendidikan agama, membersihkan lingkungan sekolah,

menanamkan disiplin melalui kegiatan seremonial, dan mengkoordinir para

guru setiap pagi. Pendidikan karakter di SD IT Insan Mulia Kediri Lombok

Barat juga terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran yang tercantum dalam

RPP (Rencana Program Pembelajaran). Dengan penerapan sistem FDS di SD

IT Insan Mulia Kediri Lombok Barat, diharapkan dapat membentuk karakter

siswa sesuai dengan tujuan pendidikan. Keberhasilan pembentukan karakter


ini dianggap penting untuk mencegah kerusakan moral pada siswa yang dapat

berdampak pada identitas bangsa di masa depan. Model kurikulum SD IT

Insan Mulia Kediri Lombok Barat didasarkan pada landasan filosofis

pemikiran Islam yang mencakup hakikat alam semesta, manusia, dan

kehidupannya. Dengan pendekatan Islam, kehidupan seseorang sebagai

hamba Allah selalu diarahkan oleh syariat Allah SWT. Oleh karena itu,

pendidikan di sekolah ini bertujuan membentuk kepribadian muslim yang

kuat, yaitu individu yang memahami hakikat hidupnya dan mampu

mewujudkannya.

Kurikulum di SD IT Insan Mulia Kediri Lombok Barat dirancang untuk

mengembangkan kepribadian Islami sesuai dengan tahapan perkembangan

anak dan paradigma pendidikan Islam. Sistem pendidikan di SD IT Insan

Mulia, Kediri, Lombok Barat, bersifat universal dan Islami. Khususnya dalam

pengembangan kepribadian Islami, pendekatan pendidikan di SD IT Insan

Mulia Kediri Lombok Barat bertujuan mendorong peserta didik untuk

mengaplikasikan ciri-ciri kepribadian Islami. Sementara itu, bahan kajian

yang digunakan untuk pengembangan keterampilan dan kemampuan dasar

IPTEK merujuk pada kurikulum Kemdikbud, sedangkan bahan kajian

Tsaqofah Islam (ilmu-ilmu yang berasal dari akidah Islam) mengikuti

kurikulum Kementerian Agama.Berdasarkan permasalahan yang telah

dijelaskan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang: “Pengembangan

Model Pendidikan Karakter melalui Full Day School Khas Lombok

Barat Pada Siswa Sekolah Dasar”.


C. Identifikasi Masalah

1. Kebobrokan akhlak dan moral terlihat di depan mata, ketika murid bahkan

guru dan pendidik mulai menjauhkan diri.

2. Kurangnya pemahaman dan pelaksanaan agama yang tertanam. Keyakinan

beragama yang dilandasi oleh pemahaman yang baik dan benar terhadap

nilai-nilai ajaran agama berikut, diikuti dengan penerapan ajaran tersebut

dalam kehidupan sehari-hari, merupakan keyakinan moral yang paling

kuat.

3. Pendidikan moral dan etika, yang tidak dilaksanakan di lingkungan

keluarga, sekolah, dan masyarakat sebagaimana mestinya (normatif) atau

sebaik mungkin (objektif)

4. Situasi rumah yang kurang baik, seperti hilangnya saling kepercayaan,

saling menghargai, saling menerima, saling mencintai dan kasih sayang

antar pasangan dan kesalahpahaman dengan orang tua

5. Efektifitas Pengembangan model pendidikan karakter: Penelitian ini dapat

mengevaluasi sejauh mana pengembangan model Pendidikan karakter

diintegrasikan dalam aktivitas harian dan ekstrakurikuler siswa di sekolah,

serta apakah ada tantangan dalam melaksanakannya

D. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka batasan masalah ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:


a. Bagaimana pelaksanaan model pendidikan karakter pada siswa Sekolah

Dasar dalam full day school bisa menangani kebobrokan akhlak dan

moral?

b. Bagaimana penerapan model pendidikan karakter pada full day school

bisa mengurangi kurangnya pemahaman dan pelaksanaan agama.

c. Bagaimana pelaksanaan model pendidikan karakter pada siswa Sekolah

Dasar dalam full day school dapat menutupi kurangnya Pendidikan moral

dan etika di lingkungan keluarga

d. Bagaimana pelaksanaan model pendidikan karakter pada siswa Sekolah

Dasar dalam full day school dapat mengatasi anak dengan situasi rumah

yang kurang baik

e. Bagaimana efektifitas mutu pendidikan di Sekolah Dasar sebelum dan

sesudah diterapkannya model Pendidikan karakter melalui full day

school?

E. Rumusan Masalah

1. Bagaimana karakteristik model pendidikan karakter berbasis full day

school pada siswa sekolah dasar ?

2. Bagaimana validitas model Pendidikan karakter berbasis full day school

pada siswa sekolah dasar ?

3. Bagaimana kepraktisan model Pendidikan karakter berbasis full day school

pada siswa sekolah dasar ?


4. Bagaimana efektifitas model pembelajaran Pendidikan karakter berbasis

full day school pada siswa sekolah dasar dilihat dari tercapai tidaknya

sasaran yang telah ditetapkan?

F. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang masalah dan fokus penelitian di atas,

penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui karakteristik model Pendidikan karakter berbasis full

day school pada siswa Sekolah Dasar

2. Untuk mengetahui validitas model Pendidikan karakter berbasis full day

school pada siswa Sekolah Dasar

3. Untuk mengetahui kepraktisan model Pendidikan karakter berbasis full day

school pada siswa Sekolah Dasar

4. Untuk mengetahui efektifitas model Pendidikan karakter berbasis full day

school pada siswa Sekolah Dasar terhadap pembentukan moral dan etika

siswa.

G. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini, dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu,

manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis.

1. Manfaat teoritis

Apa itu manfaat penelitian teoritis? Memahami manfaat penelitian

teoritis adalah berhubungan dengan pengembangan ilmu pengetahuan, hasil

dari penelitian sesuai manfaat penelitian teoritis diharapkan dapat berguna


dalam pengembangan ilmu sekaligus tambahan ilmu pengetahuan mengenai

studi tertentu. Manfaat penelitian teoritis adalah berlatar dari tujuan penelitian

varifikatif untuk memverifikasi teori yang sudah ada. Apakah akan

memperkuat atau menggugurkan teori tersebut. Manfaat teoritis muncul

karena peneliti tidak puas atau ragu terhadap suatu teori tertentu.

Untuk menyukseskan pendididkan karakter di sekolah-sekolah, perlu

dilakukan identifikasi karakter, karena pendidikan karakter tanpa identifikasi

karakter hanya akan menjadi sebuah perjalanan tanpa ujung. Berkaitan

dengan pendididkan karakter, Character Education Quality Standars

(Mulyasa, 2013: 17) merekomendasikan 11 prinsip untuk mewujudkan

pendidikan karakter yang efektif adalah sebagai berikut:

a. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter.

b. Mengidentifikasi karakter secara komprehensid supaya mencakup

pemikiran, perasaan, dan perilaku.

c. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk

membangun karakter.

d. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.

e. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku

yang baik.

f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang

yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka dan

membantu mereka untuk sukses.

g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri dari para peserta didik.


h. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang

berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia kepada nilai

dasar yang sama.

i. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam

membangun inisiatif pendididkan karakter. 10)Memfungsikan keluarga

dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter.

j. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru

karakter, dan manifesti karakter positif dalam kehidupan peserta didik.

Prinsip tersebut bisa menjadi pegangan bagi kepala sekolah dalam

monitoring kinerja guru dan karyawan sekolah, sehingga setiap masalah bisa

cepat dideteksi dan dicarikan solusinya secara praktis.

2. Manfaat praktis

Apa itu manfaat penelitian praktis? Memahami manfaat penelitian

praktis adalah berhubungan dengan peneliti itu sendiri dan pembaca. Manfaat

penelitian praktis harapannya dapat memberikan kontribusi kepada pembaca

mengenai pemahaman suatu ilmu pengetahuan. hasil dari penelitian sesuai

manfaat penelitian praktis diharapkan dapat berguna dalam pengembangan

ilmu sekaligus penelitian tersebut dapat bermanfaat sebagai acuan untuk

penelitian selanjutnya. Manfaat penelitian praktis adalah bisa berguna untuk

memecahkan masalah secara pratikal atau sebagai alternatif solusi suatu

permasalahan. Bagaimana contoh manfaat penelitian praktis yang

dimaksudkan?
Manfaat Penelitian Bagi Peneliti

Manfaat penelitian praktis pengembangan model mendidikan karekter

melalui full day school khas Lombok Barat adalah dapat menambah wawasan

dan pengalaman langsung tentang cara mengembangkan model Pendidikan

karakter

Manfaat Penelitian Bagi Pendidik dan Calon Pendidik

Manfaat penelitian praktis pengembangan model mendidikan karekter

melalui full day school khas Lombok Barat adalah dapat menambah

pengetahuan dan sumbangan pemikiran tentang cara mengembangkan

kemampuan model Pendidikan karakter khususnya melalui metode

pengembangan.

Manfaat Penelitian Bagi Anak Didik

Manfaat penelitian praktis pengembangan model mendidikan karekter

melalui full day school khas Lombok Barat adalah anak didik sebagai subyek

penelitian, diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung mengenai

pembelajaran Pendidikan karakter secara aktif, kreatif dan menyenangkan

melalui metode pengembangan. Anak dapat terdidik terkait pendidkan

karakter sehingga perkembangan karakter anak dapat meningkat.

Manfaat Penelitian Bagi Sekolah


Manfaat penelitian praktis pengembangan model mendidikan karekter

melalui full day school khas Lombok Barat bagi sekolah adalah sebagai bahan

pertimbangan dalam menyusun program Pendidikan karakter serta

menentukan metode yang tepat untuk mengembangkan model Pendidikan

karakter anak.

H. PENJELASAN ISTILAH

1. Pengembangan Pendidikan Karakter: Pengembangan pendidikan karakter

adalah proses sistematis untuk membentuk dan meningkatkan nilai-nilai,

sikap, dan perilaku positif pada individu, seperti integritas, empati,

tanggung jawab, disiplin, kejujuran, kerjasama, dan lain sebagainya.

Tujuan dari pendidikan karakter adalah untuk membantu siswa menjadi

pribadi yang lebih baik dan lebih berkualitas.

2. Full Day School adalah model pendidikan di mana siswa menghabiskan

waktu yang lebih lama di sekolah dibandingkan dengan model sekolah

tradisional. Biasanya, siswa berada di sekolah sepanjang hari, termasuk di

waktu-waktu yang sebelumnya dianggap sebagai waktu luang atau waktu

istirahat. Model ini menyediakan lebih banyak waktu bagi siswa untuk

berpartisipasi dalam kegiatan akademik dan non-akademik, termasuk

kegiatan pengembangan karakter.

3. Lombok Barat adalah kabupaten di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat,

Indonesia. Ibu kota Lombok Barat yakni kecamatan Gerung. Jumlah

penduduk kabupaten Lombok Barat pada tahun 2020 sebanyak 724.744


jiwa, dengan kepadatan 808 jiwa/km2. Khas Lombok Barat adalah

banyaknya pondok pesantren terutama di kecamatan kediri sehingga

muncullah istilah “Kota Santri” dengan tentunya banyaknya program

Pendidikan yang berbasis agama, dimana salah satunya adalah mencetak

ribuan hafidz dan hafidzoh.

Secara keseluruhan, tesis dengan judul "Pengembangan Model

Pendidikan Karakter melalui Full Day School khas Lombok Barat Pada Siswa

Sekolah Dasar akan mengeksplorasi bagaimana model pendidikan karakter

melalui Full Day School khas Lombok Barat di Sekolah Dasar diterapkan

untuk mengembangkan pendidikan karakter siswa. Penelitian ini akan

mencakup pemahaman tentang pendidikan karakter, model Pendidikan

karakter, validitas model Pendidikan karakter, serta mengetahui kepraktisan

dan efektifitas model Pendidikan karakter berbasis full day school khas

Lombok Barat di siswa sekolah dasar.

I. ASUMSI PENELITIAN

1. Asumsi 1: Model Full Day School secara efektif mengintegrasikan

pendidikan karakter ke dalam kurikulum dan kegiatan sehari-hari siswa di

Sekolah Dasar.

2. Asumsi 2: Guru dan staf di Sekolah Dasar memiliki pemahaman yang kuat

tentang konsep model pendidikan karakter dan menerapkan nilai-nilai

tersebut dalam praktik yang berbeda setiap harinya.

3. Asumsi 3: Faktor pendukung, seperti dukungan aktif dari orang tua dan

masyarakat, serta ketersediaan sumber daya, berkontribusi pada


keberhasilan pengembangan model pendidikan karakter melalui Full Day

School di Sekolah Dasar.

4. Asumsi 4: Implementasi praktik pengembangan karakter di sekolah,

termasuk dalam aktivitas harian dan ekstrakurikuler, secara positif

berpengaruh pada perkembangan karakter siswa.

5. Asumsi 5: Pengembangan model Pendidikan karakter yang baik melalui

Full Day School berdampak positif pada prestasi siswa di Sekolah Dasar

6. Asumsi 6: Penggunaan strategi pendekatan inklusif memfasilitasi

pengembangan model Pendidikan karakter yang efektif bagi siswa dengan

beragam latar belakang dan karakteristik di Sekolah Dasar.

7. Asumsi 7: Evaluasi keseluruhan implementasi model Full Day School

akan mengetahui kepraktisan dan efektifitas dalam pengembangan model

pendidikan karakter siswa.

Penting untuk diingat bahwa asumsi-asumsi ini harus didukung oleh

penelitian dan data yang valid untuk memastikan keabsahan dan ketepatan

penelitian Anda. Selain itu, perlu juga mengidentifikasi batasan-batasan

penelitian agar pembaca tahu sejauh mana hasil penelitian dapat

digeneralisasi atau diterapkan pada situasi lain.

J. RENCANA PUBLIKASI
Rencana publikasi tesis ini kedepannya adalah melalui Jurnal

Pendidikan Dasar Indonesia melalui link

https://e-journal.unair.ac.id/IJOSH/user/authorizationDenied?
message=user.authorization.roleBasedAccessDenied
K. KAJIAN PUSTAKA

1. Pendidikan Karakter

a) Pengertian Karakter

Karakter, juga disebut sebagai "karakter," memiliki arti mengukir,

melukis, mengukir, atau mencakar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

karakter didefinisikan sebagai “sifat, tabiat, ciri kejiwaan, akhlak, atau adat

istiadat yang membedakan seseorang dengan orang lain” (Depdiknas dalam

Rohman, 2019). Berdasarkan interpretasi kamus bahasa Indonesia tersebut,

karakter dapat diartikan sebagai huruf, angka, spasi, atau simbol khusus yang

dapat muncul di layar melalui keyboard. Dengan kata lain, seseorang yang

memiliki karakter adalah individu yang memiliki kepribadian, tingkah laku, sifat,

tabiat, atau watak. Dalam terminologi, kata karakter memiliki berbagai definisi,

seperti yang diungkapkan oleh Sulistyowati, yang menyebutkan bahwa “karakter

manusia diartikan sebagai kumpulan atau kristalisasi dari kebiasaan-kebiasaan

yang dimiliki oleh seorang individu” (Sulistyowati dalam Mukminin, 2014). Di

sisi lain, Imam Ghazal menyatakan bahwa “karakter adalah kualitas yang tertanam

atau ditanamkan dalam jiwa, dan dengan kualitas tersebut, seseorang dapat

dengan spontan atau mudah mengkomunikasikan sikap, tindakan, dan perbuatan.”

Hal ini menunjukkan bahwa dalam konteks tertentu, karakter juga dapat diartikan

sebagai sifat, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang, yang terbentuk melalui

internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan dijadikan landasan cara

pandang, berpikir, berperilaku, dan bertindak (Depdiknas dalam Aziz, 2020).


“Karakter adalah nilai-nilai tingkah laku manusia yang terkait dengan

Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan bangsa,

yang diwujudkan dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan

berdasarkan norma agama, hukum, adat istiadat, budaya, dan adat istiadat”

menurut Sofani (dalam Ramdhani, 2014). Kepribadian bertemu dengan karakter,

di mana kepribadian dianggap sebagai kualitas, karakteristik, gaya, atau kualitas

manusia yang muncul dari pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Suyanto

menyatakan bahwa “karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang

mencirikan bagaimana setiap individu hidup dan bekerja sama dalam keluarga,

masyarakat, bangsa, dan negara” (Muhaimin dalam Azzet, 2011). Tanda, yang

dapat diartikan secara etimologis, juga dapat diartikan secara terminologis sebagai

"kecenderungan internal yang dapat diandalkan untuk menanggapi situasi secara

moral dengan baik" menurut Thomas Lickona, seperti dikutip (Marzuki dalam

ISLAM & Bulian, n.d.). Lickona mendefinisikan karakter sebagai. Dia juga

berpendapat bahwa karakter yang dimiliki individu mencakup tiga bagian yang

saling terkait: pengetahuan moral; perasaan moral, dan perilaku moral. Akhlak

mulia (karakter yang baik) mencakup pengetahuan tentang kebaikan (pengetahuan

moral), komitmen terhadap kebaikan (perasaan moral), dan tindakan nyata yang

baik (perilaku moral). Dengan berbagai definisi tersebut, dapat disimpulkan

bahwa istilah karakter lebih menekankan pada tindakan atau perilaku. Secara

umum, ada dua pemahaman tentang karakter. Pertama, karakter mencerminkan

bagaimana seseorang bertingkah laku, dan kedua, istilah karakter berkaitan erat

dengan kepribadian. Oleh karena itu, seseorang yang berperilaku tidak jujur,
curang, kejam, dan rakus dianggap memiliki karakter buruk. Sebaliknya, yang

bersikap baik, jujur, dan suka menolong dianggap memiliki karakter baik atau

mulia.

Pengembangan nilai-nilai dasar Pendidikan Karakter

Konsep umumnya adalah pendidikan yang mengupayakan pengembangan

nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada peserta didik, agar mereka dapat

memiliki dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari sebagai

anggota masyarakat dan warga negara yang religius, produktif, dan kreatif. Dalam

konteks program, konsep ini dipahami sebagai kolaborasi antara semua guru dan

kepala sekolah melalui kurikulum dan budaya sekolah, bertujuan untuk

memajukan serta mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa siswa

melalui pembelajaran aktif siswa. Meskipun secara teknis dapat diartikan sebagai

proses penanaman dan penghayatan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa, yang

aktif dilakukan dalam kepemimpinan guru, kepala sekolah, dan guru dalam

kehidupan sehari-hari di kelas, sekolah, dan masyarakat (Sulistyowati, 2012).

Pendidikan karakter dapat diinterpretasikan sebagai pendidikan nilai, pendidikan

budi pekerti, yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik

dalam membuat keputusan yang baik dan buruk, serta untuk menjaga dan

menerapkan nilai-nilai tersebut secara penuh.

Pendidikan karakter dapat dijelaskan sebagai usaha terencana untuk

menginspirasi, menyampaikan, dan memberi perhatian kepada peserta didik

dengan tujuan agar mereka mengadopsi perilaku yang manusiawi. Lebih lanjut,

pendidikan karakter dapat dipahami sebagai upaya untuk memperkenalkan nilai-


nilai karakter kepada anak-anak sekolah, yang mencakup komponen pengetahuan,

kesadaran atau kehendak, serta tindakan yang mewujudkan nilai-nilai tersebut

dalam hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, dan

lingkungan, dengan harapan mereka menjadi individu yang berkualitas.

Pemasyarakatan nilai-nilai ini pada anak-anak sekolah mengimplikasikan bahwa

pendidikan karakter akan berhasil jika melibatkan tidak hanya peserta didik tetapi

juga guru, kepala sekolah, dan pihak non-pendidik (Hariyanti, 2015). Beberapa

pengertian tersebut mencakup elemen-elemen penting dalam pendidikan karakter,

seperti: (1) pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter, (2) kolaborasi

antara seluruh guru dan kepala sekolah, (3) refleksi dan internalisasi nilai-nilai

karakter, dan (4) pengakuan terhadap nilai-nilai karakter.

Nilai-nilai yang dikembangkan dalam Pendidikan Karakter

1) Nilai dan Pendidikan

Nilai dan pendidikan merupakan dua hal yang saling terkait dan tak dapat

dipisahkan. Pendidikan, sebagai sarana untuk mengembangkan sisi kemanusiaan

manusia, terkait erat dengan dua tugas pokok, yaitu humanisasi. Dalam konteks

humanisasi, tujuan pendidikan adalah menempatkan manusia sebagai makhluk

yang berada dalam harmoni dengan lingkungannya, di mana manusia dipandu

untuk memenuhi kebutuhan biologisnya dengan baik dan benar, seperti yang

diungkapkan oleh Mulyana (2011: 103). Proses ini memerlukan pendidikan yang

membimbing manusia dalam memilih dan menyusun nilai-nilai sesuai dengan

hakikat biologisnya. Pendidikan juga berperan sebagai proses untuk

memanusiakan individu dengan mengarahkannya untuk hidup sesuai dengan


prinsip-prinsip moral, karena manusia pada dasarnya adalah makhluk moral.

Moralitas seseorang berkaitan dengan hubungannya dengan Tuhan, sesama

manusia, dan lingkungannya. Dalam konteks ini, pendidikan harus menghindari

reduksi pembelajaran yang hanya berfokus pada satu aspek kemampuan saja;

sebaliknya, pendidikan harus mampu menyeimbangkan antara kebutuhan moral

dan intelektual. Konsep nilai merupakan bagian integral dari dunia pendidikan.

Dalam mengembangkan strategi pembelajaran nilai, Kniker (dikutip oleh Samani

& Hariyanto, 2011) menguraikan lima tahapan kesadaran nilai berdasarkan

jumlah huruf dalam kata "nilai." Langkah-langkah tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut:

Pengakuan nilai. Pada tahap ini, setiap siswa harus mengetahui nilai dari

apa yang mereka pelajari.

1. Aktivitas (kegiatan). Pada tahap ini, siswa diarahkan pada kegiatan yang

berorientasi pada perwujudan nilai-nilai yang menjadi objek pembelajaran.

2. Alat bantu pengajaran (teaching aids). Alat bantu adalah benda yang dapat

mempercepat proses pembelajaran nilai, seperti cerita, film atau benda lain

yang sesuai dengan mata pelajaran nilai.

3. Interaksi pertama (interaksi pertama). Fase ini melanjutkan fase tindakan

dengan memperbanyak strategi atau metode yang dapat menyadarkan siswa

akan nilai.

1. Segmen evaluasi (bagian evaluasi). Langkah ini penting untuk

mengevaluasi kemajuan dalam pembelajaran nilai melalui berbagai

teknik penilaian yang berbeda. Nilai dalam konteks ini merujuk pada
evaluasi, yang merupakan ekspresi nilai dan tidak dapat dipisahkan dari

seluruh dimensi pendidikan. Pemahaman mengenai nilai-nilai sebagai

inti dari pendidikan berasal dari kegiatan pembelajaran. Dalam

pandangan filosofis, Mulyana menyatakan bahwa "nilai-nilai berperan

sebagai inti dari semua pengalaman pendidikan (at the heart of all

educational experience)" (Samani & Hariyanto, 2011). Pada hakikatnya,

setiap upaya pendidikan memiliki tujuan, sebagaimana halnya semua

kegiatan manusia memiliki tujuan, sehingga tujuan yang dicapai melalui

pendidikan memiliki nilai yang berharga. Oleh karena itu, nilai berfungsi

sebagai pendorong pembelajaran, serupa dengan jantung yang memompa

darah ke seluruh bagian tubuh, memungkinkan manusia untuk hidup dan

bertindak.

2. Nilai-Nilai Yang Dikembangkan Dalam Pendidikan Karakter

Perencanaan umum pendidikan karakter mengatakan, misalnya karakter

terdiri dari 3 nilai operasional atau nilai dalam tindakan, dan dapat juga dikatakan

bahwa ada tiga indikator perilaku yang saling terkait satu sama lain, yaitu

pengetahuan moral atau pengetahuan akhlak (aspek kognitif), perasaan berbasis

moral atau perasaan moral (aspek afektif) dan perilaku berbasis moral atau

perilaku moral (aspek psikomotorik). Karakter yang baik dengan demikian terdiri

dari proses-proses yang meliputi mengetahui apa yang baik, dan ingin berbuat

baik. Selain itu, karakter yang baik juga harus didukung oleh pikiran, hati, dan

tindakan. Selain itu, juga disebutkan bahwa konfigurasi karakter dalam konteks

realitas psikologis dan sosiokultural diklasifikasikan sebagai berikut: pelatihan


jantung (perkembangan mental dan emosional), pelatihan pemikiran

(perkembangan intelektual), atletik dan kinestetik (perkembangan fisik dan

kinestetik). pengembangan) dan praktik rasa dan tujuan (pengembangan afektif

dan kreativitas).

Menurut Thomas Lickona, “pendidikan karakter psikologis harus

mencakup dimensi penalaran moral, perasaan moral dan perilaku moral”

(Lickona dalam Hikmasari et al., 2021). Dalam pendidikan karakter, kita ingin

membentuk anak yang bisa menghargai apa yang baik, ikhlas menjaga apa yang

dikatakan baik, dan memahami apa yang dianggap baik meski dalam situasi stress

(penuh tekanan dari luar, tekanan dari luar) dan penuh. pencobaan yang muncul

dari hati sendiri (godaan dari dalam). Garis besar Grand Design Pendidikan

Karakter yang disusun oleh Kemendikbud, yang menjadi tolok ukur konseptual

dan operasional pengembangan pelaksanaan dan evaluasi di semua jalur dan

jenjang pendidikan, mengungkapkan 7 nilai yang terutama dikembangkan dalam

budaya formal dan informal. satuan pendidikan yaitu jujur, tanggung jawab,

cerdas, sehat dan bersih, peduli, kreatif dan gotong royong.

Berikut uraian tentang nilai tersebut:

1. Jujur, menceritakan apa adanya, terbuka, konsisten antara apa yang dikatakan

dengan apa yang dilakukan (integrity), berani karena benar, dapat dipercaya

(reliability) dan tidak menipu (tidak menipu).

2. Tanggung jawab, melaksanakan tugas dengan hati, bekerja dengan etos kerja

yang tinggi, mencapai kinerja terbaik (memberikan yang terbaik), kemampuan


mengendalikan diri dan menahan tekanan, disiplin diri, tanggung jawab atas

pilihan.

3. cerdas, berpikir cermat dan tepat, berperilaku penuh perhitungan, rasa ingin

tahu, berkomunikasi secara efektif dan tegas, setuju dengan santun, menjaga

kebenaran dan kebajikan, mencintai Tuhan dan lingkungan.

4. Sehat dan bersih, menghormati ketertiban, keteraturan, disiplin, profesional,

menjaga diri dan lingkungan, cara hidup yang seimbang.

5. Peduli, memperlakukan orang lain dengan sopan, berperilaku sopan, mentolerir

perbedaan, tidak ingin menyakiti orang lain, siap mendengarkan orang lain,

berbagi, tidak memandang rendah orang lain, tidak memanfaatkan orang lain,

tahu cara bekerja sama, apa adanya; bersedia berpartisipasi dalam kegiatan

masyarakat, mencintai orang dan makhluk lain, setia ketika menghadapi

masalah. Kreatif, mampu memecahkan masalah secara inovatif, luwes, kritis,

berani mengambil keputusan dengan cepat dan tepat, menyajikan sesuatu yang

luar biasa (unik), memiliki ide-ide baru, mau terus berubah, tahu cara membaca

situasi dan memanfaatkan peluang baru. Gotong royong, mau bekerjasama,

dengan prinsip kerjasama lebih mudah dan cepat mencapai tujuan, tidak

mempertimbangkan tenaga untuk berbagi dengan orang lain, mau

mengembangkan kekuatan diri untuk menggunakan berbagi untuk mencapai

hasil yang terbaik, tidak mementingkan diri sendiri seperti yang ditunjukkan

dalam tabel 2.1 berikut bisa dlihat esensi nilai karakter yang dapat dieksplorasi.

Tabel 2.1 Esensi nilai karakter yang dapat dieksplorasi, diklarifikasi, dan
direalisasikan melalui pembelajaran intra dan ekstakurikuler
(Depdiknas dalam Hikmasari et al., 2021)
Ideologi (Ideology) Agama (Religion) Budaya (Culture)
 Disiplin hukum dan tata tertib  Beriman  Toleransi
 Mencintai tanah air  Taat aturan agama  Empati
 Demokrasi  Berakhlak  Beretika
 Mendahulukan kepentingan umum  Berbuat kebaikan  Sopan dan santun
 Berani  Tawakkal  Sehat
 Setia kawan  Peduli sesama  Dermawan
 Rasa kebangsaan  Berkemanusiaan  Berjiwa besar
 Patriotik  Adil
 Warga Negara produktif  Bermoral dan
 Martabat harga diri bangsa bijaksana
 Setia bela negara

Ada enam nilai etika utama (core ethics values) dalam pendidikan

karakter, yang tercantum dalam Statement of Aspects, yang meliputi:

1. dapat dipercaya (reliable), seperti kejujuran dan integritas,

2. memperlakukan orang lain dengan hormat (memperlakukan orang dengan

hormat),

3. bertanggung jawab (bertanggung jawab),

4. adil

5. Kasih sayang (Caring)

6. Warga negara yang baik (good citizen)

Selain itu, Kemendikbud, Puslitbang Pendidikan Budaya dan Karakter

serta Kemendikbud telah mengidentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama,

Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional. Nilai-nilai tersebut adalah

“religius, jujur, toleran, disiplin, pekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa

ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,

bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan ,

kemasyarakatan dan tanggung jawab”.(Sulistyowati, 2012).


Dalam Pendidikan karakter, ada beberapa nilai yang dapat dikembangkan seperti

yang terlihat dalam tabel 2.2 berikut.

Tabel. 2.2. Nilai-Nilai yang Dikembangkan dalam Pendidikan Karakter Budaya


dan Karakter Bangsa

No Nilai Pendidikan Karakter


1 Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun
dengan pemeluk agama lain
2 Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.
3 Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat,
sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya
4 Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan
dan peraturan
5 Kerja Keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi
berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan
sebaik-baiknya.
6 Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari
sesuatu yang telah dimiliki.
7 Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas
8 Demokratis
Cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban
dirinya dan orang lain.
9 Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam
dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10 Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan
bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya
11 Cinta Tanah Air
Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetian, kepedulian,
dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi dan politik bangsa
12 Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan
orang lain
13 Bersahabat/komunikatif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul dan bekerja
sama dengan orang lain.
14 Cinta Damai
Sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang
dan aman atas kehadiran dirinya.
15 Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan bagi dirinya.
16 Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17 Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain
dan masyarakat yang membutuhkan.
18 Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya,
yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan
(alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Berdasarkan nilai-nilai tersebut di atas maka nilai-nilai karakter yang akan

dikembangkan dalam pendidikan karakter secara umum adalah: jujur, tanggung

jawab, cerdas, sehat dan bersih, peduli, kreatif, gotong royong, religius, toleran,

disiplin, pekerja keras, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu.semangat kebangsaan,

cinta tanah air, menghargai prestasi, peduli/komunikatif, cinta damai, rajin

membaca, pekerja keras, bijaksana, tegas, antusias, percaya diri, rendah hati,

proaktif, bahagia, adil, setia, lemah lembut, patuh, bersih, protektif, hati-hati,

kontrol diri, teliti, tulus, hormat, tegas, fleksibel, pemaaf, murah hati, lemah

lembut, pandai berterima kasih kepada orang lain, sopan, dan hormat.

Merujuk pada penyelenggaraan pendidikan karakter sebagai pengalaman

terbaik (best practice) negara maju, serta khazanah nilai-nilai karakter yang telah

lama ada di Indonesia mulai dari tradisi budaya, ajaran agama dan ajaran

kepemimpinan, terdapat banyak sekali nilai yang dapat dicontohkan dalam


implementasi pendidikan karakter di Indonesia, khususnya di sekolah. Terkadang

tidak semua nilai diadopsi dan diimplementasikan, setiap satuan pendidikan dapat

mengadopsi nilai-nilai inti yang dikembangkan di sekolahnya. Hal ini dapat

dilakukan dengan melihat visi dan misi sekolah, tradisi budaya yang

melingkupinya, keinginan warga sekolah, kehendak kelompok kepentingan

sekolah, kondisi lingkungan, dll.

Untuk kemudahan pemahaman, nilai-nilai yang berbeda dikelompokkan

dalam dua cara: (1). melihat hubungan nilai-nilai tersebut dengan empat asas

pembinaan (pembinaan hati, pemikiran, latihan, perasaan dan kemauan), (2)

melihat hubungan nilai-nilai dan kewajiban tersebut kepada Tuhan Pencipta,

kewajiban . terhadap dirinya sendiri, kewajiban terhadap keluarga, kewajiban

terhadap masyarakat dan bangsa, dan kewajiban terhadap alam. Menurut Muchlas

Samani dan Hariyanto, “menghubungkan nilai-nilai dengan prinsip-prinsip

keempat latihan tersebut dapat dilakukan dengan memberi makna atau

mendefinisikan nilai-nilai tersebut” (Samani & Hariyanto, 2011).

Oleh karena itu, penulis memfokuskan pada pengembangan beberapa nilai

karakter saja, antara lain: Religius, Nasionalisme, Gotong royong, Integritas dan

Mandiri adalah beberapa nilai pendidikan karakter.

Berikut penjelasan beberapa nilai karakter tersebut:

1) Religius

Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa religi berarti: religi

atau yang berkaitan dengan religi (keagamaan). Menciptakan suasana religius

berarti menciptakan suasana kehidupan religius. Dalam konteks pendidikan agama


Islam di sekolah, madrasah, atau perguruan tinggi, berarti menciptakan suasana

atau suasana kehidupan keagamaan Islam yang efeknya adalah terciptanya visi

yang bernafaskan atau diresapi oleh ajaran dan nilai-nilai agama Islam, yang

dituangkan dalam sikap dan kecakapan hidup peserta didik, anak sekolah, guru

madrasah atau perguruan tinggi. Agama dalam kehidupan pemeluknya

merupakan ajaran dasar yang menjadi visi atau pedoman hidup. Pandangan hidup

adalah "persepsi nilai yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang untuk

kehidupan". Nilai berarti sesuatu yang dianggap berharga dalam kehidupan

seseorang, yang mempengaruhi sikapnya terhadap kehidupan. Pandangan hidup

(way of life, world view) penting dan perlu bagi seseorang, karena ia sesuai

dengan pandangan hidupnya yaitu. petunjuk yang jelas untuk hidup di dunia ini.

Orang sering memiliki pandangan yang berbeda tentang kehidupan, seperti

pandangan agama tentang kehidupan, sehingga agama yang dianut seseorang

berbeda dengan agama yang dianut orang lain. Berdasarkan definisi di atas, dapat

dikatakan bahwa religiusitas adalah ketaatan dan perilaku sesuai dengan apa yang

diajarkan dalam agama. Karakter religius digambarkan sebagai nilai budi pekerti

yang indikatornya berupa perbuatan yang menunjukkan sikap dan perilaku taat

dalam menjalankan ajaran agama yang dianut. Berdasarkan uraian tersebut maka

indikator keagamaan sekolah adalah sikap dan perilaku patuh dalam pelaksanaan

pendidikan agama di sekolah. Indikator religi di kelas adalah perilaku taat saat

melaksanakan pendidikan agama di kelas, dan indikator religi dalam kegiatan

pendidikan adalah perilaku taat saat melaksanakan pendidikan agama di kegiatan

pendidikan.
2) Nasionalisme

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Nasionalisme adalah kesadaran

keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama

mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran,

dan kekuatan bangsa itu, yakni semangat kebangsaan (Depdikbud dalam Surya,

1997).

Nilai-nilai Nasionalisme

Nilai-nilai nasionalisme merupakan cita-cita, harapan dan keharusan untuk

membangun masa depan bangsa, terlepas dari beberapa agama, ras dan etnik.

Nilai-nilai nasionalisme sangat berguna untuk membina rasa persatuan antara

penduduk negara yang heterogen karena perbedaan suku, agama, ras dan

golongan, serta berfungsi untuk membina kebersamaan dan mengisi kemerdekaan

yang sudah diperoleh.

Nasionalisme tidak dibatasi oleh suku, bahasa, agama, daerah dan strata

sosial. Kemajemukan masyarakat bukan menjadi penghalang untuk mewujudkan

suatu tujuan dan cita-cita dalam bernegara ketika nasionalisme dijadikan sebagai

landasan dalam kehidupan yang pluralis (Murod, 2011), cita-cita yang ingin

diwujudkan melalui paham nasionalisme adalah sebagai berikut:

1. Perjuangan untuk mewujudkan persatuan nasional yang meliputi persatuan

dalam politik, ekonomi, keagamaan, kebudayaan, dan persekutuan serta

solidaritas.

2. Perjuangan untuk mewujudkan kebebasan nasional yang meliputi

kebebasan dari penguasa asing atau campur tangan dari dunia luar dan
kebebasan dari kekuatan-kekuatan intern yang bersifat anti nasional atau

yang hendak mengesampingkan bangsa dan negara.

3. Perjuangan untuk mewujudkan kesendirian (separateness), pembedaan

(distinctiveness), individualitas dan keaslian (originality).

4. Perjuangan untuk mewujudkan pembedaan diantara bangsa-bangsa yang

memperoleh kehormatan, kewibawaan, gengsi dan pengaruh.

3). Gotong Royong

Gotong royong berasal dari kata dasar “gotong” yang berarti bekerja dan

“royong” yang berarti Bersama. Dalam istilah Jawa, kata “gotong” memiliki arti

mengangkat atau memikul secara bersama. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI), gotong royong adalah bekerja bersama-sama (tolong

menolong, bantu membantu). Melansir dari situs resmi Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan (Kemendikbud), gotong-royong merupakan bentuk kerja sama

kelompok masyarakat untuk mencapai hasil positif tanpa memikirkan dan

mengutamakan keuntungan bagi salah satu individu atau kelompok saja,

melainkan untuk kebahagiaan bersama.

Dengan demikian, arti gotong royong adalah sebagai bentuk kerja sama

oleh suatu masyarakat, baik oleh beberapa individu atau kelompok, demi

mencapai tujuan bersama dan dilakukan secara suka rela.

3.1. Unsur-Unsur Gotong Royong

Dalam sebuah masyarakat, gotong royong sangat diperlukan karena

menyangkut sikap saling tolong menolong antara sesama, tetangga, lingkungan


sekitar, dan dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan menerapkan gotong rotong,

akan terciptanya lingkungan bermasyrakat yang rukun, aman, tentram, hingga

terhindar dari konflik sosial.

Berikut ini adalah unsur-unsur gotong royong :

1. Kebersamaan

Kebersamaan adalah sebuah kegiatan yang dilakukan secara bersama-

sama. Kegiatan gotong royong tersebut akan ada banyak orang yang ikut

berpartisipasi. Artinya, gotong royong akan menciptakan sebuah kebersamaan

karena setiap masyarakatan akan melakukan pekerjaan yang dikerjakan secara

bersama-sama dan berinteraksi secara langsung, sehingga terciptalah

kebersamaan.

2. Persatuan

Dalam KBBI, persatuan adalah gabungan (ikatan, kumpulan, dan

sebagainya) beberapa bagian yang sudah bersatu dari sekelompok orang. Setelah

kebersamaan telah tercipta, dalam gotong royong juga bisa melahirkan sebuah

persatuan, sehingga masyarakat akan menjadi lebih dekat, kuat, dan mampu

menghadapi berbagai permasalahan yang muncul.

3. Kerukunan
Gotong royong berarti bekerja sama. Dalam melakukan pekerjaan secara

bersama-sama akan menimbulkan interaksi satu sama lain, yang kemudian akan

menciptakan kerukanan, misalnya antar tetangga.

4. Kekeluargaan

Tidak heran apabila gotong royong membuat masyarakat menjadi

memiliki rasa kekeluargaan di samping banyaknya perbedaan, yakni ras, suku,

dan agama. Sebab, sikap bergotong royong telah menjadi kebiasaan masyarakat

Indonesia. Akibat sering berpartisipasi dalam kegiatan gotong royong itulah

timbul rasa kekeluargaan.

3.2. Manfaat Gotong Royong

Manfaat gotong royong tidak jauh berbeda dengan tujuannya. Ada banyak

manfaat yang akan didapatkan apabila menerapkan gotong royong dalam suatu

pekerjaan, salah satunya meminimalisir pengeluaran. Karena, biaya yang besar

menjadi kecil jika dilakukan secara bersama-sama.

Manfaat gotong royong lainnya, antara lain:

a) Setiap pekerjaan menjadi lebih ringan dan mudah

b) Pekerjaan dapat terselesaikan dengan cepat

c) Dapat mempererat rasa persatuan dan kesatuan

d) Menumbuhkan sikap suka rela

e) Terjalinnya rasa solidaritas


f) Meningkatkan keamanan lingkungan

g) Meningkatkan produktivitas kerja

h) Mempererat tali silaturahmi dan kebersamaan

i) Terciptanya lingkungan yang tentram, damai, dan harmonis

4) Integritas

Berasal dari bahasa latin yaitu integer, integritas dapat diartikan secara

umum yakni utuh serta lengkap. Dengan begitu, intregitas merupakan suatu usaha

yang lengkap serta utuh dengan landasaan kejujuran, konsistensi karakter

seseorang, serta kualitas. Integritas juga dapat diartikan sebagai suatu

ketangguhan dan konsistensi yang tidak bisa digoyahkan dalam menjunjung

keyakinan serta nilai luhur. Integritas juga bisa didefinisikan sebagai kejujuran

atau kebenaran atas tiap tindakan seseorang jika dilihat dari sisi etika. Keselarasan

antara apa yang diucapkan dengan yang dilakukan juga dapat digunakan untuk

mendefinisikan integritas. Seseorang yang mampu bertindak sesuai nilai,

keyakinan, dan prinsip yang dipegangnya dapat dikatakan memiliki integritas.

4.1. Fungsi Integritas

Integritas terbagi menjadi dua fungsi utama, antara lain:

1. Fungsi Kognitif Integritas (Cognitive Function Integrity)

Fungsi satu ini meliputi kecerdasan moral dan diri sendiri (self insight).

Self insight juga dapat diartikan sebagai pengetahuan serta refleksi diri. Dengan
demikian, integritas bermanfaat memelihara moral, karakter, atau akhlak

seseorang yang kemudian mendorongnya untuk memiliki pengetahuan luas.

2. Fungsi Afektif Integritas (Affective Functions of Integrity)

Fungsi satu ini meliputi hati nurani serta harga diri. Jika melihat fungsi ini

dapat dikatakan integritas berfungsi memelihara nurani seseorang agar tetap jujur

sebagai hamba. Integritas juga dapat menjadi pembeda antara dirinya dengan

hewan. Sebab, secara biologis, manusia serta hewan sama-sama memiliki hati.

Namun hewan tidak memiliki qalb yang mana hanya ada di diri manusia.

4.2. Manfaat Integritas

1. Manfaat Secara Fisik

Integritas akan membuat seseorang merasa sehat, bugar, dan fit. Sebab,

seseorang akan siap selalu melakukan aktivitas atau pekerjaannya sehari-hari.

2. Manfaat Secara Intelektual

Secara intelektual, integritas dapat mengoptimalkan kemampuan otak

seseorang.

3. Manfaat Secara Emosional

Secara emosional, integritas akan menjadikan diri penuh motivasi, sadar

diri, empati, serta memiliki solidaritas tinggi serta sarat kehangatan emosional

dalam interaksi bekerja.


4. Manfaat Secara Spritual

Dari segi spiritual, seseorang akan menjadi lebih bijaksana dalam

mengartikan segala sesuatu, termasuk apa saja pengalaman-pengalaman hidup,

baik yang menyenangkan maupun yang sebaliknya. Misalnya keberhasilan,

penderitaan, dan kegagalan.

5. Manfaat Secara Sosial

Secara sosial, integritas akan mengembangkan hubungan baik antar

individu maupun lingkungan masyarakat. Selain itu, integritas juga akan membuat

seseorang mau bekerjasama untuk menyelesaikan tugas maupun kegiatan yang

menuntut kekompakan serta kerjasama yang baik.

4.3. Tujuan Integritas

 Meraih keberhasilan atau kesuksesan hidup

 Agar mampu memimpin maupun dipimpin

 Agar melahirkan sebuah kepercayaan bagi orang lain

 Melahirkan prestasi

4) Mandiri

Kemandirian sebagai nilai karakter digambarkan oleh Suparman sebagai

sikap dan perilaku yang tidak mudah terlibat dalam pelaksanaan tugas orang lain.

Dan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “merdeka” berarti keadaan

mampu berdiri sendiri, tidak bergantung pada orang lain (Depdiknas dalam
Farhan, 2019). Menurut Steinberg, kata “kemerdekaan” dalam Nurhayat diambil

dari dua istilah yang makna paralelnya seringkali berdampingan, yaitu otonomi

dan kemandirian, karena perbedaan kedua konsep ini (kemerdekaan) umumnya

sangat kecil, yang mengacu pada kemampuan individu untuk melakukan aktivitas

kehidupan secara mandiri dari pengaruh kontrol orang lain. Sedangkan menurut

Antonius Atoshok Gea, kemandirian adalah kemampuan seseorang untuk

memenuhi keinginan dan kebutuhan hidupnya melalui kekuatannya sendiri

(Nurhayati, 2010: 58). Berdasarkan definisi di atas, dapat dikatakan bahwa

kemandirian adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah terlibat dengan orang

lain. Karakter mandiri digambarkan sebagai nilai karakter yang ditunjukkan

dengan sikap dan perilaku mandiri dalam mengerjakan tugas atau ujian.

3. Pelaksanaan Pendidikan Karakter di Sekolah

Dalam setiap pembelajaran atau sekolah, pembelajaran alamiah harus

dilaksanakan di dalam kelas, di luar kelas dan di dalam sekolah dan bertujuan

untuk menciptakan efek pengajaran, efek langsung dari pembelajaran dan

pembelajaran, biasanya dalam bentuk tujuan pembelajaran, ekstra. dampak

merupakan akibat lanjutan setelah siswa mengalami pengalaman belajar tertentu,

seperti lebih peka terhadap perbedaan sudut pandang, lebih kreatif dan inovatif.

Efek limpahan terjadi ketika, dan hanya ketika, siswa mengalami pengalaman

belajar yang optimal yang mampu merangsang seluruh potensi kognitif, afektif,

dan psikomotorik (Dasim dalam Johansyah, 2017) Pengembangan nilai-nilai

pendidikan karakter diintegrasikan ke dalam setiap mata pelajaran masing-masing


mata pelajaran. Nilai-nilai ini tertulis dalam rencana belajar dan pelajaran. Selain

itu, sekolah buaya menjadi bagian dari keseharian siswa sekolah yang dipadukan

dengan kegiatan ekstrakurikuler seperti kepramukaan, olah raga dan menulis.

Jika diuraikan seperti dalam gambar 2.3 berikut ini :

Gambar 2.3 Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah Sumber : Endah, S.


(2010)

Terdapat tiga arah pelaksanaan pembelajaran sebagai kegiatan implementasi

kurikulum, yaitu: (1) orientasi transfer, (2) orientasi transaksi, (3) orientasi

transformasi. penjelasan Miller dan Seller (1985, hlm. 6-8),. Dalam melaksanakan

pendidikan karakter, terdapat strategi pelaksanaan pendidikan karakter. Pada

Gambar 2.4 berikut ditunjukkan strategi implementasi pendidikan karakter.


Gambar 2.4. Strategi Pelaksanaan Pendidikan Karakter Sumber: Endah, S. (2010)

3. Full Day School (FDS)

a) Pengertian FDS

Kata FDS berasal dari bahasa Inggris. Full berarti penuh dan Day berarti

hari. Meskipun sekolah berarti sekolah. Jika digabungkan, berarti sepanjang hari

sekolah (Echols dan Sadily, 2015: 259). Sementara itu, dari segi terminologi, ada

beberapa pendapat yang menjelaskan tentang pengertian FDS. FDS adalah sistem

pembelajaran yang diterapkan dalam proses belajar mengajar yang dimulai

sepanjang hari dari pagi hingga sore hari dari pukul 06:45 hingga 15:00 dan

durasi istirahat setiap 2 jam sekali. Dalam FDS prioritasnya adalah menyusun dan

memperdalam jadwal tematik (Baharuddin, 2009: 229). Sementara itu, menurut

Surur, FDS merupakan sistem pembelajaran yang diterapkan dalam kegiatan

belajar mengajar sepanjang hari dalam untaian sistem pembelajaran intensif, yaitu.

menawarkan waktu ekstra khusus selama lima hari pendalaman dan relaksasi

cuti panjang penuh. atau kreativitas (Imam Sururi, 2012: 14). FDS merupakan
sistem pembelajaran yang diimplementasikan dalam kegiatan proses pembelajaran

yang dimulai pada siang hari dari pagi hingga sore hari mulai pukul 07.00.

sampai 15:00:42 Menurut Yulianti (2013),. Dari pernyataan di atas tentang FDS

dapat disimpulkan bahwa konsep FDS adalah sekolah yang melalui proses

pembelajaran sehari penuh dari pagi hingga malam hari yaitu dari pukul 19.00

hingga 15.00, artinya hampir semua kegiatan yang dilakukan anak di sekolah

mulai dari belajar, makan, bermain dan beribadah dikemas dalam sistem

pendidikan; sistem ini diharapkan untuk integrasi nilai kehidupan anak dan

kehidupan yang utuh.

b) Tujuan Program FDS

Tujuan pendidikan merupakan hasil yang diharapkan dari kegiatan

pembelajaran. Pendidikan merupakan kegiatan yang disengaja untuk mencapai

tujuan pendidikan agama Islam. Padahal tujuan pendidikan merupakan hal yang

sangat urgen, karena pendidikan tanpa tujuan dikatakan bukan pendidikan. Di

dalam organisasi pendidikan, tujuan pendidikan dirumuskan untuk tujuan yang

berbeda-beda, yaitu: (1) tujuan pendidikan nasional, (2) tujuan kelembagaan, (3)

tujuan kurikulum, (4) tujuan pendidikan (Suharsimi Arikunto, 1993: 14). Semua

tujuan tersebut di atas merupakan tatanan hirarki yang saling mendukung dan

pada akhirnya merupakan tujuan nasional, sehingga rumusan tujuan pendidikan

tinggi harus berdasarkan dan berpijak pada tujuan pendidikan nasional. FDS

menggabungkan pengetahuan umum dengan pengetahuan agama. Model yang


dikembangkan merupakan integrasi antara pendidikan dan masyarakat umum,

memaksimalkan pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

Tujuan progam FDS adalah sebagai berikut:

Membentuk sikap yang Islami, meliputi: (1) pembentukan sikap yang

Islami, meliputi: pengetahuan dasar tentang Iman, Islam dan Ihsan, pengetahuan

dasar tentang akhlak terpuji dan tercela, kecintaan kepada Allah dan Rasulnya,

dan kebanggaan kepada Islam dan semangat memperjuangkan, dan (2)

pembiasaan berbudaya Islam, meliputi: gemar beribadah, gemar belajar, disiplin,

kreatif, mandiri, hidup bersih dan sehat, adab-adab Islam, (3) penguasaan

pengetahuan dan keterampilan, meliputi: pengetahuan materi-materi pokok

progam pendidikan, mengetahui dan terampil dalam beribadah sehari-hari,

mengetahui dan terampil baca dan tulis Al-Qur’an, memahami secara sederhana

isi kandungan amaliyah sehari-hari (Sehudin, 2005: 17).

Dapat dikatakan bahwa sekolah model FDS memadukan ilmu agama dan

ilmu umum dalam pembelajarannya. Dalam sistem sekolah penuh waktu ini,

fokusnya adalah pada sektor keagamaan. Jadi jika agama itu baik, maka perilaku,

sikap dan karakter apapun juga baik. Selain itu, FDS bertujuan untuk

mengembangkan sikap berbasis keislaman, membudayakan kebiasaan budaya

Islami, serta memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Agar waktu luang anak

dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin, maka diterapkan sistem FDS dengan

tujuan membentuk akhlak dan keyakinan untuk menciptakan nilai-nilai positif,

mengembalikan fitrah manusia sebagai khalifah dan hamba Allah serta


menciptakan landasan belajar yang kokoh. Dalam semua aspek. Berdasarkan

penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari program FDS adalah salah

satu cara untuk mengatasi masalah pendidikan, dan masalah prestasi serta masalah

moral dan etika.

c) Karakteristik FDS

Muslihin mencatat bahwa FDS jika dilihat dari perspektif kelembagaan,

kepemimpinan dan manajemen mengacu pada konsep yang mengutamakan

keunggulan moral dan prestasi akademik. Staf FDS yang berkualitas dipilih dari

para pengajar yang profesional dan jujur dalam bidang studinya. Peningkatan

kualitas tenaga kependidikan seperti tenaga ahli, perpustakaan, laboratorium dan

administrasi juga menjadi prioritas FDS (Muslihin, 2018). Komite sekolah,

inspektur pendidikan, administrator sekolah dan guru juga terlibat dalam

pertemuan pengembangan program. Pemanfaatan sarana prasarana pembelajaran

melalui multimedia Selain itu juga terdapat berbagai perangkat dan fasilitas

penunjang pembelajaran seperti laboratorium dan ruang komputer (Muslihin,

2018). Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem

pendidikan FDS mengutamakan pendidikan akhlak, memberikan waktu ekstra

untuk mempelajari ilmu agama. Selain itu, pelatih dipilih dari kalangan guru mata

pelajaran yang berkualitas dan profesional, sehingga dalam peran guru yang

berkualitas, pelaksanaan program FDS dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

Menurut Muhibina, sistem pembelajaran FDS menerapkan konsep dasar kegiatan


dan kurikulum yang terintegrasi. Sekolah FDS berbeda dengan sekolah pada

umumnya.

Dalam FDS, seluruh program dan kegiatan anak sekolah, baik belajar,

bermain, maupun beribadah, dikemas dalam sistem pendidikan. Fokus FDS

adalah agar siswa selalu berhasil belajar dalam proses pembelajaran yang

berkualitas, yaitu. bahwa setiap individu siswa diharapkan mengalami perubahan

yang positif sebagai akibat dari proses dan kegiatan belajar. Prestasi belajar

tersebut di atas dibagi menjadi tiga ranah, yaitu: (1) prestasi kognitif, (2) prestasi

afektif, (3) prestasi psikomotorik. Uraian ketiga prestasi tersebut adalah sebagai

berikut (Muhibbin,2004:42). Ciri utama dari model pembelajaran FDS adalah

kurikulum yang terintegrasi dan proses kegiatan yang terintegrasi, merupakan

bentuk pembelajaran yang diharapkan dapat mengembangkan anak (siswa) yang

berintelegensi tinggi yang dapat memadukan aspek keterampilan dan pengetahuan

dengan sikap yang baik dan islami (Romli, 2018).

Sekolah yang melaksanakan pendidikan FDS berbeda-beda baik menurut

jadwal maupun lembaga pendidikan atau kurikulum lokal yang digunakan, pada

prinsipnya tetap mengacu pada pengenalan nilai-nilai luhur agama dan moral

sebagai bekal kehidupan masa depan, namun tetap berkomitmen pada cita-cita.

lembaga pendidikan berupa pendidikan yang berkualitas (Romli, 2018). Dengan

demikian SD FDS dituntut untuk memenuhi kriteria sekolah yang efektif serta

mampu mengelola dan menggunakan segala sumber daya yang ada untuk

penyelenggaraan pendidikan agama Islam guna mencapai tujuan lembaga berupa

lulusan yang berkualitas secara efektif dan efisien (Romli, 2018).


Berdasarkan beberapa pendapat di atas tentang proses dasar sistem

pembelajaran FDS, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran FDS dilaksanakan

secara aktif dan kreatif, mengoptimalkan semua peluang untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang optimal, menggunakan peluang dan infrastruktur yang

memadai.

d) Metode Pembelajaran Sistem FDS

Penggunaan strategi dalam pembelajaran sistem FDS harus benar-benar

digunakan karena dirancang untuk memudahkan proses pembelajaran untuk

mencapai hasil yang optimal. Tanpa strategi yang jelas, proses pembelajaran tidak

akan terkelola sedemikian rupa sehingga sulit mencapai tujuan pembelajaran yang

telah ditetapkan secara optimal. pembelajaran tidak dapat berlangsung secara

efektif dan efisien. Strategi pembelajaran sangat bermanfaat bagi guru, khususnya

bagi siswa (Rizena, 2014: 176). Bagi guru, strategi dapat dijadikan pedoman dan

tolok ukur kegiatan yang sistematis dalam melaksanakan pembelajaran. Bagi

siswa, penggunaan strategi pembelajaran dapat memfasilitasi pembelajaran

(mempermudah dan mempercepat memahami isi pembelajaran). Karena setiap

strategi pembelajaran dirancang untuk memfasilitasi proses belajar siswa'

(Sanjaya, 2006: 147). Metode pengajaran adalah metode yang digunakan seorang

guru untuk menerapkan strategi. Wina Sanjaya mengatakan bahwa “metode

adalah cara dimana rencana yang telah disusun dilaksanakan dalam tindakan nyata

sehingga tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal” (Sanjaya, 2006: 149).

Penggunaan metode berbeda dalam pembelajaran sistem FDS merupakan salah


satu strategi guru yang diterapkan agar siswa tidak bosan dan jenuh dalam

penerapan pembelajaran, sehingga motivasi belajar siswa meningkat.

sebagaimana dijelaskan Uzer Usman: Variasi adalah kegiatan guru dalam rangka

interaksi belajar mengajar dengan tujuan mengatasi kebosanan siswa. Dengan

demikian, siswa selalu menunjukkan ketekunan, semangat dan partisipasi dalam

belajar (Rizena, 2014: 176).

Metode yang cocok untuk menerapkan FDS adalah metode PAKEM.

PAKEM memiliki empat pilar utama, yaitu: (1) Aktif, (2), Kreatif, (3) Efektif dan

(4) Menyenangkan. Huruf "p" adalah singkatan dari pembelajaran, yang

didefinisikan sebagai pengorganisasian, penciptaan atau pengelolaan ruang

lingkungan sebaik mungkin yang memungkinkan siswa untuk belajar.Dengan

demikian pada peserta didik belajar, pilar-pilar PAKEM berikut dirancang:

1) Pembelajaran aktif, yaitu pembelajaran yang lebih berpusat pada peserta

didik (student centered) dari pada berpusat pada guru (teacher centered).

Untuk mengaktifkan peserta didik, kata kunci yang dapat dipegang guru

adalah adanya kegiatan yang dirancang untuk dilakukan siswa baik

kegiatan berfikir dan berbuat. Fungsi dan peran guru lebih banyak

sebagai fasilitator.

2) Pembelajaran kreatif, yaitu pembelajaran yang menstimulasi siswa untuk

mengembangkan gagasanya dengan memanfaatkan sumber belajar yang

ada. Strategi mengajar untuk mengembangkan kreativitas siswa adalah:

(1) Memberi kebebasan pada siswa untuk mengembangkan gagasan dan

pengetahuan baru, (2) Bersikap respek dan menghargai ide-ide siswa, (3)
Penghargaan pada inisiatif dan kesadaran diri siswa, dan (4) Penekanan

pada proses bukan penilaian hasil akhir karya siswa.

3) Pembelajaran efektif, secara harfiah efefktif memiliki makna manjur,

mujarab, berdampak, membawa pengaruh, memiliki akibat dan

membawa hasil. Pembelajaran efektif adalah pembelajran yang

menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran

berlangsung seperti yang dicantumkan didalam tujuan pembelajaran.

4) Menyenangkan, dalam hal ini guru menciptakan suasana pembelajaran

yang menyenangkan dan tidak membuat anak takut salah, takut

ditertawakan, dan takut dianggap sepele.

Dilihat dari pengertian metode di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar waktu dihabiskan untuk belajar, namun pembelajaran yang berlangsung

tidak kaku, menyenangkan bagi siswa yang berusaha menggali potensi anak

secara utuh. dan fokus. situasi dan kondisi dimana siswa dapat mengamati proses

pembelajaran, tetapi juga bermain game agar siswa tidak merasa stress dan bosan

di sekolah. Karena FDS memiliki banyak strategi dan metode pembelajaran,

dimana pembelajaran tidak selalu terjadi di dalam kelas, tetapi siswa diberikan

kebebasan untuk memilih dimana mereka ingin belajar.

4. Pendidikan Khas Lombok Barat

Pembangunan pendidikan sangat diperlukan antara lain untuk membangun

karakter SDM yang berkualitas yang mampu bersaing dalam era globalisasi,

untuk itu pendidikan formal dan non formal mutlak diperlukan sebagai salah satu
upaya untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan. Jumlah sekolah

informal maupun non formal yang tersebar di wilayah Kabupaten Lombok Barat

pada tahun 2010 sebanyak 758 buah, terdiri dari sekolah : TK 81 buah, SD 344

buah, MI 82 buah, SMP 51 buah,MTs 91 buah, SMA 25 buah, MA 57 buah, SMK

26 buah dan SLB 1 buah (https://lombokbaratkab.go.id/pendidikan/)

Sumber : Dikpora Kabupaten Lombok Barat


Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga, dari

semua sekolah yang ada sebanyak 758 buah tersebut, jumlah siswa yang terdaftar

sebanyak 136.718 orang dengan jumlah guru sebanyak 12.223 orang.

Dari sekian banyak sebaran jumlah sekolah yang ada di Lombok Barat,

terdapat ciri khas Pendidikan yang dimiliki yaitu banyaknya sekolah yang

berbasis keagamaan diantaranya Madrasah Ibtidaiyah (MI) berjumlah 82,

Madrasah tsanawiyah (MTs) berjumlah 91, dan Madrasah Aliyah (MA) berjumlah

57.

Sekolah yang berbasis keagamaan mendominasi di wilayah Lombok Barat,

dan inilah yang menjadi cirikhas dibandingkan dengan kabupaten lainnya di

propinsi Lombok Barat.

5. Model Pendidikan karakter Full Day School Khas Lombok Barat

Bentuk pelaksanaan model Pendidikan karakter Sekolah Dasar di Lombok

Barat dilaksanakan terintegrasi ke dalam visi dan misi sekolah yang

diimplementasikan melalui pembelajaran di semua bidang mata pelajaran dan

melalui kerja sama dengan keluarga orang tua siswa dan masyarakat. Pendidikan

karakter di sekolah tersebut dimaknai dengan suatu sistem penanaman nilai-nilai

karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran,

atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap

Allah Swt., diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga

menjadi manusia insan kamil.


Sementara pengembangan model Pendidikan karakter di Lombok Barat

pada siswa sekolah dasar dilakukan dengan memberikan Pendidikan karakter

dalam lingkup intrakurikuler diimplementasikan melalui perangkat pembelajaran

yang terintegrasi pada semua bidang mata pelajaran. Pengelolaan tersebut

dilaksanakan secara intensif dengan menggunakan perencanaan pendidikan

karakter, pelaksanaan pendidikan karakter, dan evaluasi pendidikan karakter.

Terdapat dua model karakter pada Sekolah Dasar, yaitu integreted methods, yaitu

pendidikan pendidikan karakter dengan cara mengintegrasikan nilai nilai agama

dimasukan kedalam tema-tema pembelajaran pada kurikulum. Pada metode ini

penerapan nilai tidak di lakukan secara khusus dan tidak dikupas secara

mendalam. Nilai-nilai kejujuran, kesabaran, empati dan nilai karakter lainnya

diaktualisasikan langsung dan menjadi bagian dari proses kegitan belajar

mengajar. Kelemahannya adalah siswa tidak mengetahui secara mendalam tentang

kaidah suatu nilai karakter, karenanya di perlukan pembiasaan yang terus menerus

di rumah dan di sekolah. sedangkan Classic methods adalah metode pendidikan

karakter yang biasa dilakukan oleh para Kiyai atau ustadz pada pondok pesantren

di Lombok barat, dimana satu nilai karakter dikupas tuntas melalui kajian-kajian

yang dilakukan setiap hari ataupun melalui penerapan dalam lingkungan

Pendidikan misalnya melakukan murajaah Al Qur’an sebelum pelajaran dimulai.


H. Hasil Penelitian Yang Relevan

1. Mujayana, 2016. “Program full day school untuk pembentukan karakter

religius siswa kelas IV SD Muhammadiyah Pakel Yogyakarta” Tesis UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Proses

pembentukan karakter siswa dilaksanakan oleh program sekolah yang kegiatan

rutinnya terdiri dari kegiatan keagamaan yang meliputi sholat berjamaah, qiroah

dan tahfidz Al-Qur'an serta kegiatan keagamaan lainnya. Kegiatan partisipatif

seperti pergi ke sekolah dan piket kelas, kemudian kegiatan belajar berupa belajar

secara teratur, mengikuti ujian dan menjaga kebersihan kelas, kemudian melalui

kegiatan spontan seperti kebiasaan tersenyum dan menyapa, memaafkan dan

berterima kasih. Kemudian metode yang digunakan dalam pembentukan karakter

adalah metode keteladanan yang sering digunakan untuk membimbing siswa agar

selalu berbuat kebaikan. Kemudian metode pembiasaan yang sering digunakan

untuk memasukkan nilai-nilai karakter melalui berbagai kegiatan pembiasaan.

Kedua metode konseling untuk menasihati siswa yang melakukan sesuatu yang

tidak baik dan mendorong siswa untuk mengubah perilakunya.

Kemiripan penelitian Siti Mujayanah dengan penelitian itu adalah sama-

sama melakukan penelitian terhadap siswa sekolah dasar dan bersama-sama

mempelajari model pengembangan karakter siswa dan program Full Day School.

Perbedaan kajian ini dengan kajian Siti Mujayanah adalah kajian Siti Mujayanah

adalah tentang membangun karakter religius, sedangkan kajian ini bertujuan untuk
menumbuhkan dan mengembangkan karakter siswa yang meliputi 9 karakter tapi

yang diambil adalah penerapan 5 karakter di setiap hari aktif sekolah

2. Fariza Salsabella lainnya, 2017. “Strategi program full day school

adalah membangun empati siswa di SD Terpadu Putra Harapan Purwokerto

Kabupaten Banyumas.” Tesis Program Studi PAI, Fakultas Tarbiyah dan Fakultas

Ilmu Pendidikan, IAIN Purwokerto. Hasil penelitian menjelaskan strategi sistem

seharian penuh di SD Terpadu Putra Harapan Purwokerto Kabupaten Banyumas,

bahwa sikap dasar empati dapat dirumuskan melalui lima hal, antara lain:

toleransi; siswa dapat saling menghargai di sekolah dengan teman, disiplin; malas,

tapi tidak membebani orang lain, pekerja keras; siswa diajarkan untuk terus

berjuang untuk sesuatu dan mencapai hasil yang positif, mandiri; Siswa dilatih

untuk melakukan sesuatu secara mandiri dan memiliki tujuan yang jelas. Beban;

siswa dapat mengatasi masalahnya sendiri karena tanggung jawab sekolah harus

diselesaikan agar menjadi pribadi yang dapat dipercaya dan dipercaya. Pembinaan

ini didasarkan pada strategi sistem sekolah sepanjang hari yang bermuara pada

empati. Kesamaan antara penelitian Fariza Salsabella dengan penelitian ini adalah

bahwa kedua variabel yang diteliti berkaitan dengan sistem sekolah penuh waktu.

Bedanya penelitian Fariza Salsabilla berfokus pada pengembangan empati siswa,

sedangkan pada penelitian kali ini berfokus pada pembinaan dan pengembangan

karakter 9 siswa. Tapi yang diambil adalah penerapan 5 karakter di setiap hari

aktif sekolah
3. Novientia Aminingsih, 2014. “Pengaruh Sistem Full Day School

Terhadap Interaksi Sosial Siswa Kelas V SD Muhammadiyah Pakel Program

Plus Yogyakarta. Tesis Program Studi PGMI, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan,

UIN Sunan Kalijaga, Jogjakarta. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa: (1)

Pelaksanaan full day school SD Muhammadiyah Program Plus Pakel Yogyakarta

dalam kategori cukup 43,5% dilaporkan cukup baik, (2) tingkat interaksi sosial

dengan teman sebaya tergolong sedang. Hal ini berdasarkan hasil analisis bahwa

29 dari 40 siswa rata-rata menilai tingkat interaksi sosialnya dengan persentase 75

persen. Hasil analisis (3) menunjukkan bahwa nilai hitung lebih besar dari nilai

tabel (3,964 > 2,03). Padahal nilai pentingnya adalah 0,000 danlt; 0,05.

Kesimpulannya adalah Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya ada pengaruh

antara variabel Fullday School dengan interaksi sosial, sehingga dapat dikatakan

apabila penerapan Fullday school ditingkatkan maka tingkat interaksi sosial antar

siswa dapat ditingkatkan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan persamaan Y = 17,563

0,783X dengan koefisien korelasi 0,542 dan koefisien determinasi 0,293. Angka

ini menunjukkan bahwa sekolah penuh waktu memiliki dampak sebesar 29,3%

terhadap interaksi sosial. Selebihnya yaitu 70,9% dipengaruhi oleh faktor lain

yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Kesamaan antara penelitian Noienta

Aminingsih dengan penelitian ini adalah bahwa kedua variabel yang diteliti

berkaitan dengan sistem sekolah penuh waktu. Bedanya penelitian Noienta

mengkaji tentang pengaruh full time school terhadap interaksi sosial, sedangkan

penelitian tersebut mengkaji pengembangan pendidikan karakter melalui full time

school, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian Noienta adalah


penelitian kuantitatif, sedangkan penelitian ini menggunakan penelitian

pengembangan.

4. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Muhazir (2016) dengan judul

“Evaluasi Program Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Negeri Gebang 1

Kecamatan Bonang Kabupaten Demak.” Hasil penelitian menunjukkan bahwa

dari segi konteks, program pendidikan karakter sangat dibutuhkan di SDN

Gebang 1 dalam rangka membentuk karakter anak yang baik. Dari segi input,

terdapat beberapa program kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka memenuhi

kebutuhan pelaksanaan program dalam mencapai tujuan pendidikan karakter. Dari

segi proses diketahui bahwa pelaksanaan program karakter dimasukkan dalam

setiap mata pelajaran yang dicantumkan dalam silabus dan RPP dan direalisasikan

dalam pembelajaran, sesuai dengan kurikulum yang digunakan. Selain itu

pelaksanaan program diwujudkan dengan keteladanan dan pembiasaan. Dari segi

hasil, bahwa program yang dilaksanakan telah berjalan dengan baik, sehingga

perlu untuk dilanjutkan, namun perlu adanya beberapa pembenahan terhadap

beberapa kendala yang ada.

Dapat dipahami bahwa penelitian yang ingin dilakukan oleh peneliti

memiliki orisinalitas dari penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian ini

berfokus pada tiga pertanyaan: (1). Proses pengenalan model pendidikan karakter

khas Lombok Barat di SD IT Insan Mulia Kediri dengan sistem full day school

kepada siswa, (2) nilai-nilai karakter siswa sebelum dan sesudah dikembangkan di

SD IT Insan Mulia Kediri Lombok Barat full day school, dan (3) kualitas

pendidikan di SD IT Insan Mulia Kediri Lombok Barat sebelum dan sesudah


dikembangkan. Penelitian ini dilakukan di tempat yang benar-benar menerapkan

program full day school di sekolahnya sendiri. Berdasarkan telaah dan

penelusuran penelitian-penelitian terdahulu yang telah disampaikan di atas,

penelitian ini memiliki perbedaan isi dengan penelitian-penelitian sebelumnya,

sehingga dapat dikatakan bahwa judul penelitian ini original. Dengan kata lain,

penelitian ini mengembangkan penelitian terdahulu dan memperluas teori yang

sudah ada.

M. Kerangka Konsep Pengembangan

Dalam melakukan penelitian atau penulisan karya ilmiah, salah satu hal

yang harus dilakukan, adalah menyusun dan membuat kerangka konseptual. Hal

ini bertujuan agar kegiatan penelitian atau penulisan ilmiah dapat berjalan dengan

lancar dan mudah. Kerangka konseptual penelitian merupakan suatu hubungan

atau keterkaitan antara konsep satu dengan konsep yang lainya dari suatu masalah

yang akan diteliti. Kerangka konseptual berguna untuk menjelaskan secara

lengkap dan detail tentang suatu topik yang akan menjadi pembahasan. Kerangka

konseptual berasal dari konsep ilmu atau teori, yang digunakan untuk landasan

penelitian ilmiah, yang berawal dari tinjauan pustaka. Jadi, kerangka konseptual

adalah ringkasan dari tinjauan pustaka yang dapat menghubungkan dengan garis

yang sesuai dengan variabel yang diteliti.

Pada penelitian ini peneliti melakukan penelitian yang menganalisis

tentang model Pendidikan karakter full day school khas Lombok Barat di SD IT

Insan Mulia Kediri Lombok Barat. Selanjutnya penelitian yang dilakukan yaitu
mengamati model Pendidikan karakter yang digunakan di sekolah tersebut,

mengamati bagaimana implementasi dari model Pendidikan karakter yang

diterapkannya, mengamati peran perangkat sekolah dalam penerapan dan

pembentukan model Pendidikan karakter yang diterapkannya.

Kemudian, peneliti lebih memfokuskan untuk mengembangkan model

Pendidikan karakter yang bagaimana yang cocok diterapkan pada siswa sekolah

tempat penelitian agar lebih terfokus di setiap harinya dan mempunyai ciri khas.

Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara,

dan dokumentasi.
Full day scholl sebagai pembangun karakter peserta didik
(Muhajir Efendy, 2016)

Pengembangan Model Pendidikan karakter melalui


system full day school yang dilaksanakan mulai pukul
07.00 – 15.00 atau sekitar 8 jam dengan durasi istirahat
selama 2 hari dalam sepekan (Senin-Jumat)

Analisis implementasi Model pendidikan karakter Full day


school

Mendeskripsikan implementasi model


Mendeskripsikan model pendidikan
pendidikan karakter yang diaplikasikan
karakter melalui full day school di
ke siswa sekolah dasar
sekolah dasar

Men deskrepsikan peran perangkat


sekolah dalam penerapan model
pendidikan karakter

Pengumpulan
Penelitian Analisis Data: Reduksi
data :observasi,
Pengembangan data, Penyajian data,
wawancara, dokumentasi.
Penarikan kesimpulan
Sumber : kepala sekolah,
guru, siswa, wali murid

ANALISIS PENGEMBANGAN MODEL PENDIDIKAN KARAKTER

Gambar 3.1: gambaran tentang konsep pengembangan


yang telah dibuat.
N. METODE PENELITIAN

1. Jenis penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

pengembangan. Metode penelitian pengembangan ini bertujuan untuk

menghasilkan produk baru melalui proses pengembangan. Metode penelitian dan

pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan

produk tertentu dan mengetahui keefektifan produk tersebut (Sugiyono 2011:407).

Hal tersebut diperjelas oleh pendapat bahwa dalam bidang pendidikan tujuan

utama penelitian dan pengembangan bukan untuk merumuskan atau menguji teori,

tetapi untuk mengembangkan produk-produk yang efektif untuk digunakan di

sekolah-sekolah (Gay, Mills, dan Airasian 2009: 18).

Penelitian pengembangan sering diartikan sebagai proses atau langkah-

langkah untuk mengembangkan produk baru atau menyempurnakan produk yang

sudah ada. Produk dalam konteks ini tidak selalu berarti perangkat keras (buku,

modul, alat peraga di kelas dan laboratorium), tetapi dapat juga berupa perangkat

lunak (software), seperti program komputer, pembelajaran di kelas, perpustakaan

atau laboratorium, atau model pendidikan, pelatihan, pengajaran, evaluasi,

manajemen dan lain-lain (Sugiyono, 2011).

2. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang dilakukan adalah penelitian dengan Model

Penelitian Pengembangan ADDIE sesuai namanya merupakan model yang

melibatkan tahap-tahap pengembangan model dengan lima langkah/fase

pengembangan meliputi: Analysis, Design, Development or Production,


Implementation or Delivery dan Evaluations). Model ADDIE dikembangkan oleh

Dick and Carry pada tahun 1996 untuk merancang sistem pembelajaran

(Mulyanitiningsih, 2016).

Dalam langkah-langkah pengembangan produk, model penelitian

pengembangan ADDIE dinilai lebih rasional dan lebih lengkap. dikemukakan

bahwa model ini dapat digunakan untuk berbagai macam bentuk pengembangan

produk dalam kegiatan pembelajaran seperti model, strategi pembelajaran, metode

pembelajaran, media dan bahan ajar (Mulyatiningsih ,2016).

Sumber : Cavas.Instructure.com

Penelitian ini menggunakan model ADDIE, dimana subjek penelitian

seluruh elemen yang terkait. Pemilihan model ini didasarkan atas pertimbangan

bahwa model ini dikembangkan atau tersusun secara terprogram dengan urutan-
urutan kegiatan yang sistematis dalam upaya pemecahan masalah yang berkaitan

dengan sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik

pembelajaran. Model ADDIE terdiri atas lima langkah, yaitu analisis (analyze),

perencanaan (design), pengembangan (development), implementasi

(implementation) dan evaluasi (evaluation).

Berdasarkan dari model pengembangan media yang dikembangkan yaitu

terdiri dari lima tahapan yaitu:

1. Tahap Analisis (Analysis)

Pada tahap ini, tahap analisis (analysis) yang dilakukan di SD IT Lombok Barat

meliputi:

a) Melakukan analisis dalam penggunaan model Pendidikan karakter khas

Lombok Barat .

b) Melakukan analisis proses pelaksanaan model Pendidikan karakter khas

Lombok Barat

Semua tahapan analisis tersebut dilakukan untuk mengetahui kebutuhan

yang diperlukan di Sekolah tersebut, serta untuk memberikan masukan kepada

peneliti agar bisa mengembangkan model yang sesuai dengan kebutuhan di

Sekolah Dasar itu.

2. Perencanaan (Design)

Tahapan ini merupakan tahapan tindak lanjut dari tahap analisis. Pada

tahap ini peneliti melakukan perancangan sebagai berikut :

1. Menetapkan pengguna model Pendidikan karakter khas Lombok Barat.


2. Menetapkan kompetensi dan indikator yang akan dicapai melalui

pengembangan model Pendidikan karakter khas Lombok Barat

3. Merancang model pengembangan Pendidikan karakter khas Lombok

Barat yang dapat mendukung tercapainya kompetensi dan indikator

yang akan dicapai.

3. Pengembangan (Development)

Tahap pengembangan yaitu kegiatan untuk menerjemahkan spesifikasi

desain ke dalam bentuk model baru. Produk yang akan di buat oleh peneliti adalah

berupa buku model Pendidikan karakter khas Lombok Barat yang merupakan

pengembangan dari model yang sudah ada dan berlaku saat ini yang dibatasi

hanya pada tahap development (Pengembangan) Model Pendidikan karakter.

Dimana dalam mewujudkan produk berupa buku tersebut peneliti melakukan uji

validitas dan uji kepraktisan

Develop yaitu memproduksi bahan ajar yang akan digunakan dalam

program model pembelajaran Pendidikan karakter. Tahap pengembangan

merupakan tahap realisasi produk yang akan diimplementasikan. Sebelum produk

digunakan harus dilakukan validasi oleh para ahli.

Berikut ini langkah- langkah validasi yang terdapat dalam penelitian:

a. Menyiapkan angket validasi ahli materi.

b. Memberikan model pengembangan kepada ahli materi yang kemudian

dinilai sesuai dengan angket yang telah dibuat oleh peneliti.

c. Melakukan revisi yang sesuai dengan komentar dan saran dari ahli

materi.
d. Setelah valid maka digunakan untuk ke tahap selanjutnya yaitu uji

kepraktisan kepada kelompok kecil.

Kepraktisan produk dengan melakukan uji coba kelompok kecil yang

dilakukan di SD IT Insan Mulia Kediri Lombok Barat. Uji coba ini dengan

menggunakan 5 peserta didik seperti yang dilakukan oleh Yunitasari, dkk (2019)

uji coba kelompok kecil dilakukan untuk mengetahui respon peserta didik dan

memberikan peniaian terhadap produk yang dikembangkan dengan menggunakan

5 responden peserta didik. Cara pemilihan 5 responden dengan cara acak seperti

yang dikatakan oleh Jaya (2019) pengambilan sampel dari populasi dilakukan

secara acak tanpa memperhatikan strata dalam populasi itu.

4. Implementasi (Implementation)

Kegiatan ini adalah kegiatan penerapan model yang telah di kembangkan

dalam pembelajaran untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kualitas

pembelajaran yang menarik, efektif, dan efesien dan validitas dalam

pembelajaran. Pada penerapan model Pendidikan karakter khas Lombok Barat ini

dilakukan di SD IT Kediri Lombok Barat. Dalam tahap ini dilakukan uji

efektifitas dimana pengujian dilakukan dengan melihat perbandingan sebelum dan

sesudah diterapkannya model Pendidikan karakter yang dikembangkan pada

peserta didik.

Besar persentase efektifnya dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut


No Tingkat Pencapaian (%) Kategori
1 90-100 Sangat Efektif
2 80-89 Efektif
3 65-79 Cukup Efektif
4 55-64 Kurang Efektif
5 0-54 Tidak efektif

5. Evaluasi (Evaluation)

Tahap ini adalah tahapan terakhir yaitu melakukan evaluasi kegiatan yang

dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui kualitas model pendidikan karakter

yang telah dikembangkan. Tahap evaluasi digunakan untuk mengetahui kelayakan

model yang dikembangkan oleh peneliti. Data-data yang diperoleh pada tahap ini

digunakan untuk mnyempurnakan model Pendidikan karakter yang

dikembangkan.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di salah satu sekolah di Kecamatan Kediri

Kabupaten Lombok Barat, yaitu SD IT Insan Mulia Kediri Lombok Barat, dengan

beberapa pertimbangan sebagai berikut: (1) SD IT Insan Mulia Kediri Lombok

Barat dalam pembelajarannya sudah menerapkan sistem manajemen Full Day

School . Keberhasilan kepala sekolah dalam merumuskan Full Day School dalam

peningkatan pengelolaan, (2) Diterapkannya sistem Full Day School ini bukan

semata-mata agar waktu siswa lebih lama disekolah, akan tetapi dipadu dan diisi

dengan berbagai program kegiatan yang telah direncanakan dan dirancang untuk

meningkatkan bakat dan potensi siswa baik di bidang akademik ataupun non

akademik serta membekali siswa agar menjadi generasi yang memiliki nilai

keislaman, bermoral, berkarakter dan berakhlak mulia, dan (3) Program-program


tersebut masuk dalam kegiatan ekstrakurikuler yang mencakup program unggulan

dan program penunjang, (4) Selain itu juga SD IT Insan Mulia Kediri Lombok

Barat mengoptimalkan proses pembelajaran melalui tutorial dan bimbingan,

membina kemandirian peserta didik dan mengembangkan bidang ilmu

pengetahuan dan teknologi. Menjalin kerjasama yang harmonis antara orang tua,

warga sekolah, dan masyarakat, serta instansi-instansi terkait lainnya. (5) Adanya

kesediaan Pimpinan sekolah untuk dijadikan sebagai lokasi penelitian, dan (6)

Memiliki sarana dan prasarana serta fasilitas yang cukup memadai untuk

pelaksanaan proses pemebelajaran sehingga dapat menunjang pelaksanaan

kegiatan penelitian

4. Subjek Penelitian

Subjek data penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kepala Sekolah dan Seluruh Guru SD IT Insan Mulia Kediri Lombok

Barat yang berjumlah 11 orang.

2. Tokoh masyarakat yang tergabung dalam anggota komite sekolah,

maupun stakeholder dan pihak-pihak lain yang peduli pada pendidikan

sebanyak 3 orang.

3. Ketua dan anggota Komite Sekolah SD IT Insan Mulia Kediri Lombok

Barat sebanyak 3 orang.

4. Pembina SD IT Lombok Barat sebanyak 1 orang.


5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Metode Observasi

Metode observasi/pengamatan dilaksanakan di tahap awal penelitian

pengembangan, yang meliputi tahap identifikasi masalah dan pengumpulan

informasi terkait model Pendidikan karakter yang sudah diterapkan. Metode

observasi dirancang secara sistematis atau terstruktur, mulai dari yang diamati,

kapan dan dimana tempatnya.

b. Metode Kuosioner

Metode kuesioner digunakan untuk mendapatkan data pada tahap

pengujian instrumen dan juga pengujian produk. Instrumen yang digunakan pada

metode kuesioner yaitu berupa angket. Jenis angket yang digunakan dalam

penelitian ini adalah jenis angket tertutup dengan bentuk checklist

c. Metode Wawancara

Wawancara adalah kegiatan tanya jawab antara dua orang atau lebih,

pewawancara dan responden. Wawancara adalah proses yang ditujukan untuk

merekonstruksi orang, peristiwa, fungsi organisasi, motivasi, perasaan, dll, dan

dilakukan oleh dua orang pewawancara (interviewer) dan orang yang

diwawancarai (interviewee).

Pedoman wawancara dikembangkan untuk mengumpulkan informasi

tentang kajian-kajian pendahuluan terkait pelaksanaan full day school, khususnya

kajian-kajian yang berkaitan dengan model pengembangan karakter siswa.

Pedoman wawancara untuk mengumpulkan informasi ini merupakan pedoman


wawancara terbuka yang dirancang untuk memberikan keleluasaan kepada

sumber informasi (data) dalam memberikan jawaban yang lebih terbuka terhadap

pendapatnya. Jawaban yang diperoleh untuk setiap item pertanyaan dideskripsikan

secara kualitatif. Meskipun tujuan wawancara adalah untuk mengumpulkan

informasi tambahan dan menjadi faktor pendukung atau hambatan untuk menguji

dan mengimplementasikan model yang dikembangkan, peneliti sendiri bertindak

sebagai instrumen, dan tanggapan survei adalah alat pengumpulan data dengan

mengirimkan beberapa pertanyaan tertulis. para tergugat juga menanggapi secara

tertulis. Kuesioner, seperti halnya wawancara, dirancang untuk memperoleh

informasi tentang tanggapan diri sendiri atau orang lain.

6. Instrumen Pengumpulan Data

Alat pengumpul data atau lebih dikenal dengan instrumen penelitian

merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data

penelitian dengan cara melakukan pengukuran. Dalam penelitian kuantitatif

instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reabilitas (Sugiyono: 2010:

305). Instrumen pengumpul data yang digunakan pada penelitian pengembangan

ini antara lain :

a. Pedoman wawancara

b. Angket untuk metode kuesioner

Berikut ini adalah penjelasan dari instrumen penelitian:

a. Pedoman Wawancara
Pedoman Wawancara ini digunakan untuk memperoleh data awal yang

terkait dengan proses pembelajaran, model Pendidikan karekter di sekolah,

maupun kebutuhan peserta didik akan materi Pendidikan karakter yang ada di SD

IT Kediri Lombok Barat.

b. Angket untuk metode kuosioner

Angket digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan untuk

menghasilkan data kuantitatif yang akurat. Jenis angket yang digunakan dalam

penelitian ini adalah jenis angket tertutup yang pengisiannya cukup dengan

menggunakan tanda check list atau centang.

7. Uji Coba Instrumen

a. Perencanaan

Tahapan ini digunakan untuk menyelesaikan masalah mengenai rendahnya

karakter pada usia sekolah dasar. Pada tahap ini dirumuskan arah pengembangan

model pengembangan karakter yang akan dilakukan berdasarkan kajian temuan di

lapangan pada tahap sebelumnya. Langkah-langkah dalam tahap ini meliputi

penyesuaian konsep, struktur produk/model penyelenggaraan perangkat

pembelajaran penilaian dan menampilkan model yang dikembangkan.

b. Pengembangan Format Model


Pada tahap ini mulai menyusun bentuk awal model yang akan diujikan.

Model yang dihasilkan berupa model pengembangan karakter khas Lombok Barat

yang dikemas dalam bentuk buku kajian model dan buku panduan model.

Pengembangan awal model pengembangan karakter ini meliputi penyiapan

materi, prosedur/penyusunan, dan instrument evaluasi. Proses penelitian pada

tahap ini dilakukan dengan melakukan validasi rancangan model oleh pakar ahli

dalam bidangnya. Validator terdiri dari dua orang ahli, yakni ahli materi dan ahli

pengembangan, validasi juga dilakukan pada instrument pengumpulan data yang

akan digunakan. Hasil dari validasi ini digunakan sebagai bahan untuk

memperbaiki rancangan model awal sebelum diujicobakan.

c. Uji Coba Validitas

Dalam peneitian ini, dilakukan uji validitas dari model yang akan

dikembangkan dimana mencakup kelayakan model, uji respon terhadap model

yang dikembangkan. Lembar validasi digunakan untuk mengetahui seberapa valid

model yang dikembangkan, dimana pada lembar validasi melibatkan para ahli

baik itu ahli bahasa dari dosen ataupun guru SD terkait sebagai sumber data dari

kuosioner yang disebarkan. Uji validitas berguna untuk mengukur sah atau

tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada

kuesioner mampu untuk mengungkapkan suatu yang akan diukur oleh kuesioner

tersebut (Ghozali, 2007). Suatu kuesioner yang valid atau sahih mempunyai

validitas tinggi. Sebaliknya validitas yang kurang valid berarti memiliki validitas

rendah.
Kisi-kisi lembar validasi :
Validasi Indikator Nomor
pertanyaan
Kelayakan model Kesesuaian dengan Kurikulum 1
Kesesuaian dengan khas Lombok Barat 2
Bermuatan nilai karakter Nasionalisme 3,4
Bermuatan nilai karakter mandiri 5,6
Bermuatan nilai karakter integritas 7,8
Bermuatan nilai karakter gotong royong 9,10
Bermuatan nilai karakter religius 11,12
Kelayakan bahasa Interaktif 13
Komunikatif 14
Kesesuaian dengan kaidah Bahasa dan 15,16,17
perkembangan karakter anak
Jumlah 17

d. Uji Coba Kepraktisan


Data respon guru digunakan untuk mengetahui kepraktisan model

pengembangan apakah telah layak digunakan dalam proses pembentukan karakter.

Tahap uji coba terbatas pada penelitian ini adalah melakukan uji coba dengan

menyebarkan angket kepada responden yang terdiri dari 6 orang guru dan

melibatkan 15 orang anak dari SD IT Insan Mulia Kediri Lombok Barat. Hasil

dari pengumpulan data yang telah dilakukan melalui penyebaran angket,

kemudian akan dianalisis dan dievaluasi untuk memperbaiki model yang

dikembangkan untuk diterapkan pada tahap berikutnya.

e. Uji Coba Efektifitas


Uji coba yang dilakukan setelah uji coba kepraktisan adalah uji efektifitas.

Tujuan uji efektifitas adalah untuk menguji efektifitas model yang telah

dikembangkan berupa model pembelajaran Pendidikan karakter khas Lombok

Barat. Pada uji coba efektifitas ini diperoleh data kuantitatif dari hasil model

perkembangan karakter. Data kuantitatif tersebut akan digunakan untuk menilai

apakah model yang dikembangkan benar-benar layak untuk digunakan. Uji

pelaksanaan dilakukan terhadap anak kelompok B usia 7-8 tahun sejumlah 20

anak. Uji efektifitas model menggunakan penelitian Quasi Experimental Design

dengan desain penelitian Non equivalent Control Group Design. Penggunaan

metode ini bertujuan untuk membandingkan antara kelompok yang menggunakan

hasil pengembangan model Pendidikan karakter khas Lombok Barat dengan

kelompok yang tidak menggunakan model pengembangan Pendidikan karater

khas Lombok Barat. Desain ini ditunjukkan pada bagan 2:


Bagan di atas X menunjukkan perlakuan, 2 menunjukkan hasil pengukuran

pre-test atau post-test pada variabel terikat, dan garis putus-putus

mengindikasikan bahwa grup eksperimen dan grup kontrol tidak dibentuk secara

random. Sebelum diberikan perlakuan berupa model pendidikan karakter

nasionalisme, mandiri, integritas, gotong royong, dan religius, terlebih dahulu

dilakukan pre-test untuk mengambil data awal karakter nasionalisme, mandiri,

integritas, gotong royong, dan religius. Hasil dari pre-test selanjutnya akan

dibandingkan dengan hasil nilai post-test dan data nilai post-test diambil setelah

anak diberikan model pengembangan karakter. Berikut langkah-langkah dalam

proses uji operasional atau uji efektifitas:

1) Menentukan kelas ekperimen dan kontrol. Pada penelitian ini kelas B1

dan B2 dipilih sebagai kelompok ekperimen, dan kelas B3 dan B4 sebagai

kelompok kontrol.

2) Memberikan pre-test untuk mendapatkan nilai karakter nasionalisme,

mandiri, integritas, gotong royong, dan religius.

3) Guru memberikan dengan menggunakan model pengembangan karakter

nasionalisme, mandiri, integritas, gotong royong, dan religius.pada kelompok

ekperimen.

4) Memberikan post-test pada kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol untuk mengetahui nilai karakter nasionalisme, mandiri, integritas, gotong

royong, dan religius.yang selanjutnya dibandingkan antara nilai kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol.


8. Analisis data

A. Uji Coba Validitas

Dalam peneitian ini, dilakukan uji validitas dari model yang akan

dikembangkan dimana mencakup kelayakan model, uji respon terhadap model

yang dikembangkan. Lembar validasi digunakan untuk mengetahui seberapa valid

model yang dikembangkan, dimana pada lembar validasi melibatkan para ahli

baik itu ahli bahasa dari dosen ataupun guru SD terkait sebagai sumber data dari

kuosioner yang disebarkan. Uji validitas berguna untuk mengukur sah atau

tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada

kuesioner mampu untuk mengungkapkan suatu yang akan diukur oleh kuesioner

tersebut (Ghozali, 2007). Suatu kuesioner yang valid atau sahih mempunyai

validitas tinggi. Sebaliknya validitas yang kurang valid berarti memiliki validitas

rendah.

c. Kisi-kisi lembar validasi :


Validasi Indikator Nomor
pertanyaan
Kelayakan model Kesesuaian dengan Kurikulum 1
Kesesuaian dengan khas Lombok Barat 2
Bermuatan nilai karakter Nasionalisme 3,4
Bermuatan nilai karakter mandiri 5,6
Bermuatan nilai karakter integritas 7,8
Bermuatan nilai karakter gotong royong 9,10
Bermuatan nilai karakter religius 11,12
Kelayakan bahasa Interaktif 13
Komunikatif 14
Kesesuaian dengan kaidah Bahasa dan 15,16,17
perkembangan karakter anak
Jumlah 17
B. Uji Coba Kepraktisan
Data respon guru digunakan untuk mengetahui kepraktisan model

pengembangan apakah telah layak digunakan dalam proses pembentukan karakter.

Tahap uji coba terbatas pada penelitian ini adalah melakukan uji coba dengan

menyebarkan angket kepada responden yang terdiri dari 6 orang guru dan

melibatkan 15 orang anak dari SD IT Insan Mulia Kediri Lombok Barat. Hasil

dari pengumpulan data yang telah dilakukan melalui penyebaran angket,

kemudian akan dianalisis dan dievaluasi untuk memperbaiki model yang

dikembangkan untuk diterapkan pada tahap berikutnya.

C. Uji Coba Efektifitas


Uji coba yang dilakukan setelah uji coba kepraktisan adalah uji efektifitas.

Tujuan uji efektifitas adalah untuk menguji efektifitas model yang telah

dikembangkan berupa model pembelajaran Pendidikan karakter khas Lombok

Barat. Pada uji coba efektifitas ini diperoleh data kuantitatif dari hasil model

perkembangan karakter. Data kuantitatif tersebut akan digunakan untuk menilai

apakah model yang dikembangkan benar-benar layak untuk digunakan. Uji

pelaksanaan dilakukan terhadap anak kelompok B usia 7-8 tahun sejumlah 20

anak. Uji efektifitas model menggunakan penelitian Quasi Experimental Design

dengan desain penelitian Non equivalent Control Group Design. Penggunaan

metode ini bertujuan untuk membandingkan antara kelompok yang menggunakan

hasil pengembangan model Pendidikan karakter khas Lombok Barat dengan

kelompok yang tidak menggunakan model pengembangan Pendidikan karater

khas Lombok Barat


Teknik analisis data dalam penelitian ini terdiri dari dua data, yaitu data

kualitatif dan data kuantitatif.

a. Data kualitatif didapatkan dengan melakukan wawancara dengan guru

untuk mendapatkan data pada saat studi pendahuluan. Data berupa

komentar maupun saran dari ahli dan pengguna akan dianalisis

menggunakan analisis deskriptif kualitatif.

No Interval Skor Kriteria


1 Sangat Layak
2 Layak
3 Cukup
4 Kurang
Mi = Rerata skor ideal = 1⁄2 (skor maksimal + skor
minimal)
SDi = Simpangan baku ideal = 1/6 (skor maksimal –skor
minimal)
X = Skor yang diperoleh
Data kuantitatif juga digunakan untuk mengetahui keefektifan

pengembangan model Pendidikan karakter. Pada penelitian ini akan dilakukan

pretest yaitu data anak sebelum diberikan perlakuan dan post test yaitu hasil data

anak sesudah diberikan perlakuan dalam kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen. Penelitian ini terdiri dari analisis yang menggunakan independent

sample t-test dan uji t sampel berpasangan. Namun sebelum dilakukan tahap

analisis dengan t-test terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat sebagi berikut:

1) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui sebaran data apakah

berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan terhadap data karakter
nasionalisme, mandiri, integritas, gotong royong, dan religious . Pada penelitian

ini uji normalitas yang digunakan adalah uji Saphiro Wilk, dengan mengunakan

program SPSS 20.0 Berdasarkan uji normalitas, data akan dikatakan normal

apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 pada (P>0,05). Hipotesis uji

normalitas pada penelitian ini adalah:

H0 = Data berdistribusi normal

Ha = Data tidak berdistribusi

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data pada kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varians yang sama atau tidak.

Untuk mengukur homogenitas varian dari kelompok data menggunakan program

SPSS 20.0. Taraf signifikansi yang digunakan adalah α=0,05 uji homogenitas

menggunakan SPSS 20.0 dengan kriteria yang digunakan untuk mengambil

kesimpulan bahwa H0 diterima jika nilai signifikan lebih besar dari 0,05.

Hipotesis iji homogenitas pada penelitian ini adalah:

H0 = varians antar kelompok sama (homogen)

Ha = varians antar kelompok tidak sama (tidak homogen)

1) Uji Hipotesis

Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan independent t-test dan

paired sample t-test.


a) Uji t sampel berpasangan (paired sample t-test)

Uji t sampel berpasangan digunakan untuk menguji ada tidaknya

perbedaan karakter anak sebelum dan sesudah guru menggunakan model

pengembangan karakter khas Lombok Barat. Uji t sampel berpasangan dilakukan

dengan bantuan program SPSS. Taraf signifikansi yang digunakan adalah α=0,05,

Ho diterima apabila < 0,05 dan Ho ditolak jika > 0,05.Hipotesis pada penelitian

ini adalah sebagai berikut.

Ho: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara karakter anak pada

data sebelum dan dan data sesudah eksperimen.

Ha: Terdapat peningkatan yang signifikan antara karakter anak pada data

sebelum dan dan data sesudah eksperimen.

b) Independent t-test

Independent t-test digunakan untuk membandingkan dua kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengetahui signifikansi efektivitas

penggunaan produk. Pada kelompok kontrol menggunakan model Pendidikan

karakter yang biasa diterapkan oleh guru di kelas. Adapun hipotesis yang akan

diuji dengan menggunakan independent t test adalah:

H0 : Penggunaan model pembelajaran pengembangan tidak efektif dalam

menstimulasi karakter nasionalisme, mandiri, integritas, gotong royong dan

religius

Ha: Penggunaan model pembelajaran pengembangan efektif dalam

menstimulasi karakter nasionalisme, mandiri, integritas, gotong royong dan

religius
Kriteria yang digunakan untuk mengambil kesimpulan apabila: Nilai (Sig)

> 0,05,maka H0 diterima dan Ha ditolak, dan sebaliknya jika nilai (Sig) < 0,05

maka H0 ditolak dan Ha diterima.


DAFTAR PUSTAKA

Abdul B., 2012, Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Mata Pelajaran


Pendidikan Kewarganegaraan Di SD N Bendungan IV Wates Kulon
Progo Tahun Ajaran 2011/2012. Tesis, Universitas Negeri
Yogyakarta.

Abdullah, M. Ma’ruf. 2012. Manajemen Berbasis Syariah. Yogyakarta: Aswaja


Pressindo. h. 122.

Alwi, Hasan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. h.
1478.

Amri, Sofan. 2012. Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran:


Strategi Analisis dan Perkembangan Karakter Siswa Dalam Proses
Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka. h. 52.

Amri, Syaipul. 2018. Pengaruh Kepercayaan Diri (Self Confidence) Berbasis


Ekstrakurikuler Pramuka Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa
Sma Negeri 6 Kota Bengkulu. Jurnal: Pendidikan Matematika
Raflesia. Vol. 03 No. 02, Desember 2018.

Aqib, Jainal. 2011. Pendidikan karakter: Membangun Prilaku Positif Anak


bangsa, CV Yrama Widya, Bandung.

Baharuddin, 2009. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan, Yogyakarta: Arruzz


Media.

Danil, M. 2018. Implementasi Full day school di Sekolah Dasar Sabbihisma


Padang. Jurnal: Komunikasi Pendidikan, 2(1), 86–92.

Dariyo, A. 2007. Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama. Cetakan


I. Bandung: PT Refika Aditama.

Departemen Pendidikan Nasional, 2010. Kamus Umum Bahasa Indonesia.


Jakarta: Balai Pustaka. ed-3, cet-7, h. 521

Depdiknas. 2010. Panduan Guru Mata Pelajaran Penjasorkes: Pendidikan


Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran di SMP. Jakarta:
Kemendiknas.

Echols, John M dan Shadily, Hassan. tth. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT.
Gramedia. h. 185.

Hariyanti, Mey, tth. Analisis Data Kualitatif Miles dan Hubermen


https://www.kompasiana.com/ (diakses Tanggal 23 Maret 2023).
Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h.
1478.

Johansyah. 2011. Pendidikan Karakter Dalam Islam: Kajian dari Aspek


Metodologis. Jurnal Islam Futura, XI (1), 87-88.

Kemendiknas. 2010. Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah


Pertama. Kemendiknas RI, Jakarta.

Kemendiknas. 2010. Panduan Guru Mata Pelajaran Penjasorkes: Pendidikan


Karakter Terintegrasi Dalam Pembelajaran di SMP. Jakarta:
Kemendiknas.

Lickona, Thomas. 2015. Educating For Character. Mendidik untuk Membentuk


Karakter. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Mardatillah. 2010. Pengembangan Diri. STIE Balikpapan: Madani.

Marzuki, tth. Pendidikan Karakter Dalam Keluarga Perspektif Islam. Jurnal:


Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum, Universitas Negeri
Yogyakarta.

Moleong, Lexy.J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi revisi. Remaja


Rosdakarya. Bandung.

Muhaimin, Azzet Ahmad. 2007. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama


Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada. h.61.

Muhaimin, Azzet Ahmad. 2011. Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia:


Revitalisasi Pendidikan Karakter Terhadap Keberhasilan Siswa dan
Kemajuan Bangsa. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. cet-1, h. 16.

Muhibbin, Syah. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendidikan Terpadu.


Jakarta: CV Rajawali.

Mulyana, Rohmat. 2011. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung:


Alfabeta. cet-2.

Mulyasa, 2012. Pendidikan Bermutu Dan Berdaya Saing. Remaja Rosdakarya.


Bandung.

Munir, Abdullah, 2010. Pendidikan Karakter, Yogyakarta: PT. Bintang Pustaka.


Abadi.

Nurhayati, Eti. 2010. Bimbingan Keterampilan & Kemandirian Belajar. Bandung:


Batik Press. h.58.
Prabandari, Indah Rinukti dan Fidesrinur. 2019. Meningkatkan Kemampuan
Bekerjasama Anak Usia 5-6 Tahun Melalui Metode Bermain
Kooperatif. Jurnal AUDHI, Vol. 1, No. 2, Januari 2019.

Rahmadi. 2011. Pengantar Metodologi Penelitian. Banjarmasin: Ansari Press.

Rizena, Siti Avata. 2014, Prinsip Mengajar Berdasar Sifat-Sifat Nabi.


Yogyakarta.

Riyanto, Yatim. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan


Kuantitatif. Surabaya: Unesa University Press.

Rohinah, M. Noor. 2012. Mengembangkan Karakter Anak Secara Efektif di


ekolah dan Rumah. Jakarta: Pedagogia, h. 35.

Rohinah. M. Noor. 2012. Mengembangkan Karakter Anak Secara Efektif di


Sekolah dan Rumah. Jakarta: Pedagogia, h. 35.

Romli, Moch. 2004. Manajemen Pembelajaran di Sekolah Dasar Fullday School.


Malang: Universitas Negeri Malang.

Samani, Muchlas dan Hariyanto. 2013. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung: Remaja Rosdakarya. cet-3, h. 45-46.

Samani, Muchlas. 2013. Konsep dan Model Pendidikan Karakter, Bandung:


Remaja Rosdakarya, 2013.

Sanjaya,Wina. 2006. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta : Kencana.

Sehudin, 2005. Pengaruh Pelaksanaan Pembelajaran Full Day School Terhadap


Akhlak Siswa. Surabaya: Perpustakaan IAIN Sunan Ampel.

Sholikhah, Siti Nur Hidayatus. 2014. Penerapan Sistem Full Day School Dalam
Menunjang Kualitas Akhlak Siswa Di Tk Islam Al-Munawwar
Tulungagung, (Tulungagung: Skripsi Tidak Diterbitkan,

Sofan, Amri. 2011. Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran:


Strategi Analisis dan Perkembangan Karakter Siswa Dalam Proses
Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka. h. 52

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:


Alfabeta.

Sulistyaningsih, Wiwik. 2008. Full Day School dan Optimalisasi Perkembangan


Anak. Jogjakarta: Paradigma Indonesia.
Sulistyowati, Endah. 2012. Implementasi Kurikulum Pendidikan Karakter.
Yogyakarta: PT. Citra Aji Parama. h. 20.

Syukur. 2008. Fullday School Harus Proporsional. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Tilman, Diane. 2004. Living Values Activities for Young Adults, diterjemahkan
oleh Risa Praptono & Ellen Sirait dengan judul, Pendidikan Nilai
Untuk Kaum Dewasa-Muda. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia. h. 95.

Aqib, Z. (2011). Pendidikan karakter: Membangun perilaku positif anak bangsa.

Yrama Widya.

Aziz, A. (2020). Kebutuhan Akan Pendidikan Karakter. Bunga Rampai Ekonomi

Dan Pembiayaan Pendidikan, 107. https://books.google.com/books?

hl=en&lr=&id=ywftDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA107&dq=Dalam+konte

ks+tertentu,+karakter+juga+dapat+diartikan+sebagai+sifat,+tabiat,

+akhlak+atau+kepribadian+seseorang,

+yang+terbentuk+sebagai+hasil+internalisasi+berbagai+kebajikan+

+yang+diyakini+dan+dijadikan+landasan+cara+pandang,+berpikir,

+berperilaku+dan+bertindak&ots=ZQ13Y-

cikU&sig=eIILPGBTmW3QBf1N-SFxqzJnJOY

Azzet, A. M. (2011). Urgensi pendidikan karakter di Indonesia: Revitalisasi

pendidikan karakter terhadap keberhasilan belajar dan kemajuan bangsa.

Penerbit dan distributor, Ar-Ruzz Media.

Danil, M. (2018). Implementasi full day school di Sekolah Dasar Sabbihisma

padang. Jurnal Komunikasi Pendidikan, 2(1), 86–92.

Farhan, M. (2019). NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER NASIONALISME

DLAM BUKU API SEJARAH KARYA AHMAD MANSUR

SURYANEGARA [PhD Thesis, IAIN Purwokerto].


https://eprints.uinsaizu.ac.id/6714/1/COVER_BABI_BABV_DAFTARPU

STAKA.pdf

Hariyanti, M. (2015). Analisis data kualitatif Miles dan Hubermen. Diperoleh

Dari Https://Www. Kompasiana.

Com/Meykurniawan/556c450057937332048b456c/Analisis-Data-

Kualitatif-Miles-Dan-Hubermen.

Hikmasari, D. N., Susanto, H., & Syam, A. R. (2021). Konsep Pendidikan

Karakter Perspektif Thomas Lickona dan Ki Hajar Dewantara. AL-

ASASIYYA: Journal Of Basic Education, 6(1), 19–31.

ISLAM, P. S. P. A., & Bulian, M. (n.d.). PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

PRESPEKTIF ISLAM. Retrieved September 23, 2023, from

http://repository.iainbengkulu.ac.id/id/eprint/8918

Johansyah, J. (2017). Pendidikan Karakter Dalam Islam; Kajian dari Aspek

Metodologis. Jurnal Ilmiah Islam Futura, 11(1), 85–103.

Kusmaini, K. (2017). Pemanfaatan Alat Peraga Tumbuhan Untuk Meningkatkan

Keaktifan Dan Hasil Belajar Tentang Hubungan Antara Stuktur Bagian

Tumbuhan Dengan Fungsinya Bagi Peserta Didik Kelas Iv Sd Negeri 1

Menduran Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017. Jurnal Mitra Swara

Ganesha, 4(2).

http://www.ejournal.utp.ac.id/index.php/JMSG/article/view/573

Lubis, F. H. (2020). PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TYPE JIGSAW PADA POKOK BAHASAN


KEANEKARAGAMAN HAYATI. Didaktikum, 20(1).

http://i-rpp.com/index.php/didaktikum/article/view/1072

Mukminin, A. (2014). Strategi pembentukan karakter peduli lingkungan di

sekolah adiwiyata mandiri. Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam, 19(02), 227–

252.

Murod, A. C. (2011). Nasionalisme” Dalam Pespektif Islam”. Citra Lekha, 15(2),

45–58.

Rachman, N. F. (2014). Masyarakat hukum adat adalah bukan penyandang hak,

bukan subjek hukum, dan bukan pemilik wilayah adatnya. Wacana, 33,

25–50.

Ramdhani, M. A. (2014). Lingkungan pendidikan dalam implementasi pendidikan

karakter. Jurnal Pendidikan Universitas Garut, 8(1), 28–37.

Rohman, M. A. A. (2019). Pendidikan karakter di Sekolah menengah pertama

(smp): Teori, metodologi dan implementasi. Qalamuna: Jurnal

Pendidikan, Sosial, Dan Agama, 11(2), 265–286.

Rosmi, F. (2020). Penerapan Pendidikan Karakter Pada Full Day School di

Sekolah Dasar. Holistika: Jurnal Ilmiah PGSD, 4(1), 53–60.

Samani, M., & Hariyanto, M. S. (2011). Konsep dan model pendidikan karakter.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Simanjuntak, H. (2021). Strategi Mengajar Dalam Meningkatkan Mutu

Pembelajaran di Kelas 5 Sekolah Dasar Santo Thomas 2 Medan. Reslaj:

Religion Education Social Laa Roiba Journal, 3(3), 388–394.


Sulistyowati, E. (2012). Implementasi kurikulum pendidikan karakter.

Yogyakarta: Citra Aji Parama, 12.

Surya, M. (1997). Prinsip-Prinsip Motivasi Dalam Belajar. Direktorat Jendral

Pendidikan Dasar Dan Menengah: Depdikbud.

Susilo, S. (2012). PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

TENTANG PENANAMAN NILAI-NILAI DEMOKRASI KEPADA SISWA

SMP (Studi Kasus Pada Kelas VIII SMP Negeri I Kecamatan Padangratu

Kebupaten Lampung Tengah). http://digilib.unila.ac.id/397/

Sutisna, U. (2020). Etika Belajar Dalam Islam. Faktor: Jurnal Ilmiah

Kependidikan, 7(1), 49–58.

Wijayanti, I. (2021). Kemerosotan Nilai Moral yang Terjadi pada Generasi Muda

di Era Modern. https://osf.io/w9m4x/download

Wijayanti, Indriana. tth. Kemerosotan Nilai Moral yang Terjadi pada Generasi
Muda di Era Modern. Program Studi Pendidikan IPS Universitas

Yaumi, Muhammad dan Damopolii, Muljono. 2014. Action Research: Teori,


Model, & Aplikasi. Jakarta: Kencana.

Yulianti, 2013. Penerapan Full Day School dalam meningkatkan Kecerdasan


spiritual di SMA Unggukan Amanatul Ummah Surabaya.
Undergradute. Thesis. UIN Sunan Ampel Surabaya.

Zaem El-Mubarak. 2009. Membumikan Pendidikan Nilai: Mengumpulkan Yang


Terserak, Menyambung Yang Terputus dan Menyatukan Yang
Tercerai. Bandung: Alfabeta. cet-2, h.104-105.
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1: Kuesioner Penelitian

Berikut adalah kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini untuk


mengumpulkan data dari siswa, guru, dan orang tua di SD IT Insan Mulia Kediri,
Lombok Barat.

1. Kuesioner untuk Siswa:


o Identitas Siswa
o Pertanyaan tentang pemahaman nilai-nilai karakter
o Pertanyaan tentang pengalaman Full Day School
o Pertanyaan tentang partisipasi dalam kegiatan pengembangan
model Pendidikan karakter siswa

Kuesioner untuk Siswa

Bagian A: Informasi Responden

1. Nama: ____________________________________________________
2. Kelas: ____________________________________________________
3. Usia: _____________________________________________________
4. Jenis Kelamin:
o Laki-laki
o Perempuan

Bagian B: Pemahaman Nilai-Nilai Karakter

5. Seberapa baik Anda memahami nilai-nilai karakter berikut? Berikan


penilaian dari 1 hingga 5, dengan 1 sebagai "Tidak Paham" dan 5 sebagai
"Sangat Paham."

Nilai Karakter Penilaian (1-5)


Religius
Nasionalisme
Gotong Royong
Integritas
Mandiri

Bagian C: Pengalaman Full Day School


6. Sudah berapa lama Anda bersekolah di SD IT Insan Mulia dengan model
Full Day School?
o Kurang dari 1 tahun
o 1 tahun
o 2 tahun
o Lebih dari 2 tahun
7. Bagaimana pandangan Anda tentang model Full Day School di sekolah?
o Sangat Baik
o Baik
o Cukup Baik
o Kurang Baik
o Tidak Baik
8. Sebutkan aktivitas atau program apa saja yang telah Anda ikuti dalam
program Full Day School untuk pengembangan model Pendidikan karakter
selama di sekolah ini.

Bagian D: Partisipasi dalam Kegiatan Pengembangan Karakter

9. Seberapa sering Anda berpartisipasi dalam kegiatan atau program


pengembangan model Pendidikan karakter yang diselenggarakan oleh
sekolah? Berikan penilaian dari 1 hingga 5, dengan 1 sebagai "Jarang" dan
5 sebagai "Sangat Sering."

Bagian E: Tanggapan Umum

10. Apakah Anda merasa program Full Day School di sekolah ini membantu
dalam pengembangan karakter Anda? Berikan penjelasan pendapat Anda.
11. Apa manfaat yang Anda rasakan dari pengembangan karakter melalui Full
Day School di sekolah ini?
12. Jika ada saran atau masukan untuk meningkatkan program Full Day
School dan pengembangan model karakter di sekolah ini, silakan tuliskan
di bawah ini.

Terima kasih atas partisipasi Anda dalam menjawab kuesioner ini. Jawaban Anda
akan sangat berarti dalam penelitian ini. Semua informasi akan dijaga
kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

Tanda tangan peserta: _______________________________

Tanggal: _______________________

2. Kuesioner untuk Guru dan Staf:


o Identitas Guru dan Staf
o Pertanyaan tentang konsep pendidikan karakter
o Pertanyaan tentang integrasi pendidikan karakter dalam kurikulum
dan kegiatan sekolah
o Pertanyaan tentang tantangan dan dukungan dalam pengembangan
karakter siswa

Kuesioner untuk Guru dan Staf

Bagian A: Informasi Responden

1. Nama: ____________________________________________________
2. Jabatan: __________________________________________________

Bagian B: Pemahaman tentang Konsep Pendidikan Karakter

1. Seberapa baik Anda memahami konsep pendidikan karakter?


o Sangat Baik
o Baik
o Cukup Baik
o Kurang Baik
o Tidak Baik
2. Menurut anda seberapa penting pengembangan model Pendidikan karakter
untuk siswa?
3. Menurut pandangan Anda, apa arti penting dari pendidikan karakter dalam
pembentukan kepribadian siswa?
4. Bagaimana Anda mengintegrasikan model pendidikan karakter ke dalam
aktivitas pengajaran sehari-hari di kelas?

Bagian C: Integrasi Pendidikan Karakter dalam Kurikulum

4. Sejauh mana model pendidikan karakter diintegrasikan dalam kurikulum


sekolah?
o Sangat Terintegrasi
o Terintegrasi dengan Baik
o Cukup Terintegrasi
o Kurang Terintegrasi
o Tidak Terintegrasi Sama Sekali
5. Apakah ada tantangan dalam mengintegrasikan pendidikan karakter dalam
kurikulum sekolah? Jika ya, sebutkan tantangan tersebut.

Bagian D: Keterlibatan dalam Kegiatan Pengembangan Model Pendidikan


Karakter

6. Seberapa sering Anda berpartisipasi dalam kegiatan atau program


pengembangan Model Pendidikan karakter yang diselenggarakan oleh
sekolah? Berikan penilaian dari 1 hingga 5, dengan 1 sebagai "Jarang" dan
5 sebagai "Sangat Sering."
7. Sejauh mana Anda merasa kegiatan pengembangan model Pendidikan
karakter berdampak pada siswa?

Bagian E: Peran Orang Tua dan Masyarakat

8. Menurut pandangan Anda, sejauh mana orang tua dan masyarakat


berperan dalam mendukung pengembangan model pendidikan karakter
siswa di sekolah ini?
9. Apakah ada upaya konkret yang dilakukan sekolah dalam melibatkan
orang tua dan masyarakat dalam pengembangan model Pendidikan
karakter siswa? Jika ya, sebutkan upaya tersebut.

Bagian F: Tanggapan Umum

10. Apakah Anda merasa model Full Day School efektif dalam pengembangan
karakter siswa di sekolah ini? Berikan penjelasan pendapat Anda.
11. Jika ada saran atau masukan untuk meningkatkan pengembangan model
pendidikan karakter melalui model Full Day School di sekolah ini, silakan
tuliskan di bawah ini.
Terima kasih atas partisipasi Anda dalam menjawab kuesioner ini. Jawaban Anda
akan sangat berarti dalam penelitian ini. Semua informasi akan dijaga
kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

Tanda tangan peserta: _______________________________

Tanggal: _______________________
3. Kuesioner untuk Orang Tua:
o Identitas Orang Tua
o Pertanyaan tentang persepsi terhadap pendidikan karakter di
sekolah
o Pertanyaan tentang partisipasi dalam kegiatan sekolah dan
pengembangan karakter siswa

Kuesioner untuk Orang Tua

Bagian A: Informasi Responden

1. Nama: ____________________________________________________
2. Hubungan dengan Siswa: ___________________________________

Bagian B: Pandangan tentang Pendidikan Karakter

1. Seberapa penting menurut Anda model pendidikan karakter dalam


pembentukan kepribadian dan perilaku anak Anda?
o Sangat Penting
o Penting
o Cukup Penting
o Kurang Penting
o Tidak Penting
2. Menurut pandangan Anda, apa manfaat utama dari pendidikan karakter
bagi anak Anda?

Bagian C: Persepsi terhadap Program Full Day School

3. Bagaimana pandangan Anda tentang model Pendidikan karakter Full Day


School yang diterapkan di sekolah anak Anda?
o Sangat Baik
o Baik
o Cukup Baik
o Kurang Baik
o Tidak Baik
4. Sejauh mana Anda merasa program Full Day School di sekolah anak Anda
membantu dalam pengembangan karakternya?

Bagian D: Peran Orang Tua dalam Pengembangan Karakter

5. Seberapa sering Anda terlibat dalam kegiatan atau program pengembangan


model Pendidikan karakter di sekolah anak Anda? Berikan penilaian dari 1
hingga 5, dengan 1 sebagai "Jarang" dan 5 sebagai "Sangat Sering."
6. Apakah Anda merasa memiliki peran aktif dalam mendukung
pengembangan model Pendidikan karakter anak Anda di sekolah?

Bagian E: Dukungan dari Sekolah

7. Apakah Anda merasa sekolah anak Anda memiliki komitmen yang kuat
dalam pengembangan model Pendidikan karakter siswa melalui Full Day
School?
8. Menurut pandangan Anda, sejauh mana sekolah melibatkan orang tua
dalam upaya pengembangan model Pendidikan karakter?

Bagian F: Manfaat dan Tantangan dalam Pengembangan Karakter

9. Apa manfaat yang Anda rasakan dari pengembangan model Pendidikan


karakter melalui model Full Day School di sekolah anak Anda?
10. Apakah ada tantangan atau hambatan yang Anda temui terkait dengan
pengembangan model Pendidikan karakter anak Anda melalui Full Day
School? Jika ya, sebutkan tantangan tersebut.

Bagian G: Tanggapan Umum


11. Jika ada saran atau masukan untuk meningkatkan program pengembangan
model pendidikan karakter melalui model Full Day School di sekolah anak
Anda, silakan tuliskan di bawah ini.

Terima kasih atas partisipasi Anda dalam menjawab kuesioner ini. Jawaban Anda
akan sangat berarti dalam penelitian ini. Semua informasi akan dijaga
kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

Tanda tangan peserta: _______________________________

Tanggal: _______________________
Lampiran 2: Pedoman Wawancara

Berikut adalah pedoman wawancara yang digunakan untuk melakukan wawancara


dengan beberapa pihak terkait dalam penelitian ini:

1. Pedoman Wawancara untuk Guru dan Staf:


o Pertanyaan tentang persepsi terhadap pendidikan karakter
o Pertanyaan tentang pengalaman mengajar dan mendukung
pengembangan karakter siswa

Pedoman Wawancara untuk Guru dan Staf

Bagian A: Informasi Responden

1. Nama: ____________________________________________________
2. Jabatan: __________________________________________________

Bagian B: Pemahaman tentang Konsep Pengembangan Model Pendidikan


Karakter

1. Bagaimana Anda memahami konsep pengembangan model pendidikan


karakter dan apa arti pentingnya dalam pembentukan kepribadian siswa?
2. Menurut pandangan Anda, nilai-nilai karakter apa saja yang paling relevan
dan perlu dikembangkan pada siswa di SD IT Insan Mulia?

Bagian C: Integrasi Pendidikan Karakter dalam Kurikulum

3. Sejauh mana Anda merasa nilai-nilai model Pendidikan karakter telah


diintegrasikan dalam kurikulum sekolah? Apakah ada langkah-langkah
khusus yang diambil untuk memastikan model pendidikan karakter efektif
terintegrasi dalam semua aspek pembelajaran?
4. Apa tantangan utama yang Anda hadapi dalam mengintegrasikan model
pendidikan karakter dalam kurikulum dan bagaimana cara Anda
mengatasinya?
Bagian D: Kegiatan Pengembangan Karakter di Sekolah

5. Sejauh mana Anda terlibat dalam mengorganisasi dan menyelenggarakan


kegiatan atau program pengembangan model Pendidikan karakter di
sekolah?
6. Bagaimana Anda menilai efektivitas kegiatan pengembangan model
Pendidikan karakter yang telah dilakukan? Apakah Anda melihat
perubahan positif pada siswa setelah mengikuti kegiatan tersebut?

Bagian E: Peran Orang Tua dan Masyarakat

7. Menurut pengalaman Anda, sejauh mana orang tua dan masyarakat


berperan dalam mendukung pengembangan model pendidikan karakter
siswa di sekolah ini?
8. Apakah ada inisiatif khusus yang telah dilakukan oleh sekolah untuk
melibatkan orang tua dan masyarakat dalam pengembangan model
Pendidikan karakter siswa?

Bagian F: Dukungan dan Tantangan dalam Pengembangan Karakter

9. Sejauh mana Anda merasa mendapat dukungan dari kepala sekolah dan
rekan kerja dalam upaya pengembangan model Pendidikan karakter siswa?
10. Apakah ada tantangan atau hambatan yang dihadapi dalam upaya
pengembangan model pendidikan karakter melalui model Full Day School
di sekolah ini? Jika ya, bagaimana cara Anda mengatasinya?

Bagian G: Tanggapan Umum

11. Menurut Anda, apakah model Full Day School efektif dalam mendukung
pengembangan karakter siswa di sekolah ini? Berikan penjelasan pendapat
Anda.
12. Jika ada saran atau masukan untuk meningkatkan pengembangan
pendidikan karakter melalui model Full Day School di sekolah ini, silakan
tuliskan di bawah ini.

Terima kasih atas waktu dan kerjasama Anda dalam menjawab pertanyaan ini.
Wawancara Anda akan sangat berarti dalam penelitian ini. Semua informasi akan
dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

Tanda tangan peserta: _______________________________

Tanggal: _______________________
2. Pedoman Wawancara untuk Orang Tua:
o Pertanyaan tentang pandangan terhadap model pendidikan karakter
di sekolah
o Pertanyaan tentang peran orang tua dalam mendukung
pengembangan model Pendidikan karakter siswa

Pedoman Wawancara untuk Orang Tua

Bagian A: Informasi Responden

1. Nama: ____________________________________________________
2. Hubungan dengan Siswa: ___________________________________

Bagian B: Pemahaman tentang Pendidikan Karakter

1. Bagaimana Anda memahami konsep pendidikan karakter dan apa arti


pentingnya dalam pembentukan kepribadian anak Anda?
2. Menurut pandangan Anda, model pendidikan karakter apa saja yang paling
relevan dan perlu dikembangkan pada anak Anda?

Bagian C: Persepsi tentang Program Full Day School

3. Bagaimana pandangan Anda tentang model Full Day School yang


diterapkan di SD IT Insan Mulia? Apakah Anda merasa program Full Day
School ini mendukung pengembangan karakter anak Anda?
4. Sejauh mana Anda merasa anak Anda mendapatkan manfaat dari
pengalaman belajar di sekolah Full Day School ini?

Bagian D: Peran Orang Tua dalam Pengembangan Model Pendidikan


Karakter
5. Seberapa sering Anda terlibat dalam kegiatan atau program pengembangan
model Pendidikan karakter di sekolah anak Anda? Berikan penilaian dari 1
hingga 5, dengan 1 sebagai "Jarang" dan 5 sebagai "Sangat Sering."
6. Menurut pengalaman Anda, sejauh mana peran Anda sebagai orang tua
berpengaruh dalam mendukung pengembangan model pendidikan karakter
anak Anda di sekolah?

Bagian E: Dukungan dari Sekolah

7. Apakah Anda merasa sekolah anak Anda memiliki komitmen yang kuat
dalam pengembangan model Pendidikan karakter siswa melalui model
Full Day School?
8. Menurut pandangan Anda, sejauh mana sekolah melibatkan orang tua
dalam upaya pengembangan model Pendidikan karakter anak Anda?

Bagian F: Manfaat dan Tantangan dalam Pengembangan Karakter

9. Apa manfaat yang Anda rasakan dari pengembangan model Pendidikan


karakter melalui model Full Day School di sekolah anak Anda?
10. Apakah ada tantangan atau hambatan yang Anda temui terkait dengan
pengembangan model Pendidikan karakter anak Anda melalui model Full
Day School? Jika ya, sebutkan tantangan tersebut.

Bagian G: Tanggapan Umum

11. Jika ada saran atau masukan untuk meningkatkan program pengembangan
model pendidikan karakter melalui model Full Day School di sekolah anak
Anda, silakan tuliskan di bawah ini.

Terima kasih atas waktu dan kerjasama Anda dalam menjawab pertanyaan ini.
Wawancara Anda akan sangat berarti dalam penelitian ini. Semua informasi akan
dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

Tanda tangan peserta: _______________________________


Tanggal: _______________________

Anda mungkin juga menyukai