PROPOSAL TESIS
Oleh
ZUBAIDI
NIM 2229041075
i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Proposal Tesis oleh Zubaidi ini telah diperiksa dan disetujui untuk
Mengikuti Ujian Kelayakan Proposal Tesis
Pembimbing I,
NIP : 195812311986011005
Pembimbing II,
NIP : 195901011984031003
ii
DAFTAR ISI
iii
c. Metode Wawancara................................................................... 41
6. Instrumen Pengumpulan Data........................................................ 41
a. Pedoman Wawancara................................................................ 42
b. Angket dan Kuosioner............................................................... 42
7. Uji Coba Instrumen........................................................................ 42
a. Perencanaan............................................................................... 42
b. Pengembangan Format Model.................................................. 42
c. Uji Coba Validitas..................................................................... 43
d. Uji Coba Kepraktisan................................................................ 43
e. Uji Coba Efektifitas................................................................... 44
8. Analisis Data...................................................................................... 54
1. Uji Normalitas............................................................................ 54
2. Uji Homogenitas......................................................................... 55
O. DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 57
P. LAMPIRAN.............................................................................................. 49
iv
A. Judul : Pengembangan Model Pendidikan karakter melalui full day school
khas Lombok Barat pada siswa Sekolah Dasar
seseorang, yang erat terkait dengan ketuhanan, diri sendiri, sesama manusia,
hukum, adat istiadat, budaya, dan kebiasaan sosial. Masalah karakter menjadi
salah satu isu penting dalam dunia pendidikan saat ini. Program
nilai yang tidak manusiawi dalam konteks sosial dan budaya masyarakat.
Kejahatan moral terlihat jelas ketika baik murid, guru, maupun pendidik
rasa hormat terhadap guru dan orang tua, peningkatan seks bebas, seringnya
perilaku seksual yang tidak sehat, kekerasan, narkotika, dan masalah psikologis,
menunjukkan rentan dan toleransi terhadap seks pranikah (Rachman, 2014). Seks
bebas yang dipengaruhi oleh budaya Barat dan diperkuat oleh media telah
dengan dalih kebebasan pribadi atau hak asasi manusia. Kedua, kasus kejahatan
tinggi dalam berbagai bentuk, baik personal maupun sosial, seperti meningkatnya
siswa saat ini sama sekali tidak muncul., pada masa transisi ini para pemuda
godaan untuk melakukan perbuatan yang tidak baik dan tidak jelas (Rachman,
pada kebaikan atau melakukan hal buruk yang dapat menjatuhkan mereka.
Sebagian besar kemerosotan moral, etika, dan karakter dewasa ini sebagian
baik dan benar terhadap nilai-nilai ajaran agama berikut, diikuti dengan
moral yang paling kuat. Ketika keyakinan agama menjadi bagian integral dari
diri manusia. Kedua, pendidikan moral dan etika, yang tidak dilaksanakan di
kasih sayang antar pasangan, dan kesalahpahaman dengan orang tua. Kondisi
mereka merasa takut, cemas, dan tidak nyaman ketika berada di dekat orang
tua mereka. Anak-anak yang selalu gelisah dan cemas cenderung terjerumus
secara luas. Salah satu aspek yang sering diabaikan dan berpengaruh terhadap
pertumbuhan biologis. Jika mereka tidak memahami dengan baik dan belum
dengan mudah menjauhkan mereka dari rayuan orang-orang jahat yang hanya
prinsip PPK. Dari sini, dapat disimpulkan bahwa pemerintah juga berperan
praktik. Hal ini bertujuan agar pendidikan karakter bangsa mampu benar-
masyarakat, terutama dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan karakter
dapat diartikan sebagai suatu proses yang bertujuan membentuk perilaku atau
karakter seseorang, sehingga ia mampu membedakan antara yang baik dan yang
karakter pada dasarnya merupakan hasil dari tanggung jawab individu untuk
karakter negara, yaitu unit pendidikan dalam ranah formal dan non formal,
menerapkan nilai-nilai moral, etika, dan moral kepada para pelajar melalui
individu yang memiliki akhlak yang baik. Pendekatan ini bertujuan untuk
sendiri, orang lain, masyarakat, bangsa, dan negara, serta dalam hubungan
mengenai benar dan salah semata. Lebih dari itu, pendidikan karakter
menunjukkan sikap dan perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang telah menjadi
dalam konteks sosial dan budaya yang melibatkan interaksi dengan keluarga,
institusi pendidikan, dan masyarakat. Aspek-aspek ini dapat dikelompokkan
pada usia remaja, tahap pemantapan karakter pada usia dewasa, dan tahap
Peraturan tersebut mengatur tentang hari sekolah atau yang kini lebih dikenal
dengan Full Day School (FDS). Tujuan dari FDS adalah untuk meningkatkan
dan beradab dalam kehidupan sehari-hari. Melalui sistem FDS ini, diharapkan
siswa dapat secara bertahap membangun karakternya dan tidak putus sekolah
Dalam konsep FDS, hal yang paling krusial adalah mencapai tujuan
bahwa siswa memiliki waktu belajar yang lebih banyak. Dengan adanya FDS,
dengan lebih intensif dan sesuai dengan kurikulum sekolah. Sesuai dengan
yang relatif baru, sistem FDS masih belum familiar di banyak sekolah,
program FDS.
hamba Allah selalu diarahkan oleh syariat Allah SWT. Oleh karena itu,
mewujudkannya.
Mulia, Kediri, Lombok Barat, bersifat universal dan Islami. Khususnya dalam
1. Kebobrokan akhlak dan moral terlihat di depan mata, ketika murid bahkan
beragama yang dilandasi oleh pemahaman yang baik dan benar terhadap
kuat.
D. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka batasan masalah ini dapat
Dasar dalam full day school bisa menangani kebobrokan akhlak dan
moral?
Dasar dalam full day school dapat menutupi kurangnya Pendidikan moral
Dasar dalam full day school dapat mengatasi anak dengan situasi rumah
school?
E. Rumusan Masalah
full day school pada siswa sekolah dasar dilihat dari tercapai tidaknya
F. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang masalah dan fokus penelitian di atas,
school pada siswa Sekolah Dasar terhadap pembentukan moral dan etika
siswa.
G. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini, dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu,
1. Manfaat teoritis
studi tertentu. Manfaat penelitian teoritis adalah berlatar dari tujuan penelitian
karena peneliti tidak puas atau ragu terhadap suatu teori tertentu.
membangun karakter.
yang baik.
berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia kepada nilai
monitoring kinerja guru dan karyawan sekolah, sehingga setiap masalah bisa
2. Manfaat praktis
praktis adalah berhubungan dengan peneliti itu sendiri dan pembaca. Manfaat
dimaksudkan?
Manfaat Penelitian Bagi Peneliti
melalui full day school khas Lombok Barat adalah dapat menambah wawasan
karakter
melalui full day school khas Lombok Barat adalah dapat menambah
pengembangan.
melalui full day school khas Lombok Barat adalah anak didik sebagai subyek
melalui full day school khas Lombok Barat bagi sekolah adalah sebagai bahan
karakter anak.
H. PENJELASAN ISTILAH
istirahat. Model ini menyediakan lebih banyak waktu bagi siswa untuk
Pendidikan Karakter melalui Full Day School khas Lombok Barat Pada Siswa
melalui Full Day School khas Lombok Barat di Sekolah Dasar diterapkan
dan efektifitas model Pendidikan karakter berbasis full day school khas
I. ASUMSI PENELITIAN
Sekolah Dasar.
2. Asumsi 2: Guru dan staf di Sekolah Dasar memiliki pemahaman yang kuat
3. Asumsi 3: Faktor pendukung, seperti dukungan aktif dari orang tua dan
Full Day School berdampak positif pada prestasi siswa di Sekolah Dasar
penelitian dan data yang valid untuk memastikan keabsahan dan ketepatan
J. RENCANA PUBLIKASI
Rencana publikasi tesis ini kedepannya adalah melalui Jurnal
https://e-journal.unair.ac.id/IJOSH/user/authorizationDenied?
message=user.authorization.roleBasedAccessDenied
K. KAJIAN PUSTAKA
1. Pendidikan Karakter
a) Pengertian Karakter
karakter didefinisikan sebagai “sifat, tabiat, ciri kejiwaan, akhlak, atau adat
karakter dapat diartikan sebagai huruf, angka, spasi, atau simbol khusus yang
dapat muncul di layar melalui keyboard. Dengan kata lain, seseorang yang
memiliki karakter adalah individu yang memiliki kepribadian, tingkah laku, sifat,
tabiat, atau watak. Dalam terminologi, kata karakter memiliki berbagai definisi,
sisi lain, Imam Ghazal menyatakan bahwa “karakter adalah kualitas yang tertanam
atau ditanamkan dalam jiwa, dan dengan kualitas tersebut, seseorang dapat
Hal ini menunjukkan bahwa dalam konteks tertentu, karakter juga dapat diartikan
sebagai sifat, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang, yang terbentuk melalui
Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan bangsa,
berdasarkan norma agama, hukum, adat istiadat, budaya, dan adat istiadat”
manusia yang muncul dari pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Suyanto
mencirikan bagaimana setiap individu hidup dan bekerja sama dalam keluarga,
masyarakat, bangsa, dan negara” (Muhaimin dalam Azzet, 2011). Tanda, yang
dapat diartikan secara etimologis, juga dapat diartikan secara terminologis sebagai
moral dengan baik" menurut Thomas Lickona, seperti dikutip (Marzuki dalam
ISLAM & Bulian, n.d.). Lickona mendefinisikan karakter sebagai. Dia juga
berpendapat bahwa karakter yang dimiliki individu mencakup tiga bagian yang
saling terkait: pengetahuan moral; perasaan moral, dan perilaku moral. Akhlak
moral), komitmen terhadap kebaikan (perasaan moral), dan tindakan nyata yang
bahwa istilah karakter lebih menekankan pada tindakan atau perilaku. Secara
bagaimana seseorang bertingkah laku, dan kedua, istilah karakter berkaitan erat
dengan kepribadian. Oleh karena itu, seseorang yang berperilaku tidak jujur,
curang, kejam, dan rakus dianggap memiliki karakter buruk. Sebaliknya, yang
bersikap baik, jujur, dan suka menolong dianggap memiliki karakter baik atau
mulia.
nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada peserta didik, agar mereka dapat
anggota masyarakat dan warga negara yang religius, produktif, dan kreatif. Dalam
konteks program, konsep ini dipahami sebagai kolaborasi antara semua guru dan
melalui pembelajaran aktif siswa. Meskipun secara teknis dapat diartikan sebagai
proses penanaman dan penghayatan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa, yang
aktif dilakukan dalam kepemimpinan guru, kepala sekolah, dan guru dalam
dalam membuat keputusan yang baik dan buruk, serta untuk menjaga dan
dengan tujuan agar mereka mengadopsi perilaku yang manusiawi. Lebih lanjut,
dalam hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, dan
pendidikan karakter akan berhasil jika melibatkan tidak hanya peserta didik tetapi
juga guru, kepala sekolah, dan pihak non-pendidik (Hariyanti, 2015). Beberapa
antara seluruh guru dan kepala sekolah, (3) refleksi dan internalisasi nilai-nilai
Nilai dan pendidikan merupakan dua hal yang saling terkait dan tak dapat
manusia, terkait erat dengan dua tugas pokok, yaitu humanisasi. Dalam konteks
untuk memenuhi kebutuhan biologisnya dengan baik dan benar, seperti yang
diungkapkan oleh Mulyana (2011: 103). Proses ini memerlukan pendidikan yang
reduksi pembelajaran yang hanya berfokus pada satu aspek kemampuan saja;
dan intelektual. Konsep nilai merupakan bagian integral dari dunia pendidikan.
sebagai berikut:
Pengakuan nilai. Pada tahap ini, setiap siswa harus mengetahui nilai dari
1. Aktivitas (kegiatan). Pada tahap ini, siswa diarahkan pada kegiatan yang
2. Alat bantu pengajaran (teaching aids). Alat bantu adalah benda yang dapat
mempercepat proses pembelajaran nilai, seperti cerita, film atau benda lain
akan nilai.
teknik penilaian yang berbeda. Nilai dalam konteks ini merujuk pada
evaluasi, yang merupakan ekspresi nilai dan tidak dapat dipisahkan dari
sebagai inti dari semua pengalaman pendidikan (at the heart of all
pendidikan memiliki nilai yang berharga. Oleh karena itu, nilai berfungsi
bertindak.
terdiri dari 3 nilai operasional atau nilai dalam tindakan, dan dapat juga dikatakan
bahwa ada tiga indikator perilaku yang saling terkait satu sama lain, yaitu
moral atau perasaan moral (aspek afektif) dan perilaku berbasis moral atau
perilaku moral (aspek psikomotorik). Karakter yang baik dengan demikian terdiri
dari proses-proses yang meliputi mengetahui apa yang baik, dan ingin berbuat
baik. Selain itu, karakter yang baik juga harus didukung oleh pikiran, hati, dan
tindakan. Selain itu, juga disebutkan bahwa konfigurasi karakter dalam konteks
dan kreativitas).
(Lickona dalam Hikmasari et al., 2021). Dalam pendidikan karakter, kita ingin
membentuk anak yang bisa menghargai apa yang baik, ikhlas menjaga apa yang
dikatakan baik, dan memahami apa yang dianggap baik meski dalam situasi stress
(penuh tekanan dari luar, tekanan dari luar) dan penuh. pencobaan yang muncul
dari hati sendiri (godaan dari dalam). Garis besar Grand Design Pendidikan
Karakter yang disusun oleh Kemendikbud, yang menjadi tolok ukur konseptual
budaya formal dan informal. satuan pendidikan yaitu jujur, tanggung jawab,
1. Jujur, menceritakan apa adanya, terbuka, konsisten antara apa yang dikatakan
dengan apa yang dilakukan (integrity), berani karena benar, dapat dipercaya
2. Tanggung jawab, melaksanakan tugas dengan hati, bekerja dengan etos kerja
pilihan.
3. cerdas, berpikir cermat dan tepat, berperilaku penuh perhitungan, rasa ingin
tahu, berkomunikasi secara efektif dan tegas, setuju dengan santun, menjaga
perbedaan, tidak ingin menyakiti orang lain, siap mendengarkan orang lain,
berbagi, tidak memandang rendah orang lain, tidak memanfaatkan orang lain,
tahu cara bekerja sama, apa adanya; bersedia berpartisipasi dalam kegiatan
berani mengambil keputusan dengan cepat dan tepat, menyajikan sesuatu yang
luar biasa (unik), memiliki ide-ide baru, mau terus berubah, tahu cara membaca
dengan prinsip kerjasama lebih mudah dan cepat mencapai tujuan, tidak
hasil yang terbaik, tidak mementingkan diri sendiri seperti yang ditunjukkan
dalam tabel 2.1 berikut bisa dlihat esensi nilai karakter yang dapat dieksplorasi.
Tabel 2.1 Esensi nilai karakter yang dapat dieksplorasi, diklarifikasi, dan
direalisasikan melalui pembelajaran intra dan ekstakurikuler
(Depdiknas dalam Hikmasari et al., 2021)
Ideologi (Ideology) Agama (Religion) Budaya (Culture)
Disiplin hukum dan tata tertib Beriman Toleransi
Mencintai tanah air Taat aturan agama Empati
Demokrasi Berakhlak Beretika
Mendahulukan kepentingan umum Berbuat kebaikan Sopan dan santun
Berani Tawakkal Sehat
Setia kawan Peduli sesama Dermawan
Rasa kebangsaan Berkemanusiaan Berjiwa besar
Patriotik Adil
Warga Negara produktif Bermoral dan
Martabat harga diri bangsa bijaksana
Setia bela negara
Ada enam nilai etika utama (core ethics values) dalam pendidikan
hormat),
4. adil
“religius, jujur, toleran, disiplin, pekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa
jawab, cerdas, sehat dan bersih, peduli, kreatif, gotong royong, religius, toleran,
membaca, pekerja keras, bijaksana, tegas, antusias, percaya diri, rendah hati,
proaktif, bahagia, adil, setia, lemah lembut, patuh, bersih, protektif, hati-hati,
kontrol diri, teliti, tulus, hormat, tegas, fleksibel, pemaaf, murah hati, lemah
lembut, pandai berterima kasih kepada orang lain, sopan, dan hormat.
terbaik (best practice) negara maju, serta khazanah nilai-nilai karakter yang telah
lama ada di Indonesia mulai dari tradisi budaya, ajaran agama dan ajaran
tidak semua nilai diadopsi dan diimplementasikan, setiap satuan pendidikan dapat
dilakukan dengan melihat visi dan misi sekolah, tradisi budaya yang
dalam dua cara: (1). melihat hubungan nilai-nilai tersebut dengan empat asas
terhadap masyarakat dan bangsa, dan kewajiban terhadap alam. Menurut Muchlas
karakter saja, antara lain: Religius, Nasionalisme, Gotong royong, Integritas dan
1) Religius
atau suasana kehidupan keagamaan Islam yang efeknya adalah terciptanya visi
yang bernafaskan atau diresapi oleh ajaran dan nilai-nilai agama Islam, yang
dituangkan dalam sikap dan kecakapan hidup peserta didik, anak sekolah, guru
merupakan ajaran dasar yang menjadi visi atau pedoman hidup. Pandangan hidup
adalah "persepsi nilai yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang untuk
(way of life, world view) penting dan perlu bagi seseorang, karena ia sesuai
dengan pandangan hidupnya yaitu. petunjuk yang jelas untuk hidup di dunia ini.
berbeda dengan agama yang dianut orang lain. Berdasarkan definisi di atas, dapat
dikatakan bahwa religiusitas adalah ketaatan dan perilaku sesuai dengan apa yang
diajarkan dalam agama. Karakter religius digambarkan sebagai nilai budi pekerti
yang indikatornya berupa perbuatan yang menunjukkan sikap dan perilaku taat
dalam menjalankan ajaran agama yang dianut. Berdasarkan uraian tersebut maka
indikator keagamaan sekolah adalah sikap dan perilaku patuh dalam pelaksanaan
pendidikan agama di sekolah. Indikator religi di kelas adalah perilaku taat saat
pendidikan.
2) Nasionalisme
keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama
dan kekuatan bangsa itu, yakni semangat kebangsaan (Depdikbud dalam Surya,
1997).
Nilai-nilai Nasionalisme
membangun masa depan bangsa, terlepas dari beberapa agama, ras dan etnik.
penduduk negara yang heterogen karena perbedaan suku, agama, ras dan
Nasionalisme tidak dibatasi oleh suku, bahasa, agama, daerah dan strata
suatu tujuan dan cita-cita dalam bernegara ketika nasionalisme dijadikan sebagai
landasan dalam kehidupan yang pluralis (Murod, 2011), cita-cita yang ingin
solidaritas.
kebebasan dari penguasa asing atau campur tangan dari dunia luar dan
kebebasan dari kekuatan-kekuatan intern yang bersifat anti nasional atau
Gotong royong berasal dari kata dasar “gotong” yang berarti bekerja dan
“royong” yang berarti Bersama. Dalam istilah Jawa, kata “gotong” memiliki arti
Dengan demikian, arti gotong royong adalah sebagai bentuk kerja sama
oleh suatu masyarakat, baik oleh beberapa individu atau kelompok, demi
1. Kebersamaan
sama. Kegiatan gotong royong tersebut akan ada banyak orang yang ikut
kebersamaan.
2. Persatuan
sebagainya) beberapa bagian yang sudah bersatu dari sekelompok orang. Setelah
kebersamaan telah tercipta, dalam gotong royong juga bisa melahirkan sebuah
persatuan, sehingga masyarakat akan menjadi lebih dekat, kuat, dan mampu
3. Kerukunan
Gotong royong berarti bekerja sama. Dalam melakukan pekerjaan secara
bersama-sama akan menimbulkan interaksi satu sama lain, yang kemudian akan
4. Kekeluargaan
dan agama. Sebab, sikap bergotong royong telah menjadi kebiasaan masyarakat
Manfaat gotong royong tidak jauh berbeda dengan tujuannya. Ada banyak
manfaat yang akan didapatkan apabila menerapkan gotong royong dalam suatu
4) Integritas
Berasal dari bahasa latin yaitu integer, integritas dapat diartikan secara
umum yakni utuh serta lengkap. Dengan begitu, intregitas merupakan suatu usaha
keyakinan serta nilai luhur. Integritas juga bisa didefinisikan sebagai kejujuran
atau kebenaran atas tiap tindakan seseorang jika dilihat dari sisi etika. Keselarasan
antara apa yang diucapkan dengan yang dilakukan juga dapat digunakan untuk
Fungsi satu ini meliputi kecerdasan moral dan diri sendiri (self insight).
Self insight juga dapat diartikan sebagai pengetahuan serta refleksi diri. Dengan
demikian, integritas bermanfaat memelihara moral, karakter, atau akhlak
Fungsi satu ini meliputi hati nurani serta harga diri. Jika melihat fungsi ini
dapat dikatakan integritas berfungsi memelihara nurani seseorang agar tetap jujur
sebagai hamba. Integritas juga dapat menjadi pembeda antara dirinya dengan
hewan. Sebab, secara biologis, manusia serta hewan sama-sama memiliki hati.
Namun hewan tidak memiliki qalb yang mana hanya ada di diri manusia.
Integritas akan membuat seseorang merasa sehat, bugar, dan fit. Sebab,
seseorang.
diri, empati, serta memiliki solidaritas tinggi serta sarat kehangatan emosional
individu maupun lingkungan masyarakat. Selain itu, integritas juga akan membuat
Melahirkan prestasi
4) Mandiri
sikap dan perilaku yang tidak mudah terlibat dalam pelaksanaan tugas orang lain.
Dan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “merdeka” berarti keadaan
mampu berdiri sendiri, tidak bergantung pada orang lain (Depdiknas dalam
Farhan, 2019). Menurut Steinberg, kata “kemerdekaan” dalam Nurhayat diambil
dari dua istilah yang makna paralelnya seringkali berdampingan, yaitu otonomi
sangat kecil, yang mengacu pada kemampuan individu untuk melakukan aktivitas
kehidupan secara mandiri dari pengaruh kontrol orang lain. Sedangkan menurut
kemandirian adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah terlibat dengan orang
dengan sikap dan perilaku mandiri dalam mengerjakan tugas atau ujian.
dilaksanakan di dalam kelas, di luar kelas dan di dalam sekolah dan bertujuan
seperti lebih peka terhadap perbedaan sudut pandang, lebih kreatif dan inovatif.
Efek limpahan terjadi ketika, dan hanya ketika, siswa mengalami pengalaman
belajar yang optimal yang mampu merangsang seluruh potensi kognitif, afektif,
itu, sekolah buaya menjadi bagian dari keseharian siswa sekolah yang dipadukan
kurikulum, yaitu: (1) orientasi transfer, (2) orientasi transaksi, (3) orientasi
transformasi. penjelasan Miller dan Seller (1985, hlm. 6-8),. Dalam melaksanakan
a) Pengertian FDS
Kata FDS berasal dari bahasa Inggris. Full berarti penuh dan Day berarti
hari. Meskipun sekolah berarti sekolah. Jika digabungkan, berarti sepanjang hari
sekolah (Echols dan Sadily, 2015: 259). Sementara itu, dari segi terminologi, ada
beberapa pendapat yang menjelaskan tentang pengertian FDS. FDS adalah sistem
sepanjang hari dari pagi hingga sore hari dari pukul 06:45 hingga 15:00 dan
durasi istirahat setiap 2 jam sekali. Dalam FDS prioritasnya adalah menyusun dan
belajar mengajar sepanjang hari dalam untaian sistem pembelajaran intensif, yaitu.
menawarkan waktu ekstra khusus selama lima hari pendalaman dan relaksasi
cuti panjang penuh. atau kreativitas (Imam Sururi, 2012: 14). FDS merupakan
sistem pembelajaran yang diimplementasikan dalam kegiatan proses pembelajaran
yang dimulai pada siang hari dari pagi hingga sore hari mulai pukul 07.00.
sampai 15:00:42 Menurut Yulianti (2013),. Dari pernyataan di atas tentang FDS
dapat disimpulkan bahwa konsep FDS adalah sekolah yang melalui proses
pembelajaran sehari penuh dari pagi hingga malam hari yaitu dari pukul 19.00
hingga 15.00, artinya hampir semua kegiatan yang dilakukan anak di sekolah
mulai dari belajar, makan, bermain dan beribadah dikemas dalam sistem
pendidikan; sistem ini diharapkan untuk integrasi nilai kehidupan anak dan
tujuan pendidikan agama Islam. Padahal tujuan pendidikan merupakan hal yang
berbeda-beda, yaitu: (1) tujuan pendidikan nasional, (2) tujuan kelembagaan, (3)
tujuan kurikulum, (4) tujuan pendidikan (Suharsimi Arikunto, 1993: 14). Semua
tujuan tersebut di atas merupakan tatanan hirarki yang saling mendukung dan
tinggi harus berdasarkan dan berpijak pada tujuan pendidikan nasional. FDS
Islami, meliputi: pengetahuan dasar tentang Iman, Islam dan Ihsan, pengetahuan
dasar tentang akhlak terpuji dan tercela, kecintaan kepada Allah dan Rasulnya,
kreatif, mandiri, hidup bersih dan sehat, adab-adab Islam, (3) penguasaan
mengetahui dan terampil baca dan tulis Al-Qur’an, memahami secara sederhana
Dapat dikatakan bahwa sekolah model FDS memadukan ilmu agama dan
ilmu umum dalam pembelajarannya. Dalam sistem sekolah penuh waktu ini,
fokusnya adalah pada sektor keagamaan. Jadi jika agama itu baik, maka perilaku,
sikap dan karakter apapun juga baik. Selain itu, FDS bertujuan untuk
Islami, serta memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Agar waktu luang anak
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari program FDS adalah salah
satu cara untuk mengatasi masalah pendidikan, dan masalah prestasi serta masalah
c) Karakteristik FDS
keunggulan moral dan prestasi akademik. Staf FDS yang berkualitas dipilih dari
para pengajar yang profesional dan jujur dalam bidang studinya. Peningkatan
melalui multimedia Selain itu juga terdapat berbagai perangkat dan fasilitas
untuk mempelajari ilmu agama. Selain itu, pelatih dipilih dari kalangan guru mata
pelajaran yang berkualitas dan profesional, sehingga dalam peran guru yang
umumnya.
Dalam FDS, seluruh program dan kegiatan anak sekolah, baik belajar,
adalah agar siswa selalu berhasil belajar dalam proses pembelajaran yang
yang positif sebagai akibat dari proses dan kegiatan belajar. Prestasi belajar
tersebut di atas dibagi menjadi tiga ranah, yaitu: (1) prestasi kognitif, (2) prestasi
afektif, (3) prestasi psikomotorik. Uraian ketiga prestasi tersebut adalah sebagai
jadwal maupun lembaga pendidikan atau kurikulum lokal yang digunakan, pada
prinsipnya tetap mengacu pada pengenalan nilai-nilai luhur agama dan moral
sebagai bekal kehidupan masa depan, namun tetap berkomitmen pada cita-cita.
demikian SD FDS dituntut untuk memenuhi kriteria sekolah yang efektif serta
mampu mengelola dan menggunakan segala sumber daya yang ada untuk
secara aktif dan kreatif, mengoptimalkan semua peluang untuk mencapai tujuan
memadai.
mencapai hasil yang optimal. Tanpa strategi yang jelas, proses pembelajaran tidak
akan terkelola sedemikian rupa sehingga sulit mencapai tujuan pembelajaran yang
efektif dan efisien. Strategi pembelajaran sangat bermanfaat bagi guru, khususnya
bagi siswa (Rizena, 2014: 176). Bagi guru, strategi dapat dijadikan pedoman dan
(Sanjaya, 2006: 147). Metode pengajaran adalah metode yang digunakan seorang
adalah cara dimana rencana yang telah disusun dilaksanakan dalam tindakan nyata
sehingga tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal” (Sanjaya, 2006: 149).
sebagaimana dijelaskan Uzer Usman: Variasi adalah kegiatan guru dalam rangka
PAKEM memiliki empat pilar utama, yaitu: (1) Aktif, (2), Kreatif, (3) Efektif dan
didik (student centered) dari pada berpusat pada guru (teacher centered).
Untuk mengaktifkan peserta didik, kata kunci yang dapat dipegang guru
kegiatan berfikir dan berbuat. Fungsi dan peran guru lebih banyak
sebagai fasilitator.
pengetahuan baru, (2) Bersikap respek dan menghargai ide-ide siswa, (3)
Penghargaan pada inisiatif dan kesadaran diri siswa, dan (4) Penekanan
tidak kaku, menyenangkan bagi siswa yang berusaha menggali potensi anak
secara utuh. dan fokus. situasi dan kondisi dimana siswa dapat mengamati proses
pembelajaran, tetapi juga bermain game agar siswa tidak merasa stress dan bosan
dimana pembelajaran tidak selalu terjadi di dalam kelas, tetapi siswa diberikan
karakter SDM yang berkualitas yang mampu bersaing dalam era globalisasi,
untuk itu pendidikan formal dan non formal mutlak diperlukan sebagai salah satu
upaya untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan. Jumlah sekolah
informal maupun non formal yang tersebar di wilayah Kabupaten Lombok Barat
pada tahun 2010 sebanyak 758 buah, terdiri dari sekolah : TK 81 buah, SD 344
semua sekolah yang ada sebanyak 758 buah tersebut, jumlah siswa yang terdaftar
Dari sekian banyak sebaran jumlah sekolah yang ada di Lombok Barat,
terdapat ciri khas Pendidikan yang dimiliki yaitu banyaknya sekolah yang
Madrasah tsanawiyah (MTs) berjumlah 91, dan Madrasah Aliyah (MA) berjumlah
57.
melalui kerja sama dengan keluarga orang tua siswa dan masyarakat. Pendidikan
atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap
Terdapat dua model karakter pada Sekolah Dasar, yaitu integreted methods, yaitu
penerapan nilai tidak di lakukan secara khusus dan tidak dikupas secara
kaidah suatu nilai karakter, karenanya di perlukan pembiasaan yang terus menerus
karakter yang biasa dilakukan oleh para Kiyai atau ustadz pada pondok pesantren
di Lombok barat, dimana satu nilai karakter dikupas tuntas melalui kajian-kajian
rutinnya terdiri dari kegiatan keagamaan yang meliputi sholat berjamaah, qiroah
seperti pergi ke sekolah dan piket kelas, kemudian kegiatan belajar berupa belajar
secara teratur, mengikuti ujian dan menjaga kebersihan kelas, kemudian melalui
adalah metode keteladanan yang sering digunakan untuk membimbing siswa agar
Kedua metode konseling untuk menasihati siswa yang melakukan sesuatu yang
mempelajari model pengembangan karakter siswa dan program Full Day School.
Perbedaan kajian ini dengan kajian Siti Mujayanah adalah kajian Siti Mujayanah
adalah tentang membangun karakter religius, sedangkan kajian ini bertujuan untuk
menumbuhkan dan mengembangkan karakter siswa yang meliputi 9 karakter tapi
Kabupaten Banyumas.” Tesis Program Studi PAI, Fakultas Tarbiyah dan Fakultas
bahwa sikap dasar empati dapat dirumuskan melalui lima hal, antara lain:
toleransi; siswa dapat saling menghargai di sekolah dengan teman, disiplin; malas,
tapi tidak membebani orang lain, pekerja keras; siswa diajarkan untuk terus
berjuang untuk sesuatu dan mencapai hasil yang positif, mandiri; Siswa dilatih
untuk melakukan sesuatu secara mandiri dan memiliki tujuan yang jelas. Beban;
siswa dapat mengatasi masalahnya sendiri karena tanggung jawab sekolah harus
diselesaikan agar menjadi pribadi yang dapat dipercaya dan dipercaya. Pembinaan
ini didasarkan pada strategi sistem sekolah sepanjang hari yang bermuara pada
empati. Kesamaan antara penelitian Fariza Salsabella dengan penelitian ini adalah
bahwa kedua variabel yang diteliti berkaitan dengan sistem sekolah penuh waktu.
sedangkan pada penelitian kali ini berfokus pada pembinaan dan pengembangan
karakter 9 siswa. Tapi yang diambil adalah penerapan 5 karakter di setiap hari
aktif sekolah
3. Novientia Aminingsih, 2014. “Pengaruh Sistem Full Day School
Plus Yogyakarta. Tesis Program Studi PGMI, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan,
UIN Sunan Kalijaga, Jogjakarta. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa: (1)
dalam kategori cukup 43,5% dilaporkan cukup baik, (2) tingkat interaksi sosial
dengan teman sebaya tergolong sedang. Hal ini berdasarkan hasil analisis bahwa
persen. Hasil analisis (3) menunjukkan bahwa nilai hitung lebih besar dari nilai
tabel (3,964 > 2,03). Padahal nilai pentingnya adalah 0,000 danlt; 0,05.
antara variabel Fullday School dengan interaksi sosial, sehingga dapat dikatakan
apabila penerapan Fullday school ditingkatkan maka tingkat interaksi sosial antar
siswa dapat ditingkatkan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan persamaan Y = 17,563
0,783X dengan koefisien korelasi 0,542 dan koefisien determinasi 0,293. Angka
ini menunjukkan bahwa sekolah penuh waktu memiliki dampak sebesar 29,3%
terhadap interaksi sosial. Selebihnya yaitu 70,9% dipengaruhi oleh faktor lain
yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Kesamaan antara penelitian Noienta
Aminingsih dengan penelitian ini adalah bahwa kedua variabel yang diteliti
mengkaji tentang pengaruh full time school terhadap interaksi sosial, sedangkan
pengembangan.
Gebang 1 dalam rangka membentuk karakter anak yang baik. Dari segi input,
setiap mata pelajaran yang dicantumkan dalam silabus dan RPP dan direalisasikan
hasil, bahwa program yang dilaksanakan telah berjalan dengan baik, sehingga
berfokus pada tiga pertanyaan: (1). Proses pengenalan model pendidikan karakter
khas Lombok Barat di SD IT Insan Mulia Kediri dengan sistem full day school
kepada siswa, (2) nilai-nilai karakter siswa sebelum dan sesudah dikembangkan di
SD IT Insan Mulia Kediri Lombok Barat full day school, dan (3) kualitas
sehingga dapat dikatakan bahwa judul penelitian ini original. Dengan kata lain,
sudah ada.
Dalam melakukan penelitian atau penulisan karya ilmiah, salah satu hal
yang harus dilakukan, adalah menyusun dan membuat kerangka konseptual. Hal
ini bertujuan agar kegiatan penelitian atau penulisan ilmiah dapat berjalan dengan
atau keterkaitan antara konsep satu dengan konsep yang lainya dari suatu masalah
lengkap dan detail tentang suatu topik yang akan menjadi pembahasan. Kerangka
konseptual berasal dari konsep ilmu atau teori, yang digunakan untuk landasan
penelitian ilmiah, yang berawal dari tinjauan pustaka. Jadi, kerangka konseptual
adalah ringkasan dari tinjauan pustaka yang dapat menghubungkan dengan garis
tentang model Pendidikan karakter full day school khas Lombok Barat di SD IT
Insan Mulia Kediri Lombok Barat. Selanjutnya penelitian yang dilakukan yaitu
mengamati model Pendidikan karakter yang digunakan di sekolah tersebut,
Pendidikan karakter yang bagaimana yang cocok diterapkan pada siswa sekolah
tempat penelitian agar lebih terfokus di setiap harinya dan mempunyai ciri khas.
dan dokumentasi.
Full day scholl sebagai pembangun karakter peserta didik
(Muhajir Efendy, 2016)
Pengumpulan
Penelitian Analisis Data: Reduksi
data :observasi,
Pengembangan data, Penyajian data,
wawancara, dokumentasi.
Penarikan kesimpulan
Sumber : kepala sekolah,
guru, siswa, wali murid
1. Jenis penelitian
Hal tersebut diperjelas oleh pendapat bahwa dalam bidang pendidikan tujuan
utama penelitian dan pengembangan bukan untuk merumuskan atau menguji teori,
sudah ada. Produk dalam konteks ini tidak selalu berarti perangkat keras (buku,
modul, alat peraga di kelas dan laboratorium), tetapi dapat juga berupa perangkat
2. Rancangan Penelitian
Dick and Carry pada tahun 1996 untuk merancang sistem pembelajaran
(Mulyanitiningsih, 2016).
bahwa model ini dapat digunakan untuk berbagai macam bentuk pengembangan
Sumber : Cavas.Instructure.com
seluruh elemen yang terkait. Pemilihan model ini didasarkan atas pertimbangan
bahwa model ini dikembangkan atau tersusun secara terprogram dengan urutan-
urutan kegiatan yang sistematis dalam upaya pemecahan masalah yang berkaitan
pembelajaran. Model ADDIE terdiri atas lima langkah, yaitu analisis (analyze),
Pada tahap ini, tahap analisis (analysis) yang dilakukan di SD IT Lombok Barat
meliputi:
Lombok Barat .
Lombok Barat
2. Perencanaan (Design)
Tahapan ini merupakan tahapan tindak lanjut dari tahap analisis. Pada
3. Pengembangan (Development)
desain ke dalam bentuk model baru. Produk yang akan di buat oleh peneliti adalah
berupa buku model Pendidikan karakter khas Lombok Barat yang merupakan
pengembangan dari model yang sudah ada dan berlaku saat ini yang dibatasi
Dimana dalam mewujudkan produk berupa buku tersebut peneliti melakukan uji
c. Melakukan revisi yang sesuai dengan komentar dan saran dari ahli
materi.
d. Setelah valid maka digunakan untuk ke tahap selanjutnya yaitu uji
dilakukan di SD IT Insan Mulia Kediri Lombok Barat. Uji coba ini dengan
menggunakan 5 peserta didik seperti yang dilakukan oleh Yunitasari, dkk (2019)
uji coba kelompok kecil dilakukan untuk mengetahui respon peserta didik dan
5 responden peserta didik. Cara pemilihan 5 responden dengan cara acak seperti
yang dikatakan oleh Jaya (2019) pengambilan sampel dari populasi dilakukan
4. Implementasi (Implementation)
pembelajaran. Pada penerapan model Pendidikan karakter khas Lombok Barat ini
peserta didik.
5. Evaluasi (Evaluation)
Tahap ini adalah tahapan terakhir yaitu melakukan evaluasi kegiatan yang
model yang dikembangkan oleh peneliti. Data-data yang diperoleh pada tahap ini
dikembangkan.
3. Lokasi Penelitian
Kabupaten Lombok Barat, yaitu SD IT Insan Mulia Kediri Lombok Barat, dengan
School . Keberhasilan kepala sekolah dalam merumuskan Full Day School dalam
peningkatan pengelolaan, (2) Diterapkannya sistem Full Day School ini bukan
semata-mata agar waktu siswa lebih lama disekolah, akan tetapi dipadu dan diisi
dengan berbagai program kegiatan yang telah direncanakan dan dirancang untuk
meningkatkan bakat dan potensi siswa baik di bidang akademik ataupun non
akademik serta membekali siswa agar menjadi generasi yang memiliki nilai
dan program penunjang, (4) Selain itu juga SD IT Insan Mulia Kediri Lombok
pengetahuan dan teknologi. Menjalin kerjasama yang harmonis antara orang tua,
warga sekolah, dan masyarakat, serta instansi-instansi terkait lainnya. (5) Adanya
kesediaan Pimpinan sekolah untuk dijadikan sebagai lokasi penelitian, dan (6)
Memiliki sarana dan prasarana serta fasilitas yang cukup memadai untuk
kegiatan penelitian
4. Subjek Penelitian
sebanyak 3 orang.
a. Metode Observasi
observasi dirancang secara sistematis atau terstruktur, mulai dari yang diamati,
b. Metode Kuosioner
pengujian instrumen dan juga pengujian produk. Instrumen yang digunakan pada
metode kuesioner yaitu berupa angket. Jenis angket yang digunakan dalam
c. Metode Wawancara
Wawancara adalah kegiatan tanya jawab antara dua orang atau lebih,
diwawancarai (interviewee).
sumber informasi (data) dalam memberikan jawaban yang lebih terbuka terhadap
informasi tambahan dan menjadi faktor pendukung atau hambatan untuk menguji
sebagai instrumen, dan tanggapan survei adalah alat pengumpulan data dengan
merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data
a. Pedoman wawancara
a. Pedoman Wawancara
Pedoman Wawancara ini digunakan untuk memperoleh data awal yang
maupun kebutuhan peserta didik akan materi Pendidikan karakter yang ada di SD
menghasilkan data kuantitatif yang akurat. Jenis angket yang digunakan dalam
penelitian ini adalah jenis angket tertutup yang pengisiannya cukup dengan
a. Perencanaan
karakter pada usia sekolah dasar. Pada tahap ini dirumuskan arah pengembangan
Model yang dihasilkan berupa model pengembangan karakter khas Lombok Barat
yang dikemas dalam bentuk buku kajian model dan buku panduan model.
tahap ini dilakukan dengan melakukan validasi rancangan model oleh pakar ahli
dalam bidangnya. Validator terdiri dari dua orang ahli, yakni ahli materi dan ahli
akan digunakan. Hasil dari validasi ini digunakan sebagai bahan untuk
Dalam peneitian ini, dilakukan uji validitas dari model yang akan
model yang dikembangkan, dimana pada lembar validasi melibatkan para ahli
baik itu ahli bahasa dari dosen ataupun guru SD terkait sebagai sumber data dari
kuosioner yang disebarkan. Uji validitas berguna untuk mengukur sah atau
tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner mampu untuk mengungkapkan suatu yang akan diukur oleh kuesioner
tersebut (Ghozali, 2007). Suatu kuesioner yang valid atau sahih mempunyai
validitas tinggi. Sebaliknya validitas yang kurang valid berarti memiliki validitas
rendah.
Kisi-kisi lembar validasi :
Validasi Indikator Nomor
pertanyaan
Kelayakan model Kesesuaian dengan Kurikulum 1
Kesesuaian dengan khas Lombok Barat 2
Bermuatan nilai karakter Nasionalisme 3,4
Bermuatan nilai karakter mandiri 5,6
Bermuatan nilai karakter integritas 7,8
Bermuatan nilai karakter gotong royong 9,10
Bermuatan nilai karakter religius 11,12
Kelayakan bahasa Interaktif 13
Komunikatif 14
Kesesuaian dengan kaidah Bahasa dan 15,16,17
perkembangan karakter anak
Jumlah 17
Tahap uji coba terbatas pada penelitian ini adalah melakukan uji coba dengan
menyebarkan angket kepada responden yang terdiri dari 6 orang guru dan
melibatkan 15 orang anak dari SD IT Insan Mulia Kediri Lombok Barat. Hasil
Tujuan uji efektifitas adalah untuk menguji efektifitas model yang telah
Barat. Pada uji coba efektifitas ini diperoleh data kuantitatif dari hasil model
mengindikasikan bahwa grup eksperimen dan grup kontrol tidak dibentuk secara
integritas, gotong royong, dan religius. Hasil dari pre-test selanjutnya akan
dibandingkan dengan hasil nilai post-test dan data nilai post-test diambil setelah
kelompok kontrol.
ekperimen.
Dalam peneitian ini, dilakukan uji validitas dari model yang akan
model yang dikembangkan, dimana pada lembar validasi melibatkan para ahli
baik itu ahli bahasa dari dosen ataupun guru SD terkait sebagai sumber data dari
kuosioner yang disebarkan. Uji validitas berguna untuk mengukur sah atau
tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner mampu untuk mengungkapkan suatu yang akan diukur oleh kuesioner
tersebut (Ghozali, 2007). Suatu kuesioner yang valid atau sahih mempunyai
validitas tinggi. Sebaliknya validitas yang kurang valid berarti memiliki validitas
rendah.
Tahap uji coba terbatas pada penelitian ini adalah melakukan uji coba dengan
menyebarkan angket kepada responden yang terdiri dari 6 orang guru dan
melibatkan 15 orang anak dari SD IT Insan Mulia Kediri Lombok Barat. Hasil
Tujuan uji efektifitas adalah untuk menguji efektifitas model yang telah
Barat. Pada uji coba efektifitas ini diperoleh data kuantitatif dari hasil model
pretest yaitu data anak sebelum diberikan perlakuan dan post test yaitu hasil data
sample t-test dan uji t sampel berpasangan. Namun sebelum dilakukan tahap
analisis dengan t-test terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat sebagi berikut:
1) Uji Normalitas
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan terhadap data karakter
nasionalisme, mandiri, integritas, gotong royong, dan religious . Pada penelitian
ini uji normalitas yang digunakan adalah uji Saphiro Wilk, dengan mengunakan
program SPSS 20.0 Berdasarkan uji normalitas, data akan dikatakan normal
apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 pada (P>0,05). Hipotesis uji
2) Uji Homogenitas
eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varians yang sama atau tidak.
SPSS 20.0. Taraf signifikansi yang digunakan adalah α=0,05 uji homogenitas
kesimpulan bahwa H0 diterima jika nilai signifikan lebih besar dari 0,05.
1) Uji Hipotesis
dengan bantuan program SPSS. Taraf signifikansi yang digunakan adalah α=0,05,
Ho diterima apabila < 0,05 dan Ho ditolak jika > 0,05.Hipotesis pada penelitian
Ho: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara karakter anak pada
Ha: Terdapat peningkatan yang signifikan antara karakter anak pada data
b) Independent t-test
karakter yang biasa diterapkan oleh guru di kelas. Adapun hipotesis yang akan
religius
religius
Kriteria yang digunakan untuk mengambil kesimpulan apabila: Nilai (Sig)
> 0,05,maka H0 diterima dan Ha ditolak, dan sebaliknya jika nilai (Sig) < 0,05
Alwi, Hasan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. h.
1478.
Echols, John M dan Shadily, Hassan. tth. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT.
Gramedia. h. 185.
Samani, Muchlas dan Hariyanto. 2013. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung: Remaja Rosdakarya. cet-3, h. 45-46.
Sholikhah, Siti Nur Hidayatus. 2014. Penerapan Sistem Full Day School Dalam
Menunjang Kualitas Akhlak Siswa Di Tk Islam Al-Munawwar
Tulungagung, (Tulungagung: Skripsi Tidak Diterbitkan,
Tilman, Diane. 2004. Living Values Activities for Young Adults, diterjemahkan
oleh Risa Praptono & Ellen Sirait dengan judul, Pendidikan Nilai
Untuk Kaum Dewasa-Muda. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia. h. 95.
Yrama Widya.
hl=en&lr=&id=ywftDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA107&dq=Dalam+konte
ks+tertentu,+karakter+juga+dapat+diartikan+sebagai+sifat,+tabiat,
+akhlak+atau+kepribadian+seseorang,
+yang+terbentuk+sebagai+hasil+internalisasi+berbagai+kebajikan+
+yang+diyakini+dan+dijadikan+landasan+cara+pandang,+berpikir,
+berperilaku+dan+bertindak&ots=ZQ13Y-
cikU&sig=eIILPGBTmW3QBf1N-SFxqzJnJOY
STAKA.pdf
Com/Meykurniawan/556c450057937332048b456c/Analisis-Data-
Kualitatif-Miles-Dan-Hubermen.
http://repository.iainbengkulu.ac.id/id/eprint/8918
Ganesha, 4(2).
http://www.ejournal.utp.ac.id/index.php/JMSG/article/view/573
http://i-rpp.com/index.php/didaktikum/article/view/1072
252.
45–58.
bukan subjek hukum, dan bukan pemilik wilayah adatnya. Wacana, 33,
25–50.
Samani, M., & Hariyanto, M. S. (2011). Konsep dan model pendidikan karakter.
SMP (Studi Kasus Pada Kelas VIII SMP Negeri I Kecamatan Padangratu
Wijayanti, I. (2021). Kemerosotan Nilai Moral yang Terjadi pada Generasi Muda
Wijayanti, Indriana. tth. Kemerosotan Nilai Moral yang Terjadi pada Generasi
Muda di Era Modern. Program Studi Pendidikan IPS Universitas
1. Nama: ____________________________________________________
2. Kelas: ____________________________________________________
3. Usia: _____________________________________________________
4. Jenis Kelamin:
o Laki-laki
o Perempuan
10. Apakah Anda merasa program Full Day School di sekolah ini membantu
dalam pengembangan karakter Anda? Berikan penjelasan pendapat Anda.
11. Apa manfaat yang Anda rasakan dari pengembangan karakter melalui Full
Day School di sekolah ini?
12. Jika ada saran atau masukan untuk meningkatkan program Full Day
School dan pengembangan model karakter di sekolah ini, silakan tuliskan
di bawah ini.
Terima kasih atas partisipasi Anda dalam menjawab kuesioner ini. Jawaban Anda
akan sangat berarti dalam penelitian ini. Semua informasi akan dijaga
kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
Tanggal: _______________________
1. Nama: ____________________________________________________
2. Jabatan: __________________________________________________
10. Apakah Anda merasa model Full Day School efektif dalam pengembangan
karakter siswa di sekolah ini? Berikan penjelasan pendapat Anda.
11. Jika ada saran atau masukan untuk meningkatkan pengembangan model
pendidikan karakter melalui model Full Day School di sekolah ini, silakan
tuliskan di bawah ini.
Terima kasih atas partisipasi Anda dalam menjawab kuesioner ini. Jawaban Anda
akan sangat berarti dalam penelitian ini. Semua informasi akan dijaga
kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
Tanggal: _______________________
3. Kuesioner untuk Orang Tua:
o Identitas Orang Tua
o Pertanyaan tentang persepsi terhadap pendidikan karakter di
sekolah
o Pertanyaan tentang partisipasi dalam kegiatan sekolah dan
pengembangan karakter siswa
1. Nama: ____________________________________________________
2. Hubungan dengan Siswa: ___________________________________
7. Apakah Anda merasa sekolah anak Anda memiliki komitmen yang kuat
dalam pengembangan model Pendidikan karakter siswa melalui Full Day
School?
8. Menurut pandangan Anda, sejauh mana sekolah melibatkan orang tua
dalam upaya pengembangan model Pendidikan karakter?
Terima kasih atas partisipasi Anda dalam menjawab kuesioner ini. Jawaban Anda
akan sangat berarti dalam penelitian ini. Semua informasi akan dijaga
kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
Tanggal: _______________________
Lampiran 2: Pedoman Wawancara
1. Nama: ____________________________________________________
2. Jabatan: __________________________________________________
9. Sejauh mana Anda merasa mendapat dukungan dari kepala sekolah dan
rekan kerja dalam upaya pengembangan model Pendidikan karakter siswa?
10. Apakah ada tantangan atau hambatan yang dihadapi dalam upaya
pengembangan model pendidikan karakter melalui model Full Day School
di sekolah ini? Jika ya, bagaimana cara Anda mengatasinya?
11. Menurut Anda, apakah model Full Day School efektif dalam mendukung
pengembangan karakter siswa di sekolah ini? Berikan penjelasan pendapat
Anda.
12. Jika ada saran atau masukan untuk meningkatkan pengembangan
pendidikan karakter melalui model Full Day School di sekolah ini, silakan
tuliskan di bawah ini.
Terima kasih atas waktu dan kerjasama Anda dalam menjawab pertanyaan ini.
Wawancara Anda akan sangat berarti dalam penelitian ini. Semua informasi akan
dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
Tanggal: _______________________
2. Pedoman Wawancara untuk Orang Tua:
o Pertanyaan tentang pandangan terhadap model pendidikan karakter
di sekolah
o Pertanyaan tentang peran orang tua dalam mendukung
pengembangan model Pendidikan karakter siswa
1. Nama: ____________________________________________________
2. Hubungan dengan Siswa: ___________________________________
7. Apakah Anda merasa sekolah anak Anda memiliki komitmen yang kuat
dalam pengembangan model Pendidikan karakter siswa melalui model
Full Day School?
8. Menurut pandangan Anda, sejauh mana sekolah melibatkan orang tua
dalam upaya pengembangan model Pendidikan karakter anak Anda?
11. Jika ada saran atau masukan untuk meningkatkan program pengembangan
model pendidikan karakter melalui model Full Day School di sekolah anak
Anda, silakan tuliskan di bawah ini.
Terima kasih atas waktu dan kerjasama Anda dalam menjawab pertanyaan ini.
Wawancara Anda akan sangat berarti dalam penelitian ini. Semua informasi akan
dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.