Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

ESTIMATION ON MATH FOR EARLY CHILDHOOD


ESTIMASI PADA MATEMATIKA UNTUK ANAK USIA DINI
Guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Sains dan Matematika Anak Usia Dini

Dosen Pengampu: Dr. Hapidin, M.Pd & Dr. Yuliani Nurani, M.Pd

Disusun oleh:

Ika Subekti 9909820008

Irma Damayanti 9909820014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul “Estimation on Math For Early
Childhood: Estimasi pada Matematika untuk Anak Usia Dini”. Makalah ini disusun sebagai
tugas mata kuliah Pendidikan Sains dan Matematika Anak Usia Dini.
Makalah ini membahas tentang estimasi pada matematika anak usia dini berikut konsep
dan penerapannya dalam pendidikan anak usia dini. Makalah ini juga disertai contoh kegiatan
dan asesmen untuk pelaksanaan pembelajaran estimasi pada matematika anak usia dini. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada Dr. Hapidin, M.Pd dan Dr. Yuliani Nurani,M.Pd selaku
dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Sains dan Matematika Anak Usia Dini atas segala
bimbingan dan arahan selama penyusunan makalah ini.
Dengan disusunnya makalah ini, Penulis berharap dapat memberikan kontribusi bagi
pendidikan anak usia dini, khususnya dalam pembelajaran konten matematika anak usia dini,
salah satunya adalah materi tentang estimasi. Penulis sangat terbuka untuk kritik dan saran
yang membangun demi kesempurnaan untuk makalah-makalah selanjutnya.

Jakarta, Desember 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................ Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR .......................................................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI........................................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................................................ 1

B. Ruang Lingkup Pembahasan ................................................................................................. 2

C. Manfaat ..................................................................................................................................... 2

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Estimasi untuk AUD ........................................................................................... 4

B. Pentingnya Estimasi untuk AUD .......................................................................................... 7

C. Konsep Estimasi untuk AUD................................................................................................. 8

D. Standar Estimasi untuk AUD............................................................................................... 10

E. Contoh Kegiatan Estimasi untuk AUD ............................................................................. 18

F. Permainan Tradisional dan Estimasi untuk AUD ............................................................. 25

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................................................... 28

B. Saran ....................................................................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 30

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usia dini adalah masa emas dalam rentang perkembangan hidup manusia. Masa
usia dini pada 0-8 tahun disebut sebagai masa golden age. Di masa inilah pertumbuhan
dan perkembangan anak dalam berbagai aspek berkembang dengan begitu pesatnya
bahkan perkembangan otak anak mencapai 80% pada usia 8 tahun. Usia dini adalah
masa dimana anak-anak membangun pondasi yang kuat pada pemahaman dan
kemampuan matematikanya. Dengan pondasi matematika yang kuat di masa usia dini,
anak-anak akan memiliki keterampilan yang kuat pula pada kemampuan matematika
pada kehidupan akademiknya kelak.
Anak usia dini mulai mengembangkan kemampuan matematika melalui ragam
permainan yang kaya akan sumber-sumber konten matematika. Meskipun sejatinya
secara alamiah, anak usia dini juga sudah mengembangkan kemampuan
matematikanya, akan tetapi lingkungan yang penuh stimulus untuk pengembangan
matematika pada anak usia dini juga sangat diperlukan. Contohnya saat kita melihat
anak usia toddler mulai mengelompokkan benda yang berwarna sama, mengurutkan
benda, mulai membandingkan benda, semua itu adalah tanda bahwa anak usia dini
sudah memiliki ketertarikan pada aktivitas matematika. Dengan adanya ketertarikan
yang sudah terbentuk pada anak usia dini, maka dukungan untuk semakin
mengembangkan kemampuan matematika anak juga sangat diperlukan.
Estimasi menjadi salah satu kemampuan matematika yang perlu dikembangkan
pada anak usia dini. Estimasi dapat terlihat ketika anak-anak memperkirakan tentang
jumlah suatu benda, bentuk, ataupun ukuran. Anak-anak melakukan aktivitas perkiraan
dalam aktivitas sehari-harinya. Anak-anak dapat memperkirakan kemungkinan, bisa
dalam bentuk jumlah, bentuk, ataupun dalam aktivitas pengukuran yang berkaitan
dengan panjang, luas, volume, berat, kecepatan, jarak bahkan dalam harga atau uang,
anak juga dapat mengembangkan kemampuan estimasinya.
The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM, 2000) menyarankan
enam prinsip untuk pembelajaran matematika yang meliputi: keadilan, kurikulum,
pengajaran, pembelajaran, asesmen dan teknologi. Prinsip-prinsip tersebut sangat
diperlukan untuk mendukung terciptanya Pendidikan matematika yang berkualitas
tinggi. Estimasi sebagai bagian dari keterampilan matematika yang dipelajari anak juga

1
tak luput untuk mendapatkan perhatian. Dalam hal ini, kemampuan estimasi selain
sebagai keterampilan matematika yang akan mendukung kemampuan akademik anak,
melainkan secara lebih luas kemampuan estimasi akan sangat diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari anak termasuk dalam pemecahan masalah sehari-hari.
Kemampuan estimasi juga diharapkan akan mendukung anak untuk memiliki
kemampuan pengambilan keputusan, kemampuan membangun alasan logis,
memperkirakan kemungkinan dan peluang, serta kemampuan penemuan solusi untuk
memecahkan masalah.
Pendidikan matematika yang dewasa ini banyak dijumpai menjadi mata
pelajaran yang tidak disukai anak di jenjang lebih lanjut sudah saatnya untuk bisa
diubah kondisinya tentunya dengan membangun pondasi matematika yang kuat sejak
dini. Besar kemungkinan anak-anak di jenjang lanjut yang merasa matematika adalah
hal yang menakutkan, sulit dan membosankan, adalah anak berasal dari pola
pembelajaran matematika yang identik dengan menghitung, penuh dengan rumus,
drilling soal-soal, pengulangan, serta tugas-tugas matematika yang harus dikerjakan
sendiri. Saat ini, yang diperlukan adalah bagaimana anak bisa bekerjasama
memecahkan masalah dan menjawab tantangan-tantangan yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari, menjelaskan pemikiran mereka tentang matematika pada teman
maupun guru, serta menggunakan berbagai bahan untuk menunjukkan pemahaman
serta apa saja yang bisa mereka lakukan.
Untuk menciptakan situasi pembelajaran matematika yang ideal bagi anak usia
dini, tentu aktivitas bermain yang menyenangkan adalah salah satu hal yang paling
dibutuhkan. Kemampuan guru untuk menyusun aktivitas bermain yang kaya akan
konten matematika akan sangat diperlukan. Selain itu, orangtua juga tak kalah penting
perannya dalam menumbuhkan kecintaan anak pada matematika dengan memberikan
stimulasi pada anak. Bermain adalah aktivitas belajar yang utama bagi anak, termasuk
dalam berbagai aktivitas permainan tradisional anak Indonesia. Banyak kemampuan
matematika yang terstimulasi saat anak bermain permainan tradisional anak Indonesia.
Kini, tugas guru dan orangtua untuk menumbuhkan kembali kecintaan anak untuk
memainkan permainan tradisional yang kaya akan stimulasi keterampilan matematika.
Meskipun matematika juga memiliki kaitan erat dengan teknologi, terlebih di zaman
yang semuanya telah mengalami digitalisasi saat ini, pelestarian permainan tradisional
juga tak kalah penting untuk digalakkan. Keduanya hendaknya dapat berjalan

2
beriringan untuk mendukung tumbuh kembang anak serta memperkaya pemberian
stimulasi secara optimal.

B. Ruang Lingkup Pembahasan


Ruang lingkup pembahasan dalam makalah berjudul “Estimation on Math For
Early Childhood: Estimasi pada Matematika untuk Anak Usia Dini” ini meliputi
beberapa topik pembahasan sebagai berikut:
1. Pengertian Estimasi
2. Pentingnya Estimasi untuk Anak Usia Dini
3. Konsep Estimasi untuk Anak Usia Dini
4. Standar Estimasi Anak Usia Dini
5. Contoh Kegiatan Estimasi untuk Anak Usia Dini
6. Permainan Tradisional dan Estimasi untuk Anak Usia Dini

C. Manfaat
Makalah dengan judul berjudul “Estimation on Math For Early Childhood:
Estimasi pada Matematika untuk Anak Usia Dini” ini diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Guru atau Pendidik Anak Usia Dini
a. Memberikan wawasan tentang konsep estimasi pada matematika untuk anak
usia dini
b. Memberikan wawasan tentang apa saja yang menjadi lingkup pembahasan
dalam estimasi pada matematika untuk anak usia dini
c. Memberikan wawasan tentang prinsip penerapan estimasi pada matematika
untuk anak usia dini
d. Memberikan gambaran tentang bagaimana menerapkan konsep estimasi pada
matematika dalam pembelajaran anak usia dini
e. Memberikan inspirasi pengembangan aktivitas estimasi pada matematika untuk
anak usia dini pada bentuk permainan tradisional maupun modifikasi

2. Bagi Orangtua
a. Memberikan wawasan tentang konsep estimasi pada matematika untuk anak
usia dini

3
b. Memberikan wawasan tentang pentingnya mempelajari estimasi pada
matematika untuk anak usia dini
c. Memberikan dukungan pada orangtua agar turut memberikan stimulasi
estimasi pada matematika untuk anak usia dini dengan cara-cara yang sesuai
dengan tahapan perkembangan anak

3. Bagi Mahasiswa Pendidikan Anak Usia Dini


a. Memberikan motivasi untuk semakin mengkaji konten estimasi pada
matematika untuk anak usia dini
b. Mendorong munculnya inovasi baru dalam pelaksanaan pembelajaran estimasi
pada matematika untuk anak usia dini

4
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Estimasi
Estimasi adalah proses yang meresap dalam kehidupan anak-anak dan orang
dewasa (Booth & Siegler, 2006). Tanpa kemampuan untuk memperkirakan secara
akurat, hidup akan sulit. misalnya memperkirakan berapa lama waktu yang dibutuhkan
untuk pulang? Berapa harga makanan di keranjang belanjaan? Seberapa berat suatu
benda? Berapa jarak dari sini kesana? Berapa minggu waktu yang dibutuhkan untuk
menulis makalah ini?
Matematika adalah kompetensi esensial yang erat kaitannya dengan
perkembangan pemahaman tentang bilangan dan operasi bilangan pada pendidikan
matematika di level K-2 (NCTM, 2000). Selain itu, New Jersey Mathematics
Curriculum Framework mendefinisikan estimasi sebagai proses menentukan perkiraan
nilai dalam beragam situasi. Strategi estimasi digunakan secara umum dalam kehidupan
sehari-hari. Estimasi berkaitan dengan ketepatan dan bagaimana seseorang memiliki
kemampuan untuk menentukan jawaban yang “benar”. Estimasi juga didefinisikan
sebagai tebakan yang memiliki dasar pendidikan dan alasan yang berdasarkan pada
informasi, pengetahuan awal, dan penilaian (Tipps, Johnson & Kennedy, 2010). Bagi
anak usia dini, kegiatan estimasi juga berkaitan dengan pemahaman tentang bilangan.
Kegiatan membuat estimasi akan membantu anak mengembangkan pemahaman
tentang bilangan.
Terlepas dari pentingnya estimasi baik di kelas dan dalam kehidupan sehari-
hari, jauh lebih sedikit yang diketahui tentang perkembangannya daripada tentang
pengembangan kemampuan kuantitatif dasar lainnya, seperti perhitungan dan
penjumlahan (Dowker, in press; Geary, dalam Siegler & Booth, 2004). Salah satu
alasan untuk perbedaan tersebut adalah bahwa estimasi mencakup rentang tugas dan
pengetahuan yang jauh lebih besar daripada proses kuantitatif yang lebih dipahami.
Beberapa tugas estimasi, misalnya, memperkirakan jarak, waktu, atau uang,
memerlukan pengetahuan tentang unit pengukuran seperti mil, menit, atau dolar; tugas
estimasi lainnya misalnya, memperkirakan jumlah orang di ruangan atau titik pada
halaman. Demikian pula, beberapa penggunaan estimasi misalnya, memperkirakan
populasi nasional dan luas lahan, memerlukan pengetahuan sebelumnya tentang entitas

5
yang propertinya sedang diperkirakan, penggunaan lain dari estimasi misalnya,
memperkirakan jumlah permen dalam toples. Variabilitas dari tugas dan pengetahuan
prasyarat telah membuat sulit untuk mengidentifikasi proses yang menyatukan semua
jenis estimasi dan merumuskan paradigma eksperimental yang berguna untuk
menyelidiki perkembangannya.
Terdapat studi tentang estimasi yang didasarkan pada asumsi eksplisit tentang
proses inti estimasi: Estimasi adalah proses penerjemahan antara representasi
kuantitatif alternatif. Beberapa perkiraan melibatkan terjemahan non-numerik ke non-
numerik, misalnya, menerjemahkan kecerahan yang dirasakan ke dalam panjang garis.
Perkiraan lain melibatkan terjemahan numerik ke numerik, misalnya, menerjemahkan
masalah perkalian multi digit menjadi produk perkiraan. Namun perkiraan lain
melibatkan terjemahan numerik ke non-numerik, misalnya, memberikan nomor kepada
anak-anak dan meminta mereka untuk menempatkan posisinya pada garis bilangan.
Kesimpulan paling konsisten yang dicapai oleh peneliti dari perkembangan
estimasi adalah bahwa anak kecil bukanlah penduga yang sangat terampil. Dalam
Siegler & Booth (2004) dijelaskan kesimpulan ini telah dicapai oleh peneliti yang
mempelajari estimasi berbagai properti, termasuk jarak (Cohen, Weatherford,
Lomenick, & Koeller, 1979), uang (Sowder & Wheeler, 1989), jumlah objek diskrit
(Hecox & Hagen, 1971), dan jawaban atas masalah aritmatika (LeFevre, Greenham, &
Na-heed, 1993). Masalahnya telah dianggap berasal dari berbagai penyebab:
manipulasi simbol yang tidak masuk akal, ketergantungan pada prosedur daripada
prinsip, kurangnya pengertian angka, dan kurangnya struktur konseptual sentral yang
relevan.
Estimasi numerik dapat dilihat sebagai sebuah bentuk pemecahan masalah
matematika yang mengarah pada penilaian numerositas. Meskipun hasil estimasi mirip
dengan penjumlahan dan penghitungan, bahwa ia merupakan representasi dari
numerositas, proses yang terlibat dalam berbagai jenis representasi akan tampak sangat
berbeda satu sama lain. Estimasi numerik mencerminkan proses kognitif tingkat tinggi
yang melibatkan pemikiran dan “perbaikan kekurangan dari subitizing dan
perhitungan” (Klahr & Wal- lace, dalam Newman & Berger, 1984). Artinya, perkiraan
kuantitas biasanya dibuat dalam situasi di mana seseorang tidak memiliki waktu atau
keinginan untuk menghitung sejumlah besar objek atau di mana seseorang berurusan
dengan jumlah kontinu yang tidak dapat dihitung. Estimasi umum untuk banyak
pengaturan dan dikaitkan dengan keputusan "dunia nyata". Misalnya, orang mungkin
6
mencoba memperkirakan berapa banyak uang yang telah mereka kumpulkan di dalam
toples, atau mereka mungkin memperkirakan jumlah penonton di sebuah teater untuk
menilai kemungkinan adanya tempat bagi mereka.
Salah satu perkembangan utama dari anak usia dini dan menengah adalah
kemampuan untuk memahami regulariti, invarian, dan kausal. Penting juga untuk
mempelajari bagaimana anak-anak mendeteksi dan menghadapi ketidaklaziman,
kesempatan, dan subjektifitas karena seringkali tidak tersedia waktu untuk solusi
masalah yang paling tepat dalam keadaan sehari-hari. Ada subjektivitas yang melekat
dan kebaruan dalam tugas estimasi numerik yang tampaknya memberikan kesempatan
untuk mengeksplorasi bagaimana anak-anak menerapkan keterampilan numerik dasar
mereka ke situasi baru. Artinya, tugas estimasi dapat membangkitkan daya cipta
matematis anak-anak (Groen & Resnick, Resnick, dalam Newman & Berger 1984).

B. Pentingnya Estimasi untuk Anak Usia Dini


Estimasi adalah bagian penting dari pengetahuan matematika, salah-satu yang
meresap dalam kehidupan anak-anak dan orang dewasa. Contoh dalam kehidupan
sehari-hari misalnya; berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
perkerjaan kita, berapa biaya pizza yang ukurannya besar, berapa banyak orang yang
berada dalam sebuah permainan, kira-kira berapa harga ukuran 75x31, seberapa cepat
lamborghini itu bisa jalan. Estimasi lebih sering digunakan dalam kehidupan sehari-
hari daripada proses pengukuran lainnya.
Selain penggunaanya yang meluas, estimasi juga penting karena berhubungan
dengan aspek-aspek spesifik lainnya dari kemampuan matematika, seperti keterampilan
aritmarika, dan juga untuk ukuran umum dari kemampuan matematika, seperti nilai
ujian prestasi (Dowker, dalam Campbell 2005). Apakah kecakapan estimasi yang
disebabkan oleh aspek-aspek lain dari kemampuan matematika saat ini tidak diketahui
tetapi ada alasan untuk menduga bahwa hal itu mungkin. Misalnya, kondisi percobaan
yang bertujuan untuk meningkatkan prosedur estimasi angka telah didapati
menghasilkan pemahaman konseptual yang lebih baik juga tentang pecahan desimal
(Johnson et al. dalam Campbell, 2005).
Alasan ketiga mengapa estimasi itu penting adalah bahwa banyak jenis
penilaian menuntut jauh melampaui penerapan prosedur dan menerapkan pengetahuan
matematika dengan cara yang fleksibel. Jenis pemecahan masalah adaptif ini adalah
7
tujuan dasar instruksi matematika kontemporer. Namun dasar lain dari pentingnya
estimasi adalah praktik, kebanyakan anak usia sekolah ternyata buruk dalam hal itu,
dan bahkan banyak orang dewasa jauh dari pandai dalam hal itu.
Kemahiran yang terbatas ini, bersama dengan luasnya penyebarannya dalam
kehidupan sehari-hari, korelasi dan kemungkinan hubungan kausal dengan kemampuan
matematika umum, dan embodying jenis pemecahan masalah fleksibel yang dianggap
sebagai krusial dalam pendidikan matematika modern, telah memimpin dewan nasional
guru matematika untuk menetapkan prioritas tinggi untuk tujuan meningkatkan
keterampilan estimasi dalam setiap revisi standar matematikanya sejak tahun 1980
misalnya, NCTM, 1980, 2000).
Terlepas dari pentingnya estimasi baik dalam maupun diluar sekolah, jauh
lebih sedikit yang diketahui tentang hal itu daripada tentang kemampuan kuantitatif
dasar lainnya, seperti pengurangan, perhitungan, dan penjumlahan (Dowker, 2003;
Geary, 1994 dalam Campbell, 2005). Satu alasan atas ketidaksesuaian ini adalah bahwa
estimasi itu mencakup serangkaian proses dan bukan satu proses saja. Beberapa tugas
estimasi misalnya, memperkirakan jarak antara dua kota, waktu untuk menyelesaikan
tugas, atau biaya untuk sekantong bahan makanan, menuntut pengetahuan tentang
satuan ukuran seperti kilometer, menit, atau dolar; Tugas estimasi lainnya, misalnya
memperkirakan jumlah koin dalam botol atau jawaban untuk masalah aritmatika.
Demikian pula, beberapa penggunaan estimasi, misalnya memperkirakan harga pizza
atau kecepatan lamborghini, memerlukan pengetahuan lebih dahulu tentang entitas
yang sifat-sifatnya diperkirakan (yakni, pizza, lamborghini). Penggunaan lainnya,
seperti memperkirakan jawaban masalah aritmatika atau jumlah uang logam dalam
botol.

C. Konsep Estimasi untuk Anak Usia Dini


Estimasi dideskripsikan sebagai sebuah proses mengevaluasi kuantitas ketika
situasi membutuhkan angka secara “kasar” atau tentatif. Estimasi juga bukan sekedar
menebak. Estimasi secara lebih luas memerlukan proses reasoning, serta pemahaman
tentang pengukuran dan sistem angka. Oleh sebab itu, konsep estimasi erat kaitannya
dengan aktivitas yang berhubungan dengan angka dan pengukuran. Pemahaman anak
tentang kedua hal tersebut akan berpengaruh pada kemampuan estimasi anak tersebut.
Anak usia dini didukung untuk mengestimasi secara kuantitas dengan menggunakan
perbandingan lebih, kurang, lebih berat, lebih ringan, lebih panjang, dan lebih pendek
8
(NCTM dalam Son, 2013). Setelah kelas 1, anak pada kelas berikutnya akan
menggunakan kemampuan estimasi untuk memperkirakan pengukuran dan
perhitungan.
Tujuan dari estimasi adalah untuk menentukan sebuah rentang estimasi yang
dapat diterima dan menentukan di manakah estimasi tersebut berada dalam rentang
yang alasannya paling masuk akal (Tipps, Johnson, Kennedy, 2010). Masalah-masalah
yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari juga melibatkan estimasi di dalamnya.
Contohnya ketika mengestimasikan popcorn yang akan dimakan oleh anak-anak dalam
satu kelas, anak-anak akan mengestimasikan berdasarkan pengalaman yang pernah
dialaminya tentang popcorn tersebut dan berapa banyak kira-kira anak-anak akan
memakan pop corn tersebut. Dalam hal ini, pengetahuan awal dan kesadaran angka
yang dimiliki anak menjadi hal esensial untuk mengestimasi dan membangun dasar
alasannya. Mildenhall (2016) menjelaskan bahwa keterampilan estimasi juga
diperlukan dalam pengukuran, berpikir spasial, dan berpikir statistik. Selanjutnya, pada
situasi numerik estimasi dapat diterapkan pada masalah dan situasi pada geometri,
pengukuran, statistik, probabilitas, dan pecahan (Tipps, Johnson, Kennedy, 2010).
Terdapat banyak jenis estimasi, termasuk pengukuran, numerositas, dan
estimasi komputasi (Sarama & Clements, 2009). Pengukuran melibatkan banyak unit
dan satuan objek. Estimasi dapat terlibat dalam aktivitas pengukuran, baik pengukuran
panjang, area, volume, berat, sudut, suhu, waktu, bahkan konsep uang atau perkiraan
harga juga termasuk dalam keterampilan estimasi yang sangat erat kaitannya dengan
kehidupan sehari-hari.
Estimasi numerositas melibatkan aktivitas pengumpulan angka pada sebuah set
objek diskrit, seperti contohnya koin-koin yang ada dalam toples atau orang-orang yang
ada dalam sebuah konser (Campbell, 2005). Akurasi dari estimasi numerositas
meningkat seiring pertambangan rentang usia. Orang dewasa mengestimasikan jumlah
objek diskrit lebih akurat dari anak kelas 6 sampai 8, yang mana anak tersebut juga
mengestimasikan secara lebih akurat dari pada anak kelas 2 sampai kelas 5 (Siegel et
al. dalam Campbell, 2005).
Dowker dalam Sekeris et al. (2020) menginvestigasi estimasi komputasi pada
anak usia 5-9 tahun. Aspek kunci pada investigasi tersebut adalah bahwa anak-anak
diasumsikan memiliki “zona pengetahuan dan pemahaman parsial” dimana anak belum
memiliki pengetahuan yang lengkap tentang angka/bilangan dan operasinya. Pada zona
ini, anak-anak belum bisa memecahkan masalah aritmatika menggunakan kalkulasi
9
yang tepat, akan tetapi diasumsikan juga bahwa pengetahuan anak tentang angka dan
operasi berkembang dengan cukup baik untuk mengestimasi luaran dari masalah
aritmatika.
Selain jenis estimasi yang disebutkan di atas, terdapat pula estimasi garis
bilangan. Penerjemahan anak terhadap angka ke dalam posisi pada garis bilangan
memberikan sebagian informasi langsung tentang representasi dari besaran numerik.
Mempelajari estimasi garis bilangan menunjukkan semacam distorsi berkaitan dengan
pemetaan non linier antara angka dan besarannya yang lebih dari sekedar teori
kemungkinan (Campbell, 2005).
Jika dijelaskan secara ringkas, terdapat empat jenis estimasi dan penerapannya
dalam kegiatan yang dapat dilakukan oleh anak usia dini adalah sebagai berikut:
a) Estimasi komputasi – menjawab soal penjumlahan
b) Estimasi numerositas – mengestimasi jumlah permen dalam toples
c) Estimasi pengukuran – panjang garis dalam inchi
d) Estimasi garis bilangan – lokasi dari sebuah angka pada garis dengan
jangkar angka pada masing-masing akhirnya

D. Standar Estimasi untuk Anak Usia Dini


Standar estimasi pada anak usia dini sebagaimana diuraikan dalam New Jersey
Mathematic Curriculum Framework meliputi indikator-indikator sebagai berikut:
Grades K-2
1. Menilai tanpa menghitung apakah sebuah set objek kurang dari, lebih dari
atau sama dengan objek pembanding
Aktivitas:
- Anak usia dini diberikan satu set keripik berwarna yang disusun di meja,
anak-anak diminta untuk menyebutkan susunan keripik yang mana yang
jumlahnya lebih dari lima dan mana yang kurang dari lima
- Anak belajar mengenali pengaturan tertentu dari titik-titik atau bintang
yang merepresentasikan angka tertentu. Dengan menggunakan flashcard,
mereka mengestimasi angka dari titik-titik atau bintang dan kemudian
menghitung untuk memastikan hasil estimasi mereka
2. Menggunakan referensi personal, seperti lebar jari sama dengan satu centi
meter, untuk estimasi dengan pengukuran

10
Aktivitas:
- Anak mengestimasi Panjang dari spageti, benang, kertas, pensil, penjepit
kertas, dan sebagainya menggunakan unit non standar seperti dengan
jempol, panjang telapak kaki, dan sebagainya. Mereka menyadari bahwa
anak yang berbeda akan mendapatkan jawaban “benar” yang berbeda
pula.
- Sebagai unit standar seperti kaki dan centi meter yang diperkenalkan,
anak-anak tertantang untuk menemukan bagian lain dari tubuh mereka
atau kegiatan personal lain yang berhubungan dengan ukuran yang juga
berhubungan dengan pertumbuhan mereka. Misalnya, mereka
memutuskan bahwa lebar dari jari kelingkingnya lebih mendekati ukuran
satu centi meter atau panjang dari langkah kaki bayi adalah ukuran satu
kaki.
3. Secara visual mengestimasi pengukuran panjang, area, volume atau sudut
Aktivitas:
- Anak melihat kuantitas dari pasir, garam, tepung, air, makaroni, jagung,
atau popcorn dan mengestimasi berapa banyak yang diperlukan untuk
memenuhi wadah.
- Anak mengestimasi berapa banyak kertas bisa menutupi luas area seperti
papan tulis dan lantai kelas
4. Mengeksplorasi, mengkonstruk, dan menggunakan beragam strategi estimasi
Aktivitas:
- Anak ditunjukkan sebuah toples kaca yang diisi dengan sekitar 80 permen
dan anak diminta untuk mengestimasi jumlah tersebut. Anak-anak dapat
secara berkelompok mendiskusikan beragam pendekatan dan strategi
untuk menjawab masalah tersebut. Masing-masing grup membagikan
strategi dengan teman satu kelas dan hasil estimasi mereka. Guru
mencatat kegiatan anak tersebut
- Anak kelas 2 dapat diberikan tantangan untuk mengestimasi total jumlah
murid di sekolah. Mereka akan membicarakan secara tidak formal tentang
rata-rata jumlah murid di tiap-tiap kelas, jumlah kelas pada setiap level,
dan jumlah level dalam satu sekolah. Anak-anak mungkin kemudian
menggunakan kalkulator untuk memperoleh jawaban, akan tetapi

11
hasilnya berupa hasil perhitungan eksak, namun hasil tersebut masih
merupakan hasil estimasi. Mereka juga akan mendiskusikan hal tersebut
mengapa demikian.
5. Mengenali ketika estimasinya tepat, dan memahami kegunaan estimasi
sebagai perkiraan jawaban yang tepat
Aktivitas:
- Diberikan satu set gambar kartun dengan catatan keterangan matematis di
bawahnya yang menjelaskan gambar tersebut, anak diminta menentukan
mana keterangan yang termasuk jawaban langsung dan mana yang
merupakan estimasi. Keterangan dapat berupa: “Susie menebak ada 18
jellybeans yang ada di dalam toples” dan “Ibu Susie menghitung ada 14
jellybeans di dalam toples”
- Anak-anak membaca atau mendengarkan judul berita dan mendiskusikan
mana yang melibatkan angka yang tepat dan mana yang mungkin
merupakan sebuah estimasi
6. Menentukan dasar alasan dari jawaban dengan mengestimasi hasil dari
sebuah operasi
Aktivitas:
- Anak mengestimasi jumlah yang masuk akal untuk aktivitas fisik yang
bisa dilakukan dalam satu menit. Contohnya: “berapa banyak kamu dapat
memantulkan bola dalam satu menit?”
- Anak kelas dua diberikan pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban. Ketika
waktu untuk menghitung terlalu singkat, anak diminta untuk memilih satu
jawaban yang paling masuk akal dari keempat pilihan tersebut
7. Menerapkan estimasi saat melakukan kegiatan yang melibatkan kuantitas,
pengukuran, waktu, komputasi, dan pemecahan masalah
Aktivitas:
- Anak-anak mengestimasi secara umum dalam situasi rutinitas kelas.
Contohnya, saat kudapan anak menebak berapa banyak gelas jus yang
bisa diisi oleh satu teko jus atau berapa biskuit yang akan diterima
masing-masing anak jika semua biskuit dibagikan
- Anak menebak jumlah permen dengan warna-warna berbeda dalam satu
toples. Untuk membuktikan tebakan mereka, anak bisa

12
mengklasifikasikan masing-masing warna kemudian menghitung
jumlahnya
Grades 3-4
1. Menilai tanpa menghitung apakah sebuah set objek kurang dari, lebih dari
atau sama dengan objek pembanding
Aktivitas:
- Anak-anak mengestimasi jumlah dari susunan balok dengan posisi
bilangan atau ikatan stik. Anak-anak mengestimasi mana set yang lebih
banyak tanpa menyusun dan menghitung susunan set balok kemudian
menentukan jawaban yang tepat. Kegiatan tersebut merupakan model
proporsional tentang kuantitas untuk menjadi proporsi aktual antara
ukuran dan jumlah
- Membandingkan jumlah dari narasi cerita
2. Menggunakan referensi personal, seperti lebar jari sama dengan satu centi
meter, untuk estimasi dengan pengukuran
Aktivitas:
- Anak mengestimasi tinggi teman sekelas dalam inchi atau centimeter
dengan berdiri di sebelahnya dan menggunakan tingginya sendiri sebagai
perbandingan
- Anak-anak mengukur lebar telapak tangannya ke dalam satuan
centimeter kemudia menggunakan telapal tangan untuk mengukur objek-
objek yang ada di kelas. Anak belajar konsep kelipatan dari ukuran
telapak tangan ke dalam satuan sentimeter
3. Secara visual mengestimasi pengukuran panjang, area, volume atau sudut
Aktivitas:
- Anak mengestimasi ukuran kartu 3” x 5” dan berapa jumlah yang
diperlukan untuk menutupi permukaan layar computer, ubin lantai, dan
papan tulis
- Anak-anak berkegiatan dengan ubin lantai. Mereka mengestimasi berapa
ubin yang diperlukan untuk menutup permukaan selembar kertas
4. Mengeksplorasi, mengkonstruk, dan menggunakan beragam strategi estimasi
Aktivitas:

13
- Anak-anak ditunjukkan sebuah toples yang berisi sekitar 200 permen dan
anak diminta untuk mengestimasi jumlah dalam toples tersebut. Dalam
kelompok kecil, anak-anak berdiskusi tentang strategi yang digunakan
dan mengestimasi. Mereka memilih satu strategi dan menyampaikan pada
teman-teman satu kelas
- Anak-anak menulis tentang bagaimana mereka menemukan dan
mengestimasi permasalahan spesifik dalam jurnal mereka
5. Mengenali ketika estimasinya tepat, dan memahami kegunaan estimasi
sebagai perkiraan jawaban yang tepat
Aktivitas:
- Diberikan satu set gambar kartun dengan catatan keterangan matematis di
bawahnya yang menjelaskan gambar tersebut, anak diminta menentukan
mana keterangan yang merupakan jawaban tepat dan mana yang
merupakan estimasi. Kemudian anak membuat kartun versi mereka
sendiri.
- Anak saling berbagi cerita ketika mereka dan keluarga mereka melakukan
kegiatan penghitungan dan anak mendeskripsikan kapan jawaban yang
tepat dibutuhkan (dan mengapa?) serta kapan estimasi dibutuhkan (dan
mengapa?)
6. Menentukan dasar alasan dari jawaban dengan mengestimasi hasil dari
sebuah operasi
Aktivitas:
- Anak-anak secara rutin diberi pertanyaan jika jawaban mereka masuk
akal untuk konteks pemecahan masalah mereka. Anak-anak memberikan
respon dengan kalimat lengkap menjelaskan apa yang menjadi pertanyaan
bagi mereka dan mengapa jawaban angka mereka memiliki alasan yang
jelas. Itulah mengapa bisa menjadikannya sebagai jawaban.
- Anak kelas 3 diberikan satu set sejumlah 30 kartu dengan penambahan 3
digit. Dalam satu menit, mereka menyortir kartu tersebut ke dalam 2
tumpukan. Masing-masing tumpukan adalah yang lebih besar dari 300
dan kurang dari 300. Jawaban yang benar ada di balik kartu dan anak bisa
mengeceknya sendiri

14
7. Menerapkan estimasi saat melakukan kegiatan yang melibatkan kuantitas,
pengukuran, waktu, komputasi, dan pemecahan masalah
Aktivitas:
- Anak-anak berkegiatan melalui pembelajaran produk dan proses yang
mendeskripsikan pengenalan dari framework ini. Hal tersebut
memberikan tantangan untuk anak untuk membuat dua susunan 3 digit
angka yang memiliki hasil yang lebih besar. Estimasi digunakan untuk
menentukan pilihan yang paling memungkinkan
- Anak-anak belajar tentang strategi estimasi yang berbeda dengan
membaca The Jellybean Contest oleh Kathy Darling atau Counting in
Frank oleh Rod Clement.

Gambar 2.1 Contoh kegiatan estimasi dengan kemampuan reasoning

Wisconsin Model Early Learning Standard juga memberikan standar performa


untuk keterampilan estimasi yaitu sebagai berikut:
Developmental Contoh perilaku anak Contoh strategi untuk
Continuum orang dewasa
Mengestimasi dan • Anak berkata • Mintalah anak untuk
menggunakan kata-kata “menurutku, apelnya mengatakan pada orang
seperti lebih dari, kurang tidak cukup untuk dewasa berapa cup pasir
semua anak”

15
dari, kira-kira, mendekati, • Anak berkata yang diperlukan untuk
sekitar, dan di antara “menurutku ada sekitar memenuhi ember
seratus semut dalam • Mainkan permainan
gundukan pasir itu” menebak berapa banyak
• Orang dewasa berkata mobil berwarna merah
“berapa anak yang yang akan dilihat
menurutmu bisa muat selama perjalanan
untuk menaiki menuju rumah teman
gerobak?” Anak berkata • Tanyakan pada anak
“lebih dari dua”, orang tentang pendapatnya
dewasa berkata “mari apakah akan memiliki
kita buktikan”. snack yang cukup?
• Saat kegiatan kudapan,
bermain pasir atau air,
dan saat kegiatan seni,
dukung anak untuk
menguji estimasi anak
untuk melihat apakah
estimasinya benar atau
salah.

Australian Curriculum juga memberikan penjelasan dalam developmental


continuum pada kemampuan estimating and calculating with whole numbers sejak usia
awal atau usia fondasi hingga usia 10 tahun. Elemen pada kemampuan ini mencakup
penggunaan angka oleh anak untuk tujuan-tujuan yang berbeda. Anak-anak atau siswa
menerapkan keterampilan mengestimasi dan menghitung dengan angka secara
menyeluruh untuk memecahkan dan menggambarkan model permasalahan sehari-hari
dalam rentang konteks yang luas menggunakan strategi mental, tertulis maupun digital.
Anak-anak mengidentifikasi situasi dimana uang digunakan untuk mengaplikasikan
pengetahuan mereka tentang nilai mata uang untuk membayar, menyusun anggaran dan
menjustifikasi kegunaan uang. Dalam mengembangkan dan melakukan akivitas dengan
angka, anak-anak menunjukkan kemampuan:
• Memahami dan menggunakan angka dalam konteks

16
• Mengestimasi dan menghitung
• Menggunakan uang
Developmental continuum dari keterampilan di atas diuraikan dalam rincian
tingkatan sebagai berikut:
• Level 1a
Siswa:
- Memahami dan menggunakan angka dalam konteks
Menunjukkan konsep menghitung menggunakan pengalaman sehari-hari
- Mengestimasi dan mengkalkulasi
Mengenali efek dari menambahkan dan mengurangi pada sekumpulan objek
- Menggunakan uang
Mengidentifikasi situasi yang melibatkan penggunaan uang
• Level 1b
Secara tipikal pada akhir usia fondasi, siswa:
- Memahami dan menggunakan angka dalam konteks
Menghubungkan dan mengurutkan nama bilangan, angka dan kelompok objek
menggunakan angka hingga dua digit
- Mengestimasi dan mengkalkulasi
Memecahkan penjumlahan sehari-hari dan berbagi cerita
- Menggunakan uang
Mengenali nilai yang berbeda dari uang koin dan menyadari sistem moneter di
Australia
• Level 2
Secara tipikal pada akhir kelas 2, siswa:
- Memahami dan menggunakan angka dalam konteks
Menggambarkan, merepresentasikan, mengurutkan dan menggunakan angka
hingga empat digit
- Mengestimasi dan mengkalkulasi
Mengestimasi solusi pada permasalahan dan mengkalkulasi jawaban
- Menggunakan uang
Mengidentifikasi dan menggunakan kombinasi dari koin dan memiliki
kesadaran pada pembayaran sederhana

17
E. Contoh Kegiatan Estimasi untuk Anak Usia Dini
Strategi pembelajaran untuk estimasi pada anak usia dini perlu dilakukan
dengan tepat agar anak dapat memperoleh esensi dari aktivitas estimasi itu sendiri. Guru
dapat memulai kegiatan estimasi dengan memberikan anak kesempatan untuk menebak
jumlah dari sekelompok objek atau ukuran dari suatu objek. Pertanyaan seperti “berapa
banyak, berapa harganya, seberapa jauh, berapa panjangnya, dan pecahan apa yang bisa
menjadi permulaan bisa digunakan saat kegiatan estimasi. Setelah anak membuat
estimasi awalnya, guru dapat memberikan petunjuk dan berikan kesempatan pada anak
untuk merevisi estimasinya (Leutzinger, Rathmell, &Urbatsch, 1986). Berikut adalah
contoh rancangan kegiatan untuk pembelajaran estimasi pada anak usia dini dengan sub
tema “Buah Kesukaan”:

RANCANGAN PEMBELAJARAN HARIAN

Sentra : Eksplorasi

Kelompok Usia : 5-6 tahun

Tema : Buah-buahan

Sub Tema : Buah Kesukaan

Kegiatan Bermain Aspek (Indikator) Alat dan Metode Asesmen


Bahan

A. Pembuka Mengucapkan dan Papan Tanya Catatan


• Saling mengucapkan menjawab salam (NAM) kalender jawab, anekdot
dan menjawab salam praktek
Melafalkan doa sehari-hari
saat semua sudah langsung
(NAM)
siap memulai
kegiatan Menjawab pertanyaan
• Berdoa sebelum dengan tepat, Menjawab
memulai kegiatan pertanyaan sesuai konteks

• Tanya jawab hari ini (BHS, KOG)

• Tanya jawab kabar


anak

18
Kegiatan Bermain Aspek (Indikator) Alat dan Metode Asesmen
Bahan

Mengenali kondisi diri


sendiri (SOSEM)

B. Inti Anak menunjukkan sikap Buah- Bernyanyi, Catatan


• Menyanyikan lagu kooperatif saat mengikuti buahan yang tanya anekdot
“Pepaya Mangga kegiatan (SOSEM) memiliki jawab,
Pisang Jambu” biji, praktek
Anak memahami aturan
• Bertanya jawab nampan, langsung,
permainan (SOSEM)
tentang buah sarung presentasi
kesukaan anak- Anak dapat bekerjasama tangan, (unjuk
anak dalam kelompok papan untuk kerja)
Bermain “Tebak Biji (SOSEM) mencatat
dalam Buah hasil
Anak memiliki
kesukaan” menghitung
pengetahuan tentang
• Anak-anak dibagi biji
estimasi (KOG)
dalam kelompok,
satu kelompok Anak menunjukkan

terdiri dari 3 anak kesadaran tentang konsep

• Anak-anak jumlah (KOG)

melakukan Anak menunjukkan


permainan secara kemampuan menghitung
berkelompok dengan objek secara ;angsung
masing-masing (KOG)
anggota kelompok
memilih satu jenis Anak dapat

buah berbiji untuk menyampaikan informasi


ditebak berapa biji dari kegiatan yang telah
dalam buah tersebut dilakukan (BHS)
(misal berapa biji
dalam sepotong buah
pepaya, berapa biji

19
Kegiatan Bermain Aspek (Indikator) Alat dan Metode Asesmen
Bahan

dalam sepotong buah


semangka, berapa
biji dalam sepotong
buah melon, berapa
biji dalam satu suing
jeruk, berapa biji
dalam satu butir
anggur, dsb)
• Guru menyediakan
buah-buahan dan
mempersilahkan
anak untuk memilih
buah mana yang
akan ditebak bijinya
• Anak-anak bekerja
sama dalam
kelompok untuk
menghitung biji pada
buah yang dipilih
untuk membuktikan
apakah estimasinya
tepat atau tidak
• Masing-masing
kelompok secara
bergantian maju ke
depan untuk
menyampaikan
estimasi awalnya dan
hasil perhitungan
yang sebenarnya

20
Kegiatan Bermain Aspek (Indikator) Alat dan Metode Asesmen
Bahan

C. Penutup Anak menyampaikan Stiker Tanya Catatan


• Anak menceritakan pesan dengan kalimat yang bintang, jawab, anekdot
kembali kegiatan lebih kompleks, Anak papan unjuk kerja
hari ini menceritakan kejadian bintangku
• Guru memberikan secara kronologis (BHS,
reward bintang KOG)
untuk anak-anak
Anak menunjukkan rasa
yang sudah
bangga saat memperoleh
berkegiatan dan
reward (SOSEM)
bekerja sama hari ini
• Guru memberikan Melafalkan doa sehari-hari
penguatan tentang (NAM)
kegiatan hari ini
Menyanyikan lagu dengan
• Doa penutup lirik yang sesuai (BHS,
• Menyanyikan lagu SEN)
“pulang sekolah”

Pelaksanaan kegiatan di atas mengedepankan pengalaman langsung pada anak


dalam kegiatan estimasi. Selain itu, guru juga harus senantiasa memberikan apresiasi
dan motivasi pada anak yang telah melakukan kegiatan. Dengan adanya motivasi dan
apresiasi akan meningkatkan keterlibatan anak dalam kegiatan yang dirancang oleh
guru.
Dari kegiatan yang dirancang di atas, contoh format pengumpulan data dalam
asesmen kegiatan dapat dilakukan dengan menggunakan pengamatan dan catatan
anekdot. Catatan anekdot menjelaskan kejadian yang terkait dengan perkembangan
penting yang dimunculkan anak saat kegiatan. Contoh dari format catatan anekdot
adalah sebagai berikut:

21
Tanggal : ……………………………..

Tema : ……………………………..

Sentra : ……………………………..

Kegiatan bermain : ……………………………..

Nama A Nama B Nama Nama

A mengangkat B tidak ……………………… ………………………


tangan dan berkata menyentuh
“Bu, aku suka buah semangka saat
jeruk, rasanya sudah
manis ada yang disediakan di
asam, aku mau dua depannya dan
jeruknya nanti ya kemudian
bu” meminta guru
untuk
mengganti
dengan melon

Nama Nama Nama Nama

……………………… ……………………… ……………………… ………………………

Sesuai dengan komponen asesmen yang telah disampaikan sebelumnya, data


asesmen kemudian dianalisis dan dievaluasi guna mengetahui sejauh mana pencapaian
perkembangan anak. Selain untuk melihat pencapaian perkembangan anak, hasil
analisis data tersebut dapat digunakan sebagai dasar perbaikan program pembelajaran,
perencanaan kegiatan selanjutnya, deteksi jika terdapat masalah belajar pada anak dan
sebagai bahan rekomendasi ahli, sebagai data pendukung laporan perkembangan, serta
sebagai bahan evaluasi program secara keseluruhan. Contoh format analisis data
asesmen dapat dilihat dalam tabel berikut:

22
Nama Anak A B Nama……

Aspek &
Indikator perkembangan
BB MB B BB MB B BB MB B
Agama & Moral:
1. Dapat menyanyikan lagu
keagamaan
2. Dapat berdoa sebelum &
sesudah melakukan
kegiatan
3. Membaca doa dengan
sikap berdoa
4. Dapat mengucapkan salam
5. Terbiasa menjawab salam
6. ..........................dst
Fisik Motorik:
1. Melakukan Gerakan tubuh
secara terkoordinasi saat
beraktivitas
2. Malakukan permainan fisik
dengan aturan
3. Terampil menggunakan
tangan kanan dan kiri
4. Menunjukkan kemampuan
koordinasi jari tangan
untuk mengambil benda-
benda kecil
5. ……………………..dst.

23
Bahasa:
1. Berkomunikasi secara lisan
dengan perbendaharaan
kata yang baik
2. Menyusun kalimat
sederhana dalam struktur
yang lengkap
3. Mengungkapkan gagasan
secara lisan
4. Menyampaikan informasi
tentang rangkaian proses
dengan kalimat yang
kompleks
5. ………………………dst
Kognitif:
1. Menunjukkan aktivitas yang
bersifat eksploratif
2. Mengenal macam-macam
buah
3. Mengenal ciri-ciri buah
4. Mulai menunjukkan
kemampuan estimasi
5. Memecahkan masalah
sederhana dalam
kehidupan sehari-hari
dengan estimasi
6. ………………………………dst.

24
Sosial Emosional:
1. Bersikap kooperatif dalam
berkegiatan
2. Mengekspresikan emosi
sesuai kondisi yang ada
3. Memahami peraturan dan
disiplin
4. Bangga terhadap hasil
karya sendiri
5. Menghargai keunggulan
orang lain
6. ………………………………dst.
Catatan:

BB : Belum Berkembang

MB: Mulai Berkembang

B : Berkembang

F. Permainan Tradisional dan Estimasi untuk Anak Usia


Permainan tradisional anak sangat beragam di Indonesia. Jauh sebelum gadget menjadi
pilihan anak-anak di masa kini, anak-anak Indonesia dahulu lebih akrab dengan permainan
tradisional yang identik dengan aktivitas fisik, interaksi dengan alam, serta permainan yang
membangun interaksi dengan teman sebaya. Seperti halnya prinsip pendidikan anak usia dini
bahwa bermain adalah pembelajaran untuk anak, maka dalam permainan tradisional anak
Indonesia juga dapat kita bedah sisi pembelajarannya bagi anak. Dalam materi yang dibahas
pada makalah ini, akan dibedah konsep estimasi yang ada dalam permainan tradisional anak
Indonesia.
1. Permainan Congklak

25
Permainan congklak memberikan stimulasi pada anak untuk memperkirakan jumlah biji
yang akan dipilih agar memberikan kemungkinan memperoleh hasil yang besar untuk
menjadi milik anak tersebut. Anak dengan kesadaran jumlah yang matang akan dapat
memperkirakan berapa jumlah yang dibutuhkan untuk bisa tepat sasaran sampai pada posisi
dengan biji yang jumlahnya paling banyak.
2. Permainan Cublak-Cublak Suweng

Permainan cublak-cublak suweng mengajarkan estimasi sejak awal penentuan siapa yang
akan menjadi anak yang bertugas menebak. Saat kegiatan “hompimpah” anak sudah
mengestimasikan berapa kali membolak-balik antara telapak tangan dan punggung tangan
serta mana yang akan anak tersebut tampilkan agar memperoleh posisi yang dia inginkan,
akan menjadi penebak atau yang memberikan tebakan. Saat permainan berlangsung, anak
yang memutarkan benda untuk ditebak juga mengestimasikan dimana ia akan meletakkan
objek tersebut, begitu pula dengan anak yang menebak, ia akan memperkirakan diantara
teman-temannya, siapakah yang memiliki probabilitas paling besar sebagai anak yang
menyembunyikan benda di tangannya.
3. Permainan Gobak Sodor

Permainan gobak sodor memberikan pengembangan estimasi pada anak melalui estimasi
langkah. Berapa langkah yang diperlukan untuk melewati hadangan lawan, begitu juga
sebaliknya, berapa langkah yang diperlukan untuk menghadang. Anak-anak juga akan
mengestimasikan kecepatan, posisi, jarak, bentuk dan ruang yang ada di kotak permaian
gobak sodor tersebut.
4. Permainan Engklek/Dampu

26
Permainan dampu atau engklek memberikan dukungan kemampuan estimasi pada anak
dengan mengestimasikan jarak, bentuk, ruang, lompatan, kecepatan dan posisi mendarat
saat melalui bidang permainan. Selain itu, saat melakukan lemparan lempengan genteng
juga memerlukan kemampuan estimasi anak agar sampai pada bidang permainan yang
sesuai dan tidak melewati garis.
5. Permainan Jala Ikan

Permainan jala ikan melibatkan kerjasama selama berlangsungnya kegiatan. Anak akan
mengestimasikan berapa jumlah anak yang diperlukan untuk menjadi kelompok jala. Anak
yang menjadi ikan juga akan mengestimasikan arah yang harus diambil saat menghindari
jala, berikut dengan jumlah langkah, kecepata, dan jaraknya.

Beberapa jenis permainan di atas adalah contoh gambaran bahwa permainan tradisional
sangat kaya akan stimulasi perkembangan anak. Selain kemampuan estimasi yang diuraikan di
atas, terdapat banyak keterampilan matematika juga aspek perkembangan lain yang
berkembang. Kemampuan guru dalam menghidupkan kembali permainan tradisional dalam
kegiatan pembelajaran sangat diperlukan dalam melestarikan permainan tradisional Indonesia
juga mengembangkan konten-konten pembelajaran di dalamnya.

27
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Anak-anak secara alamiah memiliki kemampuan matematika, begitu juga pada
kemampuan estimasi. Meski demikian, anak memerlukan dukungan dari lingkungan untuk
mengembangkan keterampilan tersebut. Anak-anak memerlukan instruksi serta lingkungan
kaya matematika yang didesain dalam situasi belajar yang menyenangkan dan bermakna.
Keterampilan estimasi berkaitan dengan konsep angka/bilangan, geometri dan pengukuran.
Semua konsep tersebut sangat mendukung penguasaan keterampilan pemecahan masalah
dan pengambilan keputusan dalam kehidupan sehari-hari.
Estimasi seperti yang telah dijelaskan di atas merupakan kombinasi dari konten dan
proses. Kemampuan anak untuk menggunakan estimasi secara tepat dalam kehidupan
sehari-harinya berkembang seiring dengan kesempatan yang diperoleh anak untuk
mengeksplor dan mengkonstruk strategi estimasinya, sama halnya dengan pentingnya
apresiasi yang diterima anak saat berhasil menemukan pemecahan masalah pada
aktivitasnya. Di samping kegiatan terstruktur yang didesain untuk mengembangkan
kemampuan estimasi pada anak, permainan tradisional Indonesia juga memiliki sisi
pengembangan kemampuan estimasi yang sangat baik bagi anak. Permainan tradisional
Indonesia yang kaya sangat memungkinkan untuk dikembangkan dan dimodifikasi untuk
semakin mendukung penyampaian konten pembelajaran bagi anak usia dini, termasuk pada
konsep estimasi.

B. SARAN
Memberikan pembelajaran estimasi untuk anak usia dini diperlukan kerjasama
antara guru dan orangtua agar stimulasi yang diterima anak optimal. Orangtua perlu
mendapatkan dukungan dalam memberikan pembelajaran estimasi di rumah, sehingga anak
tidak hanya mendapatkan stimulasi saat di sekolah saja. Untuk dapat memberikan dukungan
pada orangtua, guru memainkan peran penting dalam hal ini. Guru hendaknya memiliki
pemahaman yang komprehensif tentang konsep estimasi anak usia dini serta keterampilan
menyampaikan pembelajaran yang baik pula. Dukungan untuk guru juga diperlukan.
Pembelajaran matematika bagi anak usia dini tidak seharusnya disampaikan dengan cara
konvensional dan hanya mengandalkan pensil dan kertas. Konten pembelajaran matematika

28
yang luas perlu disampaikan pada anak sesuai tahapan usia dan dengan cara yang
menyenangkan, salah satunya adalah melalui permainan.

29
DAFTAR PUSTAKA

Booth, Julie L., Robert S. Siegler. 2006. Developmental and Individual Differences in Pure
Numerical Estimation. Developmental Psychology Vol.41 No.6.

Campbell, Jamie I.D. (Ed.). 2005. Handbook of mathematical cognition. New York:
Psychology Press.
Eliason, Claudia, Loa Jenkins. 2012. A Practical Guide to Early Childhood Curriculum. United
States: Pearson.
Leutzinger, Larry P., Edward C. Rathmell, Tonya D. Urbatsch. 1986. Estimation & Mental
Computation 1986 Yearbook, National Council of Teachers of Mathematics.
Mejias, Sandrine, Christine Schiltz. 2013. Estimation abilities of large numerosities in
Kindergartners. Frontiers in Psychology vol. 4.
Mildenhall, Paula. Estimation in the primary school: Developing a key mathematical skill for
life. APMC 21 (1) 2016.
National Council of Teachers of Mathematics. (2000). Principles and standards for school
mathematics. Reston, VA: National Council of Teachers of Mathematics.
National Council of Teachers of Mathematics. 2013. Mathematics in Early Childhood
Learning, A Position of the National Council of Teachers of Mathematics.
New Jersey Mathematics Curriculum Framework, Estimation, New Jersey.

Newman, Richard S., Carl F. Berger. 1984. Children’s Numerical Estimation: Flexibility in the
Use of Counting, American Psychological Association, Inc.
Sekeris, Elke, et al., 2020. The development of computational estimation in the transition from
informal to formal mathematics education. European Journal of Psychology of
Education. Springer.

Siegler ,Robert S., Julie L. Booth. 2004. Development of Numerical Estimation in Young
Children, Child Development.
Son, Ji-Won. 2013. Integrating Measurement and Computational Estimation in Geometry.
Mathematics Teaching in the Middle School Vol.18 No.5.
The Australian Curriculum, Learning Continuum, http://www.australiancurriculum.edu.au,
diakses pada 30 November 2020.

30
The Wisconsin Model Early Learning Standards Steering Committee. 2017. Wisconsin Early
Learning Standards 5th ed. WMELS State and Regional Steering Committee, 2013 &
2017 Leadership Team.

Tipps, Steve, Art Johnson, Leonard M. Kennedy. 2010. Guiding Children’s Learning of
Mathematics 12th ed. Wadsworth: Cengage Learning.

31

Anda mungkin juga menyukai