DASAR-DASAR PAUD
TENTANG
OLEH :
DOSEN PEMBIMBING :
Restu Yuningsih
1440 H/2018 M
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat,taufik serta hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Pemikiran Tokoh dan Pakar Pendidikan Anak Usia Dini”. Semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi yang membaca dan menambah pengetahuan.
Pada kesempatan yang baik ini penulis turut mengucapkan rasa terima kasih
kepada:
Restu Yuningsih, selaku dosen mata kuliah Pendidikan Islam Anak Usia Dini Serta
semua pihak yang telah membantu atas terselesaikannya tugas makalah ini
Penulis
i
DAFTAR ISI
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................................2
BAB II PENUTUP................................................................................................30
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
berusaha mempelajari hal tersebut dan menemukan gagasan-gagasan yang
tepat mengenai proses pembelajaran Anak Usia Dini berdasarkan perbedaan
karakteristik, kejiwaan dan umurnya.
Oleh karena itu mempelajari dan mengkaji latar belakang dari
pemikiran berbagai tokoh pendidikan baik di dalam negeri maupun luar
negeri perlu dilakukan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Siapa saja tokoh dan pakar Pendidikan Anak Usia Dini ?
2. Apa yang melatar belakangi para tokoh sehingga peduli terhadap
Pendidikan Anak Usia Dini ?
3. Bagaimana implementasi yang mereka terapkan dalam pembelajaran
Anak Usia Dini ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
- Harmonis
Contoh implementasi teori AVM dalam pembelajaran anak usia dini pada
berbagai lembaga, yaitu:
Di Play Group
a. Melalui konsep pendengaran ( Auditory )
Cara : Memberikan alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyian.
b. Melalui konsep penglihatan ( Visual )
Cara : Melalui pemberian warna-warna yang menarik didalam kelas dan
dikamar anak.
c. Konsep Ingatan ( Memory )
Cara : Melalui konsep bercerita sederhana, singkat, aktual, dan dekat
dengan kehidupan sehari-hari anak.
Di Taman Kanak-kanak ( Usia 3-6 tahun )
a. Konsep Pendengaran ( Auditory )
Cara : Guru dan anak bertepuk tangan sebelum melakukan kegiatan.
b. Konsep Penglihatan ( Visual )
Cara : Letakkan kaca didepan kelas agar anak dapat melihat dirinya sendiri.
c. Konsep Ingatan ( Memory )
Guru menyebutkan nama-nama bulan dengan melihat kalender, kemudian
anak diminta untuk menyebutkan kembali nama bulan tersebut.
Di Sekolah Dasar ( 6-8 tahun )
a. Konsep Pendengaran ( Auditory )
4
Cara : Dengan cara bermain dengan botol diisi berbagai macam isi, misal:
kerikil, pasir, kelereng dll.
b. Konsep Penglihatan ( Visual )
Cara : Dengan gaya pantomim anak dapat melihat dan mengikuti gaya
yang diperagakan guru.
c. Konsep Ingatan ( Memory )
Cara : Melalui kegiatan menari anak akan mendengarkan musik dan
melihat gerakannya.
2. Jan Lighthart
Ia adalah seorang kepala sekolah menengah di Den Haag Belanda
dan dilahirkan di Amsterdam. Tujuan pendidikan yang diterapkan oleh
Lighthart adalah menghasilkan manusia (anak) yang memiliki budi pekerti
yang luhur, bukan hanya cerdas dan terdidik otaknya saja tetapi juga cerdas
dalam berperilaku.
Tujuan pendidikan keluarga merupakan dasar bagi pendidikan
selanjutnya dimana peran utama dipegang oleh seorang ibu. Untuk
mencapai tujuan tersebut, suri tauladan merupakan alat pendidikan yang
sangat efektif. Agar anak memiliki budi pekerti yang luhur, maka kegiatan
mengisi dan membina ”kata hati” anak menjadi suatu hal yang sangat
dipentingkan
Salah satu metode pendidikan yang dilaksanakan Lighthart dalam
menanamkan budi pekerti dan kata hati anak adalah melalui “metode buah
limau”. Inti metode ini terletak pada konsep “mengalahkan keburukan
tingkah laku anak dengan perbuatan baik”. Oleh karena itu, ia termasuk
tokoh yang sangat menentang hukuman (terutama hukuman badan) sebagai
bentuk alat pendidikan.
Lingkungan Pendidikan
5
anak dapat dipakai sebagai pusat minat atau pusat minat atau pusat perhatian
anak.
3. William H. Kilpatrick
Beliau adalah seorang ahli pendidikan Amerika dan ahli filsafat
pendidikan yang dilahirkan di Georgia, Amerika Serikat. Ia juga terkenal
dengan “Profesor Milion Dollar” karena pendapatan yang diperoleh dari
kelasnya sangat terkenal.
6
Pembelajaran proyek ini merupakan salah satu model pembelajaran
yang dinamis serta bersifat fleksibel yang sangat membantu anak
memahami berbagai pengetahuan secara logis, konkret dan aktif.
7
dimulai dari tema tema keluarga, rumah, teman bermain, sekolah, saluran
air, tanah, tanaman dan sebagainya.
Penentuan pusat minat anak itu hendaknya didasarkan pada:
Adanya ketertarikan anak pada tema atau pokok masalah yang di
tentukan. ketertarikan anak terhadap suatu tema dapat diidentifikasi
guru berdasarkan hasil percakapan antar anak dan dengan guru serta
pertanyaan yang paling sering disampaikan anak.
Tema atau pokok masalah hendaknya didasarkan pada
perkembangan anak.
Tema atau pokok masalah hendaknya berdasarkan keadaan
lingkungan yang di sekitar anak.
Tema atau pokok masalah dapat juga di tetapkan berdasarkan isi dari
setiap mata pelajaran.
4. Maria Montessori
Maria Montessori lahir di Chiaravalle, Italia. Pada tahun 1896, dia menjadi
wanita pertama yang mendapat gelar Doctor of Medicine. Montessori seperti
yang dikutip oleh soejono (1988:77-102) sangat berminat terhadap masalah
pendidikan anak yang tergolong terbelakang. Setelah lulus dari kedokteran, ia
bekerja diklinik psikiater Universitas Roma.
8
Secara perlahan pemikiran Montessori berkembang di beberapa
Negara Eropa. Maria Montessori meninggal di Belanda 1952 pada masa usia 81
tahun, dan digantikan oleh putranya sebagai direksi Association Montessori
Internasinal yang berkantor pusat di Amsterdam.
Pandangan Montessori
Montessori telah merumuskan sejumlah teori mengenai belajar pada masa usia
dini. Beberapa pandangan dan prinsip Montessori dalam mengembangkan
pendidikan anak usia dini dapat dicermati dai beberapa falsafah berikut ini :
Anak usia dini tidak seperti orang dewasa, mereka terus menerus berada
dalam keadaan pertumbuhan dan perubahan, dimana pertumbuhannya
sangat dipengaruhi oleh lingkungan
Anak usia dini senang sekali belajar “ selalu ingin tahu dan mencoba”
Pikiran anak yang masih kecil mempunyai kemampuan besar untuk
menyerap berbagai pengalaman.
Anak usia dini menyerap hamper semua yang dipelajarinya dari lingkungan
Anak belajar banyak melalui gerakan-gerakan
Anak melewati masa-masa tertentu dalam perkembangannya dalam lebih
mudah untuk belajar
Semakin banyak kesempatan anak mengirimkan rangsangan-rangsangan
sensoris ke otak
Anak paling baik balajar dalam situasi kebebasan yang disertai disiplin diri
Orang dewasa khusus guru tidak boleh memaksakan anak untuk belajar
sesuatu
Anak harus belajar sesuai dengan taraf kematangannya
Anak mengembangkan kepercayaan pada dirinya bila ia berhasil
melaksaanakan tugas-tugas sederhanaa
9
Bila anak diberi kesempatan untuk belajar pada saat sudah siap ‘matang’
untuk belajar
Froebel percaya bahwa situasi pembelajaran bagi anak usia dini harus
smencerminkan 3F:
● Fridge (perdamaian) dalam pergaulan anak, pendidikan dan orang disekitar
● Frevdve (kegembiraan) selama proses pembelajaran
● Frabeit (kemerdekaan) adanya kebebasan dalam situasi dan kondisi ‘iklim’
pendidikan yang kondusif
6. Helen Parkhurst
Helen Parkhurst lahir di Amerika, ia mengibaratkan kelasnya seperti
laboratorium anak-anak, sehingga ia menamakannya “Laboratory Plan” . Helen
pernah belajar di sekolah Montessoridi Italia . Menurut anggapannya,
Montessori terlalu menekankan pembelajaran individual sehingga anak-anak
kurang bersosialisasi . Selain itu banyak alat-alat pembelajaran yang dilakukan
secara kaku dan monoton . Kemudian Helen mencoba konsep pendidikannya
10
untuk anak cacat disekolah menengah di Kota Dalton . Yang diberi nama “The
Dalton Plan” .
7. Lev Vygotsky
Lev Vygostsky dikenal sebagai a socialcultural constructivist asal
Rusia.Vygotsky dalam brodova dan Deborah (1996:23) berpendapat bahwa
pengetahuan tidak diperoleh dengan cara dialihkan dari orang
lain,melainkan merupakan sesuatu yang dibangun dan di ciptakan oleh
11
anak.vygotsky yakni bahwa belajar merupankan suatu proses yang tidak
dapat dipaksa dari luar karna anak adalah pelajan aktif dan memiliki stuktur
psikologis yang mengendalikan perilaku belajar (brodava dan Deborah
1996:23).
Prinsip dasar dari teori Vygostsky adalah bahwa anak melakukan proses
ko-kontruksi membangun berbagai pengetahuannya tidsk dapat dipisahkan
dari konteks sosial dimana anak tersebut berada.pengetahuan juga berasal dari
12
lingkungan budaya.pengetahuan yang berasal dari budaya biasanya didapat
secara turun menurun melalui orang orang yang ada di sekitarnya.pengetahuan
ini dibangun oleh anak berdasarkan kemampuannya dalam memahami
perbbedaan berdasarkan persamaan yang tampak.
13
Mediasi merupakan tanda, lambing dan bahasa mediator yang berasal dari
lingkungan sosiokultural dimana seseorang berada. Kegiatan anak
dibimbing oleh orang dewasa / teman sebaya yang leih kompeten untuk
memahami tanda , lambing dan bahasa. Tanda, lambang dan bahasa
merupakan penghubung antara rasionalitas sosiokultural (intermental)
dengan individu sebagai tempat berlangsungnya proses belajar.
8. Sarah Smilansky
14
dengan melalui stimulasi yang diberikan. Masa ini juga merupakan masa
peletak dasar untuk mengembangkan kemampuan kognitif, efektif,
psikomotorik, bahasa, sosio emosional dan spiritual.
Pandangan Smilansky
Menurut Smilansky, setiap anak harus mengalami pengalaman main
yang banyak. Anak usia dini belajar melalui panca inderanya dan melalui
hubungan fisik dengan lingkungan.
15
ditekankan pada bermain makro. Contoh : dokter-dokteran, polisi-polisian,
atau meniru tukang bakso.
4. Bermain dengan Peraturan (Game with Rules)
Dalam kegiatan ini, anak sudah memahami dan bersedia memauhi
peraturan permainan. Aturan permainan pada awalnya dapat dan boleh
diubah sesuai kesepakatan orang yang terlibat dalam permainan asalkan
tidak menyimpang jauh dari aturan umumnya, msalkan bermain kartu
domino, bermain tali atau monopoli.
Khusus tentang Dramatic Play, Smilansky meyakini bahwa
bermain melalui Dramatic Play sangat pentig dalam mengembangkan
kreativitas, intelektual, bahasa dan keterampilan sosial dan emosional.
Tidak semua anak memiliki pengalaman Dramatic Play. Pada intinya
bermain sangat mendukung perkembangan kognitif anak, sosial dan
emosionalnya dan juga merupakan kegiatan yang sangat kondusif semua
aspek perkembangan anak. Melalui Dramatic Play, anak dapat
mengembangkan kemampuannya dalam menyelesaikan masalah, belajar
menampilkan peran yang dapat diterima lingkungannya dan juga
keterampilan bersosialisasi agar kelak mampu menyesuaikan diri degan
kelompok sosial dimasyarakat maupun teman sebayanya.
9. Jean Piaget
Jean Piaget adalah seorang ilmuan yang dilahirkan di Neuchatel, Swiss.
Piaget merupakan anak yang jenius, artikel pertamanya terbit pada usia 12
tahun. Pada usia 18 tahun meraih gelar sarjana dan mendapatkan gelar
doktor di usia 21. Piaget adalah seorang ahli dalam bidang biologi dan yang
kemudian tertarik terhadap cara berpikir anak.
Piaget dalam Suparno (2003:20) bependapat bahwa anak perlu
diberikan berbagai pertanyaan untuk meningkatkan kemampuan
berpikirnya. Piaget melakukan penelitian longitudinal melalui pengamatan
16
tentang perkembangan intelektual pada ketiga anaknya. Pada tahap
selanjutnya Piaget juga melakukan riset pada ribuan anak lainnya.
Menurut pandangan Piaget, intelegensi anak berkembang melalui
suatu proses active learning. Para pendidik hendaknya
mengimplementasikan active learning dengan cara memberikan
kesempatan kepada anak untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan yang
dapat mengoptimalkan penggunaan seluruh panca indera anak.
17
6) Anak harus dipaksa untuk belajar, tetapi harus sesuai dengan kesiapan
belajar menekan dan harus mempersiapkan tahap selanjutnya.
7) Kegiatan belajar harus menarik dan berarti bagi anak
Piaget mengemukakan bahwa perkembangan kognisi adalah interaksi dari
hasil kematangan manusia dan pengaruh lingkungan. Piaget berpendapat
bahwa perkembangan kognitif di bagi menjadi 4 fase :
Fase Sensori Motor
Yaitu antara rentang usia 0-2 tahun. Pada rentang usia tersebut, anak
berinteraksi dngan dunia sekitar melalui panca indera. Dimulai dari
gerakan reflek yang dimiliki sejak lahir, menghisap, mengenggam,
melihat, melempar hingga pada akhir usia 2 tahun anak sudah dapat
menggunakan satu enda dengan tujuan berbeda. Dapat berpikir
kompleks seperti bagaimana cara untuk mendapatkan suatu benda yang
diinginkan dan melakukan apa yang diinginkannya dengan benda
tersebut. Kemampuan ini merupakan awal berpikir secara simbolik yaitu
kemampuan untuk memikirkan suatu objek tersebut secara empirik.
Fase Pra Operasional
Yaitu pada rentang usia 2-7 tahun. Fase ini merupakan masa permulaan
anak untuk membangun kemampuannya dalam menyusun pikirannya.
Oleh sebab itu, cara berpikir anak belum stabil dan belum terorganisir
secara baik. Fase ini dibagi menjadi 3 sub fase berpikir :
a. Berpikir secara simbolik (2-4 tahun), yaitu kemampuan
berpikir tentang objek dan peristiwa secara abstrak. Anak sudah
dapat menggambarkan objek yang tidak ada dihadapannya.
Kemampuan berpikir simbolik, ditambah dengan perkembangan
kemampuan bahasa dan fantasi sehingga anak mempunyai dimensi
baru dalam bermain. Anak dapat menggunakan kata-katanya untuk
menandai suatu objek dan membuat substitusi dari objek tersebut.
b. Berpikir secara egosentris (2-4 tahun), anak melihat dunia
dengan perspektifnya sendiri, menilai benar/tidak berdasarkan sudut
18
pandang sendiri. Sehingga anak belum dapat meletakkan cara
pandangnya dari sudut pandang orang lain.
c. Berpikir secara intuitif (4-7 tahun), yaitu kemampuan untuk
mencapai sesuatu (menggambar/menyusun balok), tetapi tidak
mengetahui alasan pasti mengapa melakukan hal tersebut. Pada usia
ini anak sudah dapat mengklarifikasiobjek sesuai dengan
kelompoknya.
Fase Operasi Konkret (7-12 tahun)
Anak sudah punya kemampuan bepikir secara logis dengan syarat objek
yang menjadi sumber berpikir tersebut hadir secara konkret. Anak dapat
menglkarifikasi objek, mengurutkan benda sesuai dengan tata urutnya,
memahami cara pandang orang lain dan berpikir secara deduktif.
Fase Operasi Formal (12 tahun)
Anak dapat berpikir secara bstrak seperti kemampuan mengemukakan
ide-ide, memprediksi kejadian yang akan terjadi, melakukan proses
berpikir ilmiah yaitu mengemukakan hipotesis dan menentukan cara
untuk membuktikan kebenaran hipotesis tersebut.
19
Cara Anak Memperoleh Pengetahuan
20
10. Ovide Decroly
Bahan pembelajaran anak usia dini dibagi menjadi empat menurut Decroly,
yaitu :
1. Makanan (kebutuhan makan)
2. Pakaian (kebutuhan untuk melindungi diri dari pengaruh udara)
3. Pembelaan diri
4. Bekerja dan berolah raga
21
Implikasi Model Pendidikan Simbotis
Langkah pembelajaran simbiotis yang terbagi menjadi beberapa tahap :
a. Observasi atau pengamatan
b. Kegiatan pengolahan atau asosiasi
c. Kegiatan ekspresi atau pengungkapan
d. Pelaporan
22
Ki Hajar Dewantara, pendidikan asli Indonesia, melihat manusia
lebih pada sisi kehidupan psikologiknya. Menurutnya manusia memiliki
daya jiwa yaitu cita, karsa, dan karya. Beliau mengatakan pendidikan yang
menekankan pada aspek intelektual belaka hanya akan menjauhkan peserta
didik dari masyarakatnya. Ternyata pendidik sekarang hanya menekankan
pada pengembangan daya, cipta, dan kurang memperhatikan
pengembangan olah rasa dan karsa. Jika berlanjut terus akan menjadikan
manusia kurang humanis atau manusiawi.
23
pendidikan adalah situasi yang berprinsip pada kekeluargaan, kebaikan hati,
empati, cinta kasih dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya.
24
untuk mendididk, khususnya pembentukan sikap melalui pelajaran
yang sedang diberikan.
Pembagian perkembangan manusia dengan menggunakan interval tujuh
tahunan usia kronologis yaitu :
a. Usia 1-7 tahun dipandang sebagai masa kanak-kanak, pendidikan yang
cocok pada fase ini yaitu dengan cara pemberian contoh dan
pembiasaan.
b. Usia 7-14 tahun dipandang sebagai masa pertumbuhan jiwa pikiran,
pendidikan yang cocok pada fase ini yaitu dengan cara pembelajaran,
perintah atau hukuman
c. Usia 14-21 tahun dipandang sebagai masa terbentuknya budi pekerti
atau periode sosial, pendidikan yang cocok pada fase ini yaitu dengan
cara mendisiplinkan diri sendiri dan melakukan atau merasakannya
secara langsung.
25
12. Muhammad Syafei
Pendidikan yang ditanamkan kepada ada tentang budi pekerti, cinta tanah
air, cinta lingkungan, rasa nasionalisme yang tinggi, pelaksanaan atas
kebesaran Tuhan YME. Bidang pendidikan yang diterapkan dalam
mendidik anak : bidang olahraga, kesenian, pertanian, serta pendidikan dan
pembelajaran yang sesuai dengan bakat anak. Dalam mendidik dan
melakukan pwmbwlajaran pendidik harus mengusai ilmu, menguasai sikap
sabar, dalam mendidik anak, harus pandai bergaul atau dapat bersosialisasi
dan memiliki keterampilan disegala bidang untuk mempelancar tugasnya.
26
- Saat anak bermain harus ditanamkan rasa percaya diri
bahwa mereka bisa melakukan sesuatu tanpa harus adanya
bantuan dr orang lain
-Mampu melindungi diri sendiri dalam hal keamanan diri
contoh: tidak membiarkan dirinya dicubit atau dipuk
temannya
-Anak didik menjadi manusia yang beriman,harmonis dalam
perkembangan, berbudi lhur, kreatif,aktif dan produtif
Berakhlak(bersusila)setinggi mungkin
Anak dapat memahami norma-norma agama secara sederhana
seperti mengerti boleh dan tidak boleh, antara dilarang dan tidak
dilarang (menyayangi sesama teman dan tidak mengambil yang
bukan miliknya)
Mempunyai daya cipta
Anak dapat mengembangkan bakat dan minat sesuai
kemampuan yang dimiliki (merangkai sedotan plastik menjadi
kalung atau membangun rumah dari balpk)
Berperasaan tajam, halus dan estetik
Anak dapat memahami ekspresi muka orang dewasa
(membedakan orang sedang marah atau tidak marah)
Jasmani yang sehat dan kuat
Anak dapat melakukan kegiatan motorik halus (hal yang
melibatkan gerak tangan dan jari'tangan) dan motorik kasar
(kegiatan diluar ruangan seperti menendang, melompat, berlari,
memanjat),
27
Anak dapat memusatka pikirannya disaat anak mengikuti
kegioatan belajar.
pemeliharaan jiwa konsentrasi
Anak dapat menjaga dan memelihara milik sendiri
Menempati janji.
pendidik melakukan kesepakatan dalam belajar ataupun dalam
bermain.
Hemat
anak dibiasakan untuk menabung, dan diberi pemahaman
tentang uang.
Memenuhi kewajiban dalam belajar
Anak dibiasakan merapikan kembali peralatan mainnya dan
merapikan peralatan sekolah sendiri,
28
Pendidikan usia dini muncul karena dalam perkembangannya
bersinggungan dengan ilmu lain (common ground) yang menjadi obyek
penelaahan yaitu perilaku anak usia dini 0-8tahun dalam situasi pendidikan
sehingga muncul ilmu baru yang bernama Pendidikan anak usia dini.
Delors dalam Napitupulu (2001:25) mengemukakan tentang learning
society =masyarakat belajar dalam bukunya learning treasure within. Inti
dari batang tubuh ilmu pendidikan adalah belajar dan pembelajaran.
Anak berkembang dan belajar dari lingkungan yang melawati 3 wase utama
merupakan interaksi antara faktor genetia (nature), lingkungan (nurture) dan
individu (self generating trend). Develompental interface artinya seberapa
besar interaksi antara faktor nature dan nuture dalam diri seseorang yang
memengaruhi perkembangannya (Semiawan, 2007;3).
29
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendidikan anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan
yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan,
pengasuhan dan pendidikan pada anak dengan menciptakan lingkungan yang
kodusif dimana anak dapat mengeksplorasi dirinya , memberikan kesempatan
padanya untuk mengetahui dan memahami pengalaman belajar yang
diperolehnya melalui lingkungan melalui cara mengamati, meniru dan
bereksperimen yang berlangsung secara berulang- ulang yang melibatkan
seluruh potensi dan kecerdasan anak.
Dengan adanya teori-teori dari para ahli mengenai perkembangan Anak Usia
Dini, sangatlah membantu tenaga pengajar, khususnya pada PAUD untuk
memahami bagaimana perkembangan anak, baik dari segi kognisi, motorik,
sosial dan emosional.
B. SARAN
30