Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MENGKAJI DAN MENGANALISIS PEMBELAJARAN DI TPA

DISUSUN OLEH :
1. ALVRILIANTI TALIB (153421042)
2. MAGFIRAH APRILIA LABUBUNG (153421005)
3. YULAIDA ARJIN (153421055)
4. LASMAYA DATAU (153421062)
5. RAMLAILA SIRIBUA (153421094)

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa kami ucapkan karena hanya berkah, Rahmat dan hidayah-Nya jugalah sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah dari dosen pengampuh Sulastrya nigsih M.Pd dalam matakuliah
“Pengembangan Program TPA”.ini sampai selesai sesuai waktu yang telah disediakan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik dalam penyusunan
maupun penggunaan kata-kata. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Harapan kami adalah makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-teman mahasiswa yang
membaca. Dan juga dapat menjadi acuan keilmuan pada mata kuliah Pengembangan Program
TPA.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Gorontalo, 06 September 2022

Kelompok 4
DAFTAR ISI

Lampiran ...................................................................................................................
Daftar Isi ...................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................
1.3 Tujuan .................................................................................................................
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Menjelaskan pengertian belajar menurut para ahli..............................................
2.2 Bagaimana pendekatan pembelajaran di TPA.....................................................
2.3 Apa saja model-model pembelajaran yang ada di TPA.......................................
2.4 Mengkaji dan menganalisis rambu-rambu pembelajaran di TPA........................
BAB III PENUTUP...................................................................................................
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1.Latar Belakang

Taman Penitipan Anak (TPA) merupakan bentuk layanan Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) Non-Formal yang semakin berkembang jumlahnya. Taman Penitipan Anak (TPA) telah
dikembangkan oleh Departemen Sosial sejak tahun 1963 sebagai upaya untuk memenuhi
kebutuhan pengasuhan, pembinaan, bimbingan, sosial anak balita selama anak tidak bersama
orangtua. (Syamsuddin, 2015). Menurut Apriliia (2015), Layanan Taman Penitipan Anak (TPA)
adalah salah satu bentuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) nonformal yang diarahkan pada
kegiatan pengasuhan anak bagi orang tua yang mempunyai kesibukan dalam bekerja. Sehingga
memerlukan sebuah layanan pengasuhan anak yang berfungsi untuk menjaga anak-anak saat
orang tua sibuk bekerja dan memberikan pendidikan yang sesuai dengan usia anak-anak mereka.
Menurut Apriliia (2015), Layanan Taman Penitipan Anak (TPA) adalah salah satu bentuk
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) nonformal yang diarahkan pada kegiatan pengasuhan anak
bagi orang tua yang mempunyai kesibukan dalam bekerja. Sehingga memerlukan sebuah layanan
pengasuhan anak yang berfungsi untuk menjaga anak-anak saat orang tua sibuk bekerja dan
memberikan pendidikan yang sesuai dengan usia anak-anak mereka. Taman Penitipan Anak
(TPA) merupakan salah satu cara supaya anak tetap memperoleh pendidikan serta pengasuhan
yang baik selama orang tua sibuk bekerja.
Taman Penitipan Anak (TPA) tidak hanya sekedar gedung tempat yang digunakan untuk
menitipkan anak, dimana kebutuhan makan dan mandi adalah prioritas utama mereka. Namun,
fungsi Taman Penitipan Anak (TPA) juga diperluas yaitu dapat memberikan nilai-nilai edukatif
bagi anak sebagai bekal pengetahuan dan pengembangan maupun pembentukan perilaku. Taman
Penitipan Anak (TPA) diharapkan menjadi lembaga yang dapat membantu mendidik anak
dengan baik, yang dapat menghindarkan kemungkinan anak terlantar dan ibu dapat bekerja
dengan tenang (Aprillia, 2015).
TPA biasanya menampung anak usia sejak lahir sampai dua tahun, untuk anak usia dua
tahun sampai empat tahun di tempatkan pada Kelompok Bermain (KB), dan sedangkan untuk
anak usia empat tahun sampai enam tahun akan masuk dalam Taman Kanak-kanak (TK). Usia
lahir sampai usia dua tahun kemungkinan memiliki pembelajaran dalam kelas yang masih
fleksibel keberadaannya dan pengelolaannya. Berbeda halnya dengan usia tiga tahun sampai
enam tahun. dan juga Beberapa lembaga TPA yang memiliki model pembelajaran yang
berbedabeda pastinya memiliki perbedaan dalam menangani dan mendesain pembelajaran untuk
anak usia dini. Perbedaan model pembelajaran yang dipakai oleh setiap lembaga pastinya
memiliki ciri khas yang berbeda-beda pada setiap TPA. Selain itu berdasarkan model
pembelajaran yang dipakai oleh masing-masing lembaga juga menggugah rasa penasaran pada
diri
1. 2 Rumusan Masalah
1. Menjelaskan pengertian belajar menurut para ahli
2. Bagaimana pendekatan pembelajaran di TPA
3. Apa saja model-model pembelajaran yang ada di TPA
4. Mengkaji dan menganalisis rambu-rambu pembelajaran di TPA
1. 3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian belajar menurut para ahli
2. Memahami pendekatan pembelajaran yang ada di TPA
3. Mengetahui model-model pembelajaran yang ada di TPAs
4. Mengetahui rambu-rambu pembelajaran di TPA
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian belajaran Menurut Para Ahli
 Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar yang berlangsung dalam suatu lingkungan belajar. Pembelajaran dipandang
secara nasional sebagai suatu proses interaksi yang melibatkan komponen-komponen utama,
yaitu peserta didik, pendidik, dan sumber belajar yang berlangsung dalam suatu lingkungan
belajar
 Belajar menurut Pandangan Robert M. Gagne
Gagne sebagai yang dikutip oleh Sagala memandang bahwa belajar adalah perubahan
yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus-menerus yang bukan hanya
disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama
dengan isi ingatan memengaruhi individu sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari
waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu setelah ia mengalami situasi tadi.
 Belajar menurut Pandangan Jean Piaget
Piaget adalah seorang psikolog yang fokus mempelajari berpikir pada anakanak sebab ia
yakin dengan cara berpikir anak-anak akan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan epistemologi.
Piaget berpendapat bahwa ada dua proses yang terjadi dalam pekembangan kognitif anak, yaitu
proses assimilations dan proses accommodations. Proses assimilations, yaitu menyesuaikan atau
mencocokkan informasi yang baru diperoleh dengan informasi yang telah diketahui sebelumnya
dan mengubahnya bila perlu. Adapun proses accommodations, yaitu menyusun dan
membangunkembali atau mengubah informasi yang telah diketahui sebelumnya sehingga
informasi yang baru dapat disesuaikan dengan lebih baik.
 Belajar menurut pandangan Jerume S.Bruner
Bruner beranggapan bahwa belajar merupakan perkembangan kategori-kategori yang
saling berkaitan sedemikian rupa sehingga setiap individu mempunyai model yang unik tentang
alam dan pengembangan suatu system pengodean (coding).

2.2 Pendekatan Pembelajaran di TPA


Pembelajaran yang ada di TPA pendekatan pengembangan keterampilan berdasarkan atas
pandangan tentang perilaku perkembangan anak. agar anak-anak tuntas dalam keterampilan-
keterampilan dan perilaku-perilaku maka strategi mengajar di rancang atau di desain untuk
mengubah kinerja yang mudah yang mati dan terukur. memang ada keyakinan bahwa
perkembangan konsep diri yang positif, hakikatnya dampak pengalaman yang di rasakan sebagai
suatu keberhasilan di sekolah. tujuan luas pembelajaran yang ada di TPA berfokus pada beberapa
keterampilan seperti mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, menyanyi, mewarnai dan
menyusun angka.
A. Mendengarkan
Mendengarkan dan memahami informasi adalah langkah inti dalam memperoleh
pengetahuan. mendengarkan itu bukan kemampuan alami, sejak lahir. untuk itu, kampuan inj di
pelajari lewat bimbingan dan pengarajaran orang tua, para guru, dan orang lain dilingkungan
anak anak usia 3-5 tahun. Mengajar anak anak untuk mendengarkan anak anak lain dan orang
orang dewasa akan memperbesar kesempatan untuk belajar bahasa maupun gagasan baru. ini
juga salah satu keterampilan yang paling sulit untuk diajarkan kepada anak anak usia 3-5 tahun,
yang sering sangat sibuk memulai kegiatan kegiatan dan pengungkapan diri mereka dan yang
begitu tidak tertarik pada mendengrkan orang orang di sekitarnya.
B. Berbicara

Untuk belajar bahasa, anak-anak memerlukan kesempatan untuk bicara dan didengarkan.
Dialog efektif antara orang dewasa dan anak termasuk orang dewasa yang mendengarkan ketika
anak itu berbicara, mengajukan pertanyaan yang mendorong anak itu bicara lebih banyak, dan
memperluas, dan mengolah apa yang dikatakan anak itu. Samantha memperlihatkan kepada
gurunya sebuah gambar yang dibuatnya. Gurunya merespons dengan memberikan pujian "Bagus
sekali" atau "Kau bekerja baik sekali". Kemudian Mrs. Bands menghentikan kerjanya, berlutut di
dekat Samantha, dan berkata, "Ceritakan kepada saya tentang gambar yang kau buat ini."
Samantha ada kesempatan untuk memaparkan dan menjelaskan gambarnya.

C. Membaca

Meskipun pelajaran membaca formal biasanya dimulai di kelas satu, taman kanak-kanak
mengembangkan banyak keterampilan yang mempersiapkan mereka untuk belajar membaca.
Anak-anak yang rutinitas dan kegiatan sehari-harinya diberi "kesempatan membaca" akan mulai
mengidentifikasi tulisan-tulisan lingkungan (West & Egley, 1998). Dengan pengenalan berulang
pada sebuah buku, anak-anak usia tiga, empat, dan lima tahun bisa "membaca cerita.

D. Menulis

Anak-anak akan belajar menulis dengan cara semakin rumit dan cocok untuk
menyampaikan gagasan mereka, meminta barang, mendokumentasikan kegiatan-kegiatan
mereka, dan memberikan kesenangan dan kegembiraan. Anak-anak memulai menulis dengan
mencorat-coret dan membuat gambar-gambar. Ketika pengetahuan tentang tulisan meningkat,
huruf huruf dibentuk, dan koleksi huruf-huruf tak bermakna semakin mendekati ucapan-
ucapanfonetik. Pertemuan pertama sering berupa nama mereka sendiri, dan mereka mengagumi
hasilnya.
2.3 Model-model pembelajaran yang ada di TPA
 Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran terdiri dari dua kata, yaitu model dan pembelajaran. Kedua kata
tersebut memiliki makna yang berbedabeda. Model dipahami sebagai sebuah desain atau tipe.
Model dapat diartikan juga sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai acuan dalam
melaksanakan kegiatan. Sedangkan pembelajaran merupakan usaha sadar dari seorang pendidik
dalam mengarahkan dan membelajarkan peserta didik dengan sumber-sumber belajar dalam
rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Kemp menjelaskan model pembelajaran merupakan
suatu kegiatan pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh guru dan peserta didik agar tujuan
pembelajaran tercapai secara efektif dan efisien. Sependapat dengan pendapat Kemp, Dick and
Carey menjelaskan model pembelajaran sebagai suatu set materi dan prosedur pembelajaran
yang dilaksanakan secara bersama-sama agar memunculkan hasil belajar pada peserta didik
 Ciri-Ciri Model Pembelajaran
Model pembelajaran memiliki ciri-ciri dan karakteristik tertentu seperti sebagai berikut.
1) Model pembelajaran harus berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli
tertentu.
2) Memiliki misi dan tujuan pendidikan tertentu.
3) Dapat dijadikan sebagai pedoman dalam perbaikan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.
 Model-Model Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Terdapat beberapa model pembelajaran pada Pendidikan Anak Usi Dini (PAUD).
Model-model tersebut meliputi model pembelajaran klasikal, model pembelajaran kelompok
(cooperative learning), model pembelajaran area, model pembelajaran sudut-sudut kegiatan,
model pembelajaran BCCT (beyond center and circle time), dan model pembelajaran
Montessori. Model pembelajaran tersebut relative memiliki langkah-langkah pembelajaran yang
sama, yaitu dimulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, istirahat, dan kegiatan akhir atau penutup.
Berikut model-model pembelajaran yang biasa digunakan di PAUD.
1) Model pembelajaran klasikal
Model pembelajaran klasikal merupakan pola pembelajaran yang dilakukan dalam satu
waktu kegiatan yang sama dilakukan oleh seluruh peserta didik dalam satu kelas. Model
pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang pertama kali digunakan di PAUD, namun
seiring berjalannya waktu dan semakin berkembangnya teori serta model pembelajaran yang
terbaru, model pembelajaran klasikal mulai banyak ditinggalkan.
2) Model pembelajaran kelompok (cooperative learning)
Model pembelajaran kelompok atau pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
merupakan pembelajaran yang melibatkan seluruh peserta didik dalam beberapa kelompok kecil
untuk saling berinteraksi. Melalui pembelajaran kooperatif akan memudahkan guru dalam
mengelola kelas menjadi lebih efektif dan peserta didik akan mudah menciptakan interaksi yang
sangat luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan peserta didik,
peserta didik dengan peserta didik, dan peserta didik dengan guru.
3) Model pembelajaran area
Model pembelajaran area merupakan pembelajaran yang didesain berdasarkan area yang
diminati oleh peserta didik untuk memberikan kesempatan kepada mereka dalam memilih dan
melaksanakan kegiatan sendiri sesuai minatnya. Pembelajaran ini dirancang untuk memenuhi
kebutuhan spesifik peserta didik dan menghormati keberagaman budaya, pengalaman individu
bagi peserta didik, membantu peserta didik dalam memilih kegiatan dan pusat kegiatan.
4) Model pembelajaran BCCT (beyond centre and circle time)
Model pembelajaran BCCT merupakan pendekatan pembelajaran yang proses
pembelajarannya dilakukan di dalam lingkaran (circle) dan terdapat sentra-sentra bermain.
Fungsi lingkaran adalah guru duduk bersama peserta didik membentuk lingkaran besar yang
berfungsi untuk memberikan pijakan sebelum dan sesudah bermain. Sentra bermain merupakan
zona atau area bermain peserta didik sebagai pijakan lingkungan yang berfungsi untuk
mengembangkan seluruh potensi peserta didik dalam segala aspek perkembangan secara
seimbang
5) Model pembelajaran Montessori
Model pembelajaran Montessori ini bentuk oleh seorang dokter Itali bernama Dr. Maria
Montessori berdasarkan dari banyak riset yang dilakukannya sejak awal tahun 1900.
Pembelajaran ini membebaskan peserta didik di dalam kelas untuk mengikuti minatnya sendiri,
untuk menggerak-gerakkan, mengerjakan kegiatan dengan bebas sesuai yang dipilih

2.4 Rambu-rambu pembelajaran di TPA


Rambu-rambu Praktik Pengasuhan untuk Bayi 0-3 Tahun
Komponen Praktek dan pengasuhan yang sesuai
Interaksi • Pendidik mengupayakan terjadinya interaksi perorangan (face to face) melalui
antara percakapan individual dengan bayi, membiarkan bayi berbicara menggunakan
pendidik bahasanya sendiri dan menunggu tanggapan bayi setelah pendidik berbicara.
dengan • Pendidik berbicara dengan nada menyenangkan, suara lembut, bahasa yang
anak sederhana, dan sering kontak mata pada bayi.
• Bagi bayi di atas 1 tahun, pendidik menerangkan nama berbagai benda,
menjelaskan berbagai kejadian, dan mengajak anak menguasai kosa kata baru
dengan berbagai peragaan.
• Pendidik menyesuaikan bahasa yang digunakannya pada anak.
• Bayi sering dipeluk, digendong, diajak berkeliling untuk mengembangkan
beragam pengalaman tentang dunia sekitar.
• Pendidik sering mengajak bayi berbicara seolah bercakap-cakap, bernyanyi atau
membacakan cerita dengan seseorang meskipun bayi belum dapat berbicara.
• Pendidik memberikan tanggapan yang mendukung aktivitas bayi. Pendidik
menyimak dan menanggapi berbagai celotehan bayi, menirukannya dan
menjadikan celotehan bayi tersebut untuk mengajak bayi berkomunikasi
• Bagi bayi usia 1-3 tahun, pendidik memberikan dukungan pada anak untuk
memperoleh berbagai kemampuan, memantau yang sedang dilakukan anak,
memberikan bantuan jika diperlukan, memperbolehkan anak melakukan sesuatu
yang menurutnya mampu ia lakukan sendiri, dan membimbingnya jika anak
merasa frustrasi.
• Pendidik telaten mengganti popok/pakaian, memberi makan, membantu mandi,
sambil menerangkan tentang apa yang akan dan sedang dia lakukan pada bayi
saat itu.
• Penggantian popok, latihan BAB/BAK di kamar mandi, makan, berpakaian,dan
kegiatan rutin harian lainnya dipandang sebagai pengalaman belajar yang sangat
penting bagi anak.

• Anak-anak belajar BAB/BAK di toilet melalui arahan yang positif dan konsisten
dari pendidik. Jika anak tidak takut duduk di pispot, pendidik menawarkan pispot
pada anak dan membantu anak sejauh diperlukan, dan memberikan penguatan
positif tanpa memperhatikan anak mampu melakukannya dengan baik atau
belum.
• Anak-anak dilatih dulu pada pispot duduk yang sesuai, lalu ke toilet tiruan yang
dilengkapi sandaran sebelum ke toilet yang sebenarnya.
• Anak-anak secara teratur sering diajak ke toilet, disesuaikan dengan kebiasaan
biologis tiap anak untuk BAB/BAK. Anak yang terlanjur mengompol atau BAB
di celana tidak pernah dipermalukan pendidik di depan teman-temannya.
• Anak tampak sehat karena sikap pendidik yang mampu menerima dengan tulus
tubuh anak dan fungsinya (misalnya: mengajak anak untuk BAK ditoilet sesuai
panggilan biologisnya
• Pendidik cepat tanggap saat bayi menangis, berteriak minta tolong, atau
bergerak-gerak gelisah, dan tahu benar bahwa bayi/ anak batita baru dapat
berkomunikasi dengan cara tersebut untuk menyatakan kebutuhannya. Pendidik
menanggapi sinyal tersebut dengan lemah lembut dan kasih sayang.
• Pendidik menanggapi secara konsisten kebutuhan bayi akan makanan dan
kenyamanan, dan berusaha membangun rasa percaya pada bayi bahwa pendidik
peduli padanya.
• Pendidik menyesuaikan diri dengan jadwal makan dan tidur tiap bayi,bukan
sebaliknya.
• Pendidik berusaha memenuhi pilihan makanan yang disukai dan menerima
dengan baik gaya makan tiap bayi
• Interaksi dengan bayi melalui bermain dilakukan dengan berbagai cara dengan
mempertimbangkan tingkat toleransi bayi terhadap gerak tubuh, suara keras atau
berbagai perubahan lain di sekitarnya.
• Pendidik mengamati kegiatan bayi dan menanggapinya, menawarkan berbagai
permainan dan mendorong bayi untuk terus terlibat dalam permainan tersebut.
• Pendidik sering mengajak bayi yang tertarik pada kegiatan bermain dengan
mengenalkan berbagai jenis permainan seperti: pok ame-ame,cilukba, dll.
Bagi bayi 1-3 tahun,
• Setiap hari anak-anak berkesempatan bermain dan bereksplorasi di luar ruang,
misalnya permainan air.
• Pendidik mempersiapkan lap kering dan pakaian ganti anak untuk permainan
air.
• Pendidik memahami bahwa pasir merupakan media yang lembut dan mudah
masuk ke baju anak., dan dapat digunakan untuk mengenalkan keteraturan diri
pada anak tentang apa yang dapat dan tidak dapat dimakan.
• Saat orang tua menyerahkan bayinya tiap pagi, pendidik menggendong bayi dan
membantunya perlahan-lahan sampai bayi merasa nyaman menjadi bagian dari
kelompok teman-temannya di TPA meskipun ditinggalkan orang tuanya.
• Bayi dan orang tuanya disambut dengan hangat dan antusias setiap pagi. Setiap
hari selalu dimulai dengan sapaan dan komunikasi yang bermakna dari pendidik
pada tiap anak.
• Pendidik membantu anak agar merasa nyaman berada di tengahtengah
kelompok teman-temannya dengan cara membacakan buku atau kegiatan tenang
lainnya
• Pendidik mengajak anak mengenali berbagai benda, makanan, dan orang. Dia
memperbolehkan anak untuk membawa dan menyimpan benda favoritnya, dan
memberikan pilihan pada anak saat anak akan memakai baju atau makan sehingga
anak terbiasa menentukan pilihan
• Pendidik meletakkan benda favorit yang dibawa anak seperti suasana di rumah
si anak dan mengajak anak untuk duduk berkeliling atau bermain paralel bersama
benda tersebut
• Bayi dimotivasi untuk meraih kecakapan tertentu dan dibantu secara
bertahap sampai ia benar-benar mampu, misalnya saat latihan merangkak.
• Pendidik sabar mengarahkan perilaku anak.
• Jika anak berebut mainan, pendidik akan menawarkan mainan lain yang
serupa agar anak tidak berebut lagi. Jika strategi tersebut tetap tidak
efektif, pendidik akan mengajak anak bermain dengan berpindah ke area
lain.
• Pendidik hanya menghukum anak jika anak melakukan perilaku yang
sangat berbahaya.
• Pendidik menanggapi keingintahuan bayi tentang teman-teman di
sekitarnya, dan pendidik membantu meyakinkan bayi bahwa temantemannya
tersebut akan bersikap baik padanya.
• Pendidik memberi contoh pada bayi cara berinteraksi dengan orang
lain/temannya.
• Pendidik menyadari bahwa ekspresi perlawanan anak padanya (misalnya
berkata ”tidak mau”) merupakan bagian dari perkembangan anak dan
reaksi individual yang sehat.
• Pendidik hanya menggunakan kata larangan ”jangan” jika itu berkaitan
dengan keselamatan anak, dan selalu berupaya menggunakan kalimat
positif untuk mengarahkan anak, bukan kalimat negatif
• Anak-anak sering dipuji karena kecakapannya dalam melakukan berbagai
kegiatan dan selalu dibimbing sehingga anak merasa mampu dan dapat
mengendalikan dirinya dengan baik.
Kurikulum • Kegiatan penggantian popok, pemberian
Kurikulum • Kegiatan penggantian popok, pemberian makan dan kegiatan rutin lainnya
dijadikan sebagai pengalaman belajar yang utama bagi bayi, dan bagi bayi
usia 1-3 tahun merupakan sarana anak untuk belajar tentang dunianya
dan membiasakan anak menjadi teratur dan mandiri dalam berbagai
kegiatan tersebut.
• Kegiatan rutin direncanakan dengan baik dan digunakan sebagai
pengalaman belajar untuk membantu anak terlatih dan mandiri. Kegiatan
memakai dan melepas pakaian juga diupayakan sebagai kegiatan belajar.
Anak diarahkan secara positif memakai/melepas pakaiannya atau
sepatuya sendiri secara bertahap.
• Kegiatan makan besar dan camilan disiapkan finger food dan alat makan
yang mudah digunakan oleh anak seperti: mangkuk, sendok, dan alat
minum yang bertahap dari botol, mug berdot sampai cangkir.
• Makanan telah disiapkan sebelum anak-anak dipanggil untuk makan,
sehingga anak-anak tidak perlu menunggu lebih lama.
Bagi bayi usia 1- 3 tahun:
• Pendidik menikmati dan tidak canggung bermain dengan anak,
mencontohkan bagaimana cara bermain imajinatif dengan berbagai
boneka atau mainan lainnya
• Pendidik mendukung permainan anak sehingga anak-anak betah bermain
dalam jangka waktu lama, dan permainan mereka juga makin kompleks.
• Permainan berawal dari pengenalan dan eksplorasi terhadap hal-hal atau
benda yang sederhana, lalu meningkat pada permainan yang makin
kompleks seperti bermain pura-pura.
• Pendidik mengembangkan bermain soliter atau paralel yang biasa
dilakukan anak-anak.
• Pendidik menyiapkan beberapa jenis mainan populer yang sama
bentuknya agar anak-anak dapat bermain sendiri atau bermain di dekat
teman-temannya.
• Pendidik tidak melarang dan mempersiapkan perlengkapan yang
dibutuhkan saat anak-anak mengulang-uang suatu kegiatan yang sama
sampai anak tersebut merasa mampu
• Pendidik sering membacakan cerita pada anak, baik secara individu
(dengan memangku anak) maupun kelompok kecil (2-3 anak).
• Anak-anak diberikan berbagai media seni yang sesuai, misalnya: krayon
besar, spidol warna, dan kertas besar.
• Pendidik mengharapkan anak-anak dapat bereksplorasi dan
menggunakan media seni tersebut, namun tidak terlalu mengharapkan
anak-anak menghasilkan suatu karya seni jadi.
• Pendidik tidak pernah menggunakan bahan makanan untuk olah seni
karena anak sedang berkembang kemampuan pengaturan dirinya dan
saatnya anak mempelajari perbedaan antara benda-benda yang dapat
dan tidak dapat dimakan
• Pendidik bersikap tulus, tidak merasa jijik saat menceboki dan
membersihkan bayi yang BAB, atau membersihkan hidung bayi yang
sedang terserang pilek ringan.
• Jadwal waktu kegiatan bersifat fleksibel, lebih ditentukan oleh kebutuhan
anak dari pada kebutuhan pendidik. Namun dalam sehari terdapat urutan
kegiatan yang relatif dapat diprediksi untuk membantu anak merasa aman
dan teratur

• Anak diberikan lebih sering camilan dalam porsi yang lebih kecil dari pada
anak yang lebih tua
• Anak-anak juga sering dipersilahkan minum, dan mereka boleh memilih
makanan tertentu sesuai keinginannya
Lingkungan • Area untuk penggantian popok, tidur, pemberian makan dan kegiatan
bermain dibuat bersekat-sekat untuk menjamin sanitasi serta menciptakan
ketenangan dan kenyamanan

• Lingkungan terdiri dari perpaduan elemen yang lembut (misalnya: bantal,


kasur kecil untuk tidur, dinding yang dilapisi bahan lembut, dll), dan
elemen yang keras (kursi, cermin, tempat tidur, dll). Terdiri dari area privat
dengan tiap ruangan berisi tidak lebih dari 2 anak

• Bayi dapat menikmati warna-warna yang kontras dan disain yang menarik
di ruangan TPA.Warna-warna terang digunakan untuk membedakan
berbagai pola atau benda.

• Tiap bayi memiliki sendiri tempat tidur, alat makan, pakaian, popok, botol
dot, dan benda-benda kebutuhan pribadi tiap bayi
• lainnya. Tiap benda tersebut diberi label sesuai nama pemiliknya
• Anak diberikan kesempatan untuk beraktivitas mengembangkan motorik
kasarnya dengan permainan di dalam dan di luar ruangan.
• Lingkungan bermain dilengkapi jalan landai dan tangga dengan ukuran
yang sesuai tubuh anak sehingga anak dapat berlatih berbagai keahlian
baru. Area bermain di luar ruangan terpisah dengan area untuk anak-anak
yang lebih tua.
Kesehatan, • Area yang dipergunakan untuk bermain dipindah-pindah secara berkaladalam
keselamatan sehari. Kadang bayi diajak bermain di lantai, kadang di kereta
dan dorong, atau digendong, ditepuk-tepuk, diayun dan berbagai variasi yang
gizi akan membuat bayi merasakan perspektif yang berbeda tentang berbagai
orang dan tempat.
• Bayi dirawat dengan baik, di dalam dan di luar ruangan.
• Menjaga kesehatan dengan pencegahan terhadap menyebarnya berbagai
infeksi.
• Mainan yang sudah selesai digunakan bayi segera dibersihkan atau dicuci
dengan sabun yang aman.
• Ada catatan tertulis untuk tiap bayi yang berisi informasi terkini tentang
kondisi tiap bayi, antara lain berisi jadwal imunisasi bayi tersebut.
• Seluruh pengasuh yang hadir di TPA tersebut dalam kondisi fisik yang
sehat untuk mencegah tersebarnya infeksi.
• Pendidik selalu mencuci tangannya sebelum dan sesudah mengganti
popok, mengajak anak ke toilet, atau memberi makan bayi.
• Pendidik memahami berbagai gejala penyakit yang umum, lingkungan
yang beresiko (misalnya benda beracun), dan berbagai jenis makanan
penyebab alergi atau penyakit tertentu.
• Area penggantian popok mudah dibersihkan dan rutin dibersihkan setiap
kali selesai digunakan.
• Bayi selalu didudukkan dan diletakkan di tempat yang aman saat diberi
minum melalui botol, tidak dalam posisi tiduran.
• Bayi-bayi yang sudah mampu duduk sendiri diajak makan bersama 1-2 bayi
lainnya didampingi seorang pengasuh yang siap membantu untuk latihan
bersosialisasi sekaligus waktu istirahat yang menyenangkan (happy time)
• Menyiapkan jenis makanan finger food (makanan yang cukup mudah untuk
diambil dengan jari atau sendok) yang terjamin kesehatannya.
Interaksi • Orang tua diakui sebagai pendidik utama anak. Pengasuh TPA mendukung
pendidik keberadaan orang tua, bekerjasama dan membantu agar tiap orang tua
dengan merasa percaya diri dalam mengasuh anaknya.
orang tua
• Orang tua dan pengasuh TPA berbincang-bincang tiap hari untuk berbagi
informasi tentang bayi mereka
• Pengasuh di TPA membantu orang tua untuk mengantisipasi
Pengasuh di TPA membantu orang tua untuk mengantisipasi kemajuan
bayi dalam berbagai aspek perkembangan dan membantu
mempersiapkan orang tua untuk dapat mendukung perkembangan bayi
mereka
Kualifikasi • Pengasuh menikmati pekerjaannya bersama para bayi, bersikap hangat
pengasuh dan peka terhadap kebutuhan bayi dan menunjukkan kesabaran yang
TPA tinggi terhadap perilaku bayi sehingga bayi meningkat kemampuan dan
kemandiriannya.
• Pengasuh telah mendapatkan pelatihan khusus yang berhubungan
dengan perkembangan dan pengasuhan bayi, mempunyai keahlian dan
sikap yang diperlukan untuk mengasuh bayi.
• Pengasuh juga mampu melakukan pertolongan pertama (first aid)
terhadap bayi yang memerlukan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
anak-anak di TPA Taman telah mampu menampilkan perilaku prososial yang
diperlihatkan dengan kemampuan anak dalam menampilkan perilaku empati, murah hati,
kerjasama dan peduli. Pada aspek empati kemampuan anak untuk dapat menunjukkan kepedulian
pada teman yang sedang mengalami kesulitan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan
kemampuan untuk dapat menceritakan perasaan selama konflik.
DAFTAR PUSTAKA

Mursid, M.Ag (2015 ) “Pengembangan pembelajaran paud”. Pt Remaja Rosdakarya


Bandung. Hal.135
Hani Yulindrasari (2011) “Current Issues in Early Childhood”.Universitas Pendidikan
Indonesia, Hal. 3-8
Isnainia Solicha (2019) “Model Pembelajaran Taman Penitipan Anak (Studi Perbandingan di
TPA Khadijah Pandengiling Surabaya Dan Toddler Surabaya Montessori School)”.
Hal 3-8
Muh. Sain hanafy (2014) “Konsep Belajar dan Pembelajaran”. Makassar, Volume.17. No.1.
Hal.69-72

Anda mungkin juga menyukai