1
Tim Pengembang Model Pembelajaran di Sekolah Berasrama
Kontributor :
2
KATA PENGANTAR
3
RINGKASAN
4
sebagai bagian dari penyelenggaraan layanan pendidikan pada sekolah
berasrama secara berkelanjutan.
Model program pembudayaan sekolah berasrama berisi uraian dan
penjelasan tentang pengembangan pendidikan karakter bagi semua warga
sekolah yang meliputi nilai-nilai religius, kejujuran dan integritas, toleran,
disiplin, bekerja keras, kreatif dan mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif,
cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan
bertanggungiawab serta nilai-nilai lainnya yang sesuai dengan kearifan
local. Program pembudayaan dilaksanakan dalam bentuk keteladanan,
pembiasaan, pemberian penghargaan, serta program rutindan incidental,
sebagai bagian dari penyelenggaraan layanan pendidikan pada sekolah
berasrama secara berkelanjutan.
Model pengelolaan sekolah berasrama berisi uraian dan penjelasan tentang
pengelolaan kurikulum dan pembelajaran, sarana dan prasarana, kalender
pendidikan di sekolah, di kelas dan di asrama, pendidik dan tenaga
kependidikan, muatan lokal, pengembangan potensi daerah serta tata tertib
dan kode etik pada sekolah berasrama serta model dukungan pemerintah,
daerah dan masyarakat dalam menyelenggarakan layanan pendidikan pada
sekolah berasrama secara berkelanjutan.
Semoga gagasan-gagasan yang terkandung dalam model ini dapat
memberikan manfaatataupun sebagai acuan, pedoman, panduan dan
sumber inspirasi bagi daerah dan sekolah dalam merancang,
mengembangkan dan menyelenggarakan pembelajaran yang sesuai dengan
nilai budaya nasional dan kearifan lokal pada sekolah berasrama serta
meningkatkan wawasan dan pengetahuan bagi berbagai stakeholder dalam
memahami konsep pembelajaran di sekolah berasrama.
5
DAFTAR ISI
6
BAB I
PENDAHULUAN
1. Rasional
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sedang mengupayakan
membangun pendidikan di daerah perbatasan dan terpencil yang sulit untuk
mendapatkan akses pendidikan. (psma.kemdikbud.go.id). Upaya ini dilakukan karena
selama ini penyelenggaraan pendidikan dianggap belum maksimal dalam mengangkat
konteks sosial dan kondisi geografis yang beragam. Satuan pendidikan yang ada saat
ini cenderung dicirikan oleh penyeragaman karakteristik sekolah. Kecenderungan
tersebut menjadikan layanan pendidikan yang ada kurang sesuai dengan karakteristik
masyarakat yang dilayani dan lingkungan alam tempat satuan pendidikan tersebut
berada.
Nawacita presiden dalam bidang pendidikan, salah satunya yaitu membangun dari
pinggiran. Pinggiran dimaknai sebagai wilayah yang kurang mendapatkan layanan
pendidikan yang memadai sehingga menimbulkan ketimpangan dari aspek keadilan,
kemerataan, dan bermutu. Untuk itu dibangunlah sekolah-sekolah yang memenuhi
aspek keadilan, pemerataan, dan bermutu.
Pinggiran dalam hal ini adalah daerah 3 T mengalami kesulitan di bidang transportasi,
minimnya sekolah di daerah itu, kurang kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan
anaknya. Di samping itu, ada daerah tertentu yang memiliki adat menikahkan anak-
anaknya pada usia sekolah. Adanya tradisi memberdayakan anak untuk membantu
orang tua bekerja di ladang, laut, dsb dalam hal mata pencarian.
Dari latar belakang tersebut, maka muncullah pemikiran untuk mendirikan sekolah
berasrama yang diharapkan dapat memecahkan masalah-masalah tersebut. Kelebihan
sekolah berasrama dapat mengatasi masalah yang terkait dengan geografi, siswa bisa
fokus untuk belajar. Oleh karena itu, sekolah berasrama menjadi sangat strategis
untuk menanamkan dan mengembangkan budaya di sekolah. Hal ini disebabkan
dengan berasrama, akan meminimalisasi terkontaminasi pengaruh lingkungan yang
tidak diharapkan.
Sekolah berasrama yang dimaksud adalah untuk daerah 3T di Provinsi Papua. Sasaran
sekolah berasrama meliputi jenjang pendidikan dasar dan menengah umum tetapi tidak
dirancang untuk sekolah kejuruan (vokasional) apalagi perguruan tinggi.
7
Keberadaan sekolah berasrama ini diharapkan dapat memberikan kesempatan yang
sama bagi anak-anak Indonesia untuk memperoleh layanan pendidikan dan
menciptakan kesetaraan mutu layanan pendidikan antar berbagai wilayah di Indonesia,
yang secara khusus mempertimbangkan karakteristik masyarakat yang dilayani dan
lingkungan setempat. Prioritas pembangunan ini diberikan kepada daerah yang sulit
terjangkau dan kurang mendapatkan layanan pendidikan.
Sekolah berasrama dikembangkan sebagai bentuk kepedulian negara untuk memberikan
layanan pendidikan yang bermutu terhadap seluruh warga negara dalam konteks sosial
yang paling membutuhkan dan secara sengaja terus dikembangkan sampai tumbuh
matang dan mandiri (self-sustaining).
Terkait dengan hal tersebut. Pusat Kurikulum dan Perbukuan memiliki tugas untuk
melaksanakan pengembangan model-model kurikulum dan pembelajaran pada berbagai
satuan pendidikan. Salah satu model yang dikembangkan adalah model pembelajaran di
sekolah berasrama termasuk mengembangkan budaya sekolah.
Diharapkan dengan disusunnya Model Pengembangan Budaya Sekolah Berasrama,
nantinya dapat bermanfaat untuk masyarakat pada daerah 3T agar terlayani dalam
bidang pendidikan, sehingga pemerintah daerah perlu membuka akses dan layanan
pendidikan untuk daerah 3T disesuaikan dengan budaya setempat. Panduan ini
diharapkan dapat menjadi inspirasi penyelenggaraan sekolah berasrama di daerah lain
yang memiliki karakteristik mirip Papua.
2. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan model pengembangan budaya di sekolah berasrama adalah
sebagai panduan dalam pengembangan budaya sekolah berasrama di daerah 3T;
3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Model Pengembangan Budaya di Sekolah Berasrama untuk Tahun 2017:
1. Lingkup jenjang pendidikan adalah tingkat dasar dan menengah
2. Lingkup wilayah adalah daerah 3T yang berada di Kabupaten Keerom, Provinsi
Papua.
3. Lingkup corak sekolah berasrama yaitu: nasionalis- religius.
8
Sekolah bercorak nasionalis-religius merupakan salah satu dari tiga corak sekolah
berasrama (boarding) yang berkembang di Indonesia. Ketiga corak sekolah berasrama
yang berkembang di Indonesia tersebut, yaitu:
1. bercorak agama;
2. nasionalis-religius; dan
3. nasionalis.
Untuk sekolah beasrama yang bercorak agama terbagi dalam banyak corak, ada yang
fundamentalis, moderat, sampai yang agak liberal. Hal ini lebih merupakan representasi
dari corak keberagamaan di Indonesia yang umumnya mengambil tiga bentuk tersebut.
Sekolah berasrama yang bercorak nasionalis cenderung bercorak militer, bertujuan ingin
memindahkan pola pendidikan kedisiplinan di militer ke dalam pendidikan di sekolah
berasrama (boarding). Sedangkan corak nasionalis-religius mengambil posisi pada
pendidikan semi militer yang dipadu dengan nuansa agama dalam pembinaannya di
sekolah.
9
BAB II
MODEL PENGEMBANGAN BUDAYA SEKOLAH BERASRAMA
12
Allah SWT berikan. memanfaatkannya semaksimal
mungkin.
13
ketentuan yang berlaku
Membawa perlengkapan belajar
sesuai dengan mata pelajaran
14
7. Mandiri Mampu bertindak Ikut berpartisipasi aktif dalam
sesuai keadaan tanpa kegiatan belajar mengajar.
meminta atau Sudah dapat memilih sumber
bergantung pada orang belajar sendiri dan mengetahui
lain guna kemana dia dapat menemukan
menghasilkan sesuatu bahan-bahan belajar yang
(barang/jasa) demi diinginkan.
pemenuhan kebutuhan Dalam proses pembelajaran
hidupnya dan siswa merasa tidak perlu banyak
sesamanya berkomunikasi dengan guru
dalam memecahkan masalah,
jika siswa mengalami kesulitan
dan sulit memecahkan masalah
barulah siswa berkonsultasi pada
guru.
Sudah dapat menilai tingkat
kemampuan yang diperlukan
untuk melaksanakan
pekerjaannya atau untuk
memecahkan permasalahan yang
dijumpainya dalam
kehidupannya.
15
kesetiakawanan sosial, Tidak kenal meneyerah
semangat rela Bangga sebagai bangsa
berkorban, dan dapat Indoenesia
menumbuhkan jiwa Menghargai perjuangan para
patriotisme. pahlawan
Menjaga persatuan dan kesatuan
11. Cinta tanah Rasa bangga, rasa Bangga menjadi orang Indonesia
air memiliki, rasa Melestarikan Budaya dan adat
menghargai, rasa istiadat
menghormati yang Menggunakan Produk Lokal
dimiliki oleh setiap (dalam negeri sendiri)
orang pada negara Tidak melupakan bahasa sendiri
tempat dimana ia Menjaga serta merawat
tinggal. lingkugan
Ikut melestarikan kekayaan alam
Setia kepada Pancasila dan
Undang-undang Negara Republik
Indonesia
Menghargai sesama suku, agama,
adat, dst
Rukun dalam kehidupan sosial
yang beragam
Mengharumkan nama baik
bangsa Indonesia
16
atau menggunakan barang milik
orang lain
14. Cinta damai Sikap, perkataan, dan Melindungi teman dari ancaman
tindakan yang fisik.
menyebabkan orang Berupaya mempererat
lain merasa senang pertemanan.
dan aman atas Ikut berpartisipasi dalam sistem
kehadiran dirinya. keamanan sekolah.
Mengedepankan sikap
musyawarah
17. Peduli sosial Sikap dan tindakan Terlibat aktif dalam bekerja bakti
yang selalu ingin membersihkan kelas atau sekolah
memberi bantuan bagi Bersedia membantu orang lain
orang lain dan tanpa mengharap imbalan
masyarakat yang Aktif dalam kerja kelompok
membutuhkan. Memusatkan perhatian pada
tujuan kelompok
Tidak mendahulukan
kepentingan pribadi
Mencari jalan untuk mengatasi
perbedaan pendapat/pikiran
antara diri sendiri dengan orang
lain
17
melaksanakan tugas jawabnya.
dan kewajiban yang Melaksanakan tugas individu
seharusnya dilakukan dengan baik
terhadap diri sendiri Menerima resiko dari setiap
dan lingkungannya. tindakan yang dilakukan
Tidak menyalahkan/menuduh
orang lain tanpa bukti yang
akurat
Mengembalikan barang yang
dipinjam
Membayar semua barang yang
dibeli
Mengakui dan meminta maaf
atas kesalahan yang dilakukan
Menepati janji
19
Strategi (grand design) pengembangan budaya sekolah berasrama khususnya Daerah
3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) dapat dilakukan dengan cara
mengintegrasikannya ke dalam mata pelajaran dan melalui kegiatan ekstrakurikuler
maupun kokurikuler. Pengembangan budaya sekolah berasrama sebaiknya disesuaikan
dengan kebutuhan sekolah yang di dalamnya terdapat kepala sekolah, pendidik, tenaga
kependidikan, dan peserta didik yang diintegrasikan dengan budaya yang berkembang
di lingkungan sekitar sehingga budaya sekolah tidak berbenturan dengan budaya
lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, sekolah harus dapat berfungsi sebagai agen
pengembang budaya lingkungan. Sekolah dalam fungsinya sebagai agen perubahan
budaya perlu merumuskan rencana, strategi pengembangan, dan monitoring/evaluasi
pengembangan budaya sekolah berasrama dengan menggunakan langkah-langkah
sebagai berikut:
Langkah pertama adalah analisis lingkungan internal dan eksternal.
Pada tahap ini dilakukan model analisis lingkungan dengan cara mengidentifikasi
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang bersumber dari karakteristik
masyarakat sekitar disertai budaya lokal maupun budaya luar. Berdasarkan analisis
tersebut, manajemen sekolah dapat mengidentifikasi budaya mana yang layak
dipertahankan atau dihilangkan serta budaya baru apa yang perlu diperkenalkan.
Perlunya pemahaman terhadap kelemahan dan ancaman adalah untuk mencari solusi
untuk mengatasinya. Sementara pemahaman terhadap kekuatan dan peluang adalah
untuk dapat dikembangkan semaksimal mungkin sehingga dapat menghasilkan hal
yang maksimal pula.
Langkah kedua adalah merumuskan strategi yang meliputi penetapan visi-misi yang
menjadi arah pengembangan dalam penetapan kebijakan. Arah pengembangan dapat
dijabarkan dari visi-dan misi menjadi indikator pada pencapaian tujuan. Contoh dalam
pengembangan keyakinan akan dibuktikan dengan sejumlah target yang tinggi pada
setiap indikator pencapaian. Contoh ini dapat dijabarkan lebih lanjut pada model
operasional penguatan nilai tanggungjawab, mandiri, disiplin, kerja keras, cinta tanah
air, dan peduli lingkungan. Oleh karena itu, sekolah secara internal tidak
mengembangkan model kompetisi individual karena dapat mengurangi makna
pengembangan nilai kebersamaan dan kekompakan. Program kerja berbasis kolaborasi
pada model ini dapat dikukuhkan melalui penetapan kelompok kerja yang ditetapkan
dalam surat tugas dari kepala sekolah sebagai pemangku kebijakan. Selanjutnya
sekolah dapat mengembangkan model lain yang dipandang lebih inovatif dan sesuai
20
dengan kebutuhan sekolah mengacu pada nilai-nilai yang mendukung terhadap upaya
pelestarian alam dan pemberdayaan komunitas.
Langkah ketiga adalah implementasi strategi
Langkah ini harus dapat menjawab bagaimana caranya sekolah melaksanakan program.
Jika sekolah berencana untuk mengembangkan nilai yang mendukung pelestarian
lingkungan, maka sekolah hendaknya menyusun strategi pada kegiatan yang mana
yang dapat dikolaborasikan untuk menjawab permasalahan yang terkait dengan
perusakan alam.
Sekolah dapat memilih bidang yang akan dikolaborasikan dari berbagai bidang
kegiatan sebagaimana yang telah dipelajari. Contoh, sekolah berencana untuk
mengembangkan budaya pelestarian lingkungan. Pada kegiatan ini diperlukan nilai
nilai tanggungjawab, mandiri, disiplin, kerja keras, cinta tanah air, dan peduli
lingkungan dari seluruh pemangku kepentingan di sekolah. Pengembangan nilai harus
diwujudkan dalam kepatuhan atas kesepakatan yang dituangkan dalam peraturan. Oleh
karena itu pengembangan budaya sekolah sangat erat kaitannya dengan peraturan dan
kepatuhan seluruh warga sekolah pada pelaksanaan kegiatan sehari-hari di sekolah.
Pada langkah ketiga, peran kepala sekolah yang penting adalah:
a. Menetapkan kebijakan atas kesepakatan bersama.
b. Merealisasikan strategi.
c. Melaksanakan perbaikan proses berdasarkan data yang diperoleh dari pemantauan.
d. Melakukan evaluasi kegiatan berbasis data hasil pemantauan.
Memperhatikan keempat langkah tersebut, hal penting dalam pelaksanaan strategi
mengisyaratkan bahwa kepala sekolah perlu memahami benar tentang: (1) kebutuhan
pengembangan budaya sekolah, (2) tujuan pelaksanaan, (3) indikator dan target
keberhasilan, (4) memastikan bahwa rencana dapat diimplementasikan, (5)
memastikan bahwa proses pelaksanaan dan hasil pengembangan budaya sekolah
sesuai dengan yang diharapkan.
Langkah keempat adalah monitoring dan evaluasi.
Langkah ini merupakan bagian dari sistem penjaminan mutu. Kepala sekolah melalui
monitoring memenuhi kewajiban untuk memastikan bahwa proses pelaksanaan
kegiatan sesuai dengan rencana. Jadwal pelaksanaan memenuhi target waktu. Tahap
pelaksanaan sesuai dengan yang direncanakan. Lebih dari itu, hasil yang diharapkan
sesuai dengan target. Jika dalam proses pelaksanaan dan hasil yang dicapai meleset
21
dari target maka kepala sekolah segera melakukan perbaikan proses agar hasil akhir
yang dicapai sesuai dengan yang diharapkan.
Upaya pengembangan budaya sekolah mengacu pada beberapa prinsip berikut ini:
a. berfokus pada visi, misi, dan tujuan sekolah;
b. penciptaan komunikasi formal dan informal antarwarga sekolah;
c. memperhitungkan risiko yang harus ditanggung dengan adanya perubahan;
d. menggunakan strategi yang jelas dan terukur;
e. memiliki komitmen yang kuat dari seluruh stakeholder;
f. mengevaluasi keterlaksanaan dan keberhasilan budaya sekolah.
22
PROGRAM KERJA
SEKOLAH BERASRAMA DI PAPUA
TAHUN 2017 – 2018
A. KEAGAMAAN
1. IMTAQ
N URAIAN PROGRAM SASARAN INDIKATOR WAKTU Penanggung Keterangan
O. KEBERHASILAN PELAKSANA jawab
AN
1 Pelaksanaan kebaktian Peserta Peserta didik ibadah dengan Harian Pendeta/Bruder Doa Pagi : 05.00 – 05.15
(ibadah pagi, siang, dan didik tertib dan teratur. /Suster Doa Malaikat Tuhan :
malam) di ruang Guru agama 12.00 – 12.15
kebaktian Pembina Doa/Ibadah Malam : 21.00
asrama – 21.30
2 Pelaksanaan ibadah Peserta Peserta didik dapat Sabtu Pendeta/Bruder Sabtu Sore/Minggu Pagi
minggu didik beribadah dengan baik Sore/Minggu /Suster atau disesuaikan dengan
Pagi Guru agama jadwal ibadah gereja
Pembina
asrama
B. KEDISIPLINAN
1. TATA TERTIB SISWA
N URAIAN PROGRAM SASARAN INDIKATOR WAKTU Penanggung Keterangan
O KEBERHASILAN PELAKSANA jawab
AN
1 Pembinaan Mental Peserta Peserta didik memiliki sikap Awal semester Kepala asrama Kerjasama dengan
Disiplin didik tertib dan disiplin dalam Pembina TNI/POLRI
menjalani kehidupan asrama
berasrama sehari-hari. Pimpinan
TNI/POLRI
2 Pengenalan kegiatan Peserta Peserta didik baru dapat Masa Orientasi Kepala asrama Panitia MOPDB dari unsur
dan tata tertib asrama didik baru memahami dan melaksanakan Peserta Didik Pembina guru dan OSIS
23
kegiatan serta tata tertib Baru asrama
asrama. (MOPDB) OSIS
3 Penyebaran informasi Kamar Peserta didik memahami dan Awal semester Kepala asrama Berupa selebaran yang
mengenai tata tertib dan peserta dapat melaksanakan tata atau setiap Pembina ditempel di setiap kamar.
kegiatan asrama sehari- didik tertib serta tata cara adanya asrama
hari kehidupan berasrama tanpa perubahan OSIS
harus selalu diingatkan atau Pengurus
ditegur oleh pembina asrama. asrama
2. PENINGKATAN DISIPLIN KEHIDUPAN ASRAMA
N URAIAN PROGRAM SASARAN INDIKATOR WAKTU Penanggung Keterangan
O KEBERHASILAN PELAKSANA jawab
AN
1 Mematikan lampu, AC, Peserta Peserta didik Harian Pembina Melibatkan peserta didik
menutup kran air, dan didik melaksanakannya untuk asrama yang piket
mengunci pintu bila penghematan listrik dan Pengurus
hendak keluar asrama. keamanan kamar. asrama
Peserta didik
2 Menyiapkan kebutuhan Peserta Tidak ada peserta didik yang Harian Peserta didik Dilakukan mandiri
dan peralatan selama didik kembali ke asrama pada saat
KBM di kelas. KBM berlangsung dengan
alasan mengambil barang
yang ketinggalan.
3 Pengembalian barang Peserta Peserta didik memiliki sikap Harian Pembina Milik orang lain
yang dipinjam setelah didik bertanggung jawab terhadap asrama Milik sekolah
selesai digunakan. barang yang dipinjam. Pengurus
barang
4 Pemeriksaan kegiatan Peserta Tidak ditemukan lagi barang Hari tertentu Pembina Rutin
malam dikamar peserta didik terlarang di setiap kamar pada Saat asrama Inspeksi mendadak
didik dan barang-barang peserta didik maupun di peserta didik Keamanan
yang dilarang di asrama. lingkungan asrama. sedang tidak
berada di
24
kamar
5 Penilaian jam malam Peserta Peserta didik mampu Harian Pembina I. Pukul 23.00 - 24.00
didik mengatur waktu belajar asrama II. Pukul 24.00 – 01.00
dengan baik dan tidur tepat Pengurus
waktu agar tidak mengantuk asrama
di kelas.
6 Tertib pergi dan atau Peserta Peserta didik keluar dari dan Harian Kepala asrama Kembali ke asrama
kembali ke asrama didik kembali ke asrama wajib Pembina maksimum pukul 22.00.
melapor asrama
Keamanan
3. ORIENTASI ASRAMA BERSAMA OSIS
1 Orientasi asrama kepada Peserta Peserta didik mengenal Masa orientasi Kepala asrama Dilakukan pada waktu
peserta didik baru didik baru penanggungjawab asrama dan peserta didik Pembina khusus
kelas pengurus OSIS beserta bidang baru asrama
kerjanya masing-masing. (MOPDB) OSIS
Pengurus
asrama
4. BEDAH KAMAR
1 Kedisiplinan kamar Peserta Kamar peserta didik selalu Harian Pembina Kamar dalam keadaan
didik bersih dan tertata rapi dengan asrama bersih dan rapi
barang-barang pribadi Pengurus
secukupnya. asrama
2 Gerakan kerja bakti Peserta Kebersihan di lingkungan Tiga bulan Kepala asrama Gerakan kerja bakti pada
didik asrama selalu terjaga. sekali Pembina minggu tidak pulang
asrama mencakup kebersihan
OSIS fasilitas umum seperti
Pengurus ruang makan, meja makan,
asrama taman asrama, koridor, dan
lingkungan asrama.
3 Penilaian kebersihan Peserta Kamar peserta didik Satu bulan Pembina Penilaian mengacu pada
dan kerapihan kamar didik memperoleh nilai maksimal sekali asrama SOP
25
untuk kebersihan kamar dan Pengurus
kerapihan kamarnya selalu asrama
terjaga.
C. PEMBINAAN
1. PEMBINAAN HARIAN
N URAIAN PROGRAM SASARAN INDIKATOR WAKTU Penanggung Keterangan
O KEBERHASILAN PELAKSANA jawab
AN
1 Pendisiplinan diri Peserta Terlaksananya salat fardu Harian Pembina Mengingatkan disiplin
didik berjamaah di masjid dan/atau asrama dalam waktu ibadah,
muslim dan kebaktian di kelas dengan Pengurus mendampingi peserta didik
non-muslim tertib dan tepat waktu. asrama untuk salat berjamaah di
Syekh/Bruder/ masjid dan/atau kebaktian.
suster/Pendeta
2 Apel makan Peserta Terlaksananya kegiatan apel Harian Pembina Pembina asrama
didik makan pagi dan apel makan asrama memimpin pelaksanaan
malam di ruang makan tepat apel makan pagi dan apel
waktu. makan malam asrama.
3 Apel pagi Peserta Terlaksananya apel pagi Harian Pembina Pembina asrama
didik asrama tepat waktu. asrama mendampingi dan
mengawasi pelaksanaan
apel pagi asrama
4 Pemantauan Peserta Terlaksananya pemantauan Jadwal tutorial Pembina Pemantauan secara
pendalaman didik yang pendalaman materi/tutorial asrama langsung dan tidak
materi/tutorial. mengikuti sesuai jadwal dan diikuti oleh langsung
pendalaman peserta didik yang terdaftar.
materi/
tutorial
5 Senyum Salam Sapa Umum Terjalinnya hubungan yang Harian Semua guru Menegur jika menemukan
baik yang beretika dengan Guru piket siswa yang kurang etika
warga sekolah, orang tua dan
tamu
26
2. NON HARIAN
5 Pelaksanaan ekstra Peserta Terlaksananya kegiatan ekstra Minggu tidak Pembina Diikuti oleh seluruh
kurikuler di minggu didik kurikuler oleh peserta didik pulang asrama siswa kelas 10 dan 11
tidak pulang yang terdaftar. Penmbina Pendalaman materi untuk
ekstra persiapan SNPTN dan
kurikuler Olimpiade
6 Bangun sahur Peserta Terlaksananya makan sahur Satu minggu Pembina Membangunkan dan
didik yang bagi peserta didik yang akan dua kali (senin asrama mengajak sahur bersama
berpuasa berpuasa sunah. dan kamis)
sunah
7 Izin kepentingan Peserta Peserta didik yang Harian Pembina Permintaan izin keluar
didik mendapatkan izin keluar asrama asrama 2 hari sebelumnya
hanya yang memiliki Izin secara tertulis
kepentingan dan terpantau. Melaporkan setelah selesai
8 Konsultasi Klinis Peserta Menemukan solusi bersama. Insidental Psikolog Melayani konsultasi
didik Pembina akademik dan pribadi
asrama Konsultasi khusus dengan
Wali kelas izin dan persetujuan
Guru BK
Guru mapel
9 Penegakkan tata tertib Peserta Peserta didik menyadari Rutin dan Kepala Razia serentak pada saat
didik kesalahannya dan tidak Insidental sekolah jam belajar
mengulangi pelanggaran. Wakil bidang Razia malam di asrama
kesiswaan
Wali kelas
Guru
Pembina
asrama
27
10 Penguatan Karakter Warga Seluruh warga sekolah Setiap hari Kepala Upacara bendera setiap
nasionalisme sekolah mengikuti upacara dengan Senin sekolah Senin minggu ke 1 dan 3
hikmat Wakil Pembinaan wali kelas
kesiswaan pada minggu ke 2 dan 4
Wali kelas
D. KEKELUARGAAN
1. DI ASRAMA
N URAIAN PROGRAM SASARAN INDIKATOR WAKTU Penanggung Keterangan
O KEBERHASILAN PELAKSANA jawab
AN
1 Pembentukan pengurus Pengurus Terbentuknya kepengurusan Setelah Kepala sekolah Seluruh warga sekolah ikut
asrama yang disahkan asrama asrama putra dan putri. pemilihan memilih pengurus
oleh kepala sekolah. ketua OSIS
2 Pengenalan pengurus Peserta Peserta didik mengenal Semester awal Wakil bidang Dilakukan secara serentak
OSIS dan asrama . didik baru pengurus asrama beserta tahun ajaran kesiswaan
tanggung jawab di bidangnya baru Pembina OSIS
masing-masing. Pembina
asrama
3 Asrama ramah Peserta Terbangun interaksi dan Bulanan Pengurus Dilakukan kegiatan rutin
didik komunikasi yang baik antara asrama untuk keakraban
pengurus dengan anggota dan
antaranggota asrama.
4 Peringatan ulang tahun Peserta Peserta didik dapat saling Satu Bulan Pengurus Dilakukan pada hari
bersama peserta didik didik mengakrabkan diri dan satu kali asrama Minggu tidak pulang
pada bulan yang sama. mendapatkan penghargaan
pada hari kelahirannya.
2. PERTEMUAN PER-ANGKATAN
1 Pertemuan angkatan. Peserta Peserta didik baru lebih cepat Awal semester Wakil bidang Dilakukan acara dalam satu
didik baru mengenal dan mengakrabkan tahun ajaran kesiswaan hari untuk keakraban
28
diri dengan kakak kelas per- baru Pembina OSIS
angkatan. Pembina
asrama
Ketua OSIS
Ketua
angkatan
2 Malam keakraban warga Peserta Terjaga tali silaturahmi antar Setiap Kepala Diadakan acara khusus ke
sekolah didik warga sekolah semester sekolah luar sekolah
Wakil kepala
sekolah
Pembina
asrama
Pengurus
asrama
3. FRESH SUNDAY
1 Olahraga pagi keliling Peseta didik Peserta didik mengenal Setiap bulan Wakil bidang Mengenalkan lingkungan
lingkungan sekolah masyarakat di sekitar sekolah kesiswaan sekolah sambil berolah
Guru olah raga
raga
Pembina
asrama
2 Bakti sosial Peserta Terlaksananya kegiatan bakti Satu mester Kepala Bakti social bisa berupa
didik sosial sekali sekolah kegiatan di sekolah atau di
Wakil kepala luar sekolah
sekolah
Pembina
asrama
4. PENDIDIKAN EKONOMI KREATIF
1 Kantin Kujujuran Peserta Menghasilkan keuntungan Sesuai jadwal Wakil kepala Di koperasi sekolah
didik ekonomis. piket sekolah
Pembina OSIS
29
Tim ekonomi
kreatif
30
BAB III
PERENCANAAN, PELAKSANAAN, DAN EVALUASI PENGEMBANGAN BUDAYA
DI SEKOLAH BERASRAMA
Dalam suatu organisasi, tidak terkecuali sekolah berasrama harus menerapkan sistem
manajemen modern dalam upaya mencapai tujuan. Pada dasarnya sistem manajemen
yang efektif meliputi beberapa unsur yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan
(acting), dan evaluasi (evaluating). Tahap perencanaan perlu dilakukan oleh seluruh
komponen sekolah untuk secara bersama-sama dan bersinergi merancang upaya untuk
mencapai tujuan.
31
dan diterapkan ke dalam kurikulum. Berbagai pihak tersebut secara bersama-sama
bersinergi untuk mencapai tujuan yang disepakati bersama.
35
2) Menetukan biaya yang minimum dalam arti bahwa penentuan tarif biaya
disini adalah untuk mendidik para penghuni asrama agar dapat bertanggung
jawab, mandiri dan menghargai diri.
3) Menentukan waktu pembayaran sewa
4) Mengatur atau memberi sanksi kepada penghuni asrama yang melanggar
peraturan.
b. Menyusun rencana anggaran belanja untuk pengelolaan pertahun, misalnya:
1) Menentukan besarnya biaya untuk pemeliharaan gedung asrama
2) Menentukan besarnya biaya untuk menjaga kebersihan gedung dan halaman
asrama sekolah termasuk peralatannya.
c. Membuat peraturan yang berkaitan dengan keamanan asrama sekolah, misalnya:
1) Kunci kamar harus disimpan di kantor asrama.
2) Masing-masing para penghuni asrama sekolah harus memiliki gmbok/kunci
almari sendiri dan anak kunci di bawa sendiri-sendiri oleh penghuni asrama.
3) Membuat jadwal piket jaga asrama sekolah secara bergiliran selama 24 jam,
dimana masing-masing 6 jam.
d. Menyusun peraturan yang berkaitan dengan hak dan kewajiban petugas
pelaksana termasuk pembantu-pembantunya.
5. Siswa
Sekolah berasrama mampu menampung siswa dari berbagai latar belakang yang
tingkat heterogenitasnya tinggi. Siswa berasal dari berbagai daerah yang mempunyai
latar belakang sosial, budaya, tingkat kecerdasan, kempuan akademik yang sangat
beragam. Kondisi ini sangat kondusif untuk membangun wawasan nasional dan siswa
terbiasa berinteraksi dengan teman-temannya yang berbeda sehingga sangat baik bagi
anak untuk melatih kecerdasan siswa dan menghargai pluralitas.
37
5. Pembiayaan
Dalam setiap penyelenggaraan program apa pun termasuk program sekolah
berasrama tentu memerlukan pembiayaan. Pembiayaan dapat diperoleh dari berbagai
sumber. Pemerintah harus konsen dengan pengembangan sekolah berasrama sehingga
wajib mengalokasikan anggaran melalui APBN maupun APBD di samping sekolah
mencari sumber dana dari pihak lain yang tidak mengikat. Kebijakan pemerintah
untuk mendukung program sekolah berasrama sangat diperlukan mengingat sekolah
berasrama berperan sangat strategis dalam pembangunan. Hal penting yang harus
dilakukan oleh sekolah adalah melaksanakan pengelolaan biaya berdasarkan prinsip
swakelola. Artinya, diutamakan agar sekolah mengelola sumber daya yang ada untuk
memperoleh dana kegiatan. Misalnya sekolah yang menyelenggarakan program
pertanian dapat mendorong sekolah berasrama untuk mengolah hasil pertanian hingga
dapat berproduksi untuk membiayai sekolah dan sekolah berasrama itu sendiri
sehingga tidak memberatkan siswa.
Dana yang berasal dari berbagai sumber direncanakan untuk pelaksanaan program
pemberdayaan, penyadaran dan penguatan peran sekolah berasrama dalam
masyarakat. Monitoring dan evaluasi dapat dilakukan oleh pihak internal maupun
eksternal. Monitoring dan evaluasi biaya rutin dilakukan agar pengelolaan biaya
secara transparan dan akuntabel. Penggunaan anggaran harus luwes tetapi berbasis
kegiatan dan bukan berbasis administrasi semata.
6. Peraturan
Penyelenggaraan sekolah berasrama dapat berlangsung dengan baik jika terdapat
peraturan yang mampu mendukung pelaksanaan program tersebut. Pemerintah pusat
dan daerah wajib membuat regulasi yang berpihak untuk pengembangan sekolah
berasrama. Peraturan harus jelas dan tegas sehingga dapat menjadi acuan untuk
sekolah penyelenggara agar dapat mencapai program yang ditentukan.
Sekolah penyelenggara dapat membuat peraturan yang tidak bertentangan dengan
aturan yang lebih tinggi tetapi peraturan yang lebih tinggi harus bersifat luwes dan
akomodatif. Agar peraturan dapat jelas maka pemerintah pusat dan daerah harus
membuat Prosedur Operasional Standar (POS) yang dapat menjadi acuan bagi
sekolah penyelenggara dalam menggunakan anggaran. Dengan demikian, peraturan
yang dibuat tidak boleh hanya menguntungkan sepihak terutama pada sekolah
penyelenggara tetapi dapat memperkuat eksistensi sekolah berasrama.
38
B. Pelaksanaan Pengembangan Budaya Sekolah Berasrama
Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan siswa secara terus menerus dan
konsisten setiap saat. Contoh kegiatan ini adalah upacara pada hari besar kenegaraan,
pemeriksaan kebersihan badan (kuku, telinga, rambut, dan lain-lain) setiap hari Senin,
beribadah bersama atau shalat bersama setiap dhuhur (bagi yang beragama Islam) dan
39
agama lain menyesuaikan, berdoa waktu mulai dan selesai pelajaran, mengucap salam
bila bertemu guru, tenaga kependidikan, atau teman.
b. Kegiatan spontan
Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang dilakukan secara spontan pada saat itu juga.
Kegiatan ini dilakukan biasanya pada saat guru dan tenaga kependidikan yang lain
mengetahui adanya perbuatan yang kurang baik dari siswa yang harus dikoreksi pada
saat itu juga. Apabila guru mengetahui adanya perilaku dan sikap yang kurang baik
maka pada saat itu juga guru harus melakukan koreksi sehingga siswa tidak akan
melakukan tindakan yang tidak baik itu. Contohnya jika mendapati siswa membuang
sampah tidak pada tempatnya, berteriak-teriak sehingga mengganggu pihak lain,
berkelahi, memalak, berlaku tidak sopan, mencuri, dan atau berpakaian tidak senonoh
maka perlu segera ditindak sesuai dengan kadar penyimpangannya. Kegiatan spontan
berlaku untuk perilaku dan sikap siswa yang tidak baik untuk diberikan hukuman. Bagi
siswa yang berperilaku baik perlu diberikan penghargaan seperti memperoleh nilai
tinggi, menolong orang lain, memperoleh prestasi dalam olah raga atau kesenian, berani
menentang atau mengkoreksi perilaku teman yang tidak terpuji.
c. Keteladanan
Keteladanan adalah perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan dalam
memberikan contoh terhadap tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan
menjadi panutan bagi siswa untuk mencontohnya. Jika guru dan tenaga kependidikan
yang lain menghendaki agar siswa berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai
budaya dan karakter maka guru dan tenaga kependidikan yang lain adalah orang yang
pertama dan utama memberikan contoh berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-
nilai itu. Misalnya, berpakaian rapi, datang tepat pada waktunya, bekerja keras, bertutur
kata sopan, kasih sayang, perhatian terhadap siswa, jujur, menjaga kebersihan, dan
sebagainya.
d. Pengkondisian
Untuk mendukung keterlaksanaan penguatan pendidikan karakter maka sekolah harus
dikondisikan sebagai pendukung kegiatan itu. Sekolah harus mencerminkan kehidupan
40
nilai-nilai budaya dan karakter yang diinginkan. Misalnya, toilet yang selalu bersih, bak
sampah ada di berbagai tempat dan selalu dibersihkan, sekolah terlihat rapi dan alat
belajar di tempatkan dengan teratur.
f. Kegiatan Ekstrakurikuler
Ekstrakurikuler di sekolah merupakan media siswa untuk berekpresi sesuai dengan
minat dan bakatnya. Di setiap sekolah ada sederet daftar kegiatan tambahan
ekstrakuriluler atau yang disingkat dengan sebutan ekskul yang diizinkan sekolah
dengan siswa sekolah atau sebagai anggotanya. Manfaat, fungsi dan tujuan
diadakannya kegiatan ekskul secara positif yang dapat mengasah kemampuan, daya
kreativitas, jiwa sportivitas, meningkatkan raa percaya diri, dan lain sebagainya.
Akan lebih baik lagi apabila mampu memberikan prestasi yang gemilang di luar
sekolah sehingga dapat mengharumkan nama sekolah. Walaupun secara akademis
nilai dari ekstrakurikuler tidak mempengaruhi prestasi belajar misalnya naik kelas,
41
namun kegunaannya jauh lebih bermanfaat daripada tidak melakukan banyak hal di
luar jam belajar. Berikut ini adalah nama-nama ekskul yang umumnya ada di institusi
pendidikan formal, yakni :
A. Ekstrakurikuler Pramuka
Ekstrakurikuler Pramuka merupakan kegiatan ekstrakurikuler wajib sesuai dengan
kurikulum 2013. Sebagai ekskul wajib, maka setiap siswa diwajibkan untuk
mengikuti kegiatan pramuka. Kegiatan kepramukaan dapat dilakukan melalui minat,
aktualisasi, dan blok. Pembentukan kepribadian dengan karakter lengkap menjadikan
pramuka sebagai pilihan untuk diberikan kepada seluruh siswa. Dalam ekskul prmuka,
minat siswa dapat disalurkan dalam berbagai Satuan Karya (SAKA) yaitu:
- SAKA Bumi
- SAKA Dirgantara
- SAKA Husada
- SAKA Bhayangkara
- SAKA Bahari
42
D. Ekstrakurikuler Seni Musik meliputi:
- Band
- Paduan Suara
- Drumband / Marchingband
- Kesenian daerah
43
2. Evaluasi program pengembangan budaya sekolah berasrama
a. Strategi evaluasi
Budaya sekolah adalah pengetahuan dan hasil karya cipta komunitas sekolah yang
berusaha ditransformasikan kepada siswa, dan dijadikan pedoman dalam setiap
tindakan komunitas sekolah. Pengetahuan dimaksud mewujud dalam sikap dan
perilaku nyata komunitas sekolah, sehingga menciptakan warna kehidupan sekolah
yang bisa dijadikan cermin bagi siapa saja yang terlibat di dalamnya. Untuk itu
kegiatan evaluasi sangat penting dalam suatu program karena dapat mengetahui
efektifitas pelaksanaan program terkait dengan tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini
merupakan bagian dari sistem penjaminan mutu.
b. Obyek evaluasi
Dalam melakukan evaluasi perlu diperhatikan rambu-rambu untuk melakuan evaluasi
terhadap beberapa hal pokok yaitu:
1) Ketercapaian visi, misi, dan tujuan sekolah dalam memberikan landasan filosofis
maupun operasional program pengembangan budaya di sekolah berasrama
2) Ketercapaian program pengembangan budaya di sekolah berasrama yang telah
disepakati bersama seluruh stakeholder
3) Efektivitas manajerial dalam melaksanakan pengembangan budaya di sekolah
berasrama
4) Tercukupinya daya dukung untuk program pengembangan budaya di sekolah
berasrama
5) Kenampakan hasil program melalui aktivitas dan perilaku seluruh warga sekolah
saat dan setelah melaksanakan program
6) Partisipasi seluruh stakeholder (pemerintah, sekolah, pengawas, dan masayarakat
dalam mendukung program
45
Pemerintah pusat dapat melakukan monitoring dan mengevaluasi kebijakan yang
terkait dengan peyelenggaraan sekolah berasrama secara keseluruhan termasuk
di dalamnya pengembangan budaya sekolah dalam 1 (satu) tahun sekali
b. Pemerintah provinsi
Pemerintah provinsi melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kebijakan
yang menyangkut pengembangan budaya di sekolah berasrama secara rutin
dalam tiap semester 1 (satu) kali
c. Pemerintah kota/kabupaten
Pemerintah kota/kabupaten melakukan evaluasi penyelenggaraan program
pengembangan sekolah berasrama yang menjadi tanggung jawabnya baik secara
rutin maupun spontan
d. Pengawas sekolah
Pengawas sekolah melakukan evaluasi terhadap program pengembangan budaya
di sekolah berasrama secara rutin melakukan pembinaan pada sekolah
e. Sekolah
Kepala sekolah bersama warga sekolah melakukan evaluasi rutin setiap tahun
dalam rapat kerja atau tiap akhir semester tentang pelaksanaan program. Evaluasi
spontan dapat dilakukan manakala terdapat pelaksanaan program yang dianggap
belum sesuai dengan target yang ditetapkan.
46
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pengembangan budaya sekolah berasrama:
1.Melestarikan tradisi budaya yang sudah baik
2.Menekankan budaya bersih, kerja keras, adaptif, dan pendirian teguh
3.Menegakkan aturan secara tegas, jelas, dan berkesinambungan
4.Semua stakeholder harus memiliki pemahaman yang sama dalam menerapkan budaya
sekolah berasrama
5.Adanya sosialisasi mengenai regulasi tentang pengembangan budaya sekolah
berasrama.
6.Memberikan reward atau punishment atas ketaatan maupun pelanggaran tata tertib
sekolah berasrama
7.Pengelola sekolah menjadi teladan bagi siswa dan masyarakat.
B. Saran
Hal yang dapat disarankan meliputi:
1. Model pengembangan budaya pada sekolah berasrama ini hendaknya menjadi acuan
dalam mengelola pengembangan budaya sekolah berasrama dari berbagai jenjang
untuk daerah 3T.
2. Pemerintah Daerah dan pemerintah Pusat hendaknya memberikan bimbingan teknis
terhadap pelaksanaan pengembangan budaya di sekolah berasrama
3. Hendaknya sekolah dan Pemerintah baik pusat maupun daerah melakukan evaluasi
pelaksanaan pengembangan budaya sekolah berasrama minimal sekali dalam setahun.
4. Pengelola sekolah wajib menjadi teladan bagi siswa dan masyarakat.
5. Budaya tanggung jawab, disiplin, mandiri, cinta tanah air, dan peduli lingkungan
hendaknya dilaksanakan melalui tahap sosialisasi, implementasi, dan evaluasi.
47
PUSTAKA ACUAN
Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta
Daryanto dan Darmiatun, S. 2013. Administrasi dan Manajemen Sekolah, Jakarta: Rineka
Cipta
Mulyasa, E. 2013. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara
www.vedcmalang.com
48