Anda di halaman 1dari 48

MODEL

PENGEMBANGAN BUDAYA SEKOLAH BERASRAMA


DI DAERAH PAPUA

PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN


BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2017

1
Tim Pengembang Model Pembelajaran di Sekolah Berasrama

Pengarah : Dr. Awaluddin Tjalla

Penanggung Jawab : Dr. Suprananto

Pokja : 1. Maria Chatarina


2. Nina Purnamasari
3. Sujatmiko

Kontributor :

2. Dr. Elvi Usmirawati (SMAN Husni Thamri Jakarta)

3. 2. Dr. Sri Sulastri (SMPN 49 Jakarta)


Dr. Solikhin (SDN 3 Menteng Jakarta)
4.
Dr. Muchlas Suseno (Universitas Negeri Jakarta)
5.

6. Drs. Puji Raharjo, M.Pd (SMAN 96 Jakarta)


Drs. S. Tampubolon (SMAN 96 Jakarta)
7.

8. Drs. Sapto Sugiharto (SMPIT Insan Mandiri Bogor)


Dra. Amru Asykari (SMAIT Insan Cendekia Madani Bogor)
9.
Dra. Harini Susilomurti (SMPN 139 Jakarta)
10.
Dra. Dewi Meriani (SMAN 33 Jakarta)
11.
Drs. Edi Kusyanto (SDN 1 Menteng Jakarta)
12.
Eldio Meilano (Pustekkom Jakarta)
13.
Budiharta, S.IP
14.
Drs. Heru Setyono
15.

16. Drs. Suherman

17. Drs. Sulhi

18. Dra. Mutiara Panjaitan, M. Pd

2
KATA PENGANTAR

Berdasarkan Permendikbud Nomor 1 Tahun 2015 tentang Organisasi dan


Tata Kelola, Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud memiliki
tugas melaksanakan penyiapan bahan kebijakan teknis pengembangan kurikulum,
pengembangan dan pengendalian mutu perbukuan, dan pengembangan
pembelajaran.Dalam melaksanakan tugas tersebut, Pusat Kurikulum dan
Perbukuan menyelenggarakan fungsi: (1) penyiapan bahan kebijakan teknis
pengembangan kurikulum, pengembangan dan pengendalian mutu perbukuan,
dan pengembangan pembelajaran; (2) pengembangan kurikulum; (3)
pengembangan perbukuan dan pengendalian mutu perbukuan; (4) pengembangan
pembelajaran; (5) pengelolaan informasi pengembangan kurikulum,
pengembangan dan pengendalian mutu perbukuan, dan pengembangan
pembelajaran; (6) koordinasi dan fasilitasi pengembangan kurikulum,
pengembangan dan pengendalian mutu perbukuan, dan pengembangan
pembelajaran; (7) pemantauan, evaluasi, dan laporan pelaksanaan pengembangan
kurikulum, pengembangan dan pengendalian mutu perbukuan, dan
pengembangan pembelajaran; dan (8) pelaksanaan administrasi Pusat.
Implementasi dari tugas dan fungsi tersebut didukung oleh Bidang Kurikulum,
Bidang Pembelajaran, Bidang Perbukuan, dan Bagian Tata Usaha.
Sejalan dengan Rencana dan Strategi (RENSTRA) Balitbang dan Puskurbuk,
program dari kegiatan tahun 2017 dititikberatkan pada terselenggaranya
pengembangan kurikulum, sistem pembelajaran, dan buku pelajaran serta
tersusunnya kurikulum dan metode pendidikan karakter pada jenjang pendidikan
pra sekolah, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Kegiatan yang
dilakukan di Bidang Kurikulum antara lain kurikulum yang dikembangkan, model
kurikulum, dan kurikulum berbasis daerah. Kegiatan di Bidang Pembelajaran
yaitu silabus pembelajaran yang dikembangkan, model pembelajaran, dan bahan
ajar berbasis daerah. Kegiatan di Bidang Perbukuan yaitu buku teks pelajaran
yang direvisi,model buku teks pelajaran yang dikembangkan, buku sayembara,
serta buku dan sarana pembelajaran yang diterjemahkan. Sedangkan kegiatan di
Bagian Tata Usaha mencakup penyusunan dokumen perencanaan dan
kepegawaian, serta penyusunan dokumen keuangan dan rumahtangga
Sebagai bentuk akuntabilitas, perlu disusun Laporan Akhir Kegiatan Pusat
Kurikulum dan Perbukuan Tahun Anggaran 2017. Semoga laporan kegiatan ini
dapat memberikan manfaat bagi stakeholders terkait, baik untuk tahun anggaran
yang berjalan maupun untuk perencanaan tahun selanjutnya.

Jakarta, Desember 2017


Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan

Dr. Awaluddin Tjalla


NIP.196011121985031001

3
RINGKASAN

Visi pembangunan jangka menengah 2015-2020 adalah untukmewujudkan


Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan
gotong royong. Untuk mencapai visi tersebut, diperlukan pembangunan
tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya,
membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah
dan desa, kawasan timur Indonesia (KTI) dan kawasan perbatasan dalam
kerangka negara kesatuan, meningkatkan kualitas hidup manusia
Indonesia, meningkatkan produktiftas rakyat dan daya saing di pasar
internasional, melakukan revolusi karakter bangsa, serta memperkuat
pendidikan kebhinekaan dan restorasi sosial Indonesia.

Salah satu permasalahan geografis dan kependudukan di daerah KTI dan


kawasan perbatasan, terutama Papua adalah akses ke pusat-pusat
pendidikan seperti jarak rumah siswa ke sekolah yang cukup jauh atau
memerlukan waktu tempuh yang lama dikarenakan kondisi jalan belum
baik dan kurangnya transportasi public sehingga penyelenggaraan
pendidikan lebih efektif dilaksanakan dalam bentuk sekolah berasrama.
Untuk itu, Pusat Kurikulum dan Perbukuan mengembangkan model
pendidikan pada sekolah berasrama yang meliputi model pengelolaan,
model program pembudayaan dan model pembelajaran pada sekolah
berasrama yang efektif dan berbasis komunitas melalui penerapan strategi
dan pengelolaan pembelajaran terpadu di kelas, sekolah dan asrama, serta
penguatan pendidikan karakter dan/atau kemadirian siswa melalui
pengembangan keteladanan dan budaya sekolah serta membangun
kerjasama kehidupan asrama dengan masyarakat.
Model pembelajaran sekolah berasrama berisi uraian dan penjelasan
tentang perencanaan, pendekatan, strategi, teknik, metode pembelajaran
yang meliputi model silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),
bahan ajar dan sumber belajar lainnya lebih sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan sekolah dan peserta didik, terutama untuk konteks Papua

4
sebagai bagian dari penyelenggaraan layanan pendidikan pada sekolah
berasrama secara berkelanjutan.
Model program pembudayaan sekolah berasrama berisi uraian dan
penjelasan tentang pengembangan pendidikan karakter bagi semua warga
sekolah yang meliputi nilai-nilai religius, kejujuran dan integritas, toleran,
disiplin, bekerja keras, kreatif dan mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif,
cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan
bertanggungiawab serta nilai-nilai lainnya yang sesuai dengan kearifan
local. Program pembudayaan dilaksanakan dalam bentuk keteladanan,
pembiasaan, pemberian penghargaan, serta program rutindan incidental,
sebagai bagian dari penyelenggaraan layanan pendidikan pada sekolah
berasrama secara berkelanjutan.
Model pengelolaan sekolah berasrama berisi uraian dan penjelasan tentang
pengelolaan kurikulum dan pembelajaran, sarana dan prasarana, kalender
pendidikan di sekolah, di kelas dan di asrama, pendidik dan tenaga
kependidikan, muatan lokal, pengembangan potensi daerah serta tata tertib
dan kode etik pada sekolah berasrama serta model dukungan pemerintah,
daerah dan masyarakat dalam menyelenggarakan layanan pendidikan pada
sekolah berasrama secara berkelanjutan.
Semoga gagasan-gagasan yang terkandung dalam model ini dapat
memberikan manfaatataupun sebagai acuan, pedoman, panduan dan
sumber inspirasi bagi daerah dan sekolah dalam merancang,
mengembangkan dan menyelenggarakan pembelajaran yang sesuai dengan
nilai budaya nasional dan kearifan lokal pada sekolah berasrama serta
meningkatkan wawasan dan pengetahuan bagi berbagai stakeholder dalam
memahami konsep pembelajaran di sekolah berasrama.

5
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………………… i


Daftar isi ………………………………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………. 3


A. Rasional ……………………………………………………………… 3
B. Tujuan ………………………………………………………………. 4
C. Ruang Lingkup ……………………………………………………… 4

BAB II MODEL PENGEMBANGAN BUDAYA SEKOLAH BERASRAMA … 6


A. Konsep Pengembangan Budaya di Sekolah Berasrama …………………. 6
B. Nilai-nilai Budaya yang Dikembangkan di Sekolah Berasrama …………. 8
C. Strategi Pengembangan Budaya di Sekolah Berasrama …………………... 19

BAB III PERENCANAAN, PELAKSANAAN, DAN EVALUASI PENGEMBANGAN


BUDAYA DI SEKOLAH BERASRAMA …………………………………………. 23
A. Perencanaan Pengembangan Budaya di sekolah Berasrama …………………. 23
B. Pelaksanaan Pengembangan Budaya di sekolah Berasrama ………………….. 31
C. Evaluasi Pengembangan Budaya di sekolah Berasrama ………………….. 35

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………….. 37


A. Kesimpulan …………………………………………………………………... 37
B. Saran …………………………………………………………………………… 37

6
BAB I
PENDAHULUAN

1. Rasional
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sedang mengupayakan
membangun pendidikan di daerah perbatasan dan terpencil yang sulit untuk
mendapatkan akses pendidikan. (psma.kemdikbud.go.id). Upaya ini dilakukan karena
selama ini penyelenggaraan pendidikan dianggap belum maksimal dalam mengangkat
konteks sosial dan kondisi geografis yang beragam. Satuan pendidikan yang ada saat
ini cenderung dicirikan oleh penyeragaman karakteristik sekolah. Kecenderungan
tersebut menjadikan layanan pendidikan yang ada kurang sesuai dengan karakteristik
masyarakat yang dilayani dan lingkungan alam tempat satuan pendidikan tersebut
berada.
Nawacita presiden dalam bidang pendidikan, salah satunya yaitu membangun dari
pinggiran. Pinggiran dimaknai sebagai wilayah yang kurang mendapatkan layanan
pendidikan yang memadai sehingga menimbulkan ketimpangan dari aspek keadilan,
kemerataan, dan bermutu. Untuk itu dibangunlah sekolah-sekolah yang memenuhi
aspek keadilan, pemerataan, dan bermutu.
Pinggiran dalam hal ini adalah daerah 3 T mengalami kesulitan di bidang transportasi,
minimnya sekolah di daerah itu, kurang kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan
anaknya. Di samping itu, ada daerah tertentu yang memiliki adat menikahkan anak-
anaknya pada usia sekolah. Adanya tradisi memberdayakan anak untuk membantu
orang tua bekerja di ladang, laut, dsb dalam hal mata pencarian.
Dari latar belakang tersebut, maka muncullah pemikiran untuk mendirikan sekolah
berasrama yang diharapkan dapat memecahkan masalah-masalah tersebut. Kelebihan
sekolah berasrama dapat mengatasi masalah yang terkait dengan geografi, siswa bisa
fokus untuk belajar. Oleh karena itu, sekolah berasrama menjadi sangat strategis
untuk menanamkan dan mengembangkan budaya di sekolah. Hal ini disebabkan
dengan berasrama, akan meminimalisasi terkontaminasi pengaruh lingkungan yang
tidak diharapkan.
Sekolah berasrama yang dimaksud adalah untuk daerah 3T di Provinsi Papua. Sasaran
sekolah berasrama meliputi jenjang pendidikan dasar dan menengah umum tetapi tidak
dirancang untuk sekolah kejuruan (vokasional) apalagi perguruan tinggi.

7
Keberadaan sekolah berasrama ini diharapkan dapat memberikan kesempatan yang
sama bagi anak-anak Indonesia untuk memperoleh layanan pendidikan dan
menciptakan kesetaraan mutu layanan pendidikan antar berbagai wilayah di Indonesia,
yang secara khusus mempertimbangkan karakteristik masyarakat yang dilayani dan
lingkungan setempat. Prioritas pembangunan ini diberikan kepada daerah yang sulit
terjangkau dan kurang mendapatkan layanan pendidikan.
Sekolah berasrama dikembangkan sebagai bentuk kepedulian negara untuk memberikan
layanan pendidikan yang bermutu terhadap seluruh warga negara dalam konteks sosial
yang paling membutuhkan dan secara sengaja terus dikembangkan sampai tumbuh
matang dan mandiri (self-sustaining).
Terkait dengan hal tersebut. Pusat Kurikulum dan Perbukuan memiliki tugas untuk
melaksanakan pengembangan model-model kurikulum dan pembelajaran pada berbagai
satuan pendidikan. Salah satu model yang dikembangkan adalah model pembelajaran di
sekolah berasrama termasuk mengembangkan budaya sekolah.
Diharapkan dengan disusunnya Model Pengembangan Budaya Sekolah Berasrama,
nantinya dapat bermanfaat untuk masyarakat pada daerah 3T agar terlayani dalam
bidang pendidikan, sehingga pemerintah daerah perlu membuka akses dan layanan
pendidikan untuk daerah 3T disesuaikan dengan budaya setempat. Panduan ini
diharapkan dapat menjadi inspirasi penyelenggaraan sekolah berasrama di daerah lain
yang memiliki karakteristik mirip Papua.

2. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan model pengembangan budaya di sekolah berasrama adalah
sebagai panduan dalam pengembangan budaya sekolah berasrama di daerah 3T;

3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Model Pengembangan Budaya di Sekolah Berasrama untuk Tahun 2017:
1. Lingkup jenjang pendidikan adalah tingkat dasar dan menengah
2. Lingkup wilayah adalah daerah 3T yang berada di Kabupaten Keerom, Provinsi
Papua.
3. Lingkup corak sekolah berasrama yaitu: nasionalis- religius.

8
Sekolah bercorak nasionalis-religius merupakan salah satu dari tiga corak sekolah
berasrama (boarding) yang berkembang di Indonesia. Ketiga corak sekolah berasrama
yang berkembang di Indonesia tersebut, yaitu:
1. bercorak agama;
2. nasionalis-religius; dan
3. nasionalis.
Untuk sekolah beasrama yang bercorak agama terbagi dalam banyak corak, ada yang
fundamentalis, moderat, sampai yang agak liberal. Hal ini lebih merupakan representasi
dari corak keberagamaan di Indonesia yang umumnya mengambil tiga bentuk tersebut.
Sekolah berasrama yang bercorak nasionalis cenderung bercorak militer, bertujuan ingin
memindahkan pola pendidikan kedisiplinan di militer ke dalam pendidikan di sekolah
berasrama (boarding). Sedangkan corak nasionalis-religius mengambil posisi pada
pendidikan semi militer yang dipadu dengan nuansa agama dalam pembinaannya di
sekolah.

9
BAB II
MODEL PENGEMBANGAN BUDAYA SEKOLAH BERASRAMA

A. Konsep Pengembangan Budaya di Sekolah Berasrama


1. Konsep Budaya Sekolah Berasrama
Visi pendidikan nasional secara detail adalah menghasilkan insan Indonesia cerdas
secara emosional dan sosial (olah rasa, olah pikir (cerdas secara intelektual), olah
raga (cerdas secara kinestetis), dan kompetitif. Insan kompepetitif pada visi tersebut
yang dimaksud adalah insan yang memiliki keunggulan pengetahuan, keunggulan
keterampilan dan karya.
Visi pendidikan ini berlaku untuk semua lembaga pendidikan di Indonesia tidak
terkecuali untuk daerah-daerah tertinggal atau jauh dari ibukota. Untuk itu perlu
upaya untuk membangun individu-individu yang suka akan keunggulan, memiliki
semangat juang tinggi, pantang menyerah, mandiri, menjadi manusia pembelajar
sepanjang hayat, suka membangun dan membina jejaring, inovatif serta menjadi
agen perubahan, sadar mutu, produktif, dan berorientasi global.
Istilah budaya yang dipetik dari arikel yang berjudul “Membentuk Sikap Siswa
melalui Pengembangan Budaya Sekolah Menurut Implementasi Kurikulum 2013”
(www.vedcmalang.com) menyatakan bahwa budaya erat sekali dengan istilah
kebudayaan. Menurutnya kebudayaan merupakan keseluruhan sistem, gagasan,
tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan miliknya melalui belajar. Hal ini tidak lepas juga dari kebudayaan sekolah
berasrama, yaitu keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia
dalam rangka kehidupan sekolah berasrama yang dijadikan miliknya melalui belajar
dalam lingkungan asrama yang memiliki aturan-aturan yang harus dipatuhi semua
stakeholder sekolah berasrama.
Sedangkan pengembangan budaya sekolah berasrama adalah pengembangan nilai-
nilai dominan yang didukung oleh sekolah berasrama atau falsafah yang menuntun
kebijakan sekolah berasrama terhadap semua unsur dan komponen sekolah
berasrama termasuk pembentukan sikap siswa serta seluruh stakeholders pendidikan,
seperti cara melaksanakan pekerjaan di sekolah berasrama serta asumsi atau
kepercayaan dasar yang dianut oleh warga sekolah yang melingkupi satu asrama.
Pengembangan budaya sekolah berasrama merujuk pada suatu sistem nilai,
kepercayaan dan norma-norma yang diterima secara bersama, serta dilaksanakan
10
dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami, yang dibentuk oleh lingkungan
asrama yang menciptakan pemahaman yang sama di antara seluruh unsur dan
stakeholders sekolah berasrama baik itu pengurus asrama, kepala sekolah, tenaga
pendidik, tenaga kependidikan, siswa, dan masyarakat untuk menciptakan suasana
sekolah yang kondusif bagi seluruh siswa di lingkungan sekolah baik dalam asrama
maupun di luar asrama. Adapun tujuan pengembangan budaya sekolah berasrama
adalah membentuk lulusan yang cerdas, berkarakter, dan kompetitif pada sekolah
berasrama di daerah tertinggal.

2. Manfaat pengembangan budaya sekolah berasrama


Pengembangan budaya sekolah berasrama antara lain adalah pendidikan karakter di
sekolah berasrama. Beberapa manfaat yang bisa diambil dari upaya pengembangan
budaya sekolah berasrama di antaranya:
a. menjamin kualitas proses pendidikan, karena mudah untuk pemantauan;
b. lebih mudah membangun komunikasi melalui pembiasaan maupun keteladanan
setiap saat, karena berada dalam lingkungan asrama;
c. efisiensi waktu untuk menanamkan konsep budaya;
d. lebih mudah memonitoring karena nampak terlihat secara konktrit.
e. menciptakan kebersamaan dan rasa saling memiliki yang tinggi;
f. meningkatkan solidaritas dan rasa kekeluargaan.
g. memudahkan koreksi atas kesalahan untuk segera dapat diperbaiki dalam
lingkungan asrama;
h. menanamkan kemampuan beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan
asrama;

B. Nilai-Nilai Budaya yang Dikembangkan di Sekolah Berasrama


Di sekolah berasrama, nilai budaya yang dikembangkan meliputi 18 nilai karakter
sesuai dengan Perpres No. 87 tahun 2017 tentang penguatan pendidikan berkarakter
(PPK). Pasal 3 menyebutkan PPK dilaksanakan dengan menerapkan nilai-
nilai Pancasila dalam pendidikan karakter terutama meliputi nilai-nilai 1)
religius, 2) jujur, 3) toleran, 4) disiplin, 5) bekerja keras, 6) kreatif, 7)
mandiri, 8) demokratis, 9) rasa ingin tahu, 10) semangat kebangsaan,
11) cinta tanah air, 12) menghargai prestasi, 13) komunikatif, 14) cinta
damai, 15) gemar membaca, 16) peduli lingkungan, 17) peduli sosial, dan
11
18) bertanggungjawab. Untuk itu perlu penguatan pendidikan karakter yang
mempunyai fungsi serta peran yang berupaya mengembangkan, melestarikan, dan
mewariskan berbagai nilai budaya kepada seluruh stakeholder dan khususnya
kepada para siswa di lingkungan asrama.

Tabel 2.1 Diskripsi, Contoh Indikator Nilai-nilai Budaya Sekolah Bersarama

No Nilai Diskripsi Indikator


1. Religius  Beriman kepada  Berdoa sebelum dan sesudah
Tuhan Yang Maha menjalankan setiap perbuatan.
Esa adalah: 'percaya'  Menerima semua pemberian dan
manusia yg beriman keputusan Tuhan Yang Maha Esa
adalah manusia yang dengan ikhlas.
percaya kepada  Berusaha semaksimal mungkin
Tuhan Yang Maha untuk meraih hasil atau prestasi
Esa. yang diharapkan (ikhtiar).
 Berserah diri (tawakal) kepada
Tuhan Yang Maha Esa setelah
selesai melakukan usaha
maksimal (ikhtiar).

 Bertakwa kepada  Menjalankan ibadah sesuai


Tuhan Yang Maha dengan ajaran agama yang
Esa adalah dianutnya.
menjalankan  Memberi salam pada saat awal
perintah dan dan akhir pembelajaran.
menjauhi larangan  Menjaga lingkungan hidup di
Tuhan Yang Maha sekitar rumah tempat tinggal,
Esa. sekolah, dan masyarakat.
 Memelihara hubungan baik
dengan sesama makhluk ciptaan-
Nya
 Menghormati orang lain dalam
menjalankan ibadah sesuai
dengan agamanya.

 Mengucapkan kalimat pujian


 Bersyukur kepada kepada Tuhan Yang Maha Esa
Tuhan Yang Maha atas nikmat dan karunia-Nya.
Esa adalah suatu
 Memanfaatkan kesempatan
perbuatan yang
belajar dengan sebaik-baiknya
bertujuan untuk
untuk meraih kesuksesan dalam
berterima kasih atas
pendidikan.
segala limpahan
 Mensyukuri kekayaan alam
nikmat yang telah
Indonesia dengan

12
Allah SWT berikan. memanfaatkannya semaksimal
mungkin.

2. Jujur Perilaku dapat  Tidak mencontek dalam


dipercaya dalam ujian/ulangan.
perkataan, tindakan,  Tidak mengambil/menyalin
dan pekerjaan. karya orang lain tanpa
menyebutkan sumbernya.
 Mengungkapkan perasaan apa
adanya
 Menyerahkan barang yang
ditemukan kepada yang berhak
 Membuat laporan berdasarkan
data atau informasi apa adanya
 Mengakui setiap kesalahan yang
diperbuat
 Mengakui kekurangan yang
dimiliki
 Menyampaikan informasi sesuai
dengan fakta yang ada.
3. Toleran Sikap dan tindakan  Menghargai teman yang berbeda
yang menghargai pendapat
keberagaman latar  Menerima kesepakatan meskipun
belakang, pandangan, berbeda dengan pendapatnya
dan keyakinan  Dapat menerima kekurangan
orang lain
 Dapat memaafkan kesalahan
orang lain
 Mampu dan mau bekerja sama
dengan siapa pun yang memiliki
keberagaman latar belakang
 Tidak memaksakan pendapat
atau keyakinan pada orang lain.
 Menerima perbedaan dengan
orang lain dalam hal sikap,
perilaku, tradisi, suku, bahasa,
dan agama.

4. Disiplin Tindakan yang  Datang ke sekolah dan pulang


menunjukkan perilaku dari sekolah tepat waktu
tertib dan patuh pada  Patuh pada tata tertib atau aturan
berbagai ketentuan sekolah
dan peraturan.  Mengerjakan setiap tugas yang
diberikan
 Mengumpulkan tugas tepat
waktu
 Mengikuti kaidah berbahasa yang
baik dan benar
 Memakai seragam sesuai dengan

13
ketentuan yang berlaku
 Membawa perlengkapan belajar
sesuai dengan mata pelajaran

5. Kerja keras  Kegiatan yang  Bersungguh-sungguh dalam


dikerjakan secara melaksanakan pekerjaan, sebab
sungguh-sungguh Allah tidak akan memberi
tanpa mengenal kemudahan pada orang yang
lelah atau berhenti malas.
sebelum target  Tidak mudah putus asa bila dalam
kerja tercapai dan bekerja atau belajar menemui
selalu hambatan, tetap berusaha mencari
mengutamakan jalan keluar terhadap masalah
atau yang dihadapi.
memperhatikan  Segera menyelesaikan pekerjaan
kepuasan hasil tidak menunda-nundanya.
pada setiap  Apabila telah berhasil
kegiatan yang memperoleh apa yang
dilakukan. direncanakan, tidak cepat merasa
puas, akan tetapi terus terpacu
untuk lebih kreatif.
 Apabila menghadapi pekerjaan
yang tidak disukai, maka tetap
tekun menyelesaikan pekerjaan
tersebut dengan hati sabar.
 Melakukan pekerjaan dengan
motivasi kuat dan hati senang
sehingga pekerjaan dapat
dilakukan dengan ringan.

6. Kreatif Kemampuan yang  Menyusun gagasan baru


dimiliki seseorang  Menciptakan karya baru
(atau sekelompok  Mampu memecahkan masalah
orang) yang  Pandai, meski tidak harus jenius
memungkinkan dan memiliki kemampuan baik
mereka menemukan atau maksimal dalam
pendekatan- menjalankan ide-idenya.
pendekatan atau  Mempunyai inspirasi dan juga
terobosan baru dalam motivasi dari masalah-masalah
menghadapi situasi yang nyata yang dilihatnya.
atau masalah tertentu  Cenderung untuk kaya akan ide
dalam hidupnya.
 Suka memandang suatu masalah
dari sisi yang berbeda.

14
7. Mandiri Mampu bertindak  Ikut berpartisipasi aktif dalam
sesuai keadaan tanpa kegiatan belajar mengajar.
meminta atau  Sudah dapat memilih sumber
bergantung pada orang belajar sendiri dan mengetahui
lain guna kemana dia dapat menemukan
menghasilkan sesuatu bahan-bahan belajar yang
(barang/jasa) demi diinginkan.
pemenuhan kebutuhan  Dalam proses pembelajaran
hidupnya dan siswa merasa tidak perlu banyak
sesamanya berkomunikasi dengan guru
dalam memecahkan masalah,
jika siswa mengalami kesulitan
dan sulit memecahkan masalah
barulah siswa berkonsultasi pada
guru.
 Sudah dapat menilai tingkat
kemampuan yang diperlukan
untuk melaksanakan
pekerjaannya atau untuk
memecahkan permasalahan yang
dijumpainya dalam
kehidupannya.

8. Demokratis Cara berpikir,  Memilih ketua kelompok


bersikap, dan berdasarkan suara terbanyak.
bertindak yang menilai  Melibatkan warga kelompok
sama hak dan dalam setiap pengambilan
kewajiban dirinya dan keputusan.
orang lain.  Menciptakan suasana
kelas/kelompok yang menerima
perbedaan.
 Mengambil keputusan secara
bersama-sama.
 Menghargai kebebasan dan juga
perbedaan pendapat

9. Rasa ingin Merupakan dorongan  Suka bertanya


tahu untuk mencari tahu  Suka mengamati sesuatu
hal-hal baru, seperti  Tidak puas pada jawaban yang
melalui eksplorasi, ada
investigasi, dan,  antusias mencari jawaban,
belajar.

10. Semangat Sikap bangga terhadap  Rela berkorban untuk


Kebangsaan bangsa dan negara kepentingan nusa dan bangsa
sendiri. Dengan  Menempatkan persatuan,
semangat kebangsaan kesatuan dan keselamatan bansga
yang tinggi, akan dan negara di atas kepentingan
mengalir rasa pribadi dan golongan

15
kesetiakawanan sosial,  Tidak kenal meneyerah
semangat rela  Bangga sebagai bangsa
berkorban, dan dapat Indoenesia
menumbuhkan jiwa  Menghargai perjuangan para
patriotisme. pahlawan
 Menjaga persatuan dan kesatuan

11. Cinta tanah Rasa bangga, rasa  Bangga menjadi orang Indonesia
air memiliki, rasa  Melestarikan Budaya dan adat
menghargai, rasa istiadat
menghormati yang  Menggunakan Produk Lokal
dimiliki oleh setiap (dalam negeri sendiri)
orang pada negara  Tidak melupakan bahasa sendiri
tempat dimana ia  Menjaga serta merawat
tinggal. lingkugan
 Ikut melestarikan kekayaan alam
 Setia kepada Pancasila dan
Undang-undang Negara Republik
Indonesia
 Menghargai sesama suku, agama,
adat, dst
 Rukun dalam kehidupan sosial
yang beragam
 Mengharumkan nama baik
bangsa Indonesia

12. Menghargai Sikap dan tindakan  Berlatih keras untuk meraih


prestasi yang mendorong prestasi dalam olah raga dan
dirinya untuk kesenian.
menghasilkan sesuatu  Hormat kepada sesuatu yang
yang berguna bagi sudah dilakukan guru, kepala
masyarakat dan sekolah, dan personalia sekolah
mengakui, serta  Menghargai hasil kerja
menghormati pemimpin di masyarakat
keberhasilan orang sekitarnya.
lain.  Menghargai hasil karya
masyarakat di sekitarnya.
 Menghargai temuan-temuan para
ahli.
13. Komunikatif Kemampuan  Tidak menyela pembicaraan
berinteraksi dengan orang lain pada waktu yang tidak
pihak lain baik secara tepat
lisan, tulisan maupun  Mengucapkan terima kasih
perbuatan. kepada orang yang membantunya
 Bersikap 3S (salam, senyum,
sapa)
 Meminta ijin ketika akan
memasuki ruangan orang lain

16
atau menggunakan barang milik
orang lain

14. Cinta damai Sikap, perkataan, dan  Melindungi teman dari ancaman
tindakan yang fisik.
menyebabkan orang  Berupaya mempererat
lain merasa senang pertemanan.
dan aman atas  Ikut berpartisipasi dalam sistem
kehadiran dirinya. keamanan sekolah.
 Mengedepankan sikap
musyawarah

15. Gemar Kebiasaan  Membaca buku atau tulisan


membaca menyediakan waktu keilmuan, sastra, seni, budaya,
untuk membaca teknologi, dan humaniora.
berbagai bacaan yang  Membaca koran/majalah
memberikan kebajikan dinding.
bagi dirinya.  Mencari informasi berdasarkan
sumber yang bisa
dipertanggungjawabkan
(Literatif).

16. Peduli Sikap dan tindakan  Mengikuti berbagai kegiatan


lingkungan yang selalu berupaya berkenaan dengan kebersihan,
mencegah kerusakan keindahan, dan pemeliharaan
lingkungan alam di lingkungan.
sekitarnya dan  Merencanakan dan
mengembangkan melaksanakan berbagai kegiatan
upaya-upaya untuk pencegahan kerusakan
memperbaiki lingkungan.
kerusakan alam yang
sudah terjadi.

17. Peduli sosial Sikap dan tindakan  Terlibat aktif dalam bekerja bakti
yang selalu ingin membersihkan kelas atau sekolah
memberi bantuan bagi  Bersedia membantu orang lain
orang lain dan tanpa mengharap imbalan
masyarakat yang  Aktif dalam kerja kelompok
membutuhkan.  Memusatkan perhatian pada
tujuan kelompok
 Tidak mendahulukan
kepentingan pribadi
 Mencari jalan untuk mengatasi
perbedaan pendapat/pikiran
antara diri sendiri dengan orang
lain

18. Tanggung Sikap dan perilaku  Melaksanakan setiap pekerjaan


jawab seseorang untuk yang menjadi tanggung

17
melaksanakan tugas jawabnya.
dan kewajiban yang  Melaksanakan tugas individu
seharusnya dilakukan dengan baik
terhadap diri sendiri  Menerima resiko dari setiap
dan lingkungannya. tindakan yang dilakukan
 Tidak menyalahkan/menuduh
orang lain tanpa bukti yang
akurat
 Mengembalikan barang yang
dipinjam
 Membayar semua barang yang
dibeli
 Mengakui dan meminta maaf
atas kesalahan yang dilakukan
 Menepati janji

Adapun penyelenggaraan PPK pada Satuan Pendidikan jalur Pendidikan


sesuai Pasal 6 Perpres 87 tahun 2017 adalah dilakukan secara terintegrasi
dalam kegiatan Intrakurikuler; Kokurikuler; dan Ekstrakurikuler.
Ekstrakurikuler merupakan penguatan nilai-nilai karakter dalam rangka perluasan
potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerja sama, dan kemandirian Peserta
Didik secara optimal. Yaitu meliputi: meliputi kegiatan krida, karya ilmiah, latihan
olah bakat/olah minat, dan kegiatan keagamaan, serta kegiatan khususnya kegiatan
kepramukaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dan
dilaksanakan paling sedikit melalui pesantren kilat, ceramah keagamaan,
retreat, dan/atau baca tulis AlQuran dan kitab suci lainnya Cara
menanamkan nilai-nilai karakter tersebut melalui tahap sosialisasi, keteladanan,
selanjutnya diharapkan menjadi terbiasa dan akhirnya menjadi membudaya sampai
kapanpun kelak siswa itu hidup mandiri di tengah-tengah masyarakat.
Budaya sekolah berasrama sangat erat kaitannya dengan proses pembentukan suasana
sekolah yang kondusif. Sedangkan efektivitas pengembangan budaya sekolah, apabila
merujuk pada materi diskusi Partnership For Global Learning (2012), bahwa
pengembangan budaya sekolah setidaknya harus memenuhi enam indikator hal ini
berlaku juga untuk pengembangan budaya sekolah berasrama sebagai berikut:
1. Memusatkan fokus kegiatan belajar mengajar pada hasil belajar siswa di sekolah
(baik di lingkungan asrama maupun di luar asrama).
2. Menjamin keseimbangan kegiatan belajar, baik belajar secara individual, kolaborasi,
dan belajar dalam interaksi sosial (dalam lingkungan asrama).
18
3. Selaras dengan kebutuhan proses pengembangan motivasi para siswa (di asrama).
4. Sensitif terhadap perbedaan individu
5. Menantang siswa dengan catatan tidak memberikan frekuensi lebih dari
kapasitasnya.
6. Menjamin efektifitas dan efisiensi dalam pelaksanaan pembelajaran dan
menanamkan budaya karena berlingkup di asrama
Dalam upaya pelaksanaan PPK berbasis budaya sekolah, sekolah dapat membuat atau
merevisi peraturan dan tata tertib sekolah secara bersama-sama dengan melibatkan
semua komponen sekolah yang terkait. Dengan demikian, semangat menegakkan
peraturan tersebut semakin besar karena dibangun secara bersama. Sekolah dapat
mengembangkan PPK berbasis budaya sekolah dengan memperkuat tradisi positif
yang sudah dimiliki oleh sekolah. Selain mengembangkan yang sudah baik, satuan
pendidikan tetap perlu mengevaluasi dan merefleksi diri, apakah tradisi
yang diwariskan dalam satuan pendidikan tersebut masih relevan dengan kebutuhan
dan kondisi melalui berbagai kegiatan. Kegiatan ekskul dapat dilakukan melalui
kolaborasi dengan masyarakat dan pihak lain/lembaga yang relevan, seperti PMI,
Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Perdagangan, museum, rumah budaya,
dan lain-lain, sesuai dengan kebutuhan dan kreativitas satuan pendidikan.

C. Strategi Pengembangan Budaya di Sekolah Berasrama


Pengaruh globalisasi, termasuk globalisasi budaya akan memengaruhi kelestarian
suatu budaya sehingga perlu adanya usaha untuk melestarikannya dengan cara
menyusun strategi pengembangan budaya itu sendiri. Pengembangan budaya adalah
suatu proses meningkatkan dan mempertahankan kebiasaan yang ada pada masyarakat
dalam kajian pengembangan masyarakat yang menggambarkan bagaimana budaya
masyarakat itu berubah dari waktu ke waktu yang banyak ditunjukkan sebagai
pengaruh global.
Oleh karena itu, pengembangan budaya sekolah termasuk di dalamnya sekolah
berasrama dapat dimaknai sebagai usaha untuk meningkatkan dan mempertahankan
kebiasaan masyarakat setempat dengan mengombinasikannya dengan budaya
pendidikan yang berlaku secara nasional. Untuk itu, perlu menciptakan suatu strategi
pengembangannya sehingga budaya nasional yang diperkaya budaya lokal akan
terwujud.

19
Strategi (grand design) pengembangan budaya sekolah berasrama khususnya Daerah
3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) dapat dilakukan dengan cara
mengintegrasikannya ke dalam mata pelajaran dan melalui kegiatan ekstrakurikuler
maupun kokurikuler. Pengembangan budaya sekolah berasrama sebaiknya disesuaikan
dengan kebutuhan sekolah yang di dalamnya terdapat kepala sekolah, pendidik, tenaga
kependidikan, dan peserta didik yang diintegrasikan dengan budaya yang berkembang
di lingkungan sekitar sehingga budaya sekolah tidak berbenturan dengan budaya
lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, sekolah harus dapat berfungsi sebagai agen
pengembang budaya lingkungan. Sekolah dalam fungsinya sebagai agen perubahan
budaya perlu merumuskan rencana, strategi pengembangan, dan monitoring/evaluasi
pengembangan budaya sekolah berasrama dengan menggunakan langkah-langkah
sebagai berikut:
Langkah pertama adalah analisis lingkungan internal dan eksternal.
Pada tahap ini dilakukan model analisis lingkungan dengan cara mengidentifikasi
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang bersumber dari karakteristik
masyarakat sekitar disertai budaya lokal maupun budaya luar. Berdasarkan analisis
tersebut, manajemen sekolah dapat mengidentifikasi budaya mana yang layak
dipertahankan atau dihilangkan serta budaya baru apa yang perlu diperkenalkan.
Perlunya pemahaman terhadap kelemahan dan ancaman adalah untuk mencari solusi
untuk mengatasinya. Sementara pemahaman terhadap kekuatan dan peluang adalah
untuk dapat dikembangkan semaksimal mungkin sehingga dapat menghasilkan hal
yang maksimal pula.
Langkah kedua adalah merumuskan strategi yang meliputi penetapan visi-misi yang
menjadi arah pengembangan dalam penetapan kebijakan. Arah pengembangan dapat
dijabarkan dari visi-dan misi menjadi indikator pada pencapaian tujuan. Contoh dalam
pengembangan keyakinan akan dibuktikan dengan sejumlah target yang tinggi pada
setiap indikator pencapaian. Contoh ini dapat dijabarkan lebih lanjut pada model
operasional penguatan nilai tanggungjawab, mandiri, disiplin, kerja keras, cinta tanah
air, dan peduli lingkungan. Oleh karena itu, sekolah secara internal tidak
mengembangkan model kompetisi individual karena dapat mengurangi makna
pengembangan nilai kebersamaan dan kekompakan. Program kerja berbasis kolaborasi
pada model ini dapat dikukuhkan melalui penetapan kelompok kerja yang ditetapkan
dalam surat tugas dari kepala sekolah sebagai pemangku kebijakan. Selanjutnya
sekolah dapat mengembangkan model lain yang dipandang lebih inovatif dan sesuai
20
dengan kebutuhan sekolah mengacu pada nilai-nilai yang mendukung terhadap upaya
pelestarian alam dan pemberdayaan komunitas.
Langkah ketiga adalah implementasi strategi
Langkah ini harus dapat menjawab bagaimana caranya sekolah melaksanakan program.
Jika sekolah berencana untuk mengembangkan nilai yang mendukung pelestarian
lingkungan, maka sekolah hendaknya menyusun strategi pada kegiatan yang mana
yang dapat dikolaborasikan untuk menjawab permasalahan yang terkait dengan
perusakan alam.
Sekolah dapat memilih bidang yang akan dikolaborasikan dari berbagai bidang
kegiatan sebagaimana yang telah dipelajari. Contoh, sekolah berencana untuk
mengembangkan budaya pelestarian lingkungan. Pada kegiatan ini diperlukan nilai
nilai tanggungjawab, mandiri, disiplin, kerja keras, cinta tanah air, dan peduli
lingkungan dari seluruh pemangku kepentingan di sekolah. Pengembangan nilai harus
diwujudkan dalam kepatuhan atas kesepakatan yang dituangkan dalam peraturan. Oleh
karena itu pengembangan budaya sekolah sangat erat kaitannya dengan peraturan dan
kepatuhan seluruh warga sekolah pada pelaksanaan kegiatan sehari-hari di sekolah.
Pada langkah ketiga, peran kepala sekolah yang penting adalah:
a. Menetapkan kebijakan atas kesepakatan bersama.
b. Merealisasikan strategi.
c. Melaksanakan perbaikan proses berdasarkan data yang diperoleh dari pemantauan.
d. Melakukan evaluasi kegiatan berbasis data hasil pemantauan.
Memperhatikan keempat langkah tersebut, hal penting dalam pelaksanaan strategi
mengisyaratkan bahwa kepala sekolah perlu memahami benar tentang: (1) kebutuhan
pengembangan budaya sekolah, (2) tujuan pelaksanaan, (3) indikator dan target
keberhasilan, (4) memastikan bahwa rencana dapat diimplementasikan, (5)
memastikan bahwa proses pelaksanaan dan hasil pengembangan budaya sekolah
sesuai dengan yang diharapkan.
Langkah keempat adalah monitoring dan evaluasi.
Langkah ini merupakan bagian dari sistem penjaminan mutu. Kepala sekolah melalui
monitoring memenuhi kewajiban untuk memastikan bahwa proses pelaksanaan
kegiatan sesuai dengan rencana. Jadwal pelaksanaan memenuhi target waktu. Tahap
pelaksanaan sesuai dengan yang direncanakan. Lebih dari itu, hasil yang diharapkan
sesuai dengan target. Jika dalam proses pelaksanaan dan hasil yang dicapai meleset

21
dari target maka kepala sekolah segera melakukan perbaikan proses agar hasil akhir
yang dicapai sesuai dengan yang diharapkan.
Upaya pengembangan budaya sekolah mengacu pada beberapa prinsip berikut ini:
a. berfokus pada visi, misi, dan tujuan sekolah;
b. penciptaan komunikasi formal dan informal antarwarga sekolah;
c. memperhitungkan risiko yang harus ditanggung dengan adanya perubahan;
d. menggunakan strategi yang jelas dan terukur;
e. memiliki komitmen yang kuat dari seluruh stakeholder;
f. mengevaluasi keterlaksanaan dan keberhasilan budaya sekolah.

22
PROGRAM KERJA
SEKOLAH BERASRAMA DI PAPUA
TAHUN 2017 – 2018

A. KEAGAMAAN
1. IMTAQ
N URAIAN PROGRAM SASARAN INDIKATOR WAKTU Penanggung Keterangan
O. KEBERHASILAN PELAKSANA jawab
AN
1 Pelaksanaan kebaktian Peserta Peserta didik ibadah dengan Harian  Pendeta/Bruder Doa Pagi : 05.00 – 05.15
(ibadah pagi, siang, dan didik tertib dan teratur. /Suster Doa Malaikat Tuhan :
malam) di ruang  Guru agama 12.00 – 12.15
kebaktian  Pembina Doa/Ibadah Malam : 21.00
asrama – 21.30
2 Pelaksanaan ibadah Peserta Peserta didik dapat Sabtu  Pendeta/Bruder Sabtu Sore/Minggu Pagi
minggu didik beribadah dengan baik Sore/Minggu /Suster atau disesuaikan dengan
Pagi  Guru agama jadwal ibadah gereja
 Pembina
asrama
B. KEDISIPLINAN
1. TATA TERTIB SISWA
N URAIAN PROGRAM SASARAN INDIKATOR WAKTU Penanggung Keterangan
O KEBERHASILAN PELAKSANA jawab
AN
1 Pembinaan Mental Peserta Peserta didik memiliki sikap Awal semester  Kepala asrama Kerjasama dengan
Disiplin didik tertib dan disiplin dalam  Pembina TNI/POLRI
menjalani kehidupan asrama
berasrama sehari-hari.  Pimpinan
TNI/POLRI
2 Pengenalan kegiatan Peserta Peserta didik baru dapat Masa Orientasi  Kepala asrama Panitia MOPDB dari unsur
dan tata tertib asrama didik baru memahami dan melaksanakan Peserta Didik  Pembina guru dan OSIS

23
kegiatan serta tata tertib Baru asrama
asrama. (MOPDB)  OSIS
3 Penyebaran informasi Kamar Peserta didik memahami dan Awal semester  Kepala asrama Berupa selebaran yang
mengenai tata tertib dan peserta dapat melaksanakan tata atau setiap  Pembina ditempel di setiap kamar.
kegiatan asrama sehari- didik tertib serta tata cara adanya asrama
hari kehidupan berasrama tanpa perubahan  OSIS
harus selalu diingatkan atau  Pengurus
ditegur oleh pembina asrama. asrama
2. PENINGKATAN DISIPLIN KEHIDUPAN ASRAMA
N URAIAN PROGRAM SASARAN INDIKATOR WAKTU Penanggung Keterangan
O KEBERHASILAN PELAKSANA jawab
AN
1 Mematikan lampu, AC, Peserta Peserta didik Harian  Pembina Melibatkan peserta didik
menutup kran air, dan didik melaksanakannya untuk asrama yang piket
mengunci pintu bila penghematan listrik dan  Pengurus
hendak keluar asrama. keamanan kamar. asrama
 Peserta didik
2 Menyiapkan kebutuhan Peserta Tidak ada peserta didik yang Harian Peserta didik Dilakukan mandiri
dan peralatan selama didik kembali ke asrama pada saat
KBM di kelas. KBM berlangsung dengan
alasan mengambil barang
yang ketinggalan.
3 Pengembalian barang Peserta Peserta didik memiliki sikap Harian  Pembina  Milik orang lain
yang dipinjam setelah didik bertanggung jawab terhadap asrama  Milik sekolah
selesai digunakan. barang yang dipinjam.  Pengurus
barang
4 Pemeriksaan kegiatan Peserta Tidak ditemukan lagi barang Hari tertentu  Pembina  Rutin
malam dikamar peserta didik terlarang di setiap kamar pada Saat asrama  Inspeksi mendadak
didik dan barang-barang peserta didik maupun di peserta didik  Keamanan
yang dilarang di asrama. lingkungan asrama. sedang tidak
berada di

24
kamar
5 Penilaian jam malam Peserta Peserta didik mampu Harian  Pembina I. Pukul 23.00 - 24.00
didik mengatur waktu belajar asrama II. Pukul 24.00 – 01.00
dengan baik dan tidur tepat  Pengurus
waktu agar tidak mengantuk asrama
di kelas.
6 Tertib pergi dan atau Peserta Peserta didik keluar dari dan Harian  Kepala asrama Kembali ke asrama
kembali ke asrama didik kembali ke asrama wajib  Pembina maksimum pukul 22.00.
melapor asrama
 Keamanan
3. ORIENTASI ASRAMA BERSAMA OSIS
1 Orientasi asrama kepada Peserta Peserta didik mengenal Masa orientasi  Kepala asrama Dilakukan pada waktu
peserta didik baru didik baru penanggungjawab asrama dan peserta didik  Pembina khusus
kelas pengurus OSIS beserta bidang baru asrama
kerjanya masing-masing. (MOPDB)  OSIS
 Pengurus
asrama
4. BEDAH KAMAR
1 Kedisiplinan kamar Peserta Kamar peserta didik selalu Harian  Pembina Kamar dalam keadaan
didik bersih dan tertata rapi dengan asrama bersih dan rapi
barang-barang pribadi  Pengurus
secukupnya. asrama
2 Gerakan kerja bakti Peserta Kebersihan di lingkungan Tiga bulan  Kepala asrama Gerakan kerja bakti pada
didik asrama selalu terjaga. sekali  Pembina minggu tidak pulang
asrama mencakup kebersihan
 OSIS fasilitas umum seperti
 Pengurus ruang makan, meja makan,
asrama taman asrama, koridor, dan
lingkungan asrama.
3 Penilaian kebersihan Peserta Kamar peserta didik Satu bulan  Pembina Penilaian mengacu pada
dan kerapihan kamar didik memperoleh nilai maksimal sekali asrama SOP

25
untuk kebersihan kamar dan  Pengurus
kerapihan kamarnya selalu asrama
terjaga.
C. PEMBINAAN
1. PEMBINAAN HARIAN
N URAIAN PROGRAM SASARAN INDIKATOR WAKTU Penanggung Keterangan
O KEBERHASILAN PELAKSANA jawab
AN
1 Pendisiplinan diri Peserta Terlaksananya salat fardu Harian  Pembina Mengingatkan disiplin
didik berjamaah di masjid dan/atau asrama dalam waktu ibadah,
muslim dan kebaktian di kelas dengan  Pengurus mendampingi peserta didik
non-muslim tertib dan tepat waktu. asrama untuk salat berjamaah di
 Syekh/Bruder/ masjid dan/atau kebaktian.
suster/Pendeta
2 Apel makan Peserta Terlaksananya kegiatan apel Harian Pembina Pembina asrama
didik makan pagi dan apel makan asrama memimpin pelaksanaan
malam di ruang makan tepat apel makan pagi dan apel
waktu. makan malam asrama.
3 Apel pagi Peserta Terlaksananya apel pagi Harian Pembina Pembina asrama
didik asrama tepat waktu. asrama mendampingi dan
mengawasi pelaksanaan
apel pagi asrama
4 Pemantauan Peserta Terlaksananya pemantauan Jadwal tutorial Pembina Pemantauan secara
pendalaman didik yang pendalaman materi/tutorial asrama langsung dan tidak
materi/tutorial. mengikuti sesuai jadwal dan diikuti oleh langsung
pendalaman peserta didik yang terdaftar.
materi/
tutorial
5 Senyum Salam Sapa Umum Terjalinnya hubungan yang Harian  Semua guru Menegur jika menemukan
baik yang beretika dengan  Guru piket siswa yang kurang etika
warga sekolah, orang tua dan
tamu

26
2. NON HARIAN
5 Pelaksanaan ekstra Peserta Terlaksananya kegiatan ekstra Minggu tidak  Pembina  Diikuti oleh seluruh
kurikuler di minggu didik kurikuler oleh peserta didik pulang asrama siswa kelas 10 dan 11
tidak pulang yang terdaftar.  Penmbina  Pendalaman materi untuk
ekstra persiapan SNPTN dan
kurikuler Olimpiade

6 Bangun sahur Peserta Terlaksananya makan sahur Satu minggu Pembina Membangunkan dan
didik yang bagi peserta didik yang akan dua kali (senin asrama mengajak sahur bersama
berpuasa berpuasa sunah. dan kamis)
sunah
7 Izin kepentingan Peserta Peserta didik yang Harian Pembina  Permintaan izin keluar
didik mendapatkan izin keluar asrama asrama 2 hari sebelumnya
hanya yang memiliki  Izin secara tertulis
kepentingan dan terpantau.  Melaporkan setelah selesai

8 Konsultasi Klinis Peserta Menemukan solusi bersama. Insidental  Psikolog  Melayani konsultasi
didik  Pembina akademik dan pribadi
asrama  Konsultasi khusus dengan
 Wali kelas izin dan persetujuan
 Guru BK
 Guru mapel

9 Penegakkan tata tertib Peserta Peserta didik menyadari Rutin dan  Kepala  Razia serentak pada saat
didik kesalahannya dan tidak Insidental sekolah jam belajar
mengulangi pelanggaran.  Wakil bidang  Razia malam di asrama
kesiswaan
 Wali kelas
 Guru
 Pembina
asrama

27
10 Penguatan Karakter Warga Seluruh warga sekolah Setiap hari  Kepala  Upacara bendera setiap
nasionalisme sekolah mengikuti upacara dengan Senin sekolah Senin minggu ke 1 dan 3
hikmat  Wakil  Pembinaan wali kelas
kesiswaan pada minggu ke 2 dan 4
 Wali kelas

D. KEKELUARGAAN
1. DI ASRAMA
N URAIAN PROGRAM SASARAN INDIKATOR WAKTU Penanggung Keterangan
O KEBERHASILAN PELAKSANA jawab
AN
1 Pembentukan pengurus Pengurus Terbentuknya kepengurusan Setelah Kepala sekolah Seluruh warga sekolah ikut
asrama yang disahkan asrama asrama putra dan putri. pemilihan memilih pengurus
oleh kepala sekolah. ketua OSIS
2 Pengenalan pengurus Peserta Peserta didik mengenal Semester awal  Wakil bidang Dilakukan secara serentak
OSIS dan asrama . didik baru pengurus asrama beserta tahun ajaran kesiswaan
tanggung jawab di bidangnya baru  Pembina OSIS
masing-masing.  Pembina
asrama
3 Asrama ramah Peserta Terbangun interaksi dan Bulanan Pengurus Dilakukan kegiatan rutin
didik komunikasi yang baik antara asrama untuk keakraban
pengurus dengan anggota dan
antaranggota asrama.
4 Peringatan ulang tahun Peserta Peserta didik dapat saling Satu Bulan Pengurus Dilakukan pada hari
bersama peserta didik didik mengakrabkan diri dan satu kali asrama Minggu tidak pulang
pada bulan yang sama. mendapatkan penghargaan
pada hari kelahirannya.
2. PERTEMUAN PER-ANGKATAN
1 Pertemuan angkatan. Peserta Peserta didik baru lebih cepat Awal semester  Wakil bidang Dilakukan acara dalam satu
didik baru mengenal dan mengakrabkan tahun ajaran kesiswaan hari untuk keakraban

28
diri dengan kakak kelas per- baru  Pembina OSIS
angkatan.  Pembina
asrama
 Ketua OSIS
 Ketua
angkatan
2 Malam keakraban warga Peserta Terjaga tali silaturahmi antar Setiap  Kepala Diadakan acara khusus ke
sekolah didik warga sekolah semester sekolah luar sekolah
 Wakil kepala
sekolah
 Pembina
asrama
 Pengurus
asrama
3. FRESH SUNDAY
1 Olahraga pagi keliling Peseta didik Peserta didik mengenal Setiap bulan  Wakil bidang Mengenalkan lingkungan
lingkungan sekolah masyarakat di sekitar sekolah kesiswaan sekolah sambil berolah
 Guru olah raga
raga
 Pembina
asrama
2 Bakti sosial Peserta Terlaksananya kegiatan bakti Satu mester  Kepala Bakti social bisa berupa
didik sosial sekali sekolah kegiatan di sekolah atau di
 Wakil kepala luar sekolah
sekolah
 Pembina
asrama
4. PENDIDIKAN EKONOMI KREATIF
1 Kantin Kujujuran Peserta Menghasilkan keuntungan Sesuai jadwal  Wakil kepala Di koperasi sekolah
didik ekonomis. piket sekolah
 Pembina OSIS

29
 Tim ekonomi
kreatif

30
BAB III
PERENCANAAN, PELAKSANAAN, DAN EVALUASI PENGEMBANGAN BUDAYA
DI SEKOLAH BERASRAMA

A. Perencanaan Pengembangan Budaya Di Sekolah Berasrama

Dalam suatu organisasi, tidak terkecuali sekolah berasrama harus menerapkan sistem
manajemen modern dalam upaya mencapai tujuan. Pada dasarnya sistem manajemen
yang efektif meliputi beberapa unsur yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan
(acting), dan evaluasi (evaluating). Tahap perencanaan perlu dilakukan oleh seluruh
komponen sekolah untuk secara bersama-sama dan bersinergi merancang upaya untuk
mencapai tujuan.

Gb 1 Alur perencanaan pengembangan budaya sekolah

Perencanaan pengembangan budaya dilakukan oleh kepala sekolah, tenaga pendidik,


konselor, tenaga kependidikan secara bersama-sama sebagai suatu komunitas pendidik

31
dan diterapkan ke dalam kurikulum. Berbagai pihak tersebut secara bersama-sama
bersinergi untuk mencapai tujuan yang disepakati bersama.

Gb 2 Rencana kegiatan pelaksanaan pengembangan budaya sekolah

Perencanaan meliputi berbagai elemen yaitu :


1. Manajemen Kepala Sekolah
Manajemen sekolah berasrama menjadi bagian yang penting dalam menjalankan
roda organisasi. Kegiatan ini meliputi merencanakan, mengorganisasikan,
menggerakkan, mengendalikan dan mengembangkan organisasi. Upaya dalam
mengatur dan mendayagunakan sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang
efektif dan efisien menjadi tujuan dalam mengembangkan sekolah berasrama.
organisasi yang telah ditetapkan.
Perencanaan pada sekolah berasrama digunakan untuk mengidentifikasi sumber
daya lingkungan dengan mempertimbangkan karakteristik satuan pendidikan, siswa,
dan wilayah dipertimbangkan untuk menentukan program dan rencana kegiatan.
Seringkali dalam suatu sekolah/organisasi tidak memiliki perencanaan yang baik.
Perencanaan pengembangan berjalan apa adanya dan sesuai dengan yang terjadi saat
itu. Artinya, banyak sebuah organisasi yang tidak memiliki arah dan hanya
mengikuti arus. Sekolah berasrama harus mampu membentuk komunikasi bersama
antar siswa melalui hidup berdampingan sebagai interaksi antar individu menjadi
fokus utama dalam pengembangan sekolah berasrama. Di samping itu, harus
memperhatikan adat dan nilai budaya yang menjunjung tinggi kebersamaan, kerja
sama, dan hubungan sosial sehingga tumbuh sikap toleran dalam sekolah berasrama
32
untuk membekali menanamkan kecintaan peserta didk pada asal usulnya. Toleransi
harus ditumbuhkan dalam diri sekolah berasrama agar mampu hidup harmonis
bersama orang lain.
Tidak kalah pentingnya bahwa manajemen sekolah berasrama harus mampu
memupuk sikap yang memiliki tanggung jawab, disiplin, mandiri, cinta tanah air,
dan peduli lingkungan. Kepala sekolah bertugas mengembangkan kondisi sekolah
yang kondusif. Kondisi itu memerlukan komunikasi dan interaksi antara kepala
sekolah dengan tenaga pendidik, orang tua siswa, tenaga kependidikan dan siswa
harmonis. Kerja sama yang baik semua pihak diharapkan dapat menunjang
pengembangan interaksi yang positif menumbuhkan pola pikir dan pola tindak
dalam bentuk terhadap norma, nilai-nilai yang sekolah junjung. Di samping itu,
diharapkan dengan dukungan sekolah yang kondusif para pemangku kepentingan
memiliki keyakinan bahwa sekolahnya dapat mewujudkan prestasi terbaik karena
ditunjang dengan motif berprestasi yang tinggi.
Untuk lebih memahami bidang garapan yang menjadi tantangan membangun
sekolah yang kondusif ada 3 (tiga) hal utama yaitu:
a. Mengembangkan keharmonisan hubungan yang direalisasikan dalam komunikasi,
kolaborasi untuk meningkatkan partisipasi.
b. Mengembangkan keamanan baik secara psikologis, fisik, sosial, dan keamanan
kultural. Sekolah menjaga agar setiap warga sekolah nyaman dalam
komunitasnya.
c. Mengembangkan lingkungan sekolah yang agamis, lingkungan fisik sekolah
yang bersih, indah, dan nyaman, mengembangkan lingkungan sekolah yang
kondusif secara akademik. Pendidik dan siswa memiliki motif berprestasi serta
keyakinan yang tinggi untuk mencapai target belajar yang bernilai dengan
suasana yang berdisiplin dan kompetitif.
Untuk mendukung ini kepala sekolah hendaknya memperhatikan kemampuan diri
dalam mengendalikan kepribadian, prilaku, dan sikap kepemimpinan kepala
sekolah yang mendukung sehingga semua pihak dapat menjaga harmoni kerja sama
yang baik. Keterampilan lain yang diperlukan adalah membangun kreasi dalam
memberikan pelayanan agar memenuhi harapan semua pihak.
Tinggi rendahnya semangat kerja sama, kepatuhan terhadap norma atau nilai-nilai
yang baik, kebiasaan baik, kayakinan yang tinggi, motif berprestasi guru dan siswa
sangat bergantung pada karakter kepemimpinan kepala sekolah.
33
Dalam menunjang pengembangan budaya sekolah, Fullan (2001) menyatakan
Pengembangan budaya sekolah hendaknya mengacu pada 5 (lima) prinsip yaitu :
a. Selalu berorientasi pada pencapain tujuan; mengembangkan visi dengan jelas
dan kandungannya menjadi milik bersama.
b. Menerapkan kepemimpinan partisipatif dengan memperluas peran pendidik
dalam pengambilan keputusan.
c. Berperan sebagai kepala sekolah yang inovatif dengan meningkatkan
keyakinan bahwa pendidik dapat mengembangkan prilaku yang mendukung
perubahan.
d. Memerankan kepemimpinan yang meyakinkan pendidik sehingga mereka
berpersepsi bahwa kepala sekolahnya “benar” menunjang efektivitas mereka
bekerja.
e. Mengembangkan kerja sama yang baik antar pendidik dalam interaksi formal
maupun informal. Bagi kepala sekolah aspek mana pun kembali ke pemikiran
awal yang menyatakan bahwa seluruh unsur kebudayaan berkembang melalui
proses belajar. Oleh karena itu inti dari pengembangan kultur adalah
membangun hubungan yang baik, meningkatkan keamanan sekolah secara
fisik maupun psikologis, meningkatkan lingkungan yang kondusif. Untuk itu
kepala sekolah dan seluruh pemangku kepentingan perlu terus belajar karena
konteks budaya sekolah terus berubah tanpa henti.
Dari uraian itu dapat disimpulkan bahwa keberhasilan pengembangan budaya
sekolah menjadi penentu keberhasilan meningkatkan lulusan yang bermutu.
Mengembangkan budaya sekolah memerlukan ketekunan, keharmonisan, dan
perjuangan tiada henti karena budaya di sekitar sekolah selalu berubah ke arah yang
tidak selalu sesuai dengan harapan sekolah.

2. Tenaga pendidik (guru, pelatih, konselor, dan pembina asrama)


Dalam penyelenggaraan Sekolah berasrama perlu memperhatikan ketersediaan tenaga
pendidik untuk melayani penyelenggaraan kegiatan. Untuk penyediaan tenaga
pendidik itu perlu mempertimbangkan beberapa hal yaitu:
a. Jumlah pendidik disesuaikan dengan kompleksitas program yang telah
direncanakan. Dalam melaksanakan sekolah berasrama perlu mempertimbangkan
karakteristik seluruh komponen sekolah. Dengan menganalisis volume kegiatan
dalam pelaksanaan program maka dapat ditentukan jumlah kebutuhan tenaga
34
pendidik. Untuk sekolah berasrama yang berada di daerah karakteristik tertentu
misalnya masyarakat perbatasan dengan akses yang sulit maka program sekolah
berasrama harus mengakomodasi karakteristik tersebut dengan budaya sekolah.
Hal ini berkomplikasi dengan kebutuhan spesifikasi tenaga pendidik.
b. Kemampuan pendidik dalam membimbing atau melatih. Sekolah wajib mencari
tenaga pendidik yang memiliki kemampuan untuk mengajar, membimbing, dan
atau melatih peserta didik khususnya dalam pengembangan budaya sekolah
berasrama. Jumlah ketersediaan pendidik tersebut selayaknya sebanding dengan
tingkat kompleksitas program yang diberikan.
c. Konselor yang berkualitas akan diperlukan untuk mendampingi dan
membimbing siswa yang tentu memiliki permasalahan sejak tinggal di asrama.

3. Tenaga kependidikan (administrator)


Tenaga kependidikan diperlukan untuk mendukung layanan administrasi dan
operasional sekolah berasrama. Jumlah tenaga kependidikan disesuaikan dengan
besar kecilnya sekolah. Dalam hal penyediaan tenaga kependidikan maka jumlah
yang disediakan sesuaikan dengan kondisi sekolah. Semakin besar dan kompleksitas
suatu sekolah akan semakin banyak dibutuhkan tenaga pendidikan. Kualifikasi
tenaga kependidikan sesuai dengan bidangnya.

4. Aspek pengelola asrama


Yang dimaksud pengelola asrama adalah pengurus asrama dan pelaksana
asramadengan masa kerja pengurus asrama dapat 3-5 tahun. Untuk itu, sebaiknya
kepengurusan asrama sekolah diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga yang ditetapkan oleh sekolah. Pembina asrama membutuhkan tenaga
Pembina asrama/wali asrama yang berasal dari pendidik. Pembina asrama/wali
asrama sebaiknya memiliki kompetensi utama yaitu religius, tanggungjawab, peduli,
dan jujur. Hal ini sangat penting mengingat karakteristik dari asrama tersebut. Tugas
dari pengelola asrama sekolah adalah:
a. Membuat peraturan penyelenggaraan asrama sekolah, misalnya:
1) Menentukan beberapa syarat dalam penerimaan para siswa untuk dapat
diterima sebagai penghuni asrama.

35
2) Menetukan biaya yang minimum dalam arti bahwa penentuan tarif biaya
disini adalah untuk mendidik para penghuni asrama agar dapat bertanggung
jawab, mandiri dan menghargai diri.
3) Menentukan waktu pembayaran sewa
4) Mengatur atau memberi sanksi kepada penghuni asrama yang melanggar
peraturan.
b. Menyusun rencana anggaran belanja untuk pengelolaan pertahun, misalnya:
1) Menentukan besarnya biaya untuk pemeliharaan gedung asrama
2) Menentukan besarnya biaya untuk menjaga kebersihan gedung dan halaman
asrama sekolah termasuk peralatannya.
c. Membuat peraturan yang berkaitan dengan keamanan asrama sekolah, misalnya:
1) Kunci kamar harus disimpan di kantor asrama.
2) Masing-masing para penghuni asrama sekolah harus memiliki gmbok/kunci
almari sendiri dan anak kunci di bawa sendiri-sendiri oleh penghuni asrama.
3) Membuat jadwal piket jaga asrama sekolah secara bergiliran selama 24 jam,
dimana masing-masing 6 jam.
d. Menyusun peraturan yang berkaitan dengan hak dan kewajiban petugas
pelaksana termasuk pembantu-pembantunya.
5. Siswa
Sekolah berasrama mampu menampung siswa dari berbagai latar belakang yang
tingkat heterogenitasnya tinggi. Siswa berasal dari berbagai daerah yang mempunyai
latar belakang sosial, budaya, tingkat kecerdasan, kempuan akademik yang sangat
beragam. Kondisi ini sangat kondusif untuk membangun wawasan nasional dan siswa
terbiasa berinteraksi dengan teman-temannya yang berbeda sehingga sangat baik bagi
anak untuk melatih kecerdasan siswa dan menghargai pluralitas.

6. Sarana dan prasarana


Sarana dan prasarana sangat penting dan diperlukan dalam setiap penyelenggaraan
program sekolah berasrama. Dalam memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana perlu
diperhatikan ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai. Dalam hal ini, sarana
tidak perlu canggih dan lengkap tetapi cukup yang sederhana tetapi mampu
mengembangkan minat dan bakat serta keterampilan dari sekolah berasrama.
Penyelenggara program sekolah berasrama diharapkan mampu memanfaatkan sarana
dan prasarana yang ada. Sumber daya di lingkungan menjadi unsur kekuatan yang
36
harus dikelola untuk pelaksanaan program. Memilah dan memilih muatan inti suatu
wilayah menjadi landasan kesesuaian dengan program yang diselenggarakan. Perlu
diperhatikan pula untuk mengelola sekolah berasrama agar berkembang secara efektif
dan efisen dalam pemberdayaan.
Setiap sekolah berasrama menuntut tersedianya fasilitas yang memadai untuk seluruh
kegiatan di sekolah. Fasilitas yang harus dimiliki sekolah asrama yaitu:
a. Memiliki kamar tidur yang cukup luas
b. Memiliki kamar pakaian yang dilengkapi dengan almari pakaian serta rak
sepatu/sandal
c. Memiliki kamar makan yang dilengkapi dengan meja dan kursi
d. Memiliki kamar mandi dan WC yang memadai dengan jumlah pemakai (kira-kira
1/5 dari jumlah penghuni)
e. Memiliki kamar belajar yang cukup luas
f. Memiliki tempat mencuci pakaian yang memadai
g. Memiliki halaman
h. Memiliki lapangan olahraga
i. Memiliki tempat ibadah
j. Memiliki ruang untuk menerima tamu
k. Memiliki perpustakaan beserta ruang baca
l. Memiliki ruangan khusus untuk yang menderita sakit
Sekolah berasrama mempunyai fasilitas yang lengkap; mulai dari fasilitas sekolah
yaitu kelas belajar yang baik (AC, 24 siswa, smart board, mini library, camera),
laboratorium, clinic, sarana olah raga semua cabang olah raga, Perpustakaan, kebun
dan taman hijau. Sementara di asrama fasilitasnya adalah kamar (telepon, TV, AC,
Pengering Rambut, tempat handuk, karpet di seluruh ruangan, tempat cuci tangan,
lemari kamar mandi, gantungan pakaian dan lemari cuci, area belajar pribadi, lemari
es, detector kebakaran, jam dinding, lampu meja, cermin besar, rak-rak yang luas,
pintu darurat dengan pintu otomatis. Sedangkan fasilitas dapur terdiri dari: meja dan
kursi yang besar, perlengkapan makan dan pecah belah yang lengkap, microwape,
lemari es, ketel otomatis, pembuat roti sandwich, dua toaster listrik, tempat sampah,
perlengkapan masak memasak lengkap, dan kursi yang nyaman.

37
5. Pembiayaan
Dalam setiap penyelenggaraan program apa pun termasuk program sekolah
berasrama tentu memerlukan pembiayaan. Pembiayaan dapat diperoleh dari berbagai
sumber. Pemerintah harus konsen dengan pengembangan sekolah berasrama sehingga
wajib mengalokasikan anggaran melalui APBN maupun APBD di samping sekolah
mencari sumber dana dari pihak lain yang tidak mengikat. Kebijakan pemerintah
untuk mendukung program sekolah berasrama sangat diperlukan mengingat sekolah
berasrama berperan sangat strategis dalam pembangunan. Hal penting yang harus
dilakukan oleh sekolah adalah melaksanakan pengelolaan biaya berdasarkan prinsip
swakelola. Artinya, diutamakan agar sekolah mengelola sumber daya yang ada untuk
memperoleh dana kegiatan. Misalnya sekolah yang menyelenggarakan program
pertanian dapat mendorong sekolah berasrama untuk mengolah hasil pertanian hingga
dapat berproduksi untuk membiayai sekolah dan sekolah berasrama itu sendiri
sehingga tidak memberatkan siswa.
Dana yang berasal dari berbagai sumber direncanakan untuk pelaksanaan program
pemberdayaan, penyadaran dan penguatan peran sekolah berasrama dalam
masyarakat. Monitoring dan evaluasi dapat dilakukan oleh pihak internal maupun
eksternal. Monitoring dan evaluasi biaya rutin dilakukan agar pengelolaan biaya
secara transparan dan akuntabel. Penggunaan anggaran harus luwes tetapi berbasis
kegiatan dan bukan berbasis administrasi semata.

6. Peraturan
Penyelenggaraan sekolah berasrama dapat berlangsung dengan baik jika terdapat
peraturan yang mampu mendukung pelaksanaan program tersebut. Pemerintah pusat
dan daerah wajib membuat regulasi yang berpihak untuk pengembangan sekolah
berasrama. Peraturan harus jelas dan tegas sehingga dapat menjadi acuan untuk
sekolah penyelenggara agar dapat mencapai program yang ditentukan.
Sekolah penyelenggara dapat membuat peraturan yang tidak bertentangan dengan
aturan yang lebih tinggi tetapi peraturan yang lebih tinggi harus bersifat luwes dan
akomodatif. Agar peraturan dapat jelas maka pemerintah pusat dan daerah harus
membuat Prosedur Operasional Standar (POS) yang dapat menjadi acuan bagi
sekolah penyelenggara dalam menggunakan anggaran. Dengan demikian, peraturan
yang dibuat tidak boleh hanya menguntungkan sepihak terutama pada sekolah
penyelenggara tetapi dapat memperkuat eksistensi sekolah berasrama.
38
B. Pelaksanaan Pengembangan Budaya Sekolah Berasrama

1. Pelaksanaan pengembangan budaya di sekolah berasrama

Pelaksanaan pengembangan budaya di sekolah berasrama dimulai setelah perencanaan


selesai dilakukan. Seluruh komponen yang ada di sekolah melaksanakan tugas pokok
dan fungsinya untuk mencaai tujuan yang telah ditetapkan. Saat pelaksanaan
pengembangan mungkin saja terjadi hambatan yang ditemui oleh para pelaksana
sehingga setelah pelaksanaan program pengembangan sepatutnya dilakukan evaluasi.

Gb 3 Bagan alur pelaksanaan pengembangan budaya

Dalam program pengembangan diri, perencanaan dan pelaksanaan pendidikan budaya


dan karakter bangsa dilakukan melalui pengintegrasian ke dalam kegiatan sehari-hari
sekolah (lihat table kegiatan pembudayaan pada halaman 19)

a. Kegiatan rutin sekolah

Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan siswa secara terus menerus dan
konsisten setiap saat. Contoh kegiatan ini adalah upacara pada hari besar kenegaraan,
pemeriksaan kebersihan badan (kuku, telinga, rambut, dan lain-lain) setiap hari Senin,
beribadah bersama atau shalat bersama setiap dhuhur (bagi yang beragama Islam) dan
39
agama lain menyesuaikan, berdoa waktu mulai dan selesai pelajaran, mengucap salam
bila bertemu guru, tenaga kependidikan, atau teman.

b. Kegiatan spontan

Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang dilakukan secara spontan pada saat itu juga.
Kegiatan ini dilakukan biasanya pada saat guru dan tenaga kependidikan yang lain
mengetahui adanya perbuatan yang kurang baik dari siswa yang harus dikoreksi pada
saat itu juga. Apabila guru mengetahui adanya perilaku dan sikap yang kurang baik
maka pada saat itu juga guru harus melakukan koreksi sehingga siswa tidak akan
melakukan tindakan yang tidak baik itu. Contohnya jika mendapati siswa membuang
sampah tidak pada tempatnya, berteriak-teriak sehingga mengganggu pihak lain,
berkelahi, memalak, berlaku tidak sopan, mencuri, dan atau berpakaian tidak senonoh
maka perlu segera ditindak sesuai dengan kadar penyimpangannya. Kegiatan spontan
berlaku untuk perilaku dan sikap siswa yang tidak baik untuk diberikan hukuman. Bagi
siswa yang berperilaku baik perlu diberikan penghargaan seperti memperoleh nilai
tinggi, menolong orang lain, memperoleh prestasi dalam olah raga atau kesenian, berani
menentang atau mengkoreksi perilaku teman yang tidak terpuji.

c. Keteladanan

Keteladanan adalah perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan dalam
memberikan contoh terhadap tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan
menjadi panutan bagi siswa untuk mencontohnya. Jika guru dan tenaga kependidikan
yang lain menghendaki agar siswa berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai
budaya dan karakter maka guru dan tenaga kependidikan yang lain adalah orang yang
pertama dan utama memberikan contoh berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-
nilai itu. Misalnya, berpakaian rapi, datang tepat pada waktunya, bekerja keras, bertutur
kata sopan, kasih sayang, perhatian terhadap siswa, jujur, menjaga kebersihan, dan
sebagainya.

d. Pengkondisian
Untuk mendukung keterlaksanaan penguatan pendidikan karakter maka sekolah harus
dikondisikan sebagai pendukung kegiatan itu. Sekolah harus mencerminkan kehidupan
40
nilai-nilai budaya dan karakter yang diinginkan. Misalnya, toilet yang selalu bersih, bak
sampah ada di berbagai tempat dan selalu dibersihkan, sekolah terlihat rapi dan alat
belajar di tempatkan dengan teratur.

e. Pengintegrasian dalam mata pelajaran

Pengembangan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakater bangsa diintegrasikan


dalam setiap pokok bahasan dari setiap mata pelajaran. Nilai-nilai tersebut dicantumkan
dalam silabus dan RPP. Pengembangan nilai-nilai itu dalam silabus ditempuh melalui
cara-cara berikut ini:
a. Mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada Standar Isi
(SI) untuk menentukan apakah nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang
tercantum itu sudah tercakup di dalamnya;
b. Menggunakan tabel yang memperlihatkan keterkaitan antara SK dan KD dengan
nilai dan indikator untuk menentukan nilai yang akan dikembangkan;
c. Mencantumkankan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dalam tabel itu ke dalam
silabus;
d. Mencantumkan nilai-nilai yang sudah tertera dalam silabus ke dalam RPP;
e. Mengembangkan proses pembelajaran siswa secara aktif yang memungkinkan
siswa memiliki kesempatan melakukan internalisasi nilai dan menunjukkannya
dalam perilaku yang sesuai; dan
f. Memberikan bantuan kepada siswa, baik yang mengalami kesulitan untuk
menginternalisasi nilai maupun untuk menunjukkannya dalam perilaku.

f. Kegiatan Ekstrakurikuler
Ekstrakurikuler di sekolah merupakan media siswa untuk berekpresi sesuai dengan
minat dan bakatnya. Di setiap sekolah ada sederet daftar kegiatan tambahan
ekstrakuriluler atau yang disingkat dengan sebutan ekskul yang diizinkan sekolah
dengan siswa sekolah atau sebagai anggotanya. Manfaat, fungsi dan tujuan
diadakannya kegiatan ekskul secara positif yang dapat mengasah kemampuan, daya
kreativitas, jiwa sportivitas, meningkatkan raa percaya diri, dan lain sebagainya.
Akan lebih baik lagi apabila mampu memberikan prestasi yang gemilang di luar
sekolah sehingga dapat mengharumkan nama sekolah. Walaupun secara akademis
nilai dari ekstrakurikuler tidak mempengaruhi prestasi belajar misalnya naik kelas,
41
namun kegunaannya jauh lebih bermanfaat daripada tidak melakukan banyak hal di
luar jam belajar. Berikut ini adalah nama-nama ekskul yang umumnya ada di institusi
pendidikan formal, yakni :
A. Ekstrakurikuler Pramuka
Ekstrakurikuler Pramuka merupakan kegiatan ekstrakurikuler wajib sesuai dengan
kurikulum 2013. Sebagai ekskul wajib, maka setiap siswa diwajibkan untuk
mengikuti kegiatan pramuka. Kegiatan kepramukaan dapat dilakukan melalui minat,
aktualisasi, dan blok. Pembentukan kepribadian dengan karakter lengkap menjadikan
pramuka sebagai pilihan untuk diberikan kepada seluruh siswa. Dalam ekskul prmuka,
minat siswa dapat disalurkan dalam berbagai Satuan Karya (SAKA) yaitu:
- SAKA Bumi
- SAKA Dirgantara
- SAKA Husada
- SAKA Bhayangkara
- SAKA Bahari

B. Ekstrakurikuler Olahraga meliputi:


- Sepak Bola
- Bola Basket
- Bola Voli
- Futsal
- Tenis Meja
- Bulutangkis
- Renang
- Fitnes (bina raga)

C. Ekstrakurikuler Bela diri meliputi:


- Karate
- Silat
- Tae Kwon Do
- Gulat
- Tarung Drajat
- Kempo

42
D. Ekstrakurikuler Seni Musik meliputi:
- Band
- Paduan Suara
- Drumband / Marchingband
- Kesenian daerah

E. Ekstrakurikuler Seni Tari dan Peran peran:


- Cheerleader
- Modern Dance/Tari Modern
- Tarian Tradisional
- Teater

F. Ekstrakurikuler Seni Media meliputi:


- Jurnalistik
- Majalah Dinding / Mading
- Broadcast (Radio Komunikasi)
- Fotografi
- Sinematrografi

G. Ekstrakurikuler Lainnya seperti:


- Komputer
- Otomotif / Bengkel
- Palang Merah Remaja / PMR
- Karya Ilmiah Remaja / KIR
- Pecinta Alam
- Klub bahasa
- Paskibra / Pasukan Pengibar Bendera
- Kerohanian (Rohis, Rohkris, dll)
- Wirausaha

43
2. Evaluasi program pengembangan budaya sekolah berasrama
a. Strategi evaluasi
Budaya sekolah adalah pengetahuan dan hasil karya cipta komunitas sekolah yang
berusaha ditransformasikan kepada siswa, dan dijadikan pedoman dalam setiap
tindakan komunitas sekolah. Pengetahuan dimaksud mewujud dalam sikap dan
perilaku nyata komunitas sekolah, sehingga menciptakan warna kehidupan sekolah
yang bisa dijadikan cermin bagi siapa saja yang terlibat di dalamnya. Untuk itu
kegiatan evaluasi sangat penting dalam suatu program karena dapat mengetahui
efektifitas pelaksanaan program terkait dengan tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini
merupakan bagian dari sistem penjaminan mutu.

Gb 4 Alur kegiatan evaluasi pengembangan budaya sekolah

Kepala sekolah melalui memonitor memenuhi kewajiban untuk memastikan bahwa


proses pelaksanaan kegiatan pengemangan budaya sekolah sudah sesuai dengan
rencana. Jadwal pelaksanaan memenuhi target waktu. Tahap pelaksanaan sesuai
dengan yang direncanakan. Lebih dari itu hasil yang diharapkan sesuai dengan target.
Jika dalam proses pelaksanaan dan hasil yang dicapai meleset dari target maka kepala
sekolah segera melakukan perbaikan proses agar hasil akhir yang dicapai sesuai
dengan yang diharapkan.
Hasil pelaksanaan program pengembangan budaya sekolah yang dapat diobservasi
misalnya kebiasaan siswa mencium tangan guru dan rutinitas senam/olah raga pada
hari Jumat di sekolah, kegiatn kerohanian, Untuk mengevaluasi nilai budaya sekolah
44
dapat dilihat dari perilaku siswa dalam kegiatan sehari-hari di lingkungan sekolah.
Selain itu pembinaan dan pengembangan budaya dan lingkungan sekolah dilakukan
secara terus menerus. Dengan demikian implementasinya dimonitor, dipantau terus
menerus untuk diketahui kendalanya dan faktor pendukungnya. Ini digunakan sebagai
upaya untuk lebih memantapkan implementasinya. Nilai-nilai yang harus dimiliki
siswa di sekolah berasrama dapat di evaluasi melalui sikap dan tingkah laku siswa
terhadap kegiatannya sehari-hari pada saat di sekolah dan di asrama. Pengembangan
budaya perlu dievaluasi agar keimanan, ketakwaan, kejujuran dan keteladanan dapat
diimplementasikan sesuai keimanan yang ada dalam lingkungan sekolah dapat dibina
dan ditumbuh kembangkan sesuai keyakinan masing-masing. Hal ini sangat strategis
dan penting mengingat kompleksitas karakteristik di dalam asrama.

b. Obyek evaluasi
Dalam melakukan evaluasi perlu diperhatikan rambu-rambu untuk melakuan evaluasi
terhadap beberapa hal pokok yaitu:
1) Ketercapaian visi, misi, dan tujuan sekolah dalam memberikan landasan filosofis
maupun operasional program pengembangan budaya di sekolah berasrama
2) Ketercapaian program pengembangan budaya di sekolah berasrama yang telah
disepakati bersama seluruh stakeholder
3) Efektivitas manajerial dalam melaksanakan pengembangan budaya di sekolah
berasrama
4) Tercukupinya daya dukung untuk program pengembangan budaya di sekolah
berasrama
5) Kenampakan hasil program melalui aktivitas dan perilaku seluruh warga sekolah
saat dan setelah melaksanakan program
6) Partisipasi seluruh stakeholder (pemerintah, sekolah, pengawas, dan masayarakat
dalam mendukung program

C. Evaluasi Pengembangan Budaya Sekolah Berasrama


Dalam rangka efektivitas evaluasi maka perlu melakukan evaluasi (rutin dan spontan)
yang dilakukan oleh pelaksana yaitu:
a. Pemerintah pusat

45
Pemerintah pusat dapat melakukan monitoring dan mengevaluasi kebijakan yang
terkait dengan peyelenggaraan sekolah berasrama secara keseluruhan termasuk
di dalamnya pengembangan budaya sekolah dalam 1 (satu) tahun sekali
b. Pemerintah provinsi
Pemerintah provinsi melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kebijakan
yang menyangkut pengembangan budaya di sekolah berasrama secara rutin
dalam tiap semester 1 (satu) kali
c. Pemerintah kota/kabupaten
Pemerintah kota/kabupaten melakukan evaluasi penyelenggaraan program
pengembangan sekolah berasrama yang menjadi tanggung jawabnya baik secara
rutin maupun spontan
d. Pengawas sekolah
Pengawas sekolah melakukan evaluasi terhadap program pengembangan budaya
di sekolah berasrama secara rutin melakukan pembinaan pada sekolah
e. Sekolah
Kepala sekolah bersama warga sekolah melakukan evaluasi rutin setiap tahun
dalam rapat kerja atau tiap akhir semester tentang pelaksanaan program. Evaluasi
spontan dapat dilakukan manakala terdapat pelaksanaan program yang dianggap
belum sesuai dengan target yang ditetapkan.

46
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Pengembangan budaya sekolah berasrama:
1.Melestarikan tradisi budaya yang sudah baik
2.Menekankan budaya bersih, kerja keras, adaptif, dan pendirian teguh
3.Menegakkan aturan secara tegas, jelas, dan berkesinambungan
4.Semua stakeholder harus memiliki pemahaman yang sama dalam menerapkan budaya
sekolah berasrama
5.Adanya sosialisasi mengenai regulasi tentang pengembangan budaya sekolah
berasrama.
6.Memberikan reward atau punishment atas ketaatan maupun pelanggaran tata tertib
sekolah berasrama
7.Pengelola sekolah menjadi teladan bagi siswa dan masyarakat.

B. Saran
Hal yang dapat disarankan meliputi:
1. Model pengembangan budaya pada sekolah berasrama ini hendaknya menjadi acuan
dalam mengelola pengembangan budaya sekolah berasrama dari berbagai jenjang
untuk daerah 3T.
2. Pemerintah Daerah dan pemerintah Pusat hendaknya memberikan bimbingan teknis
terhadap pelaksanaan pengembangan budaya di sekolah berasrama
3. Hendaknya sekolah dan Pemerintah baik pusat maupun daerah melakukan evaluasi
pelaksanaan pengembangan budaya sekolah berasrama minimal sekali dalam setahun.
4. Pengelola sekolah wajib menjadi teladan bagi siswa dan masyarakat.
5. Budaya tanggung jawab, disiplin, mandiri, cinta tanah air, dan peduli lingkungan
hendaknya dilaksanakan melalui tahap sosialisasi, implementasi, dan evaluasi.

47
PUSTAKA ACUAN

Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta
Daryanto dan Darmiatun, S. 2013. Administrasi dan Manajemen Sekolah, Jakarta: Rineka
Cipta
Mulyasa, E. 2013. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara

www.vedcmalang.com

48

Anda mungkin juga menyukai