DARTAR ISI......................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................2
C. Tujuan.......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3
1. Pengembangan Kurikulum a. Definisi Kurikulum dan Pengembangan Kurikulum
Berbasis Karakter..............................................................................................................3
b. Fungsi Pengembangan Kurikulum Berbasis Karakter...............................................5
c. Tujuan Pengembangan Kurikulum Berbasis Karakter...............................................7
2. Prinsip Pengembangan Kurikulum Berbasis Karakter..................................................7
3. Landasan Pengembangan Kurikulum Berbasis Karakter............................................10
4. Strategi Pengembangan Kurikulum Berbasis Pendidikan Karakter............................12
BAB III PENUTUP.......................................................................................................15
KESIMPULAN............................................................................................................15
SARAN........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan karakter di sekolah juga sangat terkait dengan manajemen atau
pengelolaan sekolah Pengelolaan
yang dimaksud adalah bagaimana pendidikan karakter direncanakan,
dilaksanakan Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah dan mutu yang
memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya
manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan
UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang
menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan
Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang
terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-
norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Terlepas dari berbagai kekurangan dalam praktik pendidikan di Indonesia,
apabila dilihat dari standar nasional pendidikan yang menjadi acuan pengembangan
kurikulum (KTSP) yang lalu dan Kurikulum 2013 ( K13 ) sekarang, dan implementasi
pembelajaran dan penilaian di sekolah, tujuan pendidikan di semua level dan jenjang
pendidikan sebenarnya dapat dicapai dengan baik. Pembinaan karakter juga termasuk
dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik
dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahannya, pendidikan karakter di sekolah selama
ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum pada
tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
1
Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter,
Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan grand design pendidikan karakter
untuk setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Grand design menjadi rujukan
konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur
dan jenjang pendidikan
Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata
pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap
mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya
pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam
kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.
, dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah secara
memadai. Pengelolaan tersebut antara lain meliputi, nilai-nilai yang perlu ditanamkan,
muatan kurikulum, pembelajaran, penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan,
dan komponen terkait lainnya. Dengan demikian, manajemen sekolah merupakan salah
satu media yang efektif dalam pendidikan karakter di sekolah.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Kurikulum dan Pengembangan Kurikulum Berbasis Karakter?
2. Apa Prinsip Pengembangan Kurikulum Berbasis Karakter
3. Apa Landasan Pengembangan Kurikulum Berbasis Karakter
4. Apa Strategi Pengembangan Kurikulum Berbasis Karakter?
C. Tujuan
Untuk mengetahui pengertian dari kurikulum dan pengembangan pendidikan karakter
1. Untuk mengetahui prinsip pengembangan kurikulum berbasis karakter
2. Untuk mengetahui landasan pengembangan kurikulum berbasis karakter
3. Untuk mengetahui strategi pengembangan kurikulum berbasis karakter
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengembangan Kurikulum
Definisi kurikulum jika ditinjau dari segi etimologi berasal dari bahasa latin yaitu
“curere” atau “curriculum”. Yang semula memiliki arti kata “a running course specialy a
chariot race course”, sedangkan dalam bahasa Prancis disebut dengan “courir” artinya
“to run” artinya berlari, dan istilah ini kemudian digunakan untuk sejumlah “courses”
atau mata pelajaran yang harus ditempuh untuk mencapai gelar atau ijazah.Selanjutnya
kurikulum mengalami perkembangan menjadi materi yang dipelajari (the course of
study).
Dalam bahasa Arab kurikulum diartikan dengan manhaj, yakni jalan yang terang,
atau jalan yang terang yang dilalui manusia pada bidang kehidupannya.Sementara
Nasution sebagimana dikutip oleh Armai Arief menyimpulkan beberapa penafsiran
tentang kurikulum diantaranya: Pertama, kurikulum sebagai produk. Kedua, kurikulum
sebagai program.Ketiga, kurikulum sebagai hal-hal yang akan dipelajari oleh siswa.
Keempat, kurikulum dipandang sebagai pengalaman siswa.
Selanjutnya pengertian kurikulum secara istilah juga dimaknai sebagai seluruh bahan
pelajaran yang harus disajikan dalam proses kependidikan dalam suatu sistem
institusional pendidikan.
Dalam arti sempit kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaran kegiatan
belajar mengajar disekolah. Pengertian ini menggaris bawahi adanya empat komponen
kurikulum, yaitu tujuan, isi, organisasi dan strategi. Sementara dalam pengertian yang
lebih luas kurikulum mencakup segala kegiatan yang dirancang oleh lembaga
pendidikan untuk disampaikan kepada peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan.
Pengertian ini mempresentasikan tentang segala bentuk aktivitas sekolah yang dapat
mengembangkan potensi peserta didik baik sebagai produk, program, materi pelajaran,
3
pengalaman siswa, dan hal-hal yang tidak hanya terbatas pada kegiatan belajar
mengajar.
Pengertian kurikulum diatas memang sangar variatif, namun dari beberapa definisi
dapat ditarik sebuah konklusi, bahwa disatu pihak ada yang menekankan pada isi
pelajaran dan dipihak yang lain ada yang lebih menekankan pada proses atau
pengalaman belajar.Mengacu pada berbagai definisi diatas, maka kurikulum dapat
dimaknai sebagai seperangkat alat yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan
kegiatan pembelajaran guna mencapai suatu tujuan pendidikan.
4
Sementara dalam konteks pengembangan kurikulum berbasis karakter, yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah, sebuah upaya perluasan, ataupun penyempurnaan
terhadap kurikulum melalui perencanaan,pelaksanaan dan evaluasi untuk mencapai
tujuan pendidikan yang relevan dengan hakikat pendidikan karakter.
Hendayat Soetopo dan Wasty Soemanto dalam Joko Susilo, membagi kurikulum
kedalam tujuh bagian diantaranya adalah:
Maksudnya adalah, kurikulum merupakan suatu alat atau usaha untuk mencapai
tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan oleh sekolah yang dianggap cukup tepat dan
penting untuk dicapai.
Dengan demikian pengembangan kurikulum berbasis karakter berfungsi sebagai
salah satu upaya yang dilakukan dalam rangka mensukseskan tujuan pendidikan yang
diinginkan sekolah serta dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional dalam
rangka pembangunan karakter bangsa.
Ada tiga macam, yaitu: a) sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan
mengorganisir pengalaman belajar bagi anak didik, b) sebagai pedoman untuk
mengadakan evaluasi terhadap perkembangan anak dalam rangka menyerap sejumlah
pengalaman yang diberikan, c) sebagai pedoman dalam mengatur kegiatan pendidikan
dan pengajaran.13
5
Dengan demikian fungsi pengembangan kurikulum berbasis karakter diharapkan
mampu menjadi acuan dalam rangka merencanakan, melaksanakan serta mengevaluasi
kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.
Maksudnya orang tua dapat turut serta membantu usaha sekolah dalam memajukan
putra-putrinya. Bantuan orang tua ini dapat melalui konsultasi langsung dengan sekolah
atau guru,dana, dan sebagainya.
Dengan demikian kurikulum berbasis karakter tidak hanya memiliki nilai kegunaan
bagi peserta didik dan pendidik saja, akan tetapi juga memiliki fungsi bagi orang tua
murid dalam rangka mengetahui perkembangan karakter dan perkembangan-
perkembangan lainnya yang dialami oleh putra-putrinya.
Ada dua jenis berkaitan dengan fungsi ini, yaitu pemeliharaan keseimbangan proses
pendidikan dan penyiapan tenaga guru.
6
selanjutnya baik dalam hal proses pendidikannya atapun dalam penyiapan tenaga
pendidiknya.
Sekurang-kurangnya ada dua hal yang bisa dilakukan dalam fungsi ini yaitu:
pemakai lulusan ikut memberikan bantuan guna memperlancar pelaksanaan program
pendidikan yang membutuhkan kerja sama dengan pihak orang tua atau masyarakat.
Dan ikut memberikan kritik atau saran yang membangun dalam rangka
menyempurnakan program pendidikan di sekolah agar bisa lebih serasi dengan
kebutuhan masyarakat dan lapangan kerja.
7
Mengingat akan pentingnya tujuan ini, tidak heran jika perumusan tujuan menjadi
langkah pertama dalam pengembangan kurikulum. Filosofi yang dianut pendidikan atau
sekolah biasanya menjadi dasar pengembangan tujuan. Oleh karena itu, tujuan
hendaknya merefleksikan kebijakan, kondisi, masa kini dan masa datang, prioritas,
sumber-sumber yang sudah tersedia, serta kesadaran terhadap unsur-unsur pokok dalam
pengembangan kurikulum.
Yang dimaksud dengan prinsip relevansi adalah kesesuaian, dan keserasian pendidikan
dengan tujuan masyarakat. Pendidikan dikatakan relevan jika hasil pendidikan tersebut
berguna secara fungsional bagi masyarakat. Oleh karena itu output pendidikan harus
memiliki nilai relevansi dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja. Untuk dapat
menghasilkan output pendidikan yang memiliki relevansi tersebut diperlukan kurikulum
yang dapat mengantisipasi apa yang terjadi pada masa yang akan datang. Masalah
relevansi dengan masyarakat dalam hal ini berkenaan dengan:
2) Relevansi pendidikan dengan kehidupan sekarang dan kehidupan yang akan datang.
1) Prinsip efisiensi
Merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai dengan pengeluaran (berupa waktu,
tenaga, dan biaya) yang diharapkan menunjukkan hasil yang seimbang. Dalam
kaitannya dengan pelaksanaan kurikulum atau proses belajar mengajar. Proses belajar
8
mengajar dikatakan efisien jika usaha, biaya, dan waktu yang digunakan untuk
menyelesaikan program pengajaran tersebut dapat merealisasikan hasil yang optimal.
2) Prinsip efektivitas
Berkaitan dengan sejauh mana apa yang telah direncanakan dapat dilaksanakan atau
dapat dicapai. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan kurikulum dan proses belajar
mengajar, ada dua hal yang perlu dibahas, diantaranya adalah: Pertama, efektivitas
mengajar guru yakni berkenaan dengan sejauh mana kegiatan belajar mengajar dapat
dilaksanakan dengan baik. Kedua, efektivitas belajar murid, hal ini berkenaan dengan
sejauh mana tujuan belajar yang diinginkan telah dicapai melalui kegiatan belajar
murid.20
c. Prinsip Kesinambungan
1) Kesinambungan materi dalam satu bidang studi antar jenis atau jenjang dalam
program pendidikan, misalnya bahan pelajaran yang diperlukan untuk jenjang yang
lebih tinggi harus sudah diajarkan jenjang yang sebelumnya.
2) Kesinambungan antara berbagai bidang studi atau ketekaitan antara bidang studi
yang satu dengan yang lainnya. Misalnya keterkaintan antara matematika dengan
pendidikan agama dan lain sebagainya.
d. Prinsip Fleksibilitas
Prinsip ini dimaksudkan, dalam pengembangan kurikulum harus ada keluwesan dan
tidak kaku, harus ada kebebasan bertindak dalam proses pendidikan baik bagi guru
maupun peserta didik. Bagi guru diberikan kebebasan dalam mengembangkan program-
program pengajaran. Misalanya pengembangan materi ajar, strategi belajar mengajar,
akan tetapi tetap berpegang pada tujuan dan bahan pelajaran dalam kurikulum yang
masih umum. Bagi peserta didik diberikan kebebasan dalam memilih program
pendidikan yang sesuai dengan bakat, minat serta kebutuhannya.
9
ini dilakukan sebagai langkah pertama dalam pengembangan kurikulum sebelum
menentukan bahan. Karena tujuan merupakan faktor utama yang menjiwai dan
mewarnai keseluruhan aktivitas pendidikan yang dilakukan oleh guru dan murid.
Prinsip ini mengandung implikasi bahwa sekolah tidak hanya memberi pengetahuan dan
keterampilan yang bersifat sementara, hanya sampai pada peserta didik tamat dari
sekolah, namun juga memberikan bekal pengetahuan agar dapat menumbuh
kembangkan dirinya sendiri dalam masyarakat luas secara terus menerus sepanjang
hayatnya.Beberapa prinsip pengembangan kurikulum diatas dapat dijadikan oleh
developers atau pengembang kurikulum dalam upaya melakukan pengembangan
kurikulum berbasis karakter, mengingat intensitas kebutuhan masyarakat selalu
meningkat dan berkembang pada setiap masanya, maka kurikulum dituntut untuk
menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan perkembangan yang dialami dengan cara
menentukan prinsip-prinsip yang akan dijadikan sebagai acuan dalam mengembangkan
kurikulum berbasis karakter yang akan dilakukan.
a. Landasan Filosofi
10
mengambil satu keputusan yang tepat. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh
pengembang kurikulum,diantaranya adalah seorang pengembang kurikulum dalam
mengembangkan kurikulum tidak boleh mementingkan filsafat pribadinya, melainkan
harus mempertimbangkan falsafah negara, falsafah lembaga pendidikan serta falsafah
staf pengajar dan pendidik.
b. Landasan Sosiologi
Landasan sosiologis juga mencakup hal-hal yang berkaitan dengan masyarakat dan
kebudayaan, yang mana nilai-nilai budaya tersebut memberikan unsur pada perumusan
tujuan dan juga isi kurikulum. Sehingga landasan sosiologis harus mengacu pada dua
unsur yaitu, kebutuhan masyarakat dan perubahan serta perkembangan dalam
masyarakat. Secara jelas landasan sosiologis ini harus mengacu pada tingkat aspek
sosial, budaya, serta agama yang berkembang di masyarakat sekitarnya.
c. Landasan Psikologis
11
psikologis dalam pengembangan kurikulum pendidikan harus mengacu pada aspek
perbedaan umur, kemampuan berfikir dan kemampuan siswa pada saat itu.
d. Landasan Teknologi
2) Landasan sosiologis, yakni memberikan dasar untuk menentukan apa yang akan
dipelajari sesuai dengan kebutuhan masyarakat, kebudayaan dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
12
dan dikuasai oleh anak sesuai dengan taraf kemampuannya.Beberapa landasan diatas
merupakan sebuah tolak ukur yang perlu dijadikan sebagai suatu pertimbangan sebelum
menentukan arah pengembangan kurikulum yang akan dilakukan oleh suatu lembaga
pendidikan, dengan menentukan landasan yang akan digunakan suatu lembaga
pendidikan akan dapat mengetahui fungsi dari pengembangan kurikulum berbasis
karakter yang dilakukan, aspek apa saja yang perlu dilakukan dalam pengembangan
kurikulum berbasis karakter, serta apa dampak dan hasil yang akan didapatkan dari
pengembangan kurikulum berbasis karakter tersebut.
Sebagaimana yang telah kita ketahui, bahwa manusia diciptakan dengan dibekali
berbagai potensi yang harus ditumbuh kembangkan, sehingga potesi tersebut sesuai
dengan fungsi diciptakannya manusia itu sediri yaitu sebagai wakil Allah SWT dalam
rangka untuk memelihara alam ini.
Agar tugas dan tujuan diciptakannya manusia dalam kehidupan dunia ini terwujud,
maka sisi karakter yang ada dalam diri manusia perlu dikembangkan sehingga akan
membentuk suatu sifat dan perilaku, baik kepada Tuhan maupun kepada sesama
manusia.
Jadi pembentukan karakter adalah merupakan suatu keharusan dan bahkan menjadi
tujuan diselenggarakannya pendidikan. Hal itu pula yang menjadi tujuan diutusnya Nabi
Muhammad Saw ketengah-tengah masyarakat jahiliyah, sebagaimana sabdanya dalam
sebuah Hadist bahwa, sesungguhnya nabi saw di utus untuk menyempurnakan akhlak.
Oleh karena itu, untuk membentuk karakter anak dapat dilakukan dengan berbagai
macam pendekatan, selain yang dijelaskan diatas, pembentukan karakter anak dapat
dilakukan dengan sikap sebagai berikut (Furqon Hidayatullah, 2010):
13
1) Keteladanan .
Keteladanan adalah merupakan sebuah sikap dan perilaku yang muncul dari hati
nurani yang paling dalam, sehingga apa yang dilakukukan tidak menyimpang dari
kehendak Tuhan dan norma-norma yang ada ditengah-tengah masyarakat. Oleh karena
itu dalam mendidik manusia Allah menggunakan contoh atau teladan sebagai model
terbaik agar mudah diserap dan diterapkan oleh manusia (Furqon Hidayatullah, 2010).
2) Penanaman Kedisiplinan
Amiroeddin Sjarif mengatakan bahwa kedisiplinan pada dasarnya adalah suatu
ketaatan yang sungguh-sungguh yang didukung oleh kesadaranuntuk menunaikan tugas
dan kewajiban serta berperilaku sebagaimanamestinya menurut aturan-aturan atau tata
kelakuan yang seharusnya berlakudalam suatu lingkungan tertentut (Furqon
Hidayatullah, 2010).
Dengan demikian, kedisiplinan dalam melaksanakan aturan dalam lingkungan atau
kegiatan yang dilakukan secara rutin itu terdapat nilai-nilai yang menjadi tolek ukur
tentang benar tidaknya suatu yang dilakukan oleh seseorang. Bentuk kedisiplinan yang
diberlakukan adalah merupakan sebuah usaha untuk membentuk karakter individu
(Ramayulis, 2002).
3) Pembiasaan
Anak akan tumbuh dan berkembang sebagaimana lingkungan yang mengajarinya
dan lingkungan tersebut juga yang menjadi kebiasaan yang dihadapinya setiap hari. Jika
lingkungan mengajarinya dengan kebiasaan berbuat baik, maka kelak anak akan terbiasa
berbuat baik dan sebaliknya jika seorang anak tumbuh dalam lingkungan yang
mengajarinya berbuat kejahatan, kekerasan, maka ia akan tumbuh menjadi pelaku
kekerasan.
14
Banyak perilaku yang merupakan hasil pembiasaan yang berlangsung sejak dini. Oleh
sebab itu, tanggung jawab orang tua adalah memberikan lingkungan terbaik bagi
pertumbuhan anak-anaknya, karena kenangan utama bagi anak-anak adalah kepribadian
ayah dan ibunya.
4) Menciptakan Suasana Yang Kondusif
Terciptanya suasanya yang kondusif akan memberikan iklim yang memungkinkan
terbentuknya karakter. Oleh karena itu, berbagai hal yang terkait dengan upaya
pembentukan karakter harus dikondisikan, terutama individu-individu yang ada
dilakungan itu (Furqon Hidayatullah, 2010).
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari beragam penjelasan yang penulis paparkan dibab sebelumnya, maka penulis
dapat menyimpulkan
15
Pengembangan kurikulum berbasis karakter, yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah, sebuah upaya perluasan, ataupun penyempurnaan
terhadap kurikulum melalui perencanaan,pelaksanaan dan evaluasi untuk
mencapai tujuan pendidikan yang relevan dengan hakikat pendidikan
karakter
SARAN
Sebaiknya kita sebagai calon pendidik terlebih dahulu memahami kepribadian dari
setiap pribadi peserta didik melalui setiap pendekatan yang kita lakukan.
1. Kita sebagai calon pendidik kita harus memiliki prinsip dasar dalam
pembentukan karakter seperti menanamkan nilai-nilai kehidupan.
2. Kita sebagai calon Pendidik juga harus bisa membawakan kurikulum yang
diajarkan dengan tepat dan memiliki kesinambungan supaya pendidikan karakter
tersebut dapat membentuk peserta didik yang berkarakter
DAFTAR PUSTAKA
16
Abdul Majid dan Dian Andayani. (2011). Pendidikan Karakter Perspektif Islam. (PT.
Remaja Rosdakarya, Ed.). Bandung.
Abū Hamid al-Gazali. (n.d.). Ihya Ulumuddin (2nd ed.). Mesir: Daar al-Taqwa.
Admin. (2012). Kurikulum Pendidikan Karakter.
Depdikbud. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Furqon Hidayatullah. (2010). Pendidikan Karakter Membangun Peradaban Bangsa.
Surakarta: Yuma Pustaka.
Hasan, A. ahmad. (1985). Nazariyah al-Tarbiyah fi al-Qur’ān wa-Tatbiqātuha fi Ahdi
Rasulillah SAW. Qairo: Dār al-Mā ārif.
Hendro Darmawan, D. (2010). Kamus Ilmiah Populer Lengkap. Yogyakarta: Bintang
Cemerlang.
Iskandar W dan Usman Mulyadi. (1988). Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum.
Jakarta: Bina Aksara.
Kesuma, Dharma, dkk. (2011). Pendidikan Karakter; Kajian Teori dan Praktik di
Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Megawati, R. (n.d.). Pendidikan Karakter Solusi yang tepat Untuk Membangun Bangsa.
Jakarta: Indonesia Heritage Foundation.
17