Anda di halaman 1dari 116

PENGARUH BIMBINGAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI

BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA SDIT


MUHAMMADIYAH SINAR FAJAR CAWAS KLATEN
TAHUN PELAJARAN 2009/2010

SKRIPS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Tugas dan Syarat-syarat


Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Pada Fakultas Agama Islam Jurusan Tarbiyah

Oleh :

AMIRUL HIKAM_
NIM : G 000 070 103

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2009

i
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
FAKULTAS AGAMA ISLAM

Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan. Kartasura Telp (0271) 717417. 719483 Fax 715448 Surakarta 57102

NOTA DINAS PEMBIMBING

Surakarta, 29 Juni 2010

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Agama Islam UMS

di Surakarta

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun

teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini:

Nama : Amirul Hikam

NIM : G 000 070 103

Jurusan : Tarbiyah

Judul Skripsi : Pengaruh Bimbingan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar

Pendidikan Agama Islam Pada Siswa SDIT Muhammadiyah

Sinar Fajar Cawas KlatenTahun Pelajaran 2009/2010.

Selaku pembimbing kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak

diajukan untuk dimunaqasyahkan.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Pembimbing I Pembimbing II

(Drs. Bambang Raharjo, M. Ag) (Drs. Abdullah Mahmud, M.Ag)

ii
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
FAKULTAS AGAMA ISLAM

Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan. Kartasura Telp (0271) 717417. 719483 Fax 715448 Surakarta 57102

PENGESAHAN

Nama : Amirul Hikam


NIM : G000070103
Jurusan : Tarbiyah
Judul Skripsi : Pengaruh Bimbingan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar
Pendidikan Agama Islam Pada Siswa SDIT Muhammadiyah
Sinar Fajar Cawas KlatenTahun Pelajaran 2009/2010.

Telah dimunaqasyahkan atau diujikan dalam ujian skripsi Fakultas Agama


Islam Jurusan Tarbiyah pada tanggal, 20 Juli 2010, dapat diterima sebagai
kelengkapan akhir dalam menyelesaikan studi program strata I guna memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada jurusan Tarbiyah.

Surakarta, 20 Juli 2010

Panitia Ujian

Penguji I Penguji II

(Drs. Bambang Raharjo, M.Ag) (Drs. Abdullah Mahmud, M.Ag)

Penguji III

(Drs. Zaenal Abidin, M.Pd)


Dekan,

(Drs. M. Abdul Fattah Santoso, M.Ag)

iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Yang bertanda tangan di bawah ini saya:

Nama : Amirul Hikam

NIM : G000070103

Jurusan : Tarbiyah

Judul Skripsi : Pengaruh Bimbingan Orang Tua Terhadap Prestasi

Belajar Pendidikan Agama Islam Pada Siswa SDIT Muhammadiyah Sinar

Fajar Cawas KlatenTahun Pelajaran 2009/2010.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya serahkan ini

benar-benar merupakan hasil karya sendiri, kecuali kutipan dan ringkasan yang

sudah saya jelaskan sumber-sumbernya pada pembahasan, apabila dikemudian

hari ada ketidakbenaran dalam pernyataan ini maka saya siap bertanggung jawab.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Surakarta 29 Juni 2010

Yang Menyatakan

Amirul Hikam

iv
MOTTO

Ïä!$tãߊz @
4ö ¬6s)s?ur $oY-/u‘ ÓÉL-ƒÍh‘èŒ `ÏBurÍo4qn=¢Á9$#OŠÉ)ãB ÉÓÍ_ù=yèô_$# >u‘
œ Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap
mendirikan sholat, Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku
(Q.S.Ibrahim: 40).

œ Rasulullah SWA bersabda:

Bacakanlah kepada anak-anak kamu kalimat pertama dengan laa illaha


illallah (tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah) (HR.
Al Hakim).

œ Tidakkah anak yang dilahirkan itu kecuali telah membawa fitrah


(kecenderungan untuk percaya kepada Allah), maka kedua orang
tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama yahudi, nasrani,
majusi (HR. Muslim).

v
PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada :

1. Ayah dan ibu tercinta, terima kasih atas

segala doa, dukungan dan kasih sayangnya.

2. Adik-adik tersayang jazakumullah atas

dorongan dan hiburannya.

3. Teman seperjuangan di PPTQ Al Manar

Klaten, Jazakumullah atas motivasi dan

fasilitasnya.

4. Semua orang tua yang mendambakan anak

yang sholeh dan sholehah.

5. Almameterku.

vi
ABSTRAK

Keluarga secara normatif merupakan lingkungan pendidikan informal


yang paling awal dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab orang tua. Islam
memandang keluarga sebagai salah satu bentuk lembaga pendidikan karena di
dalam keluarga berlangsung pula proses pendidikan. Anak berperan sebagai
peserta didik dan orang tua sebagai pendidik. Hubungan interaksi anak dan orang
tua inilah proses kependidikan Islam berlangsung, perlakuan orang tua terhadap
anak-anaknya ikut mempengaruhi kepribadian maupun kecerdasan anak.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis dapat merumuskan masalah
sebagai berikut 1) Apa upaya yang dilakukan orang tua terhadap anaknya dalam
mencapai keberhasilan Pendidikan Agama Islam di SDIT Muhammadiyah Sinar
Fajar Cawas Klaten. 2) Adakah pengaruh bimbingan Pendidikan Islam orang tua
terhadap prestasi belajar pendidikan agama Islam di SDIT Sinar Fajar Cawas
Klaten tahun pelajaran 2009/2010. Tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk
mengetahui upaya-upaya yang dilakukan orang tua terhadap anaknya dalam
mencapai keberhasilan Pendidikan Agama Islam di SDIT Muhammadiyah Sinar
Fajar Cawas Klaten. 2) Untuk mengetahui adakah pengaruh bimbingan
pendidikan Islam orang tua terhadap prestasi belajar pendidikan agama Islam di
SDIT Sinar Fajar Cawas Klaten tahun pelajaran 2009/2010.
Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, maka Penelitian ini
merupakan penelitian lapangan, yaitu penelitian yang langsung dilaksanakan di
lapangan atau kehidupan yang sebenarnya secara spesifik dan realis tentang apa
yang terjadi, sedangkan sifat penelitian ini adalah bersifat kuantitatif,. Metode
penentuan subyek menggunakan populasi dan sampel, populasi penelitian ini
adalah seluruh siswa SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar Cawas Klaten Tahun
Pelajaran 2009/2010 sebanyak 152 siswa, sedangkan pengambilan sampel dari
penelitian ini penulis mengambil kelas 3 yang berjumlah 34 siswa. Teknik untuk
pengambilan sampel yang dipakai menggunakan metode purposive sampling yaitu
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan kriteria tertentu, sedangkan teknik
pengumpulan data menggunakan angket, dokumentasi dan wawancara dan teknik
analisis yang dipakai menggunakan analisis statistik dengan rumus “t” tes.
Dalam proses analisis data menempuh beberapa langkah yaitu: mencari D
(difference = perbedaan), menjumlahkan D, mencari mean dari D, menguadratkan
D, mencari deviasi standar dari D, mencari standar eror dari mean of D, mencari
to, interprestasi terhadap to dan menarik kesimpulan dari hasil penelitian. Melalui
pengolahan data diperoleh nilai to = -0,590 dengan df = 15. Pada taraf signifikansi
5% didapat nilai 2,13 dan taraf signifikansi 1% didapat nilai 2,95. Hasil akhir
diperoleh thitung lebih kecil daripada ttabel atau 2,13 > -0,590 < 2,95. Maka Ha yang
diajukan ditolak dan Ho diterima, ini berarti bahwa tidak terdapat perbedaan
prestasi belajar pendidikan agama Islam siswa SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar
Cawas Klaten yang mendapat bimbingan dengan yang tidak mendapat bimbingan
pendidikan agama Islam orang tua di rumah. namun dengan nilai rata-rata prestasi
belajar siswa yang mendapatkan bimbingan pendidikan agama Islam dari orang
tua di rumah sedikit lebih tinggi dari siswa yang tidak mendapatkan bibingan
yaitu 77,56 > 75,55, berarti bahwa adanya bimbingan orang tua sedikit
memberikan pengaruh terhadap prestasi pendidikan agama Islam siswa SDIT
Muhammadiyah Sinar Fajar Cawas Klaten.

vii
KATA PENGANTAR

Keberhasilan pendidikan agama Islam bukan terletak pada pendidikan

sekolah atau taman pendidikan saja, namun juga terletak pada pendidikan orang

tua. Sebagaimana diketahui bahwa anak lebih banyak berinteraksi dan lebih besar

presentase waktunya dengan orang tuanya dirumah dibanding dengan guru di

sekolah. Maka orang tualah yang sebenarnya memiliki pengaruh terhadap

keberhasilan dan prestasi pendidikan anaknya.

Dengan segala rahmat, ridha dan hidayah-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul: “Pengaruh Bimbingan Orang Tua

Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Pada Siswa SDIT

Muhammadiyah Sinar Fajar Cawas KlatenTahun Pelajaran 2009/2010”

Penulis menyadari selama proses pengerjaan penulisan skripsi ini, masih

terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan. Maka pada kesempatan ini penulis

ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada

berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu, ungkapan

terima kasih dan penghargaan yang tulus penulis tujukan kepada:

1. Drs. M. Abdul Fattah Santoso, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

viii
2. Dra. Mahasri Shobahiya, M.Ag, selaku Wakil Dekan I Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

3. Drs. Bambang Raharja, M.Ag, selaku pembimbing I dan Drs. Abdullah

Mahmud, M.Ag, selaku pembimbing II yang selalu meluangkan waktunya

untuk memberikan arahan, saran dan bimbingan kepada penulis sampai

selesainya tugas skripsi ini.

4. Seluruh staf pengajar dan staf tata usaha Fakultas Agama Islam Universitas

Muhammadiyah Surakarta UMS yang telah membantu penulis selama

perkuliahan sampai selesai.

5. Bapak. Rochmat Hernowo, ST. Kepala Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT)

Muhammadiyah Sinar Fajar Cawas, Klaten beserta stafnya, yang telah

memberikan keterangan, pengarahan dan kesempatan kepada penulis sehingga

penelitian ini dapat terlaksana.

6. Teman-teman seangkatan di Fakultas Agama Islam Universitas

Muhammadiyah Surakarta UMS.

7. Bapak dan Ibu tercinta yang tak henti-hentinya memberikan yang terbaik

(kasih sayang, perhatian, bimbingan, motivasi, arahan serta doa) kepada

penulis.

8. Adik-adikku tersayang yang selalu memberikan semangat serta dorongan dan

doanya kepada penulis.

9. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak bisa ditulis disini satu

persatu.

ix
Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis mohon balasan atas amal baik

semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Dengan iringan

doa semoga Allah SWT membalas amal baik mereka dengan balasan yang

terbaik. Dan dengan penuh harap semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak

yang memerlukannya.

Surakarta, 29 Juni 2010

Penulis

Amirul Hikam

x
DAFTAR TABEL

Tabel I Struktur organisasi SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar .............. 70

Tabel II Daftar Guru .............................................................................. 73

Tabel III Daftar Karyawan ....................................................................... 74

Tabel IV Daftaf Siswa ............................................................................. 74

Tabel V Distribusi Bimbingan Agama Islam Orang Tua ......................... 75

Tabel VI Daftar Nilai Prestasi Siswa Pendidikan Agama Islam ................ 78

Tabel VII Hasil Kerja Uji Beda Bimbingan Pendidikan Orang Tua Dengan

Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam ................................. 82

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peranan orang tua mendidik anak dalam rumah tangga sangatlah

penting, karena anak merupakan amanah dan tanggung jawab dari Allah SWT

yang harus dibimbing dan dididik dengan sebaik mungkin agar menjadi

generasi yang sholeh dan memiliki akhlak yang mulia. Dari rumah tangga pula

seorang anak mula-mula memperoleh bimbingan dan pendidikan dari orang

tuanya. Tugas seorang ayah dan ibu adalah sebagai guru dan pendidik utama

dan pertama bagi anak-anaknya dalam menumbuhkan kekuatan fisik, mental

dan rohani mereka. Di dalam kitab Tarbiyat al Aulaad, Abdullah Nashih

Ulwan menyebutkan beberapa ayat Al-Qur'an dan Al-Hadits yang berbicara

mengenai pentingnya peranan keluarga dalam pendidikan anak. Diantaranya

adalah sebagai berikut :

Q.S: At Tahrim, ayat 6 Allah SWT berfirman :

…… #Y‘$tR ö/ä3‹Î=÷dr&ur ö/ä3|¡àÿRr& (#þqè% (#qãZtB#uä tûïÏ%©!$# $pkš‰r'¯»tƒ


"Wahai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka " ( Q.S. At-Tahrim: 6 ).

Dan di dalam hadits Rasulullah SAW bersabda :

( )
"Tidaklah anak dilahirkan itu kecuali telah membawa fitrah
(kecenderungan untuk percaya kepada Allah). Maka kedua orang tuanyalah
yang menjadikannya beragama Yahudi, Nasrani ataupun Majusi" (H.R.
Bukhori).

1
Dalam riwayat lain Rasulullah juga bersabda :

,
( )
"Seorang laki-laki adalah pemimpin di dalam keluarganya dan ia
bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya. Dan seorang wanita adalah
pemimpin di dalam rumah suaminya dan ia bertanggung jawab terhadap yang
dipimpinnya itu." (HR. Bukhari dan Muslim). (dalam Abdullah Nashih Ulwan,
1981:144)

Dari beberapa dalil diatas menunjukkan bahwa betapa pentingnya

peranan orang tua dalam mendidik anak di dalam keluarga, sebab orang tua

sebagai tokoh utama dan menjadi suri tauladan bagi anak-anaknya. Hal ini

dikarenakan proses interaksi pertama kali terjadi pada anak adalah dengan

orang tua, sehingga penanaman nilai ketauhidan, pembiasaan yang baik,

penanaman nilai-nilai agama yang kuat, penanaman nilai-nilai akhlakul

karimah serta pengembangan intelektual anak haruslah dimulai orang tua

semenjak anak masih kecil.

Berkaitan dengan peranan keluarga (orang tua) dalam pendidikan

anak, (dalam Nata, 1997:116) Ki Hajar Dewantoro mengatakan:

"Alam keluarga itu buat tiap-tiap orang adalah alam pendidikan yang
permulaan. Pendidikan di situ pertama kalinya bersifat pendidikan dari orang
tua yang berkedudukan sebagai guru, sebagai pengajar dan sebagai suri
tauladan (pemberi contoh). Kepala keluarga dengan bantuan anggotanya
mempersiapkan semua atau sebagian yang diperlukan dalam keluarga
tersebut, dimana pendidikan dan bimbingan terhadap anak-anak dari segi
agama, pekerjaan dan sosial terpikul atas pundak keluarga atau atas pundak
orang-orang yang berhubungan erat dengan mereka."

Sedangkan Kamrani Buseri, (1990: 3-5) menjelaskan “Keluarga muslim

sebagai kesatuan orang-orang yang harus mampu menjadi media utama

pendidikan. Sedangkan keluarga muslim sebagai penanggung jawab

2
pendidikan harus dapat mencerminkan kehidupan secara Islami. Hal ini bisa

dicapai melalui kesadaran dalam mengarahkan segenap potensi yang dimiliki,

agar keluarga menjadi pusat pendidikan anak demi terwujudnya tujuan

keluarga muslim itu sendiri”

Setiap orang tua, sangatlah menginginkan anaknya menjadi generasi

penerus yang sholeh dan sholehah, tumbuh dengan baik menjadi anak yang

berkualitas dan berprestasi ditengah-tengah masyarakat. Hal ini tidak akan bisa

dicapai kecuali dengan adanya pendidikan agama Islam. Sebagaimana

Rasulullah bersabda :

.( )...

"Barangsiapa yang dikehendaki baik oleh Allah, niscaya diberi


pemahaman agama yang mendalam oleh-Nya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits diatas menjelaskan betapa pentingnya pendidikan agama Islam

pada diri seseorang, bisa dikatakan seseorang itu tidak akan menjadi baik

kecuali dengan agama. Untuk itu pendidikan dasar yang harus ditanamkan

kepada anak sejak dini adalah pendidikan agama Islam, sehingga adanya anak

yang belajar agama Islam tidak hanya sebatas untuk pengetahuan saja, namun

betul-betul dapat dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, serta

mendorong adanya prestasi mereka dalam Pendidikan Agama Islam.

Pentingnya bimbingan dan perhatian orang tua terhadap pendidikan

agam Islam anak dalam rangka meningkatkan prestasi belajar anak, bisa

diaplikasikan lewat pemberian perhatian dan nasihat, pengawasan terhadap

belajar, pemberian motivasi dan penghargaan, serta pemenuhan fasilitas

3
belajar dan juga bimbingan dan perhatian pada hal-hal yang berkaitan dengan

pendidikan agama Islam anak di sekolah. Dengan demikian, belajar anak di

rumah akan menjadi terbimbing dan terarah, hal ini akan mempengaruhi sikap

belajarnya di sekolah, serta dapat mempengaruhi tingkat semangat dan prestasi

belajar anak di sekolah. Sebab dengan adanya bimbingan dari orang tua,

anak akan lebih giat dan lebih bersemangat dalam belajar karena ia tahu

bahwa bukan dirinya sendiri saja yang berkeinginan untuk maju, akan

tetapi orang tuanya pun demikian. Sebab baik buruknya prestasi yang

dicapai anak akan memberikan pengaruh kepadanya dalam perkembangan

pendidikan selanjutnya.

Maka ketika di awal pertumbuhan, anak sering diisi dengan hal-hal

positif yang dimulai dengan pengembangan keagamaan agar tumbuh dan

menjadi bagian dari pembentukan kepribadiannya, melalui dasar agama yang

dimiliki anak akan memberi makna dan nilai terhadap pengetahuan yang

dikuasainya di belakang hari nanti (Buseri, 1990: 34-37).

Namun demikian, kenyataan sekarang ini banyak dijumpai orang tua

yang kurang dapat memberikan waktu dan perhatiannya secara penuh kepada

anak-anaknya terhadap pendidikan agama Islam. Sementara mereka merasa

cukup melimpahkan urusan pendidikan anak kepada pihak lain, sekolahan atau

taman pendidikan. Padahal keberhasilan pendidikan agama Islam bukan

terletak pada pendidikan di sekolah atau taman pendidikan saja, namun juga

terletak pada pendidikan dalam keluarga. Sebagaimana diketahui bahwa anak

lebih besar berinteraksi dengan lingkungan di rumah tempat tinggalnya, dalam

4
hal ini di dalam kehidupan keluarganya, atau lebih spesifik lagi anak lebih

besar prosentase waktunya berinteraksi dengan orang tuanya dibandingkan

dengan guru di sekolah. Artinya orang tualah yang sebenarnya memiliki

pengaruh besar terhadap keberhasilan prestasi belajar pendidikan anaknya

khususnya pendidikan agama Islam.

Dengan demikian sebagai pendidikan dasar atau pendidikan awal

adalah pendidikan agama, karena hal itulah yang akan mewarnai

perkembangan selanjutnya. Sudah barang tentu semua tak lepas dari

lingkungan tempat anak tinggal, karena kita tahu bahwa pendidikan itu

berlangsung dalam tiga lingkungan atau bisa juga disebut dengan Tri Pusat

yaitu: pendidikan keluarga (pendidikan informal), pendidikan sekolah

(pendidikan formal) dan pendidikan masyarakat (pendidikan non formal).

Keluarga secara normatif merupakan lingkungan pendidikan informal

atau pendidikan luar sekolah yang paling awal dan sepenuhnya menjadi

tanggung jawab orang tua. Islam memandang keluarga sebagai salah satu

bentuk lembaga pendidikan karena di dalam keluarga berlangsung pula proses

pendidikan. Anak berperan sebagai peserta didik dan orang tua sebagai

pendidik. Hubungan interaksi anak dan orang tua inilah proses kependidikan

Islam berlangsung, perlakuan orang tua terhadap anak-anaknya ikut

mempengaruhi kepribadian maupun kecerdasan anak.

Sedangkan sekolah berperan sebagai pusat pendidikan formal yang

terikat kapada tata aturan formal dan berprogram yang memiliki fungsi untuk

mencapai target atau sasaran-sasaran pendidikan bagi warga negara

5
sebagaimana yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sebagai akibat dari

perkembangan dan tantangan zaman, ilmu dan teknologi serta semakin jauhnya

anak didik dari ajaran Islam ditambah dengan terbatasnya waktu dan semakin

sibuknya orang tua dalam pekerjaanya sehingga tidak mempunyai waktu lagi

untuk mendidik anak-anaknya, maka untuk menjalankan tugas-tugas tersebut

diperlukan tempat yang dengannya orang tua bisa memberikan pendidikan

kepada anak-anaknya biarpun secara tidak langsung yaitu sekolah.

Maka orang tua dan sekolah harus mengadakan kerjasama dalam

melaksanakan pendidikan tersebut. Sebab dengan adanya kerjasama tersebut,

orang tua akan dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman dari guru

dalam hal mendidik anak-anaknya. Sebaliknya para guru akan dapat

memperoleh keterangan dari orang tua mengenai kehidupan dan sifat-sifat

anaknya. Keterangan-keterangan orang tua itu sangat besar manfaatnya bagi

guru dalam memberikan pelajaran dan pendidikan terhadap murid-muridnya.

Juga dapat mengetahui keadaan lingkungan alam sekitar murid-muridnya

dibesarkan. Sehingga terciptalah sebuah proses pendidikan yang obyektif dan

saling mendukung sehingga tercapailah pendidikan agama Islam yang

diharapkan (Tafsir, 1996: 128). .

Disamping keluarga dan sekolah yang juga ikut menunjang dan

mendukung dalam proses pendidikan agama Islam yaitu pendidikan

lingkungan masyarakat sekitar yang Islami dan juga lembaga-lembaga

pendidikan Islam non formal atau pendidikan luar sekolah, seperti Diniah, TPA

(Taman Pendidikan Al-Qur’an) atau TPQ yang ada di mushola atau masjid-

6
masjid di masyarakat, yang darinya anak didik bisa mendapatkan penjelasan

ilmu-ilmu agama Islam dan juga penerapannya yang tidak didapatkannya

ketika disekolah atau untuk lebih memahamkannya dari pelajaran yang

dipelajarinya dari sekolah.

Oleh karena itu bekal bimbingan pendidikan yang kuat sangat

diperlukan orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Hal ini untuk memperkuat

kepribadian orang tua sebagai seorang pendidik yang dapat juga sekaligus

sebagai seorang yang memiliki kesibukan tersendiri dalam bidang pekerjaan,

sehingga dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan sebaik

mungkin serta bisa mengarahkan anak-anaknya agar selalu dalam fitrahnya

yaitu sebagai hamba Allah swt dimanapun dia berada, baik dirumah, disekolah

maupun di masyarakat.

SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar Cawas Klaten merupakan sebuah

lembaga alternatif pendidikan yang memadukan dan mengembangkan IMTAQ

(Iman dan Taqwa), IPTEK (Ilmu Pengetahuan Teknologi) dan

KETRAMPILAN, dengan memadukan Kurikulum Departemen Pendidikan

Nasional dan kurikulum ciri khusus Muhammadiyah ISMUBARIS (Keislaman,

Kemuhammadiyahan, Bahasa Arab dan Bahasa Inggris) di tambah dengan

pengembangan diri yang wajib dilakukan oleh setiap siswa diluar KBM yang

meliputi: manasik haji, kunjungan belajar, out bond dan renang serta

pembiasaan amalan sehari-hari yang meliputi: sholat berjamaah, sholat dhuha,

memberi salam, rapi dan bersih serta berjabat tangan, yang semuanya itu

merupakan pembiasaan-pembiasaan yang wajib dilakukan siswa dalam

7
sekolah, sehingga terbentuklah siswa yang berkepribadian Islam yang

mempunyai kemampuan seimbang antara pengetahuan, kepribadian dan

keterampilan. Disamping itu SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar Cawas Klaten

merancang proses pembelajaran untuk mengembangkan seluruh potensi anak

yang meliputi kecerdasan Sepiritual, kecerdasan Intelektual dan kecerdasan

Emosional, yang diwujudkan dalam proses belajar mengajar yang Kreatif,

Inovatif dan bernuansa Islam.

Memilih sekolah yang berbasis Islam untuk mencetak generasi yang

sholeh dan sholehah sangatlah penting bagi orang tua. Namun tak kalah

pentingnya bahwa disamping sekolah yang Islami orang tua juga harus selalu

membimbing anak-anaknya ketika dirumah terutama dalam menerapkan ilmu

pendidikan agama Islam yang diperolehnya dari sekolah, tentunya dalam

penerapan dan pelaksanaan ibadah sehari-hari yang dikerjakan oleh anak

dengan orang tuanya ketika di rumah akan semakin menambah pemahaman

anak terhadap ilmu yang didapatkanya disekolah, hal ini sebagaimana data

yang diberikan oleh guru bidang studi Pendidikan Agama Islam SDIT

Muhammadiyah Sinar Fajar Cawas Klaten bahwa nilai yang diperoleh dari

para siswa secara umum rata-rata 75-80, hal ini diduga karena para siswa

masih mendapatkan bimbingan dari orang tua mereka terhadap tugas

belajarnya ketika di rumah. Dugaan tersebut berdasarkan dari pernyataan

beberapa orang siswa yang menyatakan bahwa orang tua mereka suka

membimbing atau menemani mereka ketika belajar dan juga selalu

8
mengarahkan mereka dalam memahami dan menerapkan pendidikan agama

Islam ketika di rumah.

Jadi, dapat dikatakan bahwa baiknya prestasi belajar Pendidikan

Agama Islam yang dicapai oleh siswa SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar

Cawas Klaten sangat berhubungan dengan bimbingan orang tua terhadap

belajar siswa terutama dalam perhatian dan pengarahan orang tua terhadap

pendidikan agama Islam kepada para siswa ketika di rumah.

Berdasarkan gagasan tersebut di atas, penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian lebih mendalam tentang bagaimana Pengaruh

Bimbingan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan agama Islam

Pada Siswa SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar Cawas Klaten Tahun Pelajaran

2009/2010.

B. Penegasan Judul

Agar dalam penelitian skripsi lebih mudah dimengerti dan dipahami

serta menghindari salah penafsiran maka terlebih dahulu penulis jelaskan

pengertian satu persatu judul skripsi:

Pengaruh Bimbingan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan

Agama Islam Pada Siswa SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar Cawas Klaten

Tahun Pelajaran 2009/2010.

1. Pengaruh

Daya yang ada atau timbul dari sesuatu yang ikut membentuk

watak kepercayaan atau perbuatan seseorang (Kamus Besar Bahasa

Indonesia, 2002: 849).

9
2. Bimbingan Orang tua

Bimbingan merupakan terjemahan dari kata guidance (Bahasa

Inggris) yang berarti pemberian pertolongan.

Sedang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 152)

Bimbingan adalah petunjuk (penjelasan) cara mengerjakan sesuatu,

tuntunan, pimpinan. Adapun yang penulis maksud disini adalah

bimbingan pendidikan agama Islam orang tua.

Sedangkan yang dimaksud pendidikan agama Islam menurut

Abdurrahman Saleh (1976: 106). adalah “Usaha berupa bimbingan dan

asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya, anak

dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta

menjadikannya sebagai way of life .

Dari rumusan diatas dapat ditarik pemahaman bahwa bimbingan

pendidikan agama Islam adalah suatu proses untuk mengembangkan dan

menjaga fitrah agama pada anak didik dengan bimbingan dan pengenalan

serta pembiasaan secara sehat terhadap ajaran-ajaran dan nilai-nilai Islam

agar anak memiliki keyakinan dan pengetahuan agama secara khusus,

kuat dan benar yang kemudian di amalkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Prestasi Belajar

Prestasi belajar berasal dari dari dua kata yaitu “prestasi” dan

“belajar”. Prestasi adalah hasil yang dicapai (dilakukan, dikerjakan, dsb).

Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu; berlatih;

berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.

10
Adapun prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau

keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya

ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru (Kamus

Besar Bahasa Indonesia, 2002: 895).

Dari defenisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi

belajar adalah suatu hasil yang dicapai dari proses perubahan tingkah laku

melalui pendidikan. Yang penulis maksud disini adalah prestasi belajar

pada mata pelajaran agama Islam siswa SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar

Cawas Klaten yang ditunjukkan dengan nilai dari hasil Ujian Semester

Tahun Pelajaran 2009/2010 yang berbentuk angka.

4. Pendidikan Agama Islam

Menurut Ahmad D. Marimba, “Pendidikan agama adalah

bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum Islam menuju

terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam (1989: 23).

Adapun pendidikan agama Islam yang dimaksud oleh Zuhairini

dkk, yaitu “ Pendidikan agama Islam berarti usaha-usaha secara sistematis

dan pragmatis dalam membantu anak-anak didik agar supaya mereka

hidup sesuai dengan ajaran Islam (1993: 27).

Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam merupakan

suatu usaha dalam bentuk bimbingan jasmani dan rohani secara sistematis

dan pragmatis berdasarkan hukum Islam menuju terbentuknya

kepribadian yang Islami.

11
5. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam

Dari pengertian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa

Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam adalah suatu hasil dari usaha

bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum Islam, berupa

perubahan tingkah laku (kepribadian) yang dapat diwujudkan angka

(kuantitatif) atau kecakapan nyata dari suatu usaha (kualitas).

6. SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar

Jenjang pendidikan sekolah dasar Islam terpadu di bawah naungan

lembaga Muhammadiyah yang merupakan sebuah lembaga alternatif

pendidikan yang memadukan dan mengembangkan IMTAQ (Iman dan

Takwa), IPTEK (Ilmu Pengetahuan Teknologi) dan KETRAMPILAN,

dengan memadukan Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional dan

kurikulum ciri khusus Muhammadiyah. Adapun ciri khusus

Muhammadiyah yaitu ISMUBARIS (Keislaman, Kemuhammadiyahan,

Bahasa Arab dan Bahasa Inggris) di tambah dengan pengembangan diri

yang wajib dilakukan oleh setiap siswa diluar KBM yang meliputi:

manasik haji, kunjungan belajar, out bond dan renang serta pembiasaan

amalan sehari-hari yang meliputi: sholat berjamaah, sholat dhuha,

memberi salam, rapi dan bersih serta berjabat tangan, dengan

mengembangkan seluruh potensi anak yang meliputi kecerdasan

Sepiritual, kecerdasan Intelektual dan kecerdasan Emosional, yang

diwujudkan dalam proses belajar mengajar yang Kreatif, Inovatif dan

bernuansa Islam.

12
Dari penegasan istilah di atas, maka maksud dari judul penelitian

ini dapat dirumuskan pengertiannya secara tertulis sebagai berikut: Suatu

penelitian yang dilakukan terhadap orang tua siswa SDIT Muhammadiyah

Sinar Fajar Cawas Klaten atas peran orang tua dalam membantu belajar

anak-anaknya dalam belajar Pendidikan Agama Islam sehingga

prestasinya dapat berhasil dengan memuaskan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan di

atas maka penulis bisa mengambil satu rumusan masalah yang akan

dilakukan, yaitu:

1. Apa usaha yang dilakukan orang tua terhadap anaknya dalam mencapai

keberhasilan Pendidikan Agama Islam di SDIT Muhammadiyah Sinar

Fajar Cawas Klaten tahun pelajaran 2009/2010 ?

2. Adakah pengaruh bimbingan Pendidikan Islam orang tua terhadap prestasi

belajar pendidikan agama Islam di SDIT Sinar Fajar Cawas Klaten tahun

pelajaran 2009/2010 ?

D. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan masalah yang diuraikan di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui usaha-usaha yang dilakukan orang tua terhadap

anaknya dalam mencapai keberhasilan Pendidikan Agama Islam di SDIT

Muhammadiyah Sinar Fajar Cawas Klaten tahun pelajaran 2009/2010.

13
2. Untuk mengetahui pengaruh bimbingan pendidikan Islam orang tua

terhadap prestasi belajar pendidikan agama Islam di SDIT Sinar Fajar

Cawas Klaten tahun pelajaran 2009/2010.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat teoritis

a. Sebagai upaya untuk memperkaya khazanah keilmuan dibidang

pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan pengaruh bimbingan

orang tua terhadap prestasi pendidikan Islam.

b. Sebagai bahan acuan dan pijakan bagi peneliti-peneliti berikutnya.

2. Manfaat praktis

a. Sebagai tambahan informasi bagi sekolah dan guru serta Orang tua

SDIT Sinar Fajar Muhammadiyah Cawas Klaten, tentang pengaruh

pemberian bimbingan pendidikan Islam orang tua dengan prestasi

belajar pendidikan agama Islam.

b. Dapat menjadi acuan bahan masukan dan pertimbangan bagi sekolah

dasar lainnya.

3. Bagi penulis

Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi Sarjana

Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) di Fakultas Agama Islam Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

14
F. Tinjauan Pustaka

Adapun penelitian-penelitian yang berhubungan dengan permasalahan yang

penulis angkat dalam skripsi ini, antara lain:

1. Penelitian yang telah dilakukan oleh Shobirin (STAIN, 2006) yang

berjudul "Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar

Pendidikan Agama Islam Pada Siswa SD Negeri 2 Siderejo Pulokulon

Grobogan Tahun Pelajaran 2006/2007. Dalam skripsi tersebut penulis

menyimpulkan bahwa semakin besar perhatian orang tua terhadap

pendidikan agama Islam anak, semakin besar motivasi anak untuk

belajar.

2. Yenny Rahayu Trihastutiningsih (UMS, 2005) dalam skripsinya dengan

judul Pengaruh Bimbingan Orang Tua dan Motivasi Belajar Terhadap

Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas II SLTP Negeri 1 Giriarto

Wonogiri Tahun Ajaran 2003/2004, menyimpulkan bahwa: 1). Tinggi

rendahnya prestasi belajar ekonomi siswa ditentukan oleh tinggi

rendahnya bimbingan orang tua dan motivasi belajar siswa; 2). bimbingan

orang tua Motivasi belajar memiliki pengaruh lebih besar (Dominan)

terhadap prestasi belajar ekonomi dibandingkan.

3. Ismunaresuvari Rien Warinten (UMS 2006) dalam skripsinya dengan

judul Bimbingan, Orang tua, Kedisiplinan, Motivasi belajar, Prestasi

belajar PPKn, siswa kelas II SMA Muhammadiyah 2 Klaten.

Menyimpulkan bahwa intensitas bimbingan orang tua, kedisiplinan dan

motivasi belajar ternyata memberikan pengaruh positif yang signifikan

15
terhadap prestasi belajar PPKn. Maka perlu diupayakan untuk

meningkatkan intensitas bimbingan orang tua dan kedisiplinan serta

motivasi belajar siswa.

4. Buku dengan judul “Mendidik Anak Bersama Nabi”.(Muhammad Suwaid,

2003). Menyimpulkan, sebagai orang tua tangung jawab yang terbesar

tidaklah hanya mencarikan nafkah bagi anak-anaknya, namun tanggung

jawab yang terbesar bagi orang tua adalah bagaimana orang tua bisa

menjadi pendidik bagi anak-anaknya, dan diantara pendidikan yang

terpenting yang harus diberikan orang tua kepada anak-anaknya

diantaranya yaitu pendidikan iman, akhlak, fisik, intelektual, psikhis,

sosial dan seksual. Dengan demikian orang tua telah melaksanakan

tanggung jawabnya secara sempurna sehingga terciptalah anak-anak yang

sholeh yang sesuai dengan fitrahnya yaitu sebagai hamba Allah SWT.

Berdasarkan uraian dan hasil penelitian, baik karya ilmiah maupun karya

tulis yang tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan

aktivitas belajar, segala bentuk bimbingan dari orang tua sangatlah

dibutuhkan oleh siswa terutama dalam bimbingan pendidikan agama Islam,

karena akan mempengaruhi terhadap proses belajar siswa dalam pelajaran

pendidikan agama Islam di sekolah, sehingga akan dapat membantu anak

dalam memecahkan kesulitan-kesulitan belajar yang di hadapi oleh siswa dan

bisa menjadi pendorong atau motivasi baginya untuk giat belajar dan

mencapai prestasi yang maksimal khususnya pada pelajaran Pendidikan

Agama Islam.

16
Jadi dapat dikatakan bahwa bimbingan pendidikan Islam orang tua

terhadap siswa memberi pengaruh besar dalam keberhasilan belajar siswa

pendidikan agama Islam. Dengan kata lain bahwa semakin baik bimbingan

orang tua terhadap belajar seorang siswa, maka semakin baik pula prestasi

belajar yang dicapainya dan demikian pula dengan sebaliknya.

Dari kesimpulan uraian diatas, maka hipotesis yang penulis kemukakan

adalah "Bimbingan pendidikan agama Islam orang tua kepada siswa

berpengaruh terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa SDIT

Muhammadiyah Sinar Fajar Cawas Klaten Tahun Pelajaran 2009/2010”.

G. Metode Penelitian

Untuk melakukan penelitian ini diperlukan metode penelitian yang

tersusun secara sistematis, dengan tujuan agar data yang diperoleh benar

keabsahanya sehingga penelitian ini layak untuk diuji kebenaranya dan dapat

dipertanggung jawabkan.

1. Jenis dan sifat penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, yaitu penelitian yang

langsung dilaksanakan di lapangan atau kehidupan yang sebenarnya secara

spesifik dan realis tentang apa yang terjadi (Mardalis, 1995: 28) dalam hal

ini lembaga yang menjadi tempat penelitian adalah SDIT Muhammadiyah

Sinar Fajar Cawas Klaten. Penelitian ini bersifat kuantitatif, yaitu

penelitian yang prosedurnya menekankan analisisnya pada data numerical

(angka) yang diolah dengan metode statistic, kemudian untuk pembahasan

yang digunakan adalah komparasi yaitu penelitian yang berusaha untuk

17
menemukan persamaan dan perbedaan tentang benda, tentang orang,

tentang prosedur kerja, tentang ide, kritik terhadap orang, kelompok,

terhadap suatu ide atau suatu prosedur kerja (Sudijono, 1992: 260).

Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah: Variabel X :

Bimbingan orang tua dan Variabel Y : Tingkat prestasi belajar siswa mata

pelajaran pendidikan agama Islam.

2. Metode Penelitian Subjek

Untuk memudahkan memperoleh data dalam penelitian ini maka

penulis memerlukan sumber data. Menurut Suharsimi Arikunto (1993:

114) yang dimaksud degan sumber data dalam penelitian ini adalah subjek

dari mana data diperoleh, adapun data-data yang diperoleh melalui kajian

pustaka dan penelitian lapangan, dengan menggunakan:

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 1998:

115) adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa-

siswi SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar Cawas Klaten tahun pelajaran

2009-2010, mulai dari kelas 1 sampai kelas 4 yang seluruhnya

berjumlah 152 orang siswa, dengan rincian yaitu: kelas 1: 49 siswa,

kelas 2: 46 siswa, kelas 3: 34 siswa dan kelas 4: 23 siswa.

b. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti

(Arikunto, 1998: 117). Apabila subjek kurang dari 100 alangkah lebih

baik bila sampelnya diambil semua sehingga penelitiannya merupakan

18
penelitian populasi. Sebaliknya jika jumlah subjek lebih besar, maka

dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih (Arikunto, 1998:

120).

Teknis pengambilan sampel dari penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan metode purposive sampling. Purposive sampling yaitu

teknik penentuan sampel dengan pertimbangan kriteria tertentu

(Sugiyono, 2006: 78). Adapun kriteria tersebut diantaranya adalah:

1. Siswa yang diberi bimbingan pendidikan agama Islam oleh orang

tua di rumah.

2. Siswa yang tidak diberi bimbingan pendidikan agama Islam oleh

orang tua di Rumah.

3. Cara menentukan sampel adalah menanyakan kepada orang tua

apakah telah memberikan bimbingan pendidikan agama Islam di

rumah.

4. Setelah sampel didapat, dari hasil tersebut ditarik data ke nilai

pendidikan Agama Islam.

Berdasarkan kriteria di atas, penulis mengambil siswa kelas 3

yang berjumlah 34 siswa sebagai responden. Hasil penyebaran data

diketahui bahwa terdapat 16 siswa yang tidak mendapatkan bimbingan

pendidikan Agama Islam di rumah, sedangkan 18 siswa mendapatkan

bimbingan pendidikan Agama Islam di rumah. Agar proporsi masing-

masing kelas sama, maka penulis mengambil 16 siswa tidak

mendapatkan bimbingan pendidikan Agama Islam orang tua di rumah

19
dan 16 siswa mendapatkan bimbingan pendidikan Agama Islam orang

tua di rumah sebagai sampel penelitian. Sehingga jumlah sampel

penelitian secara keseluruhan adalah 32 siswa.

3. Metode Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data penelitian ini penulis menggunakan metode

pokok yaitu:

a. Metode Angket

Metode ini dilakukan dengan cara mengajukan daftar pertanyaan

kepada responden, untuk memperoleh data yang sebenarnya. Angket ini

diberikan kepada orang tua. Sesuai dengan pendapatnya Suharsimi

Arikunto (1998: 140) Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti

laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Metode angket

penulis gunakan untuk mencari dan membedakan siswa yang

mendapatkan bimbingan pendidikan Islam orang tua di rumah dan

siswa yang tidak mendapatkan bimbingan pendidikan Islam orang tua

di rumah.

b. Metode Interview

Metode interview adalah merupakan satu metode untuk

mendapatkan data dengan mengadakan hubungan secara langsung

dengan informan (face to face). Menurut Sutrisno Hadi, interview

adalah metode pengumpulan data dengan sepihak yang dikerjakan

20
dengan sistematika dan berlandaskan kepada tujuan penelitian (2007:

218).

Metode interview ini penulis gunakan untuk mendapatkan data

dari kepala sekolah yang berkaitan dengan SDIT Sinar Fajar dan untuk

mengetahui usaha-usaha apa yang dilakukan orang tua dan guru dalam

mencapai prestasi yang diharapkan dari anak-anaknya terkhusus

Pendidikan Agama Islam. Adapun yang menjadi responden adalah :

a. Kepala Sekolah SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar Cawas

Klaten.

b. Guru bidang studi Pendidikan Agama Islam SDIT Muhammadiyah

Sinar Fajar Cawas Klaten.

c. Wali santri SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar Cawas Klaten.

c. Metode Observasi

Sering disebut juga dengan metode pengamatan meliputi

kegiatan pemusatan perhatian terhadap objek dengan menggunakan

seluruh alat indera (Arikunto, 1998: 146) metode ini bersama-sama

dengan metode wawancara, penulis gunakan untuk mengumpulkan data

yang mudah dipahami dan diamati secara langsung seperti keadaan

gedung serta fasilitas-fasilitas yang ada di SDIT Muhammadiyah Sinar

Fajar Cawas Klaten.

d. Metode Dokumentasi

Dokumentasi dari kata asalnya dokumen yang artinya barang-

barang tertulis dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti

21
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku, majalah, dokumen,

peraturan-peraturan, notulen rapat, cacatan harian, dan sebagainya

(Arikunto, 1998: 149). Metode ini digunakan untuk mengambil data

yang berhubungan dengan gambaran umum SDIT Muhammadiyah

Sinar Fajar Cawas Klaten yang meliputi sejarah berdirinya, sarana dan

prasarana, struktur organisasi sekolah, keadaan guru dan siswa.

4. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini, digunakan untuk mengetahui

sampai sejauh mana pengaruh bimbingan orang tua terhadap prestasi

belajar siswa di SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar Cawas Klaten. Setelah

data-data yang diperlukan sudah terkumpul, selanjutnya dalam

menganalisa data ini penulis menggunakan rumus statistik teknik “t” tes

atau to yang rumusnya sebagai berikut :

MD
“t” tes : t0 =
SEM D

Keterangan:

to = thitung

MD = Mean of Difference = Nilai Rata-rata Hitung dari Beda/Selisih

antara Sekor Variabel X dan Sekor Variabel Y

SEM D = Standar Error (Standar Kesesatan) dari Mean of Difference.

(Sudijono, 1992: 289)

22
F. Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang skripsi ini, maka dapat

dibuat sistematika penulisan skripsi.

Adapun wujud dari sistematika yang dimaksud adalah:

Bab I. Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, penegasan istilah,

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, hipotesis,

metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

Bab II. Bimbingan Pendidikan Agama Islam Orang Tua, yang terdiri dari

Pengaruh bimbingan orang tua dan Prestasi belajar pendidikan agama Islam

yang membahas: A) Pengaruh Bimbingan Orang tua, yang meliputi:

Pengertian Bimbingan Orang Tua, Materi Bimbingan Orang Tua, Metode

Bimbingan Orang Tua, Waktu Pemberian Bimbingan dan Tujuan Bimbingan

Orang Tua. B) Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam yang mencakup:

Pengertian prestasi belajar, Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

pendidikan agama Islam serta Pengaruh bimbingan orang tua terhadap prestasi

belajar pendidikan agama Islam.

Bab III. Gambaran umum SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar dan

Pengaruh bimbingan pendidikan agama Islam orang tua, yang pembahasannya

meliputi: A) Letak geografis, Sejarah singkat berdirinya SDIT

Muhammadiyah Sinar Fajar, Struktur organisasi sekolah, Visi, Misi dan

Kurikulum, Sarana dan Prasarana, Keadaan guru dan murid. B) Pengaruh

bimbingan pendidikan agama Islam orang tua dan prestasi pendidikan agama

Islam siswa SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar Cawas Klaten.

23
Bab IV. Analisa data, yang membahas tentang pengaruh bimbingan

pendidikan agama Islam orang tua terhadap prestasi belajar pendidikan agama

Islam siswa SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar Cawas Klaten.

Bab V. Penutup, yang terdiri dari kesimpulan, saran-saran, dan kata

penutup.

24
BAB II

BIMBINGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ORANG TUA

A. Bimbingan Pendidikan Agama Islam Orang Tua

1. Pengertian Bimbingan Pendidikan Agama Islam Orang Tua

Yang dimaksud pendidikan agama Islam menurut Abdurrahman

Saleh (1976: 106). adalah “usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap

anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya, anak dapat

memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya

sebagai way of life”.

Kemudian Yusuf Al-Qardhawi memberikan pengertian pendidikan

Islam sebagai berikut:

Pendidikan Islam dalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan


hatinya,rohani dan jasmanianya, akhlak dan keterampilannya. Kerana itu
pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup, baik dalam keadaan
damai maupun perang, dan menyiapkan untuk menghadapi masyarakat
dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya (dalam
Azra, 2000: 5).

Dari rumusan diatas dapat ditarik pemahaman bahwa bimbingan

pendidikan agama Islam adalah suatu proses untuk mengembangkan dan

menjaga fitrah agama pada anak didik dengan bimbingan dan pengenalan

serta pembiasaan secara sehat terhadap ajaran-ajaran dan nilai-nilai Islam

agar anak memiliki keyakinan dan pengetahuan agama secara khusus, kuat

dan benar yang kemudian di amalkan dalam kehidupan sehari-hari serta

mempunyai kekuatan mental dalam menghadapi tantangan zaman dan

kemajemukan masyarakat.

25

25
2. Pentingnya Bimbingan Pendidikan Agama Islam Orang Tua

Agama merupakan pandangan hidup setiap manusia. Begitu pula

Islam, ia adalah pandangan hidup bagi umat manusia yang akan

memberikan keselamatan bagi manusia di dunia dan akhirat. Islam

merupakan satu-satunya agama yang diridhoi disisi Allah SWT,

sebagaiman firmanya dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat: 19 sebagai

berikut:

3 ÞO»n=ó™M}$# «!$# y‰YÏã šúïÏe$!$# ¨bÎ)


Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.
(Q.S: Ali Imran: 19)

Islam mengajarkan bagi umatnya tentang berbagai hal, baik tentang

aqidah, ibadah, muamalah, dan akhlak. Dengan demikian, Islam menaruh

perhatian kepada setiap aspek kehidupan umatnya. Salah satunya adalah

perhatian Islam terhadap masalah keluarga, dimana setiap orang yang

beriman diperintahkan untuk menjaga diri dan keluarganya dari siksa api

neraka, sebagaimana dalam firmannya dalam Al-Qur’an surat At-Tahrim

ayat: 6 sebagai berikut:

….. #Y‘$tR ö/ä3‹Î=÷dr&ur ö/ä3|¡àÿRr& (#þqè% (#qãZtB#uä tûïÏ%©!$# $pkš‰r'¯»tƒ


"Wahai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka " ( Q.S. At-Tahrim: 6 ).

Ayat diatas mengadung maksud bahwa setiap orang yang beriman

diperintahkan untuk menjaga diri dan keluarga dari perbuatan-perbuatan

yanag dapat menjerumuskannya kedalam siksa api neraka, artinya adalah

diperintahkan agar menjauhi perbuatan-perbuatan yang dilarang agama.

26
Anak merupakan salah satu bagian dari keluarga yang sejak kecil

harus menerima bimbingan pendidikan agama dari orang tuanya, dalam

rangka menjaga anak dari perbuatan yang dilarang agama. Disadari atau

tidak, pendidikan agama berlangsung sejak dari dalam keluarganya. Jika

anak pada masa kecilnya tidak terbiasa berperilaku yang mencerminkan

agama, maka hal itu akan mempengarui kehidupan beragamanya pada

waktu dewasanya kelak. Untuk itu amatlah penting pendidikan agam Islam

bagi anak, dalam rangka membentuk anak supaya berakhlak Islam, taat

beribadah, mempunyai moralitas yang tinggi, berbakti kepada kedua orang

tuanya, mencintai bangsa dan negaranya, dan mampu meneruskan

perjuangan bangsa dengan penuh kejujuran dan senantiasa menegakkan

kebenaran.

3. Fungsi Bimbingan Pendidikan Agama Islam Orang Tua

Pendidikan agama sedini mungkin diberikan pada anak sejak masih

dalam kandungan, setelah lahir anak terus menerus dikenalkan akan tuhan

dan dibiasakan menjalankan semua perintah agamanya. Agama yang

ditanamkan sejak dini akan memperngaruhi sikap dan perilaku anak

tersebut. Apabila anak tumbuh di lingkungan keluarga dengan suasana

yang taat beragama, maka keberagamaanya tidak terlalu berbeda pada saat

berada di lingkungan sekolah, dia akan taat dengan agama dan prinsip-

prinsipnya dalam kehidupannya.

Bagi masyarakat Islam dalam setiap komponennya individu,

keluarga memandang pendidikan selalu berorentasi kepada Islam, yakni

27
berusaha menjadikan Islam sebagai sumber dalam proses penyelenggaraan

pendidikan, baik pendidikan informal (keluarga), pendidikan formal

(sekolah), maupun pendidikan non formal (masyarakat). Dilihat dari

kronologi keberadaan manusia, pendidikan keluarga adalah fase awal dan

basis bagi pendidikan seseorang, ia juga merupakan pendidikan alamiah

yang melekat pada setiap rumah tangga. Pendidikan fase awal dan basis ini

sangat berpengaruh dan menentukan pendidikan lanjutan, misalnya

pendidikan disekolah. Fungsi keluarga muslim dalam pendidikan terutama

sekali adalah dalam aspek pembinaan kepribadian dan penanaman nilai-

nilai yang positif dan sesuai dengan ajaran Islam, juga dalam memberikan

pengarahan dan motivasi yakni kearah apa yang dicita-citakan Islam.

Keluarga muslim sebagai kesatuan orang-orang yang harus mampu

menjadi media utama pendidikan. Sedangkan keluarga muslim sebagai

penanggung jawab pendidikan harus dapat mencerminkan kehidupan

secara Islami. Hal ini bisa dicapai melalui kesadaran dalam mengarahkan

segenap potensi yang dimiliki, agar keluarga menjadi pusat pendidikan

anak demi terwujudnya tujuan keluarga muslim itu sendiri (Buseri, 1990:

3-5).

Di awal pertumbuhan, anak diisi dengan hal-hal positif yang

dimulai dengan pengembangan keagamaan agar tumbuh dan menjadi

bagian dari pembentukan kepribadiannya, melalui dasar agama yang

dimiliki anak akan memberi makna dan nilai terhadap pengetahuan yang

dikuasainya di belakang hari nanti (Buseri, 1990: 34-37).

28
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi

pendidikan Islam dalam keluarga adalah untuk menanamkan nilai-nilai

dan dasar-dasar agama kepada anak dalam membentuk dan membina

kepribadian dan untuk mengarahkan serta memotivasi anak terhadap nilai-

nilai yang positif yang sesuai dengan ajaran Islam.

4. Ranah Pendidikan Agama Islam

Dalam bahasa sehari-hari yang dijadikan sasaran pendidikan adalah

perkembangan daya cipta, rasa, karsa manusia. Dalam bahasa

kependidikan popular dewasa ini yang menjadi obyek sasaran pendidikan

adalah kemampuan intelektual (kognitif), rasa/sikap (afaktif), dan

keterampilan psikofisik (psikomorik). Sedangkan dalam istilah popular

dikalangan Depdikbud yang menjadi sasaran garapan pendidikan adalah

ketakwaan, kecerdasan, budi pekerti dan keterampilan, semua ini untuk

mudahnya disebut dengan kepribadian, jadi kepribadian bukan dalam arti

kebudipekertian saja, melainkan untuk menyebut aspek yang bukan

jasmaniah pada diri manusia.

Dari uraian diatas, dapatlah disimpulkan bahwa yang menjadi

obyek sasaran garapan Pendidikan Islam Agama Islam mencakup empat

hal, yaitu: (a) ketakwaan kepada Allah SWT atau aspek keagamaan, (b)

kecerdasan, (c) rasa dan sikap budi pekerti, dan (d) keterampilan (Faqih,

2004: 98).

29
a. Ketakwaan (rasa keagamaan)

Sasaran pertama dan utama pendidikan agama Islam adalah

kesadaran beragama pada manusia dengan hakekatnya, sesuai dengan

fitrahnya. Sebagai mana sabda Rasulullah SAW

( )
"Tidaklah anak dilahirkan itu kecuali telah membawa fitrah
(kecenderungan untuk percaya kepada Allah). Maka kedua orang
tuanyalah yang menjadikannya beragama Yahudi, Nasrani ataupun
Majusi" (H.R. Bukhori).

b. Kecerdasan (intelektual)

Aspek atau objek sasaran pendidikan agama Islam lainnya adalah

kecerdasan, intelektual atau daya pikir manusia. Dimaksudkan dengan

aspek kecerdasan ini, selain daya cipta atau kemampuan berpikir, juga

berarti pemilihan ilmu pengetahuan.

Aspek kecerdasan atau intelektual menurut Islam termasuk penting

untuk dikembangkan, karena dalam banyak ayat Al-Qur’an segi akal

dan pikir ini sering disebut-sebut. Sebutannya bisa bermacam-macam,

misalnya: berpikir, berakal, mendengar, memahami, dan mengetahui

(berpengetahuan). Sebagaimana Allah SWT. Berfirman dalam Al-

Qur’an surat Az-Zumar: 9.

(#qä9'ré& ã•©.x‹tGtƒ $yJ¯RÎ) 3 tbqßJn=ôètƒ Ÿw tûïÏ%©!$#ur tbqçHs>ôètƒ tûïÏ%©!$# “ÈqtGó¡o„ ö@yd ö@è%

ÇÒÈ É=»t7ø9F{$#

30
Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan
orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang
berakallah yang dapat menerima pelajaran .(Q.S:Az-Zumar: 9).

c. Rasa dan sikap atau budi pekerti.

Aspek rasa, sikap dan budi pekerti, termasuk aspek yang sangat

penting untuk dikembangkan, bahkan Nabi SAW pernah bersabda:

( )
Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak(budi pekerti) yang mulia
(H.R. Ahmad dan Tabrani).

d. Keterampilan

Aspek kepribadian lain yang perlu dikembangkan dalam atau oleh

pendidikan adalah aspek keterampilan, atau kemampuan psikomotorik.

Salah satu contoh yang diajarkan Nabi SAW adalah suruhan mendidik

(melatih) anak berolah raga dan bela diri:

( ).
Hak seorang anak terhadap orang tua (bahwa orang tua itu
wajib) memberinya pelajaran tulis baca, berenang, memanah dan
jangan sekali-kali memberi makanan selain yang baik/halal (H.R.
Baihaqi).

5. Pelaku Bimbingan Pendidikan Islam dalam Keluarga.

Dalam proses pendidikan dalam keluarga, pelaku pendidikan dapat

dilakukan oleh orang tua, kakak, kakek, nenek atau orang yang lebih

dewasa dari anggota keluarga tersebut. Pendidikan keluarga termasuk

dalam kelompok pendidikan informal, dimana system dan metode yang

digunakan tidak terartur dan tidak disertai dengan arahan yang jelas dan

31
ketat. Menurut Nurcholis Madjid (2000: 95), pendidikan agama dalam

rumah tangga, melibatkan peran orang tua serta keseluruhan anggota

keluarga lainnya dalam usaha menciptakan suasana keagamaan yang baik

dan benar dalam keluarga”.

Disamping itu menurut Sudarsono (1995: 33) bahwa pendidikan

agama akan lebih berkesan, berhasil, berguna dan berdaya apabila seluruh

lingkungan dalam hidupnya ikut mempengaruhi pembinaan pribadi anak

dan sama-sama mengarahkan pada pembinaan keagamaan pada anak.

Sehingga dengan adanya arah pendidikan yang dilalui anak dalam usia

pertumbuhan akan sangat membantu perkembangan mental agama pribadi

anak.

Jalaluddin Racmad dan Muhtar Ganda Azmaja (1994: 20)

menyatakan bahwa salah satu fungsi keluarga adalah fungsi relegius.

Fungsi relegius berkaitan dengan kewajiban orang tua untuk mengenalkan,

membimbing, memberi teladan dan melibatkan anak serta anggota

keluarga lainnya mengenai kaidah-kaidah agama dan perilaku keagamaan,

fungsi ini mengharuskan orang tua sebagai tokoh inti dan panutan dalam

keluarga untuk menciptakan iklim keagamaan dalam kehidupan keluarga.

Berdasarkan uraian diatas pelaku pendidikan inti dalam keluarga

adalah orang tua. Dalam pendidikan agama orang tua adalah pendidik

utama dan pertama dalam keluarga. Bagi anak orang tua adalah model

yang harus ditiru dan diteladani. Sebagai model seharusnya orang tua

memberikan contoh yang terbaik bagi anak dalam keluarga. Sikap dan

32
perilaku orang tua harus mencerminkan akhlak yang mulia. Oleh karena

itu Islam mengajarkan kepada orang tua agar selalu mengajarkan sesuatu

yang baik-baik saja kepada anak mereka.

B. Materi Bimbingan Pendidikan Agama Islam Orang Tua

Kepribadian yang seimbang dan perilaku yang mulia tidak bisa

sempurna kecuali jika diarahkan, dibina dan dibimbing dari segala aspek.

Masa kanak-kanak mempunyai keistemewaan yang berupa kelenturan,

kesucian dan fitrah, dimana pada masa ini seorang pendidik atau orang tua

bisa memanfaatkan untuk menanamkan di dalam jiwa anak apa saja yang

dikehendakinya, bisa mengenal berbagai potensinya, serta memprediksi masa

depanya sesuai dengan kemampuan. Jika masa kanak-kanak ini dibangun

dengan penjagaan, bimbingan dan arahan maka anak akan mempunyai

kepribadian yang seimbang dan perilaku yang mulia.

Maka perilaku mulia yang mungkin orang tua harus terapkan kepada

anak-anaknya, supaya anak menjadi sholeh dan terbiasa berakhlak mulia

dalam kehidupan dan pertumbuhanya diantaranya sebagai berikut :

a. Mendidiknya agar terbiasa berwudhu setiap kali bangun dari tidur dan

bukan hanya cuci muka saja.

b. Mendidiknya agar terbiasa melakukan sholat wajib, puasa, sedekah dan

zakat.

c. Mendidiknya agar terbiasa menerima tamu menggantikan ibu dan

saudarinya.

d. Melatihnya agar bisa berbelanja untuk kebutuhan rumahnya.

33
e. Mendidiknya agar terbiasa makan tiga kali sehari sesuai dengan waktunya,

juga harus dibiasakan makan bersama keluarga.

f. Membiasakan untuk melakukan puasa dan shalat sunah.

g. Membiasakan untuk makan dan minum dengan menggunakan tangan

kanan (Nursi, 1998: 142).

Sedangkan Norman Tarazi (2001: 167-202), menambahkan bahwa

keteladanan akhlak orang tua yang harus dicontohkan kepada anak misalnya

sebagai berikut :

a. Thoharoh (bersuci), prinsip utama yang harus dipelajari oleh anak adalah

kesucian seperti wudhu sebelum shalat.

b. Menghormati orang lain, yakni hormat kepada orang tua, kakak, nenek,

kerabat, guru, orang yang usianya lebih tua dan manusia pada umumnya.

c. Shalat, shalat adalah ajaran yang tepat dalam kehidupan bagi anak, tak

pernah berubah dan teratur untuk siang dan malam.

d. Zakat dan sedekah.

e. Adab (tata karma), berkata dengan akhlak yang baik, kepribadian dan

moral yang baik.

f. Berbagi, memberi pengertian kepada anak bahwa semua yang dimilikinya

di dunia hanya titipan dari Allah SWT.

g. Keramahtamahan.

h. Taktis, artinya orang tua harus waspada terhadap perilaku dan ucapan

anak, apakah sering berbohong atau tidak.

34
Sedangkan menurut Zakariya Daradjat (dalam Rahmat dan Atmaja, 1994:

58) bahwa pendidikan yang harus dilakukan oleh orang tua adalah seperti

pendidikan Luqmanul Hakim yang merupakan salah satu suri tauladan

diantara para bapak yang sangat memperhatikan pendidikan anak. Baik

pendidikan ruhiyah maupun jismiyah, mental maupun badan. Pesan-pesan

yang disampaikan Luqmanul Hakim kepada anaknya meliputi pesan yang

berkenaan antara hubungan hamba dengan Rabnya dan hubungan antara

hamba dengan sesama. Itu semua tertuang dalam bait-bait ayat yang telah

Allah abadikan di dalam surat Luqman ayat: 13-19 yang terkandung di

dalamnya hikmah dan pendidikan antara lain :

a. Pembinaan jiwa orang tua

Untuk pendidikan dan membina kepribadian anak menjadi manusia

yang beriman, berakhlak mulia dan kuat beribadah, diperlukan pribadi

teladan yang mampu mendidik anaknya dengan bijaksana dan tanggung

jawab.

b. Pembinaan iman dan taqwa

Pembentukan keimanan dan ketakwaan perlu ditanamkan sejak

anak usia dini. Kebiasaan-kebiasaan ibadah yang dilakukan orang tua

akan ditiru anak sejak kecil. Orang tua perlu membimbing dan

mengarahkan agar nilai-nilai keimanan dapat diserap dan masuk dalam

perkembangan kepribadianya.

35
c. Pembinaan akhlak

Akhlak, sopan, santun dan cara anak menghadapi orang tuanya,

banyak tergantung kepada sikap orang tua terhadap anaknya. Apabila

sikap orang tua tidak baik dalam mendidik anak tidak adil dan kurang

kasih sayang maka boleh jadi perilaku anak bertentangan dengan yang

diharapkan oleh orang tua, sebaliknya jika anak dibina akhlaknya dengan

baik maka perilaku anak akan menjadi baik pula.

d. Pembinaan ibadah dan agama pada umumnya.

Pembinaan ketaatan beribadah pada anak juga dimulai dari dalam

keluarga. Kegiatan ibadah yang dilakukan orang tua akan ditiru anaknya

jika dibiasakan sejak kecil. Anak-anak yang biasa diajak kemasjid oleh

orang tuanya atau kebiasaan sahur atau berbuka bersama di bulan

ramadhan akan tertanam pada jiwa anak dan menjadi suatu pengalaman

waktu remaja atau dewasa.

e. Pembinaan kepribadian sosial anak

Pembentukan kepribadian berkaitan erat dengan pembinaan iman

dan akhlak, apabila nilai-nilai agama banyak masuk ke dalam

pembentukan kepribadian seseorang, tingkah laku orang tersebut akan

diarahkan dan dikendalikan oleh nilai-nilai agama.

Sedangkan menurut Muhammad Suwaid (2003: 127) Materi pendidikan

Islam baik secara rohani dan jasmani yang wajib ditunaikan orang tua kepada

anak-anaknya adalah sebagai berikut:

36
a. Pembinaan Iman atau aqidah.

Kewajiban orang tua adalah menumbuhkan anak dengan dasar-

dasar iman, rukun Islam dan dasar-dasar Syari’ah sejak masa

pertumbuhannya. Sehingga, anak akan terikat dengan Islam, baik aqidah

maupun ibadah, disamping penerapan metode maupun peraturan. Setelah

petunjuk dan pendidikan ini, ia hanya akan mengenal Islam sebagai din-

nya, Al-Qur’an sebagai imamnya dan Rasulullah SAW sebagai pemimpin

dan teladanya.

Adapun wasiat Rasulullah SAW kepada orang tua atau pendidik

untuk anak-anaknya dalam pembinaan aqidah diantaranya:

1. Membuka kehidupan anak dengan kalimat La Ilaha Illallah.

2. Mengenalkan hukum-hukum halal dan haram kepada anak.

3. Menyuruh anak untuk beribadah pada usia tujuh tahun.

4. Mendidik anak untuk mencintai Rasul, Ahli baitnya dan membaca

Al-Qur’an.

5. Mendidik keteguhan dalam aqidah dan siap berkorban karenanya.

b. Pembinaan Akhlak atau Moral.

Pembinaan akhlak atau moral adalah pendidikan mengenai dasar-

dasar moral dan keutamaan perangai, tabi’at yang harus dimiliki dan

dijadikan kebiasaan oleh anak-anak sejak masa analisa hingga ia menjadi

seorang mukallaf, pemuda yang mengarungi samudra kehidupan. Tidak

diragukan lagi bahwa keutamaan-keutamaan moral, perangai dan tabi’at

37
merupakan salah satu buah iman yang mendalam, dan berkembang

religius yang benar.

Pendidikan yang efektif dan sesuai dengan perkembangan kejiwaan

anak yang bisa dilakukan dalam keluarga dan sekolah dalam pendidikan

akhlak atau moral adalah dengan keteladanan. Keteladanan dalam

pendidikan merupakan sarana yang paling efektif dan berpengaruh dalam

mempersiapkan anak, baik dalam segi akhlak, pembentukan jiwa dan

sosialnya.

Berangkat dari sini, maka sosok teladan merupakan faktor yang

amat besar pengaruhnya dalam membentuk anak menjadi orang baik atau

buruk. Jika pendidik berakhlak baik, amanat, pemberani dan memelihara

diri dari perbuatan yang tidak baik, maka anak tentu akan terdidik pada

kebenaran, menjaga amanat, dan menghindari hal-hal yang tidak baik

pula.

Maka untuk membentengi agar anak tidak terjerumus dalam

kerusakan akhlak atau moral, setidaknya setiap orang tua atau pendidik

harus menanamkan dalam diri anak lima pilar yang telah diajarkan oleh

Rasulullah SAW yaitu:

1. Menanamkan adab-adab atau sopan santun kepada anak.

2. Menanamkan sifat jujur pada diri anak.

3. Menjaga rahasia.

4. Sifat amanah.

5. Lapang dada dan tidak pendengki.

38
c. Pembinaan Fisik atau Jasmani

Pembinaan dan melatih fisik atau jasmani anak sejak usia dini

sangatlah penting bagi orang tua karena yang demikian itu agar anak-anak

tumbuh dewasa dengan kondisi fisik yang kuat, sehat dan bersemangat.

Sebagaimana dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda :

...
Orang mukmin yang kuat adalah lebih baik dan lebih disukai oleh
Allah dari pada orang mukmin yang lemah (H.R. Muslim).

Maka dari itu hendaknya orang tua selalu memperhatikan

perkembangan fisik atau jasmani anak-anaknya serta selalu melatihnya.

Adapun bentuk-bentuk pembinaan atau latihan fisik atau jasmani anak

diantaranya yaitu dengan mengajarinya berenang, berlari, memanah,

menembak, menombak, naik kuda dan selalu membiasak anak untuk

berolah raga sehingga kelak ketika tumbuh dewasa anak tersebut akan

menjadi seorang mukmin yang sehat dan kuat yang bisa mandiri dan tidak

bergantung pada orang lain.

d. Pembinaan Intelektual

Maksud pendidikan intelektual adalah pembentukan dan

pembinaan anak dengan segala sesuatu yang bermanfaat, ilmu

pengetahuan hukum, peradaban ilmiah dan modernisme serta kesadaran

berpikir dan berbudaya. Dengan demikian, ilmu, rasio dan peradaban

anak benar-benar dapat terbina. Adapaun bentuk-bentuk pembinaan

intelelektual anak oleh orang tua diantaranya :

39
1. Menanamkan kecintaan kepada ilmu dan adab-adabnya kepada anak.

2. Memberikan tugas hafalan debagian dari ayat-ayat Al-Qur’an dan

Hadits.

3. Memilihkan guru dan sekolah yang baik bagi anak.

4. Mengajarkan bahasa arab dan bahsa asing kepada anak.

5. Membimbing anak sesuai dengan kecondongan ilmiahnya.

6. Menyediakan perpustakaan atau buku-buku dirumah untuk anak.

e. Pembinaan Psikis atau perasaan

Perasaan anak bisa dibentuk sedemikian rupa, tergantung

bagaimana orang tua membentuknya dan tentunya hal ini akan sangat

berpengaruh terhadap jiwa dan kepribadiannya. Apabila perasaan anak

dibina secara seimbang, maka kelak ia akan menjadi anak yang lurus

dimasa depannya maupun dalam kehidupannya secara utuh. Orang tua

merupakan pilar yang menjadi acuan sang anak untuk menikmati

hangatnya perasaan dan juga kenikmatan kasih sayang dari seorang ibu

dan ayah. Dalam pembinaan perasaan atau psikhis ini, orang tua bisa

merealisasikan kepada anaknya dengan cara sebagai berikut :

1. Dengan kecupan dan kasih sayang kepada anak.

2. Bermain dan bercanda dengan anak.

3. Member hadiah kepada anak.

4. Membelai kepala anak.

5. Menyambut anak dengan baik.

6. Peduli dan perhatian dengan keadaan anak.

40
f. Pembinaan Sosial.

Yang dimaksud dengan pembinaan sosial adalah mendidik anak

sejak kecil agar terbiasa menjalankan adab sosial yang baik dan dasar-

dasar psikhis yang mulia, agar di dalam masyarakat nanti ia bisa

beradaptasi dengan lingkungan masyarakat, orang dewasa dan teman

sebayanya dengan pergaulan dan adab yang baik dan bisa mempunyai

peran yang positif, keseimbangan akal yang matang dan tindakan yang

bijaksana.

g. Pembinaan Seksual

Yang dimaksud dengan pendidikan seksual adalah upaya

pengajaran, penyadaran dan penerangan tentang masalah-masalah seksual

yang diberikan kepada anak, sejak ia mengerti masalah-masalah yang

berkenaan dengan seks, naluri dan perkawinan. Sehingga, jika anak telah

tumbuh menjadi seorang pemuda dan dapat memahami urusan-urusan

kehidupan, ia telah mengetahui masalah-masalah yang diharamkan dan

dihalalkan. Bahkan mampu menerapkan tingkah laku Islami sebagai

akhlak, kebiasaan, dan tidak akan mengikuti syahwat dan cara-cara

hedonisme.

Untuk lebih jelasnya dalam Pendidikan seksual yang harus

mendapatkan perhatian secara khusus dari para orang tua dan pendidik,

maka pendidikan seksual dilaksanakan berdasarkan fase-fase berikut ini:

1. Fase pertama, usia 7 – 10 tahun, disebut masa tamyiz (masa pra-

pubertas). Pada masa ini, anak diberi pelajaran tentang etika minta

41
izin ketika masuk kamar orang tua dan membiasakan agar

menundukkan pandangan serta menjaga aurat.

2. Fase kedua, usia 10 – 14 tahun, disebut masa murahaqah (masa

peralihan atau pubertas). Pada masa ini anak dijauhkan dari berbagai

rangsangan seksual yaitu dengan memisahkan tempat tidur dengan

saudaranya, tidak tidur dengan telungkup, tidak ikhtilath (berbaur

dengan lawan jenis).

3. Fase ketiga, 14 – 16 tahun, disebut masa bulugh (masa adolesen).

Jika anak sudah siap untuk menikah, maka pada masa ini anak diberi

pelajaran tentang etika (adab) mengadakan hubungan seksual dan

kewajiban-kewajiban mandi dan sunah-sunahnya.

4. Fase keempat, setelah masa adolesen, disebut masa pemuda. Pada

masa ini anak diberi pelajaran tentang adab (etika) melakukan isti faf

(bersuci), jika memang ia belum mampu melangsungkan pernikahan

dan melarang berbuat kekejian (Ulwan, 1981: 572)

C. Metode Pendidikan Agama Islam Orang Tua

Menurut Abdullah Nashih Ulwan (1981: 182) metode pendidikan

yang berpengaruh terhadap anak antara lain yaitu:

a. Pendidikan dengan keteladanan

Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang berpengaruh

dalam mempersiapkan dan membentuk kepribadian anak. Keteladanan

dalam pendidikan adalah bagian dari sejumlah metode yang paling ampuh

dan efektif dalam mempersiapkan dan membentuk anak secara moral,

42
spiritual dan sosial. Sebab seorang pendidikan merupakan contoh ideal

dalam pandangan anak, yang tingkah laku dan sopan santunya akan ditiru.

Disadari atau tidak bahwa semua keteadanan itu akan melekat pada diri

dan perasaan baik dalam bentuk ucapan, perbuatan dan hal yang bersifat

material maupun spiritual.

b. Pendidikan dengan adat kebiasaan

Pendidikan dengan kebiasaan dan latihan merupakan salah satu

penunjang pokok kepribadian dan merupakan salah satu sarana dalam

upaya menumbuhkan keimanan anak dan meluruskan moralnya, serta

sebagai petunjuk dan pengarahan.

c. Pendidikan dengan nasehat

Pendidikan dengan nasehat adalah pendidikan dengan memberikan

petuah atau nasehat akan hakekat sesuatu, mendorong mereka menuju

harkat dan martabat yang luhur, menghiasi dengan akhlak yang mulia serta

membekali dengan prinsip-prinsip Islam, di dalam metode ini terdapat

metode yang menarik dan menyenangkan yaitu metode cerita.

Allah SWT, berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Luqman ayat : 13.

x8÷ŽÅe³9$# žcÎ) ( «!$$Î/ õ8ÎŽô³è@ Ÿw ¢Óo_ç6»tƒ ¼çmÝàÏètƒ uqèdur ¾ÏmÏZö/ew ß`»yJø)ä9 tA$s% øŒÎ)ur

ÇÊÌÈ ÒOŠÏàtã íOù=Ýàs9


“Dan (ingatlah) ketika Luqmanul Hakim berkata kepada anaknya, di
waktu ia memberi pelajaran kepadanya, Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar . (Al-Luqman:13).

43
Ayat diatas menjelaskan akan pentingnya sebuah nasehat bagi orang

tua atau pendidik kepada anak-anaknya, belajar dari kisah Luqman, dalam

mendidik tentulah harus diawali dengan sebuah nasehat. Tutur kata yang

baik, bijak, dan indah disertai kecintaan dibutuhkan untuk dapat

menguasai akal dan hati anak sehingga ia dapat dengan mudah diterima

oleh anak apa-apa yang dinasehatkan orang tua terutama dalam hal belajar

anak.

d. Pendidikan dengan perhatian atau pengawasan

Maksud pendidikan yang disertai dengan pengawasan yaitu

mendampingi anak dalam upaya membentuk aqidah dan moral dan

mengawasinya dalam mempersiapkan secara psikis dan sosial dan

menanyakan secara terus-menerus tentang keadaannya baik dalam

penddidikan maupun dalam hal belajarnya. Metode ini senantiasa

mencurahkan perhatian penuh terhadap perkembangan kemempuan

intelektual dan spiritual maupun kepribadian anak.

e. Pendidikan dengan hukuman

Berikut ini adalah sebuah metode yang diterapkan Islam dalam

memberikan sanksi kepada anak :

1. Memperlakukan anak dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.

2. Memberi sanksi kepada anak yang berbuat salah.

3. Mengatasi dengan bertahap dari sanksi yang paling ringan kepada yang

paling berat (Ulwan, 1981: 182).

44
Sedangkan Muhammad Suwaid (2003: 407) menambahkan beberapa

metode dalam pendidikan agama Islam diantaranya yaitu :

a. Dengan pembawaan kisah

Kisah bisa memainkan peran yang penting di dalam menarik perhatian

anak, kesadaran pikiran dan akalnya, karena dengan memberikan kisah

bisa membangkitkan pada diri anak keyakianan dan bisa menambahkan

semangat pada diri anak serta bisa membangkitkan rasa keislaman yang

bergelora dan mendalam.

b. Dengan pujian dan sanjungan

Tidak bisa diragukan lagi bahwa pujian terhadap anak mempunyai

pengaruh yang sangat dominan terhadap dirinya, sehingga hal itu akan

menggerakkan perasaan dan indranya. Dengan demikian, seorang anak

akan bergegas meluruskan perilaku dan perbuatanya, jiwanya akan

menjadi ringan dan juga senang dengan pujian ini untuk kemudian

semakin aktif.

c. Dengan memberikan motivasi.

Motivasi yang bersifat materi maupun maknawi adalah sangat baik. Ia

juga merupakan salah satu unsur penting di antara unsur-unsur pendidikan

Islam yang sangat dibutuhkan. Disamping itu, ia juga bisa mendorong

anak untuk lebih giat dan semangat belajar dan beramal serta terus maju

kedepan.

45
d. Targhib dan Tarhib (mendorong dan menakuti)

Targhib dan Tarhib merupakan metode kejiwaaan yang sangat

menentukan dalam meluruskan anak. Ia merupakan cara yang sangat jelas

dan gamblang dalam pendidikan ala Nabi SAW beliau sering

menggunakannya dalam menyelesaikan masalah anak disegala

kesempatan terutama dalam masalah berbakti kepada orang tua. Dengan

mendorong dan menakut-nakuti anak akan akibat bagi yang durhaka

kepada orang tua. Hal ini tidak lain bertujuan agar anak mendapatkan

pengaruh sehingga ia bisa memperbaiki diri dan perilakunya.

D. Waktu Pemberian Bimbingan Pendidikan Agama Islam Orang Tua

Pemilihan waktu yang tepat oleh kedua orang tua dalam memberikan

bimbingan kepada anak, memberikan pengaruh yang sangat besar agar

bimbingan dan nasehat yang diberikan memberikan buah yang diharapkan.

Pemilihan waktu yang tepat akan mempermudah dan memperingan usaha

dalam melakukan kegiatan mengajar. Yang mana hati itu selalu saja berubah-

ubah dan berbolak-balik. Jika kedua orang tua mampu memilih waktu yang

tepat, di mana anak mudah menerima bimbingan orang tuanya, maka ketika

itu orang tua akan merealisasikan keuntungan yang besar dalam melaksanakan

kegiatan pendidikan dan pengajaran terhadap anak.

Rasulullah SAW sangat jeli dalam mempertimbangkan waktu dan tempat

yang sesuai dalam membimbing anak. Beliau pandai mengambil faidah dari

waktu dan tempat di dalam menyampaikan ilmu kepada anak, dalam

meluruskan perilakunya yang keliru dan juga di dalam membina perilakunya

46
yang lurus dan benar. Nabi SAW memberikan tiga waktu yang tepat untuk

membimbing anak. Tiga waktu itu adalah:

1. Waktu berwisata, ketika dalam perjalanan dan ketika diatas kendaraan.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa ia berkata, “Kisra (raja

Persi) pernah membrikan hadiah seekor baghal kepada Nabi SAW lalu

beliau menaikinya dan memboncengkanku di belakang. Beliau berjalan

denganku cukup lama dan kemudian menoleh kepadaku dan bersabda,

“Nak! Aku menjawab, “Labbaik, ya Rasulullah.” Beliau kemudian

bersabda :

( )....
Peliharalah (hak-hak) Allah, niscaya Dia akan selalu menjagamu
(H.R. Tirmidzi).

Dalam riwayat yang lain dikisahkan bahkan sampai-sampai

Rasulullah pernah mengendong anak ketika sedang berjalan. Hal itu

karena dalam waktu seperti itu, anak mudah mendapatkan pengaruh dari

bimbingan yang diberikan oleh orang yang bersamanya.

2. Waktu Makan

Pada waktu makan, seorang anak akan mulai membentuk perangai dan

akan lemah di hadapan keinginan untuk makan sehingga terkadang ia

melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak baik atau melakukan tindakan-

tindakan yang tercela. Jika kedua orang tua tidak menemaninya ketika

makan dan meluruskan kesalahan-kesalahan mereka, maka anak akan

berperangai yang tidak baik. Di samping itu jika orang tua tidak mau duduk

47
menemani anak mereka ketika sedang makan, maka mereka akan

kehilangan waktu yang tepat untuk mengajarkan sesuatu kepada anak.

Nabi Muhammad SAW sendiri pernah makan bersama anak-anak, lalu

beliau melihat bebarapa kekeliruan yang kemudian beliau meluruskan

denga cara yang sangat bijak. Hal ini memberikan pengaruh yang sangat

dominan terhadap akan dan jiwa anak agar bisa memperbaiki dan

meluruskan kesalahan yang dilakukanya.

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Umar bin Abi Salamah

r.a. bahwa ia berkata:

( )
“Ketika aku masih kecil, aku pernah berada di pangkuan Nabi SAW
ketika tanganku hendak menyentuh piring, maka beliau bersabda kepadaku:
Nak, sebutlah dulu nama Allah (bacalah basmalah), lalu makanlah
dengan tangan kananmu dan ambillah makanan yang terdekat darimu .
Demikianlah selanjutnya yang saya lakukan dalam makan” (H.R. Bukhori
dan Muslim).

Dalam riwayat ini kita dapatkan ajakan Nabi SAW kepada anak untuk

makan bersama beliau. Hal itu dilakukan beliau dengan penuh kelembutan,

kemudian beliau membimbingnya bagaimana cara makan dan adab-

adabnya.

3. Ketika anak sedang sakit.

Sakit bisa membuat lentur hati orang yang dewasa yang kasar, lalu

bagaimana halnya dengan anak-anak yang hati mereka masih penuh dengan

48
kelembutan dan mudah menerima sesuatu yang masuk padanya. Seorang

anak yang sakit berarti punya dua kelembutan, yaitu kelembutan fitrah

keanakan itu sendiri dan juga fitrah kelembutan hati dan jiwa ketika ia

sedang sakit. Dengan demikian, ia sangat mudah untuk dibina dan

diluruskan kesalahannya jika ada, sampai pun dalam masalah keyakinan

atau aqidahnya. Sebagaimana yang Rasulullah SAW lakukan ketika beliau

mengunjungi seorang anak Yahudi yang sedang sakit lalu mengajaknya

agar masuk Islam. Kunjungan beliau itu ternyata merupakan kunci masa

cahaya bagi anak tersebut karena dengan kunjungan beliau anak Yahudi

tersebut akhirnya masuk agama Islam (Suwaid, 2003: 413).

Maka dari itu, hendaknya setiap orang tua atau pendidik selalu

meneladani beliau dalam mendakwahi anak dan memang harus bersabar

dan tabah dalam berdakwah sampai akhirnya tiba saatnya waktu yang tepat

untuk menanamkan benih-benih keimanan agar ia tumbuh dalam

pendidikan yang baik pada waktu yang tepat pula.

E. Tujuan Bimbingan Pendidikan Agama Islam Orang Tua

Tujuan pendidikan adalah merupakan perantara hidup. Artinya dengan

mencapai tujuan pendidikan diharapkan manusia kemudian bisa mencapai

tujuan hidup.

Orang tua dalam mendidik anaknya karena kewajiban dan karena kodrat,

selain itu karena cinta, secara sederhana tujuan bimbingan pendidikan agama

Islam kepada anak dalam keluarga adalah agar anak itu menjadi anak yang

sholeh yang berbakti kepada orang tuanya, tujuan lain adalah sebaliknya, yaitu

49
agar kelak anak tidak menjadi musuh orang tuanya, yang akan mencelakakan

orang tuanya (Tafsir, 1992: 163).

Sedangkan Zakiyah Daradjat (1987: 107) menyatakan bahwa pendidikan

agama Islam bertujuan untuk membentuk kepribadian anak sesuai dengan

ajaran Islam.

Tujuan hidup manusia sendiri, menurut hakekatnya, adalah mencapai

kebahagian hidup di dunia dan di akherat, seperti tercemin dalam do’a setiap

manusia (yang beriman) sebagai berikut:

z>#x‹tã $oYÏ%ur ZpuZ|¡ym Íot•ÅzFy$# ’Îûur ZpuZ|¡ym $u‹÷R‘‰9$# ’Îû $oYÏ?#uä !$oY-/u‘ ãAqà)tƒ `¨B Oßg÷YÏBur

ÇËÉÊÈ Í‘$¨Z9$#
Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan kami,
berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami
dari siksa neraka" (Q.S: Al-Baqarah:201).

Pendidikan bertujuan mengarahkan perkembangan kepribadian (aspek

psikologik dan psikofisik) manusia ke arah yang baik, sebab hanya dengan

perkembangan yang baik itu sajalah tujuan hidup manusia bisa tercapai.

Dengan kata lain, jika dirumuskan secara khas, tujuan yang akan atau

ingin dicapai oleh pendidik adalah perkembangan kepribadian manusia yang

baik. Ukuran baik dan tidak baiknya perkembangan kepribadian manusia itu

dilihat dari norma yang ada. Karena pada fitrahnya manusia itu beragama

Islam, maka sebenarnya norma itu haruslah norma agama Islam. Namun

demikian, karena dalam kenyataan hakekat perjalanan kehidupan manusia ada

yang tidak beragama Islam, maka dibatasi untuk mengatakan bahwa bagi

orang Islam norma yang dijadikan pegangan adalah norma (ajaran) Islam.

50
Oleh karenanya maka tujuan bimbingan pendidikan agama Islam itu dapatlah

dirumuskan sebagai tercapainya perkembangan kepribadian manusia yang

sesuai dengan ketentuan dan peraturan Allah SWT. Dalam bahasa “Qur’ani”

sesuai dengan ketentuan dan peraturan Allah itu sepadan dengan istilah “ila

sabili rabbika” dalam ayat yang menyebut “ud u ila sabili rabbika bil

hikmah (suruhlah ke jalan Allah dengan hikmah…). Jelasnya pendidikan

dimaksudkan untuk mengarahkan manusia ke jalan Allah, keadaan sesuai

dengan ketentuan dan pedoman Allah SWT. Manusia yang perkembanganya,

hidup dan kehidupannya sesuai dengan ketentuan dan pedoman Allah SWT.

itu dalam istilah agamis disebut dengan insan kamil (manusia sempurna,

manusia paripurna, manusia seutuhnya), yakni manusia yang aspek-aspek

psikologik dan psikofisiknya, baik dalam pengertian statik (ketakwaan,

kecerdasan, sikap/budi pekerti, dan keteranpilan), maupun dalam dinamika:

hubungan dengan Allah, dengan sesama manusia, dan dengan alam semesta,

berkembang secara serasi, seimbang, harmonis.

F. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam

Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam adalah suatu hasil dari

usaha bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum Islam, berupa

perubahan tingkah laku (kepribadian) yang dapat diwujudkan angka

(kuantitatif) atau kecakapan nyata dari suatu usaha (kualitas).

51
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Pendidikan Agama

Islam.

Belajar tidak terlepas dari pengaruh yang ada di sekelilingnya,

dimana siswa tersebut mengadakan aktivitas belajar. Belajar itu sendiri

merupakan suatu proses yang berlangsung dan diperlukan syarat-syarat

sehingga tujuan dari belajar dapat dicapai dengan baik. Faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar siswa di bagi menjadi tiga macam yaitu:

1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa) yakni keadaan atau kondisi

jasmani dan rohani siswa.

2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa) yskni kondisi lingkungan di

sekitar siswa.

3. Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang

meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan

kegiatan pelajaran meteri-materi pelajaran” (Syah, 1999: 80).

Berikut akan diterangkan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

yang tersebut diatas:

a. Faktor Internal Siswa

Faktor dari dalam diri individu yang belajar (faktor intern)

dimaksudkan kondisi jasmaniah dan rohaniah seseorang yang

melakukan kegiatan belajar (pendidikan), termasuk dalam pengertian

ini adalah potensi-potensi(kemampuan yang terpendam) yang ada

didalam diri seseorang. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa

sendiri meliputi dua aspek, yaitu:

52
a) Aspek Fisiologis

Kondisi umum jasmani yang menandai kebugaran organ-organ

tubuh dan sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dan

intensitas siswa dalam mengikuti kegaiatn pelajaran. Kondisi

organ tubuh yang lemah akan mempengaruhi ranah kognitif,

sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak

berbekas, terlebih pada organ pendengaran dan pengelihatan,

tingkat kesehatannya sangat mempengaruhi kemampuan siswa

dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang

dikerjakan di dalam kelas.

b) Faktor Psikologis

Faktor psikologis adalah faktor yang berhubungan dengan

faktor rohaniah, termasuk dalam faktor ini adalah Intelegensi,

sikap siswa, bakat, minat dan motivasi siswa.

1. Intelegensi Siswa

Secara umum intelegensi diartikan sebagai kemampuan

untuk mereaksikan rangsangan secara tepat. Tingkat

kecerdasan/intelegensi siswa tidak dapat diragukan lagi, sangat

menentukan tingkat keberhasilan belajar, sikap ini bearmakna,

semakian tinggi kemampuan intelegensi siswa. Semakin bsar

peluangnya meraih keberhasilan belajar. Dan sebaliknya

semakin rendah kemampuan intelegenesi siswa, semakin kecil

peluangnya meraih keberhasilan belajar.

53
2. Sikap Siswa

Sikap adalah gejala intern yang berdimensi aktif berupa

kecenderungan untuk merespon sesuatu yang baik secara

positif maupun negatif. Sikap positif siswa, baik terhadap mata

pelajaran maupun penyaji masa pelajaran akan berpengaruh

positif pula pada proses belajar itu sendiri. Sebaiknya sikap

negative pada mata atau penyaji masa pelajaran akan

berpengaruh negative pula terhadap proses belajar itu sendiri.

3. Bakat Siswa

Menurut Chaplin” Bakat adalah kemampuan potensial yang

dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa

yang mendatang” (dalam Muhibin Syah, 1999 :135).

Setiap siswa memiliki potensi sendiri-sendiri dalam bidang-

bidang tertentu untuk mencapai prestasinya masing-masing.

Jadi orang lain tidak dapat memaksakan kehendak

mengarahkan siswa pada keahlian yang tidak sesuai dengan

bakatnya. Karena hal ini akan berpengaruh buruk pada hasil

prestasi akademik atau prestasi belajarnya.

4. Minat

Minat adalah kecenderungan atau kegairahan yang tinggi

atau keinginan yang besar seseorang kepada sesuatu.

Seseorang siswa yang menaruh minat besar pada masa

54
pelajaran yang dipelajarinya, maka ia akan memusatkan

perhatianya pada mata pelajaran itu.

5. Motivasi

Motivasi adalah keadaan internal seseorang yang

mendorongnya melakukan sesuatu, dalam pengertian ini

menurut Gliatmen” Motivasi berarti memasok daya untuk

bertingkah laku secara terarah“. (dalam Muhibin Syah, 1999 :

137).

Motivasi dibagi dua, yaitu:

1. Motivasi Intrisik, yaitu motivasi yang berasal dari dalam

diri siswa, termasuk dalam motivasi intristik adalah

perasaan menyenangi materi dan keburukannya terhadap

materi tersebut.

2. Motivasi Ekstrinsik, yaitu motibasi yang berasal dari luar

diri siswa, misalnya: pujian, hadiah, peraturan atau tata

tertib, suri tauladan dan lain-lain.

Kekurang atau ketiadaan motivasi, baik yang bersifat

internal maupun yang eksternal akan menyebabkan kurang

bersemangatnya siswa dalam melakukan pembelajaran materi-

materi pelajaran yang dipelajari di sekolah maupun di rumah.

b. Faktor Eksternal Siswa

Faktor eksternal dibagi menjadi dua macam, yaitu:

55
a) Lingkungan Sosial

1) Lingkungan keluarga siswa

Lingkungan keluarga lebih banyak berpengaruh terhadap

kegiatan belajar siswa. Sifat-sifat orang tua, praktek

pengelolaan keluarga, ketegangan dalam keluarga, dan

demografi keluarga, semuanya memberikan dampak baik

ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapi

siswa.

2) Lingkungan masyarakat atau tetangga siswa

Lingkungan masyarakat dimana siswa itu tinggal juga

akan mempengaruhi aktifitas belajar siswa. Siswa yang

tinggal didaerah kumuh yang serba kekurangan dalam hal

tersediaanya alat atau fasilitas belajar, akan mempengaruhi

aktivitas belajarnya, selain itu corak kehidupan tetangga yang

kurang baik atau cenderung negatif, misalnya pada kawasan

perjudian dan mabuk-mabukkan, hal ini juga akan

berpengaruh terhadap belajar siswa, termasuk teman bergaul,

sedikit banyak juga akan memberikan pengaruh terhadap

belajar siswa. Jika ia bergaul dengan anak yang kurang

memperhatikan terhadap pelajaran atau pemalas, maka juga

akan menghambat belajarnya. Tetapi jika ia bergaul dengan

anak yang memperhatikan terhadap pelajaran atau rajin, maka

ia akan berpengaruh positif terhadap pelajarannya pula.

56
3) Lingkungan Sekolah

Yang termasuk faktor lingkunan sekolah adalah:

1. Cara penyajian pelajaran yang kurang baik

Dalam hal ini misalnya karena guru kurang

persiapan atau kurang menguasai buku-buku pelajaran.

Sehingga dalam menerangkan dan menjelaskan kepada

anak kurang baik atau sukar dimengerti oleh anak. Begitu

pula metode dan sikap guru yang kurang baik dapat

membosankan kepada anak.

2. Hubungan guru dan murid yang kurang baik

Biasanya bila anak menyukai gurunya, maka ia akan

suka pula pelajaran yang diberikannya. Sebaliknya bila

anak membenci kepada gurunya atau ada hubungan yang

kurang baik, maka ia akan sukar pula menerima pelajaran

yang diberikan, anak tidak dapat maju sebab segan

mempelajari pelajaran yang diberikan oleh guru tersebut.

3. Hubungan anak dengan teman-temannya yang kurang

menyenangkan.

Hal ini terjadi pada anak yang dibenci oleh teman-

temannya. Anak yang dibenci itu akan mengalami

tekanan batin yang menghambat kemajuan belajar. ia

sering tidak masuk sekolah dan kadang-kadang

57
mengalami perlakuan-perklakuan yang kurang

menyenangkan dari teman-temannya di sekolah.

4. Bahan pelajaran yang terlalu tinggi diatas ukuran normal

kemampuan anak.

5. Alat-alat belajar di sekolah yang serba tidak lengkap.

6. Jam-jam pembelajaran yang kurang baik dan kurang

efektif. Misalnya sekolah masuk siang dimana udara yang

sangat panas mempunyai pengaruh yang melelahkan.

b) Lingkungan Non Sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah

gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa

dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar

yang digunakan siswa.

Rumah yang sempit dan berantakkan serta perkampungan

yang terlalu padat dan tidak memiliki sarana umum untuk kegaiatn

siswa yang positif, akan mendorong siswa berkeliaran di tempat-

tempat yang tidak kondusif dan tidak sehat.

Mengenai waktu yang disenangi siswa untuk belajar, J.

Biggers (1980) berpendapat bahwa “Belajar pada pagi hari lebih

efektif dari pada waktu-waktu lainnya” (dalam Syah, 1999: 139).

Namun demikian adapula yang berpendapat bahwa belajar tidak

bergantung pada waktu secara mutlak, namun tergantung pada

kesiapan siswa sendiri.

58
c) Faktor Pendekatan Belajar

Faktor ini dapat difahami sebagai segala cara atau setrategi

yang digunakan untuk menunjang keefektifan dan efesiensi dalam

proses pembelajaran.

G. Pengaruh bimbingan pendidikan agama Islam terhadap prestasi belajar

Pendidikan Agama Islam.

Dari pembahasan terdahulu telah diketahui, bahwa anak lebih besar

berinteraksi dengan lingkungan di rumah tempat tinggalnya. Dalam hal ini

dalam kehidupan keluarganya, atau lebih spisifik lagi anak lebih besar

prosentase waktunya berinteraksi dengan orang tuanya dibandingkan dengan

gurunya di sekolah.

Terlebih pada masa pembelajaran pendidikan agama yang disadari atau

tidak, aspek dalam pendidikan lebih banyak dan menuntut adanya

konsekuwensi pengalaman. Dengan kata lain hasil belajar agama tidak hanya

dilihat dari aspek kognitif (pengetahuan intelektual) saja, namun lebih dari itu

adalah apa akibat dari setelah belajar agama, yaitu segi afektif (sikap

beragama) dan psikomotorik (kemampuan mengamalkannya).

Oleh karena itu sikap beragama dan pola hidup yang mencerminkan

agama serta kemampuan dalam mempratekan ajaran agama, merupakan

bagian dari prestasi belajar pendidikan agama, maka semakin baik sikap

beragama dan kemampuan mempratekan ajaran agama, maka semakin baik

pula prestasi belajar pendidikan agama yang dicapai siswa, artinya tujuan

pembelajaran agama Islam di sekolah juga tercapai.

59
Dan oleh karena prestasi belajar pendidikan agama juga dilihat dari aspek

sikap dan pengalaman, maka pembinaan, bibingan dan pembiasaan pendidikan

agama di rumah oleh kedua orang tua sangat berperan penting, apalagi

suasana keagamaan di rumah yang mendukung, hal ini mendukung pula

prestasi belajar pendidikan agama bagi anak di sekolah.

Orang tua merupakan madrasah pertama dalam pendidikan anak,

terutama pendidikan dalam keagamaan. Orang tua mempunyai peranan yang

fundamental dalam memberikan tradisi keagamaan akan terjadi pada anak,

manakala orang disekelilingnya memberikan keteladanan dalam

mentradisikan agama dalam kehidupannya.

Hal ini sebagaimana pendapat Zakiah Darajat, “perkembangan pada masa

anak, terjadi melalui pengalaman hidupnya sejak kecil, dalam keluarga, di

sekolah dan masyarakat lingkungan. Semakin banyak pengalaman agama

(yang sesuai dengan ajaran agama) maka semakin banyak unsur agama, maka

sikap, tindakan, kelakuan dan cara menghadapi hidup akan sesuai ajaran

Islam” (1998: 52).

Artinya keagamaan seseorang di tentukan oleh tradisi keagamaan yang

dilakukannya pada masa kanak-kanak, teladan yang baik merupakan landasan

fundamental dalam membentuk anak, baik dalam segi agama maupun akhlak.

Anak tidak melihat kecuali arang-orang disekitarnya, dan tidak meniru kecuali

orang-orang disekitarnya pula.

Pendidikan yang efektif dan sesuai dengan perkembangan kejiwaan anak

yang bisa dilakukan dalam keluarga dan sekolah adalah dengan keteladanan.

60
Abdullah Nashih Ulwan berkata didalam bukunya Tarbiyat al Aulaad

keteladanan dalam pendidikan merupakan sarana yang paling efektif dan

berpengaruh dalam mempersiapkan anak, baik dalam segi akhlak,

pembentukan jiwa dan sosialnya“ (Ulwan, 1981: 182).

Berangkat dari sini, maka sosok teladan merupakan faktor yang amat

besar pengaruhnya dalam membentuk anak menjadi orang baik atau buruk.

Jika pendidik berakhlak baik, amanat, pemberani dan memlihara diri dari

perbuatan yang tidak baik, maka anak tentu akan terdidik pada kebenaran,

menjaga amanat, dan menghindari hal-hal yang tidak baik pula.

Secara kejiwaan, dalam hal ini anak-anak di usia sekolah dasar dalam

mensikapi agama, masih bersifat egosentris, artinya masih semaunya sendiri,

dan hanya untuk memperturutkan keinginan sendiri namun tidaklah mengapa,

pada saatnya anak akan mengerti sendiri betapa pentingnya agama dalam

kehidupannya. Agama ini akan berkembang pada dirinya seiring

perkembangan psikologinya.

Untuk itu, kembali orang tua sebagai pendidik pertama dan utama dalam

keluarga, dituntut proaktif dalam memberikan bimbingan, pengawasan, dan

pembiasaan hidup dengan suasana keagaman yang baik bagi anak.

Orang tua juga harus memberikan perhatian dan bimbingan kepada anak

baik terhadap perilaku beragama anak maupun membantu kesulitan-kesulitan

belajar tentang agama anak, khususnya pada materi pendidikan agama Islam,

pengawaasan kepada anak memang harus begitu ekstra, apalagi kalau anak

mulai mau berinteraksi dengan orang-orang diluar keluarga. Hal ini akan

61
berpengaruh terhadap prestasi belajar di sekolah, khususnya pendidikan agama

Islam.

Selain itu, orang tua harus senantiasa menjaga hubungan yang harmonis

dengan anak, karena orang tua merupakan pusat rohani bagi anak dan sebagai

penyebab berkenalanya dengan alam luar, anak setiap reaksi emosi dan

pemikirannya dikemudian hari akan terpengaruh oleh sikapnya terhadap orang

tuanya dipermulaan hidupnya dahulu, artinya, ketika masa kanak-kanak

mempunyai hubungan, sikap dan akhlak yang baik dengan orang tua, maka

kemudian hari juga akan demikian pula.

Dengan adanya bimbingan orang tua, akan mengurangi kesulitan-

kesulitan dan masalah-masalah anak dalam hidupnya, dan menjadi

kesempatan untuk selalu berinteraksi terhadap anak-anaknya di rumah dalam

mendidiknya, sehingga kemungkinan akan berakibat pada prestasi pendidikan

anak.

Padahal peran orang tua dalam membina akhlak Islami sejak dini sangat

diperlukan, karena dimasa inilah masa bermulannya pengalaman-pengalaman

yang bersifat abstrak atau agama, jika tidak dibiasakan sejak dini, maka

dewasanya nanti akan berakibat jauh dari agama.

Dengan demikian, ketika anak di rumah dibimbing, dibina dan diarahkan

oleh orang tua baik lewat keteladanan, pembiasaaan, nasehat yang baik dan

sesuai dengan ajaran Islam tentunya anak akan lebih banyak mempunyai

pemahaman (akal) dan pengalaman-pengalaman keagamaan atau pembiasaan

beribadah dalam hidupnya dan tentunya akan melekat dalam kepribadiannya

62
sehingga akan menjadi pedoman dan arahan dalam menjalankan aktifitas dan

kegiatanya, sehingga akan sejalan denga ajaran Islam baik dalam hal

keyakinan, ibadah, dan akhlak, kapanpun dan dimanapun, ketika di rumah,

masyarakat, maupun di sekolah.

Maka dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa dengan

bertambahnya pemahaman dan pengalaman keagamaan atau pembiasaan

beribadah anak yang didapatkannya dari bimbingan dan arahan orang tuanya

ketika dirumah, baik secara langsung mapun tidak langsung, baik ketika sadar

mapun tidak sadar akan memberikan pengaruh terhadap anak, karena

dengannya anak akan tahu hal-hal yang baik dan hal-hal yang buruk, sesuatu

yang terpuji dan yang tercela. Sehingga hal itu akan membantu anak dalam

memahami dan mengamalkan pelajaran pendidikan agama Islam di sekolah

sehingga akan mempengaruhi prestasi belajar agamanya.

63
BAB III

GAMBARAN UMUM SDIT MUHAMMADIYAH SINAR FAJAR DAN

BIMBINGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ORANG TUA

A. Gambaran Umum SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar Cawas Klaten

a. Sejarah berdiri

SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar adalah lembaga pendidikan

swasta Islam yang secara struktural organisasi berada dibawah naungan

Dikdasmen Muhammadiyah Cawas, sedangkan dalam menejemen

dikelola oleh LPA (Lembaga Pendidikan Anak Sinar Fajar), yang sampai

tahun ini 2009/2010 sudah terbentuk 3 lembaga pendidikan formal, yaitu

Play Group Muhammadiyah Sinar Fajar, TK Muhammdiyah Sinar Fajar

dan SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar.

Awal berdiri LPA (Lembaga Pendidikan Anak) Muhammadiyah

Sinar Fajar dipelopori oleh para Pemuda Cabang Muhammadiyah yang

tinggal di daerah Cawas, adapun secara struktur diketuai oleh Bp.

Roswanto, Sekretaris Bp. Mulyadi, bendahara Bp. Parno dan Direktur

Bp. Rochmat Hernowo, ST. tepatnya pada tahun 2002. Pemuda Cabang

Muhammadiyah Cawas membentuk (Pokja) kelompok kerja untuk

membuat lembaga pertama LPA (lembaga Pendidikan Anak) atau dengan

sebutan Play Group Muhammdiyah Sinar Fajar dengan lama pendidikan

1 tahun yang bertempat di dusun Kauman Cawas yang terealisasi pada

tahun 2003 dengan jumlah murid 16 anak. Setelah berjalan 1 tahun

mulailah di bentuk lembaga pendidikan lanjutan yaitu TK Sinar Fajar

64

64
pada tahun 2004, dan pada tahun 2005 Pemuda Cabang Muhammadiyah

Cawas kembali membentuk (Pokja) Kelompok Kerja yang pada saaat itu

diketuai oleh Bp. Rochmat Hernowo, ST. yang tidak lain adalah kepala

sekolah SDIT Sinar Fajar sampai saat ini. Untuk membuat lembaga

pendidikan SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar yang dilatar belakangi

oleh permintaan dan harapan orang tua dan wali siswa TK yang

mengharapkan untuk diadakan lembaga pendidikan sekolah dasar sebagai

sekolah lanjutan putra-putri mereka setelah lulus dari TK.

Pengurus Lembaga Pendidikan Muhammadiyah Sinar Fajar pada

awal tahun 2006 yang bertepatan pada tanggal 06 Mei mengadakan

launching besar-besaran dengan berbagai bentuk acara dan perlombaan

yang diikuti oleh para siswa taman kanak-kanak yang ada di daerah

Cawas dan sekitarnya, sebagai bentuk sosialisasi untuk memperkenalkan

kepada masyarakat umum tentang akan diselenggarakannya sekolah

dasar SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar yang dilaksanakan di SMP1

Muhammadiyah Cawas.

Pada tanggal 15 Juli tahun 2006 SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar

telah resmi dibuka dengan murid perdana sebanyak 30 siswa yang

diselenggarakan di SMP1 Muhammadiyah selama satu setengah tahun.

Hal ini dikarenakan bangunan yang direncanakan sebagai tempat

pelaksanaan pembelajaran SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar yang

terletak di desa Bawak telah runtuh karena terkena gempa yang

bertepatan pada tanggal 27 Mei 2006.

65
Pertengahan tahun yang ke dua Tahun Pelajaran 2007/2008 SDIT

Muhammadiyah Sinar Fajar bisa kembali menempati gedung baru atas

bantuan sosial dari Australia yang terletak di Jln. Raya Cawas – Bayat

KM. 1 Bawak sehingga kegiatan belajar mengajar bisa lebih berjalan

lancar sampai saat ini dengan perkembangan yang sangat baik dari tahun

ke tahun.

(Hasil wawancara dengan Bp. Rochmat Hernowo, ST. Kepsek SDIT Muh.
Sinar Fajar pada tanggal 15 Mei 2010).

b. Letak Geografis.

SDIT Sinar Fajar terletak di Jln. Raya Cawas – Bayat KM. 1

Bawak, Desa Bawak, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten. Adapun

letak geografisnya sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kelurahan Plosowangi

Sebelah Selatan : Perbatasan Kecamatan Bayat

Sebelah Barat : Kecamatan Cawas

Sebelah Timur : Kecamatan Cawas

c. Visi, Misi dan Tujuan Penyelenggaraan Lembaga SDIT Muhammadiyah

Sinar Fajar Cawas, Klaten.

1. Visi

Visi pendidikan SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar Cawas

Klaten adalah untuk mewujudkan generasi shaleh, cerdas, sehat dan

terampil.

66
2. Misi

Adapun misi yang diemban oleh lembaga pendidikan SDIT

Muhammadiyah Sinar Fajar Cawas Klaten adalah sebagai berikut :

1. Menyediakan lembaga pendidikan bagi masyarakat luas

2. Menyelenggarakan pendidikan yang profesional dan Islami

3. Membekali siswa dengan mental spiritual, emosional, intelektual

dan ketrampilan

3. Tujuan

Sedangkan tujuan dari diselenggarakan lembaga pendidikan

SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar Cawas Klaten adalah terwujudnya

peserta didik yang :

1. Mempunyai aqidah yang lurus, ibadah yang benar dan beraklaq

karimah

2. Berwawasan luas, berfikir logis, kritis, kreatif dan inovatif

3. Memiliki kemampuan berempati, peduli terhadap lingkungan

dan mampu mengkomunikasikan gagasannya

4. Memiliki dasar-dasar ketrampilan hidup

5. Memiliki kebiasaan hidup sehat

d. Kurikulum SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar Cawas Klaten.

Kurikulum pendidikan SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar

merupakan perpaduan antara kurikulum Diknas dan kurikulum ciri

khusus Muhammadiyah yang singkat dengan istilah Ismubaris

(Keislaman, Kemuhammadiyahan, Bahasa Arab dan Bahasa Inggris).

67
Adapun materi kurikulum pembelajarn SDIT Muhammadiyah

Sinar Fajar Cawas Klaten meliputi materi umum, materi khusus dan

materi penunjang kegiatan belajar, ditambah dengan kegiatan

ekstrakurikuler, kegiatan diluar KBM dan juga pengembangan diri yang

wajib dilakukan oleh semua siswa.

1. Materi pelajaran umum

a. Mapel agama dan akhlak mulia

b. Mapel PKn dan kepribadian

c. Mapel iptek

d. Mapel estetika

e. Mapel jasmani, olahraga dan kesehatan

2. Materi pelajaran khusus

a. Membaca Al Qur’an dan membaca latin

b. Shalat dhuha dan shalat dhuhur berjamaah

c. Hafalan surat pendek, hadist dan do’a sehari-hari

3. Materi penunjang kegiatan belajar

a. Tadarus Al Qur’an

b. Shalat berjama’ah

c. Shalat dhuha

4. Kegiatan ekstrakurikuler

a. Tapak suci putra muhammadiyah

b. Kepanduan hizbul wathan

c. Olahraga (futsal, volley)

68
d. Bahasa (Inggris, Arab)

e. Khot

f. Tahfidzul Qur’an

5. Kegiatan di luar kbm

a. Manasik haji

b. Renang

c. Kunjungan belajar

d. Outbound

e. Olimpiade

f. Pesantren ramadhan

6. Pengembangan diri siswa.

a. Memberi salam

b. Rapi dan bersih

c. Berjabat tangan

e. Target Belajar SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar Cawas Klaten.

Adapun target yang akan dicapai dalam lembaga pendidikan SDIT

Muhammadiyah Sinar Fajar Cawas Klaten adalah sebagai berikut :

1. Siswa mampu membaca al-Qur’an dengan benar

2. Siswa hafal surat-surat pendek (juz 30)

3. Siswa hafal hadits-hadits pilihan (min 20 hadits)

4. Siswa hafal do’a sehari-hari

5. Siswa menguasai bahasa Arab dan Inggris

6. Siswa mampu berkomunikasi dan menyatakan pendapat dengan baik

69
7. Siswa memiliki kesiapan mental spiritual, emosional, intelektual dan

ketrampilan guna melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya.

f. Struktur Organisasi.

Dalam sebuah organisasi untuk mencapai tujuan pendidikan

dengan sebaik-baiknya maka sangat diperlukan struktur organisasi yang

ideal dan profesional. Sehingga akan mempermudah dalam mencapai

tujuan yang diharapkan.

Adapun struktur organisasi SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar

adalah sebagai berikut:

Tabel 1

Struktur Organisasi SDIT Muh. Sinar Fajar Cawas Klaten

LPA Dikdasmen

Kepala Sekolah Komite Sekolah

Koordinasi Koordinasi Koordinasi


Kesiswaan Kurikulum Litbang

BK Wali Kelas

Dewan Guru Kepala Tata Usaha

Administrasi Kebersihan Penjaga Keamanan Perpustakaan

Keterangan :
Garis Komando

Garis Koordinasi
(Dokumentasi SDIT Muh. Sinar Fajar pada tanggal 24 April 2010)

70
g. Sarana dan Prasarana

a. Keadaan tanah dan bangunan

1. Luas tanah : 1458 m2

2. Luas gedung : 505 m2

3. Luas kebun :-

4. Luas halaman : 120 m2

5. Luas taman :-

6. Keadaan bangunan : Permanen

7. Bentuk bangunan : Leter U

8. Lantai : 1 lantai

9. Jumlah Ruang

a. Ruang Kelas : 7 ruang

b. Ruang Guru : 1 ruang

c. Ruang Kepsek : 1 ruang

d. Ruang TU : 1 ruang

e. Ruang BP/BK :-

f. Ruang Perpus : 1 ruang

g. Ruang Lab. Komputer : 1 ruang

h. Ruang Lab. Audio Visual : 1 ruang

i. Ruang UKS : 1 ruang

j. Mushola :-

k. Tempat Parkir :-

l. Kamar Mandi/WC : 7 ruang

71
m. Gudang : 1 ruang

n. Koperasi : 1 ruang

o. Dapur : 1 ruang

b. Perlengkapan Meubelair

1. Meja guru dan murid : 125 unit

2. Kursi guru dan murid : 245 unit

3. Papan Tulis : 8 buah

4. Almari : 12 buah

5. Papan Data : 13 buah

(Dokumentasi SDIT Muh. Sinar Fajar pada tanggal 03 Mei 2010)

h. Keadaan Guru dan Karyawan

Demi terwujudnya pelaksanaan pembelajaran yang ideal maka

sangat perlu adanya guru yang bertugas sebagai pelaksana pembelajaran

dan juga karyawan yang selalu membantu dalam proses administrasi

sekolah. secara keseluruhan jumlah guru yang ada di SDIT

Muhammadiyah Sinar Fajar Cawas Klaten berjumlah 12 orang dan

semuanya termasuk GTY yaitu Guru Tetap Yayasan dan dibantu dengan

3 karyawan.

Adapun daftar guru dan karyawan SDIT Muhammadiyah Sinar

Fajar Cawas Klaten adalah sebagai berikut :

72
Tabel 2
Keadaan Guru SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar Cawas Klaten

Pendidikan Lama Mengajar


No. Nama Jabatan Status
Terakhir TH BLN
1 Rochmat Kepala GTY
S1 3 5
Hernowo,ST Sekolah
2.
Suhari, St Kesiswaan S1 GTY 3 5
Anisah Nur
3.
Muslimah, Kurikulum S1 GTY 2 5
S.Pd.I
4. Eny Haryati, Wali Kelas
S1 GTY 3 5
S.Pd IA
5. Farida Ekawati Wali Kelas
S1 GTY 3 5
Edris, SH IB
Nur
6. Wali Kelas
Widyaningsih, S1 GTY 0 5
II A
S.PT
7. Agus Mulyadi, Wali Kelas
S1 GTY 1 5
S.Pd.I II B
8. Lanjar Putut Wali Kelas
S1 GTY 0 5
Sarwoko, S.Si III A
Sigit
9. Wali Kelas
Trihariyanto, S1 GTY 1 5
III B
S.Pd.I
10. Yuliani Retno Wali Kelas
S1 GTY 3 5
Kurniasih, S.IP IV
11. Gatot
Guru Mapel S1 GTY 0 5
Prabowo,S.Pd
Alfiah Suyuti
12.
Mudmainnah, Guru Mapel S1 GTY 0 5
S.Pd
(Dokumentasi SDIT Muh. Sinar Fajar pada tanggal 24 April 2010)

Keterangan : GTY : Guru Tetap Yayasan

73
Tabel 3
Keadaan Karyawan SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar Cawas Klaten
Pendidikan Lama Mengajar
No Nama Jabatan Status
Terakhir TH BLN
1.
Seno Widodo Administrasi SMK KTY 2 5
2.
Narso Diharjo Penjaga STM KTY 2 2
3.
Sukisno Penjaga SLTA KTY 0 7
(Dokumentasi SDIT Muh. Sinar Fajar pada tanggal 24 April 2010)

Keterangan : KTY : Karyawan Tetap Yayasan

i. Keadaan Siswa

Siswa SDIT Sinar Fajar dari kelas 1 sampai kelas 4 berjumlah 154

siswa yang terdiri dari 7 rombel, adapun lebih jelasnya bisa di lihat pada

tabel berikut:

Tabel 4
Keadaan Siswa SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar Cawas Klaten
Tahun Pelajaran : 2009/2010

No. Kelas Rombel L P Jumlah Ket


1. I 2 33 16 49
2. II 2 26 20 46
3. III 2 20 14 34
4. IV 1 10 13 23
5. V - - - -
6. VI - - - -
JUMLAH 7 90 64 152
(Dokumentasi SDIT Muh. Sinar Fajar pada tanggal 24 April 2010)

B. Bimbingan pendidikan Islam Orang Tua

Untuk memperoleh data tentang bimbingan pendidikan agama Islam

orang tua pada siswa SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar Cawas Klaten,

74
instrumen yang penulis gunakan adalah dengan menyebar angket kepada

responden yaitu orang tua berupa surat pernyataan yang harus diisi oleh

responden dengan memberikan keterangan bahwa mereka yaitu orang tua

siswa telah memberikan atau tidak memberikan bimbingan pendidikan agama

Islam kepada anaknya ketika dirumah. Adapun hasil perolehan angket dari

orang tua adalah sebagai berikut:

Tabel 5
Distribusi Bimbingan Agama Islam oleh Orang Tua

No. Bimbingan Pendidikan Jumlah Prosentase


Agama Islam (%)
1. Ya 18 52,9

2. Tidak 16 47,1

(Hasil perolehan angket orang tua pada tanggal 8 Mei 2010)

Berdasarkan hasil distribusi bimbingan pendidikan agama Islam yang

telah dilakukan oleh orang tua diketahui bahwa dari 34 siswa kelas 3 SDIT

Muhammadiyah Sinar Fajar Cawas Klaten terdapat 52,9% atau 18 siswa

yang mendapatkan bimbingan pendidikan agama Islam oleh orang tuanya di

rumah, sedangkan 47,1% atau 16 siswa tidak mendapatkan bimbingan

pendidikan agama Islam oleh orang tuanya di rumah.

C. Prestasi Pendidikan Agama Islam SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar.

a. Kurikulum Pendidikan Agama Islam.

Kurikulum lembaga pendidikan agama Islam SDIT

Muhammadiyah Sinar Fajar mengacu pada kurikulum LPA (Lembaga

Pendidikan Anak) Muhammadiyah Sinar Fajar. Sedangkan kurikulum

75
pendidikan agama Islam yang berasal dari Diknas adalah sebagai

pelengkap dalam proses pembelajaran agama Islam pada siswa.

Adapun buku agama Islam yang digunakan pegangan guru dan

semua siswa adalah buku dari SD Unggulan Yayasan As-Sofwa Jakarta,

seperti aqidah akhlak, fiqih, Al Qur’an hadits dan sejarah kebudayaan

Islam.

b. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam sangatlah

dibutuhkan metode yang baik dan tepat untuk menjembatani dan

memudahkan dalam proses kegiatan belajar mengajar guru dengan siswa.

Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang digunakan

oleh guru agama SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar adalah metode

Andragogi, yang mana guru adalah sebagai fasilitator dalam proses

belajar, disamping itu juga metode-metode yang biasa digunakan dalam

proses pembelajaran pendidikan agama Islam di SDIT Muhammadiyah

Sinar Fajar adalah ceramah, tanya jawab, diskusi, kisah, peraktek,

hafalan, dan belajar kelompok, yang disesuaikan dengan tema dan

pembahasan yang akan diajarkan kepada siswa.

(Wawancara dengan Ust. Sigit Trihariyanto, S.Pd.I, guru PAI SDIT Muh.
Sinar Fajar pada tanggal 15 Mei 2010).

Metode yang tepat sangat diperlukan oleh guru dan juga siswa

dalam proses pembelajaran terutama pendidikan agama Islam, karena

metode yang tepat termasuk faktor pendekatan belajar siswa yang bisa

mempengaruhi prestasinya atau bisa disebut sebagai segala cara atau

76
strategi yang bisa menunjang keefektifan dan efesiensi dalam proses

pembelajaran kepada siswa. Salah satu metode yang diterapkan di SDIT

Muhammadiyah Sinar Fajar adalah metode Andragogi yaitu guru adalah

sebagai fasilitator dalam proses belajar, namun bagi penulis metode ini

kurang begitu tepat karena metode Andragogi adalah metode

pembelajaran untuk orang dewasa, tentunya pada metode ini masih

terdapat kekurangan-kekurangan dan ketidak cocokan untuk diterapkan

dalam proses pembelajaran di sekolah dasar, sebab secara pola berpikir

orang dewasa dengan anak-anak sangatlah jauh berbeda. Maka tentunya

seorang guru harus lebih bisa memilih metode yang tepat dan efektif

yang bisa diterima oleh semua siswa, seperti: ceramah, tanya jawab,

diskusi, kisah, peraktek, hafalan, dan belajar kelompok, sehingga siswa

lebih bisa menerima dan memahami dan tentunya bisa meningkatkan

prestasi belajar mereka.

c. Evaluasi dan Prestasi Pendidikan Agama Islam.

Evaluasi untuk pendidikan agama Islam SDIT Muhammadiyah

Sinar Fajar diadakan setiap selesai belajar pokok bahasan, mid semester

dan semester dengan menggunakan tes tulis, lisan dan praktek yang

dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam.

Sedangkan prestasi pendidikan agama Islam yang dimaksud adalah

prestasi siswa yang diketahui dari nilai-nilai hasil belajar (raport)

Pendidikan Agama Islam baik dari ujian lisan, tulisan dan praktek

semester I tahun ajaran 2009/2010, yang terdiri dari 4 mata pelajaran,

77
yaitu: Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih dan Sejarah Kebudayaan

Islam.

Adapun data dari nilai-nilai Pendidikan Agama Islam tersebut

dapat di lihat pada tabel berikut:

Tabel 6

Daftar Nilai Prestasi Siswa pada Pendidikan Agam Islam

Subyek (X)
Siswa yang tidak mendapat
No
Nama Siswa bimbingan Pendidikan Islam
orang tua di rumah
1. Agniya Abidina R 67
2. Buntara Eka Candra 84
3. Daffa adib G 84
4. Daneil Bayu Aji 73
5. Faris eka Farosi 75
6. Hafidz Nur Ihsan A 78
7. Ichsan CHS 67
8. Kresnadi WK 72
9. Muh. Ali Romdhoni 89
10. Mukhlis Nur Hudaf 84
11. Nafisa Anggaeni PNM 77
12. Nataya Yusita E 78
13. Nessya Zafira 70
14. Rani Noor Azizah 71
15. Salma Oktaria K 74
16. Vera Silfana R 68
JUMLAH 1360

RATA-RATA 75,55

Subyek (Y)
No Siswa yang mendapat bimbingan
Nama Siswa
Pendidikan Islam orang tua di rumah
1. Aflah Bening K 91
2. A. Satria Bagaskara 88
3. Aprilia Widyaningrum 72
4. Ardhan Aji Nugroho 67
5. Arinta Afra Pradana 81

78
6. Della N Yoga A 76
7. Dhanni Alvianto RS 85
8. Faiz Sultoni 82
9. Farrel Atalla MD. 67
10. Hafisya Citra G 67
11. Muh. Lutfi S 67
12. Shinta Putri Yolanda 84
13. Taufik Ahmad Y. 75
14. Yurinto Waskitho N 76
15. Zaenab Zakiyatun Q 90
16. Ayu Kusumayanti 73
JUMLAH 1241

RATA-RATA 77,56
(Dokumentasi SDIT Muh. Sinar Fajar pada tanggal 24 April 2010)

79
BAB IV

ANALISA PENGARUH BIMBINGAN PENDIDIKAN ISLAM ORANG

TUA TERHADAP PRESTASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A. Analisa Uji Hepotesa

Untuk menguji hepotesis tentang ada tidaknya pengaruh pendidikan agama

Islam orang tua terhadap prestasi pendidikan agama Islam SDIT Muhammadiyah

Sinar Fajar, maka data yang telah diperoleh akan di analisis dengan analisis

statistik. Adapun untuk mengolah data tersebut penulis menggunakan rumus ‘t’

tes, adapun rumusnya sebagai berikut :

MD
t0 =
SEM D

Keterangan :

MD = Mean of Difference = Nilai Rata-rata Hitung dari Beda/Selisih

antara Sekor Variabel X dan Sekor Variabel Y

SEM D = Standar Error (Standar Kesesatan) dari Mean of Difference.

(Sudijono, 1992: 289)

Adapun langkah-langkahnya yaitu :

1. Mencari D (Difference = Perbedaan) antara Sekor Variabel X dan

Sekor Variabel Y, maka D = X – Y

2. Menjumlahkan D, sehingga diperoleh ∑ D

∑D
3. Mencari Mean dari Difference, dengan rumus M D =
N

81

80
4. Menguadratkan D : setelah itu lalu dijumlahkan sehingga diperoleh

∑ D2

5. Mencari Deviasi Standar dari Difference (SDD), dengan rumus:

∑ D 2 (∑ D) 2
SDD =
N (N )

6. Mencari Standar Eror dari Mean of Defference, yaitu SEM D , dengan

SDD
mengunakan rumus: SEM D =
N −1

MD
7. Mencari to dengan menggunakan rumus: to =
SEM D

8. Memberikan interpretasi terhadap “to”.

9. Perumusan Hepotesis

10. Menarik kesimpulan hasil penelitian

B. Analisa Pengaruh Bimbingan Pendidikan Islam Orang Tua Terhadap

Prestasi Pendidikan Agama Islam

Hasil penyebaran angket pada siswa kelas 3 yang berjumlah 34, diketahui

bahwa terdapat 16 siswa yang tidak mendapatkan bimbingan pendidikan

Agama Islam di rumah, sedangkan 18 siswa mendapatkan bimbingan

pendidikan Agama Islam di rumah. Agar proporsi masing-masing kelas sama,

maka penulis mengambil 16 siswa tidak mendapatkan bimbingan pendidikan

Agama Islam orang tua di rumah dan 16 siswa mendapatkan bimbingan

pendidikan Agama Islam orang tua di rumah sebagai sampel penelitian.

Sehingga jumlah sampel penelitian secara keseluruhan adalah 32 siswa,

kemudian dilakukan kerja uji beda antara prestasi belajar pendidikan agama

81
Islam siswa yang mendapatkan bimbingan dan yang tidak mendapatkan

bimbingan pendidikan agama Islam orang tua. Adapun hasilnya sebagai

berikut:

Tabel 7
Tabel Kerja Uji Beda antara Prestasi Belajar Agama Islam Siswa yang
Mendapatkan Bimbingan dan Tidak Mendapatkan
Bimbingan Orang Tua

No X Y D = (X-Y) D2 = (X-Y)2

1 67 91 -24 576
2 84 88 -4 16
3 84 72 12 144
4 73 67 6 36
5 75 81 -6 36
6 78 76 2 4
7 67 85 -18 324
8 72 82 -10 100
9 89 67 22 484
10 84 67 17 289
11 77 67 10 100
12 78 84 -6 36
13 70 75 -5 25
14 71 76 -5 25
15 74 90 -16 256
16 68 73 -5 25
Jumlah - - -30 2476

5. SDD

SDD =
∑D 2


(∑ D) 2

N (N )
2.476 (− 30)
2
= −
16 (16)
= 154,75 − 3,5

= 151,25

= 12,298

82
6. SEMD
SD D
SEMD =
N -1
12,298
=
16 - 1
12,298
=
15
12,298
=
3,872
= 3,176
7. MD

MD =
∑D
N
− 30
=
16
= -1,875
MD
8. to =
SE M D

- 1,875
=
3,175
= -0,590

9. Perumusan Hipotesis

Ha : Ada (terdapat) perbedaan prestasi belajar agama Islam siswa

SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar Cawas Klaten yang

mendapatkan bimbingan pendidikan agama Islam orang tua

dengan yang tidak mendapatkan bimbingan pendidikan agama

Islam orang tua di rumah.

83
Ho : Tidak ada (tidak terdapat) perbedaan prestasi belajar agama

Islam siswa SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar Cawas Klaten

yang mendapatkan bimbingan pendidikan agama Islam orang tua

dengan yang tidak mendapatkan bimbingan pendidikan agama

Islam orang tua di rumah.

10. Menarik kesimpulan hasil penelitian

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai to sebesar -0,590.

Ternyata dengan df sebesar 15 itu diperoleh harga kritik t atau ttabel pada

taraf signifikansi 5% sebesar 2,13; sedangkan pada taraf signifikansi 1%

ttabel diperoleh sebesar 2,95.

Dengan membandingkan besarnya t hitung yang diperoleh dalam

perhitungan (to= -0,590) dan besarnya ttabel (ttabel 5% = 2,13 dan ttabel 1% =

2,95) maka dapat diketahui bahwa thitung adalah lebih kecil dari ttabel; yaitu:

2,13 > -0,590 < 2,95

Karena thitung lebih kecil dari ttabel maka Ha ditolak dan Ho diterima,

ini berarti bahwa tidak terdapat perbedaan prestasi belajar pendidikan

agama Islam siswa SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar Cawas Klaten yang

mendapatkan bimbingan pendidikan agama Islam orang tua dengan yang

tidak mendapatkan bimbingan pendidikan agama Islam orang tua di

rumah, namun dengan nilai rata-rata prestasi belajar siswa yang

mendapatkan bimbingan pendidikan agama Islam dari orang tua di rumah

sedikit lebih tinggi dari siswa yang tidak mendapatkan bimbingan yaitu

77,56 > 75,55 berarti bahwa adanya bimbingan orang tua sedikit

84
memberikan pengaruh terhadap prestasi pendidikan agama Islam siswa

SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar Cawas Klaten.

Tidak adanya perbedaan prestasi belajar agama Islam siswa SDIT

Muhammadiyah Sinar Fajar Cawas Klaten yang mendapatkan bimbingan

pendidikan agama Islam orang tua dengan yang tidak mendapatkan

bimbingan pendidikan agama Islam orang tua di rumah. Hal ini

kemungkinan bisa dikarenakan metode pembelajaran dan evaluasi dalam

mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang masih kurang atau juga

mungkin kurang memperhatikan para siswa ketika belajar serta

dikarenakan adanya perbedaan kecerdasan siswa dalam menerima materi

pelajaran pendidikan agama Islam.

85
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian dan analisis pada bab IV maka penulis mengambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Materi bimbingan pendidikan Islam yang dapat diberikan orang tua kepada

anaknya di rumah yaitu meliputi pendidikan iman (aqidah), akhlak,

jasmani, intelektual, psikhis, sosial dan pendidikan seksual.

2. Metode yang dapat digunakan oleh orang tua dalam memberikan

bimbingan pendidikan Islam di rumah kepada anak-anaknya yaitu dengan:

keteladanan, adat kebiasaan, perhatian dan pengawasan, cerita, pujian,

sanjungan, motivasi, targhib dan tarhib (mendorong dan menakuti) dan

yang terakhir adalah hukuman.

3. Pemahaman dan pengalaman keagamaan atau pembiasaan beribadah anak

yang didapatkannya dari bimbingan orang tuanya ketika dirumah, baik

secara langsung mapun tidak langsung akan memberikan pengaruh

terhadap kepribadian anak. Sehingga akan membantu anak dalam

memahami dan mengamalkan pelajaran pendidikan agama Islam di

sekolah dan akan mempengaruhi prestasi belajar agamanya.

4. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai to sebesar -0,590. Ternyata

dengan df sebesar 15 itu diperoleh harga kritik “t” atau ttabel pada taraf

signifikansi 5% sebesar 2,13; sedangkan pada taraf signifikansi 1% ttabel

diperoleh sebesar 2,95. Dengan membandingkan besarnya thitung yang

diperoleh dalam perhitungan (to= -0,590) dan besarnya ttabel (ttabel 5% = 2,13

87

86
dan ttabel 1% = 2,95) maka dapat diketahui bahwa thitung adalah lebih kecil

dari ttabel; yaitu:

2,13 > -0,590 < 2,95

Karena t hitung lebih kecil dari ttabel maka Ha yang diajukan ditolak dan Ho

diterima, ini berarti bahwa tidak terdapat perbedaan prestasi belajar

pendidikan agama Islam siswa SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar Cawas

Klaten yang mendapatkan bimbingan pendidikan agama Islam orang tua

dengan yang tidak mendapatkan bimbingan pendidikan agama Islam orang

tua di rumah.

B. SARAN-SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis memberikan saran-saran

yang mungkin dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan.

1. Saran bagai orang tua

a. Diharapkan selalu memberikan perhatian, bimbingan, arahan, motivasi

dan tauladan yang baik pada anak, khususnya tauladan dalam

menjalankan printah agama, sehingga dapat mewarnai dan

mengarahkan anak agar menjadi anak yang sholeh dan sholehah yang

mempunyai kepribadian islami.

b. Setiap anak selain membutuhkan pendidikan formal di sekolah juga

perlu pendidikan informal di dalam keluarga, pendidikan agama yang

diberikan orang tua akan berkesan dan mengena kepada diri anak,

sehingga diharapkan dengan adanya pendidikan agama Islam oleh

orang tua di rumah, anak dapat mengamalkan nilai-nilai agama dalam

87
kehidupannya baik dalam hal keyakinan, ibadah, dan akhlak sehari-

hari.

c. Diharapkan memberikan dukungan pada proses belajar anak dengan

menyediakan fasilitas belajar, yakni kelengkapan buku-buku agama

seperti Iqro’, Al-Qur’an, tauhid, fiqih dan buku-buku kisah Nabi,

sahabat dan akhlak anak Islam.

2. Saran bagi siswa

a. Diharapakn untuk selalu patuh, hormat dan menurut perintah serta

nasehat orang tua, khususnya pada perintah orang tua untuk shalat dan

belajar agama.

b. Diharapkan adanya perhatian penuh pada saat pelajaran agama sedang

disampaikan oleh guru dan mengikuti dengan penuh semangat serta

bertanya tentang materi yang belum dimengerti.

c. Amalkan ilmu dan nilai-nilai agama yang sudah difahami karena akan

lebih menambah pemahaman dan ilmu begitu juga akan bermanfaat di

dunia dan di akhirat.

3. Saran bagi sekolah

a. Sekolah melalui guru agama dan guru yang lainnya hendaknya selalu

berupaya menumbuhkan minat dan semangat belajar pada siswa

tentang pelajaran agama Islam dan juga memberikan teladan yang baik

kepada siswa dalam kegiatan sehari-hari di sekolah agar siswa lebih

bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-harinnya. Seperti shalat

wajib berjam’ah, shalat dhuha, berkata jujur, sopan santun dan hormat

kepada orang tua dan guru.

88
b. Sekolah diharapkan bisa bekerja sama dengan orang tua, agar orang

tua selalu memberikan pendidikan agama Islam yang lebih intensif

kepada anak-anaknya ketika di rumah, Sebab dengan adanya

kerjasama tersebut akan terciptalah sebuah proses pendidikan yang

obyektif dan saling mendukung sehingga tercapailah pendidikan

agama Islam yang diharapkan. Hal itu bisa diaplikasiakn lewat

pengajian agama yang diselenggarakan oleh sekolah untuk orang tua

atau wali siswa agar mereka lebih faham tugas-tugas dan kewajiban-

kewajiban dalam Islam untuk anak-anaknya.

C. PENUTUP

Al-hamdulillah segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah

SWT yang telah memberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Namun demikian, penulis menyadari masih banyak kekurangan pada isi

maupun susunan kalimatnya, karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh

karena itu, dengan kekurangan-kekurangan yang ada dalam skripsi ini penulis

mengharap kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi

kelengkapan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini

bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya, semoga

Allah selalu memudahkan jalan kebaikan dan meridhainya. Amin

Surakarta, 24 Juni 2010

Penulis,

Amirul Hikam

89
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Nashih Ulwan. 1999. Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam.


Semarang: Asy Syifa‘.

Abu Ahmadi. 1985. Metodik Khusus Pendidikan Agama (MKPA). Bandung:


Armico.

Ahmad Tafsir. 1996. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: PT


Rosdakarya.

Ainur Rahim Faqih. 2001. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Yogyakarta:
UUI Press.

Amier Dien Indrakusuma. 1974. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Usaha


Nasional.

____________________. 2008. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta:


Asdi Mahasatya.

Anas Sudijono. 1992. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.


Jakarta: Balai Pustaka.

Dewa ketut sukardi. Drs. 1983. Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah.
Surabaya: Usaha Nasional.

Hasan Fuad. 1997. Dasar-dasar Pendidikan. Rineka Cipta.

Jalaluddin Rachmad dan Muhtar G. 1994, Keluarga Muslim dalam Masyarakat


Modern. Bandung: Remaja Rosdya Karya.

Jamaluddin Mahfuzh. 2001. Psikologi Anak dan Remaja Muslim. Jakarta: Pustaka
Al Kautsar.

Kamrani Buseri. 1990. Penedidikan Keluarga dalam Islam. Yogyakarta: Bina


Usaha.

Masykoer Alie Imam, dkk. 2001. Modul Pendidikan Agama dalam Keluarga.
Jakarta: Departemen Pendidikan RI. Tidak Diperjual Belikan.

_________________, dkk. 2001. Pembinaan Keluarga Pra Sakinah dan Skainah.


Jakarta: Departemen Pendidikan RI. Tidak Diperjual Belikan.

91

90
Mudjab Mahali. 1994. Hubungan Timbal Balik Orang Tua Anak. Solo:
Ramadhani.

Muhaimin. 2001. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muhammad Suwaid. 1993. Mendidik Anak Bersama Nabi. Solo: Pustaka Arafah.

Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Muzayyin Arifin. 2003. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Narno Sunaryo. 2006. Membentuk Kecerdasan Anak Sejak Dini. Yogyakarta:


Think.

Ngalim Purwanto. 1987. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Norman Tarazi. 2001. Wahai Ibu Kenali Anakmu. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:


Rimba Cinta

Sudarsono. 1989. Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta: Jakarta.

Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,


Jakarta: Bhineka Cipta.

Zuhairini, dkk, 1995. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

91
PENGANTAR ANGKET

Perihal : Permohonan pengisian angket


Lampiran : 1 lember

Kepada Yth.
Bp/Ibu SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar
Di tempat.

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Dalam rangka penulisan skripsi di Universitas Muhammadiyah Surakarta


dan juga sebagai salah satu syarat untuk ujian kesarjanaan strata 1 pendidikan
Islam. Maka saya memohon dengan sangat kepada Bp/Ibu untuk bersedia mengisi
angket yang telah disediakan.
Angket ini semata-mata untuk kepentingan ilmiah di lingkungan terbatas,
maka dari itu Bp/Ibu tidak perlu takut atau ragu-ragu dalam memberikan jawaban
yang sejujurnya. Jawaban yang diberikan adalah sesuai dengan kondisi dan
pengetahuan selama ini dalam berinteraksi dengan putra/putri Bp/Ibu ketika di
rumah dan kerahasiaan pengisian angket ini dijamin sepenuhnya.
Jawaban yang diberikan merupakan bantuan yang tidak ternilai harganya
bagi penelitian ini. Atas perhatian dan bantuannya saya ucapkan terima.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Cawas, 08 Mei 2010


Hormat saya,
Peneliti

Amirul Hikam

92
SURAT PENYATAAN ORANG TUA

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : .……………………….

Wali dari siswa : ……………….……….

Kelas : ………………………..

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa kami selaku orang tua telah /

tidak* memberikan bimbingan pendidikan agama Islam kepada putra-putri kami

ketika di rumah.

Demikian surat keterangan ini kami sampaikan demgam sebenarnya

semoga bisa bermanfaat.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Cawas, 09 Juni 2010


Yang menyatakan

___________________
nama orang tua & tanda tangan

* = coret yang tidak perlu.

93
Struktur Organisasi SDIT Muh. Sinar Fajar Cawas Klaten

LPA Dikdasmen

Kepala Sekolah Komite Sekolah

Koordinasi Koordinasi Koordinasi


Kesiswaan Kurikulum Litbang

BK Wali Kelas

Dewan Guru Kepala Tata Usaha

Administrasi Kebersihan Penjaga Keamanan Perpustakaan

Keterangan :
Garis Komando

Garis Koordinasi
(Dokumentasi SDIT Muh. Sinar Fajar pada tanggal 24 April 2010)

94
Keadaan Guru SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar Cawas Klaten

Pendidikan Lama Mengajar


No. Nama Jabatan Status
Terakhir TH BLN
1 Rochmat Kepala GTY
S1 3 5
Hernowo,ST Sekolah
2.
Suhari, St Kesiswaan S1 GTY 3 5
Anisah Nur
3.
Muslimah, Kurikulum S1 GTY 2 5
S.Pd.I
4. Eny Haryati, Wali Kelas
S1 GTY 3 5
S.Pd IA
5. Farida Ekawati Wali Kelas
S1 GTY 3 5
Edris, SH IB
Nur
6. Wali Kelas
Widyaningsih, S1 GTY 0 5
II A
S.PT
7. Agus Mulyadi, Wali Kelas
S1 GTY 1 5
S.Pd.I II B
8. Lanjar Putut Wali Kelas
S1 GTY 0 5
Sarwoko, S.Si III A
Sigit
9. Wali Kelas
Trihariyanto, S1 GTY 1 5
III B
S.Pd.I
10. Yuliani Retno Wali Kelas
S1 GTY 3 5
Kurniasih, S.IP IV
11. Gatot
Guru Mapel S1 GTY 0 5
Prabowo,S.Pd
Alfiah Suyuti
12.
Mudmainnah, Guru Mapel S1 GTY 0 5
S.Pd
(Dokumentasi SDIT Muh. Sinar Fajar pada tanggal 24 April 2010)

Keterangan : GTY : Guru Tetap Yayasan

95
Keadaan Karyawan SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar Cawas Klaten
Pendidikan Lama Mengajar
No Nama Jabatan Status
Terakhir TH BLN
1.
Seno Widodo Administrasi SMK KTY 2 5
2.
Narso Diharjo Penjaga STM KTY 2 2
3.
Sukisno Penjaga SLTA KTY 0 7
(Dokumentasi SDIT Muh. Sinar Fajar pada tanggal 24 April 2010)

Keterangan : KTY : Karyawan Tetap Yayasan

96
Keadaan Siswa SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar Cawas Klaten
Tahun Pelajaran : 2009/2010

No. Kelas Rombel L P Jumlah Ket


1. I 2 33 16 49
2. II 2 26 20 46
3. III 2 20 14 34
4. IV 1 10 13 23
5. V - - - -
6. VI - - - -
JUMLAH 7 90 64 152
(Dokumentasi SDIT Muh. Sinar Fajar pada tanggal 24 April 2010)

97
Distribusi Bimbingan Agama Islam oleh Orang Tua

No. Bimbingan Pendidikan Jumlah Prosentase


Agama Islam (%)
1. Ya 18 52,9

2. Tidak 16 47,1

(Hasil perolehan angket orang tua pada tanggal 8 Mei 2010)

98
Daftar Nilai Prestasi Siswa pada Pendidikan Agam Islam

Subyek (X)
Siswa yang tidak mendapat
No
Nama Siswa bimbingan Pendidikan Islam
orang tua di rumah
1. Agniya Abidina R 67
2. Buntara Eka Candra 84
3. Daffa adib G 84
4. Daneil Bayu Aji 73
5. Faris eka Farosi 75
6. Hafidz Nur Ihsan A 78
7. Ichsan CHS 67
8. Kresnadi WK 72
9. Muh. Ali Romdhoni 89
10. Mukhlis Nur Hudaf 84
11. Nafisa Anggaeni PNM 77
12. Nataya Yusita E 78
13. Nessya Zafira 70
14. Rani Noor Azizah 71
15. Salma Oktaria K 74
16. Vera Silfana R 68
JUMLAH 1360

RATA-RATA 75,55

99
Subyek (Y)
No Siswa yang mendapat bimbingan
Nama Siswa
Pendidikan Islam orang tua di rumah
1. Aflah Bening K 91
2. A. Satria Bagaskara 88
3. Aprilia Widyaningrum 72
4. Ardhan Aji Nugroho 67
5. Arinta Afra Pradana 81
6. Della N Yoga A 76
7. Dhanni Alvianto RS 85
8. Faiz Sultoni 82
9. Farrel Atalla MD. 67
10. Hafisya Citra G 67
11. Muh. Lutfi S 67
12. Shinta Putri Yolanda 84
13. Taufik Ahmad Y. 75
14. Yurinto Waskitho N 76
15. Zaenab Zakiyatun Q 90
16. Ayu Kusumayanti 73
JUMLAH 1241

RATA-RATA 77,56
(Dokumentasi SDIT Muh. Sinar Fajar pada tanggal 24 April 2010)

100
Tabel Kerja Uji Beda antara Prestasi Belajar Agama Islam Siswa yang
Mendapatkan Bimbingan dan Tidak Mendapatkan
Bimbingan Orang Tua

No X Y D = (X-Y) D2 = (X-Y)2

1 67 91 -24 576
2 84 88 -4 16
3 84 72 12 144
4 73 67 6 36
5 75 81 -6 36
6 78 76 2 4
7 67 85 -18 324
8 72 82 -10 100
9 89 67 22 484
10 84 67 17 289
11 77 67 10 100
12 78 84 -6 36
13 70 75 -5 25
14 71 76 -5 25
15 74 90 -16 256
16 68 73 -5 25
Jumlah - - -30 2476
11. SDD

SDD =
∑D 2


(∑ D ) 2

N (N )
2.476 (− 30)
2
= −
16 (16)
= 154,75 − 3,5

= 151,25

= 12,298
12. SEM D
SD D
SEMD =
N -1
12,298
=
16 - 1
12,298
=
15

101
12,298
=
3,872
= 3,176
13. MD

MD =
∑D
N
− 30
=
16
= -1,875
MD
14. to =
SE M D

- 1,875
=
3,175
= -0,590

15. Perumusan Hipotesis

Ha : Ada (terdapat) perbedaan prestasi belajar agama Islam siswa

SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar Cawas Klaten yang

mendapatkan bimbingan pendidikan agama Islam orang tua

dengan yang tidak mendapatkan bimbingan pendidikan agama

Islam orang tua di rumah.

Ho : Tidak ada (tidak terdapat) perbedaan prestasi belajar agama Islam

siswa SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar Cawas Klaten yang

mendapatkan bimbingan pendidikan agama Islam orang tua

dengan yang tidak mendapatkan bimbingan pendidikan agama

Islam orang tua di rumah.

102
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai to sebesar -0,590. Ternyata

dengan df sebesar 15 itu diperoleh harga kritik t atau t tabel pada taraf signifikansi

5% sebesar 2,13; sedangkan pada taraf signifikansi 1% ttabel diperoleh sebesar

2,95.

Dengan membandingkan besarnya t hitung yang diperoleh dalam perhitungan

(to= -0,590) dan besarnya ttabel (ttabel 5% = 2,13 dan ttabel 1% = 2,95) maka dapat

diketahui bahwa thitung adalah lebih kecil dari ttabel; yaitu:

2,13 > -0,590 < 2,95

Karena t hitung lebih kecil dari ttabel maka Ha ditolak dan Ho diterima, ini

berarti bahwa tidak terdapat perbedaan prestasi belajar pendidikan agama Islam

siswa SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar Cawas Klaten yang mendapatkan

bimbingan pendidikan agama Islam orang tua dengan yang tidak mendapatkan

bimbingan pendidikan agama Islam orang tua di rumah, namun dengan nilai rata-

rata prestasi belajar siswa yang mendapatkan bimbingan pendidikan agama Islam

dari orang tua di rumah sedikit lebih tinggi dari siswa yang tidak mendapatkan

bimbingan yaitu 77,56 > 75,55 berarti bahwa adanya bimbingan orang tua sedikit

memberikan pengaruh terhadap prestasi pendidikan agama Islam siswa SDIT

Muhammadiyah Sinar Fajar Cawas Klaten.

Tidak adanya perbedaan prestasi belajar agama Islam siswa SDIT

Muhammadiyah Sinar Fajar Cawas Klaten yang mendapatkan bimbingan

pendidikan agama Islam orang tua dengan yang tidak mendapatkan bimbingan

pendidikan agama Islam orang tua di rumah. Hal ini kemungkinan bisa

dikarenakan metode pembelajaran dan evaluasi dalam mata pelajaran Pendidikan

103
Agama Islam yang masih kurang atau juga mungkin kurang memperhatikan para

siswa ketika belajar serta dikarenakan adanya perbedaan kecerdasan siswa dalam

menerima materi pelajaran pendidikan agama Islam.

104
BIODATA PENULIS

Nama : Amirul Hikam

Tempat, Tgl Lahir : Lamongan, 07 Oktober 1985

Alamat : Jl. Mawar, RT:03/RW:06

Sedayulawas, Brondong, Lamongan, Jatim. 62263

Riwayat Pendidikan:

Ø MI Muhammadiyah 01 Lamongan : lulus tahun 1997/1998

Ø MTs Muhammadiyah 03 Lamongan : lulus tahun 2000/2001

Ø Ponpes Darusy Syahadah Boyolali : lulus tahun 2004/2005

Ø Paket C Kab. Gunungkidul : lulus tahun 2006/2007

Organisasi dan pengalaman:

Ø Menjadi Guru PAI MTs PDHI Gunungkidul tahun 2005-2007.

Ø Ketua FKPI (Forum Komunikasi Pelajar Islam ) se-Kec. Panggang

Gunungkidul, tahun 2005-2007.

Ø Wakil Kepala Sekolah MITQ Al Manar Klaten, tahun 2008-sekarang.

Ø Ketua Redaksi Buletin Al Manar Klaten, tahun 2009-sekarang.

Ø Bag. Pendidikan SPAI Trucuk (Silaturrahmi Pendidikan Anak Islam) se-

Kec.Trucuk Klaten, tahun 2009-sekarang.

105

Anda mungkin juga menyukai