Anda di halaman 1dari 7

PAPER

“ANGKA KECUKUPAN GIZI (AKG) DAN PIRING MAKANKU”

OLEH
KIKI TRI YUDITA
14120180052
KELAS : B2

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam menjalani segala aktiviatas tentu saja kita membutuhkan suatu energi yang dapat
menunjang berjalannya aktivitas tersebut. Energi tersebut dapat didapat dari suatu asupan
makanan yang mengandung cukup banyak gizi.
Sehingga dalam menkonsumsi sebuah makanan tentu kita harus lebih memperhatikan
jumlah gizi yang baik untuk sumber energi dalam menjalani aktivitas kita. Oleh sebab itu
untuk mengetahui jumlah gizi yang baik untuk tubuh dapat digunakan angka kecukupan
gizi sebagai pedomannya. Asupan makanan menentukan kesehatan kita.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menghitung kebutuhan gizi ?
2. Bagaimana piring makanku menjadi acuan sajian sekali makan ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana menghitung kebutuhan gizi kita dan mengetahui porsi
sajian sekali makan.
D. Ruang Lingkup
Kebutuhan Gizi Tubuh Kita
BAB II
PEMBAHASAN
A. Cara Menghitung Kebutuhan Gizi
1. Kebutuhan gizi makro
Zat gizi makro adalah zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah yang besar oleh tubuh. Yang
termasuk dalam kelompok zat gizi makro adalah karbohidrat, protein, dan juga lemak.
Jika membicarakan tentang kebutuhan gizi makro, biasanya ada istilah lain yang sering
disebutkan, yakni kebutuhan energi. Kebutuhan energi ini bisa dihitung dengan sebuah
rumus untuk memperkirakannya, salah satunya rumus Harris Benedict.
Namun, Anda tidak perlu pusing menghitungnya dengan rumus. Setelah mengetahui
jumlah kalori yang Anda butuhkan, Anda bisa membaginya ke dalam 3 zat gizi makro:
 Kebutuhan protein yang diperlukan sebanyak 10-15% dari kebutuhan kalori total Anda.
Lalu, ubah ke gram agar Anda dapat lebih terbayang seberat apa yang Anda butuhkan.
1 gram protein sama dengan 4 kalori.
 Kebutuhan lemak yang diperlukan sebanyak 10-25% dari kebutuhan kalori total Anda.
1 gram lemak sama dengan 9 kalori.
 Kebutuhan karbohidrat yang diperlukan sebanyak 60-75% dari kebutuhan kalori total
Anda. 1 gram karbohidrat setara dengan 4 kalori.
Contoh, jika hasil dari Kalkulator Kebutuhan Kalori Anda adalah 2000 kalori, maka:
 Kebutuhan protein Anda: 15% x 2000 kalori = 300 kalori. Diubah menjadi gram dengan
cara: kalori protein dibagi 4. Hasilnya adalah 75 gram protein.
 Kebutuhan lemak Anda: 20% x 2000= 400 kalori. Diubah menjadi gram dengan cara:
kalori lemak dibagi dengan 9. Hasilnya adalah 44 gram.
 Kebutuhan karbohidrat Anda: 65% x 2000= 1300 kalori. Diubah menjadi gram dengan
cara: kalori karbohidrat dibagi 4. Hasilnya adalah 325 gram.
Kesimpulannya, kebutuhan kalori Anda setiap hari adalah 2000 kalori, dengan kebutuhan
karbohidrat sebanyak 325 gram, protein 75 gram, dan lemak 44 gram dalam sehari.
2. Kebutuhan gizi mikro
Zat gizi mikro adalah zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah kecil oleh tubuh. Contoh zat
gizi mikro antara lain adalah kalsium, natrium, zat besi, kalium, yodium, vitamin,
magnesium, dan fosfor.
Kebutuhan gizi mikro tidak bisa diperkirakan melalui rumus seperti halnya kebutuhan gizi
makro, melainkan cukup dilihat berdasarkan kecukupannya saja. Ini karena jumlah zat gizi
mikro sangat kecil, jenisnya banyak, dan biasanya kebutuhannya relatif sama untuk
masing-masing kelompok umur.
Kecukupan zat gizi mikro dapat dilihat pada Angka Kecukupan Gizi (AKG) Indonesia
tahun 2013 yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI.
B. Piring Makanku yang Menjadi acuan Sajian Sekali Makan
Piring sajian sebaiknya diisi dengan asupan karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral
seimbang. Hal ini dikarenakan tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung semua
jenis zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Untuk itu, konsumsilah pangan yang beragam.
Dalam satu porsi sajian, sayur-sayuran dan buah-buahan disarankan porsinya adalah
separuh bagian piring. Sementara itu, separuh bagian piring lainnya dapat diisi dengan
karbohidrat dan protein.
 Jadikan Ikan Sebagai Sumber Protein Utama
Menteri Kesehatan RI, Nila Farid Moeloek menyatakan bahwa perlu
perubahan mindset masyarakat untuk tidak selalu berpikir daging merah sebagai sumber
protein. Menurut Menkes, Indonesia merupakan negara kelautan yang sangat kaya akan
jenis ikan yang beraneka ragam. Perairan yang sedemikian luas tentu mengandung
kekayaan protein hewani yang tinggi dan dibutuhkan oleh masyarakat. Karena itu, Menkes
mengajak masyarakat untuk menjadikan ikan sebagai sumber protein yang utama bagi
keluarga Indonesia.
“Seharusnya ikan jadi makanan utama bagi masyarakat kita, karena (ikan) memiliki
protein tinggi bila dimasak dengan benar”, tutur Menkes dalam salah satu rangkaian
kegiatan Festival Ikan dan Lomba Masak Ikan Nusantara “Menuju Istana” yang bertempat
di Kantor Staf Presiden di Jakarta Pusat, Senin siang (3/6).
Secara umum komposisi protein hewani pada ikan sebenarnya tidak terlalu berbeda
kandungannya dengan protein hewani lainnya. Namun, ikan dikatakan lebih menyehatkan
karena lemak yang terkandung di dalam ikan bukan merupakan lemak jenuh. Sebagai salah
satu sumber protein hewani, ikan mengandung asam lemak tak jenuh (omega, yodium,
selenium, fluorida, zat besi, magnesium, zink, taurin, serta coenzyme Q10). Selain itu,
kandungan omega 3 pada ikan jauh lebih tinggi dibanding sumber protein hewani seperti
daging sapi dan ayam.
“Lebih sehat ikan, karena (mengandung) bukan lemak jahat kalau bahasa awamnya. Ikan
memiliki kandungan DHA, sementara daging sapi atau ayam tidak ada. Selain itu, ikan itu
semuanya halal, dapat dikonsumsi semua usia,” tambah Menkes.
 Batasi Konsumsi Gula, Garam, dan Lemak
Dalam setiap sajian, masyarakat juga sebaiknya memperhatikan kandungan gula, garam
dan lemak. Batasan konsumsi gula, garam, dan lemak yang disarankan Kementerian
Kesehatan per orang per hari adalah: Gula tidak lebih dari 50 gr (4 sendok makan); Garam
tidak melebihi 2000 mg natrium/sodium atau 5 gr (1 sendok teh), dan untuk lemak hanya
67 gr (5 sendok makan minyak). Untuk memudahkan mengingat rumusannya adalah G4
G1 L5.
Gula merupakan salah satu sumber energi yang dibutuhkan manusia. Namun, jika
berlebihan, gula dapat menyebabkan obesitas dan memicu diabetes tipe 2. Di dalam buah-
buahan segar terdapat gula alami, sehingga sebenarnya tambahan gula tidak dibutuhkan
lagi.
Sementara itu, garam mengandung natrium dan sodium. Garam dalam jumlah sedikit
dibutuhkan untuk mengatur kandungan air dalam tubuh. Jika berlebihan, garam dapat
menyebabkan hipertensi hingga stroke. Sedangkan lemak, juga diperlukan dalam tubuh
sebagai cadangan energi. Lemak berlebih dapat meningkatkan risiko penyakit jantung
hingga kanker. Lemak dapat berbentuk padat dan cair (minyak). Lemak pun banyak
ditemui pada makanan yang digoreng.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Zat gizi makro adalah zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah yang besar oleh tubuh.
Kebutuhan energi ini bisa dihitung dengan sebuah rumus untuk
memperkirakannya, salah satunya rumus Harris Benedict. Sementara Zat gizi mikro
adalah zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah kecil oleh tubuh. Kebutuhan gizi mikro
tidak bisa diperkirakan melalui rumus seperti halnya kebutuhan gizi makro, melainkan
cukup dilihat berdasarkan kecukupannya saja. Kecukupan zat gizi mikro dapat dilihat
pada Angka Kecukupan Gizi (AKG) Indonesia tahun 2013 yang dikeluarkan oleh
Kemenkes RI.
2. Piring sajian sebaiknya diisi dengan asupan karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral
seimbang. Hal ini dikarenakan tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung
semua jenis zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Untuk itu, konsumsilah pangan yang
beragam. Jadikan ikan sebagai sumber protein utama dan batasi konsumsi gula, garam
dan lemak.
DAFTAR RUJUKAN
https://idtesis.com/pengertian-angka-kecukupan-gizi-akg-dan-kegunaan-akg-yang-
dianjurkan/
http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/eat-food-forum/20171026/4423501/sehat-berawal-
piring-makanku/

Anda mungkin juga menyukai