Anda di halaman 1dari 3

MENELADANI TOKOH SEORANG KARTINI

Judul : Kartini
Kisah yang Tersembunyi
Penulis : Aguk Irawan MN
Penerbit : JAVANICA
Kota Terbit : Tangerang Selatan
Tahun Terbit : 2016
Jumlah Halaman : 308

A. Sinopsis :
Pada tanggal 21 April 1879, Kartini lahir. Wajahnya bundar bagai rembulan. Rambutnya
hitam dan lebat. Matanya besar. Seperti anak-anak Jawa lainnya, terutama dari kalangan
priyayi, kelahiran Kartini disambut dengan slametan dan upacara. Kartini adalah anak dari
seorang Asisten Wedana Mayong, Raden Mas Adipati Aryo Sosroningrat (RMAA.
Sosroningrat), bersama seorang rakyat biasa bernama Nyai Ngasirah. Kisah cinta
Sosroningrat bersama Ngasirah tidak banyak diceritakan, berbeda dengan kisahnya dengan
RA Wuryan, yang juga sekaligus permaisurinya. Setelah Kartini lahir, nama Ngasirah nyaris
tidak terdengar lagi.

Srintil adalah nama panggilan Kartini saat kecil. Kartini kecil mempunyai rasa ingin tahu
yang besar, maka tak heran bila seiring berjalannya waktu, Kartini menjadi orang yang kritis
dan berpikiran jauh ke depan.Melalui keputusan resmi Pemerintah Hindia Belanda, ayah
Kartini diangkat menjadi Bupati Jepara. Sosroningrat pun membawa semua anggota keluarga
beserta para pembantunya. Tapi tidak diketahui dengan jelas, apakah ibu kandung Kartini,
Nyai Ngasirah, juga diikutsertakan. Tentang hal ini, sejarah pun membisu.

Kartini merupakan perempuan yang beruntung pada waktu itu, terutama karena Ia dapat
bersekolah. Sejarah perlu mencatat keadaan ini, sebab Sosroningrat adalah sedikit dari bupati
di tanah Jawa yang membiarkan anak perempuannya bersekolah. Kartini mengenyam
pendidikan di sekolah rendah Belanda, Europeesche Lagere School (ELS). Sekolah tersebut
merupakan satu-satunya sekolah yang ada di Kota Jepara pada waktu itu. ELS telah
memberikan banyak pengetahuan kepada Kartini, tetapi juga banyak memberikan gejolak
batin. Letsy, merupakan sahabat Kartini. Ia telah menanyakan suatu hal yang mengguncang
Kartini. Yaitu tentang impian dan cita-cita Kartini. Pertanyaan tersebut terus membayangi
pikiran Kartini karena yang dia tahu, kelak ia akan menjadi Raden Ayu. Berbeda dengan
Letsy yang ingin menjadi guru. Pertanyaan dari Letsy, sedikit-kurang telah merubah jalan
pikiran Kartini.

Setelah menyelesaikan sekolah dasar, pikiran Kartini menjelma menjadi sebuah impian
dan cita-cita yang sangat besar. Ia mulai ingin mencerdaskan kaumnya, Kartini ingin
menghilangkan kebodohan bangsanya, dan membebaskan bangsanya dari kemiskinan dan
kesengsaraan. Jalan satu-satunya untuk mencapai impian dan cita-cita itu adalah pengajaran
dan pendidikan. Sebelum Kartini berpikir tentang pentingnya pendidikan dan pengajaran bagi
bangsanya, Ia harus berpikir tentang pentingnya pendidikan dan pengajaran bagi dirinya
sendiri.  Kartini berniat pergi ke Eropa untuk melanjutkan studinya, tetapi ayahnya berkata,
“Tidak boleh!”. Bahkan saat usianya 12,5 tahun, dia harus berhadapan dengan sebuah jeruji
suci yang menjadi tradisi – tak hanya kaum bangsawan, tapi seluruh bangsa Jawa – penjagaan
bagi kaum wanita remaja, yakni Pingitan.

Berbeda dengan para pria masa itu yang berjuang melalui peperangan di medan tempur,
Kartini berjuang untuk bangsanya melalui sebuah jeruji suci, bernama pingitan. Akan tetapi,
justru melalui pingitan itulah ia mampu menebarkan pengaruh hebat hingga mengguncang
Eropa. Ia tidak bersenjata pedang, melainkan pena. Surat-surat yang Ia tulis untuk para
sahabatnya di Belanda, kelak pada akhirnya turut membuka mata dunia. Ia berbicara tentang
kesengsaraan pribumi, nasib kaum wanita, pendidikan di negeri jajahan, hingga kejahatan di
balik kedok Islam.

B. Evaluasi

Kelebihan:

1. Kisah kehidupan kartini ditulis secara runtut.

2. Penulis dapat menggambarkan suasana yang terjadi dengan jelas.

3. Memiliki banyak sekali referensi dan data-data surat-menyurat Kartini.

4. Memiliki banyak kalimat yang mengandung tentang arti kehidupan.

Kekurangan:

1. Terdapat banyak kalimat yang mengadung kata berbahasa asing.


C. Kesimpulan :

Buku ini memang menarik untuk dibaca, karena penulis menggambarkan suasana pada saat
itu dengan sangat jelas. Juga, penulis bisa membuat pembaca lebih mudah untuk memahami
jalan cerita. Dari buku ini, banyak nilai nilai moral dan keteladanan yang bisa diambil.

NAMA : Muhammad Fasya Hilmi


NO ABSEN : 19
KELAS : 8A

Anda mungkin juga menyukai